POSTKOLONIALISME DALAM NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDOEL MOEIS DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP - Repository UNRAM
POSTKOLONIALISME DALAM NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDOEL MOEIS DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan studi strata satu (S1)
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Oleh
BAIQ HUMAYYA JULYANDHARA
UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI PRODI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH 2016 Persetujuan scan
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO “Jangan pernah kamu meremehkan diri sendiri, jika kamu tak bahagia dengan hidupmu kini, perbaikilah apa yang salah dan teruslah melangkah ke depan”
PERSEMBAHAN Skripsi ini kupersembahkan untuk :
1. Kedua orang tuaku, Lalu Abdul Hamid, SH dan Sri Zuhaida, S.Pd. Terima kasih yang tak terhingga atas semua kasih sayang, do’a, semangat, serta dorongan yang telah kalian berikan kepadaku, didikan serta nasihatmu sangat berharga untuk kehidupanku.
2. Adik-adikku tercinta, Lalu Shoulhan Firdhaus, Baiq Dhinda Aulia Hidayati, dan Lalu Jiadurrahman Fikri. Terima kasih kalian telah memberikan semangat di setiap lelahku.
3. Sahabat-sahabatku yang ku sayangi, Narti, Yuli, Dini, Sumi, Yetik, Budie, Amel dan Jihad. Terima kasih atas semangat, dukungan, serta canda dan tawa yang kalian berikan untukku.
4. Teman-teman Bastrindo kelas B angkatan 2011, K’Nurul, Opan, Bibz dan semua teman-teman yang tak bisa disebutkan. Terimakasih atas dukungan serta semangat yang kalian berikan, sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. atas segala limpahan Rahmat dan Ridho- Nyalah, penulisan skripsi yang berjudul “Postkolonialisme dalam Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMP” ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam dihaturkan kepada junjungan alam Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa ke jalan kebenaran.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram. Selama dalam pelaksanaan penelitian sampai penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. H. Wildan, M.Pd., dekan Universitas Mataram;
2. Ibu Dra. Siti Rohana Hariana Intiana, M.Pd., Kajur Pendidikan Bahasa dan Seni FKIP Unram;
3. Bapak Drs. Mochammad Asyhar, M.Pd., Koordinator Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Reguler Sore;
4. Bapak Drs. Syahbuddin, M.Pd., selaku dosen Pembimbing I;
5. Bapak Murahim, M.Pd., selaku dosen Pembimbing II;
6. Bapak Drs. Mari’i, M.Si., selaku dosen Penetral;
7. Bapak Drs. Suyanu., selaku dosen Pembimbing Akademik,
8. Rekan-rekan mahasiswa Bastrindo kelas B Angkatan 2011 dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman PPL Spenlu, Zahra, Heni, Pia, Nizwa, Bang Epul serta teman-teman PPL Universitas Muhamadiyah yang juga memberikan support kepada saya.
10. Teman-teman KKN Tematik Unram, Yuli, Dini, Ayik, Lisa, Lina, Anda, Ham, Andra, Dody dan teman-teman lainnya serta keluarga besar Montong Are, Dusun Sama Jaya yang selalu mendukung dan memberikan motivasi kepada saya.
Disadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan dan keterbatasan. Oleh karena itu, masukan berupa saran dan kritik yang yang dapat menyempurnakan skripsi ini sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Mataram,Desember 2015 Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... I HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... II HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... III MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. IV KATA PENGANTAR ................................................................................. V DAFTAR ISI ............................................................................................... VI DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... X ABSTRAK
XI BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian yang Relevan .......................................................... 6
2.2 Definisi Iatilah ....................................................................... 10
2.2.1 Postkolonialisme ........................................................... 10
2.2.2 Novel ............................................................................ 12
2.2.3 Novel Salah Asuhan ..................................................... 14
2.2.4 Sastra ............................................................................ 16
2.3 Landasan Teori ...................................................................... 17
2.3.1 Postkolonialisme dan Kolonialisme ............................. 17
2.3.2 Hegemoni...................................................................... 21
2.3.3 Mimikri ......................................................................... 23
2.3.4 Pembelajaran Sastra di SMP......................................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................. 29
4.1.2.2 Efek Hegemoni Terhadap Ibu Hanafi ..................... 47
5.1 Simpulan .................................................................................... 65
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
4.2 Postkolonialisme dan kaitannya dengan pembelajaran sastra di SMP .................................................................................................. 62
4.1.3 Mimikri dalam Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis . 59
4.1.2.5 Efek Terhadap Pergaulan dan Lingkungan ............ 56
4.1.2.4 Efek Terhadap Keluarga Hanafi ............................. 54
4.1.2.3 Efek Hegemoni Terhadap Istri Hanafi .................... 50
4.1.2.1 EfekHegemoni Terhadap Tokoh “Hanafi” ............. 44
3.2 Objek Penelitian ........................................................... 29
4.1.2 Efek-Efek Hegemoni Pada Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis ....................................................................... 44
4.1.1 Hegemoni Kebudayaan Barat Terhadap Kebudayaan Timur40
