JURNAL KOMPARASI KEUNTUNGAN TANAMAN SEMUSIM DI PULAU LOMBOK

  

JURNAL

KOMPARASI KEUNTUNGAN TANAMAN SEMUSIM

DI PULAU LOMBOK

Oleh:

Rohani

  

C1G014200

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MATARAM

2018

  2

KOMPARASI KEUNTUNGAN TANAMAN SEMUSIM

  

Comparison of Income from Several Seasonal Crops in Lombok Island

By:

  Rohani NIM. C1G 014 200

Main supervisor : Prof. Ir. Taslim Sjah, M.App.Sc.,Ph.D.

  

Supervisor : Ir. IGL Parta Tanaya, M.App.Sc.,Ph.D.

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pendapatan yang diperoleh masing-masing tanaman semusim di Pulau Lombok, (2) menganalisis daerah yang memperoleh pendapatan tertinggi untuk tanaman semusim sejenis di Pulau Lombok. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi terkait, dalam hal ini data diperoleh dari Perpustakaan Fakulas Pertanian Universitas Mataram. Pengolahan data dilakukan baik secara kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menghitung pendapatan usahatani tanaman semusim di Pulau Lombok. Metode kualitatif digunakan untuk membandingkan keuntungan tanaman semusim yang sama pada daerah yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani tanaman semusim di Pulau Lombok sangat bervariasi yaitu berkisar dari Rp. 99.946/bulan hingga Rp. 75.438.964/bulan. Pendapatan tertinggi perbulan perkabupaten untuk usahatani padi di Pulau Lombok adalah di Kota Mataram sebesar Rp. 8.983.532, diikuti oleh Kabupaten Lombok Utara sebesar Rp. 7.338.539, Lombok Barat sebesar Rp. 4.653.634, Lombok Timur sebesar Rp. 2.747.483 dan Lombok Tengah sebesar Rp. 1.994.580. sedangkan pendapatan perbulan usahatani cabai rawit adalah di Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp. 80.320.747, diikuti oleh Lombok Barat Rp. 15.651.268, Mataram Rp. 8.874.993 dan Lombok Utara sebesar Rp. 6.728.849. pendapatan tertinggi usahatani jagung adalah di Lombok Utara sebesar Rp. 4.751.804 diikuti oleh Lombok Timur sebesar Rp. 3.892.258 dan Lombok Barat sebesar Rp. 1.815.782.

  Kata Kunci: Pendapatan Usahatani, Tanaman Semusim, Komparasi Pendapatan

  3

  ABSTRACT

This study aims to: (1) analyze seasonal crops income in Lombok Island, (2)

analyze the regions that get the highest income for similar seasonal crops in

Lombok Island. This research method is descriptive method. The source of data in

this study is secondary data. Secondary data is data obtained from relevant

agencies, in this case the data was obtained from the Library of Agriculture

Faculty, Mataram University. This study used both quantitative and qualitative

method. Quantitative method was used for calculating farm income for seasonal

crops in Lombok Island. Qualitative methods are used to compare the benefits of

the same seasonal crops in different areas. The results showed that the farm

income of seasonal crops in Lombok Island of ranging from Rp. 99,946/ month to

Rp. 75,438,964/month. The highest monthly income for rice farming in Lombok

Island is in the city of Mataram in the amount of Rp. 8,983,532, followed by North

Lombok Regency Rp. 7,338,539, West Lombok Rp. 4,653,634, East Lombok Rp.

2,747,483 and Central Lombok Rp. 1,994,580. While the monthly income of chili

farming is in the East Lombok Regency of Rp. 80,320,747, followed by West

Lombok Rp. 15,651,268, Mataram Rp. 8,874,993 and North Lombok Rp.

6,728,849, the highest income of corn farming is in North Lombok Rp. 4,751,804

followed by East Lombok Rp. 3,892,258 and West Lombok Rp. 1,815,78.

  Keywords: farm income, seasonal crops, income comparison.

