PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN TANAMAN SEMUSIM TAHUN 2016

(1)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 ii

PENGEMBANGAN

TANAMAN SEMUSIM DAN REMPAH

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

MARET 2016

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN TANAMAN SEMUSIM

TAHUN 2016


(2)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 i

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas rahmat dan karuniaNya maka dapat dilakukan penyusunan

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Rempah 2016.

Untuk implementasi program tersebut, pada tahun anggaran 2016 dialokasikan dana untuk kegiatan

rehabilitasi dan intensifikasi serta kegiatan

pendukung lainnya melalui kegiatan pengembangan di daerah sentra tanaman rempah.

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Rempah Tahun 2016 secara garis besar memuat acuan pengelolaan kegiatan maupun anggaran bagi para pelaksana di pusat, provinsi dan utamanya kabupaten sebagai penerima manfaat kegiatan.

Semoga pedoman ini dapat bermanfaat dalam menunjang keberhasilan pembangunan perkebunan khususnya dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas Tanaman Rempah nasional.

Jakarta, 31 Maret 2016

Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir, MS NIP. 195607281986031001


(3)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR LAMPIRAN iv

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Sasaran Nasional 2

C. Tujuan 2

D. Pengertian 2

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN 9

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan

Kegiatan

9

B. Spesifikasi Teknis 11

III. PELAKSANAAN KEGIATAN 24

A. Ruang Lingkup 24

B. Pelaksana Kegiatan 24

C. Lokasi, Jenis dan Volume 25

D. Simpul Kritis 25

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN

BANTUAN

27

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN,

PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN


(4)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 iii

VI. MONITORING, EVALUASI DAN

PELAPORAN

36

VII. PEMBIAYAAN 39

VIII. PENUTUP 40


(5)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 iv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lokasi Pengembangan

Tanaman Lada Tahun 2016

41

Lampiran 2. Lokasi Pengembangan

Tanaman Cengkeh Tahun 2016

41

Lampiran 3. Lokasi Pengembangan

Tanaman Pala Tahun 2016

42

Lampiran 4. Standar Mutu Benih Pala Siap

Tanam

43

Lampiran 5. Spesifikasi Teknis Benih

Cengkeh

44

Lampiran 6. Spesifikasi Teknis Benih

Cengkeh Siap Salur

45

Lampiran 7. Form Rencana Kerja Dana

Tugas Pembantuan

45

Lampiran 8. Laporan Realisasi Fisik dan

Keuangan Dana Tugas Pembantuan TA 2016

46

Lampiran 9. Penempatan Tenaga

Pendamping Pengembangan Tanaman Tebu (TKP dan PLP-TKP) Tahun 2016

47

Lampiran 10. Penempatan Tenaga

Pendamping Pengembangan Tanaman Kapas (TKP dan


(6)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 v TKP) Tahun 2016

Lampiran 11. Rencana Kegiatan

Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani Tebu Tahun 2016

48

Lampiran 12. Rencana Kegiatan

Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani Kapas Tahun 2016

49

Lampiran 13. Rencana Kegiatan

Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani Nilam Tahun 2016

50

Lampiran 14. Rencana Kegiatan

Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani

Tembakau Tahun 2016


(7)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu sub sektor strategis yang secara ekonomis, ekologis dan sosial budaya memainkan peranan penting dalam pembangunan nasional. Sesuai Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, secara ekonomi perkebunan berfungsi meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat serta penguatan struktur ekonomi wilayah dan nasional; secara ekologi berfungsi meningkatkan konservasi tanah dan air, penyerap karbon, penyedia oksigen dan penyangga kawasan lindung serta secara sosial budaya berfungsi sebagai perekat dan pemersatu bangsa.

Adapun karakteristik perkebunan dapat ditinjau dari berbagai aspek antara lain dari jenis

komoditas, hasil produksi dan bentuk

pengusahaannya. Berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian Nomor 3599/Ktps/PD.310/10/2009

tentang Jenis Komoditas Binaan Direktorat Jenderal Perkebunan terdiri atas 127 jenis tanaman berupa tanaman tahunan dan tanaman semusim. Dari 127 jenis tanaman perkebunan yang menjadi komoditas unggulan difokuskan pada 16 komoditi yaitu tebu, kelapa sawit, karet, kelapa, kakao, kopi, lada, teh, pala, cengkeh, jambu mete, sagu, kemiri sunan, kapas, tembakau, dan nilam.


(8)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 2

Pengelompokan 16 komoditas unggulan 4

diantaranya tebu, kapas, nilam, dan tembakau merupakan komoditi binaan Direktorat Tanaman semusim.

Ditinjau dari aspek produksi, hasil produksi perkebunan merupakan bahan baku industri baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

B. Sasaran Nasional

Terlaksananya kegiatan pengembangan tanaman semusim melalui kegiatan pengembangan areal produktif tanaman tebu dan pengembangan areal produktif tanaman semusim lainnya.

C. Tujuan

Meningkatkan produksi dan produktivitas

tanaman semusim.

D. Pengertian

Dalam Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman semusim yang dimaksud dengan:

1. Tim Teknis tebu Provinsi (bagi Provinsi yang

ada PG dan APTRI) adalah Tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan dengan keanggotaan terdiri dari unsur-unsur terkait antara lain: Dinas Provinsi

yang Membidangi Perkebunan, Wakil

BUMN/Swasta yang menangani PG berbasis tebu, APTRI, UPTD Perkebunan dan instansi lain.


(9)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 3

2. Tim Teknis tebu Provinsi (bagi Provinsi yang

tidak ada PG dan APTRI) adalah Tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan dengan keanggotaan terdiri dari unsur-unsur terkait antara lain: Dinas Provinsi yang Membidangi Perkebunan, UPTD Perkebunan dan instansi lain.

3. Tim Teknis tebu Kabupaten/Kota (bagi

Kabupaten/Kota yang ada PG) adalah Tim

yang dibentuk oleh Kepala Dinas

Kabupaten/Kota Yang Membidangi

Perkebunan dengan keanggotaan terdiri dari

unsur-unsur terkait antara lain: Dinas

Kabupaten/Kota yang Membidangi

Perkebunan, PG wilayah binaan, APTRI dan instansi lain.

4. Tim Teknis tebu Kabupaten/Kota (bagi

Kabupaten/ Kota yang tidak ada PG) adalah Tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas

Kabupaten/Kota yang Membidangi

Perkebunan dengan keanggotaan terdiri dari

unsur-unsur terkait antara lain: Dinas

Kabupaten/Kota Yang Membidangi

Perkebunan dan instansi lain.

5. Kerjasama Operasional (KSO) adalah

perjanjian antara dua pihak atau lebih

dimana masing-masing sepakat untuk

melakukan pekerjaan tertentu secara


(10)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 4

6. Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR)/Koperasi

petani berbasis tebu adalah lembaga

keuangan dan ekonomi petani yang

mengelola tebu dan berbadan hukum.

7. Kelompok Tani adalah sekumpulan petani

yang sepakat membentuk kelompok dengan tujuan mengusahakan dan mengembangkan usaha perkebunan.

8. Petani adalah orang perseorangan warga

Negara Indonesia yang melakukan usaha

perkebunan tanaman semusim pada lahan

milik sendiri, sewa dan/atau lahan garapan.

9. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah

kumpulan beberapa kelompok tani yang

bergabung dan bekerjasama untuk

meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha.

10. Pemberdayaan Kelompok Sasaran adalah

upaya fasilitasi agar petani mampu

menggunakan potensi dan kemampuan dalam melakukan agribisnis tanaman perkebunan

secara berkelanjutan, meliputi aspek

produksi, bisnis, penguatan modal usaha

kelompok, manajemen dan aspek

peningkatan Sumber Daya Manusia.

11. Calon petani dan calon lahan yang

selanjutnya disebut CP/CL adalah daftar petani yang diusulkan untuk ditetapkan menjadi peserta program penerima bantuan yang diusulkan oleh kabupaten/kota.


