Ening Susilo Wati BAB II

BAB II TINJAUAN TEORI A. Kehamilan

  1. Definisi kehamilan Konsepsi didefinisikan sebagai pertemuan antara sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini merupakan rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio didalam uterus (Kusmiyati dkk, 2009; hal:33 )

  Kehamilan adalah suatu proses penyatuan dari spermatozoa dan ovum dituba falopi yang akan dilanjutkan dengan terjadinya fertilisasi atau pembuahan dan kemudian terjadi penempelan pada dinding rahim yaitu nidasi. Hasil dari konsepsi meliputi janin, ketuban, selaput ketuban, dan plasenta. Kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 39-40 minggu atau 9 bulan, dalam kehamilan terdapat tiga trimester yaitu trimester I sampai trinester III. Kehamilan merupakan kejadian yang fisiologis, akan tetapi kehamilan juga bisa menjadi patofisiologis (Sarwono, 2009; h. 213).

  a. Terjadinya kehamilan Prinsip terjadinya kehamilan menurut Sukarni (2013;hal: 65), yaitu:

  1) Pembuahan (fertilisasi) yaitu bertemunya sel telur atau ovum wanita dengan sel benih atau spermatozoa pria.

  2) Pembelahan sel atau zigot yaitu hasil pembuahan

  13

  3) Nidasi atau implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi 4) Pertumbuhan dan perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bakal individu baru.

  Kehamilan dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, human somatomammotropin, prolaktin.

  Terjadi pula perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi dan organ-organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan hormonal.

  b. Tanda-tanda kehamilan 1) Tanda dugaan kehamilan

  a) Terlambat datang bulan Selain hamil, terlambat datang bulan bisa disebabkan oleh peningkatan atau penurunan berat badab secara drastis. Selain itu, masalah hormon, kelelehan, stres, pil kontrasepsi, dan sedang menyusui juga bisa jadi penyebab terlambatdatang bulan.

  b) Mual dan muntah Pengaruh estrogendan progesteron menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan.

  c) Ngidam Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. d) Sinkope atau pingsan Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan sinkop atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.

  e) Payudara tegang Pengaruh estrogen-progesteron dan stomatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.

  Payudara membesar dan tegang. Ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama.

  f) Sering miksi Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi.

  g) Konstipasi atau obstipasi Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.

  h) Pigmentasi kulit Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola mamae, puting susu makin menonjol, kelenjar montgometri menonjol, pembuluh darah manifes sekitar payudara). i) Epulis Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil. j) Varises atau penampakan pembuluh darah vena

  Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. 2) Tanda tidak pasti kehamilan a) Rahim membesar sesuai tuanya hamil.

  b) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda hegar, tanda chadwicks, tanda piscaseck, kontraksi braxton hicks, dan teraba ballottement.

  c) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif, tetapi sebagian kemungkinan positif palsu.

  3) Tanda pasti kehamilan

  a) Gerakan janin dalam rahim

  b) Terlihat atau teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin

  c) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop leanec, atal kardiotokografi, alat doppler. Dilihat dengan ultrasonografi (Manuaba, 2010; hal: 107)

  4) Tanda bahaya kehamilan Tanda-tanda kehamilan apabila tidak terdeteksi dapat mengakibatkan kematian ibu. tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut, adalah: a) Perdarahan pervaginam

  b) Sakit kepala yang hebat

  c) Penglihatan kabur

  d) Bengkak diwajah dan jari-jari tangan

  e) Bengkak pada muka dan jari tangan

  f) Keluar cairan pervaginam

  g) Gerakan janin tidak terasa

  c. Patologi dalam kehamilan Gangguan (patologi) pada kehamilan yaitu: 1) Kehamilan Ektopik

  Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya dan dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi seorang wanita. Suatu kehamilan disebut kehamialan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. 2) Kehamilan kembar Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.

  Kehamilan kembar dapat memberi resiko yang lebih tinggi terhadap bayi ibu. Bentuk kelainan pertubuhan tersebut secara umum ditujukan dengan tiap berat janin hamil kembar lebih rendah sekitar 700 sampai 1000 gram dari hamil tunggal. Dalam pertumbuhan yang bersaing, antara kedua janin hamil kembar dapat terjadi selisih berat badan sekitar 50 sampai 150 gram.

  3) Preeklamsia Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang teridiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi tidak menunjukan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Sukarni, 2013; hal:169).

  Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan postpartum. Penyulit yang dapat terjadi pada janin adalah intra uterin fetal growth restiction, solusio plasenta, prematuritas, sindroma distres napas, kematian janin intra uterin (Prawirohrdjo, 2009; hal: 542)

  4) Anemia pada kehamilan Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah, bahkan murah. Pengaruh anemia ibu hamil trimester I terhadap berat bayi lahir rendah yaitu kurangnya nutrisi pada trimester I terutama adanya anemia akan menyebabkan terjadinya kegagalan organogenesis sehingga akan mengganggu perkembangan janin pada tahap selanjutnya.

