PARTISIPASI POLITIK CIVIL SOCIETY DALAM PILKADA (STUDI KASUS RUMAH DUNIA DALAM PILKADA BANTEN 2017) - FISIP Untirta Repository

PARTISIPASI POLITIK CIVIL SOCIETY DALAM PILKADA

  (STUDI KASUS RUMAH DUNIA DALAM PILKADA BANTEN 2017 )

SKRIPSI

  Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ilmu Pemerintahan

  Disusun Oleh:

SIFA NURFADILAH

NIM. 6670142378

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

  

2018

KATA PENGANTAR

  Assalamu’alaikum Wr.Wb

  Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat allah SWT, yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, keluarganya, dan para sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kebodohan ke zaman pencerahan. Alhamdulillah dengan izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi y ang berjudul “Partisipasi Politik Civil Society Dalam Pilkada (Studi Kasus Rumah Dunia Dalam Pilkada Banten 2017).

  Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud baktiku kepada kedua orang tua tercinta Bapak Muhayar dan Ibu Munawaroh yang tidak ada hentinya memberikan kasih sayang, kepercayaan, semangat, nasehat yang diberikan kepada penulis. Beliau selalu memanjatkan doa kepada Allah SWT untuk menjaga penulis dari hal-hal negatif, serta memberi materi untuk kecukupan penulis sehari- hari. Semoga Allah memberi kemudahan dan kesempatan kepada penulis untuk berbakti kepada orang tua di dunia sebagai bekal di akhirat. Juga penulis persembahkan pada keluarga besar, kakak-kakak serta adik kesayangan yang selalu memberikan bantuan doa dan dukungan kepada penulis.

  Dengan segala keramahan dan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih dan memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Abdul Hamid, Ph.D atau biasa disebut Abah dan M. Dian Hikmawan, S. Hum, M.A. yang akrab dengan sebutan Bung Dian selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu, meluangkan waktu, tenaga dan pikiran, dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

  Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penulis menyadari bahwa penyusunan ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang selalu membimbing serta mendukung penulis secara moril dan materil. Maka dengan segala ketulusan hati, penulis juga ingin mengucapkan rasa terimakasih kepada pihak-pihak berikut:

  1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos, M.Si selaku Desan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Rahmawati, S.Sos, M.Si selaku Wakil dekan I Bidang Akademik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan II Bidang Keuangan dan Umum Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Leo Agustino, Ph.D selaku Ketua Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 7.

  Ika Arinia Indriyany, S.IP, M.A selaku Sekretaris Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Shanty Kartika Dewi, S.IP, M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis selama menempuh pendidikan di kampus ini.

  9. M. Rizky Godjali, S.IP, M.IP selaku kepala Laboratorium Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan banyak pembelajaran dan pengalaman kepada penulis sebagai bagian dari anggota Laboratorium Ilmu Pemerintahan.

  10. Semua Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

  11. Kawan-kawan seperjuangan Ilmu Pemerintahan 2014 dan yang penulis cintai Forum Keluarga Ilmu Pemerintahan (Forklip) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  12. Keluarga Pengurus HIMAIP 2015, DPM FISIP 2016, dan Anggota Laboratorium Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

  Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri dan berorganisasi.

13. Yang saya cintai dan sayangi Rumboy’s Family dan The Next Leader’s 14.

  Segala pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu menyelesaikan pembuatan skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, maka kritik dan sara yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan penelitian ini. Penulis berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

  Alhamdulillahirrabbil’alamiin. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

  Tangerang, 7 Juli 2018

  Penulis

  

ABSTRAK

Sifa Nurfadilah. NIM. 6670142378. 2018. Skripsi. Partisipasi Politik Civil

Society dalam Pilkada (Studi Kasus Rumah Dunia dalam Pilkada Banten

2017). Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I: Abdul

Hamid, Ph.D, Dosen Pembimbing II: M. Dian Hikmawan, S.Hum, M.A.

  Pilkada Provisi Banten 2017 merupakan pilkada pertama kali yang hanya diikuti dua pasangan calon yaitu Wahidin-Andika dan Rano-Embay. Dalam pilkada tentu tidak bisa dipisahkan dari peran serta civil society. Salah satu yang berperan dalam pilkada adalah Rumah Dunia yang merupakan civil society yang bergerak di bidang literasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi politik Rumah Dunia dalam pilkada, menganalisis mengapa Rumah Dunia berperan dalam pilkada dan apa saja yang dilakukan. Tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Adapun jenis data berupa data primer dan data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi politik Rumah Dunia dalam pilkada Banten tahun 2017 adalah bagian dari nilai yang selama ini diperjuangkan oleh Rumah Dunia yaitu menolak praktik korupsi. Diketahui, salah satu dari pasangan calon adalah bagian dari keluarga dinasti yang terkena kasus korupsi. Adapun partisipasi atau gerakan politik Rumah Dunia dalam mendukung pasangan Rano-Embay antara lain: Membantu proses pembuatan buku biografi Rano yaitu Si Doel dan melakukan roadshow bedah buku Si Doel di seluruh Kabupaten dan Kota di Banten, membuat tulisan yang dipublikasikan melalui media Rumah Dunia berbasis online Koranrumahdunia.com, bergabung dan menjadi bagian dari koalisi Gempa dan FBB, membuat meme atau gambar yang mempromosikan figur dari Rano-Embay dan tentang korupsi dan dinasti dan menghadiri deklarasi pasangan calon Rano-Embay.