(11)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 5

12. Bongkar ratoon adalah pelaksanaan budidaya

tanaman tebu dengan melakukan

pembongkaran tanaman tebu yang telah dikepras lebih dari 3 kali atau produktivitas di bawah 50 ton per hektar.

13. Benih tanaman yang selanjutnya disebut

benih, adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembang- biakkan tanaman.

14. Perluasan Tanaman adalah pelaksanaan

budidaya tanaman yang dilakukan pada lahan bukaan baru.

15. Rawat ratoon adalah pemeliharaan tanaman

tebu keprasan secara intensif.

16. Pupuk anorganik merupakan pupuk yang

terdiri dari beberapa unsur hara makro dan mikro.

17. Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian

besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan.

18. Pemantapan Database Tebu On-line adalah

serangkaian kegiatan input dan updating

data.

19. Tim Teknis Provinsi, Kabupaten/Kota adalah

Tim yang dibentuk oleh Kepala Dinas Provinsi,

Kabupaten/Kota yang Membidangi

Perkebunan dengan keanggotaan terdiri dari


(12)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 6 Provinsi, Kabupaten/Kota Yang Membidangi Perkebunan.

20. Perusahaan Mitra petani kapas yang

selanjutnya disebut perusahaan pengelola adalah mitra usaha petani/kelompok yang bersangkutan yang secara langsung maupun tidak langsung ikut mendukung program pemerintah dalam peningkatan produksi dan pendapatan petani.

21. Tanam Musim Penghujan (TMP) adalah

penanaman suatu komoditas yang

berlangsung dilahan tadah hujan (tegalan) yang kebutuhan airnya dipenuhi dari air hujan.

22. Tanam Musim Kemarau (TMK) adalah

penanaman suatu komoditas dilahan sawah yang berlangsung pada musim kemarau dimana kebutuhan airnya dipenuhi dari sumber air yang ada (teknis, semi teknis, embung dan lain-lain).

23. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang

ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama.

24. Boll Kapas adalah buah kapas dimana

didalamnya berisi kapas berbiji yang menjadi sumber pendapatan bagi petani.

25. Kabu-kabu (fuzz) adalah serat yang melekat


(13)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 7

26. Serat kapas adalah serabut yang menempel

pada biji kapas.

27. Ginning adalah proses pemisahan serat kapas

dari polong dan biji yang melekat.

28. Setek Pucuk pada penanaman nilam adalah

teknik memperbanyak tanaman dengan cara vegetatif dengan memakai bagian pucuk tanaman.

29. Setek Batang pada penanaman nilam adalah

teknik memperbanyak tanaman dengan cara

vegetatif dengan memakai bagian

batang tanaman.

30. Minyak atsiri adalah minyak nabati atau

berasal dari tumbuh-tumbuhan yang

merupakan bahan dasar dari parfum/

kosmetik dan obat-obatan alami serta mempunyai aroma yang khas.

31. Tembakau Rajangan adalah daun tembakau

dirajang (ukuran rajangan <1 cm) dengan pisau atau mesin perajang dan dikeringkan dengan sinar matahari.

32. Tembakau krosok adalah lembaran daun

tembakau kering melalui proses pengovenan, pengasapan atau penjemuran.

33. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya

disebut Kuasa PA adalah pejabat yang

memperoleh kuasa dari PA untuk

melaksanakan sebagian kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran pada


(14)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 8

Kementerian Negara/lembaga yang

bersangkutan.

34. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya

disebut PPK adalah pejabat yang diberi

kewenangan oleh PA/Kuasa PA untuk

mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dapat mengakibatkan pengeluaran atas beban APBN.

35. Pejabat Penandatangan Surat Perintah

Membayar yang selanjutnya disebut PPSPM adalah pejabat yang diberi kewewenangan oleh Kuasa PA untuk melakukan pengujian atas Surat Perintah Pembayaran (SPP) dan menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM).

36. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang

berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), yang dilaksanakan

oleh daerah yang mencakup semua

penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan.


(15)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 9

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

Pengembangan tanaman semusim melalui

pengembangan areal produktif tanaman tebu dan pengembangan tanaman semusim lainnya (kapas, nilam dan tembakau) dilaksanakan dengan prinsip pendekatan sebagai berikut :

1. Penetapan CP/CL Tanaman semusim

- Pemilihan calon petani dan calon lahan

(CP/CL) oleh tim teknis kabupaten.

Sebelum ditetapkan sebagai kelompok tani/petani pelaksana kegiatan penerima bantuan, terlebih dahulu di verifikasi oleh tim verifikator dan penetapan petani/ kelompok tani terpilih ditetapkan oleh KPA Satker Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan berdasarkan atas usulan dari Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.

- Hal-hal yang perlu dibuat dalam penetapan

CP/CL adalah lokasi, nama kelompok dan luas lahan.

- Petani peserta tergabung dalam kelompok

tani dan mau mengikuti aturan yang

ditetapkan dalam pedoman

teknis/juklak/juknis serta bersedia

mengikuti petunjuk/ bimbingan teknis dan ketentuan teknis dari petugas teknis lapangan/ pendamping.


(16)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 10

2. Kegiatan pengembangan tanaman semusim

melalui e-katalog/kontraktual

Pengadaan sarana produksi berupa benih, pupuk dan bahan pengendali OPT serta alat dan mesin dilakukan oleh dinas provinsi yang

membidangi perkebunan, mengacu pada

Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor : 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah serta Pedoman Pengadaan dan pengelolaan barang dan jasa Lingkup Satker Ditjen. Perkebunan Kementerian Pertanian.

Pengadaan alat dan mesin dilaksanakan jika produsennya lebih dari satu dan memiliki Hasil Uji (Test Report) dari laboratorium uji yang terakreditasi atau laboratorium yang ditunjuk oleh Kementerian Pertanian.

Pengadaan alat dan mesin yang sudah terbit

e-katalog nya dilaksanakan melalui LKPP sedangkan yang belum terbit e-katalognya dilaksanakan melalui kontraktual.

Pengadaan komponen/implemen alat dan mesin disesuaikan dengan kondisi/kebutuhan di lapangan.

Pemanfaatan bantuan alat dan mesin

diprioritaskan untuk kegiatan pengembangan tebu.


(17)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 11

3. Kegiatan fasilitasi pengembangan tanaman

semusim lainnya melalui swakelola

Kegiatan pemberdayaan pekebun dan

penguatan kelembagaan, pendampingan/

pengawalan pelaksanaan analisis rendemen tebu petani, pemantapan Database tebu online, operasional TKP dan PLP-TKP serta

pengawalan dan monev kegiatan

pengembangan tanaman semusim.

B. Spesifikasi teknis

1.Pengembangan areal produktif tanaman tebu

1.1. Bongkar ratoon

- Pelaksanaan bongkar ratoon

dilaksanakan pada areal pertanaman tebu (existing).

- Tanaman tebu yang sudah dikepras lebih

dari 3 kali dan/atau produktivitas di bawah 50 ton/ha.

- Bongkar ratoon tanaman tebu Pola I

dilaksanakan pada bulan Mei –

September dan pola 2 dilaksanakan

pada bulan Oktober – Desember,

menggunakan benih dari hasil KBD kuljar dan/atau benih tebu konvensional berjenjang dan bersertifikat.

- Untuk wilayah yang tidak ada PG,


(18)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 12 tebu dilaksanakan mengikuti musim di masing-masing wilayah pada tahun yang sama;

- Penanaman bongkar ratoon dalam satu

hamparan menggunakan 1 (satu)

varietas sesuai dengan rekomendasi PG wilayah binaan. Bagi daerah yang belum ada PG, rekomendasi dapat dilakukan oleh Balai atau Pusat Penelitian yang membidangi tebu.

- Bagi wilayah yang tidak ada PG dapat

menggunakan benih unggul lokal yang

telah ditetapkan oleh Direktorat

Jenderal Perkebunan an. Menteri

Pertanian RI.