  Pengaruh anemia ibu hamil trimester II terhadap berat bayi lahir rendah pada trimester II, terjadi kecepatan yang meningkat pada pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga membentuk manusia dengan organ

  • –organ tubuh yang mulai berfungsi. Trimester III kehamilan memang merupakan masa dimana terjadinya pertumbuhan janin yang lebih cepat dibandingkan trimester sebelumnya kadar hemoglobin ibu hamil trimester III yang rendah dan tinggi dapat mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat atau kecil untuk masa kehamilan.

  Anemia defisiensi besi merupakan salah satu permasalahan gizi pada ibu hamil. Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Ibu hamil yang kondisi gizi pada pra-hamil maupun saat hamil akan menghasilkan bayi dengan berat lahir yang lebih besar dibandingkan ibu dengan gangguan gizi selama kehamilan akan meningkatkan resiko terjadinya berat badan lahir rendah (BBLR).

  Kebutuhan zat besi pada wanita hamil, semakin sering seorang wanita mengalami kahamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat bsi dan menjadi makin anemis.

Tabel 2.1 Gambaran kebutuhan zat besi pada setiap kehamilan

  Meningkatkan sel darah ibu 500 mg Fe Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe Untuk darah janin 100 mg Fe Jumlah

  800 mg Fe Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:

  Hb 11 g% tidak anemia Hb 9-10 g% anemia ringan Hb 7-8 g% anemia sedang Hb <7 g% anemia berat

  d. Kehamilan dengan resiko tinggi Kehamilan risiko tinggi adalah keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin pada kehamilan yang dihadapi (Manuaba, 2012;h.241). Untuk menegakkan kehamilan resiko tinggi pada ibu dan janin adalah dengan cara melakukan anamnesayang intensif atau baik, melakukan pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

  Beberapa factor yang mempengengaruhi terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi diantaranya yaitu: a) Terlalu tua

  Seorang wanita yang telah menunda masa suburnya atau wanita yang menginginkan anak lagi setelah usia 35 tahundapat memiliki kekhawatiran tertentu berkaitan dengan usianya. Masalah yang pasti muncul setelah usia 35 tahun mencakup peningkatan risiko kelainan genetik, risiko terjadinya komplikasi pada masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas serta pada bayi baru lahir sangat tinggi.

  Selain itu, seiring peningkatan usia, risiko wanita untuk menderita diabetes gestasional, hipertensi, dan penyakit kronis lain meningkat (Varney, 2007; h.85).

  Pengaruh usia terlalu tua terhadap kehamilan yaitu dapat menimbulkan komplikasi medis yang dapat membahayakan ibu dan janin. Komplikasi medis tersebut diantaranya yaitu kehamilan ganda, kahemilan dengan anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, dan kehamilan dengan.

  Untuk menegakan kehamilan dengan risiko usia terlalu tua pada ibu dan janin adalah dengan melakukan anamnesa pada pasien yang baik, melakukan pengawasan antenatal, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium.

  b) Anemnesa Ananmnesa dilakukan untuk mengetahui apakah usia ibu kurang dari 19 tahun atau lebih dari 35 tahun, perkawinan lebih dari 5 tahun, riwayat obstetri yaitu riwayat operasi pada pesalinan atau operasi pada rahim, riwayat kehmilan yaitu apakah ibu pernah mengalami keguguran, pkematian intrauterine, sering mengalami perdarahan saat hamil, dan riwayat persalinan apakah ibu pernah mengalami persalinan premature, persalinan dengan berat lahir rendah, persalinan dengan tindakan, letak sungsang (Manuaba, 2013;h. 243). c) Pemeriksaan antenatal Melakukan pengawasan antenatal bertujuan untuk menegakan secara dini kemungkinan terjadi kelainan bawaan pada janin, kemungkinan terjadi pnyulit pada kehamilan, apabila perlu dilakukan terminasi kehamilan, bagaimana teknik terminasi kehamilan sehingga tidak menambah penyulit pada ibu dan janin (Manuaba,2013;h. 241).

  d) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengetahui apakah ibu mengalami anemia atau tidak dengan cara melakukan pemeriksaan hemoglobin (hb) pada trimester I dan III.

  e) Terlalu muda Pada ibu dengan usia dini atau terlalu muda merupakan kehamilan usia pada usia kurang dari 19 tahun dan memiliki risiko yang tidak kalah berat. Pada usia ini tingkat emosional ibu belum stabil dan ibu mudah tegang atau tersinggung. Sementara itu kecacatan kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam bayi masih dalam kandungan, adanya rasa penolakan secara emosional ketika ibu mengandung bayinya. Dampak kehamilan pada resiko usia dini yaitu terjadi keguguran, bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), prematur, anemia pada kehamilan, perdarahan, persalinan yang sulit. f) Terlalu dekat Jarak kehamilan yang terlalu dekat akan memiliki risiko terhadap kesehatan ibu dan janin karena organ reproduksi ibu yang belum kembali seperti saat tidak hamil.

  g) Terlalu sering Yaitu seorang ibu yang hamil lebih dari satu kali dan atau grandemultipara memiliki risiko tinggi terhadap kehamilan.

