BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konstruktivisme - BAB II Murtika
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang
menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan
- –aturan lama dan merevisinya apabila aturan
- –aturan tersebut tidak sesuai lagi. Bagi siswa agar b
- –benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide –ide.
Konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka ( Trianto, 2010: 74). Menurut Tran Vui konstruktivisme adalah suatu filsafat belajar yang dibangun atas pengalaman
- –pengalaman sendiri (Thobroni, 2011: 108). Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendiri lah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman
- –pengalaman mereka (Lorsbach dan Tobin dalam Suparno, 2012: 19). Dari pendapat para pakar diatas bisa dikatakan bahwa konstruktivisme adalah proses pembentukan pengetahuan siswa yang berawal dari apa yang diketahui siswa dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
5 Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki informasi itu menjadi milik mereka sendiri. Dengan dasar ini pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Hal yang paling penting adalah guru tidak boleh hanya memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun pengetahuan didalam benaknya. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan cara membuat pembelajaran menjadi sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa.
Tujuan teori konstruktivisme adalah sebagai berikut:
a. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.
b. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
c. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar.
Menurut kaum konstruktivitis, belajar merupakan proses aktif siswa mengkonstruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai berikut (Thobroni, 2011: 110):
a. Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, dan alami.
b. Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus seumur hidup. c. Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta, melainkan lebih berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk pengertian yang baru.
d. Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut.
e. Hasil belajar dipengaruhi pengalaman belajar dengan dunia fisik dan lingkungan siswa.
f. Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah diketahuinya.
Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti berikut (Thobroni, 2011: 116):
1. Pembelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang sudah ada.
2. Dalam konsteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina pengetahuan mereka.
3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pembelajar sendiri melalui proses saling mempengaruhi antara pembelajaran terdahulu dan pembelajaran terbaru.
4. Unsur terpenting dalam teori konstruktivisme ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.
5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama.
Factor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan
- –gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.
6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai kaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik minat pelajar.
Kelebihan dalam pembelajaran konstruktivisme: 1) Dalam proses membina pengetahuan baru, pembelajar berpikir untuk menyelesaikan masalah, menjalankan ide
- –idenya, dan membuat keputusan. 2) Karena pembelajar terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan baru, pembelajar lebih paham, mengingat konsep lebih lama, memahami keadaan lingkungan sosialnya, dapat mengamplikasikannya, merasa senang belajar dalam membina pengetahuan baru.
Kekurangan dalam pembelajaran konstruktivisme adalah peran guru sebagai pendidik kurang mendukung. Yang sangat penting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses belajar siswalah yang harus mendapatkan tekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru ataupun orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Kretivitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif mereka. Tentu proses mandiri dalam berpikir itu perlu dibantu oleh pihak pendidik (Suparno, 2012: 81).
B. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah (Trianto, 2011: 111). LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar
- –lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjuk
- –petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan siswa yang mengacu pada kompetensi yang harus dicapai (Prastowo, 2012: 204). Jadi Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan pedoman untuk siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dicapai.
Lembar Kerja Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Pengaturan awal (advance organizer) dari pengetahuan dan pemahaman siswa diberdayakan melalui penyediaan media belajar pada setiap kegiatan sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna, dan dapat terkesan dengan baik pada pemahaman siswa. Bahan ajar LKS terdiri atas enam unsur utama, meliputi judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar atau materi pokok, informasi pendukung, langkah kerja, tugas dan penilaian.
a. Fungsi Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS memiliki setidaknya empat fungsi sebagai berikut: 1) Sebagai bahan ajar yang bisa meminimalkan peran pendidik, namun lebih mengaktifkan siswa.
2) Sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi yang diberikan.
3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas untuk berlatih. 4) Memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada siswa.
b. Tujuan Penyusunan LKS
Dalam hal ini, paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan penyusunan LKS, yaitu: 1) Menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan.
2) Menyajikan tugas
- –tugas yang meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi yang diberikan.
