PERAN ORANG TUA DALAM MENGOPTIMALKAN PRESTASI ANAK BERBAKAT

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab(Sisdiknas,
2003).
Selanjutnya dalam pasal 7 ayat 1, dipertegas bahwa, Orangtua berhak
berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi
tentang perkembangan pendidikan anaknya (Sisdiknas, 2003) .
Maka dari itu, keberhasilan pendidikan yang dijalani seorang anak,
menurut Psikolog, Bibiana Dyah Cahyani, tidak terlepas dari peran orang tua.
Orangtua memiliki peranan yang penting dalam menentukan dan mengarahkan
sekolah yang tepat buat anaknya. Tapi bukan suatu hal yang bijak jika
pendidikan sepenuhnya diserahkan hanya pada pihak sekolah saja. ”Sebagus
apapun kualitas tempat anak menuntut ilmu secara formal, orangtua tetap
memiliki andil yang besar apakah pendidikan yang dijalaninya berhasil atau

tidak,”
Pendidikan yang baik tentunya sesuai dengan karakteristik anak.
”Masing-masing

anak

mempunyai

kebutuhan

berbeda

untuk

model

pendidikannya, sesuai dengan kemampuan anak dan juga kemauan anak, dalam
hal ini bukan berarti orangtua boleh memaksakan kehendaknya, tapi lebih pada
memberi pengertian pada si anak, sekolah apa yang cocok buat dirinya dan
prospek ke depan bagaimana dan tentunya harus paham kemampuan anak

bagaimana?”. Ada beberapa hal yang harus dipertimbangan orangtua ketika
memilih sekolah buat anak-anaknya. Misalnya saja dari fasilitas sekolah yang

1

2

terdiri dari ruang kelas, lapangan olahraga, fasilitas pendukung lainnya. SDM
sekolah, guru, kepala sekolah, kurikulum yang ditawarkan lokasi, dan tentu
saja biaya yang dibutuhkan. Sebagus apapun fasilitas pendidikan dimana anak
bersekolah, bukan berarti orangtua lepas tangan dan menyerahkan sepenuhnya
pada sekolahnya. ”Justru pendidikan sebenarnya diperoleh anak melalui
sosialisasi keluarga,” Dalam keluarga ada beberapa hal yang menjadi poin
penting yang perlu ditekankan pada anak, diantaranya pendidikan agama,
pendidikan moral, life skill, bahkan sampai pendidikan formal. Pendidikan
formal di rumah misalnya dengan adanya model homeschooling.
Setiap orangtua dalam menjalani kehidupan berumah tangga tentunya
memiliki tugas dan peran yang sangat penting, ada pun tugas dan peran
orangtua terhadap anaknya dapat dikemukakan sebagai berikut. (1).
Melahirkan, (2). Mengasuh, (3). Membesarkan, (4). Mengarahkan menuju

kepada kedewasaan serta menanamkan norma-norma dan nilai-nilai yang
berlaku. Disamping itu juga harus mampu mengembangkan potensi yang ada
pada diri anak, memberi teladan dan mampu mengembangkan pertumbuhan
pribadi dengan penuh tanggung jawab dan penuh kasih sayang. Anak-anak
yang tumbuh dengan berbagai bakat dan kecenderungan masing-masing adalah
karunia yang sangat berharga.
Beberapa penelitian yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti yang
di kemukakan dalam majalah rumah tangga dan kesehatan bahwa “Orangtua
berperan dalam menentukan hari depan anaknya. Secara fisik supaya anakanaknya bertumbuh sehat dan berpostur tubuh yang lebih baik, maka anakanak harus diberi makanan yang bergizi dan seimbang. Secara mental anakanak bertumbuh cerdas dan cemerlang, maka selain kelengkapan gizi perlu
juga diberi motivasi belajar disertai sarana dan prasarana yang memadai.
Sedangkan secara sosial suapaya anak-anak dapat mengembangkan jiwa sosial
dan budi pekerti yang baik mereka harus diberi peluang untuk bergaul
mengaktualisasikan diri, memupuk kepercayaan diri seluas-luasnya. Bila
belum juga terpenuhi biasanya karena soal teknis seperti hambatan ekonomi
atau kondisi sosial orangtua“ (Alisuf, 1995).