B. Persalinan

  1. Definisi persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin danplasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melaui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010; hal:164).

  Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni, 2013; hal:187).

  Proses persalinan yang normal akan dimulai dari adanya kontraksi yang ditandai dengan terjadi pembukan servik secara bertahap dan akan diakhiri dengan pengeluaran atau kelahiran plasenta dengan lengkap sedangkan persalinan yang tidak normal yaitu persalinan yang menggunakan bantuan atau alat bantu dan tidak dengan kekuatan sendiri (Sulistyawati, 2010; h. 04).

  2. Tanda-tanda persalinan

  a) Terjadi lightening Menjelang minggu ke-36, pada primigravida terjadi penurunan fundus uteri karena kepala sudah masuk pintu atas panggul yang disebabkan oleh kontraksi braxton hicks, ketegangan dinding perut, ketegangan ligamentum rotundum, gaya berat janin dimana kepala ke arah bawah.

  Masuknya kepala ke pintu atas panggul dirasakan ibu terasa ringan di bagian atas, rasa sesaknya berkurang, di bagian bawah terasa sesak, terjadi kesulitan saat berjalan, dan sering berkemih.

  b) Terjadi his permulaan Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi braxton hicks.

  Kontraksi ini dapat dikemukakan sebagai keluhan, karena dirasakan sakit dan mengganggu. Kontraksi braxton hicks terjadi karena perubahan keseimbangan estrogen, progesteron, dan memberikan kesempatan rangsangan oksitosin. Dengan makin tua usia kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron berkurang, sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih sering, sabagai his palsu.

  c) Terjadinya his persalinan His persalinan mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek, dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, makin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah.

  d) Pengeluaran lendir dan darah Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

  e) Pengeluaran ciran Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran ciran. Sebagian besar ketuban pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam (Manuaba, 2010; hal:172).

  3. Tahap persalinan 1) Persalina kala l

  Kala ll adalah kala pembukaan yang berkangsung antara pembukaan nol (0 cm) sampai lengkap (10cm). Lamanya kala ll untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multi gravida 2 cm/jam (manuaba, 2012; hal:173) Peralinan kala 1 dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan aktif

  a) Fase laten Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servik secara bertahap, pembukaan servik kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam.

  b) Fase aktif persalinan Frekuensi dan lama kontraksiuterus umumnya meningkat, servik membuka dari 4 ke 10 cm, biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm), terjadi penurunan bagian terbawah janin.

  c) Fase aktif persalinan dibagi menjadi 3 yaitu:Fase akselerasi yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm dan Fase dilatasi maksimal yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi yaitu pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm memjadi lengkap (Sukarni, 2013; hal:213)

  2) Persalinan kala Il Persalinan kala II (kala pengeluaran) dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Gajala utama kala II adalah:

  a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.

  b) Menjelang akhir kala l, ketuban pecah dan di tandai dengan pengeluaran cairan secara mendadak.

  c) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan mengejan, karena tertekannya pleksus frankenhauser. d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala janin sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besar, dahi, hidung dan muka, dan kepala seluruhnya.

  e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.

  f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong dengan jalan: kepala dipegang pada os oksiput dan dibawah dagu, ditarik curam kebawah untuk melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.

  g) Lamanya kala ll untuk primigravida 50 menit daan muti gravida 39 menit.

  3) Persalinan kala III Setelah kala ll, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10menit.

  Dengan lahirnya bayi, mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda uterus menjadi bundar, uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke segmen bawah rahim, tali pusat bertambah panjang, terjadi perdarahan. Melahirkan plasenta dilakukan dengan dorongan ringan secara crede pada fundus uteri.

  4) Persalinan kala lV Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan meliputi tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi dan pernafasan, kontraksi uterus, trjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

  4. Komplikasi dalam persalinan Ada beberapa komplikasi dalam perslinan diantaranya yaitu: 1) Ketuban pecah dini

  a) Defnisi Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan.

  b) Etiologi Etiologi ketuban pecah dini belum diketahui. Faktor predisposisi ketuban pecah dini ialah infeksi genetalia, serviks inkompeten, gemeli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik.

  c) Komplikasi Komplikasi yang kemungkinan terjadi yaitu: infeksi, partus preterm, prolaps tali pusat, distosia (partus kering) (Sukarni, 2013; hal: 242).

  Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin meningkatnya insiden sesarea, atau gagalnya persalinan normal.

  d) Penatalaksanaan Ketuban pecah dini pada kehamilan aterm atau preterm dengan atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Bila janin hidup dan terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari badannya, bila mungkin dengan posisi bersujud.

  Kalau perlu kepala janin didorong ke atas dengan 2 jari agar tali pusat pusat tidak tertekan kepala janin.

  Pada kehamilan kurang dari 32 minggu dilakukan tindakan konservatif, yaitu tirah baring, diberikan sedatifberupa fenobarbital 3x30 mg. Berikan antibiotic selama 5 hari dan glukokortikosteriod, berikan pula tokolisis. Bila terjadi infeksi, akhiri kehamilan. Pada kehamilan 33-35 minggu, lakukan terapi konservatif selama 24 jam lalu induksi persalinan, bila terjadi infeksi akhiri persalinan.

  Pada kehamilan lebih dari 36 minggu, bila ada his, pimpin meneran dan akselerasi bila ada inersia uteri. Bila tidak ada his, lakukan induksi persalinan bila ketuban pecah kurang dari 6 jam dan skor pelvic kurang dari 5 atau ketuban pecah lebih dari 6 jam dan skor pelvic lebih dari 5, seksio sesarea bila ketuban 5 jam dan skor pelvic kurang dari 5 (Sukarni, 2013; hal: 252)

  Bidan sebagai tenaga medis terlatih sikap yang paling penting adalah melakukan rujukan, sehingga penanganan ketuban pecah dini mendapat tindaka yang tepat. Setelah mendapatkan penanganan sebagaimana mestinya, bidan dapat melakukan pengawasan setelah tindakan dan disertai bebrapa petunjuk khusus (Manuaba, 2009; hal:284).

  2) Kehamilan ganda

  a) Definisi Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.

  Angka perbandingan kehamilan kembar dan tunggal (Hukum Hellin) adalah 1:89, untuk triplet 1:892, untuk kuadruplet 1:893.

  b) Etiologi Faktor predisposisi kehamilan dizigotik: bangsa, herediter, umur, paritas, obat klomid dan hormon gonadotropin yang merangsang ovulasi. Semakin tinggi umur frekuensinya. Frekuensi kehamilan kembar juga meningkat dengan paritas ibu.

  c) Komplikasi Komplikasi pada ibu adalah anemia, hipertensi, partus prematur, atonia uteri, perdarahan pasca persalinan. Sedangkan pada janin adalah hidramnion, malpresentasi, plasenta previa, solusio plasenta, ketuban pecah dini, pertumbuhan janin terhambat (Sukarni, 2013; hal:244)

  d) Penatalaksanaan (1) Semua persiapan untuk resusitasi dan perawatan bayi prematur disediakan.

  (2) Rujuk pasien ke rumah sakit bila janin pertama letak lintang, terjadi prolaps funikuli, plasenta previa, dan interlocking.

  (3) Setelah janin pertama lahir, segera lakukan pemeruksaan luar dan dalam untuk mengetahui letak dan keadaan janin kedua.

  (4) Bila janin kedua dalam letak lintang, denyut jantung janin tidak teratur, terjadi prolapsus funikuli, solusio plasenta, atau bila persalinan spontan tidak terjadi dalam 15 menit, lahirkan janin dengan tidakan obtetrik.

  (5) Dalam pertolongan persalinan hamil kembar dapat dilakukan seksio sesarea atas indikasi janin pertama letak lintang, prolapsus funikuli, plasenta previa (Sukarni, 2013; hal: 254). 3) Persalinan preterm atau kurang bulan

  a) Definisi Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir.

  Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa bayi prematur adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37 minggu atau kurang.

  b) Masalah persalinan preterm atau kurang bulan Kesulitan utama dalam persalinan preterm atau kurang bulan adalah bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan preterm atau kurang bualan adalah bayi yang dengan berat badan lahir rendah (BBLR) bahkan kemungkinan sangat rendah (BBLSR). Semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitas karena pada umur 32 minggu bayi yang dilahirkan dengan berat bayi lebih dari 1500 gram dan keberhasilan hidup sekitar 85%, sedang pada umur kehamilan yang sama dengan berat janin kurang dari 1500 gram angka keberhasilan 80%. Pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu bayi yang di lahirkan dengan berat bayi kurang dari 1500 gram angka keberhasilan hanya 59%.

  c) Etiologi Persalinan prematur merupakan kelainan proses yang multi faktoral.

  Kombinasi keadaan obstetrik, sosiodemografi, dan faktor medik mempunyai pengaruh terhadap terjadinya persalinan prematur.

