HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

  

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA

DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA DINI

Mochammad A. Tomtom

  

IKIP PGRI JEMBER/email: mochammad.tomtom@gmail.com

ABSTRAK

  Kajian ini dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan hubungan pola asuh

orang tua dengan perkembangan bahasa anak usia dini. Hal ini dilakukan

sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya pengembangan

kemampuan bahasa anak usia dini. Hal ini dilakukan karena ketidakmerataan

kemampuan komunikasi anak usia dini yang notabene berpengaruh terhadap

ketercapaian tujuan pendidikan di lembaga pendidikan anak usia dini.

Permasalahan lain yang melatarbelakangi kajian ini adalah rendahnya kesadaran

masyarakat dalam mendukung perkembangan peserta didik. Orang tua peserta

didik cenderung ‘pasrah’ kepada guru-guru di Satuan Pendidikan dalam hal

perkembangan peserta didik. Selain itu, orang tua peserta didik juga memberikan

tekanan kepada peserta didik untuk giat belajar agar dapat berprestasi. Hal ini

berakibat buruk pada perkembangan peserta didik yang notabene juga

berpengaruh pada proses pembelajaran di Satuan Pendidikan. Berdasarkan

permasalahan-permasalahan di tersebut, dilakukan kajian ini untuk menguraikan

hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan bahasa anak usia

dini.

  Kata Kunci: pola asuh, perkembangan bahasa

ABSTRACT

  This study aimed to describe the relationship between parenting style

and early childhood language development. It is done as an effort to improve the

education quality especially the development of young children language skill.

There are some problems as background of this study; first, there is inequality

communication capability of young children which in fact it influences on the

achievement of the objectives of education at early childhood education

institutions. Second , the lack of public awareness in supporting students’

development. Parents of learners tend to 'surrender' to the teachers in the

Education Unit in learners development. In addition, parents of students also put

pressure on the students to study hard in order to being achievers. Those could

have a negative impact on learners’ development which in fact it influences in

learning process in Education Unit. Based on the problems above, this study

conducted to describe the relationship between parenting style and early

childhood language development.

  Keywords: parenting style, language development PENDAHULUAN

  Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,yaitu sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak. Sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak meliputi cara penerapan aturan, pengajaran nilai/ norma, pemberian perhatian dan kasih sayang, serta pemberian contoh sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia dalam Suparyanto,2010).

  Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa pola asuh orang tua akan memberikan dampak terhadap perkembangan anak. Jika pola asuh yang diberlakukan oleh orang tua adalah pola asuh yang baik, maka dampak terhadap anak akan baik. Jika pola asuh yang diberlakukan oleh orang tua adalah pola asuh yang buruk, maka dampak terhadap anak akan buruk pula.

  Berkaitan dengan jenis-jenis pola asuh, dalam kajian ini pola asuh orang tua terhadap anaknya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif. Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Pola asuh permisif memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup. Pembagian tersebut mengacu pada pendapat Baumrind (dalam Suparyanto, 2010). Setiap pola asuh yang diberlakukan oleh orang tua, memiliki dampak-dampak terhadap perkembangan anak usia dini.

  Dalam kajian ini, dampak dari pola asuh orang tua yang dibahas adalah perkembangan bahasa anak usia dini. Hal ini didasarkan pada data lembaga pendidikan anak usia dini, khususnya PAUD IKIP PGRI Jember. Berdasarkan data di lembaga PAUD IKIP PGRI Jember diketahui bahwa anak yang berprestasi adalah anak yang memiliki kemampuan berkomunikasi lebih baik daripada yang lain. Oleh sebab itu, kajian ini fokus pada perkembangan bahasa anak usia dini sebagai dampak atas pola asuh orang tua.

  Pada umumnya, masyarakat tidak memahami bahwa baik/ buruknya prestasi seorang anak adalah dampak atas pola asuh yang dilakukan di rumah. Kebanyakan orang tua hanya menuntut seorang anak untuk rajin belajar agar berprestasi. Fenomena ini terjadi karena kurangnya pemahaman orang tua atas hubungan antara pola asuh dengan prestasi seorang anak. Oleh sebab itu, dibutuhkan perhatian khusus untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak terjadi berlarut-larut dan turun-temurun. Hal ini sesuai dengan misi Rencana Strategis (Renstra) Kemendikbud 2015-2019 dan Tujuan Strategis Kemendikbud 2015-2019.