4.1 Gambaran Postkolonialisme dalam Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis ................................................................................... 32
BAB IV PEMBAHASAN
3.6 Metode Analisis Data ................................................... 31
3.5 Metode Pengumpulan Data .......................................... 30
3.4 Sumber Data ................................................................. 30
3.3 Jenis Data ...................................................................... 29
5.2 Saran ........................................................................................... 67 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 : Sinopsis Novel Salah Asuhan LAMPIRAN 2 : Biografi Pengarang Novel Salah Asuhan LAMPIRAN 3 : Cover Novel LAMPIRAN 4 : Petikan Silabus LAMPIRAN 5 :RPP
POSTKOLONIALISME DALAM NOVEL SALAH ASUHAN KARYA ABDOEL MOEIS DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP ABSTRAK Penelitian dalam skripsi ini membahas tentang Postkolonialisme dalam Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis dan Kaitannya dengan Pembelajaran Sastra di SMP. Teori Postkolonialisme merupakancara yang digunakan untuk menganalisis berbagai gejala kultural, seperti sejarah, politik, sastra, ekonomi dan sebagainya. Dalam teori ini terdapat unsur-unsur Postkolonialisme yakni hegemoni (kekuasaan) dan mimikri ( tindakan menirukan) dimana tokoh dalam novel ini mengalami hegemoni dan mimikri yang dilihat dari bagaimana sikap, keseharian, pemikiran, gaya hidup dan pendidikan tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis dengan menggunakan teori Postkolonialisme yang selanjutnya akan dikaitkan dengan pembelajaran Sastra di SMP. Data dalam penelitian tersebut akan dikumpulkan dengan menggunakanteknik catat dan studi kepustakaan yang selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif. Objek penelitian Postkolonialisme ini mencakup aspek-aspek kolonialisme yang ada dalam novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis. Kaitannya dengan pembelajaran sastra di SMP, yaitu dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra yang terdapat pada Standar kompetensi kelas VIII semester II yaitu, Mengapresiasi kutipan novel remaja (asli atau terjemahan) melalui kegiatan diskusi dengan Kompetensi dasar, Mengomentari kutipan novel remaja (asli atau terjemahan). Kata kunci: Postkolonialisme, Novel, dan Pembelajaran Sastra.
POSTCOLONIALISM INNOVELSALAH ASUHANBYABDOEL MOEISAND THE RELATIONTOLEARNINGOF LITERATURE AT JUNIOR HIGH SCHOOL ABSTRACT The researchinthis paperdiscusses about thePostcolonialism InNovelSalah Asuhan byAbdul MuisAnd RelationToLearningof Literature atjunior high school.Postcolonialismtheoryis usedto analyzevariouscultural phenomenon, such ashistory, politics, literature, economicsetc. In thetheory, there are elementsthatPostcolonialismhegemony(power) andmimicry(mimicking the action).The characters are experiencing hegemony and mimicry seen of how attitudes, everyday life, thoughts, lifestyle and education figures contained in this novel. This study isaimed to describethe novelSalah AsuhanbyAbdoel MoeisusingPostcolonialismtheorywhich will beassociatedwithlearningatjunior high schoolrelated toLiterature. The research datawill becollected by usingnotesand literature studywereanalyzedwithdescriptivetechniques. Postcolonialismresearch objectsincludeaspects ofcolonialismthat existin the novelSalah Asuhan byAbdoel Moeis. The relation with learning of literature at junior high school which can be used as instructional material contained literature on competency standards at grade VIII of second semester, Appreciating the excerptionof teens novel (original or translation) through discussions with basic competence,Commenting the excerptions of teens novel (original or translation). Keywords: Postcolonialism, Novel, and Learning Literature.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bangsa Indonesia mengalami kolonialisme sejak abad ke 16 Masehi. Ia digerakkan oleh para penjajah Eropa yang awalnya datang untuk mencari keuntungan ekonomis di wilayah-wilayah Nusantara. Beberapa negara yang sempat menjajah negeri ini antara lain Belanda, Inggris, Spanyol, Portugis dan negara-negara lainnya. Penjajahan sebagai penaklukan terhadap satu wilayah baru yang berawal dari perdagangan rempah-rempah, barang-barang mewah dan benda-benda lainnya. Selain itu, kolonialisme adalah dominasi yang didasarkan pada keyakinan bahwa masyarakat koloni lebih rendah dari kolonial, serta terdapat bentuk penguasaan terhadap penduduk untuk menjalankan praktik- praktik perdagangan, penjajahan, pemberontakan dan perbudakan. Peristiwa- peristiwa tersebut saat ini banyak dituangkan oleh para penulis ke dalam karya sastra khususnya novel. Salah satu karya sastra yang membicarkan tentang kolonialisme ialah novel yang berjudul Salah Asuhan karya Abdoel Moeis. Oleh karena itu, novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis secara keseluruhan menarik untuk dianalisis karena menceritakan konflik, adaptasi, dan berbagai bentuk hubungan lain antara kebudayaan barat dan timur.
Novel Salah Asuhan berkaitan dengan kolonialisme, yang membicarakan tentang penjajahan. Kolonialisme tidak hanya ada dalam masalah politik saja melainkan dalam berbagai aspek yaitu, kebudayaan, ekonomi, bahasa dan sebagainya. Di antara novel Balai Pustaka. Novel Salah Asuhan dari segi tokoh dan kejadian yang paling sering mempresentasikan gejala masyarakat sebagaimana terjadi pada zaman penjajahan. dampak psikologis yang dialami tokoh utama Hanafi, demikian juga tokoh-tokoh lain yang memperoleh implikasi langsung, seperti ibu dan istri pertamanya yaitu Rapiah, termasuk Corrie dan du Bussee, menunjukan dengan jelas maksud pengarang untuk melepaskan diri dari masalah adat dan kawin paksa. Sepanjang sejarah sastra Indonesia Salah Asuhan dapat dianggap sebagai novel yang erat kaitannya dengan pendidikan Barat dan dengan sendirinya terjadi konflik antara budaya Barat dan Timur.