  Banyak kasus persalinan prematur sebagai akibat proses patogenik yang merupakan mediator biokimia yang mempunyai dampak terjadinya kontraksi rahim dan perubahan serviks (Prawirohardjo, 2009; hal: 668).

  d) Penatalaksanaan Manajemen persalinan preterm bergantung pada beberapa faktor: (1) Keadaan selaput ketuban. Pada umumnya persalinan tidak dihambat bilamana ketuban sudah pecah.

  (2) Pembukaan serviks. Persalinan akan sulit dicegah bila pembukaan mencapai 4 cm.

  (3) Umur kehamilan. Makin muda usia kehamilan, upaya mencegah persalinan makin perlu dilakukan. Persalinan dapat dipertimbangkan berlangsung bila TBJ >2000 atau kehamilan >34 minggu.

  (4) Penyebeb atau komplikasi persalinan preterm. (5) Kemampuan neonatal intensive care facilities.

  Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm adalah: a) Menghambat proses persalinan preterm dengan pemberian tokolisis b) Pematangan surfaktan paru janin dengan kortikosteroid

  c) Bila perlu dilakukan pencegahan terhadap infeksi 4) Persalinan dengan resiko tinggi

  Pada persalinan dengan resiko tinggi memerlukan perhatian serius, karena pertolongan akan menentukan tinggi rendahnya kematian ibu dan neonatus. Komplikasi yang terjadi pada ibu diantaranya yaitu ketuban pecah dini, persalinan dengan kelainan letak janin, bayi yang besar, perdarahan antepartum. Sedangkan pada janin yaitu air ketuban warna hijau, atau prolapses funikuli, dismaturitas, infeksi intra uterin, distress janin, pembentukan kaput besar, retensio plasenta (Manuaba, 2012;h. 244)

C. Bayi Baru Lahir

  1. Definisi Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar lebih dari 7 dan tanpa cacat bawaan. Neonatus adalah bayi yang baru mengalami proses klahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Yeyeh rukiyah, 2013; hal: 02) a. Tanda-tanda bayi baru lahir normal

  Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa tanda antara lain: Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh kemerah- merahan, pulse (frekusi jantung) lebih dari 100x/menit, Grimace (reaksi terhadap rangsangan), menangis, batuk atau besin, Activity (tonus otot), gerakan aktif, Respiration (usaha nafas), bayi menangis kuat (Yeyeh rukiyah, 2013; hal: 02) b. Tanda

  • –tanda bahaya bayi baru lahir 1) Termoregulasi Bayi baru lahir mudah stress karena perubahan suhu lingkungan. Oleh karena itu bayi harus dapat menyesuaikan suhu di luar rahim.

  Faktor-faktor yang dapat mempercepat kehilangan panas pada bayi baru lahir dintaranya yaitu: a) Daerah permukaan tubuh yang luas

  b) Tingkat insulasi lemak subkutan berbeda-beda

  c) Derajat fleksi otot Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir yaitu:

  a) Konveksi

  b) Konduksi c) Radiasi

  d) Evaporasi(Kriebs, 2010; hal: 464) 2) Hipotermia

  a) Definisi Bayi baru lahir yang mengalami hipotermia harus di evaluasi untuk mengetahui terjadinya hipoglikemia dan hipoksia.

  Butuh waktu untuk menghangatkanya kembali. Proses menghangatkan bayi secara cepat dan dapat menimbulkan apnea (Kriebs, 2010; hal: 464) b) Etiologi

  Stres dingin Peningkatan metabolisme Peningkatan konsumsi oksigen Peningkatan penggunaan glukosa Metabolisme Peningkatan frek pernafasan

Jaringan adiposa

Peningkatan penggunaan Pelepasan asam Hipoksia Cadangan glikogen lemak Hipoglikemia

  Metabolisme anaerobik dan Produksi asam laktat Penurunan PH asidosis metabolik

  Penurunan produksi surfaktan (memerlukan O 2 , glukosa, perfusi Vasokonstriksi paru paru yang adekuat ) Gawat napas Hipoksia lanjut Penurunan berat badan atau berat badan gagal naik (menggunakan asupan kalori untuk energi versus pertumbuhan)

Gambar 2.1 Bagan proses kehilangan panas pada bayi baru lahir (Kriebs, 2010; hal:

  464) c) Penatalaksanaan (1) Hipotermia sedang

  (a) Lepaskan baju yang dingin atau basah, jika ada (b) Jika ibu ada, mintalah ia untuk mengahangatkan bayinya dengan menggunakan kontak langsung jika bayinya tidak bermasalah

  (c) Jika ibu tidak ada, maka pakaikan topi,bedong dan selimuti bayi lalu gunakan pemanas radian.