  Misi Rencana Strategis Kemendikbud 2015-2019, yaitu(1) mewujudkan pelaku pendidikan dan kebudayaan yang kuat; (2) mewujudkan akses yang meluas, merata, dan berkeadilan; (3) mewujudkan pembelajaran yang bermutu; (4) mewujudkan pelestarian kebudayaan dan pengembangan bahasa; (5) mewujudkan penguatan tata kelola serta peningkatan efektivitas birokrasi dan pelibatan publik. Misi Renstra dapat pula dijelaskan sebagai bagian dari revolusi mental. Misi Renstra tersebut dilihat sebagai tujuh jalan revolusi mental yang mengintegrasikan pengelolaanpembangunan pendidikan dan kebudayaan, yaitu: (1) menerapkan paradigma pendidikan untuk membentuk manusia mandiri dan berkepribadian; (2) mengembangkan kurikulum berbasis karakter dengan mengadopsi kearifan lokal serta vokasi yang beragam berdasarkan kebutuhan geografis daerah serta bakat dan potensi anak; (3) menciptakan proses belajar yang nyaman dan menyenangkan untuk menumbuhkan kemauan belajar dari dalam diri anak; (4) memberi kepercayaan besar kepada kepala sekolah dan guru untuk mengelola suasana dan proses belajar yang kondusif agar anak nyaman belajar; (5) memberdayakan orangtua untuk terlibat lebih aktif pada proses pembelajaran dan tumbuh kembang anak; (6) membantu kepala sekolah untuk menjadi pemimpin yang melayani warga sekolah; (7) menyederhanakan birokrasi dan regulasi pendidikan diimbangi pendampingan dan pengawasan yang efektif.

  Tujuan Strategis Kemendikbud 2015-2019, yaitu (1) penguatan peran siswa, guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan aparatur institusi pendidikan dalam ekosistem pendidikan; (2) pemberdayaan pelaku budaya dalam melestarikan kebudayaan; (3) peningkatan akses paud, dikdas, dikmen, dikmas, dan pendidikan anak berkebutuhan khusus; (4) peningkatan mutu dan relevansi pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan karakter; (5) peningkatan jati diri bangsa melalui pelestarian dan diplomasi kebudayaan serta pemakaian bahasa sebagai pengantar pendidikan; (6) peningkatan sistem tata kelola yang transparan dan akuntabel dengan melibatkan publik.

  Berdasarkan pemaparan mengenai Rencana Strategis dan Tujuan Strategis Kemendikbud 2015-2019 di atas, dapat dipahami permasalahan yang dikaji dalam kajian ini membutuhkan perhatian khusus untuk ditangani dan ditemukan solusi. Oleh sebab itulah, kajian ini penting untuk dilakukan agar permasalahan yang meliputi pola asuh orang tua dan perkembangan bahasa anak usia dini dapat diselesaikan.

  PEMBAHASAN

1. Pola Asuh Orang Tua

  Pola asuh orang tua terhadap anaknya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif. Pembagian tersebut mengacu pada pendapat Baumrind (dalam Suparyanto, 2010). Jenis-jenis pola asuh tersebut dapat dipahami pada penjabaran berikut.

  a. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka.

  Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional (selalu mendasari tindakannya pada rasionalitas atau pemikiran-pemikiran). Orang tua dengan pola asuh ini juga bersikap realistis atas kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua dengan pola asuh ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan. dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

  b. Pola asuh Otoriter Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.

  c. Pola asuh Permisif Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar.

  Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

  Berdasarkan paparan mengenai pola asuh di atas, dapat dipahami bahwa bentuk pola asuh orang tua akan memberikan dampak terhadap anak didiknya. Dampak yang ditimbulkan dari pola asuh dapat bersifat positif atau negatif. Hal ini bergantung pada pola asuh yang diberlakukan oleh orang tua. Untuk memahami dampak dari bentuk pola asuh, berikut ini dipaparkan dampak-dampak dari jenis pola asuh orang tua yang mengacu pada pendapat Baumrind (dalam Suparyanto, 2010).

  1) Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak - anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stres, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan koperatif terhadap orang-orang lain. 2) Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. 3) Pola asuh permisif akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan kurang matang secara sosial.

