PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KREATIVITAS ANAK Pada Siswa Kelas XI Dan XII Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh Tahun Pelajaran 2007/2008 - Test Repository

  PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KREATIVITAS ANAK Pada Siswa Kelas XI Dan XU Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh Tahun Pelajaran 2007/2008 Disusun guna memenuhi syarat untuk Mendapatkan gelar Sarjana pada Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam 11103 005 Jurusan Tarbiyah Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN ) Salatiga Tahun 2007

DEPARTEMEN AGAMA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website :

  

DEKLARASI

Bismillahirrahmaanirrahim.

  Dengan penuh kejujuran dan tanggungjawab, penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila dikemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain diluar referensi yang penulis cantumkan, maka penulis sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini dihadapan sidang munaqosyah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 21 Februari 2008

  Penulis Istikomah Nur Awaliyah NIM 111 03 005 DEPARTEMEN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 W ebsite:

  Drs.H.M.Zulfa Machasin, M.Ag Dosen STAIN Salatiga

  Jl. Stadion N0. 03 Salatiea Salatiga, 21 Februari 2008

  NOTA PEMBIMBING Lampiran : 3 (tiga) eksemplar Kepada Yth. Hal : Naskah Skripsi Ketua STAIN Salatiga

  Sdri. Istikomah N ur Awaliyah di Salatiga Assalamu 'alaikum Wr. W b.

  Setelah kami teliti dan kami adakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi Saudari: Nama : Istikomah Nur Awaliyah NIM : 111 03 005 Jurusan / Progdi : Tarbiyah / PAI

  Judul : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kreativitas Anak Pada Siswa Kelas XI dan XII Jurusan Garment SMK Muhammadiyah Suruh Tahun Pelajaran 2007/2008.

  Bersama ini mohon agar naskah skripsi saudari tersebut di atas agar dapat segera di munaqosyahkan. Demikian harap menjadikan perhatian.

  Wassalmu’alaikum Wr Wb.

  Drs.H.M.Zulfa Machasin. M.Ag NIP. 150 177 821

DEPARTEMEN AGAMA

  Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 323706,323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : E-mail: administrasi@,stainsalatiga.ac.id

  

PENGESAHAN

  Skripsi Saudara : Istikomah Nur Awaliyah dengan Nomor Induk Mahasiswa 111 03 005 yang berjudul : Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kreativitas Anak Padaa

  

Siswa Kelas XI dan XII Jurusan Garmen SMK Muhammadiyah Suruh Tahun

Pelajaran 2007/2008 telah dimunaqosyahkan pada Sidang Panitia Ujian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri pada hari : Sabtu, 8 Maret 2008 M yang bertepatan dengan tanggal 1 Rabbi’ul Awal 1429 H dan telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. Salatiga,

  8 Maret 2008 M

  1 Rabbi’ul Awal 1429 H

PANITIA UJIAN

  

Drs.H.M.Zulfa Machasin, M.Ag

NIP. 150 177 821

  iv

  

MOTTO

“ Ajineng diri soko ing lati, Ajineng raga soko ing busono”

KepriBadian firi itu dari ucapan, Kepribadian fisik- itu dari pakaian. Skipsi ini penulis persembahkan untuk :

  1. Abah dan Umi tercinta, atas pengorbanannya dan kasih sayangnya serta bimbingan dan do’a yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi hingga ke perguruan tinggi. Semoga Allah senantiasa meridloinya.

  2. Adik-adikku yang penulis sayangi (Hanik, Rudin, Khukma, Mala, dan Amar).

  3. Mas Obie yang selalu menemani dalam suka maupun duka serta memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak dan Ibunya Mas Obie yang telah memberikan restu dan do’anya kepada penulis.

  5. Teman-teman seperjuangan di UKM Mapala MITAPASA (Cempluk, Denok, Mbak Nunik, Gaci, Chemot), serta teman-teman UKM STAIN Salatiga.

  6. Teman-teman PAI A dan B angkatan 2003. vi

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan sripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabatnya yang telah menghantarkan manusia pada jalan yang benar sesuai dengan perintah dan petunjuk Allah SWT.

  Alhamdulillah dengan penuh rasa syukur akhirnya skripsi dengan judul “PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP KREATIVITAS

  ANAK PADA SISWA KELAS XI DAN XII JURUSAN GARMEN SMK MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN PELAJARAN 2007/2008” dapat terselesaikan.

  Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:

  1. Drs. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  2. Drs. Sa’adi, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Tarbiyah.

  3. Bp. Fatchurrahman, M.Pd, selaku Ketua program Studi PAI STAIN Salatiga.

  4. Bp. Drs.H.M. Zulfa Machasin, M.Ag, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan waktu, ilmu, dan perhatiannya kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

  5. Segenap Dosen dan Staf Karyawan STAIN Salatiga yang telah mentberikan pelayanan akademik maupun non akademik kepada penulis.

  6. Kepala SMK Muhammadiyah Suruh beserta Bapak/ Ibu Guru, khususnya kepada Ibu lis Rohmah, S.Ag, selaku Ketua Jurusan Garmen yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian ini. 7. teman-teman aktivis UKM STAIN Salatiga, teman-teman PAI angkatan

  2003, yang telah memberikan dukungan, saran, kritik sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Semoga amal baik dari mereka mendapatkan balasan dari Allah SWT dan dicatat sebagai amal sholeh. Amin.

  Akhirnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Sehingga dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya. Amin.

  Salatiga, 21 Februari 2008 Penulis

  Istikomah Nur Awaliyah

  NIM 111 03 005 vm

  DAFTAR ISI

  BAB I PENDAHULUAN

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  1. Tinjauan Historis Sejarah Berdirinya SMK

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  BAB V PENUTUP DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN

  x

  DAFTAR TABEL

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

  

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Membimbing, membina, mengasuh merupakan kewajiban orang tua yang diperintahkan oleh Allah SWT. Karena anak adalah amanah yang harus dijaga dengan baik. Pola asuh yang dilakukan oleh orang tua merupakan perwujudan dari rasa kasih sayang terhadap anak-anaknya. Untuk mewujudkan hal itu ada berbagai cara dalam pola asuh yang dilakukan orang tua menurut Hurlock yang dikutip oleh Chabib Thoha,1 yaitu pola asuh otoriter, pola asuh yang demokratis, dan pola asuh laisses fire.

  Pola asuh orang tua yang bersifat demokratis dianggap ideal untuk menjadikan seorang anak agar dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya. Kebebasan dan respek yang diberikan oleh orang tua terhadap anak akan membuat anak tidak merasa dibatasi dan menghargai hasil karya anak akan mengembangkan kepercayaan diri pada anak untuk melakukan sesuatu yang baru (inovasi). Faktor dalam lingkungan atau dari dalam diri seseorang sering menganggu perkembangan kreativitas. Misalnya cara mendidik anak yang sangat otoriter di rumah atau di sekolah akan membekukan kreativitas.1

  2 Seorang anak akan belajar dari kehidupannya. Misalnya jika anak dibesarkan dengan dorongan, maka ia belajar percaya diri. Jika anak

  1 Mansur, Pendidikan A nak Usia D ini Dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, him. 353.

  2 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan A nak, Erlangga, Jakarta, 1978, him. 4-5.

  1

  2 dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri. “Apabila orang tua membesarkan anak dengan demokratis yaitu memberi sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan bagi dirinya, akan membantu anak dalam mengembangkan kreativitas yang dimiliki”.3 Kreativitas merupakan potensi yang bersifat alamiah pada semua orang. Ketika anak dapat bergerak dan kepadanya diberikan benda, maka akan nampak kreativitasnya. Gelas, misalnya, bagi anak-anak dapat difungsikan sebagai kursi, mobil-mobilan, pot, tempat menyimpan uang, dan sebagainya.

  Cara memandang fungsi gelas seperti di atas menunjukkan bahwa anak-anak telah memiliki potensi kreatif. Dan kreativitas tumbuh dari rasa ingin tahu yang amat besar.4

  Pada umumnya di sekolah-sekolah umumnya mengutamakan tentang penerimaan pengetahuan, ingatan (berpikir logis), akan tetapi di sekolah kejuruan seperti SMK Muhammadiyah Suruh selain siswa dituntut pintar dalam pengetahuannya, siswa juga dibekali dengan ketrampilan yang memadai sehingga diharapkan lulusannya dapat memiliki keahlian dan dapat membuka lapangan kerja sendiri.

  Dalam Kelompok Teknologi Industri Pakaian Jadi (Garmen) kreativitas dan ketrampilan sangatlah diperlukan, karena dalam bidang ini dibutuhkan ide-ide kreatif dalam membuat desain pakaian dan ketrampilan siswa menjahit. SMK Muhammadiyah Suruh merupakan satu-satunya SMK Se-Kabupaten Semarang yang memiliki Jurusan Garmen.

  3 Mansur, op.cik, him. 355.

  4 Fuad Nashori dan Rachmy Diana Mucharam, M engembangkan Kreativitas Dalam P erspektif Psikologi Islam i, Menara Kudus, Jogkakarta, 2002, him. 34-35.

  3 Dalam konteks tersebut penulis ingin meneliti mengenai pengaruh pola asuh orang tua terhadap kreativitas anak pada siswa kelas XI dan XII

  Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh tahun pelajaran 2007/2008.

B. Penegasan Istilah.

  Untuk menghindari interpretasi yang salah dalam membatasi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan kata kunci (istilah) yang terkandung dalan judul penelitian yaitu:

  1. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda, dan sebagainya) yang ikut membentuk kepercayaan, watak atau perbuatan seseorang.3

  2. Pola Asuh Orang Tua Yang dimaksud pola asuh orang tua adalah cara orang tua dalam mengasuh dan mendidik anaknya.

  a. Indikator dari pola asuh orang tua yang bersifat demokratis meliputi: 1) Menghargai kemampuan anak.

  2) Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki.

  3) Memperhatikan dan menghargai pendapat anak. 5

5 W. J. S, Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PT. Balai Pustaka, Jakarta, 1985, him. 731.

  4 4) Memberi kesempatan anak untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya.* 7 5) Memberikan pujian dan hadiah. 6) Tidak berbuat kasar kepada anak. 7) Memberi dorongan kepada anak. 8) Akrab dengan anggota keluarga. 9) Menerima saran dan kritik dari anggota keluarga.