I. PENDAHULUAN

  Salah satu yang mendasari perkembangan usaha pertanian di NTB yaitu potensi sumber daya alam serta lahan yang dimiliki. Kondisi geografis NTB yang bervariasi antara dataran tinggi, dataran rendah, pegunungan, pesisir, tanah yang kering, maupun berbagai kondisi lahan dengan sistem irigasi yang baik, lahan kering, tadah hujan, pasang surut, menyebabkan tidak semua wilayah di NTB mampu memproduksi semua jenis tanaman yang sama. Petani cenderung memilih jenis pertanian yang cocok dan menguntungkan sesuai dengan kondisi di tempat tinggalnya (BPS NTB, 2017).

  Pulau Lombok merupakan salah satu pulau besar yang terletak di NTB yang terdiri dari lima kabupaten/kota ini memiliki potensi besar untuk

  4 tanaman perkebunan maupun hortikultura. Salah satu jenis tanaman yang banyak dibudidayakan di Pulau Lombok adalah tanaman semusim. Tanaman semusim yang identik dengan tanaman bahan pangan memiliki peranan yang sangat penting dalam keberlangsungan hidup masyarakat di NTB, termasuk masyarakat di Pulau Lombok sehingga produksinya sangat perlu diperhatikan.

  Tanaman semusim terdiri dari berbagai macam komoditas seperti jagung, padi, kedelai, tomat, melon, dan lain sebagainya. Setiap komoditas memiliki tingkat kesulitan dan tantangan tersendiri bagi petani dalam proses budidayanya, sehingga akan menyebabkan besarnya biaya yang dikeluarkan petani berbeda- beda. Perbedaan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam proses budidaya masing- masing komoditas tersebut akan berpengaruh terhadap besarnya penerimaan yang akan diterima oleh petani. Sehingga dengan penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi besar kepada petani dalam memilih jenis tanaman yang paling menguntungkan untuk dikembangkan di Pulau Lombok.

II. METODOLOGI PENELITIAN

  2.1 Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dalam metode ini suatu rumusan masalah mengenai keberadan variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih. Dalam penelitan ini tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel

  .

  lain (Sugiyono, 2009)

  2.2 Unit Analisis

  Dalam penelitian ini, yang menjadi unit analisis adalah usahatani tanaman semusim di Pulau Lombok.

  2.3 Jenis dan Sumber Data

  Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Sumber data penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh

  5 dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai usahatani tanaman semusim di pulau Lombok.

  2.4 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menelusuri literatur-literatur memperoleh data-data yang berkaitan dengan usahatani tanaman semusim yang dibudidayakan di beberapa kabupaten/kota yang ada di Pulau Lombok.

  2.5 Analisis Data

  Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan penelitian yaitu:

  1. Untuk mengetahui keuntungan masing-masing tanaman semusim yang dibudidayakan di Pulau Lombok dianalisis dengan menggunakan tabel kemudian diinterpretasikan. Pada umumnya analisis biaya dan pendapatan pada usahatani, dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: I = TR

  • – TC……………..………………………………………...…………… (1) Dimana: I = pendapatan (Rp) TR = total penerimaan (Rp) TC = total biaya (Rp)

  Untuk mengetahui total biaya adalah dengan menjumlahkan biaya tetap dan biaya variabel: TC = TVC + TFC……………………………………………………………. (2) Dimana: TC = total biaya (Rp) TFC = Total Biaya Tetap (Rp) TVC = Total Biaya Variabel (Rp)

  Untuk mengetahui besarnya penerimaan yang diperoleh, maka dilakukan perhitungan sebgaai berikut: TR = P x Q………………………………..………………………………….. (3)

  6 Dimana: TR = Total Revenue (Total Penerimaan) P = price (harga) Q = quantity (jumlah produksi)

  2. Untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh tanaman yang sama pada kabupaten/kota yang di Pulau Lombok dianalisis dengan cara mengelompokkan data-data atau jenis tanaman yang sama dan dibudidayakan pada lokasi yang berbeda. Kemudian membandingkan keuntungan yang diperoleh masing-masing kabupaten/kota tersebut dan diinterpretasikan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Komparasi Biaya dan Pendapatan Usahatani Tanaman Semusim di Pulau Lombok