Secara psikologis tokoh dalam novel ini seolah-olah melepaskan diri dari adat bahkan berkaitan secara langsung dengan tradisi. Hanafi, di satu pihak yang hanya dibimbing oleh seorang ibu, sebab ayahnya telah meninggal, ibunya sangat berambisi agar anaknya memperoleh pendidikan tinggiyang menyebabkan tidak adanya pengawasan secara langsung terhadap perkembangan mentalnya. Pengarang menghadirkan Corrie, gadis cantik yang mendorong perkembangan kepribadian Hanafi sehingga ia berbuat apa saja untuk melepaskan diri dari tradisi. Ibu Hanafi merasa benar-benar “Salah Asuh”. Bagi Hanafi, orang-orang yang tidak berpendidikan tinggi seperti dirinya dan tidak bisa berbahasa Belanda dianggap orang yang tidak penting. Hanafi sangat mengganggap rendah bahkan meremehkan orang-orang yang tidak berpendidikan Belanda khususnya bangsanya sendiri. Hal inilah yang menyebabkan ia berpindah kebangsaan menjadi Bangsa yang sederajat dengan orang-orang Belanda.
Postkolonialisme didefinisikan sebagai teori yang lahir setelah kebanyakan negara-negara terjajah memperoleh kemerdekaannya. Bidang kajiannya mencakup berbagai aspek, khususnya karya sastra yang pernah mengalami kekuasaan dari Negara jajahan sejak awal kolonisasi hingga sekarang. Teori Postkolonial sangat relevan kaitannya dengan kritik lintas budaya sekaligus dampak yang ditimbulkannya. bidang kajianya sangat luas dan beragam, meliputi hampir seluruh aspek kebudayaan, di antaranya politik, agama, pendidikan, sejarah, ekonomi, etnisitas, bahasa, dan sebagainya, sekaligus dengan bentuk praktek di lapanagan, seperti perbudakan, pendudukan, pemindahan penduduk, pemaksaan bahasa dan berbagai bentuk tindakan yang lainnya. Meskipun demikian, permasalahan yang di bahas disatukan oleh tema yang sama yaitu Koloialisme.
Novel Salah Asuhan banyak menceritakan masalah yang berkaitan dengan penjajahan. Oleh karena itu, novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis sangat menarik untuk diteliti dengan menggunakan teori Postkolonialisme yang dikaitkan dengan pembelajaran sastra di SMP/MTS. Sastra merupakan sesuatu yang dipelajari dan dinikmati dengan tujuan untuk mempertajam perasaan, penalaran dan daya khayal/imajinasi siswa dan kepekaan terhadap masyarakat sekitar. Oleh sebab itu bimbingan tentang dasar-dasar dalam karya sastra perlu diperhatikan khususnya.oleh guru selaku pendidik.
Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dirumuskan dengan judul ”Postkolonialisme dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis dan kaitannya dengan pembelajaran sastra di SMP”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gambaran postkolonialisme yang terkandung dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis ?
2. Bagaimanakah kaitan Postkolonialisme dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis dengan pembelajaran sastra di SMP/MTs ?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang akan di capai berdasarkan rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan gambaran postkolonialisme yang terkandung dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis ?
2. Mendeskripsikan kaitan Postkolonialisme dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis dengan pembelajaran sastra di SMP/MTs ?
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.4.1 Manfaat teoretis
Manfaat teoritis penelitian ini sebagai berikut :
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan terutama tentang dunia sastra, khususnya yang terkait tentang postkolonialisme dalam novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis dan kaitannya dengan pembelajaran sastra di SMP.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai refrensi yang relevan untuk penelitian berikutnya yang mempunyai corak yang sama dengan penelitin ini.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak antara lain bagi :
1. Peneliti Penelitian ini dapat menjadi sarana untuk meningkatkan wawasan dan kreativitas dalam mengkaji karya sastra, khususnya postkolonialisme dalam novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis dan hubungannya dengan pembelajaran sastra di SMP.
2. Pembaca Penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan terhadap pembaca terkait dengan postkolonialisme yang terdapat dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis.
3. Instansi Terkait Penelitian ini dapat menambah jumlah hasil peneltian di Universitas Mataram, terutama FKIP jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Kemudian dapat di jadikan sebagai relevansi untuk perbandingan dengan penelitian sastra khususnya teori postkolonialisme.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan. Kajian pustaka berfungsi untuk menggembangkan secara sistematis penelitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian sastra yang pernah dilakukan. Sebuah penelitian memerlukan keaslian baik itu dalam penelitian tentang sastra, bahasa maupun yang lainnya. Dalam kajian pustaka ini memuat tentang penelitian-penelitian lain dari skripsi yang berhubungan dengan penelitian ini.
Penelitian Hidayati (2008) Fakultas Sastra Universitas Diponegoro yang berjudul”Pengaruh Dominasi Penjajah Atas Subaltern Dalam Novel Cantik Itu Luka Karya Eka Kurniawan: Analisis Berdasarkan Pendekatan Postkolonialisme” Dalam penelitian novel cantik itu luka, penulis menganalisis (1) Bagaimana struktur novel Cinta Itu Luka (CIL) karya Eka Kurniawan, (2) Bagaimana pengaruh yang timbul akibat adanya dominasi penjajah atas subaltern.