  10) Cenderung bersikap sabar terhadap anak.

  b. Indikator dari pola asuh orang tua yang bersifat laisses fire meliputi: 1) Membiarkan anak sesuai kehendaknya.

  2) Kurang memberikan bimbingan kepada anak. 3) Tidak pernah memberikan pengarahan kepada anak untuk berbuat baik.

  4) Kurang meluangkan waktu untuk anak.8 5) Kurang menghargai kemampuan anak.

  6) Tidak ada peraturan yang mengikat untuk anak. 7) Kontrol orang tua terhadap anak lemah.9 8) Tidak mau tahu tentang permasalahan anak.

  9) Menghiraukan saran atau kritik yang diberikan oleh anggota keluarga.

  10) Cenderung membiarkan.

  ’ Mansur, op.ciL, him. 355.

  8 Ibid., him. 356.

  7 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam , Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1996, him. 112. c. Indikator dari pola asuh orang tua yang bersifat otoriter meliputi: 1) Membuat aturan yang ketat untuk anak.

  2) Memaksakan kehendak kepada anak. 3) Kurang berkomunikasi dengan anak. 4) Memberikan hukuman dan memarahi anak apabila melakukan kesalahan.10 1

  1 5) Lebih banyak menyalahkan dari pada membimbing.11 6) Ada suasana kepatuhan anak yang didasarkan pada perasaan takut.

  7) Kurang senang dengan musyawarah keluarga. 8) Ada unsur memaksa dan mendesak. 9) Kurang mau menerima kritik dari anggota keluarga.

  10) Meminta sesuatu yang bersifat instruktif atau menyuruh.

  3. Kreativitas Anak Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menghasil an sesuatu yang baru.12 Adapun indikator dari kreativitas anak meliputi: a. Banyak ide atau gagasan.

  1) Menghasilkan ide-ide tentang desain-desain pakaian yang baru. 2) Mampu memanfaatkan media yang ada untuk membuat sebuah kreasi yang baru.

  b. Berperilaku aktif.

  1) Sering berlatih membuat pola dan mengasah ketrampilan menjahit.

  10 Ibid., him. 354.

  11 Drs. H.M. Zulfa Machasin M, Ag, Adm inistrasi Pendidikan, Arya Offset, hota, 2003, him. 43.

  12 Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, o p .cit, him. 33.

  6 2) Selalu memperhatikan dan aktif dalam mengikuti pelajaran.

  c. Imajinatif.12 1) Sering mengagas tentang desain-desain yang baru.

  2) Mendiskusikan gagasannya kepada sesama teman maupun guru.

  d. Mempunyai minat yang luas.

  1) Senang untuk mencoba sesuatu yang baru. 2) Memiliki keinginan yang besar untuk mendalami bidang garmen.

  e. Mandiri dalam berpikir.

  1) Tidak mencontoh pekerjaan orang lain. 2) Membuat desain-desain yang merupakan hasil kreativitasnya sendiri.

  f. Percaya diri.

  1) Menuangkan gagasannya lewat coretan. 2) Yakin dengan hasil karyanya sendiri.

  C. Rumusan Masalah.

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana kecenderungan pola asuh yang digunakan orang tua siswa kelas XI dan

  XII Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh?

  2. Bagaimana kreativitas siswa kelas XI dan XII Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh?

12 Prof. Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas A nak Berbakat, Cet. II, PT Rieneka Cipta, Jakarta,, 2004, him. 37.

  7

  3. Adakah pengaruh pola asuh yang digunakan orang tua terhadap kreativitas anak?

D. Tujuan Penelitian

  Melihat dari rumusan pokok permasalahan tersebut, maka penulis dapat merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

  1. Mengetahui kecenderungan pola asuh yang digunakan orang tua pada siswa kelas XI dan XII Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh tahun pelajaran 2007/2008.

  2. Mengetahui kreativitas anak pada siswa kelas XI dan XII Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh tahun pelajaran 2007/2008.

  3. Mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap kreativitas anak siswa kelas XI dan XII Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh tahun pelajaran 2007/2008.

  E. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang ada atau tidaknya pengaruh pola asuh orang tua terhadap kreativitas anak. Dari informasi tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, yaitu:

  1. Secara praktis, apabila ternyata ada pengaruh pola asuh orang tua dengan kreativitas anak, maka bagi para orang tua memperoleh pemahaman tentang

  8

  2. Secara teoritik, diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan perilaku dan khususnya dapat memberi sumbangan di bidang psikologi pendidikan yang diperoleh dari penelitian lapangan.

  Hipotesis berasal dari dua penggalan kata hypo, yang artinya di bawah, dan thesa yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis berarti pendapat yang kebenarannya masih rendah atau kadar kebenarannya masih belum menyakinkan. Kebenaran pendapat tersebut perlu diuji atau dibuktikan.14

  Dalam penelitian ini hipotesis yang penulis ajukan dan perlu diteliti kebenarannya adalah “ada pengaruh positif antara pola asuh orang tua terhadap kreativitas anak”.