2. Proses Perkembangan Berbahasa

  Belajar adalah sebuah proses. Baik bagi orang dewasa maupun anak- anak. Menurut Dworetzky (dalam Zubaidah, 2001) ada dua bentuk proses yang menentukan kesiapan anak dalam belajar (termasuk belajar bahasa), yaitu perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa.

  a. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Zubaidah, 2001) kognitif adalah hasil aktivitas asimilasi dan akomodasi kematangan otak dan sistem syaraf terhadap pengalaman-pengalaman ketika individu berinteraksi. Perkembangan kognitif anak mengikuti kerangka pola berikut.

  1) Periode Sensorimotor (0-2 tahun), pada periode ini terbagi atas 6 tahap.

  Tahap 1 (0-1 bulan) anak melakukan gerak refleks

Tahap 2 (1-4 bulan) anak mulai menemukan diri sendiri

Tahap 3 (4-8 bulan) anak melakukan koordinasi dan menanggapi di luar dirinya Tahap 4 (8-12 bulan) tingkah laku anak diarahkan pada tujuan Tahap 5 (12-18 bulan) anak melakukan eksperimentasi/coba- coba Tahap 6 (18-24 bulan) anak melakukan kombinasi mental untuk memecahkan masalah

  2) Periode Praoperasional (2-7 tahun), pada periode ini terbagi atas 2 tahap.

  Tahap Prakonseptual (2-4 pada tahap ini ditandai dengan munculnya tahun) fungsi-fungsi simbolik, penalaran sinkretik, transduktif, dan animistik Tahap Intuitif (4-7 tahun) anak mulai dapat memusatkan pada satu aspek, atau pada satu arah. Hal ini disebut dengan masa egosentris

  3) Periode Operasi Konkret (7-11 tahun).

  Pada periode ini operasi logis anak mulai diterapkan pada masalah-masalah konkret. 4) Periode Operasional Formal (11 tahun lebih).

  Pada masa ini, anak sudah mulai dapat memecahkan permasalahan secara hipotesis, membuat deduksi yang rumit dan menguji hipotesis tingkat lanjut, serta dapat menganalisis berbagai cara penalaran yang berbeda berdasarkan dasar-dasar ilmiah.

  b. Perkembangan Bahasa Perkembangan bahasa anak ditempuh melalui cara yang sistematis dan berkembang bersama-sama dengan pertambahan usianya. Dalam tabel berikut dapat diketahui komponen perkembangan bahasa anak dan ciri tingkah laku yang menyertainya.

  Komponen Bahasa Ciri Tingkah Laku Bahasa Anak Fonologi Keutuhan dalam bersuara Sintaksis Memproduksi suara Semantik Keutuhan dalam memaknai

Pragmatik Penerapan bahasa dalam kehidupan

  Sumber: Levin G. (dalam Zubaidah, 2001) Berdasarkan komponen perkembangan bahasa dan ciri tingkah laku yang menyertai di atas, Dworetzsky (dalam Zubaidah, 2001) menjelaskan bahwa perkembangan bahasa anak normal meliputi dua tahap, yaitu tahap pralinguistik dan tahap linguistik. Tahap pralinguistik adalah masa anak berada pada masa belum mengenal bahasa atau mampu berbahasa. Tahap linguistik adalah masa anak berada pada masa telah mengenal bahasa atau mampu berbahasa. Secara rinci, tahapan tersebut dapat dipahami pada tabel-tabel berikut.

  a. Tahap Pralinguistik

  Usia Perilaku Lahir menangis 2 minggu Gerak dan isyarat acak 6 minggu Bersuara acak seperti “uh” atau menjerit 3 bulan – 6 bulan Mengoceh 6 bulan – 9 bulan Meniru suara 9 bulan – 11 bulan Pemahaman beberapa kata

  Sumber: Zubaidah (2001)

  b. Tahap Linguistik

  Usia Ciri Perkembangan Awal tahun Anak menggunakan holofrase (satu kata)

  12 Bulan Kosakata terdiri atas 3 sampai 6 kata 12 sampai 18 bulan Kosakata terdiri atas 6 sampai 50 kata Sosial: anak tidak menunjukkan sikap frustasi ketika tidak memahami