  (d) Menganjurkan ibunya untuk sering menyusui bayinya, bila bayi tidak mau menyusu maka menggunakan cara alternativ, yaitu dengan memeras ASI ibu lalu berikan dengan menggunakan sendok

  (e) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah < 45 mg/dl maka atasi gula darah yang rendah (f) Bila bayi mengalami pernafasan lebih dari 60 kali/menit dan ada tarikan dinding maka atasi kesulitan bernafasnya

  (Sudarti, 2010). (2) Hipotermi berat

  (a) Hangatkan bayi segera menggunakan pemanas radian yang telah dihangatkan (b) Lepaskan baju yang basah atau dingin, lalu gunakan bedong topi dan selimuti bayi

  (c) Ukur glukosa darah, jika glukosa darah < 45 mg/dl maka atasi gula darah yang rendah (d) Nilai bayi:

  (1) Bila bayi mengalami pernafasan lebih dari 60 kali/menit dan ada tarikan dinding maka atasi kesulitan bernafasnya

  (2) Ukur suhu tubuh bayi (a) Jika meningakt 0,5°C perjam selama 3 jam terakhir, bila penghangatan berhasil maka pantau setiap 2 jam

  (b) Jika suhu tidak meningakat 0,5°C maka atur pemanas radian (3) Jika frekuensi pernafasan bayi lebih dari 60 kali/menit atau bayi mengalami tarikan dinding dada ke dalam atau grunting pada saat ekspirasi lalu atasi kesulitan bernafas

  (4) Kaji kesiapan makan setiap empat jam sampai suhu tubuh bayi dalam rentang normal (5) Jika bayi menunjukkan tanda-tanda mau menyusu, maka izinkan bayi untuk menyusu

  (a) Jika bayi tidak dapat menyusu, berikan ASI dengan metode alternative

  (b) Jika bayi tidak mampu menyusu sama sekali, maka berikan ASI melalui selang lambung (6) Ketika suhu tubuh bayi normal, ukur suhu tubuh setipa 3 jam selama 12 jam (7) Jika bayi makan dengan baik dan tidak terdapat masalah lain yang membutuhkan hospitalisasi, pulangkan bayi. Beri saran kepada ibu tentang cara menjaga bayi agar tetap hangat (Manajemen Bayi Baru Lahir, 2008)

  3) Asfiksia

  a) Definisi Asfiksia adalah keadan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan O

  2

  dan makin meningkatkan CO

  2

  yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut.

  Asfiksia akan bertanbah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul (Manuaba, 2010; hal: 421). b) Etiologi Penyebab terjadinya asfiksia yaitu adanya gangguan pertukaran gas atau pengankutan oksigen dari ibu kejanin pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah bayi lahir.

c) Penatalaksanaan Langkah tindakan khusus asfiksia

  Gambar. 2.2 Bagan penatalaksanaan asfiksia (Manuaba, 2010;hal:423). NILAI APGAR

  c. Lakukan kompresi jantung luar bila denyut jantung <60 x/mnt atau denyut nadi buruk atau tidak ada Lihat tanda-tanda a. Gerakan dada simetris

  III. Letakan bayi datar atau kepala sedikit lebih rendah

  II. Panggil resusitator yg berpengalaman

  I. Sedot mulut bayi segera setelah kepala lahir

  III. Obat bila dibutuhkan Mekonium yang tidak diantisipasi

  I. Intubasi trakea dan ventilasi

  c. Perbaikan denyut jantung, perfusi, warna, gerakan, dan tonus Bila tidak ada perbaikan, tindakan selanjutnya resusitasi lanjut dengan A. R. N. B yaitu:

  b. Timbulnya pernapasan yg teratur

  b. Berikan ventilasi dengan face mask

  7-10 (Normal)

4-6 (Gangguan pernafasan )

0-3 (Tidak bernafas) Pernfasan yg teratur

  a. Atur letak bayi

  2. Lakukan resusitasi dasar yaitu:

  1. panggil resusitator yg berpengalaman

  Berikan oksigen melalui corong stimulasi taktil Jangan tunda lagi Perbaikan Bila tdk segera membaik Reaksi segera

  Kering, diletakan di bwh pemanas radian, isap mulut dan hidung Kering, diletakan di bwh pemanasa radian, isap mulut dan hidung Kering, bungkus dlm handuk yg hangat kering

  >100 Biasanya normal Tidak bernafas Tidak pernah bernafas >100 >100 Bervariasi Buruk Sering brkrng Isap bila perlu

  Pernafasan dangkal Pernafasan atau teratur berhenti stlh napas Biasanya dlm beberapa dtk pertama

  Dalam waktu beberapa detik >100 Perfusi baik

  IV. Berikan oksigen melalui corong Hand to mother

  4) Bayi dengan berat badan lahir rendah

  a) Definisi Bayi dengan berat lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Proverawati, 2010; hal: 01). Pada tahun 1961 oleh semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infant (BBLR). (Manuaba, 2010; hal: 436) b) Klasifikasi dan karakteristik

  Menurut harapan hidup bayi berat lahir rendah dapat di kategorikan dalam 3 kategori yaitu: (1) Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu bayi dengan berat lahir berkisar antara 1500-2500 gram.