  G. Metode Penelitian Dalam pembicaraan metode ada beberapa hal yang dibahas meliputi: populasi, sampel, dan teknik sampling.

  Menurut Prof. Dr Suharsimi Arikunto populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.15 Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh siswa kelas XI dan XII Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

  14 Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi IV, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm.68.

  15 Ibid^ him. 115.

  pentingnya pola asuh yang baik untuk anaknya. Selanjutnya dari pemahaman tersebut orang tua dapat menerapkan pola asuh yang dapat memberi kesempatan anak untuk berkreativitas.

F. Hipotesis

  9 Muhammadiyah Suruh tahun pelajaran 2007/2008. Adapun jumlah siswa kelas XI dan XII Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh yaitu kelas XI 37 siswa dan kelas XII 28 siswa.

  Penulis menggunakan penelian populasi, karena jumlah populasi kurang dari 100 orang. Sehingga setiap individu atau siswa memiliki kesempatan menjadi subjek penelitian.

  Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan tehnik pengumpulan data dan tehnik analisis data yaitu sebagai berikut:

  1. Teknik Pengumpulan Data.

  Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut: a. Metode Angket.

  Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui.16

  Metode ini digunakan untuk mencari data tentang pola asuh orang tua (baik yang bersifat demokratis, otoriter, dan laisses fire). Angket ditujukan kepada siswa kelas XI dan XII Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh, yaitu dengan menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

16 Ibid,, him. 140.

  10 b. Metode Observasi

  Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomen yang diselidiki.17 Metode ini penulis gunakan untuk mengamati kreativitas siswa kelas XI dan XII Jurusan Garmen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh.

  Pada metode observasi ini penulis menggunakan metode observasi tidak langsung dengan instrument rating scale. Rating scale adalah pencatatan gejala menurut tingkat-tingkatnya.18 Rating scale penulis gunakan untuk mengetahui variasi kreativitas siswa kelas XI dan XII Jurusan Garment Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh.

  2. Tehnik analisis data.

  Dalam penelitian ini, setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah mengadakan analisa terhadap data yang diperoleh untuk memberikan informasi lebih lanjut. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam analisa data ini adalah sebagai berikut: a) Untuk mengetahui variasi dari masing-masing variabel digunakan tehnik analisa prosentase frekuensi dengan rumus:

  P = F X 100% N

  Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi

  N : Jumlah individu

17 Sutrisno Hadi, M etodologi Research Jilid /, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1992, him. 152.

  11 b) Untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua terhadap kreativitas anak, maka dalam penelitian ini digunakan tehnik analisa Chi Kuadrat:

  2 = )2 X (F o -F h Fh

  Keterangan : X 2 : Lambang Chi Kuadrat.

  Fo : Frekuensi yang diperoleh. Fh : Frekuensi yang diharapkan.19

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Skipsi ini disusun dalam lima bab, yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. B. Penegasan Istilah. C. Rumusan Masalah. D. Tujuan Penelitian. E. Manfaat Hasil Penelitian. F. Hipotesis. G. Metode Penelitian. H. Sistematika Penulisan Skripsi.

19 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rieneka Cipta, Jakarta, 2002, him 259.

  12 B A BU LANDASAN TEORI A. Pola Asuh Orang Tua.

  1. Pengertian pola asuh orang tua.

  2. Macam-macam pola asuh orang tua dalam keluarga.

  S.

  Kreativitas Anak.

  1. Pengertian kreativitas.

  2. Proses kreativitas 3. Ciri-ciri kreativitas.

  4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas.

  C. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap kreativitas anak.

  fiAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

  A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Suruh, yang mencakup tinjauan historis, letak geografis, struktur organisasi, visi misi smk muhammadiyah suruh, data keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa dan fasilitas sekolah.

  B. Laporan data penelitian yang mencakup tentang data responden, data tentang variabel pola asuh orang tua dan data tentang variabel kreativitas anak.

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama. B. Analisis Kedua. C. Analisis Ketiga dengan Rumus Chi Kuadrat.

  BAB V P E N irttJP A. Kesimpulan. B. Saran-saran C. Penutup

  

BAB n

LANDASAN TEORI

A. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

  Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia kata “pola” berarti model.1 Sedangkan kata asuh, mengasuh, berarti memelihara, membimbing anak kecil.1 2 Pada umumnya manusia pasti melalui proses pengasuhan dari orang tua, setidak-tidaknya dalam jangka waktu tertentu berada dalam bimbingan dan tanggung jawab dari orang tua. Hubungan intern anggota keluarga yang penuh kasih sayang akan menciptakan suasana yang harmonis dan bahagia. Di dalam keluarga orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik anaknya. Selain itu orang tua juga memiliki kewajiban untuk menjaga keluarganya agar tehindar dari perbuatan yang menyesatkan baik di dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah dalam Qur’an surat At- Tahrim ayat 6 ;

  1 EM Zul Fajri Ratu Aprilia Senja, Kam us Lengkap Bahasa Indonesia, Difa Publisher, him. 662.

  2 Ibid., him. 89.

  14

  15 Artinya : “Hai orang-orang yang beriman periharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia (yang kafir) dan batu (yang disembah)3...”