- Bongkar Ratoon tanaman tebu dapat

dilakukan secara kerjasama operasional

(KSO) antara Koperasi berbasis

tebu/kelompok tani dengan PG,

menggunakan lahan milik petani dan pelaksanaannya dikerjakan berdasarkan MoU.

- Pelaksanaan tanam pada kegiatan

bongkar ratoon harus sudah selesai pada bulan Desember 2016.

Rencana lokasi dan luas areal kegiatan bongkar ratoon Tahun 2016 sebagaimana


(19)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 13

1.2. Rawat Ratoon

Rawat ratoon dilakukan pada tanaman tebu keprasan. Pelaksanaan pemupukan tanaman tebu pada kegiatan rawat ratoon harus sudah selesai pada bulan Desember 2016.

Rencana lokasi dan luas areal kegiatan rawat

ratoon tanaman tebu Tahun 2016,

sebagaimana tersaji dalam lampiran 2.

1.3. Bantuan Peralatan

a. Aplicator Fertilizer, dengan spesifikasi sebagai berikut:

- Berat ≥ 750 Kg.

- Kapasitas kerja ≥ 400 Kg/ha.

- Diameter lubang pupuk antara 1,0 -

2,5 cm.

- Material Box : Stainles Steel dengan

ketebalan ≥ 2 mm.

- Dapat digunakan untuk kegiatan putus

akar tanaman tebu.

- Hasil Uji (Test Report) dari laboratorium

uji yang terakreditasi atau laboratorium

yang ditunjuk oleh Kementerian

Pertanian.

- Penyedia barang berkewajiban

menempelkan tulisan dari plat besi atau name plate pada alat dan mesin.


(20)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 14 b.Grab Loader, dengan spesifikasi sebagai

berikut :

- Daya ≥ 55 HP.

- Berat ≥ 7.000 Kg.

- Kapasitas angkat ≥ 300 Kg.

- Sudut putaran lengan dan kabin 3600.

- Sudut putaran grab 3600.

- Perlengkapan Implement grader dan

eskavator.

- Penyedia barang berkewajiban

menempelkan tulisan dari plat besi atau name plate pada alat dan mesin.

c.Truk, dengan spesifikasi sebagai berikut:

- Mesin 4 Langkah Segaris : Direct

Injection, Turbo Charge Intercool.

- Isi Silinder ≥ 3.500 cc.

- Daya ≥ 110 PK/≥ 2.500 Rpm.

- Transmisi : Lima kecepatan gigi maju

1-5 Syncrhomesh dan gigi mundur.

- Berat Kosong ≥ 2.300 Kg.

- Nomor Polisi diharuskan menggunakan

Plat Merah sebelum ada proses hibah kepada koperasi petani berbasis tebu.

- Penyedia barang berkewajiban

menempelkan tulisan dari plat besi atau name plate pada alat.


(21)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 15

d.Pompa Air, dengan spesifikasi sebagai

berikut :

- Pompa Set : 4-6 Inch.

- Daya : ≥ 9 HP.

- Selang hisap : ≥ 6 m.

- Selang buang : ≥ 10 m.

- Single Cylinder.

Rencana lokasi kegiatan pengadaan alat dan mesin perkebunan (Alsinbun) tahun 2016,

sebagaimana tersaji dalam lampiran 3.

1.4. Pengembangan Database Tebu Online

Kegiatan Pengembangan Database Tebu Online mencakup kegiatan:

- Pelaksanaan pencacahan di lapangan

dengan menggunakan GPS untuk

pencatatan koordinat dan deliniasi areal, data petani, kategori tanaman, varietas, saprodi, pengelolaan dana, dll.

- Pengolahan data hasil pencacahan

menggunakan aplikasi SIM dan SIG.

- Sinkronisasi dan validasi data.

- Pengiriman/ penayangan hasil pengolahan

dari aplikasi SIG dan SIM secara on-line di

website Kementerian Pertanian.

- Hasil pencacahan dan pengolahan data

(spasial dan tabulasi) dijadikan sebagai dasar dalam penetapan calon petani


(22)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 16 sasaran penerima bantuan pada tahun berikutnya.

Rencana lokasi kegiatan pengembangan

database tebu online Tahun 2016, sebagaimana

tersaji dalam lampiran 4.

1.5. Fasilitasi Pendampingan dan Pengawalan Rendemen

Dalam rangka transparansi penetapan

rendemen tebu petani oleh PG agar tidak menimbulkan konflik dengan petani, maka

dilakukan kegiatan pendampingan/

pengawalan analisis rendemen tebu petani oleh Tim yang terdiri dari Perguruan Tinggi,

Ditjen. Perkebunan, Dinas Provinsi/

Kabupaten/Kota yang membidangi

perkebunan, APTRI/KPTR, PG dan TKP/PLP-TKP Tebu.

Rencana lokasi kegiatan pendampingan/ pengawalan analisis rendemen tebu petani Tahun 2016 sebagaimana tersaji dalam lampiran 5.

1.6. Kriteria Teknis Penerima Alat dan Mesin

Kelompok sasaran penerima alat dan mesin yaitu kelompok tani berbadan hukum atau gabungan kelompok tani berbadan hukum atau koperasi petani berbasis tebu yang mampu mengelola bantuan Alat dan Mesin melalui Unit Pengelolaan Jasa Alsintan (UPJA).


(23)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 17

2. Penanaman Tanaman Kapas

- Lokasi penanaman kapas hendaknya mempunyai

kesesuaian agroklimat untuk tanaman kapas dan mempunyai aksesibilitas yang baik serta lokasi mudah dijangkau.

- Penanaman kapas dapat dilaksanakan ditanah

sawah maupun di lahan kering/tadah hujan secara monokultur, tumpang gilir maupun secara bergiliran. Tanaman kapas dapat

berbunga sekitar 30–45 hari dan mulai mekar

sekitar 45-60 hari tergantung jenis dan varietas kapas.

- Benih kapas yang digunakan untuk kegiatan

penanaman kapas MT 2016 adalah benih kapas unggul dengan varietas Kanesia dan/atau Karisma, bersertifikat dan berlabel.

- Bantuan benih kapas yang diberikan kepada

petani per hektar sebesar 6 kg untuk benih varietas Kanesia dan/atau Karisma. Pemakaian

benih disesuaikan dengan kondisi lahan

setempat.

Rencana lokasi dan luas areal kegiatan

Pengembangan Tanaman Kapas tahun 2016,

sebagaimana tersaji dalam lampiran 6.

3. Penanaman Tanaman Nilam

- Penanaman nilam sebaiknya dilakukan pada

awal musim hujan. Pada saat penanaman nilam dibutuhkan curah hujan yang relatif


(24)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 18 tinggi, apabila curah hujan kurang maka akan mengalami resiko kematian yang cukup tinggi. penanaman nilam sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari.

- Tanaman nilam dapat dipanen mulai umur 5-6

bulan setelah tanam. Panen berikutnya

dilakukan setiap 3–4 bulan sampai tanaman

berumur 2-3 tahun. Varietas nilam disesuaikan dengan kondisi lahan dan agroklimat agar mendapatkan produksi dan mutu minyak yang optimal. Varietas nilam yang telah dilepas oleh

Kementerian Pertanian yaitu Varietas

Sidikalang, Lhokseumawe dan Tapak Tuan. Varietas tersebut berasal dari hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro).

Rencana lokasi dan luas areal kegiatan Penanaman Tanaman Nilam Tahun 2016, sebagaimana tersaji

dalam lampiran 7.

4. Penanaman Tanaman Tembakau

Lokasi penanaman hendaknya mempunyai

kesesuaian agroklimat untuk tanaman tembakau dan mempunyai aksesibilitas yang baik serta mudah dijangkau. Ketepatan pemilihan lokasi dengan memperhatikan iklim, ketinggian tempat, intensitas cahaya matahari, suhu, curah hujan, kelembaban udara, jenis tanah, tekstur tanah, kedalaman permukaan air tanah, pH serta sifat kimia tanah sangat diperlukan karena hal tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman tembakau.