3

Dan setiap orangtua memiliki keinginan agar anak-anaknya tumbuh dan
berkembang menjadi anak-anak yang berprestasi. Kebanyakan orangtua lebih

mementingkan prestasi anak-anaknya hanya dalam bidang akademik, misalnya:
memenangkan olimpiade matematika, fisika, dan lain-lainnya. Padahal prestasi
yang dicapai tidak hanya dari bidang akademik saja, tetapi dari bidang non
akademik anak-anak juga dapat prestasi dengan baik, misalnya : memenangkan
lomba nyanyi, lomba renang, lari, catur dan lain-lainnya. Sehingga
mengembangkan potensi untuk berprestasi anak tidak hanya dibidang
akademik saja tetapi dibidang non akademik pun dapat berprestasi dengan
baik, maka dari itu sebagai orangtua jangan hanya memperhatikan prestasi
dibidang akademik saja tetapi prestasi non akademikpun perlu mendapat
perhatian, seperti Bapak Sukarno yang memiliki anak berprestasi menjadi
"Dalang Bocah" dan pengendang cilik.
Orangtua wajib mengusahakan kebahagian bagi anak dan menerima
keadaan anak apa adanya, mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT, serta
mengembangkan potensi yang dimiliki anak. Orangtua perlu tahu bahwa anak
memiliki potensi yang luar biasa dan kesuksesan seseorang bukan mutlak
ditentukan oleh kecerdasan intelektual saja (hanya sekedar IQ tinggi) akan
tetapi kecerdasan itu bersifat majemuk.
Howard

Gardner


dalam

bukunya

yang

berjudul

“Multiple

Intelligences” mengatakan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai
ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan
kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Gambaran mengenai
spektrum kecerdasan yang luas telah membuka mata para orangtua maupun
guru tentang adanya wilayah-wilayah yang secara spontan akan diminati oleh
anak-anak dengan semangat yang tinggi. Dengan demikian, masing-masing
anak tersebut akan merasa pas menguasai bidangnya masing-masing. Bukan
hanya cakap pada bidang tersebut yang memang sesuai dengan minatnya,
namun juga akan sangat menguasainya sehingga menjadi amat ahli.

Faktor-faktor penting yang harus mendapat perhatian serius dalam
pengembangan anak berbakat (bertalenta) adalah menumbuhkan mental

4

mandiri,

penanaman

rasa

percaya

diri,

dan

mengembangkan

sikap


persaudaraan (kepekaan sosial). Menurut Utami Munandar, Guru Besar
Psikologi UI, keberhasilan pendidikan anak berbakat (bertalenta) juga akan
sangat bergantung dan ditentukan oleh peranan orangtua, baik dalam proses
pembelajarannya di sekolah, maupun kesesuaiannya dengan pendidikan di
keluarga. Artinya, orangtua tidak bisa mempercayakan sepenuhnya tugas
mendidik anaknya kepada sekolah dan guru. Atau menghendaki anaknya
belajar yang tidak sesuai dengan bakat dan potensi anaknya.
Sekolah bukanlah tempat yang secara serta merta dapat memperbaiki
aspek kepribadian anak secara utuh seperti mental, spiritual, etika, dan
knowledge anak. Apalagi potensi yang bersifat lahiriah, termasuk potensi bakat
dan kecerdasan. Sekolah-sekolah yang ada sekarang ini sudah terlampau berat
memikul beban tanggung jawab dan harapan yang begitu tinggi dari orangtua,
termasuk dalam menjawab tuntutan kebutuhan dalam upaya pendidikan anakanak berbakat (bertalenta). Sekolah secara faktual belum bisa menangani
masalah pendidikan anak berbakat ini disebabkan semata-mata proses
pembelajaran siswa di sekolah masih belum sepenuhnya efektif karena
berbagai keterbatasan, baik yang menyangkut aspek tenaga kependidikannya,
sarana, prasarana, maupun sistem manajemen pendidikan.
Dalam memperlakukan anak, hendaknya guru maupun orangtua, tidak
memaksakan untuk mempelajari atau menguasai sesuatu (ilmu, keterampilan,

kegemaran, dsb.) yang bukan keinginan dan jauh dari kemampuannya. Tentu
saja tidak semua potensi kecerdasan (multiple intelligences) seperti yang
dikemukakan Gardner di atas dimiliki oleh setiap anak. Anak harus dipahami
potensi pribadinya secara tepat. Sehingga kita dapat menerapkan pola dan arah
pendidikan bagi pengembangan potensi pribadinya secara benar sesuai dengan
potensi kecerdasan yang dimilikinya. Ibarat seekor kancil, janganlah ia dipaksa
untuk bisa berenang tapi latihlah dia untuk bisa berlari semakin cepat karena
keunggulan

kancil

memang

dalam

berlari,

bukan

berenang.