  Sekitar 2 tahun Langkah yang baik dalam penerimaan bahasa; anak menggunakan bahasatelegraphic yang terdiri dari 2 sampai 3 kata

  Sekitar 3 tahun Sosial: peningkatan pasti dalam upaya berkomunikasi dan anak mulai menggunakan percakapan. Periode paling cepat dalam perkembangan bahasa Kosakata: banyak kata bertambah setiaphari; yakni 200-300 kata Sosial: anak berusaha untuk berkomunikasi dan menunjukkan frustasi jika tidak memahami kemampuan orang lain (dewasa) untuk memahami, anak meningkat dramatis Sekitar 4 tahun Penerapan pengucapan dan tata bahasa Kosakata: 1400-1600 kata Sosial: anak mencaricara yang tidak dimengerti, mulai dengan menyesuaikan pengucapan untuk pendengar informasi, perselisihan dengan kawan sebaya dapat diselesaikan dengan kata dan ajakan untuk bermain Sekitar 5-6 tahun Kompleks, susunan kalimatdan tata bahasa yang benar, menggunakan awalan; kata kerja sekarang, kemarin dan yang akan datang, rata-rata panjang kalimat setengah per kalimat meningkat menjadi 6-8 kata Sekitar 6-8 tahun Menggunakan bahasa yang lebih kompleks, lebih banyak ajektifnya, menggunakan kalimat pengandaian, jumlah rata-rata perkalimat 7 atau 6 kata. Kosakata untuk bahasa lisan 3000 kata Sosial: anak menggunakan klausa ajektif dengan menggunakan kata ‘yang’ dan lebih banyak menggunakan kata kerja yang dibendakan.

  Sumber: Zubaidah (2001)

  3. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

  Sebelum membahas hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan bahasa anak usia dini, perlu dipahami terlebih dahulu konsep mengenai anak usia dini. Untuk memahami konsep mengenai anak usia dini tersebut, berikut ini diuraikan landasan-landasan yuridis mengenai anak usia dini dan pendidikannya di Indonesia.

  1. Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

  2. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.

  3. Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.” Berdasarkan undang-undang di atas, dapat dipahami bahwa anak usia dini adalah anak sejak lahir hingga berusia 6 (enam) tahun. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa anak usia dini adalah anak-anak yang berada pada tahap perkembangan kognitif sensorimotor dan praoperasional serta perkembangan bahasa pralinguistik dan linguistik. Hal ini dapat dipahami pada tabel berikut.

  Usia Perilaku Perilaku (Sensorimotor-Praoperasional) (Pralinguisik-Linguistik) 0-1 bulan anak melakukan gerak refleks Menangis;

  Gerak dan isyarat acak

1-4 bulan anak mulai menemukan diri sendiri Bersuara acak seperti “uh” atau

menjerit; Mengoceh

  4-8 bulan anak melakukan koordinasi dan Mengoceh; menanggapi di luar dirinya Meniru suara 8-12 bulan tingkah laku anak diarahkan pada Pemahaman beberapa kata tujuan

  

12-18 bulan anak melakukan eksperimentasi/ Anak menggunakan holofrase

coba-coba (satu kata); Kosakata terdiri atas 6 sampai 50 kata 18-24 bulan anak melakukan kombinasi mental Langkah yang baik dalam untuk memecahkan masalah penerimaan bahasa; Anak menggunakan bahasa telegraphic yang terdiri dari 2 sampai 3 kata 2-4 tahun pada tahap ini ditandai dengan Periode paling cepat dalam

  (Prakonseptual) munculnya fungsi-fungsi simbolik, perkembangan bahasa; penalaran sinkretik, transduktif, dan Kosakata: banyak kata animistik bertambah setiap hari; yakni

  200-300 kata

4-6 tahun anak mulai dapat memusatkan Penerapan pengucapan dan (Intuitif) pada satu aspek, atau pada satu tata bahasa; arah. Hal ini disebut dengan masa Kosakata: 1400-1600 kata egosentris susunan kalimat dan tata bahasa yang benar; menggunakan awalan; kata kerja sekarang, kemarin dan yang akan datang, rata-rata panjang kalimat setengah per kalimat meningkat menjadi 6-8 Berdasarkan tabel di atas, dapat dipahami perkembangan-perkembangan anak usia dini. Atas dasar tabel di atas, dapat ditentukan perkembangan anak usia dini berada pada garis standarnya, atau di atas standar, atau justru di bawah standar. Hal ini tentu dipengaruhi oleh berbagai faktor.