(25)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 19 Benih tembakau yang digunakan berasal dari varietas unggul lokal yang telah ditetapkan oleh

Direktur Jenderal Perkebunan an. Menteri

Pertanian.

Alokasi dan luas areal kegiatan pengembangan tanaman tembakau Virginia krosok dan tembakau rajangan tahun 2016, sebagaimana tersaji dalam

lampiran 8.

C. Pupuk

Dalam rangka mendukung keberhasilan kegiatan

pengembangan tanaman semusim, pupuk

merupakan salah satu faktor sarana produksi yang berperan penting dalam meningkatkan produksi dan mutu tanaman semusim. Penggunaan pupuk yang tidak tepat dosis dan waktu dapat

menyebabkan kerusakan tanaman, tidak

berpengaruh nyata terhadap produksi yang tidak optimal serta tingginya biaya pemupukan.

Agar pemberian pupuk sesuai dengan kebutuhan

hara pada tanaman semusim dan dapat

meningkatkan produksi/produktivitas maka

diperlukan penggunaan pupuk anorganik.

Kebutuhan pupuk anorganik untuk tanaman semusim dalam 1 (satu) hektar disesuaikan dengan standar baku teknis.

D. Operasional TKP dan PLP-TKP Tebu dan Kapas

Fasilitasi APBN untuk petugas TKP dan PLP-TKP dalam rangka pendampingan pelaksanaan kegiatan


(26)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 20 pengembangan tanaman semusim berupa honor, bantuan operasional dan biaya transportasi.

TKP dan PLP-TKP ditempatkan di setiap

Kabupaten/kota pengembangan tanaman semusim

dan bertanggungjawab kepada Dinas yang

membidangi perkebunan baik provinsi maupun Kabupaten/Kota.

Pelaporan oleh TKP dan PLP-TKP dilaksanakan pada setiap bulan dan disampaikan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada Kepala

Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi

perkebunan dan Direktur Jenderal Perkebunan Cq. Direktur Tanaman Semusim dan Rempah. Penempatan Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Petugas Lapang Pembantu TKP (PLP-TKP) tanaman tebu Tahun 2016 dan Penempatan Tenaga Kontrak Pendamping (TKP) dan Petugas Lapang Pembantu TKP (PLP-TKP) tanaman kapas

sebagaimana tersaji dalam lampiran 9 dan 10.

E. Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani

Kegiatan Pemberdayaan/Pelatihan/ Penguatan Kelembagaan Petani tanaman semusim yang difasilitasi oleh APBN T.A 2016 dilaksanakan oleh Satker Pengelola Dana Tugas Pembantuan (TP) Provinsi. Penggunaan dana TP yang dilakukan

secara swakelola didahului dengan survei

lapangan dan Analisis Kebutuhan Pelatihan atau


(27)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 21 Tahapan pemberdayaan/pelatihan/ penguatan kelembagaan adalah sebagai berikut:

- Penyiapan narasumber/pengajar

Narasumber/pengajar pada kegiatan

pemberdayaan / pelatihan / penguatan

kelembagaan petani/kelompok tani tanaman

semusim adalah praktisi/pakar yang

berpengalaman dan menguasai materi yang akan dilatih, menguasai metodologi yang relevan dengan materi yang dilatih dan memiliki rasa pengabdian tanggung jawab. Fasilitator bisa berasal dari Direktorat Tanaman semusim dan instansi terkait lainnya.

- Peserta

Peserta kegiatan pemberdayaan/ pelatihan/

penguatan kelembagaan adalah petani/

kelompok tani tanaman semusim.

- Metoda

Metoda yang digunakan meliputi: penjelasan, diskusi, curah pendapat, tanya jawab, praktek lapangan, dan studi kasus.

- Materi

Materi yang disampaikan pada kegiatan

pemberdayaan/pelatihan/ penguatan

kelembagaan petani/kelompok tani

disesuaikan dengan hasil survei lapangan dan

Training Needs Analysis (TNA) yang telah dilakukan di wilayah masing-masing.


(28)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 22

- Lokasi Pelatihan

Lokasi/tempat pelaksanaan pelatihan di

wilayah pengembangan tanaman semusim.

- Evaluasi

Setelah kegiatan pemberdayaan/ pelatihan/ penguatan kelembagaan dilaksanakan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap peserta

maupun fasilitator/ pengajar dan

pelaksanaannya.

- Pelaporan

1) Rencana pelaksanaan kegiatan disampaikan

kepada Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah.

2) Laporan akhir pelaksanaan kegiatan

disampaikan kepada Direktorat Tanaman Semusim dan Rempah.

Rencana kegiatan pemberdayaan dan penguatan kelembagaan petani tebu, kapas, nilam dan

tembakau sebagaimana tersaji dalam lampiran

11,12,13 dan lampiran 14.

F. Kriteria Teknis Calon Petani/Calon Lahan (CP/CL)

- Lahan milik petani pemilik, lahan petani

penyewa dan/atau lahan petani penggarap yang dibuktikan dengan keterangan kepemilikan atau bukti sewa atau bukti garap yang diketahui oleh Kepala Desa setempat dan menggunakan GPS.


(29)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 23

- Lahan tidak bermasalah atau tidak dalam

sengketa.

- Luas lahan petani sasaran penerima bantuan

baik pemilik, sewa dan/atau penggarap

maksimal 4 Ha untuk tanaman tebu sedangkan untuk tanaman semusim lainnya maksimal 2 Ha.

- Petani pemilik, penyewa dan/atau penggarap

yang tergabung dalam satu kelompok tani sasaran sesuai ketentuan.

- Petani/Kelompok tani sebagai sasaran penerima

bantuan tidak sedang bermasalah dengan perbankan atau sumber permodalan lainnya.

- Petani/Kelompok tani sebagai sasaran penerima

manfaat mau dan mampu melaksanakan

pengembangan tanaman semusim sesuai standar teknis.

- Penetapan kelompok sasaran penerima kegiatan

tanaman semusim oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan paling lambat bulan Februari 2016.


(30)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 24

III.PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan pengembangan tanaman semusim dimulai dari perencanaan, sosialisasi, usulan CP/CL kabupaten/kota, penetapan petani dan lokasi penerima kegiatan oleh Kepala Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan, dan pengadaan sarana dan prasarana produksi,

penyaluran bantuan sarana dan prasarana

produksi, penataan kelembagaan/organisasi

pelaksana dan pengelola kebun, pengawalan dan

pendampingan rendemen petani, serta

pengawalan, pendampingan, monitoring, evaluasi dan pelaporan dalam kegiatan yang terkoordinasi, terintegrasi dan sinergis.

B. Pelaksana Kegiatan

Kegiatan pengembangan tanaman semusim

dilaksanakan oleh petani/kelompok tani, dan koperasi yang telah ditetapkan melalui penetapan petani dan lokasi penerima kegiatan yang ditandatangani oleh Kepala Dinas Provinsi, Kabupaten/Kota yang Membidangi Perkebunan atas nama Gubernur/Bupati dengan pembinaan teknis oleh Ditjen Perkebunan, Tim Teknis Provinsi, dan Tim Teknis Kabupaten/Kota.


(31)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 25

C. Lokasi, Jenis dan Volume

Kegiatan pengembangan tanaman semusim

dilaksanakan di wilayah pengembangan tanaman semusim.

D. Simpul Kritis

Dalam pelaksanaan kegiatan Pengembangan

tanaman semusim Tahun 2016 diperkirakan terdapat beberapa simpul kritis yang perlu diperhatikan guna meminimalisir resiko. Simpul kritis tersebut diantaranya:

- Penetapan CP/CL yang tidak tepat sasaran,

luasan, dan waktu.