Sudah saatnya kita memberikan perhatian secara khusus kepada anak yang
memiliki potensi berbakat (bertalenta) luar biasa. Jumlah mereka menurut

5

perkiraan para ahli mencapai 10-20% dari suatu populasi. Mereka mutiara di
dalam lumpur yang harus diangkat dan diasah sampai bersinar. Mereka bibit
yang unggul. Jangan biarkan mereka mati dan layu sebelum tumbuh dan
berkembang. Ada secercah harapan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003,
Pasal 5 ayat (4) yang menegaskan, bahwa warga negara yang memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus.
Ada beberapa anak berbakat (bertalenta), seperti I Wayan Dian Anindya
Bhaswara, bocah usia sebelas tahun asal Bali ini memilikikemampuan
mendongeng layaknya orang dewasa. Dengan kemampuannya mendongeng
seputar cerita binatang atau fabel inilah, ia menorehkan prestasinya di sejumlah
kejuaraan. Tak hanya mendongeng, siswa sekolah dasar kelas enam ini juga
piawai mendalang. Mendalang dan berdongeng nampak tidaklah sulit dilakoni
Anindya yang sudah mengenal seni sejak usia dini ini. Dari sang ayahlah, I
Ketut Sudiana, ia mewarisi kemampuannya untuk mendongeng. Tetapi kedua

orangtuanya-lah yang melatih Anindya hingga ia berprestasi seperti sekarang.
Menurut

Raka

(Santirama,

2010),

pendidikan

anakberbakat,

sebagaimana halnya pendidikan pada umumnya, hanya dilihat secara
sistematik meliputi program, fasilitas, guru, masukan dan tujuan. Tujuan
pendidikan Indonesia tersirat dalam cita-cita bangsa Indonesia yang telah
dirumuskan dalam falsafah hidup bangsa, yaitu Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 dinyatakan bahwa
seluruh rakyat Indonesia berhak memperoleh pengajaran, dan pemerintah
mengusahakan dan melaksanakan satu sistem pengajaran (pendidikan)

nasional.
Berdasarkan kenyataan yang universal dan alamiah bahwa manusia itu
berbeda satu sama lain dalam berbagai hal, seperti dalam hal intelegensi, bakat,
kepribadian, kondisi jasmani dan sebagainya. Oleh karena itu perlu dipikirkan
bagaimana menangani penyaluran berbagai perbedaan ini.
Pendidikan anak berbakat merupakan bagian integrasi pendidikan pada
umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi anak
berbakat untuk berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan harapan bahwa

6

pada suatu saat anak juga akan memberi sumbangan yang maksimal bagi
peningkatan kehidupan sesuai dengan aktualisasi potensinya itu. Hal itu sesuai
dengan citra masyarakat yang kita anut dengan memperhatikan kaitan
fungsional antara individu dengan masyarakat.
Masing-masing anak mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda
sehingga orangtua perlu mencermati dan mengembangkannya. Menurut Imas
(2011), istilah anak berbakat (gifted children) pertama kalidigunakan pada
tahun 1869 oleh Francis Galton. la merujuk pada seseorang dengan banyak
kemampuan di berbagai bidang yang tidak dimiliki orang lain. Kemudian
Lewis Terman memperluas pendapat Galton dengan mensyaratkan IQ yang
tinggi. Pada awal 1900-an, Lewis Terman meneliti anak berbakat (gifted
children) yang ber-IQ 140 atau lebih. Kesimpulannya, IQ tinggi saja tidak akan
menjamin seorang anak sukses kelak. Selanjutnya, Leta Hollingworth percaya
bahwa faktor genetik berperan pada anak berbakat, tetapi harus tetap didukung
oleh pola pengasuhan di rumah dan sekolah. Hasil penelitian ini oleh
Hollingworth diterbitkan menjadi buku Gifted Children, Their Nature and
Nurture tahun 1926. Sejak itulah definisi ini digunakan bagi anak-anak dengan
potensi besar.
Sebagai orangtua masa kini, sering kali menekankan agar anak
berprestasi secara akademik di sekolah. Kita ingin mereka menjadi juara
dengan harapan ketika dewasa mereka bisa memasuki perguruan tinggi yang
bergengsi. Kita sebagai masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa sukses di
sekolah adalah kunci utama untuk kesuksesan hidup di masa depan.
Pada kenyataannya, kita tidak bisa mengingkari bahwa sangat sedikit
orang-orang yang sukses di dunia ini yang menjadi juara di masa sekolah. Bill
Gates (pemilik Microsoft), Tiger Wood (pemain golf) adalah beberapa dari
ribuan orang yang dianggap tidak berhasil di sekolah tetapi menjadi orang yang
sangat berhasil di bidangnya. Kemudian di sinilah muncul pertanyaan sebagai
berikut :
Kalau IQ ataupun prestasi akademik tidak bisa dipakai untuk
meramalkan sukses seorang anak di masa depan, lalu apa ? Apa yang harus