  (2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu bayi dengan berat lahir < 1500 gram (3) Bayi berat lahir eksterm rendah (BBLER), yaitu bayi dengan berat lahir < 1000 gram c) Tanda-tanda bayi dengan BBLR

  Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri: (1) Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu (2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram

  (3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm

  (4) Rambut lanugo masih banyak (5) Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang (6) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya (7) Tumit mengkilap, telapak kaki halus (8) Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia mayora, klitoris menonjol (pada bayi perempuan). Testis belum turun ke dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada laki-laki)

  (9) Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemahFungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisannya lemah

  (10) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan lemak masih kurang (11) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada.

  d) Etiologi dan faktor predisposisi Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulutan untuk melakukan tindakan pencegahan. Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu:

  (1) Faktor ibu Ibu mengalami komplikasi dalam kehamilan seperti: (a) Anemia dan kekurangan gizi

  Bahaya anemia terhadap janin akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba, 2010; hal: 240)

  (b) Hipertensi, preeklamsi, dan eklamsi Kejang dapat menimbulkan asfiksia mendadak, disebabkan spasme pembuluh darah menimbulkan kematian, solusio plasenta, persalinan prematuritas (Manuaba, 2010; hal:267)

  (c) Infeksi masa kehamilan Infeksi virus yang terjadi pasa masa kehamilan menyebabkan terjadinya ketuban pecah sebelum waktunya atau ketuban pecah dini sehingga terjadi persalinan prematur atau kurang bulan (Proverawati, 2010; hal:05)

  (2) Umur angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan ganda atau multi gravida, jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun). BBLR dapat terjadi pada ibu hamil yang menikah di usia muda karena ibu hamil yang masih dalam pertumbuhan harus membagi makanan pada janin yang dikandung maka makan yang diterima oleh janin tidak seimbang sehingga pertumbuhan janin menjadi lambat (Proverawati, 2010; hal:05)

  (3) Keadaan sosial ekonomi Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah, mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat, keadaan gizi yang kurang baik, pengawasan antenatal yang kurang (Proverawati, 2010; hal:05)

  (4) Sebab lain Ibu hamil dengan kebiasaan buruk seperti perokok, minum minuman beralkohol, dan ketergantungan obat dapat memberikan dampak yang buruk terhadap pertumbuhan janin yang dikandungnya (Proverawati, 2010; hal:06)

  (5) Faktor janin (a) Kehamilan ganda

  Dalam pertumbuhan yang bersaing, antara kedua janin sehingga pada kehamilan kembar sering terjadi BBLR.

  (b) Ketuban pecah dini Persalinan prematur merupakan salah satu komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini (Saifudin, 2008; h.678). Ketuban pecah dini dapat menyebabkan terjadinya

  BBLR dikarenakan apabila ketuban pecah pada umur kehamilan yang masih preterm yang diharuskan untuk diakhiri persalinannya kemungkinan besar dapat melahirkan bayi dengan BBLR. ( Sarwono, 2008 : h. 678).

  (6) Komplikasi Pada bayi BBLR banyak komplikasi yang terjadi oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Pada bayi permatur dengan BBLR, ada beberapa komplikasi yang mungkin timbul diantaranya: (a) Hipotermia

  Terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang.

  (b) Hipoglikemia Gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa berkurang, akibatnya sel-sel saraf di otak mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi. BBLR membutuhkan ASI sesegera mungkin setelah lahirdan minum sangat sering (setiap 2 jam) pada minggu pertama.

  (c) Hiperglikemia Hiperglikemia sering merupakan masalah pasa bayi yang sangat amat prematur yangbmendapat cairan glukosa berlebihan secara interval tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya.

  (d) Gangguan imunologik Daya tahan terhadap infeksi berkutang karena rendahnya kadar Ig G, maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi terhadap infeksi belum baik.

  (e) Sindroma gangguan pernafasan Sindroma gangguan pernafasan pada bayi BBLR adalah perkembangan imatur pada sitem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan pada paru-paru. (7) Diagnosis BBLR

  Dalam menegakan diagnosa bayi dengan berat badan lahir rendah maka hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya: (a) Penghitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir)

  (Proverawati, 2010; hal: 04) (b) Riwayat persalinan sebelumnya (c) Riwayat kehamilan sebelumnya (d) Riwayat kesehatan ibu saat hamil ( Proverawati, 2010; hal:

  05) (e) Penilaian secara klinis pada BBLR:

  (1) Berat badan kurang dari 2500 g (2) Panjang badan kurang dari 45 cm

  (3) Lingkar dad kurang dari 30 cm (4) . Lingkaran kepala kurang dari 33 cm (5) Us1ia kehamilan kurang dari 37 minggu (6) Kepala relatif lebih besar (7) Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang (8) Otot hipotonik lemah (9) . Pernafasan tidak teratur dapat terjadi apnea atau gagal nafas.