- Untuk meminimalisir resiko kegagalan, maka

sosialisasi dilaksanakan sejak bulan November 2015.

- Pengadaan dan penyaluran benih bersertifikat

yang tidak tepat jumlah, varietas, mutu, harga, waktu dan sasaran.

- Untuk meminimalisir risiko, tim teknis Provinsi

dan Kabupaten/Kota perlu menyusun jadwal waktu pelaksanaan (time line) mulai dari persiapan sampai dengan penanaman terkait

jumlah, varietas, mutu, harga, waktu

penanaman dan sasaran, meningkatkan

koordinasi dengan penyedia sumber benih.

- Untuk meminimalisir resiko kegagalan, maka


(32)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 26 SDM melalui pendidikan dan pelatihan di bidang pengawasan dan peredaran benih.

- Pengadaan dan penyaluran pupuk majemuk dan

pupuk organik tidak tepat jumlah, jenis, mutu, harga, waktu dan sasaran.

- Untuk meminimalisir risiko, tim teknis Provinsi

dan Kabupaten/Kota perlu menyusun jadwal waktu pelaksanaan (time line) mulai dari persiapan sampai dengan pendistribusian pupuk ke kelompok tani terkait jumlah, jenis, mutu, harga, waktu dan sasaran, meningkatkan koordinasi dengan penyedia pupuk.


(33)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 27

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN A. Proses Pengadaan dan Penyaluran Bantuan

Bantuan untuk pengembangan tanaman semusim Tahun 2016 berupa dana operasional kegiatan, pemberdayaan petani/kelompok tani, bantuan bahan dan peralatan.

1. Tata cara pemanfaatan dana operasional

menggunakan mekanisme Uang Persediaan (UP), Tambahan Uang Persediaan (TUP) dan

Pengadaan Langsung (LS) diatur dalam

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan,

Kementerian Keuangan Nomor

PER-11/PB/2011 tanggal 18 Februari 2011

(Perubahan atas PER-66/PB/2005 tanggal 28

Desember 2006) tentang Mekanisme

Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban APBN, dan pelaksanaan di lapangan mengacu kepada Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman semusim Tahun 2016.

2. Mekanisme Pengadaan dan Penyaluran Bantuan

Pengembangan Tanaman semusim.

a. Mekanisme pelaksanaan pengadaan dan

penyaluran sarana produksi pengembangan tanaman semusim sumber dana APBN T.A. 2016 adalah sebagai berikut:

1. Dinas Provinsi yang membidangi

Perkebunan membuat juklak dengan mengacu pedoman teknis dari Pusat,


(34)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 28

yang mengatur teknis pelaksanaan

pengadaan dan penyaluran bantuan sarana produksi pengembangan areal

produktif tanaman tebu dan

pengembangan tanaman semusim

lainnya (kapas, nilam dan tembakau)

yang terdiri dari benih, pupuk

anorganik, pupuk organik, bahan

pengendali OPT serta alat dan mesin.

2. Dinas Provinsi yang membidangi

Perkebunan melaksanakan sosialisasi

kepada Kabupaten/ kota tentang alokasi pengadaan dan penyaluran bantuan

sarana produksi serta prosedur

pelaksanaan usulan dari Kabupaten.

3. Proses pengadaan bersifat kontraktual

dan mengacu kepada Peraturan yang berlaku.

4. Kontrak pengadaan diupayakan dapat

ditandatangani paling lambat pada akhir

triwulan 1 Tahun 2016 dengan

mempertimbangkan kebutuhan teknis.

5. Penyaluran saprodi dilakukan oleh

penyedia barang sampai di titik bagi dalam hal ini kelompok sasaran penerima

bantuan. Benih tanaman semusim

diserahkan dengan mempertimbangkan kesiapan lahan dan musim.


(35)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 29

b. Mekanisme pelaksanaan pengadaan dan

penyaluran Bantuan alat dan mesin tebu yang bersumber dari APBN T.A 2016 adalah sebagai berikut:

1. Dinas Provinsi yang membidangi

Perkebunan membuat juklak dengan mengacu pedoman teknis dari Pusat, yang mengatur antara lain teknis pelaksanaan pengadaan dan penyaluran bantuan alat dan mesin tebu;

2. Dinas Provinsi yang membidangi

Perkebunan melaksanakan sosialisasi

kepada Kabupaten tentang alokasi

pengadaan dan penyaluran bantuan alat dan mesin tebu;

3. Untuk bantuan alat dan mesin tebu yang

telah terbit di e-katalog, pelaksanaan

pengadaannya diharus-kan melalui LKPP.

4. Proses pengadaan melalui e-katalog atau

kontraktual mengacu pada Peraturan yang berlaku. Setelah kontrak, Dinas Provinsi menyerahkan bantuan peralatan

kepada Dinas Kabupaten yang

membidangi perkebunan untuk

disalurkan kepada Kelompok Sasaran

Penerima Bantuan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

5. Nomor Polisi kendaraan truck diharuskan

menggunakan Plat Merah sebelum ada proses hibah kepada koperasi petani


(36)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 30 berbasis tebu berbadan hukum atau

Gapoktan berbadan hukum atau

kelompok tani yang berbadan hukum.


(37)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 31

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN, DAN PENDAMPINGAN

A. Prinsip Pengelolaan

Pengelola kegiatan dalam melaksanakan

kegiatannya agar mengacu pada prinsip good

governance dan clean government, yaitu:

1.Mentaati peraturan perundangan;

2.Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi

dan nepotisme (KKN);

3.Menjunjung tinggi keterbukaan informasi,

transparansi dan demokratisasi;

4.Memenuhi asas akuntabilitas sehingga dapat

dipertanggungjawabkan.

B. Struktur Organisasi

Pelaksana Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan,

dan Pendampingan kegiatan pengembangan

tanaman semusim di tingkat provinsi dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang membidangi Perkebunan cq. Tim Teknis Provinsi atas nama Kepala Daerah Provinsi, di tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan Cq. Tim Teknis Kabupaten/Kota atas nama Kepala Daerah Kabupaten/Kota. Sedangkan di Tingkat Pusat dilaksanakan oleh Direktorat Tanaman semusim dan Rempah atas nama Direktur Jenderal Perkebunan.


(38)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 32

C. Fasilitasi Organisasi Struktural

Untuk kelancaran dan ketertiban pelaksanaan program, dilaksanakan oleh organisasi struktural. Di tingkat Pusat dilaksanakan oleh Direktorat Tanaman semusim dan Rempah, pada tingkat daerah dilaksanakan oleh Tim Teknis Provinsi dan Kabupaten/Kota.

1.Tim Pusat

Fasilitasi koordinasi perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan Pengembangan Tanaman

semusim dilaksanakan oleh Direktorat

Tanaman semusim dan Rempah, dengan kegiatan antara lain:

a.Melakukan koordinasi perencanaan dan

pelaksanaan yang bersifat lintas sektoral antar instansi di tingkat Pusat dalam rangka

meningkatkan efisiensi dan efektivitas

pelaksanaan kegiatan.

b.Melakukan koordinasi dengan Tim Teknis

Provinsi dan Kabupaten/ Kota dalam pembinaan, pengawalan, dan pendampingan serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi di tingkat lapangan.

c.Meningkatkan efektivitas pelaksanaan

program melalui kerjasama dengan

pemangku kepentingan/stakeholder,

organisasi profesi bidang teknis, perguruan tinggi dan unsur masyarakat lainnya.


(39)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 33

d.Menyusun laporan perkembangan hasil

pembinaan, pengawalan, dan pendampingan

berdasarkan laporan dari Provinsi,

Kabupaten/Kota dan menyampaikan laporan kepada Direktur Jenderal Perkebunan.