  Pendapatan yang diperloeh petani dalam budidaya tanaman semusim pada setiap daerah adalah berbeda, hal tersebut disebabkan karena perbedaan produktivitas dan harga yang berlaku untuk masing-masing komoditas. Untuk melihat perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut

  7

  37 Yunarsi (2016) Bawang Merah (Sakra Timur) Sawah

  Lombok Utara Lombok Timur Lombok Tengah Matram

  Pawarman (2017) Astuti (2016) Lombok Barat

  

Total Biaya

Produksi (Rp/ha)

Produksi (Kg/ha) Harga (Rp/kg) Penerimaan (Rp/ha) Pendapatan Kabupaten/Kota Usia Tanaman (bulan) Komoditas Biaya Variabel (Rp/ha) Biaya Tetap (Rp/ha) Kelompok Tanaman

  90 Damayanti (2016) Sayuran Sumber Tipe Lahan

  32 Witrah (2016) Pangan Padi Sawah 3,5 8.011.854 1.702.504 9.714.358 6.190 6.500 40.235.000 30.520.642 8.720.183

  2 3.557.140 1.759.070 5.316.210 7.355 2.500 18.387.500 13.071.290 6.535.645 123 Kacang Panjang Sawah 3 3.316.875 426.375 3.743.250 9.756 1.700 16.585.200 12.841.950 4.280.650 114 Cabai Rawit Sawah 5 19.850.530 6.765.342 26.615.872 6.060 11.500 69.690.000 43.074.128 8.614.826

  26 Kasim (2015) Sawi Sawah 1,5 2.244.465 780.890 3.025.355 4.287 2.000 8.574.000 5.548.645 3.699.097 122 Bayam Sawah 1 1.466.605 313.375 1.779.980 4.875 2.000 9.750.000 7.970.020 7.970.020 448 Kangkung Sawah

  32 Haditya (2017) Selada Sawah 3 17.256.791 754.633 18.011.424 28.987 15.000 434.805.000 13.893.119 4.631.040

  16 Idayati (2014) Semangka Sawah 3 10.743.021 157.927 10.900.948 29.000 2.000 58.000.000 47.099.052 15.699.684 144 Kadri (2014) Melon Sawah 3 19.902.878 317.707 20.220.585 1.986 20.000 39.720.000 19.499.415 6.499.805

  25 Made (2014) Pangan Padi Sawah 3,5 8.942.783 1.706.337 10.649.120 4.175 4.000 16.700.000 6.050.880 1.728.823

  12 Elisa (2017) Sayuran Cabai Besar Sawah 1,5 31.482.320 552.876 32.035.196 14.668 3.000 44.004.000 11.968.804 7.979.203

  5 45.614.240 550.939 46.165.179 17.640 24.000 423.360.000 377.194.821 75.438.964 163 Fitriyani (2015) Kacang-kacangan Kedelai Lahan kering 3 709.980 103.183 813.163 159 7.000 1.113.000 299.837 99.946

  3 14.097.381 4.618.348 18.715.729 9.857 8.500 83.784.500 65.068.771 21.689.590 116 Hilwani (2017) Cabai Rawit Sawah

  94 Abdi (2016) tomat Sawah 4 12.822.268 2.281.075 15.103.343 12.476 3.000 37.428.000 22.324.657 5.581.164

Tabel 4.1. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Tanaman Semusim di Pulau Lombok

  3 14.210.154 338.862 14.549.016 10.680 5.200 55.536.000 40.986.984 13.662.328

  36 Haryati (2016) Bawang Merah (Wanasaba) Sawah

  43 Angga (2017) Ubi Jalar Sawah 4 10.765.250 461.730 11.226.980 13.664 2.000 27.328.000 16.101.020 4.025.255

  69 Sari (2017) Padi Sawah 3,5 6.007.957 363.854 6.371.811 4.568 3.500 15.988.000 9.616.189 2.747.483

  94 Fitri (2017) Jagung Sawah 4 5.485.779 147.188 5.632.967 10.601 2.000 21.202.000 15.569.033 3.892.258

  50 Ja'far (2017) Sayuran Cabai Rawit Sawah 5 6.272.864 848.893 7.121.757 2.398 17.000 40.766.000 33.644.243 6.728.849

  87 Maryam (2015) Kacang-kacangan Kacang Tanah Sawah 3 5.299.448 627.177 5.926.625 3.710 4.000 14.840.000 8.913.375 2.971.125