3) Melatih kemandirian belajar siswa. 4) Memudahkan pendidik dalam memberikan tugas kepada siswa.
c. Kriteria Kualitas Lembar Kerja Siswa
Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik.
(Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.Kaligis 1992 : 41-46 dalam Widjajanti, 2008:2-3).
1) Syarat- syarat didaktik mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat
universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban, sedang,
dan pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa.
2) Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS 3) Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS.
2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4-D
Model pengembangan perangkat seperti yang disarankan oleh Thiagarajan, Semmel, dan Semmel (1974) adalah Model 4-D. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan, yaitu Define, Design, Develop, dan Desseminate atau diadaptasikan menjadi Model 4-P, yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan, dan Penyebaran.
a. Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat
- – syarat pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat
- –syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu (1) analisis ujung depan, (2) analisis siswa, (3) analisis tugas, (4) analisis konsep, dan (5) perumusan tujuan pembelajaran. 1) Analisis Awal akhir
Analisis ujung depan bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan bahan pembelajaran. Analisis awal akhir bertujuan untuk mengetahui masalah dasar yang dihadapi dalam proses pembelajaran sehingga diperlukan suatu pengembangan bahan ajar. 2) Analisis Siswa
Analisis siswa bertujuan untuk menelaah karakteristik siswa secara umum yang meliputi latar belakang pengetahuan, dan tingkat perkembangan kognitif siswa sebagai gambaran untuk mengembangkan perangkat pembelajaran.
3) Analisis Tugas Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam satuan pembelajaran. Analisis tugas dilakukan untuk merinci isi materi ajar dalam bentuk garis besar. Analisis ini mencangkup: (a) analisis struktur isi, (b) analisis prosedural, (c) analisis proses informasi, (d) analisis konsep, dan (e) perumusan tujuan.
4) Analisis Konsep Analisis konsep bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis bagian-bagian utama yang relevan yang akan dipelajari siswa berdasarkan analisis awal-akhir. 5) Perumusan Tujuan Pembelajaran
Perumusan tujuan pembelajaran bertujuan untuk merangkum hasil dari analisis konsep dan analisis tugas untuk menentukan perilaku objek penelitian. Kumpulan objek tersebut menjadi dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran yang kemudian di integrasikan ke dalam materi perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti.
b. Tahap Perancangan (Design)
Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah yaitu, (1) penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan tujuan pembelajaran khusus. Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar; (2) pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran; (3) pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format
- –format perangkat yang sudah ada dan yang sudah dikembangkan di negara –negara lain yang lebih maju.
c. Tahap Pengembangan (Develop)
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukan dari para pakar. Tahap ini meliputi: (a) validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi, dan (c) uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji coba lanjut dengan jumlah siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
d. Tahap Penyebaran (Disseminate)
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, disekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat dalam KBM.
3. Materi Bangun Ruang Sisi Lengkung
Standar Kompetensi: 2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola serta menentukan ukurannya Kompetensi Dasar:
2.1 Mengiden tifikasi unsur-unsur tabung, kerucut dan
bola
2.2 Menghitung luas selimut dan tabung, kerucut dan bola
2.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung,
kerucut dan bola
Indikator: 2.1.1 Menyebutkan dengan cermat unsur-unsur: jari-jari, diameter,
tinggi, sisi, alas dari tabung, kerucut dan bola
2.2.1 Menemukan rumus luas tabung, kerucut, dan bola dengan menggunakan rumus luas bangun datar atau percobaan empiris
2.2.2 Menghitung dengan teliti luas tabung, kerucut, dan bola.
2.2.3 Menemukan rumus volume tabung, kerucut dan bola dengan menggunakan rumus volume bangun ruang sisi datar atau percobaan empiris 2.2.4 Menghitung dengan teliti volume tabung, kerucut dan bola.
2.2.5 Menghitung dengan teliti unsur-unsur tabung, kerucut dan bola jika volumenya diketahui
2.3.1 Menggunakan rumus luas selimut dan volume untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut dan bola dengan berbagai alternatif.