Dalam penelitian ini Hidayati mencoba mendeskripsikan struktur novel CIL terlebih dahulu sebagai pijakan awal dalam membahas pengaruh dominasi penjajah atas subaltern. Struktur atau unsur-unsur intrinsik yang dianalisis seperti tokoh dan penokohan, latar yakni latar tempat, latar waktu dan latar sosial, kemudian alur dalam novel CIL. Dalam penelitian novel CIL, Ia juga menganalisis pengaruh penjajahan dari segi mental, pola pikir, dan budaya. Dari penelitian tersebut didapatkan bahwa penjajahan Belanda maupun Jepang sama- sama menimbulkan kesengsaraan bagi orang-orang yang terjajah, yaitu masyarakat Indonesia. Kerugian yang didapatkan tidak hanya menyangkut materi semata, namun dari segi yang lain juga.
Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang novel. Akan tetapi novel yang dikaji berbeda. dan sama-sama menggunakan teori Postkolonialisme. kemudian Perbedaan penelitian tersebut ialah tidak mengkaitkan dengan pembelajaran sastra di sekolah sedangkan penelitian ini mengkaitkan antara pembelajaran sastra terhadap teori postkolonialisme.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Muliana (2009) yang berjudul “Nilai Pendidikan Roman Salah Asuhan karya Abdoel Moeis dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA”. Penelitian ini membahas tentang nilai pendidikan yang terdapat pada novel tersebut. Nilai-nilai tersebut terdapat pada nilai agama yang meliputi percaya atas kekuasaan Tuhan, bersyukur dan sebagainya kemudian ada nilai moral dan nilai sosial pada sesama manusia.
Penerapan nilai pendidikan yang terkandung dalam roman Salah Asuhan dapat dilakukan melalui proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Hal ini dilakukan dengan menyelipkan nilai-nilai tersebut sebagai bentuk didikan bagi para siswa, serta melatih mereka untuk menerapkan dalam kehidupannya sehari- hari dengan memberikan motivssi dan bimbingan kepada mereka, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pembelajaran, sehingga dapat membantu membentuk karakter dan moral siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji novel yang berjudul Salah Asuhan karya Abdoel Moeis. Hanya saja masalah yang dikaji berbeda, penelitian tersebut membahas tentang nilai-nilai pendidikannya sedangkan penelitian ini membahas tentang postkolonialisme yang terdapat dalam novel tersebut dan juga dikaitkan dengan pembelajaran sastra di SMP.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, (2014) dengan judul “Realitas Postkolonialisme dalam Roman L'Homme Rompu Karya Tahar Ben Jelloun” Universitas Negeri Semarang. Dalam peneltian ini membahas tentang Novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun merupakan sebuah novel yang menggambarkan kehidupan masyarakat Maroko pada dekade 1990-an. Novel ini menceritakan tentang orang-orang yang terjerat korupsi dan orang-orang yang menghalangi tindakan tersebut. Pada novel L‟Homme rompu terdapat unsur- unsur peninggalan kolonial Perancis. Fokus penelitian ini adalah poskolonialisme yang terdapat pada novel L‟Homme rompu dengan pendekatan sosiologis.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan unsur-unsur poskolonialisme berdasarkan Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha yang terjadi di dalam novel L‟Homme rompu. Unsur-unsur poskolonialisme tersebut meliputi hegemoni, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi. fokus data penelitian ini adalah novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologis dengan dua objek penelitian, yaitu objek material dan objek formal. Objek material pada penelitian ini adalah novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun, sedangkan objek formal pada penelitian ini adalah teori poskolonialisme. Simpulan penelitian ini adalah ditemukannya unsur-unsur poskolonialisme dari Edward Said, Gayatri Spivak, dan Homi Bhabha, yaitu : hegemoni yang meliputi hegemoni paham Barat dalam sosiokultural di Maroko, hegemoni ekonomi, hegemoni kelas sosial, dan hegemoni moral, subaltern, mimikri, hibriditas, marginalitas, dan alienasi.
Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan teori postkolonialisme hanya saja pendekatan yang digunakan berbeda. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan sosiologis sedangkan penelitian ini menggunkan pendekatan hegemoni. objek kajian atau novel yang dikaji berbeda. Novel yang di gunakan adalah novel L‟Homme rompu karya Tahar Ben Jelloun sedangkan penelitian ini menggunakan novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis yang dikaitkan dengan pembelajaran sastra di sekolah, namun dalam penelitian tersebut tidak dikaitkan dengan pembelajaran sastra di sekolah.
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut maka dapat dirumuskan bahwa ketiga penelitian tersebut sangat relevan terhadap penelitian ini karena sama-sama mengkaji karya sastra khususnya novel dan juga sama-sama membahas tentang kolonialisme dan mengkaitkannya dengan pembelajaran sastra di sekolah. Oleh sebab itu penelitian ini sangat bermanfaat bagi pembaca serta pembelajaran di sekolah karena penelitian ini dapat memperkenalkan kepada peserta didik tentang teori postkolonialisme dan juga dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk menyemmpurnakan penelitian yang berjudul “Postkolonialisme novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis dan kaitannya dengan pembelajaran Sastra di SMP”.
2.2 Definisi Istilah
Dalam penelitian ini akan dijelaskan tentang definisi istilah yang bekaitan dengan postkolonialisme dalam novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis.
Penjelasan istilah ini bertujuan untuk memberikan arahan refrensi untuk melengkapi penelitian ini. Definisi istilah yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi : postkolonialisme, novel, novel salah asuhan, dan sastra.