7

dilakukan orangtua supaya anak-anak mempunyai persiapan cukup untuk
masa depanya ?
Prestasi dalam kecerdasan majemuk (multiple Intelligence)dan bukan
hanya prestasi akademik. Kecerdasan majemuk kemungkinan anak untuk
meraih sukses menjadi sangat besar jika anak dilatih untuk meningkatkan
kecerdannya yang majemuk itu. Membangun seluruh kecerdasan anak adalah
ibarat membangun sebuah tenda yang mempunyai beberapa tongkat sebagai
penyangganya. Semakin sama tinggi tongkat-tongkat penyangganya, semakin
kokoh pulalah tenda itu berdiri.
Untuk menjadi sungguh-sungguh cerdas berarti memiliki skor yang
tinggi pada seluruh kecerdasan majemuk tersebut. Walaupun sangat jarang
seseorang memiliki kecerdasan yang tinggi di semua bidang, biasanya orang
yang benar-benar sukses memiliki kombinasi 4 atau 5 kecerdasan yang
menonjol. Albert Einstein, beliau sangat terkenal jenius di bidang sains,
ternyata juga sangat cerdas dalam bermain biola dan matematika. Demikian
pula Leonardo Da Vinci yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dalam
bidang olah tubuh, seni arsitektur, matematika, dan fisika.
Pada dasarnya, setiap anak-anak memiliki jiwa yang bebas dan ingin
bebas. Anak-anak juga dapat berkembang dengan baik karena mereka memiliki
kebebasan untuk bereksplorasi, berpendapat, juga merasa bahagia. Proses ini
harus

mereka

lalui

dalam

kehidupan

mereka,

agar

mereka

dapat

memaksimalkan potensi mereka, juga mengasah kecerdasan mereka dalam
masa tumbuh kembang.
Bagaimana jika kita menggunakan alasan “takut jika anak-anak terjerumus
pada hal-hal maksiat yang mendatangkan murka Allah”?
Bahkan meski demikian, kita tidak bisa memaksakan kehendak kita
secara mutlak. Harus ada proses untuk memberikan pengertian dan
pemahaman, kemudian memberikan opsi-opsi dan jabaran konsekuensi yang
harus mereka terima. Sebijak mungkin, jangan sampai kita menjadi orangtua
yang hyper parenting. Karena sesuatu yang baik, harus disampaikan dengan
cara yang baik pula, agar hasilnya pun baik

8

Maka dari itu akan ada dampak atau efek negatif yang dapat timbul
karena orangtua senang memaksakan kehendak mereka pada anak-anak, seperti
anak-anak menjadi pemarah, emosional, pemberontak, dan pendendam, mudah
cemas dan memiliki kekhawatiran yang berlebihan, sering sakit (terutama sakit
kepala), kurang ekspresif, kurang bisa bergaul, dan malas berbicara, nampak
tertekan, tidak bahagia, dan tidak bergairah, dan dapat mendorong anak untuk
melakukan hal-hal menyimpang (Rumah Bunda, 2011).
Oleh karena itu keberhasilan seorang anak tidak lepas dari adanya peran
orangtua. Agar anak berprestasi yang diharapkan itu benar-benar terwujud,
maka adanya peran orangtua dalam mendidik anak. Pendidikan dan
pengasuhan yang benar terhadap anak akan menghasilkan efek lahirnya anakanak berprestasi. Salah satu hal yang paling penting dilakukan orangtua adalah
mengetahui prinsip-prinsip apa yang perlu dipegang teguh agar orangtua
sukses dalam mendidik anak terutama yang berprestasi dibidang non akademik.
Untuk itu, pemahaman tentang peran orangtua yang sukses mendidik
putra-putrinya sangat patut dilakukan dengan harapan dapat menjadi pelajaran
bagi semua orangtua, termasuk orangtua yang memiliki sedikit waktu mendidik
putra-putrinya. Adanya gambaran tentang peran orangtua diharapkan dapat
dijadikan patokan atau sekurang-kurangnya dapat dijadikan pertimbangan
dalam mendidik putra-putrinya. Fungsi dan peran orangtua pada anaknya
antara lain menanamkan kehidupan beragama, memberikan pendidikan dalam
masa perkembangan anak, menjadi penghubung dalam kehidupan sosial anak,
dan memberikan nafkah secara ekonomi demi keberlangsungan anak.
Terutama orangtua yang memiliki anak yang berbakat, maka harus lebih
diarahkan lagi agar nantinya dapat lebih berkembang lagi dan juga dapat lebih
baik lagi.
Berdasarkan pemaparan di atas, sedikit diulas permasalahan tentang
peran orangtua dalam menangani prestasi anak berbakat. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Peran Orangtua Dalam
Mengoptimalkan Prestasi Anak Berbakat”.