  90 Jayantara (2018) Padi Sawah 3,5 6.854.109 1.026.097 7.880.206 4.572 7.000 32.004.000 24.123.794 6.892.513

  11 Adiatmawa (2018) Jagung Lahan kering 4 4.945.437 329.959 5.275.396 7.121 3.410 24.282.610 19.007.214 4.751.804

  71 Sampurna (2017) Padi Lahan kering 3,5 4.988.413 196.723 5.185.136 1.038 7.000 7.266.000 2.080.864 594.533

  29 Nursayan (2015) Cabai Rawit Sawah 5 12.223.228 1.356.434 13.579.662 5.102 18.000 91.836.000 78.256.338 15.651.268 115 Bawang Merah Sawah 3 51.506.581 2.116.262 53.622.843 11.521 20.000 230.420.000 176.797.157 58.932.386 110 Tomat (Lembar) Sawah 4 10.498.922 4.433.983 14.932.905 19.154 3.000 57.462.000 42.529.095 10.632.274

  41 Wibowo (2014) Cabai Besar Sawah 1,5 17.410.900 3.736.233 21.147.133 4.030 7.500 30.225.000 9.077.867 6.051.911

  41 Firman (2016) Jagung Lahan kering 4 8.529.333 978.980 9.508.313 6.532 2.500 16.330.000 6.821.687 1.705.422 18 syarifudin (2015) Kedelai Lahan kering 3 1.428.478 273.896 1.702.374 1.758 6.500 11.427.000 9.724.626 3.241.542 190 Abror (2017) Kacang Tanah Sawah 3 1.875.525 150.478 2.026.003 2.827 4.650 13.145.550 11.119.547 3.706.516 183 suhaidiah (2017) Tomat (Lingsar) Sawah 4 23.650.979 2.053.388 25.704.367 20.400 4.550 92.820.000 67.115.633 16.778.908 65 habibi (2014 Kacang Panjang Sawah 3 4.254.549 106.938 4.361.487 3.875 2.500 9.687.500 5.326.013 1.775.338

  Rp/MT/ha Rp/bln Presentase (%) Padi Sawah 3,5 10.738.302 248.944 10.987.246 3.573 7.500 26.797.500 15.810.254 4.517.215

  Pangan Kacang-kacangan Sayuran Pangan Pangan Sayuran Buah-buahan

  Pulau Lombok merupakan salah satu pulau yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki lahan yang cukup baik untuk dilakukan usaha budidaya pertanian. Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa terdapat lima kabupaten dan kota yang ada di Pulau Lombok ini yaitu Kabupaten Lombok Barat (Lobar), Kabupaten Lombok Utara (KLU), Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Kabupaten Lombok Tengah (Loteng), dan Kota Mataram. Masing-masing kabupaten dan kota tersebut memiliki tipe lahan yang berbeda, yakni lahan sawah dan lahan kering. Umumnya lahan sawah banyak digunakan oleh petani untuk menanam tanaman yang membutuhkan air yang cukup banyak, seperti padi dan sayuran. Sedangakan lahan kering digunakan untuk mengusahakan tanaman yang tidak membutuhkan banyak air seperti kedalai dan jagung, namun tidak menutup kemungkinan bahwa petani juga mengusahakan tanaman yang seharusnya diusahakan di lahan sawah, seperti padi, di lahan kering tersebut.