2.2.1 Postkolonialisme
Postkolonial merupakan sebuah kajian yang muncul sejak tahun 1970-an. Teori poskolonial itu sendiri merupakan sebuah seperangkat teori dalam bidang filsafat, sastra, dan bidang-bidang lain yang mengkaji tentang lintas budaya, sejarah, sosial yang berkaitan dengan praktik kolonialisme. Kajian poskolonial berusaha membongkar praktik kolonialisme dari sejumlah karya sastra sebagai superstruktur dari suatu kekuasaan bentuk kekuasaan dalam sastra dipandang memiliki kekuatan baik sebagai pembentuk hegemoni kekuasan.
Secara etimologis, istilah postkolonialisme berasal dari bahasa inggris postcolonialisme yang dibentuk oleh kata post + colonial + isme, yang secara harfiah berarti paham mengenai teori yang lahir setelah kolonial, namun “post” disini bukan diartikan sebagai setelah atau sesudah kolonial (penjajahan) karena postkolonial bukan akhir dari proses kolonial, sebab pada kenyataannya proses penguasaan lewat bentuk-bentuk dan sistem-sistem baru belum berakhir, misalnya dilihat dari segi budaya, definisi postkolonial selalu dihubungkan dengan proses konstruksi budaya menuju budaya kulit putih. Kebudayaan kulit putih dipandang sebagai acuan perkembangan bagi semua budaya, bahkan acuan ini tetap berlangsung walaupun sebuah negara telah memperoleh kemerdekaannya, dimana sebuah pemerintahan yang baru yang berasal dari masyarakat setempat memandang rakyatnya dengan cara pandang orang-orang kolonial (penjajah/barat) terhadap penduduknya yang non kolonial, masyarakatnya tetap dipandang sebagai penduduk yang terbelakang, miskin dan lain sebagainya, sehingga harus dididik dan diangkat agar sejajar dengan masyarakat negara lainnya khusunya masyarakat Barat. Jadi dalam masyarakat global, pandangan yang menjadikan barat sebagai acuan seolah-olah meminggirkan budaya sendiri, karena telah dihegemoni oleh budaya orang kulit putih terhadap budaya masyarakat yang pernah terjajah. Hal ini membuktikan bahwa pada masa kolonial, negara-negara penjajah memiliki dominasi yang kuat di wilayah-wilayah jajahannya.
Dominasi tersebut dapat dilihat melalui sejarah, terutama pada sejarah kolonial yang mempengaruhi pembentukan identitas diwilayah-wilayah jajahannya.
Ciri khas postkolonialisme dibandingkan dengan teori-teori postmodernis yang lain adalah kenyataan bahwa objeknya adalah teks-teks yang berkaitan dengan wilayah bekas jajahan imperium Eropa, khususnya Indonesia. Dengan masa kolonisasi yang cukup lama sekitar tiga setengah abad. Teks yang dimaksudkan perlu dikaji kembali menurut kaidah-kaidah dalampostkolonialisme, sehingga melahirkan pemahaman yang berbeda sesuai dengan kepentingan nasional.
Visi postkolonial menunjukan bahwa pada masa penjajahan yang ditanamkan adalah perbedaan, sehingga jurang pemisah antara kolonial dengan pribumi bertambah lebar. Bahasa pribumi dianggap bahasa mati, maka sebaliknya bahasa Belanda dianggap sebagai bahasa ilmu pegetahuan atau bahasa modern. Dominasi kolonial juga membawa naskah-naskah lama yang secara fisik seolah-olah dipenjarakan di musium-musium Eropa. Novel Salah Asuhan Karya Abdoel Moeis menceritakan hubungan antara kebudayaan barat dengan kebudayaan timur. Hubungan antara Corrie dengan Hanafi yang sejak semula tidak disetujui oleh keluarga dari kedua belah pihak akhirnya tidak bisa dipertahankan. Hal tersebut sekaligus menunjukan bagaimana sikap bangsa barat terhadap bangsa timur dan bagaimana seharusnya bangsa timur bersikap terhadap bangsa barat.
2.2.2 Novel
Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel adalah karya fiksi yang dibangun melalui berbagai unsur intrinsiknya. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa di dalamnya, sehingga nampak seperti kenyataan dan terjadi. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) hadir. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita. Keterpaduan berbagai unsur intrinsik ini akan menjadikan sebuah novel yang sangat bagus.
Menurut Jassin (dalam Nurgiyantoro, 2005 :150) novel adalah suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia, manusia yang ada disekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan suatu saat dari kehidupan seseorang dan lebih mengenang suatu episode. Dapat dikatakan bahwa novel bersifat realitas dan lebih mengacu pada realitas yang lebih tinggi dan psikologi yang lebih mendalam. Sehingga pada kenyataannya novel merupakan realita imajinasi yang beraneka ragam dan dapat muncul terutama pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun orang lain.
Menurut Wellek dan Waren dalam Nugiyantoro (2009 :15) mengatakan bahwa novel bersifat realistis, sedang, romansa puitis dan epik. Novel berkembang dari bentuk-bentuk naratif nonfiksi dan novel lebih mengacu pada realitas yang lebih dan psikologi yang lebih mendalam daripada roman.
Pendapat Jassin dalam Nurgiyantoro (2009 : 16) pengertian dari novel adalah suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan sesuatu dari kehidupan seseorang dan lebih mengenai sesuatu episode.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa novel merupakan gambaran tentang suatu realita kehidupan manusia yang dituangkan ke dalam sebuah karya sastra yang berbentuk prosa panjang yang terdiri dari tokoh, alur, latar dengan menceritakan seluruh aspek kehidupan baik dari segi tingkah laku tokoh dan sifat-sifatnya. Berdasarkan hal tersebut pengarang juga mengkaitkan kehidupan para tokoh yang ada pada novel ke dalam berbagai aspek-aspek sosial, budaya, adat-istiadat, moral dan sebagainya.