2.Tim Teknis Provinsi

Fasilitasi koordinasi perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan Pengembangan Tanaman

semusim dilaksanakan oleh Tim Teknis

Provinsi, dengan kegiatan antara lain:

a.Menyiapkan kebijakan operasional yang

dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak).

b.Memberikan arahan dan membantu

perencanaan serta pelaksanaan kegiatan.

c.Melakukan pembinaan, pengawalan dan

pendampingan kepada kelompok tani

penerima bantuan termasuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

d.Melakukan pembinaan, pengawalan dan

pendampingan terhadap SDM, kelembagaan serta pengembangan manajemen usaha.

e.Membuat laporan hasil pembinaan,

pengawalan dan pendampingan serta

menyampaikannya ke Direktorat Jenderal Perkebunan.


(40)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 34

3.Tim Teknis Kabupaten

Fasilitasi koordinasi perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan Pengembangan Tanaman

semusim dilaksanakan oleh Tim Teknis

Kabupaten/Kota, dengan kegiatan:

a.Menyiapkan kebijakan operasional yang

dituangkan dalam Petunjuk Teknis (Juknis).

b.Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan dan

pembinaan di bidang teknis produksi dan operasional termasuk rencana pemanfaatan dana operasional, manejemen usaha tani dan pengembangan kelembagaan usaha kelompok.

c.Melaksanakan sosialisasi dan seleksi calon

kelompok sasaran penerima bantuan.

d.Membuat laporan hasil pembinaan,

pengawalan, dan pendampingan serta

menyampaikannya kepada Provinsi dengan

tembusan ke Direktorat Jenderal

Perkebunan.

D. Perencanaan Operasional

Perencanaan operasional kegiatan disusun secara terpadu oleh Direktorat Jenderal Perkebunan,

Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang

membidangi Perkebunan dengan pihak-pihak terkait yang didasarkan pada kondisi lapangan dan sinergitas antar wilayah.


(41)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 35

E. Sosialisasi Kegiatan

Sosialisasi kepada pihak-pihak terkait dilakukan secara berjenjang mulai dari pusat sampai lapangan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan,

Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang

membidangi perkebunan sesuai dengan tupoksi dan kewenangan masing-masing.

F. Pengendalian dan Pengawasan

Pengendalian dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Tim Teknis Provinsi dan Tim Teknis Kabupaten/Kota serta Satuan Pelaksana Pengendalian Internal (Satlak-PI).

Sedangkan pengawasan dilakukan oleh aparat pengawas fungsional antara lain Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian dan BPK.


(42)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 36

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring

1. Kegiatan monitoring dilaksanakan oleh

Direktorat Jenderal Perkebunan, Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan secara berkala.

2.Kegiatan monitoring dilakukan dengan cara

peninjauan ke lapangan, memanfaatkan

fasilitas komunikasi, membuat catatan

mengenai perkembangan pelaksanaan di

lapangan. B. Evaluasi

1. Evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan di lapangan dilakukan pada saat peninjauan lapangan atau melalui pertemuan koordinasi secara berkala di tingkat Kabupaten/kota dan Provinsi.

2. Bahan evaluasi adalah hasil monitoring dari perkembangan kegiatan di lapangan.

Hal terpenting yang harus dipahami dalam melakukan evaluasi adalah tidak hanya terfokus pada keberhasilan fisik dan administrasi, akan tetapi juga pada proses pelaksanaannya apakah telah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.


(43)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 37 Di samping itu perlu dievaluasi peningkatan kemampuan petani dalam rangka pemberdayaan kelompok dan koperasi.

Diharapkan dari hasil monitoring dan evaluasi

dapat diperoleh umpan balik dalam

pengembangan tanaman semusim. Prosedur dan mekanisme monitoring dan evaluasi mengacu kepada Pedoman Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Anggaran Berbasis Kinerja yang dikeluarkan oleh Kementerian Pertanian.

C. Pelaporan

Untuk mengukur kinerja kegiatan dana TP dan Dekon diperlukan pelaporan rutin maupun pelaporan pengendalian secara berkala.

1. Jenis – jenis laporan terdiri dari :

a.Laporan rutin yang terdiri dari laporan

bulanan, triwulan dan tahunan.

b.Laporan insidentil bilamana diperlukan.

2.Kepala Satuan Kerja wajib melapor

perkembangan kegiatan sesuai Permentan Nomor 135 Tahun 2013 tentang Pedoman Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian.

3.Kepala Satuan Kerja Provinsi menyampaikan

laporan bulanan kepada Direktur Jenderal Perkebunan melalui Sekretaris Direktorat

Jenderal Perkebunan, dengan tembusan


(44)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 38 paling lambat tanggal 7 bulan berikutnya

dengan menggunakan Form Monev.

Selanjutnya Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan menyusun rekapitulasi laporan perkembangan pelaksanaan pembinaan dari seluruh Satuan Kerja Provinsi dan dilaporkan

pada Sekretaris Jenderal Kementerian

Pertanian selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulannya dengan menggunakan Form Monev.

4.Laporan pengendalian dilakukan secara

bulanan, triwulan dan tahunan meliputi antara lain Kemajuan pelaksanaan program dari setiap pelaksana program di daerah, khususnya yang terkait dengan pencapaian indikator kinerja, penyelesaian masalah yang ditangani oleh Tim Teknis kabupaten/kota dan Provinsi, laporan sasaran dan realisasi fisik

serta keuangan pengembangan tanaman

semusim berdasarkan indikator yang telah ditetapkan.


(45)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 39

VII.PEMBIAYAAN

Kegiatan pelaksanaan Pengembangan tanaman

semusim Tahun 2016 dibiayai dari dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) Provinsi atau Kabupaten/ Kota Tahun Anggaran 2016.


(46)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 40

VIII. PENUTUP

Pedoman Teknis Pelaksanaan Pengembangan

Tanaman semusim ini merupakan acuan bagi pengelola kegiatan di pusat dan daerah serta seluruh

instansi terkait dalam melakukan persiapan,

pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan sehingga diharapkan kegiatan dapat berjalan lancar, efektif, efisien dan akuntabel.

Pedoman teknis ini agar dijabarkan lebih lanjut dalam juklak dan juknis sesuai dengan kondisi spesifik wilayah masing-masing.

Hal-hal lain yang belum ditentukan dalam pedoman teknis ini sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dapat diatur lebih lanjut pada Juklak atau Juknis yang disusun oleh Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.


(47)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 41 Lampiran 1. Rencana Lokasi dan Luas Areal Kegiatan

Bongkar Ratoon Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Ha) KET

1. JAWA BARAT 350

2. DI YOGYAKARTA 30

3. JAWA TIMUR 20

4. ACEH 50

5. SUMATERA BARAT 45 6. SUMATERA SELATAN 50

7. LAMPUNG 47

8. SULAWESI SELATAN 50

9. GORONTALO 100

JUMLAH 742

Lampiran 2. Rencana Lokasi dan Luas Areal Kegiatan Rawat Ratoon Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Ha) KET

1. JAWA BARAT 1.200

2. JAWA TENGAH 2.100 3. DI YOGYAKARTA 605 4. JAWA TIMUR 17.019

5. JAMBI 40

6. SUMATERA SELATAN 605

7. LAMPUNG 3.693

8. SULAWESI SELATAN 400 9. NUSA TENGGARA BARAT 4.087

10. MALUKU UTARA 70

11. GORONTALO 600


(48)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 42 Lampiran 3. Rencana Lokasi Kegiatan Pengadaan Alat dan

Mesin (Alsinbun) Tahun 2016 1. Grab Loader

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Unit) KET

1. SUMATERA SELATAN 1

2. LAMPUNG 2

3. SULAWESI SELATAN 2

JUMLAH 5

2. Fertilizer Applicator

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Unit) KET

1. DI. YOGYAKARTA 2

2. JAWA TIMUR 37

3. ACEH 5

4. JAMBI 2

5. SUMATERA SELATAN 4

6. LAMPUNG 8

7. SULAWESI TENGAH 2 8. SULAWESI SELATAN 8 9. SULAWESI TENGGARA 8 10. NUSA TENGGARA BARAT 4

11. PAPUA 2

12. MALUKU UTARA 2


(49)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 43 3. Pompa Air

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Keg) KET

1. JAWA BARAT 7

2. DI. YOGYAKARTA 8

3. JAWA TIMUR 60

4. ACEH 5

5. LAMPUNG 20

6. SULAWESI SELATAN 12 7. NUSA TENGGARA BARAT 20

JUMLAH 132

4. Truck

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Keg) KET

1. JAWA BARAT 2

2. JAWA TIMUR 13

JUMLAH 15

Lampiran 4. Rencana Lokasi Kegiatan Pengembangan Database Tebu Online Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Keg) KET