9

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat diambil rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana peran orangtua pada anak berbakat (talented).

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peran orangtua pada
anak berbakat (talented).

D. Manfaat
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Secara teoritis
Memperkaya wawasan keilmuan khusunya bidang keilmuan psikologi
perkembangan. Untuk mengembangan konsep-konsep serta terori-teori
dalam psikologi perkembangan terutama dalam hal yang berhubungan
dengan peran orangtua.
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapakan mampu memberikan informasi bagi orangtua
untuk lebih memberikan perhatian pada anak untuk perkembangan
bakatnya. Dengan demikian, peran orangtua pada anak berbakat akan
berkembang dengan baik nantinya.

PERAN ORANG TUA DALAM MENGOPTIMALKAN
PRESTASI ANAK BERBAKAT

SKRIPSI

Oleh:
Anggita Permata Maulinda
08810280

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012

KATA PENGANTAR

Puji Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peran Orangtua
Dalam Mengoptimalkan Prestasi Anak Berbakat”, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan
bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Cahyaning Suryaningrum, M. Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Hudaniah, M. Si., Psi. selaku dosen pembimbing I yang sabar dalam
memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis demi kesempurnaan
skripsi yang dikerjakan ini.
3. Ibu Linda Yani Pusfiyaningsih, S. Psi., M. Si. selaku dosen pembimbing II
yang sabar dalam memberikan motivasi dan membantu dalam literatur yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Kepada kedua orangtua yang selalu memberikan do’a dan dukungan dengan
penuh kesabaran serta kasih sayang yang tak terhingga tanpa balas jasa apapun.
5. Saudaraku yang tersayang adek Itoy dan Aa Angga yang selalu memberikan
do’a dan dukungannya untuk menyelesaikan skripsi.
6. Untuk kak Icank yang selalu memberikan dukungan dan motivasi yang jauh di
Sulawesi.
7. Untuk sahabatku Farah dan Befris yang selalu ada untuk mendukung dan
memberikan motivasi.
8.Untuk Inda, Ziza, Mas Krisna dan Mas Teguh terima kasih sudah membantu
untuk antarjemput subyek dan mengantar saya bolak-balik.
9. Untuk subyek yang telah bersedia membantu untuk menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.

10. Untuk Kepala Sekolah SD Muhammadiyah Batu yang telah memberikan izin
untuk penelitian.
11. Ibu Nensi guru SD Muhammadiyah Batu yang telah membantu dalam
mencari subyek penelitian.
12. Semua teman-teman kos Bukit Cemara Tujuh blok G 24 susah senang
bersama dikosan.
13. Semua teman-teman kelas E yang mulai awal kuliah hingga saya lulus yang
memberikan motivasi.
14. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penelitian
ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan. Meski demikian, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Malang, 03 September 2012
Peneliti

Anggita Permata Maulinda

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………... i
INTISARI……………………………………………………………….. iii
ABSTRACT.............................................................................................. iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………. v
DAFTAR TABEL………………………………………………………. vii
DAFTAR SKEMA…………………………………………………….... viii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………. ix
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………. 1
A. Latar Belakang……….………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah……...……………………………………… 9
C. Tujuan Penelitian…………………………………………….… 9
D. Manfaat Penelitian…………………………………………...... 9
BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………..... 10
A. Peran Orangtua………………………………………………… 10
1. Pengertian Peran Orangtua…………………………………. 10
2. Peran Orangtua Pada Anak………………………………… 12
3. Fungsi Orangtua……………………………………………. 15
B. Anak Berbakat……………………………………..………….. 18
1. Pengertian Anak Berbakat…………………………………. 18
2. Karakter Anak Berbakat…………………………………… 21
3. Peran Orangtua Dalam Mengembangkan Bakat Anak……. 24
4. Indikator Keberbakatan……………………………………. 27
5. Tanda-tanda Umum Anak Berbakat……………………….. 28
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………… 30
A. Jenis Penelitian……..………………………………………….. 30
B. Batasan Istilah…………………………………………………. 30
C. Subyek Penelitian…………………………………………….... 30
D. Metode Pengumpulan Data………….………………………… 31