  Perintah memelihara dalam surat At-Tahrim ayat 6 ditujukan kepada para orang tua agar memberikan bimbingan dan pendidikan yang baik untuk anaknya. Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya menjadi anak yang soleh dan berperilaku baik, maka dalam membentuk karakter anak harus secermat dan seteliti mungkin. Pendidikan dari orang tua merupakan pendidikan pertama yang diterima oleh anak, sehingga perlakuan orang tua memiliki peran yang besar dalam proses pembentukan karakter anak. Orang tua berkewajiban menciptakan pola asuh yang tepat dalam mendidik anak- anaknya di dalam keluarga, karena setiap perbuatan anak merupakan cerminan dari pola asuh orang tuanya. Jadi pola asuh orang tua adalah cara yang digunakan orang tua dalam menjaga, membina pendidikan dan perkembangan anak untuk menumbuhkan perilaku yang baik dan menjadi manusia dewasa.

  Menurut Kohn (1971) dalam bukunya Chabib Thoha pola asuh orang tua adalah bagaimana cara mendidik orang tua terhadap anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung.4 Cara mendidik anak secara langsung artinya bentuk-bentuk asuhan orang tua yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, kecerdasan, dan ketrampilan yang dilakukan secara sengaja baik berupa perintah, larangan, hukuman penciptaan situasi sebagai alat

  448.

  3 Departemen Agama RI, A l-Q ur’an dan Terjemahan, Diponegoro, Bandung, him.

  4 Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam , Pustaka Pelajar, Jakarta, 1996, him. 110.

  16 pendidikan. Cara mendidik secara tidak langsung adalah berupa contoh kehidupan sehari-hari baik tutur kata sampai kepada adat kebiasaan dan pola hidup, hubungan antara orang tua dan keluarga, masyarakat dan suami istri.

  Semua ini secara tidak sengaja telah membentuk situasi dimana anak selalu bercermin terhadap kehidupan sehari-hari dari orang tuanya.

  Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu cara yang dapat ditempuh orang tua sebagai pendidik dalam mendidik anaknya baik secara langsung maupun tidak langsung.

  2. Macam-Macam Pola Asuh O rang Tua Mendidik anak dalam keluarga diharapkan anak mampu berkembang kepribadiannya, menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama, kepribadian kuat dan mandiri, berperilaku ihsan, potensi jasmani dan rohani serta intelektual yang berkembang secara optimal.5 Maka untuk mewujudkan hal tersebut ada berbagai cara dalam pola asuh yang dilakukan oleh orang tua. Menurut Hurlock dalam bukunya Chabib Thoha mengemukakan ada tiga jenis pola asuh orang tua terhadap anaknya yaitu6:

  a. Cara otoriter

  b. Cara liberal atau bebas

  c. Cara demokratis Berdasarkan dari pendapat tersebut, pola asuh orang tua dibedakan menjadi tiga yaitu:

  5 Mansur, Pendidikan A nak Usia D ini Dalam Islam , Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005, him. 353.

  6 Chabib Thoha, Op. C it, him. 110.

  17 a. Pola Asuh Bersifat Otoriter

  Pola asuh otoriter adalah pola asuh yang ditandai dengan cara mengasuh anak-anaknya dengan aturan-aturan ketat, seringkah memaksa anak untuk berperilaku seperti dirinya (orang tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi.7 Thomas Gordon memiliki gambaran orang tua yaitu orang tua yang menang. Para orang tua yang menang yaitu orang tua yang gigih mempertahankan hak mereka untuk menggunakan otoritas ataupun kekuasaan atas anak.8

  Pada pola asuh ini orang tua menentukan aturan-aturan yang harus ditaati oleh anak. Anak harus patuh dan tunduk, sehingga anak tidak memiliki pilihan yang sesuai dengan keinginannya sendiri. Apabila anak tidak mematuhi peraturan orang tua, maka ia akan mendapatkan hukuman. Orang tua menentukan tanpa memperhitungkan keadaan anak, tanpa memahami keinginan anak. Anak harus patuh pada semua peraturan dan kebijakan orang tua. Sikap keras dianggap sebagai sikap yang harus dilaksanakan, karena hanya dengan sikap demikian anak menjadi penurut.

  Orang tua yang suka mencampuri urusan anak sampai masalah yang kecil-kecil, belanjakan uang, warna pakaian yang cocok, memilihkan teman-teman untuk bermain, macam sekolah yang harus dimasuki. Anak yang dibesarkan dalam suasana semacam ini akan besar dengan sifat yang ragu- ragu, lemah kepribadian, dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa 7 Mansur, Op. CiL, him. 354.