1. JAWA BARAT 1

2. JAWA TENGAH 1

3. DI. YOGYAKARTA 1

4. JAWA TIMUR 1

5. ACEH 1

6. SUMATERA UTARA 1


(50)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 44

8. JAMBI 1

9. SUMATERA SELATAN 1

10. LAMPUNG 1

11. SULAWESI SELATAN 1

12. GORONTALO 1

JUMLAH 12

Lampiran 5. Rencana Lokasi Kegiatan Pendampingan /Pengawalan Analisis Rendemen Tebu Petani Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Keg.) KET

1. JAWA BARAT 5

2. JAWA TENGAH 10

3. DI. YOGYAKARTA 1

4. JAWA TIMUR 33

5. SUMATERA UTARA 1 6. SUMATERA SELATAN 1

7. LAMPUNG 1

8. SULAESI SELATAN 3

9. GORONTALO 1


(51)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 45 Lampiran 6. Rencana Lokasi dan Luas Areal Kegiatan

Pengembangan Tanaman Kapas Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Ha) KET

1. JAWA TIMUR 20

2. SULAWESI SELATAN 1.550

3. BALI 80

4. NUSA TENGGARA BARAT 200 5. NUSA TENGGARA TIMUR 150

JUMLAH 2.000

Lampiran 7. Rencana Lokasi dan Luas Areal Penanaman Tanaman Nilam Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Ha) KET

1. JAWA BARAT 20

2. JAWA TENGAH 20

3. DI. YOGYAKARTA 5

4. JAWA TIMUR 10

5. ACEH 25

6. SUMATERA BARAT 20 7. SULAWESI TENGGARA 15

8. BALI 10

9. GORONTALO 26


(52)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 46 Lampiran8.Rencana Lokasi dan Luas Areal Kegiatan

Pengembangan Tanaman Tembakau Tahun 2016

1. Tembakau Virginia

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Ha) KET

1. NUSA TENGGARA BARAT 75

JUMLAH 75

2. Tembakau Rajangan

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Ha) KET

1. JAWA BARAT 60

2. JAWA TENGAH 50

3. JAWA TIMUR 25

4. ACEH 20

5. SUMATERA BARAT 20

6. BALI 50


(53)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 47 Lampiran 9. Penempatan Tenaga Pendamping

Pengembangan Tanaman Tebu (TKP dan PLP-TKP) Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Orang) KET

1. JAWA BARAT 19

2. JAWA TENGAH 169

3. DI. YOGYAKARTA 19

4. JAWA TIMUR 170

5. ACEH 24

6. SUMATERA UTARA 7

7. SUMATERA SELATAN 12

8. LAMPUNG 33

9. SULAWESI TENGAH 8 10. SULAWESI SELATAN 19 11. SULAWESI TENGGARA 40 12. NUSA TENGGRA BARAT 16

13. PAPUA 8

14. MALUKU UTARA 4

15. GORONTALO 8


(54)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 48 Lampiran 10. Penempatan Tenaga Pendamping

Pengembangan Tanaman Kapas (TKP dan PLP-TKP) Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Orang) KET

1. JAWA TIMUR 3

2. SULAWESI SELATAN 33

3. BALI 14

4. NUSA TENGGRA BARAT 21 5. NUSA TENGGRA TIMUR 20

JUMLAH 91

Lampiran 11. Rencana Kegiatan Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani Tebu Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Orang) KET

1. JAWA BARAT 60

2. JAWA TENGAH 240

3. DI. YOGYAKARTA 60

4. JAWA TIMUR 300

5. ACEH 60

6. SUMATERA BARAT 30

7. JAMBI 60

8. SUMATERA SELATAN 90

9. LAMPUNG 120

10. SULAWESI TENGAH 30 11. SULAWESI SELATAN 150 12. SULAWESI TENGGARA 150 13. NUSA TENGGARA BARAT 120


(55)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 49

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Orang) KET

15. MALUKU UTARA 30

16. GORONTALO 30

JUMLAH 1.560

Lampiran 12. Rencana Kegiatan Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani Kapas Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Orang) KET

1. JAWA TIMUR 30

2. SULAWESI SELATAN 240

3. BALI 60

4. NUSA TENGGRA BARAT 150 5. NUSA TENGGRA TIMUR 60


(56)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 50 Lampiran 13. Rencana Kegiatan Pemberdayaan dan

Penguatan Kelembagaan Petani Nilam Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Orang) KET

1. JAWA BARAT 90

2. JAWA TENGAH 150

3. DI. YOGYAKARTA 30

4. JAWA TIMUR 60

5. ACEH 90

6. SUMATERA BARAT 90 7. SULAWESI TENGGARA 60

8. BALI 60

9. GORONTALO 120

JUMLAH 750

Lampiran14. Rencana Kegiatan Pemberdayaan dan Penguatan Kelembagaan Petani Tembakau Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Ha) KET

1. JAWA BARAT 30

2. JAWA TENGAH 30

3. JAWA TIMUR 30

4. ACEH 30

5. SUMATERA BARAT 30

6. BALI 30

7. NUSA TENGGARA BARAT 30


(57)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 51

Lampiran 15. FORM SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS YANG

MEMBIDANGI PERKEBUNAN TENTANG PENETAPAN

TIM TEKNIS PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

KEPUTUSAN KEPALA DINAS YANG MEMBIDANGI PERKEBUNAN (PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...sesuaikan)

Nomor : ……….. TENTANG

PENETAPAN TIM TEKNIS PROVINSI/KABUPATEN/KOTA KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN SEMUSIM TAHUN 2016

PADA DINAS PROVINSI/KABUPATEN/KOTA…..

TAHUN ANGGARAN……

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : 1. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Pengembangan Tebu dipandang perlu menunjuk Tim Teknis Provinsi/Kabupaten/KotaKegiatan Pengembangan Tebu pada Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota...TA ...dengan komitmen;

2. bahwa para personil yang ditunjuk dalam keputusan ini dipandang cakap dan mampu untuk melaksanakan tugas tersebut.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

4. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2013 (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5361);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran


(58)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 52 Negara Nomor 4816);

6. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212) juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Negara Nomor 4418);

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah juncto Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 juncto Peraturan Presiden Nomor ...

8. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 134/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan;

9. Peraturan Menteri Keuangan Repblik Indonesia Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan;

10. Pedoman Umum Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Pertanian Tahun 2013;

11. Pedoman Umum Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun 2013;

12. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor ……. tentang Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/ Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2013; 14. Peraturan lainnya yang terkait.

Memperhatikan : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tugas Pembantuan Pengembangan Tebu Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota ... Tahun Anggaran 2016


(59)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 53

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU Menunjuk Koordinator Tim Teknis Kegiatan Pengembangan Tebu pada Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota ….. meliputi :

1. Nama/NIP …. Sebagai Ketua Tim Teknis kegiatan Pengembangan Tebu di Kabupaten ….

2. Nama/NIP …. Sebagai Ketua Tim Teknis kegiatan Pengembangan Tebu di Kabupaten ….

3. Nama/NIP …. Sebagai Ketua Tim Teknis kegiatan Pengembangan Tebu di Kabupaten ….

KEDUA : Bahwa Koordinator Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada dictum KESATU mempunyai tugas dan tanggung jawab mengatur, mengkoordinasikan dan memberi arahan teknis serta administratip dalam rangka pelaksanaan Bantuan Sosial dalam wilayah kerjanya.