  Secara umum jenis tanaman yang diusahakan oleh petani di masing- masing kabupaten dan Kota yang ada di Pulau Lombok dikelompokkan menjadi empat, yaitu tanaman pangan, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan. Kelompok tanaman pangan dan sayuran merupakan kelompok tanaman yang diusahakan oleh petani yang ada di semua kabupaten dan Kota Mataram merupakan satu-satunya daerah yang petaninya tidak mengusahakan kelompok tanaman kacang-kacangan dan menjadi daerah yang paling banyak mengusahakan tanaman sayuran. Sedangkan Kabupaten Lombok Tengah merupakan satu-satunya daerah yang petaninya banyak mengusahakan kelompok tanaman buah-buahan, dengan rata-rata usia tanaman adalah 3 bulan.

  Jenis tanaman pangan yang paling banyak diusahakan oleh petani di masing-masing daerah adalah padi dan jagung, selain kedua tanaman tersebut terdapat satu daerah yakni di Kabupaten Lombok Timur yang petaninya banyak mengusahakan atau membudidayakan tanaman pangan berupa ubi jalar. Jenis tanaman yang termasuk ke dalam kelompok tanaman kacang-kacangan yaitu kedelai dan kacang tanah, kedua tanaman tersebut masing-masing dibudidayakan kelompok sayuran antara lain tomat, kacang panjang, cabai besar, cabai rawit, bawang merah, selada, sawi, bayam, dan kangkung, hampir semua jenis tanaman sayuran tersebut diusahakan di lahan sawah, kecuali cabai rawit yang dapat diusahakan di lahan sawah maupun di lahan kering. Sedangkan jenis tanaman yang termasuk ke dalam kelompok buah-buahan yaitu semangka dan melon yang hanya diusahakan di daerah Lombok Tengah.

  Total biaya produksi yang dibutuhkan untuk melakukan usahatani tanaman semusim di Pulau Lombok berkisar antara Rp 813.163 hingga Rp 53.622.843 tergantung dari jenis tanaman yang diusahakan. Rata-rata total biaya produksi tersebut terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Sebagian besar dari total biaya produksi merupakan biaya variabel yang dialokasikan untuk biaya tenaga kerja untuk pengolahan lahan dan pemeliharaan tanaman, sedangkan sebagian kecil lainnya merupakan biaya tetap yang digunakan untuk investasi alsintan maupun pajak lahan.

  Persentase pendapatan yang diperoleh dari hasil usahatani tanaman semusim yang dilakukan oleh petani di Pulau Lombok masih cukup tinggi yakni berkisar antara 12% hingga 448% karena jika dibandingkan dengan bunga kredit yang berlaku saat ini (9% hingga 18%), persentase pendapatan masih lebih besar daripada bunga kredit tersebut., sehingga hal ini dapat mempermudah petani untuk melakukan pinjaman modal usahatani kepada lembaga keuangan, terutama bank.

4.2. Komparasi Biaya dan Keuntungan Usahatani Tanaman Semusim Sejenis di Kabupaten/Kota Berbeda di Pulau Lombok

  Untuk melihat perbandingan penggunaan biaya produksi dan pendapatan yang diperoleh pada usahatani padi, cabai rawit dan jagung di kabupaten/kota di Pulau Lombok dapat dilihat pada tabel-tabel berikut:

Tabel 4.2. Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi di Pulau Lombok

  Pendapatan Total Biaya Produksi Harga Produksi

  Sumber Lokasi (Kg/ha) (Rp/kg) Rp/MT/ha Rp/bln

  (Rp/ha) Lombok Barat 10.987.246 3.573 7.500 15.810.254 4.517.215 Firman (2016)

Lombok Utara 7.880.206 4.572 7.000 24.123.794 6.892.513 Maryam (2015)

Lombok Timur 6.371.811 4.568 3.500 9.616.189 2.747.483 Angga (2017) Lombok Tengah 10.649.120 4.175 4.000 6.050.880 1.728.823 Idayati (2014)

Mataram 9.714.358 6.190 6.500 30.520.642 8.720.183 Damayanti (2016)

  Sumber: data sekunder

Tabel 4.8 menunjukkan perbedaan biaya produksi dan pendapatn usahatani padi (sawah) di Pulau Lombok. Penggunaan total biaya produksi tertinggi adalah

  usahatani padi di Kabupaten Lombok Barat yaitu sebesar Rp. 10.987.246/ha dan penggunaan total biaya produksi terendah adalah usahatani padi di Kabupaten Lombok Timur yaitu sebesar Rp. 6.371.811/ha. Di samping itu produksi tertinggi adalah usahatani padi di Kota Mataram yaitu 6.500 kg/ha dengan harga jual sebesar Rp. 6.500/kg sehingga petani memperoleh pendapatan sebesar Rp. 30.520.642/MT/ha atau setara dengan Rp. 8.720.183/bln.