8 Thomas Gordon, M enjadi Orang Tua E fektif, PT Gramedia, Jakarta, 1984, him. 9.

  18 saja9, mudah terpengaruh, sangat bergantung, kurang percaya diri.10 1

  1 Cara otoriter, ditambah dengan sikap keras, menghukum, mengancam akan menjadikan anak “patuh” dihadapan orang tua, akan tetapi dibelakangnya ia akan memperlihatkan reaksi-reaksi, misalnya menentang atau melawan karena anak merasa dipaksa.

  b. Pola Asuh Bersifat Laisses fire{Bebas atau Liberal) Pola asuh Laisses fire (bebas atau liberal) adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, ia diberi kelongaran seluas-luasnya apa saja yang dikehendaki.11

  Kontrol orang tua terhadap anak sangat lemah, juga tidak memberikan bimbingan pada anaknya. Orang tua membiarkan anak mencari dan menemukan sendiri tata cara yang memberi batasan-batasan dari tingkah lakunya. Hanya pada hal-hal yang dianggapnya sudah keterlaluan orang tua baru bertindak. Anak telah terbiasa mengatur dan menentukan sendiri apa yang dianggap baik.

  Pada umumnya keadaan seperti ini terdapat pada keluarga yang kedua orang tuanya bekeija, terlalu sibuk dengan berbagai kegiatan. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh laisess fire akan memiliki sifat percaya diri, dapat mencari jalan keluar, penuntut dan tidak sabaran.12

  9 Prof. Dr. Abdul Aziz El-Quussiy alih bahasa Prof. Dr. Zakiah Daradjat, Pokok- P okok Kesehatan J iw a /M en ta l,

  

Bulan Bintang, Jakarta, him. 20L

  10 Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd., Psikologi Perkembangan A nak dan Remaja, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2006, him. 49.

  11 Mansur, Op. C it, him. 356.

  12 Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M.Pd. Op. C it, him. 49.

  19 c. Pola Asuh Bersifat Demokrasi

  Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang ditandai dengan pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak-anaknya, dan kemudian anak diberi kesempatan untuk tidak selalu bergantung kepada orang tua.13 Dalam pola asuh seperti ini orang tua memberi sedikit kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang dikehendaki dan apa yang diinginkan yang terbaik bagi dirinya.

  Pola asuh ini orang tua memperhatikan taraf-taraf perkembangan anak, cita-citanya, minatnya dan lain-lain. Keinginan dan pendapat anak di dengarkan dan diperhatikan. Selain itu, anak juga dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut kehidupan anak itu sendiri. Anak diberikan kesempatan untuk mengembangkan kontrol pada dirinya sehingga sedikit demi sedikit anak akan berlatih unuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Tidak semua hal dapat ditolelir oleh orang tua terutama yang menyangkut masalah kehidupan anak. Dalam hal-hal tertentu orang tua perlu ikut campur tangan, misalnya hal-hal yang sangat prinsip mengenai pilihan agama, maka orang tua dapat memaksakan kehendaknya terhadap anak karena anak belum memiliki alasan yang cukup tentang hal tersebut.

  Pola asuh yang bersifat demokratis ini anak akan tumbuh rasa tanggung jawab dan selanjutnya memupuk kepercayaan dirinya. Anak akan menghargai orang lain karena anak sudah biasa menghargai hak dari anggota keluarga di rumah.

13 Mansur, Op. C it, him. 355.

  20

B. Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

  Kreativitas merupakan salah satu istilah yang sering dipakai, baik dibidang pendidikan maupun dibidang-bidang lain yang bersifat umum. Di dalam kehidupan manusia memang dituntut untuk memiliki kreativitas. Kreativitas yang dimiliki manusia lahir bersamaan dengan lahirnya manusia itu. Sejak lahir, manusia memperlihatkan kecenderungan mengaktualisasikan dirinya yang mencakup kemampuan kreatif.14

  Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia kata kreativitas berarti kemampuan untuk menciptakan.15 Di bawah ini penulis paparkan berberapa pendapat dari para tokoh mengenai pengertian kreativitas yaitu

  a. Menurut Hasan Langgulung dalam bukunya Kreativitas dan Pendidikan

  Islam

  berpendapat bahwa kreativitas itu sendiri dalam bahasa Inggris

  creativity yang berarti kesanggupan mencipta atau daya cipta.16

  b. Menurut Mead "Kreativitas adalah proses yang dilakukan oleh seseorang, yang menyebabkan ia melakukan sesuatu yang baru baginya".17 c. Roberts berpendapat bahwa "Proses kreativitas adalah apa yang timbul dari padanya karya baru, sebagai akibat dari interaksi individu dengan cara-caranya sendiri dan apa yang terdapat dalam lingkungan".18

  14 Prof. Dr. Conny R. Semiawan, I Made Putrawan, dan Dr. TH. I. Setiawan, D im ensi K reatif D alam F ilsafat Ilm u, Remadja Karya, Bandung, 1988, him. 60.

  15 EM Zul Fajri Ratu Aprilia Senja, Op. CiL, him. 489.

  16 Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam , Cet. I, Pustaka Al Husna, Jakarta, 1991, him. 45.