Di dalam novel itu sendiri terdapat berbagai macam aliran salah satunya aliran yang bertajuk pada sastra poskolonial. Sastra postkolonial adalah bentuk wacana sastra yang mencoba mengkaji masalah kolonialisme dan apa yang telah ditinggalkannya dalam struktur kebudayaan masyarakat pascakolonial. Dalam ranah sastra pendekatan poskolonial ini banyak digunakan oleh sastrawan untuk menyampaikan atau menyatakan perlawanan kepada politik sastra kolonial.
2.2.3 Novel Salah Asuhan
Salah Asuhan terbit pertama kali di Balai Pustaka pada tahun 1982. Dalam novel ini tidak lagi mempermasalahkan adat kolot yang tak lagi sesuai dengan perkembangan zaman, tetapi novel ini mencoba mengangkat tema pernikahan antarbangsa yang menimbulkan banyak persoalan.
Novel ini menghadirkan begitu banyak fakta pengaruh Eropa dalam hal ini Belanda terhadap karakter budaya negara Indonesia sebagai negara terjajah. Di awal cerita, Abdoel Moeis menghadirkan sosok pemuda pribumi yang tergila-gila dengan budaya Barat. Disebut tergila- gila karena ia sendiri buta terhadap kebudayaannya sendiri sebagai seorang pribumi bahkan berani merendahkannya. Corrie sebagai seorang wanita blasteran dari pria Perancis yang telah mempersunting wanita Indonesia sehingga dengan sendirinya ia memiliki kehormatan sebagai orang Eropa, mengkritik sikap Hanafi yang membanding-bandingkan budaya Eropa dengan Pribumi bahkan ia lebih mengetahui budaya pribumi daripada Hanafi sendiri sebagai orang bumiputera. Hanafi mengkritik norma-norma yang berlaku di kalangan pribumi seperti hubungan antara seorang gadis dengan bujang.
Hanafi adalah seorang pribumi asli Minangkabau. Ia merupakan anak tunggal sebagai tumpuan harapan keluarga sehingga ia disekolahkan oleh sanak keluarganya di sekolah-sekolah Eropa di Jakarta agar menjadi anak yang pandai dan melebihi keluarganya di kampung. Mereka berjuang mati-matian agar Hanafi bisa berpendidikan tinggi. Namun, tidak adanya pengawasan dari orang tua serta sanak keluarganya melupakan satu hal penting dalam diri Hanafi, yaitu kesadaran sebagai seorang pribumi yang berbeda budaya dengan Barat. Rasa bangga yang menghinggapi Hanafi saat bergaya hidup Eropa terus bersemi dan semakin berkembang. Hal ini disebabkan pengasuhan sang ibu yang berlebihan dalam memanjakan anak tunggalnya itu, dan selalu berusaha mewujudkan keinginan sang anak untuk bergaya hidup Eropa, baik dalam masalah pakaian, makanan, perabotan rumah tangga, dan interior rumah. Jika sang ibu merubah komposisi perabotan rumah dengan perabotan lokal, maka sanag anak merasa kurang bangga melihatnya, bahkan disuruhnya agar dijauhkan. Terlebih sikap anti Islam dan Melayu serta sifat negatif lainnya sebagaimana telah disinggung di atas, maka pantaslah hal menarik ini menjadi sebuah judul novel yang menjiwai kesuluruhan cerita yang dikandungnya yaitu, “Salah Asuhan”.
2.2.4 Sastra
Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya dimana ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Pada satu sisi sastra merupakan bentuk refleksi sikap seseorang terhadap gejala yang muncul dari lingkungan alam sekitarnya yang dituangkan dalam bentuk kesenian, selain itu sastra juga merupakan sebuah bentuk hiburan untuk memenuhi kepuaan emosi. Di dalam karya sastra terdapat dokumen masyarakat yang berisi tentang norma-norma, sejarah perjuangan, adat-istiadat, dan silsilah tokoh. Menurut Warton (Wellek dan Warren, 1995:122), sastra adalah gudang adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban, terutama sejarah bangkit dan runtuhnya semangat kesatriaan. Mempelajari sastra dapat dikatsakan sebagai dokumenatau potret sosial. Dikatakan sebagai dokumen sosial, karena sastra berkaitan dengan reproduksi ulang dari cermin kehidupan yang cenderung realitas di masyarakat.
Karya sastra merupakan pengalaman pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Pengalaman ini diperoleh pengarang melalui kehidupan manusia yang dialaminya atau dilihatnya. Salah satu karya sastra pengarang yang menceritakan tentang kehidupan manusia yaitu berbentuk novel. Novel sebagai suatu bentuk karya sastra yang pada hakikatnya memberikan pujian, mengatakan kesalahan, memberikan pertimbangan lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang disebut kritik sastra. Berdasarkan hal tersebut maka penelitian berbentuk prosa yaitu novel. Novel Salah Asuhan karya Abdoel Moeis yang di analisis berdasarkan realitas kehidupan yang ada dalam masyarakat.
2.3 Landasan Teori 2.3.1 Postkolonialisme dan Kolonialisme.
Postkolonialisme, dari kata “post” + ”kolonialisme,” secara harfiah berarti mengenai teori yang lahir sesudah zaman kolonial. Berdasarkan hal tersebut, istilah ‘postkolonial’ tampaknya berkaitan dengan kebudayaan-kebudayaan nasional setelah runtuhnya kekuasaan imperial.
Dalam karya-karya sebelumnya, istilah postkolonial ini tak jarang juga digunakan untuk membedakan masa sebelum dan sesudah kemerdekaan (‘masa kolonial dan postkolonial’).Kata pascakolonial yang seringkali dijadikan terjemahan dari postcolonial merupakan istilah yang mengacu pada permasalah “waktu setelah” kolonial. Padahal poskolonial tidak hanya mengacu pada kajian sastra sesudah masa era penjajahan, atau era kemerdekaan tetapi lebih luas mengacu pada segala yang terkait dengan kolonialisme yang pada abad ke-21 hanya menyisakan Amerika sebagai bangsa penjajah yang kesiangan. Secara umum, meski istilah ‘kolonial’ telah digunakan untuk menyebut masa prakemerdekaan dan sebagai istilah untuk menggambarkan karya-karya nasional, seperti ‘tulisan Kanada modern’ atau kesusastraan India Barat kontemporer, istilah tersebut juga dipakai untuk menyebut masa setelah kemerdekaan.
Menurut Ratna (dalam Ashcroft, dkk. 2008: 95) postkolonilaisme didefinisikan sebagai teori yang lahir sesudah kebanyakan negara-negara terjajah memperoleh kemerdekaaanya. Teori postkolonialisme sangat relevan dalam kaitannya dengan kritik lintas budaya sekaligus wacana yang ditimbulkannya.
Dalam Ratna (2008: 81) Teori postkolonialsime memiliki arti penting yang mampu mengungkapkan masalah-masalah tersembunyi yang terkandung dibalik kenyataan yang pernah terjadi, dengan pertimbangan yaitu. Pertama, Secara definitif, postkolonialisme menaruh perhatian untuk menganalisis era kolonial. Postkolonialisme sangat sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia yang merdeka baru setengah abad. Kedua, Postkolonialisme memiliki kaitan erat dengan nasionalisme, sedangkan bangsa Indonesia sendiri juga sedang diperhadapkan dengan berbagai masalah yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara. Teori postkolonial dianggap dapat memberikan pemahaman terhadap masing-masing pribadi agar selalu mengutamakan kepentingan bangsa di atas golongan, kepentingan golongan di atas kepentingan pribadi. Ketiga, Sebagai teori baru, sebagai varian postrukturalisme, postkolonialisme memperjuangkan narasi kecil, menggalang kekuatan dari bawah sekaligus belajar dari masa lampau untuk menuju masa depan. Keempat, Postkolonialisme membangkitkan kesadaran bahwa penjajahan bukan semata-mata dalam bentuk fisik, melainkan dalam bentuk psikis. Model penjajahan terakhir masih berlanjut. Kelima, Postkolonialisme bukan semata-mata teori melainkan suatu kesadaran itu sendiri, bahwa masih banyak kesadaran besar yang harus dilakukan, seperti memerangi imperialisme, orientalisme, rasialisme, dan berbagai bentuk hegemoni lainnya, baik material maupun spiritual, baik yang bersasal dari bangsa asing maupun bangsa sendiri.
Dalam bahasa Indonesia, postkolonial umumnya disebut dengan pascakolonial atau poskolonial. Ratna (2008:77-78) secara khusus membedakan antara pascakolonial dengan postkolonial. Dalam pendapatnya tersebut, Ratna menjelaskan bahwa pascakolonial berkaitan dengan era, zaman, dan periode yang memiliki batasan pasti yakni masa pascakolonial. Sedangkan postkolonial merupakan sebuah teori, sebuah tradisi intelektual dengan batasan-batasan yang bersifat relatif.
Berdasarkan paparan tersebut, maka yang dimaksudkan dengan teori postkolonialisme adalah cara-cara yang digunakan untuk menganalisis berbagai gejala kultural, seperti sejarah, politik, sastra, ekonomi dan sebagainya, yang terjadi di Negara-negara bekas koloni Eropa modern. Objek penelitian Postkolonialisme mencakup aspek-aspek kebudayaan yang pernah mengalami kekuasaan imperial sejak awal terjadinya kolonisasi hingga sekarang. Termasuk berbagai efek yang ditimbulkannya.
Berdasarkan hal tersebut penjajahan menyisakan masalah-masalah mendasar yang perlu diperhatikan sebab berpengaruh besar terhadap perkembangan bangsa dan masyarakatnya khususnya bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang pernah mengalami penjajahan dianggap terpengaruhi oleh sistem dan mekanisme pemerintah kolonial yang bertentangan dengan kepribadian bangsa sebagai akibatnya.
Unsur postkolonial ada dua yaitu hegemoni (penguasaan) dan mimikri (tindakan menirukan) dilihat dari segi tokoh yang mengalami hegemoni dan mimikri bagaimana sikap, keseharian, pemikiran, gaya hidup dan pendidikan tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel tersebut.
Tokoh Hanafi dalam novel Salah Asuhan karya Aboel Moeis yang merupakan tokoh yang berasal dari minangkabau. Sejak kecil hanafi disekolahkan di lingkungan bangsa Barat. Sejak itulah sikap dan watak Hanafi berubah menjadi orang kebarat-baratan. Hanafi sangat merendahkan bangsa dan negaranya karena sejak pergaulannya yang berubah, Hanafi menganggap bahwa bangsa pribumi sangat rendah dbandingkan dengan bangsa barat. Hal ini juga di latarbelakangi oleh kehadiran Corrie de Busse. Gadis cantik yang berbangsa barat yang dicintai oleh Hanafi. Menurut bangsa barat tidak diindahkan bagi bangsa barat untuk memiliki suami dari bangsa pribumi karena akan merendahkan harga diri bangsa tersebut. Sejak itulah Hanafi memutuskan untuk mengubah bangsa pribuminya menjadi bangsa yang sederajat dengan Corrie yaitu bangsa Belanda. Hal tersebutlah yang memicu hegemoni bangsa tersebut.