  Perbedaan harga jual padi pada Tabel 4.8 disebaban karena petani menjual padi dalam bentuk beras dan gabah atau yg dikenal dengan istilah Gabak Kering Giling (GKG) dan Gabah Kering Panen (GKP). Untuk harga Rp. 3500/kg dan Rp. 4000/kg adalah harga yang berlaku untuk gabah kering panen, dan yang lainnya adalah untuk gabah kering giling.

Tabel 4.3. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit di Beberapa

  Kabupaten di Pulau Lombok

  Pendapatan Total Biaya Produksi Harga Produksi

  Sumber Lokasi (Kg/ha) (Rp/kg) Rp/MT/ha Rp/bln

  (Rp/ha)

Lombok Barat 13.579.662 5.102 18.000 78.256.338 15.651.268 Pawarman (2017)

Lombok Utara 7.121.757 2.398 17.000 33.644.243 6.728.849 Fitri (2017) Lombok Timur 46.165.179 17.640 24.000 377.194.821 75.438.964 Fitriyani (2015) Mataram 26.615.872 6.060 11.500 43.074.128 8.614.826 Witrah (2016)

  Sumber: data sekunder Dari Tabel 4.3 pendapatan yang diterima petani cabai rawit di beberapa kabupaten/kota tersebut sangat beragam. Pendapatan tertinggi untuk usahatani cabai rawit adalah yang berlokasi di Kabupaten Lombok Timur dengan pendapatan sebesar Rp. 377.194.821/MT/ha atau sbesar Rp. 75.438.964/bln, kemudian diikuti oleh Lombok Barat dan Kota Mataram yang masing-masing perolehan pendapatan nya sebesar Rp. 15.651.268/bln dan Rp.

  8.614.826/ha.Pendapatan yang diperoleh oleh petani cabai rawit dipengaruhi oleh produksi dan harga yang diberlakukan terhadap produk tersebut. Produksi cabai rawit yang paling tinggi sebesar 17.640 kg/ha adalah cabai rawit yang dibudidayakan di kabupaten Lombok Timur, selain produksi yang tinggi cabai rawit pada lokasi tersebut juga memiliki harga jual yang paling tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya yaitu sebesar Rp. 24.000/kg. Oleh karena itu petani cabai rawit Kabupaten Lombok Timur memperoleh pendapatan terbesar.

  Produksi cabai rawit yang dibudidayakan di kabupaten Lombok Barat (5.102 kg/ha) lebih rendah dibandingkan dengan produksi cabai rawit Kota Mataram (6.060 kg/ha), akan tetapi harga yang berlaku untuk kedua daerah tersebut berbeda. Untuk Kabupaten Lombok Barat harga jual cabai rawit sebesar Rp. 18.000/kg sedangkan untuk cabai di Kota Mataram harga jual cabai sebesar Rp.11.500/kg. Oleh karena itu penerimaan dan pendapatan yang diterima petani di Kabupaten Lombok Barat menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan petani cabai rawit di Kota Mataram (Tabel 4.3).

Tabel 4.4. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Jagung DI Beberapa

  Kabupaten di Pulau Lombok

  Pendapatan Total Biaya Produksi Harga Produksi

  Sumber Lokasi (Kg/ha) (Rp/kg) Rp/MT/ha Rp/bln

  (Rp/ha)

Lombok Barat 9.508.313 6.532 2.500 6.821.687 1.705.422 Syarifudin (2015)

Lombok Utara 5.275.396 7.121 3.410 19.007.214 4.751.804 Jayantara (2018)

Lombok Timur 5.632.967 10.601 2.000 15.569.033 3.892.258 Sari (2017)