KETIGA : Dalam melaksanakan tugasnya, sebagaimana dimaksud dalam dictum KEDUA bertanggungjawab dan wajib menyampaikan laporan atas pelaksanaan tugasnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

KEEMPAT : Bahwa segala biaya akibat pelaksanaan kegiatan tersebut dibebankan pada DIPA Tugas Pembantuan Pengembangan Tebu Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota

Tahun Anggaran …

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan Surat Keputusan ini maka akan ditinjau kembali untuk diadakan perbaikan maupun perubahan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : ………

Pada tanggal : ………...

Kepala Dinas ... Provinsi/Kabupaten/Kota ...

……… Nip ……... SALINAN Keputusan ini disampaikan Kepada Yth :

1. Direktur Jenderal Perkebunan; 2. Kepala Dinas …. Provinsi …..

3. Kepala Dinas …. Kabupaten/Kota ….

4. KPPN ….


(60)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 54

Lampiran 16. FORM LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN

Laporan Perkembangan Kegiatan

(Bulanan/Triwulan/Semester/Akhir Tahun)

1. Perkembangan Kegiatan Nama :

Nama Kelompok :

Jenis Usaha Kegiatan : Lokasi Kegiatan : - Desa/kecamatan : - Kabupaten :

- Provinsi :

2. Laporan : Bulanan/Triwulan/Semester/Akhir Tahun (Pilih salah satu sesuai dengan waktu

pelaporan)

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

Masalah Rencana Tindak Lanjut Ket Anggaran (Rp) Fisik (ha/ unit) Anggaran (Rp) %*)

FISIK (ha/ unit) %*) ..., ...

Kepala Dinas

Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Membidangi Perkebunan

Nama... Nip.

Keterangan:


(1)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 49

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Orang) KET

15. MALUKU UTARA 30

16. GORONTALO 30

JUMLAH 1.560

Lampiran 12. Rencana Kegiatan Pemberdayaan dan

Penguatan Kelembagaan Petani Kapas

Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Orang) KET

1. JAWA TIMUR 30

2. SULAWESI SELATAN 240

3. BALI 60

4. NUSA TENGGRA BARAT 150 5. NUSA TENGGRA TIMUR 60


(2)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 50

Lampiran 13. Rencana Kegiatan Pemberdayaan dan

Penguatan Kelembagaan Petani Nilam

Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Orang) KET

1. JAWA BARAT 90

2. JAWA TENGAH 150

3. DI. YOGYAKARTA 30

4. JAWA TIMUR 60

5. ACEH 90

6. SUMATERA BARAT 90

7. SULAWESI TENGGARA 60

8. BALI 60

9. GORONTALO 120

JUMLAH 750

Lampiran

14.

Rencana Kegiatan Pemberdayaan dan

Penguatan Kelembagaan Petani Tembakau

Tahun 2016

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME

(Ha) KET

1. JAWA BARAT 30

2. JAWA TENGAH 30

3. JAWA TIMUR 30

4. ACEH 30

5. SUMATERA BARAT 30

6. BALI 30

7. NUSA TENGGARA BARAT 30


(3)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 51

Lampiran 15.

FORM SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS YANG

MEMBIDANGI PERKEBUNAN TENTANG PENETAPAN

TIM TEKNIS PROVINSI/KABUPATEN/KOTA

KEPUTUSAN KEPALA DINAS YANG MEMBIDANGI PERKEBUNAN (PROVINSI/KABUPATEN/KOTA ...sesuaikan)

Nomor : ………..

TENTANG

PENETAPAN TIM TEKNIS PROVINSI/KABUPATEN/KOTA KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN SEMUSIM TAHUN 2016

PADA DINAS PROVINSI/KABUPATEN/KOTA….. TAHUN ANGGARAN……

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Menimbang : 1. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Pengembangan Tebu dipandang perlu menunjuk Tim Teknis Provinsi/Kabupaten/KotaKegiatan

Pengembangan Tebu pada Dinas

Provinsi/Kabupaten/Kota...TA ...dengan komitmen;

2. bahwa para personil yang ditunjuk dalam keputusan

ini dipandang cakap dan mampu untuk

melaksanakan tugas tersebut.

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

4. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2013 (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 228, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5361);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran


(4)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 52 Negara Nomor 4816);

6. Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4212) juncto Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 92, Tambahan Negara Nomor 4418);

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah juncto Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 juncto Peraturan Presiden Nomor ...

8. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 134/PMK.07/2008 tentang Pedoman

Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan;

9. Peraturan Menteri Keuangan Repblik Indonesia

Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman

Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan;

10. Pedoman Umum Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Pertanian Tahun 2013;

11. Pedoman Umum Pengelolaan dan

Pertanggungjawaban Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian Tahun 2013;

12. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

13. Keputusan Menteri Pertanian Nomor ……. tentang Penetapan Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/ Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran Dana Tugas Pembantuan Tahun Anggaran 2013; 14. Peraturan lainnya yang terkait.

Memperhatikan : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tugas

Pembantuan Pengembangan Tebu Dinas

Provinsi/Kabupaten/Kota ... Tahun Anggaran 2016 Nomor DIPA : … tanggal …. ... ……


(5)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 53 MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU Menunjuk Koordinator Tim Teknis Kegiatan

Pengembangan Tebu pada Dinas

Provinsi/Kabupaten/Kota ….. meliputi :

1. Nama/NIP …. Sebagai Ketua Tim Teknis kegiatan Pengembangan Tebu di Kabupaten ….

2. Nama/NIP …. Sebagai Ketua Tim Teknis kegiatan Pengembangan Tebu di Kabupaten ….

3. Nama/NIP …. Sebagai Ketua Tim Teknis kegiatan Pengembangan Tebu di Kabupaten ….

KEDUA : Bahwa Koordinator Tim Teknis sebagaimana dimaksud pada dictum KESATU mempunyai tugas dan tanggung jawab mengatur, mengkoordinasikan dan memberi arahan teknis serta administratip dalam rangka pelaksanaan Bantuan Sosial dalam wilayah kerjanya.

KETIGA : Dalam melaksanakan tugasnya, sebagaimana dimaksud dalam dictum KEDUA bertanggungjawab dan wajib menyampaikan laporan atas pelaksanaan tugasnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).

KEEMPAT : Bahwa segala biaya akibat pelaksanaan kegiatan tersebut

dibebankan pada DIPA Tugas Pembantuan

Pengembangan Tebu Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun Anggaran …

KELIMA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan Surat Keputusan ini maka akan ditinjau kembali

untuk diadakan perbaikan maupun perubahan

sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : ………

Pada tanggal : ………...

Kepala Dinas ... Provinsi/Kabupaten/Kota ...

……… Nip ……... SALINAN Keputusan ini disampaikan Kepada Yth :

1. Direktur Jenderal Perkebunan; 2. Kepala Dinas …. Provinsi ….. 3. Kepala Dinas …. Kabupaten/Kota …. 4. KPPN ….


(6)

Pedoman Teknis Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2016 54

Lampiran 16. FORM LAPORAN PERKEMBANGAN

KEGIATAN

Laporan Perkembangan Kegiatan (Bulanan/Triwulan/Semester/Akhir Tahun) 1. Perkembangan Kegiatan

Nama :

Nama Kelompok :

Jenis Usaha Kegiatan : Lokasi Kegiatan : - Desa/kecamatan : - Kabupaten :

- Provinsi :

2. Laporan : Bulanan/Triwulan/Semester/Akhir Tahun (Pilih salah satu sesuai dengan waktu

pelaporan)

NO KEGIATAN

TARGET REALISASI

Masalah

Rencana Tindak Lanjut Ket Anggaran

(Rp)

Fisik (ha/ unit)

Anggaran (Rp) %*)

FISIK (ha/ unit)

%*)

..., ...

Kepala Dinas

Provinsi/Kabupaten/Kota Yang Membidangi Perkebunan

Nama... Nip.

Keterangan: