PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK DI MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02 SALATIGA 2013 SKRIPSI
PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK DI MADRASAH
IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02 SALATIGA 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh MASHURI ADI NUGROHO NIM 11508014 JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
PERAN ORANG TUA DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR ANAK DI MADRASAH
IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02 SALATIGA 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Oleh MASHURI ADI NUGROHO NIM 11508014 JURUSAN TARBIYAH PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO“Cita-cita dan mimpi adalah suatu hal yang membuat hidup lebih berwarna dan menjadikan hidup lebih berarti untuk dijalani”.
PERSEMBAHAN
Untuk orang tua dan keluarga besarku Para dosenku, saudara-saudaraku,
Sahabat-sahabat seperjuanganku
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang bisa diucapakan selain puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahNya, sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan guru madrasah ibtidaiyah.
Selanjutnya, sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan umat islam, Muhammad SAW yang senatiasa kita teladani keluasan ilmunya, kebijakannya, dan kita patuhi nasehat-nasehatnya.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu hasil kerja keras penulis, dan mempunyai arti, makna dan kembanggaan tersendiri bagi penulis yang telah mampu menyelesaikannya. Hal ini tidak terlepas dari bantuan orang-orang yang memberikan semangat secara moril dan tentunya tidak terlepas dari pihak-pihak yang telah berjassa dalam penulisan karya ilmiah ini, khususnya kepada:
1. Dr. Iman Sutomo, M. Ag selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Suwardi, M. Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
3. Drs. Sumarno Widjadipa, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGMI STAIN Salatiga.
4. Drs. Bahroni, M. Pd. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran, untuk membantu dan mengarahkan penulis dalam pembuatan skripsi.
ABSTRAK
Nugroho, Mashuri Adi. 2013. Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Motivasi
Belajar Anak Di Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga 2013. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan
Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Drs. Bahroni, M.Pd. Kata Kunci : upaya orang tua, motivasi belajar anak
Penelitian ini membahas upaya orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak. Fokus penlitian (1). Bagaimanakah peran orang tua dalam menumbuhkan motivasi belajar anak Di
Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga 2013? (2). Bagaimana respon anak terhadap tindakan orang tua Di
Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga 2013? (3). Seberapa sering orang tua memotivasi anak untuk belajar Di Madrasah Ibtidaiyy ah Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga 2013? (4). Kendala apa yang dihadapi orang tua saat memotivasi anak untuk belajar Di Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga 2013? (5). Fasilitas seperti apa yang digunakan orang tua untuk membangkitkan motivasi belajar pada anak Di Madrasah Ibtidaiyyah Ma’arif Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
Guna menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan penelitian kualitatif. Yaitu penelitian yang hasilnya bukan berupa angka, dan juga tidak menggunakan prosedur analisis statistik.
Hasil penelitian menunjukkan : (1). Peran orang tua dalam menumbuhkan motivasi anak sudah berjalan dengan baik, baik melalui motivasi ekstrinsik ataupun instrinsik. (2). Respon anak dengan tindakan orang tua berdampak positif terhadap prestasi belajar anak, dengan pahamnya anak akan pentingnya belajar. (3). Orang tua sadar akan pentingnya pendidikan oleh karena itu orang tua lebih sering memotivasi anak dan menekankan untuk mengutamakan belajar. (4). Kendala yang dihadapi saat memberikan motivasi belajar dan ajakan belajar, ditanggapi orang tua dengan melakukan pendekatan secara halus dan menghindari cara-cara yang keras, agar terjalin hubungan dan komunikasi yang baik. (5). Fasilitas adalah salah satu faktor yang terbukti dapat meningkatkan motivasi belajar anak, karena anak mendapatkan sarana dan prasarana pendukung proses belajar.
DAFTAR ISI Sampul Lembar Berlogo ............................................................................................... i Judul ................................................................................................................. ii Persetujuan Pembimbing ................................................................................. iii Pengesahan Kelulusan ..................................................................................... iv Pernyataan Keaslian Tulisan ............................................................................ v Moto dan Persembahan .................................................................................... vi Kata Pengantar ................................................................................................. vii Abstrak ............................................................................................................. x Daftar Isi .......................................................................................................... xi Daftar Lampiran ............................................................................................... xiv BAB I Pendahuluan.
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................ 5
D. Kegunaan Penelitian ....................................................................... 6
E. Penegasan Istilah ............................................................................ 7
F. Metode Penelitian ........................................................................... 10
1. Jenis Penelitian .......................................................................... 10
2. Lokasi Penelitian ....................................................................... 11
3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 11
4. Analisis Data ............................................................................. 13
6. Tahap-Tahap Pengumpulan Data .............................................. 15
G. Kajian Penelitian Terdahulu ........................................................... 16
H. Sistematika Penulisan ..................................................................... 17
BAB II Kajian Pustaka A. Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak ............ 19 B. Respon Anak ................................................................................ 22 C. Pentingnya Pemberian Motivasi dalam Belajar Anak .................. 24 D. Kendala Saat Memotivasi Belajar ................................................ 27 E. Fasilitas Pendongkrak Motivasi ................................................... 28 BAB III Hasil Penelitian A. Sekilas Tentang MI Ma’arif Kumpulrejo 02 ................................ 30 B. Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak ............. 32 C. Respon Anak ................................................................................ 35 D. Pentingnya Pemberian Motivasi dalam Belajar Anak ................... 36 E. Kendala Saat Memotivasi Belajar ................................................. 39 F. Fasilitas Pendongkrak Motivasi .................................................... 41 BAB IV Pembahasan A. Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak ............. 44 B. Respon Anak ................................................................................. 46 C. Pentingnya Pemberian Motivasi dalam Belajar Anak ................... 47
E. Fasilitas Pendongkrak Motivasi ..................................................... 50
BAB V Penutup A . Kesimpulan .................................................................................. 52 B. Saran ............................................................................................ 54 Daftar Pustaka
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 kode wawancara Lampiran 2 catatan lapangan Lampiran 3 pedoman wawancara Lampiran 4 reduksi data Lampiran 5 dokumentasi Lampiran 6 surat permohana ijin penelitian Lampiran 7 lembar bimbingan Lampiran 8 surat pengantar dari MI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan formal maupun nonformal di era yang moderen ini sudah
menjadi konsumsi halayak umum. Pendidikan merupakan suatu proses dimana pembelajaran dilaksanakan. Dengan pendidikan seorang akan mempunyai life skil untuk menunjang kebutuhannya sewaktu hidup. Dalam proses pendidikan, anak akan belajar mengenai ilmu karena dengan ilmu diharapkan seorang mudah mengerti terhadap suatu objek, tanpa ilmu sulit bagi seorang memperoleh pengetahuan.
Adapun ayat yang menunjukan pentingnya ilmu pengetahuan, seperti berikut: Surat Thoha ayat 114:
نَأ ِ ىَلا
1 َعَتَف ِلْبَق نِم ِِنآ ْرُقْلاِب ِْلَجْعَت َِل َو ِ قَحْلا ُِكِلَمْلا
ُهالل امْل ِع يِنْد ِز ِِّبَّر لُق َو ُِهُيْح َو َِكْيَلِإ ٰ ىَضْقُي
Artinya: “Maka Maha Tinggilah Allah, yang Menguasai seluruh alam,
lagi Yang Benar (pada segala-galanya). Dan janganlah engkau (wahai Muhammad) tergesa-gesa membaca Al-Quran sebelum selesai dibacakan oleh Jibril kepadamu, dan berdoalah dengan berkata: "Wahai Tuhanku, tambahilah ilmuku" (QS.Thoha:114).
Ayat di atas menunjukkan bahwa agama juga memperhatikan tentang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang diharapkan di ayat tersebut bisa didapatkan dari pendidikan secara formal dan nonformal, pendidikan formal bisa didapatkan dari sekolah dan pendidikan nonformal bisa didapatkan dari berbagai sumber mulai dari lingkungan, orang-orang di sekitar dan orang tua. Pendidikan formal biasanya menunjuk seorang tenaga pendidik dengan melihat latar belakang, pengalaman dan gelar pendidikan yang telah didapatkannya.
Dengan begitu tenaga ajar di sekolah formal sudah melalui proses dan mempunyai keprofesionalan. Tenaga pendidik yang memenuhi syarat itulah yang nantinya mampu menghasilkan produk yang berkuaalitas dan berkembang. Tetapi hal tersebut salah satu faktor saja dalam dunia pendidikan, pasalnya masih terdapat beberapa hal yang tidak bisa dipandang sebelah mata, karena proses anak dalam belajar tidak hanya di sekolah saja hampir sepertiga harinya dihabiskan di lingkungan dan keluarga. melihat dari fenomena tersebut tentunya guru mempunyai kendala untuk mengawasi dan mendidik anak secara utuh. Diperlukannya kerjasama antara guru dan orangtua wali murid untuk mencetak produk yang berkualitas.
Orang tua menjadi poros inti dalam pendidikan anak di luar sekolah karena adanya keterbatasan guru dalam mendidik. Peranan orang tua menjadi berat karena kegiatan anak di rumah sangatlah fariatif mulai dari bermain dengan teman sebaya, menonton tayangan televisi, bermain game, dan masih harus mengawasi dan pandai dalam membagi waktu. Aktifitas anak bermain terkadang membuat dirinya malas akan belajar dan cenderung meninggalkannya, di sinilah peranan orangtua sebagai pendidik diuji. Kecenderungan anak malas belajar di luar sekolah dipengaruhi oleh banyak hal, beberapa diantaranya karena ketertarikannya terhadap sesuatu hal yang mencuri perhatiannya seperti bermain dan ketertarikanya terhadap acara televisi.
Adanya masalah tersebut orang tua harus mempunyai suatu cara untuk memotivasi anak untuk belajar. Di sini pengetahuan orang tua tentang pemberian motivasi haruslah baik agar tiadak terjadi kegagalan dalam berkomunikasi dengan anak itu sendiri, yang ditakutkan ketika anak salah mengartikan maksud orang tua maka anak akan merasa terpojokan oleh keinginan orang tua. Dengan memeliki motivasi untuk belajar di rumah proses pendidikan untuk menjadikan produk yang berkualitas akan berjalan baik. Seperti yang diungkapkan Wahyuni (2009:3) bahwa motivasi merupakan pendorong bagi setiap individu untuk berperilaku. Karena dengan belajar anak akan mempunyai wawasan yang luas dan memiliki pengetahuan yang baik dan tentunya hal tersebut akan membawa anak kepada dunia yang lebih baik.
Pentingnya motivasi dalam belajar telah menjadi perhatian ahli pendidikan dan psikolog karena motivasi sendiri bisa diartikan proses psikologi yang dapat menjelaskan perilaku seseorang (Hamzah, 2006:5), Jika anak sudah mempunyai motivasi yang melekat pada dirinya dengan sendirinya anak akan mencari dan mempelajari tanpa ada paksaan dari orangtua karena dia sadar betul akan tindakannya. Motivasi bukanlah hal yang permanen motivasi untuk melakukan sesuatu dengan serius terkadang akan mengalami pasang surut sesuai dengan keadaan diri anak. Pasang surut motivasi ini bisa kembali dipupuk oleh guru maupun orang tua itu sendiri.
Memotivasi bukanlah perkara mudah karena orang tua harus meyakinkan anak tentang pentingnya belajar, orangtua harus dapat mengambil perhatian anak dari aktivitas yang digemarinya saat itu.
Berdasarkan surve awal penulis melihat lingkungan yang kondusif karena lingkungannya yang cukup tenang dan nyaman. Terlihat gedung persekolahan yang cukup baik dan bertingkat dua lantai dan masyarakatnya terlihat sebagai masyarakat yang mempunyai jiwa sosial yang baik, terlihat disini dengan adanya beberapa ibu-ibu menyapa warga lain yang melintas.
Beranjak dari uraian di atas, penulis di sini ingin meneliti secara langsung bagaimana motivasi yang diberikan orang tua terhadap anaknya.
Oleh karena itu penulis merumuskan sebuah judul “PERAN ORANG TUA
DALAM MENUMBUHKAn MOTIVASI BELAJAR ANAK DI
MADRASAH IBTIDAIYYAH MA’ARIF KUMPULREJO 02
SALATIGA 2013 ”.B. Fokus Penelitian
Berkaitan dengan judul penelitian diatas, maka ada beberapa hal yang akan diungkapkan oleh penulis, yaitu :
1. Bagaimanakah peran orang tua dalam memotivasi belajar anak di Madrasah Ibtidaiyyah
MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
2. Bagaimana respon anak terhadap tindakan orang tua tersebut di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
3. Seberapa sering orang tua memotivasi anak untuk belajar di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
4. Kendala apa yang dihadapi orang tua saat memotivasi anak untuk belajar d i Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
5. Fasilitas seperti apa yang digunakan orang tua untuk membangkitkan motivasi belajar pada anak di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF
Kumpulrejo 02 Salatiga 2013? C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah yang ada, maka peneliti bertujuan untuk :
1. Mengetahui Bagaimanakah peran orang tua dalam memotivasi belajar anak di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
2. Mengetahui bagaimana respon anak terhadap tindakan orang tua tersebut di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
3. Mengetahui seberapa sering orang tua memotivasi anak untuk belajar di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
4. Mengetahui kendala apa yang dihadapi orang tua saat memotivasi belajar anak di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013?
5. Mengetahui fasilitas seperti apa yang digunakan orang tua untuk membangkitkan motivasi belajar pada anak di Madrasah Ibtidaiyyah MA’ARIF Kumpulrejo 02 Salatiga 2013? D.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan bisa memberi manfaat baik dari segi teoritik maupun praktis. Secara teoritik penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumbangan pemikiran terhadap perkembangan pendidikan khususnya di sekolah dasar.
Secara praktis diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak antara lain;
1. Bagi Sekolah Bagi sekolah penelitian ini diharapkan bisa membantu hubungan kerjasama antara sekolah dengan orang tua untuk meningkatkan keinginan belajar siswa.
2. Bagi Orang Tua Dengan adanya penelitian ini diharapkan orangtua menyadari akan peranannya dalam mendidik anak-anaknya dan dapat dijadikan referensi untuk menambah pengalaman orangtua dalam memberikan motivasi pada anak.
3. Bagi Siswa/Anak Secara tidak langsung ketika orangtua memahami perannya, maka siswa/anak terkena dampak dari tindakan orangtua menjadi termotivasi untuk belajar.
E. Penegasan Istilah
1. Orang Tua Orang tua di sini diartikan sebagai komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak- anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan pengertian orang tua di atas, tidak terlepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal- hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena orang tua adalah guru agama, bahasa, dan sosial pertama bagi anak (Musbikin, 2009:111) dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya di kemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu.
Jadi, orang tua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak, seperi yang diungkapkan Musbikin (2009:111) bahwa orang tua adalah guru pertama dan utama bagi anak. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada di sampingnya. Oleh karena itu ia meniru ibunya dan biasanya seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh kasih sayang. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak yang menjadi temannya dan yang pertama untuk dipercayainya.
Beberapa indikator yang dijadikan tolak ukur keberhasilan orang tua dalam memberkan motivasi: a. Komunikasi dan penyampain yang mudah dimengerti oleh anak.
b. Seringnya orang tua memberikan motivasi.
c. Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak.
d. Kemampuan menimbulkan motivasi yang sifatnya instrinsik ataupun ekstrinsik.
e. Membantu anak ketika mengalami kesulitan.
2. Motivasi Belajar Motivasi merupakan salah satu komponen yang paling penting dalam belajar, namun seringkali sulit untuk diukur. Motivasi sendiri berasal dari kata latin moverers yang berarti menggerakkan. Motivasi lalu diartikan sebagai usaha menggerakkan (Printich & Schunk,1996), secara istilah terdapat berbagai macam definisi motivasi yang disampaikan para ahli diantaranya; menurut Freud (1966) menyatakan bahwa motivasi adalah energi phisik yang memberi kekuatan pada manusia untuk melakukan tindakan tertentu, begitulah kutipan yang didapatkan dari buku yang ditulis Wahyuni (2009:12). Belajar sendiri adalah usaha untuk mendapatkan informasi atau ilmu yang dilakukan secara sadar, dalam upaya memahami dan mengartikan suatu informasi atau ilmu itu sendiri.
Motivasi belajar anak yang dimaksudkan adalah kecenderungan anak untuk menemukan aktivitas belajar yang bermakna dan berharga hingga mereka merasakan keuntungan dari aktivitas belajar tersebut.
Beberapa indikator yang dijadikan tolak ukur sudah terbentuknya motivasi belajar pada anak.
a. Anak mulai paham akan pentingnya belajar dan menuntut ilmu.
b. Semangat untuk belajar mulai meningkat.
c. Memiliki tujuan kedepan dan cita-cita setelah lulus dari MI.
d. Anak mulai mengerjakan pekerjaan sekolah tanpa harus dipaksakan.
e. Munculnya rasa tanggung jawab pada dirinya sendiri.
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian Penelitian ini tergolong sebagai penelitian kualitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna, begitulah yang disampaikan Sugiyono (2011) dalam bukunya.
2. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan dengan mengunjungi kediaman orang tua wali murid yang anaknya bersekolah di MI MA’ARIF Kumpulrejo 2
Salatiga.
3. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data diambil dari berbagai teknik antara lain sebagai berikut: a. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan meninjau langsung lokasi penelitian guna mengetahui detail dan keadaan mengenai tempat dimana masalah atau isu yang sedang berkembang secara langsung. Setelah melakukan surve awal penulis melakukan observasi lanjutan untuk memperoleh data dari orang tua wali murid. Observasi lanjutan ini penulis mengunjungi kediaman orang tua wali murid, bisa dilihat rumah tinggal wali murid yang beraneka ragam, ada bangunan yang sebagian besar adalah kayu dan ada yang sudah menggunakan batu bata. Observasi kali ini juga bertujuan mengetahui pekerjaan dan latar belakang pendidikan orang tua.
b. Wawancara Wawancara dapat digunakan seorang peneliti untuk dari wawancara tersebut seorang peneliti akan mendapatkan sumber-sumber informasi yang lebih bermakna.
c. Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
(Sugiyono 2011:240). Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen berbentuk gambar biasanya berbentuk foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Beberapa dokumentasi yang bisa dipaparkan oleh penulis sebagai berikut:
Dokumentasi Kegiatan Wawancara
Pelaksanaan wawancara anak/siswa di rumah siswa Pelaksanaan wawancara orang tua di kediaman orang tua
d. Triangulasi Teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik data dan sumber data yang telah ada. Yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai data.
4. Analisis Data Dalam penelitian kualitatif teknik analis data yang digunakan diarahkan untuk menjawab rumussan masalah atau menguji hipotesis. Bogdan menyatakan dalam bukunya Sugiono (2011:244) analisis data adalah proses mencari secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan pada orang lain.
Analisis data bisa dilakukan melalui berbagai cara dan ada langkah-langkah yang perlu diperhatikan oleh penulis di antaranya sebagai berikut:
a. Data Reduction (reduksi data) Mereduksi data berati merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya.
b.
Conclusion Drawing/Verification
Dalam langkah ketiga ini dimaksudkan sebagai langkah di mana penulis menarik kesimpulan dan verification seperti yang dikatakan Sugiono (2011). Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab fokus masalah yang ada.
5. Rencana Pengujian Keabsahan Data Pengujian data kredebelitas dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam meneliti, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan membercheck. a. Perpanjangan Pengamatan Dengan perpanjangan pengamatan berati peneliti kembali lagi kelapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui.
b. Meningkatkan Ketekunan Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan lebih cermat dan berkisinnambungan.
c. Trianguasi Triangulasi dalam pengujian data kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara atau gabungan.
d. Kasus Negatif Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat waktu tertentu.
e. Memberchek
Membercheck adalah, proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data.
6. Tahap-Tahap Pengumpulan Data Tahapan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis meliputi:
a. Tahap Pra Lapangan Tahapan pra lapangan adalah tahapan di mana peneliti persiapan sebelum peneliti terjun kedalam kegiatan penelitian, di antaranya: menyusun rancangan penelitian, mengurus perijinan, menjajagi, menilai keadaan, dan menyiapkan komponen lain yang dapat mendukung penelitian.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap pekerjaan lapangan merupakan tahapan di mana peneliti secara sungguh-sungguh berusaha memahami latar penelitian dan berusaha mengumpulkan data secara keseluruhan melalui teknik pengumpulan data yang telah dipaparkan.
c. Tahap Analisis Data Dalam tahapan ini ditujukan untuk menemukan tema dan hipotesis. Data yang dikumpulkan dijadikan pegangan oleh peneliti.
G. Kajian Penelitian Terdahulu
Kajian penelitian terdahulu digunakan sebagai salah satu acuan dalam pelaksanaan penelitian dan sebagai referensi. Penulis mengambil beberapa kesimpulan dari hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan fokus masalah di dalam penelitian ini. Menurut Nur (2011:88) pada hasil penelitinya yang berjudul Pengaruh Dorongan Orang Tua Terhadap Regunung Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang 2011, menyimpulkan bahwa hubungan yang terbebtuk adalah positif, artinya jika dorongan orang tua itu tinggi maka kedisiplinan juga tinggi. Menurut Sumiyati (2010:66) menyimpulkan bahwa ada hubungan signifikan antara variabel perhatian orang tua dengan prestasi belajar anak. Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif. Maka semakin tinggi intensitas perhatian orang tua semakin tinggi pula prestasi belajar siswa yang tertulis dalam penelitiannya yang berjudul Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar (Studi Korelasi Siswa MI Tawang 01 Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) Tahun 2010/2011. Dari kesimpulan dua penelitian di atas menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran anak/siswa dan penulis sependapat dangan kesimpulan dari ke-dua penelitian tersebut.
H. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan terhadap pokok-pokok permasalahan yang akan dikaji, maka perlu adanya sistematika penelitian sehingga pembahasan akan lebih sistematis dan runtut.
BAB I : Pendahuluan Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.
BAB II : Kajian Pustaka
Pada bab ini berisi tentang upaya orang tua dalam meningkatkan motivasi belajar anak
BAB III : Hasil Penelitian Pada bab ini berisi tentang gambaran umum MI dan hasil penelitian tentang motivasi yang diberikan orang tua kepada anaknya. BAB IV : Pembahasan Pada bab ini berisi tentang bahasan hasil penelitian mengenai upaya
yang dilakukan orang tua untuk meningkatkan motivasi belajar anaknya yang didapatkan dari pengumpulan data di lapangan dengan landasan teori yang ada.
BAB V : Penutup Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Orang Tua dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Orang tua mempunyai peranan penting dalam pendidikan yang
didapatkan anak di luar sekolah agar anak memiliki ilmu pengetahuan yang cukup untuk bekal kehidupannya. Menuntut ilmu yang bermanfaat juga disarankan oleh agama dapat dilihat dari kumpulan-kumpulan hadist yang ditulis dalam buku karangan Nawawi yang telah diterjemahkan oleh Sunarto (1999:317) sebagai berikut:
Hadits:
َٰتاَماَذِإ ُٰهْنَع َو َٰي ِضَر
: : م.ص ِٰالل َٰلاَق َٰلاَق ُٰل ْوُس َر ُٰهْنَع ُٰالل
ٰ ةَي ِراَج َٰلِّإ ُٰهُلَمَع َٰعَطَقْنا َٰمَدآ ُٰنْبا (
, :
ٰ ثلاَث
ٰ مْلِع ْوَأ ْٰنِم ٰ ةَقَدَصٰ دَل َو ْوَا ٰ حِلاَص Artinya : Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata: ” Rosulullah saw bersabda: Apabila anak adam (manusia)mati, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakannya. (HR. Muslim)
, ملسملا هاور)
ُٰهَل ْوُعْدَي
ِٰهِب ُٰعَفَتْنُيHadits di atas menunjukan agama juga menekankan manusia untuk belajar. Masih berkaitan dengan ayat pendidikan tersebut penulis lebih Karena peranan orang tua di sini menjadi penting maka hal ini tentunya menjadi perhatian khusus penulis dalam masalah ini, seperti yang dikatakan oleh Sardiman (2009:145) mengatakan bahwa peranan guru (dan orang tua) sebagai motivator ini penting, artinya dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa (anak) . Bukan itu saja yang harus diperhatikan orang tua, yang tidak kalah penting adalah mengenai keinginan belajar anak ketika di rumah.
Keinginan anak belajar yang terkadang pasang surut menjadi masalah serius, di sinilah peran orang tua untuk memberikan motivasi dalam meningkatkan keinginan anak belajar, hal ini juga dijelaskan oleh Guthrie dalam Hamzah (2006:12) mengatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respon itu bersifat sementara, oleh karena itu diperlukan adanya pemberian stimulus (motivasi) yang sering agar hubungan terjadi lebih langgeng.
Sependapat dengan Al-Istambuli (1989) yang dikutip dari buku Musbikin (2009:109) mengatakan bahwa penyebab anak malas belajar tak lain dikarenakan tidak adanya dukungan orang tua terhadap pendidikan anak- anaknya. Rimm (1997:495) berpendapat anak lebih berprestasi jika orang tua bersatu padu untuk memberikan pesan jelas dan positif yang sama tentang usaha dan harapan sekolah, yakni dengan pemberian pengarahan dan motivasi untuk belajar dari orang tua saat di luar sekolah. Ketika anak tidak mendapatkan dukungan dan motivasi inilah yang bisa mengakibatkan anak malas belajar karena kurangnya perhatian dari orang tua.
Sebagai orang tua harusnya menyadari akan keadaan anak, sebagai contoh seorang anak mendapatkan nilai dibawah rata-rata nilai teman sekelasnya, harusnya orang tua mendengarkan keluhan anak terlebih dahulu agar tahu titik permasalahan yang dihadapi, bukanya langsung menegur anak dengan kalimat-kalimat yang membunuh motivasinya untuk belajar. Seperti yang dikatakan oleh Musbikin (2009:122) bahwa komunikasi yang tidak baik akan membuat anak sulit untuk mengenali dirinya sendiri dan orang lain. Kemudian akan muncul pertanyaan dari anak “apasih sebenarnya maunya ayah dan ibu?” kebingungan ini mengakibatkan tidak tumbuhnya motivasi dalam diri anak. Dari sinilah orang tua seharusnya mengevaluasi cara berkomunikasi dengan anaknya.
Orang tua harus mempunyai suatu cara untuk memotivasi baik melalui lisan atau melalui tindakan yang dapat mendorong anak untuk belajar, motivasi anak menurut Prayitno (2004:484) adalah suatu kegiatan memberikan dorongan agar anak bersedia dan mau mengerjakan kegiatan atau perilaku yang diinginkan orang tua. Beberapa upaya yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk memberikan dukungan terhadap anaknya. Beberapa cara yang diungkapkan oleh Musbikin (2009:131) antara lain:
1. Mulailah dengan mengajarinya untuk belajar dan membuat PR secara teratur dan rutin.
2. Tanamkanlah dalam diri anak bahwa kegiatan belajar adalah sesuatu
3. Perhatikan bagaimana si kecil belajar, apakah dia belajar dengan senang hati atau dengan ekspresi kesal dan frustasi. Mulailah tanggap ketika anak mulai frustasi.
4. Berilah pujian atau penghargaan pada anak atas usaha dan susah payahnya.
5. Ketika anak sedang belajar, usahakan tidak ada yang mengganggu konsentrasinya.
6. Hal yang tidak kalah penting adalah komunikasi dengan anak.
7. Dukunglah anak ketika ia hendak belajar dengan temannya.
Ada beberapa teknik lain yang diungkapkan oleh Hamzah (2006:34) di antaranya sebagai berikut :
1. Pernyataan penghargaan lewat kata-kata.
2. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemacu keberhasilan.
3. Menimbulkan rasa ingin tahu anak.
4. Memperjelas tujuan belajar yang akan dicapai.
5. Memberitahukan hasil kerja yang telah dicapai.
B. Respon Anak
Pada dasarnya anak mempunyai respon sebagai tanda bahwa ia telah menangkap suatu perintah atau tindakan yang dilakukan orang tua, baik itu respon yang baik atau respon yang menolak. Membicarakan respon tidak belajar maka dia akan merespon perintah tersebut menerima atau menolak perintah tersebut. Ketika anak menolak untuk belajar orang tua hendaknya tidak boleh langsung membentak atau memarahi anak karena akan berdampak pada perkembangan dirinya melainkan harus melakukan pendekatan terhadap anak. Seperti yang dikatakan oleh Sriyanti (2003:50) pengalaman emosional saat kecil akan memberikan warna terhadap perkembangan anak berikutnya.
Terkadang orang tua juga memaksakan kehendak untuk belajar tanpa melihat kondisi anak dan perasaannya saat itu. Ketika anak mengerjakan suatu dengan adanya paksaan yang berlebih, maka hasil yang diharapkan tidak akan maksimal seperti yang dikatakan oleh Rimm (1997:496) jika orangtua bereaksi berlebihan terhadap keberhasilan dan kegagalan anak, maka anak akan merasakan tekanan yang berat untuk berhasil, putus asa dan takut menghadapi kegagalan.
Tanggapan atau respon anak akan perintah pada anak memiliki kesiapan untuk melaksanakannya. Seperti kutipan yang diambil Sriyanti (2003:61), yang ditulis oleh Thorndike mengenai hukum kesiapan sebagai berikut:
1. Jika seorang cenderung melakukan tindakan atau bertindak, ternyata menimbulkan kepuasan, maka Ia tidak melakukan tindakan lain.
2. Bila kecenderungan bertindak ada, namun tidak bisa bertindak menimbulkan ketidak puasan, dan cenderung melakukan tindakan lain.
3. Ada kecenderungan tidak bertindak, namun dipaksa bertindak, maka menimbulkan ketidak puasan.
Hukum kesiapan di atas menunjukan bahwa ketika anak dengan sepenuh hati melakukan sesuatu maka akan bermakna dan mendapat kepuasan, maka tidak akan melakukan tindakan atau kegiatan lain dan sebaliknya. Pemberian stimulus (motivasi belajar) untuk mendapatkan respon anak harus dilakukan terus menerus agar anak terbiasa dan menjadi sebuah kebiasaan. Hal ini didukung oleh teori Guthrie yang mengatakan suatu respon akan lebih kuat (dan bahkan menjadi kebiasaan), apabila respon tersebut berhubungan dengan berbagai macam stimulus (dalam Hamzah, 2006:12).
C. Pentingnya Pemberian Motivasi dalam Belajar Anak
Motivasi dalam diri seorang bukanlah suatu keinginan atau sifat yang permanen oleh karena itu orang tua harus memupuk motivasi tersebut agar tetap terjaga dengan baik. Seperti yang dikatakan oleh Fudyanto dalam buku karangan Wahyuni (2009:14) menerangkan bahwa motivasi sendiri mempunyai fungsi antara lain;
1. Motivasi mengarahkan dan mengatur tingkah laku manusia 2. Motivasi sebagai penyeleksi tingkah laku.
3. Motivasi memberi energi dan menahan tingkah laku.
Dari fungsi-fungsi tersebut akan hilang bersamaan dengan hilangnya motivasi pada anak, dari maka itu motivasi dalam belajar harus terjaga dengan baik. Sependapat dengan Wahyuni (2009:13) yang mengutip pendapat Printich & Schunk yang berpendapat bahwa motivasi merupakan proses yang terjadi di dalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga.
Terdapat bermacam motivasi dalam belajar tetapi penulis lebih terfokus pada motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu rangsangan dari luar, karena dalam diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2009:89). Motivasi instrinsik lebih dikaitkan dengan tugas-tugas yang menarik dan menurut Hull dalam Wahyuni (2009:28) bisa dikatakan adanya dorongan-dorongan fisik sehingga hasil motivasi dihasilkan dari adanya kepuasan terhadap kebutuhan fisik . Wahyuni(2009:27) mengambil kutipan dari Skiner (1953, dalam Coleman, 1960) mengatakan bahwa semua perilaku termotivasi oleh hadiah, hadiah dari sudut pandang instrinsik diartikan sebaagai hasil dari aktivitasnya dan lebih menjurus kedalam maknanya, dengan demikian aktivitas yang termotivasi instrinsik adalah aktivitas di mana seseorang mendapatkan hadiah (kepuasan) dari aktivitas itu sendiri. Motivasi instrinsik ini menjadi penting dalam proses belajar anak karena dapat meningkatkan keinginannya untuk belajar. Seperti yang di ungkapkan para ahli yang ditulis dalam buku Wahyuni (2009:28) sebagai
1. Siswa yang termotivasi secara instrinsik akan menunjukan skor tes berprestasi lebih tinggi dari siswa yang termotivasi secara ekstrinsik (Dev, 1997, Skiner & Belmont, 1991)
2. Lebih mudah beradaptasi dengan situasi lingkungan di sekolah (Skiner & Belmont, 1994)
3. Lebih banyak menggunakan strategi dalam memproses dan memahami informasi (Lumsden, 1994)
4. Lebih memiliki percaya diri akan kemampuannya pada saat menerima atau mempelajari materi baru.
Dengan begitu penulis mengambil kesimpulan bahwa motinvasi instrinsik yang timbul dari diri sendiri tersebut masih perlu dibimbing oleh orang tua (khususnya bagi anak-anak), karena dengan dijelaskannya hasil dari aktivitas belajar yang dijalani maka si anak akan lebih memahami tujuannya dan manfaat yang akan didapatkannya.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar (Sardiman, 2009:90). Motivasi ini dapat diberikan melalui pemberian hadiah (imbalan) setelah melakukan aktivitas. Jadi anak bukan melihat dari sisi makna dan kepuasan tapi terpacu oleh hadiah yang akan diberikan. Di sisi lain hal ini memang tidak baik tapi dengan begitu anak akan terbiasa dengan aktivitas belajar. Ada alasan lain siswa mengerjakan tugas yang diberikan, karena ada orang-orang yang penting dalam kehidupannya, sepeti keluarga, teman sepermainan dan
2009:37). Sependapat dengan itu beberapa peneliti seperti Lynch, Stiler, Ryan (1994) mengemukakan bahwa kedekatan dan komunikasi yang baik antara guru (dan orang tua) dengan siswa berpengaruh terhadap proses internalisasi pengaturan perilaku belajar, ditulis dalam buku Wahyuni (2009:37).
D. Kendala Saat Memotivasi Belajar
Tugas sebagai orang tua untuk memberikan motivasi tidak semudah membalikkan telapak tangan, tapi banyak tantangan yang dihadapi dan dalam perjalanannya akan bertemu dengan kendala penyebab anak malas belajar. Kendala yang dihadapi orang tua bersumber dari beberapa sumber yang mempengaruhi baik dari perkembangan teknologi dan dari anak itu sendiri.
Pengaruh perkembangan teknologi bisa berasal dari banyak hal, dari maka itu penulis mengambil penyebab yang difikir mempunyai pengaruh yang nyata yang terjadi di masyarakat pada umumnya seperti; siaran televisi, game digital, dan lingkungan (pengaruh teman sejawat).
Memang tidak salah anak menonton tayangan televisi sebagai hiburan, tapi orang tua harus memastikan tayangan yang dilihat dan membatasi waktu menonton televisi agar tidak menjadi kebiasaan dan biasakan mulai sejak usia dini. Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang dilakukan oleh Katz yang dikutip oleh Musbikin (2009:67) menyatakan, dalam usia dua tahun anak sudah mulai menikmati tayangan yang disajikan.
Tayangan televisi terkadang membuat anak cenderung malas untuk bersifat komersil dan tidak mendidik seperti itulah yang dikatakan Musbikin (2009:69) dalam hasil survenya. Bukan hanya itu saat-saat ini perkembangan game digital sangat pesat dan berkembang. Terlihat di beberapa tempat penyedia game digital tersebut terlihat anak-anak sekolah dasar yang jenak diam bermain game tersebut berjam-jam. Bukanlah salah anak bermain game untuk mencari hiburan di sinilah peranan orang tuan untuk memberi tahu, mengarahkan dan membatasinya.
Masalah yang terjadi dari dalam diri anak biasanya berkaitan dengan kondisi anak saat itu yang dijadikan alasan anak untuk tidak belajar dan hal tersebut menjadi kendala orang tua untuk memotivasi anak pada kondisi tertentu, misalnya sebagai berikut:
1. Ngantuk saat belajar, anak yang kurang tidur akan berdampak esok harinya ketika jam belajar. Dengan begitu pada saat belajar anak beralasan mengantuk dan ingin istirahat. Orang tua harus bijak jika anak mengalami kelelahan dan orang tua harus kembali memberi penjelasan dan arahan agar anak paham dan tidak terjadi kembali hal yang sama.
2. Kelelahan saat belajar, aktivitas anak harus dibatasi agar anak tidak merasa kelelahan dan letih.
E. Fasilitas Pendongkrak Motivasi
Tak bisa dipungkiri bahwa fasilitas yang memadai dapat memacu anak untuk giat belajar, misalnya ruang belajar, meja belajar, buku-buku penunjang
(2009:154) anak-anak tidak mau belajar bukan karena malas tetapi terjadi akibat beberapa sebab salah satunya tidak betah belajar. Inilah mengapa fasilitas menjadi sebuah alat pendukung yang cukup penting untuk meningkatkan motivasi belajar anak. Jika begitu orang tua hendaknya menyediakan fasilitas yang baik agar anak menjadi jenak dan betah. Dengan adanya ruangan belajar yang rapi, menarik, sejuk (tidak perlu berlebihan dengan barang-barang yang mahal yang terpenting adalah nyaman) dan bisa ditambahkan radio atau alat pemutar musik untuk anak berrelaksasi sejenak ketika ia jenuh.
Dengan pemberian fasilitas yang memadai seperti yang diterangkan di atas diharapkan anak akan lebih bersemangat dan jenak, karena adanya hal baru yang iya dapatkan dan tersedianya alat yang memang bisa mendukung ketika ia harus belajar atau pada saat dia menempuh pelajaran di sekolah.
BAB III HASIL PENELITIAN A. Sekilas Tentang MI Ma’arif Kumpulrejo 02 Dari hasil penelitian pengamatan yang dilakukan oleh penulis di
lapangan, MI Ma’arif Kumpulrejo 02 terletak cukup strategis, letaknya yang berada di tengah-tengah desa dan tepat di pinggir jalan, membuat MI ini mudah dijangkau dan dikenal. Selain itu akses menuju ke sana tidaklah sulit, terlihat mobil angkut an kota yang melintas cukup banyak. MI Ma’arif
Kumpulrejo 02 ini sudah terbilang cukup maju karena tersedianya fasilitas antar jemput siswa yang disediakan oleh pihak sekolah untuk mempermudah akses ke sekolah.