  17 Ib id , him. 174.

  18 Hasan Langgulung, Loc.cit.

  21 d. Danvidoff mengungkapkan pemgertian kreativitas adalah suatu kemampuan memecahkan persoalan yang memungkinkan orang tersebut menciptakan ide-ide asli atau mumi, atau menghasilkan sesuatu yang adaptif dan berkembang.19 e. Menurut The Liang Gie dalam bukunya Cara Belajar Yang Efisien mengemukakan bahwa pemikiran kreatif adalah suatu proses dari budi manusia yang dapat menciptakan gagasan baru dari gambaran angan- angan, ingatan, keterangan dan konsep yang telah dimiliki.20

  Pada intinya kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik bempa gagasan maupun karya yang relatif berbeda dari sebelumnya. Kemampuan menghasilkan karya atau ide baru ini tercipta dari aktivitas imajinatif yang merupakan pembentukan kombinasi dari informasi yang diperoleh dan pengalaman-pengalaman sebelumnya menjadi hal yang baru, berarti dan bermanfaat. Kreativitas atau daya cipta memungkinkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi, serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya.

  Munandar melihat beberapa definisi tentang kreativitas berdasarkan Empat P. Pertama definisi pribadi, kreativitas pada pandangan ini berfokus pada keunikan pribadi si orang kreatif. Kedua definisi proses, kreativitas dipahami dari sudut pandang proses kreatif itu sendiri. Menurut definisi Torrance ini meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai

  19 Linda L Davidoff, Psikologi Suatu Pengantar, Jilid 2, Erlangga, Jakarta, 1991, him. 122.

  20 The Liang Gie, Cara Belajar Yang E fisien, Jilid II, Liberty, Yogyakarta, 1995, him 243.

  22 menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil, seperti langkah- langkah dalam metode ilmiah. Ketiga definisi produk, kreativitas dinilai dari hasil akhir atau kriteria produknya harus nyata {observable), harus baru, dan produknya itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Keempat definisi press, kreativitas ditinjau dari motivasi internal (dari diri sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri dengan kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial.21

  Orang yang kreatif memiliki kebebasan berpikir dan bertindak. Kebebasan tersebut berasal dari diri sendiri, termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengendalikan diri dalam mencari alternatif yang memungkinkan untuk mengaktualisasikan potensi kreatif yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan pandangan Guilford yang mengungkapkan bahwa kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen untuk menjajaki bermacam- macam alternatif jawaban terhadap suatu persoalan, yang sama benarnya.22

2. Proses Kreativitas

  Individu yang kreatif memiliki proses-proses dan tahapan-tahapan dalam berpikir kreatif. Ini tampak pada awal kehidupan dan pertama-tama terlihat dalam permainan anak, lalu secara bertahap menyebar keberbagai bidang kehidupan lainnya. Hasil kreatif biasanya mencapai puncaknya pada

  21 Prof. Dr. Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas A nak Berbakat, Cetakan II, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2004, him. 20-22.

  22 H. Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, M engembangkan Kreativitas

Dalam P erspektif Psikologi Islam , Cetakan I, Menara Kudus Jogjakarta, Jogjakarta, 2002, him.

  34.

  23 usia tiga puluh dan empat puluhan Setelah itu tetap mendatar atau secara bertahap menurun. Erikson menyebutkan bahwa usia menengah sebagai

  “usia krisis”, saat “generativity” (kecenderungan untuk mencipta atau mewujudkan sesuatu).23

  24 Sejarah hidup orang-orang kreatif menunjukkan bahwa ciptaan-ciptaan yang mereka buat bermula dengan pertanyaan- pertanyaan yang mendenging ditelinganya mencari jawaban.25

  Secara lebih sistematis, David Campbell dalam bukunya Fuad Nashori mengungkapkan bahwa tahapan-tahapan tersebut meliputi tahap persiapan {preparation), tahap konsentrasi (concentration), tahap inkubasi

  (incubation), dan tahap penerangan (illumination), dan tahap verifikasi/

  produksi (verification/ production)26 Pertama, tahap persiapan. Pada periode ini individu meletakkan dasar pemikiran, menyatakan masalah dan mengumpulkan materi-materi yang diperlukan untuk pemecahan masalah. Individu juga mempelajari mengenai latar belakang masalah serta seluk beluknya. Kedua, tahap konsentrasi. Perhatian individu tercurah dan pikiran individu terpusat pada hal-hal yang mereka kerjakan. Tahap konsentrasi merupakan waktu pemusatan, waktu untuk menimbang-nimbang, waktu menguji, waktu awal untuk mencoba dan mengalami gagal (trial and error).

  Ketiga, tahap inkubasi. Individu seolah-olah melepaskan diri untuk sementara

  dari masalah yang dihadapi atau tidak memikirkan secara sadar, tetapi menyimpannya dalam alam pra sadar. Artinya individu mencari kegiatan-

  23 Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan A nak, Erlangga, Jakarta, 1978, hlm.7.

  24 Loc. City.

  25 Prof. Dr. Hasan Langgulung, M anusia Pendidikan Suatu Analisa Psikologis, F ilsafat dan Pendidikan, Pustaka AIHusna Baru, 2004 , him. 214.

  26 H. Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, Op. CiL, hlm.52-53.

  24 kegiatan yang melepaskan diri dari kesibukan pikiran terhadap masalah yang dihadapi, namun untuk sementara waktu. Keempat, tahap penerangan. Hasil kreatif baru muncul pada periode ini, individu mengalami insight, ide untuk pemecahan masalah muncul secara tiba-tiba dan diikuti perasaan senang.

  Kelima, tahap verification (pembuktian). Pada tahap pembuktian individu mengekspresikan ide-idenya dalam bentuk nyata.

  Prof. Dr. Hasan Langgulung di dalam bukunya, menurut Roberts “Proses kreativitas adalah apa yang timbul daripadanya karya baru, sebagai akibat dari interaksi individu dengan cara-caranya sendiri, dan apa yang terdapat dalam lingkungan”.27 Prof. Dr Hasan Langgulung mengemukakan “proses kreatif adalah proses intelektual yang akan menghasilkan karya kreatif’. 28

  Demikian sekilas penjelasan tentang tahapan proses kreativitas, dimana tahapan-tahapan ini mempunyai hubungan erat dengan proses terjadinya kreativitas. Maka dalam hal ini dapat terbukti bahwa proses kreativitas akan melalui tahapan tersebut, akan tetapi tidak semua tahapan dilaluinya dan kemungkinan hanya sebagian atau secara acak.

3. Ciri-Ciri Kreativitas

  Salah satu ciri khas anak yang berpikir kreatif, ialah keinginannya untuk mencoba sesuatu yang dianggapnya baru. Bila dia gagal dalam

  27 Prof. Dr. Hasan Langgulung, Op. Cit him. 174.

  28 Ib id , him. 375.

  25 percobaannya maka dia tidak putus asa, tetapi menjadikannya tantangan.29 Untuk mengetahui ciri-ciri kreativitas, berikut ini penulis kemukakan pendapat para tokoh: a. Munandar menyebutkan sepuluh ciri pribadi kreatif yang diperoleh dari kelompok pakar psikologi yaitu imajinatif, mempunyai prakarsa, mempunyai minat luas, memiliki rasa ingin tahu, mandiri dalam berpikir, senang berpetualang, penuh energi, percaya diri, berani mengambil resiko, berani dalam pendirian dan keyakinan.30

  b. Kreativitas meliputi ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, kelancaran berpikir

  (fluency o f thinking), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak

  gagasan. Kedua, keluwesan (flexibility), adalah kemampuan mengemukakan bermacam-macam pemecahan atau pendekatan terhadap masalah. Ketiga, elaborasi (elaboration), yaitu kemampuan menguraikan sesuatu sesuatu secara lebih terinci. Keempat, keaslian (originality), yaitu kemampuan untuk mencetuskan gagasan dengan cara asli.31

  Kreativitas merupakan hasil dari suatu proses yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan kegiatan lain. Hal ini selaras dengan pendapat Hurlock, bahwa karakteristik kreativitas meliputi: a. Kreativitas merupakan proses bukan hasil.

  b. Proses itu mempunyai tujuan.

  c. Kreativitas mengarah ke penciptaan sesuatu yang baru.

  d. Kemampuan untuk mencipta bergantung pada perolehan pengetahuan yang diterima.

  e. Kreativitas merupakan bentuk imajinasi yang dikendalikan.32 Menurut Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya

  Psikologi Komunikasi bahwa berpikir kreatif harus memenuhi tiga syarat yaitu

  kreativitas melibatkan respons atau gagasan yang baru, kreativitas dapat memecahkan persoalan secara realistis, kreativitas merupakan usaha untuk

  29 Drs. A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Perkembangan Intelegensi A nak dan Pengukuran IQ -nya, Angkasa, Bandung, 1993, him. 42.

  30 Prof. Dr. Utami Munandar, Op. C it, him. 37.

  

31 H. Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, Op. C it, hlm.l 11-112.

  32 Elizabeth B. Hurlock, Op. C it, hlm.4.

  26 mempertahankan insight yang orisinal, menilai dan mengembangkannya sebaik mungkin.33

  Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa karakter kreativitas terdiri dari kelancaran berfikir, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, kemampuan mencetuskan gagasan asli atau unik.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas

  Menurut Rogers dalam bukunya Fuad Nashori, menjelaskan bahwa faktor individu yang mendorong berkembangnya kreativitas adalah keterbukaan individu terhadap pengalaman sekitarnya, keampuan untuk mengevaluasi hasil yang diciptakan dan kemampuan untuk menggunakan elemen dan konsep yang ada.34 Mengenai faktor internal individu, Rogers mengatakan bahwa kondisi internal yang memungkinkan timbulnya proses kreatif adalah:

  a. Pertama, keterbukaan terhadap pengalaman, terhadap rangsangan- rangsangan dari luar maupun dari dalam. Keterbukaan terhadap pengalaman adalah kemampuan menerima segala sumber informasi.

  b. Kedua, evaluasi internal, yaitu pada dasarnya penilaian terhadap produk karya seseorang terutama ditentukan oleh diri sendiri, bukan karena kritik dan pujian orang lain. Walaupun demikian individu tidak tertutup dari masukan dan kritik dari orang lain.

  c. Ketiga, kemampuan untuk bermain dan bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, dan konsep-konsep.35

  33 Drs. Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Kom unikasi, Remadja Rosdakarya, Bandung, 1994, him. 74-75.

  34 Fuad Nashori & Rachmy Diana Mucharam, Op. C it, him 53-54.

  35 Ibid., him 56.