  Sumber: data sekunder Berdasarkan Tabel 4.4 diatas usahatani jagung dengan perolehan pendapatan tertinggi adalah jagung yang berlokasi di kabupaten Lombok Utara, tingginya perolehan pendapatan tersebut didukung dengan produksi yang tinggi (7.121 kg/ha). Usahatani jagung di Kabupaten Lombok Timur mampu mencapai produksi sebesar 10.601 kg/ha akan tetapi karena harga jualnya rendah maka pendapatan yang diperoleh petani jagung Kabupaten Lombok Timur menjadi sedikit. Berikutnya adalah usahatani jagung di Lombok Barat dengan harga jual yang cukup tinggi diantara dua kabupaten lainnya namun produksi yang diperoleh rendah yaitu hanya 6.532 kg/ha, maka pendapata yang diterima petani jagung Lombok Barat juga menjadi sedikit.

4.3. Nilai Pendapatan Usahatani Tanaman Semusim Sejenis Di Pulau Lombok Setelah Dikaitkan Tingkat Inflasi

  Inflasi merupakan salah satu resiko yang pasti dihadapi oleh manusia yang hidup dalam ekonomi uang, dimana daya beli yang ada dalam uang dengan berjalannya waktu mengalami penurunan (Sukirno, 2000).

  Menurut data Bank Indonesia (2018) tingkat inflasi pada akhir tahun 2017 adalah 3,61%. Angka inflasi tersebut berdampak terhadap kesetaraan nilai uang masa lalu (sebelum tahun 2017) dengan nilai uang saat ini (2017). Untuk melihat kesetaraan uang masa lalu dengan uang saat ini dapat dilihat pada table berikut:

Table 4.5. Pendapatan Usahatani Padi di Pulau Lombok Sebelum Dan Setelah

  Dikaitkan Dengan Inflasi

  Nilai Sebelum Inflasi Lokasi Nilai Pendapatan Setelah Inflasi Pendapatan (Rp/bln) Tahun

  Lombok Barat 4.517.215 2016 4.653.634 Lombok Utara 6.892.513 2015 7.338.539 Lombok Timur 2.747.483 2017 2.747.483 Lombok Tengah 1.728.823 2014 1.994.580 Mataram 8.720.183 2016 8.983.532

  Sumber: data sekunder Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pendapatan usahatani padi di

  Pulau Lombok setelah dikaitkan dengan inflasi, dimana tahun 2017 merupakan tahun yang dijadikan dasar untuk menyetarakan nilai uang pada tahun sebelumnya mnunjukkan bahwa pendapatan usahatani padi tertinggi adalah di Kota Mtaram yaitu sebesar Rp. 8.983.532/bln, diikuti oleh usahatani padi Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur an Lombok Tengah.

Tabel 4.6. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Beberapa Kabupaten/Kota di Pulau

  Lombok Sebelum dan Sesudah Dikaitkan Inflasi

  Nilai Sebelum Inflasi Lokasi Nilai Pendapatan Setelah Inflasi Pendapatan (Rp/bln) Tahun

  Lombok Barat 15.651.268 2017 15.651.268 Lombok Utara 6.728.849 2017 6.728.849 Lombok Timur 75.438.964 2015 80.320.747 Mataram 8.614.826 2016 8.874.993

  Sumber: data sekunder

  Berdasarakan Tabel 4.6 tersebut menunjukkan bahwa pendapatan tertinggi usahatani cabai rawit adalah di Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp. 75.438.964/bln pada tahun 2015, atau nilai uang tersebut setara dengan uang sebesar Rp. 80.320.747/bln pada tahun 2017 pada tingkat inflasi sebesar 3,61%., diikuto oleh usahatani cabai rawit di Lombok Barat, Mataram dan Lombok Utara.