E. Prosedur Penelitian………...…………………………………... 32
F. Analisa Data…….……………………………………………... 33
G. Keabsahan Data…….………………………………………….. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….……………. 35
A. Identitas Subyek Penelitian…………..……………………….. 35
B. Deskripsi Data…….………………………………………….... 36
C. Analisa Data……..…………………………………………….. 45
D. Pembahasan…….……………………………………………… 50
BAB V PENUTUP……………………………………………………... 55
A. Kesimpulan…...……………………………………………….. 55
B. Saran….……………………………………………………….. 55
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 57
LAMPIRAN……………………………………………………………. 58

DAFTAR TABEL

No

Tabel

Tabel 4.1 Identitas Anak Subyek Penelitian…………………...

35

Table 4.2 Identitas Subyek Penelitian………………………….

35

DAFTAR SKEMA

No

Skema

Skema 4.1

Analisis Kasus Subyek 1…………………………

45

Skema 4.2

Analisa Kasus Subyek 2………………………….

47

Skema 4.3

Analisa Kasus Subyek 3………………………….

49

DAFRTAR LAMPIRAN

No.

Lampiran

Lampiran 1

Guide Interview……………………….…………….. 60

Lampiran 2

Verbatim…………………………………………….. 61

Lampiran 3

Informed Consent…………………………………… 82

Lampiran 4

Hasil Tes…………………………………………….. 85

Lampiran 5

Ringkasan Hasil Analisa Penelitian….......................... 88

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A., & Sholeh, M. (2005).Psikologi perkembangan.Jakarta : Rineka
Cipta.
Alwisol. (2008). Psikologi kepribadian.Malang : UMM Press.
Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi perkembangan remaja. Bogor : Ghalia.
Dayakisni, T., & Hudaniah.(2009). Psikologi sosial.Malang : UMM Press.
Grace, A. M., Jethro, O., & Aina, F. (2012).Roles of parent on the academic
performance of public in elementary school.Journal of Academic Research
in Business and Social Sciences, 2, 198.
Hawadi. (2010). Menguatkan bakat anak. Jakarta : Grasindo.
Hurlock, Elizabeth. (1989). Perkemnamgam Anak. Jakarta : Erlangga.
Maleong, Lexy. (2007). Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung : Rosdakarya
Muhammad, As’adi. (2010). Deteksi bakat & minat anak sejak dini. Jogjakarta :
Garailmu.
Munandar, Utami. (1982). Pemanduan anak berbakat. Jakarta : Rajawali.
________Parenting efek negatif dari hyperparenting orangtua yang memaksakan
kehendak pada anak. (2012, 17 April). Rumah Bunda, hal 23.
Purwanto, Ngalim. (2007). Psikologi pendidikan. Bandung : Rosdakarya.
Santrock, Jhon W. (2009). Psikologi pendidikan, edisi 3 buku 1. Jakarta : Salemba
Humainika.
Santrock, Jhon W. (2007). Perkembangan anak. Jakarta : Erlangga.
Siahaan, Henry. (1986). Peranan ibu bapak mendidik anak. Bandung : Angkasa.

Suhardono, Edy. (1994). Teori peran konsep, derivasi, dan implikasinya. Jakarta :
Gramedia.
Sukardinata, Nana Syaodih. (2007). Metode penelitian pendidikan. Bandung :
Rosdakarya.
Sumarno, Alim. (2011). Mengembangkan bakat anak.Diakses pada 02 April 2012
diperoleh dari http://Alim Sumarno.blogspot.com/2010/05/pengertianistilah-anak-berbakat-gifted.html.
Wahab, Rochmat. (2005, Mei).Peranan orangtua dan pendidik dalam
mengoptimalkan potensi anak berbakat akademik.Makalah dipresentasikan
pada Seminar Keberbakatan di Yogyakarta.