  (10) Ekstermitas: paha abduksi, sendi lututatau kaki fleksi lurus (11) Kepala tidak mampu tegak (12) Pernfasan sekitar 45 sampai 50 denyut per menit (13) Frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut per menit

  (Manuaba, 2010; hal: 438) (f) Penatalaksanaan

  Dengan memperhatikan gambaran klinis dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi prematuritas, maka perawatan dan pengawasan bayi prematuritas ditunjukan pada pengaturan suhu tubuh bayi, pemberian makanan bayi, dan menghindari infeksi.

  (1) Pengaturan suhu tubuh Bayi dengan BBLR dengan cepat akan kehilangan panas tubuh dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan tubuh relatif luas. Oleh karena itu, bayi dengan BBLR harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas tubuhnya mendekati panas didalam rahim. (Manuaba, 2010; hal: 438). Suhu inkubator yang optimum diperlukan agar panas yang hilang dan konsumsi oksigen terjadi minimal sehingga bayi telanjangpun dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 36,50-37,0

  C. Tingginya suhu tergantung pada besar dan kematangan bayi. Sebelum memasukan bayi ke dalam inkubator, inkobator terlebihdahulu dihangatkan, sampai sekitar 29,4 C untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,2 C untuk bayi yang lebih kecil (Atikah, 2010; hal: 32)

Tabel 2.2 suhu incubator (Atikah, 2010; h. 32). o

  Berat bayi Suhu inkubator (

o o o o

  C) menurut umur

  35 C

  34 C

  33 C

  32 C <1500 gr 1-10 hari 11 hari- 3 mg 3 - 5 mg >5 minggu 1500-200 gr 1 11 hari >4 minggu

  • – 10 hari – 4 mg 2100- 2500 gr

  1 3 hari -3 mg >3 minggu

  • – 2 hari >2500 gr

  1 >3 minggu

  • – 2 hari

  (2) Pengaturan dan pengawasan intake nutrisi Organ pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim pencenaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3 sampai 5 g/kg berat badan dan kalori 110 kal/kg berat badan, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.

  ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor mrngisapnya kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok pelahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung. Permulaan cairan yang diberikan sekitar 50 sampai 60 cc/kg berat badan per hari dan terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg berat badan per hari (Manuaba, 2010; hal: 439).

  Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator kotak yang minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi makanan dalam posisi dipangku.

  Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang giat dan mengisapdan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya makanan diberikan melalui Naso Gastrik Tube (NGT). Jadwal pemberian mekanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan berat badan lebih rendah (Atikah, 2010; hal: 33). (3) Pencegahan infeksi

  Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Rentan terhadap infeksi ini disebabkan oleh kadar immunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktivitas bakterisidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman (Atikah, 2010; hal: 34). (4) Penimbangan berat badan

  Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.

  (5) Pemberian oksigen Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O yang diberikan sekitar

  2

  30-35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi O yang tinggi dalam masa yang panjang akan

  2

  menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan. Pengawasan antenatal

  

1. Mengenal penyakit yang menyertai hamil

  2. Mengenal komplikasi hamil

  3. Menetapkan hamil dengan resiko

  4. Vaksinasi tetanus

  5. Persiapan mental dan fisik untuk persalinan dan laktasi Menyingkirkan faktor predisposisi

  1. Meningkatkan KIE

  2. Meningkatkan gizi

  3. Mengatasi penyakit ibu saat hamil

  4. Menerima NNKBS

  

5. Meningkatkan kerja sama dengan dukun

Tujuan Kelainan penyakit BBLR

  1. Well haelth mother

  2. Well born baby Pelaksanaan

  1. Lahir spontan Asfiksia /perlukaan Penyakit neonatus

  2. Forsep PAP

  3. Vakum PAP Kelainan kongenital BBLR

  1. Sepsis neonatorum 4. Seksio sesaria

  2. Aspirasi pneumonia Preventif :

  3. Meningitis

  4. Tetanus neonatorum Perawatan asfiksia dan evaluasi intra uterin Prevetiv /kuratif Pengobatan penunjang

  Persalinan legearis Pengobatan dan ASI Pengawasan postpartum Rawat gabung dan evaluasi bayi

Gambar 2.3 Bagan Penatalaksanaan kelainan atau penyakit pada neonatus (Manuaba, 2010;hal:441.

D. Nifas

  1. Definisi nifas Masa nifas atau purperium dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika atal-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil

  (Ambarwati, 2008; hal: 01).