Unsur hegemoni dalam wacana postkolonial adalah kekuasaan yang dicapai melalui suatu kombinasi paksaan dan kerelaan. Antonio Gramsi menyatakan bahwa kelas-kelas berkuasa memperoleh dominasi bukan dengan kekuatan dan paksaan saja tetapi juga dengan menciptakan subjek-subjek yang sukarela bersedia untuk dikuasai. Ideologi penting dalam menciptakan kerelaan tersebut. Hegemoni dicapai bukan melalui manipulasi atau indoktrinasi langsung, tetapi dengan bersandarkan pada kenalaran umum rakyat (Loomba, 2003:38).
Menurut Ratna (2008:20) kolonialisme yang secara etimologis tidak mengandung arti penjajahan, melainkan hanya semacam wilayah atau perkampungan, mempunyai konotasi negatif sesudah terjadinya interaksi yang tidak seimbang antara pendatang baru dengan penduduk lama. Konotasi negatif timbul sesudah terjadi hegemoni, sekaligus eksploitasi salah satu Negara terhadap wilayah lainnya. Kolonialisme dengan demikian menyangkut berbagai masalah, berkaitan dengan dominasi yang dilakukan oleh suatu Negara terhadap wilayah yang lain yang lebih lemah.
2.3.2 Hegemoni.
Teori hegemoni merupakan sebuah teori politik paling penting abad XX. Teori ini dikemukakan oleh Antonio Gramci (1891-1937).
Antonio Gramci dapat dipandang sebagai pemikir politik terpenting setelah Marx. Gagasanya yang cemerlang tentang hegemoni, yang banyak dipengeruhi oleh filsafat hukum Hegel, dianggap merupakan landasan paradigma alternatif terhadap teori Marxis tradisional mengenai paradigma base-superstructure (basis-suprastruktur). Teori-teorinya muncul sebagai kritik dan alternatif bagi pendekatan dan teori perubahan sosial sebelumnya yang didominasi oleh determinisme kelas dan ekonomi Marxisme tradisional.
Simon (2001:19-20) menyatakan bahwa titik awal konsep Gramsci tentang hegemoni berkaitan dengan adanya suatu kelas dan anggotanya menjalankan kekuasaan terhadap kelas-kelas yang ada di bawahnya dengan cara kekerasan dan persuasi. Hegemoni bukanlah hubungan dominasi menggunakan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan mempertimbangkan kepemimpinan politik dan ideologis.
Hegemoni Gramsci (dalam patriadi 2009:117) Ia menjelaskan supremasi sebuah kelompok mewujudkan diri dalam dua cara sebagai dominasi dan sebagai kepemimpinan intelektual dan moralitas. Di satu pihak sebuah kelompok sosial mendominasi kelompok-kelompok oposisi untuk menghancurkan atau menundukkan mereka, bahkan mungkin dengan menggunakan kekuatan bersenjata, di lain pihak, kelompok sosial memimpin kerabat-kerabat dan sekutu mereka. Sebuah kelompok sosial bahkan harus sudah menerapkan “kepemimpinan” sebelum memenangkan kekuasaan pemerintahan (kepemipinan tersebut merupakan salah satu dari sarat utama untuk memenangkan kekuasaan semacam itu). Kelompok sosial tersebut kemudian menjadi dominan ketika dia mempraktikkan kekuasaan, tetapi, bahkan dia terus memegang kekuasaan penuh di tangannya, dia masih harus tetap memimpin juga. Dari pendapat di atas Patriadi (2011:118) mengungkapkan pernyataan tersebut menyiratkan tiga hal, Pertama, dominasi dijalankan atas seluruh musuh, sedangkan kepemimpinan dijalankan terhadap sekutu. Kedua, kepemimpinan adalah suatau prakondisi untuk menaklukkan aparatus negara. Ketiga, sekali kekuasaan negara dapat dicapai, dua aspek supremasi kelas ini baik pengarahan ataupun dominasi, terus berlanjut.
Berdasarkan paparan di atas maka dapat dijelaskan bahwa hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok masyarakat lainnya dimana kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh kelompok lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa itu sebagai hal yang seharusnya terjadi. Hegemoni adalah sebuah kepemimpinan moral dan intelektual yang menjamin kemenangan, daripada menggunakan penindasan terhadap kelas sosial lainnya.
2.3.3 Mimikri
Problem pertama masyarakat terjajah dalam menghadapi wacana penjajah adalah problem emansipasi, dan peningkatan martabat diri agar sejajar dengan kaum penjajah yang ditempuh melalui cara peniruan, yang dalam konsep Bhabha disebut mimikri
.
Mimikri dalam pengertian Bhabha lebih mendekati pada mimikri dalam arti bahasa. Mimikri menurut Bhabha adalah suatu hasrat dari subjek yang berbeda menjadi subjek sang lain yang hampir sama, tetapi tidak sepenuhnya. Konsep peniruan ini menurut Bhabha mengandung ambivalensi karena di satu sisi kaum pribumi ingin membangun identitas persamaan dengan kaum penjajah, sedangkan mereka juga mempertahankan perbedaannya. Mimikri muncul sebagai representasi dari perbedaan, yaitu perbedaan tersebut merupakan proses pengingkaran.