  Dalam kajian ini, faktor yang paling dominan dalam perkembangan anak usia dini adalah pola asuh orang tua. Asumsi tersebut didasarkan pada lingkungan anak usia dini. Lingkungan yang paling tinggi intensitasnya dengan anak usia dini adalah keluarga (orang tua). Oleh sebab itulah dalam kajian ini diasumsikan bahwa pola asuh orang tua adalah faktor dominan dalam penentuan perkembangan anak usia dini (termasuk perkembangan bahasa).

  Berdasarkan uraian mengenai jenis-jenis pola asuh orang tua dan dampaknya terhadap perkembangan anak pada subbab sebelumnya, dapat dipahami bahwa perkembangan (bahasa) anak usia dini yang sesuai dengan standar atau di atas standar dapat tercapai dengan pola asuh demokratis. Hal ini karena pola asuh demokratis berfungsi sebagai stimulus dalam perkembangan bahasa anak usia dini. Penggalian kemampuan berbahasa dapat dilakukan dengan baik menggunakan pola asuh demokratis.

  Perkembangan (bahasa) anak usia dini akan berbeda jika orang tua menggunakan pola asuh otoriter atau permisif. Berdasarkan uraian mengenai dampak-dampak pola asuh orang tua di atas, dapat diketahui bahwa dampak pola asuh otoriter adalah membuat anak usia dini menjadi pendiam. Dengan demikian, dipahami bahwa perkembangan bahasa anak usia dini dengan pola asuh orang tua otoriter berada di bawah standar. Demikian juga dengan pola asuh orang tua permisif. Pola asuh orang tua permisif tidak menggali kemampuan berbahasa anak usia dini karena perkembangan anak cenderung “terlantar”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola asuh yang paling tepat digunakan untuk meningkatkan perkembangan anak usia dini adalah pola asuh demokratis.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan hubungan antara pola asuh orang tua dengan perkembangan bahasa anak usia dini. Pilihan penggunaan pola asuh orang tua menetukan keberhasilan perkembangan bahasa anak usia dini.

SIMPULAN DAN SARAN

  1. Simpulan

  Berdasarkan pemaparan kajian di atas, dapat disimpulkan mengenai: (1) pola asuh orang tua; (2) proses perkembangan berbahasa; dan (3) hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan bahasa anak usia dini. Pola asuh orang tua terhadap anaknya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif. Proses perkembangan berbahasa terbagi menjadi dua bentuk proses, yaitu proses perkembangan kognitif dan proses perkembangan bahasa. Proses perkembangan kognitif meliputi: (1) periode sensorimotor; (2) periode praoperasional; (3) periode operasi konkret; dan (4) periode operasional formal. Proses perkembangan bahasa (anak normal) meliputi dua tahap, yaitu: (1) tahap pralinguistik dan (2) tahap linguistik. Hubungan pola asuh orang tua dengan perkembangan bahasa anak usia dini meliputi: (1) pola asuh demokratis berfungsi sebagai stimulus dalam perkembangan bahasa anak usia dini sehingga penggalian kemampuan berbahasa dapat dilakukan dengan baik; (2) pola asuh otoriter membuat anak usia dini menjadi pendiam; (3) pola asuh orang tua permisif tidak menggali kemampuan berbahasa anak usia dini karena perkembangan anak cenderung “terlantar”.

  2. Saran

  Disarankan kepada berbagai pihak yang melingkupi kegiatan pengembangan khususnya pengembangan kemampuan berbahasa anak usia dini, baik dalam dunia senyatanya (orang tua dan praktisi pendidikan anak usia dini) maupun dalam dunia akademik (perkuliahan dan atau penelitian) untuk menggunakan hasil kajian ini sebagai literatur atau bahan referensi. Semoga hasil kajian ini bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

  Renstra Kemendikbud 2015-2019. 2015. Rencana Strategis Kemendikbud 2015- 2019. Jakarta: Kemendikbud. Suparyanto. 2010. Konsep Pola Asuh Anak. Artikel. dr-suparyanto.blogspot.co.id (diakses 1 Maret 2016).

  Zubaidah, Enny. 2001. Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Yogyakarta: UNY