Tabel 4.7. Pendapatan Usahatani Jagung Beberapa Kabupaten/Kota di Pulau

  Lombok Sebelum dan Sesudah Dikaitkan Inflasi Lokasi

  Nilai Sebelum Inflasi Nilai Pendapatan Setelah

  Inflasi Pendapatan

  (Rp/bln) Tahun

  Lombok Barat 1.705.422 2015 1.815.782 Lombok Utara 4.751.804 2017 4.751.804 Lombok Timur 3.892.258 2017 3.892.258

  Sumber: data sekunder

Table 4.7 menunjukkan bahwa terjadi perubahan nilai pendapatan usahatani jagung di Kabupaten Lombok Barat pada tahun 2015 sebesar Rp.

  1.705.422/bln menjadi Rp. 1.815.782/bln pada tahun 2017 pada tingkat inflasi 3,61% dimana tahun 2017 dijadikan sebagai tahun dasar untuk menyetarakan pendapatan usahatani tanaman semusim sejenis di Pulau Lombok.

5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

  Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.

  Pendapatan per hektar per bulan usahatani tanaman semusim di Pulau Lombok dari yang terbesar hingga yang terkecil berturut-turut adalah cabai rawit (Lotim) Rp. 75.438.964, bawang merah (Lobar) Rp. 58.932.386, bawang merah (Sakra Timur) Rp. 21.689.590, tomat (Lingsar) Rp. 16.778.908, semangka Rp. 15.699.684, cabai rawit (Lobar) Rp. 715.651.268, bawang merah (Wanasaba) Rp. 13.662.328, tomat (Lembar) Rp. 10.632.274, padi (Mataram) Rp. 8.720.183, cavai rawit (Mataram) Rp. 8.614.826, cabai besar (Loteng) Rp. 7.979.203, bayam Rp. 7.970.020, padi (KLU) Rp. 6.892.513, cabai rawit (KLU) Rp. 6.728.849, kangkung Rp. 6.535.645, melon Rp. 6.499.805, cabai besar (Lobar) Rp.6.051.911, tomat (Lotim) Rp. 5.581.164, jagung (KLU) Rp.4.751.804, selada Rp. 4.631.040, padi (Lobar) Rp.

  4.517.215, kacang panjang (Mataram) Rp. 4.280.650, ubi jalar Rp. 4.025.255, jagung (Lotim) Rp. 3.892.258, kacang tanah (Lobar) Rp. 3.706.516, sawi Rp. 3.690.097, keelai (Lobar) Rp. 3.241.542, kacang tanah (KLU) Rp. 2.971.125, padi (Lotim0 Rp. 2.727.483, kacang panjang (Lobar) Rp. 1.775.338,), padi (Loteng) Rp. 1.728.822, jagung (Lobar) Rp. 1.705.422, padi (KLU) Rp. 594.533 dan kedelai (Loteng) Rp. 99.946. .013, padi (KLU) Rp. 2.080.864, dan tanaman kedelai sebesar Rp. 299.837.

2. Pendapatan usahatani tanaman semusim sejenis di kabupaten/kota di Pulau Lombok adalah (1) usahatani padi di Kota Mataram sebesar Rp.

  8.720.183/bln, (2) usahatani cabai rawit di Kabupaten Lombok Timur sebesar Rp. 75.438.964/bln, dan (3) usahatani jagung di Kabupaten Lombok Utara sebesar Rp. 4.751.804/bln.

5.2. Saran

  Setelah dilakukan penelitian tentang komparasi pendapatan tanaman semusim di Pulau Lombok, maka diajukan saran agar petani yang memiliki modal terbatas untuk melakukan budidaya tanaman sayuran (sawi, bayam) karena kedua jenis tanaman tersebut membutuhkan biaya relatif lebih kecil dibandingkan dengan tanaman jenis lainnya dan petani yang memiliki modal besar, direkomendasikan untuk menanam tanaman cabai rawit atau salada sebagai alternatif tanaman setelah padi, karena kedua tanaman tersebut dapat memberikan pendapatan yang tinggi, dengan mempertimbangkan jenis lahan yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

  Bank Indonekses 6 September 2018 BPS NTB. 2017. Nusa Tenggara Barat Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat, Mataram.

  Sugiyono, 2009. Metode penelitan kuantitatif dan kualitatif. Alfabeta, Bandung. Sukirno, S. 2000. Makroekonomi Modern. Raja Grafindo, Jakarta.