  Kata Kunci: Civil Society, Partisipasi Politik, Pilkada Banten 2017

  

ABSTRACT

Sifa Nurfadilah. NIM. 6670142378. 2018. Skripsi. Political Participation of

Civil Society in Gubernatorial Election (A Case Study of Rumah Dunia in

2017 Banten Gubernatorial Election). Study Program of Government

Sciences, Faculty of Social and Political sciences, University of Sultan Ageng

Tirtayasa. Superviser I: Abdul Hamid, Ph.D, Superviser II: M. Dian

Hikmawan, S.Hum, M.A.

  Banten election 2017 is the first pilkada that only followed two candidate pairs namely Wahidin-Andika and Rano-Embay. In the pilkada certainly can not be separated from the participation of civil society. One of those who play a role in the election is Rumah Dunia which is a civil society engaged in the field of literacy. This study aims to determine the political participation of Rumah Dunia in election, analyze why Rumah Dunia role in election and what is done. Type of descriptive research with qualitative approach. The type of data in the form of primary data and secondary data. The results of this study indicate that the political participation of Rumah Dunia in the Banten regional election 2017 is part of the value that has been fought by Rumah Dunia is to reject the practice of corruption. Known, one of the candidate pairs is part of a family of political dynasties affected by corruption case. The participation or political movements of Rumah Dunia in support of Rano-Embay couples include: Helping the process of making Rano's biography book Si Doel and conducting Si Doel's surgical roadshows all of the districts and cities in Banten, making the writings published through online Rumah Dunia media Koranrumahdunia.com, join and be part of the Gempa and FBB coalitions, creates memes or images promoting figures from Rano-Embay and about corruption and political dynasties, and attend the declaration of the Rano-Embay candidates.

  Keywords: Civil Society, Political Participation, Banten Election 2017

  

DAFTAR ISI

  LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI..................................................................... ii KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... x

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 13 C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 13 D. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 13 E. Kegunaan Penelitian ..................................................................................... 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ............................................................................................ 16 1. Partisipasi Politik ...................................................................................... 16 2. Konsep Civil Society (Masyarakat Sipil) .................................................. 19 3. Gerakan Sosial Laclau & Maouffe ........................................................... 33 4. Demokrasi Lokal di Indonesia .................................................................. 43 B. Studi Terdahulu ........................................................................................... 47 C. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain penelitian ............................................................... 55

  C.

  Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 57 D.

  Teknik Analisa Data .................................................................................... 58 E. Instrumen Penelitian .................................................................................... 61 F. Lokasi dan Jadwal Penelitian ...................................................................... 62

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ............................................................................................. 64 Sejarah Rumah Dunia .................................................................................... 64 1. Politik Lokal di Banten ........................................................................... 76 2. Rumah Dunia dan Politik Dinasti di Banten ........................................... 89 B. Pembahasan ................................................................................................ 103 1. Rumah Dunia dan Pilkada Banten 2017 ................................................ 103 a. Partisipasi Politik Rumah Dunia Selama Pilkada Banten 2017 ...... 116 b. Ancaman dan Teror Terhadap Rumah Dunia Selama Pilkada Banten

  2017 ................................................................................................ 127 2. Resistensi Rumah Dunia Terhadap Dinasti Politi Ditinjau Dari Gerakan

  Sosial Politik Laclau dan Mouffe .......................................................... 130 a.

  Transisi Subjek Politik Rumah Dunia ............................................ 135 b. Dinasti Politik sebagai Rezim Hegemonik ..................................... 139 c. Antagonisme Politik Rumah Dunia Terhadap Dinasti Politik ........ 141

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................. 150 B. Saran ........................................................................................................... 152

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 154

LAMPIRAN ........................................................................................................ 158

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Formula Analisis CSO ............................................................................. 25 Tabel 2. Perbandingan Penelitian Terdahulu ......................................................... 51 Tabel 3. Informan penelitian .................................................................................. 61 Tabel 4. Waktu Pelaksanaan Penelitian ................................................................. 63 Tabel 5. Program Reguler Rumah Dunia ............................................................... 69 Tabel 6. Program Unggulan Rumah Dunia ............................................................ 70 Tabel 7. Struktur Organisasi Rumah Dunia ........................................................... 71 Tabel 8. Persebaran Politik Dinasti Atut di Lembaga Eksekutif dan Legislatif ... 82 Tabel 9. Keganjilan Dana Hibah Tahun 2011 menjelang Pilkada 2012 ................ 88 Tabel 10. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten 2006 ............ 104 Tabel 11. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten 2012 ............ 104 Tabel 12. Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten 2017 ............ 106 Tabel 13. Roadshow Bedah Buku Si Doel .......................................................... 117 Tabel 14. Daftar Tulisan Koran Rumah Dunia Tentang Pilkada dan Dinasti ..... 120 Tabel 15. Karakteristik Pemilih Banten .............................................................. 134

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Tulisan Gol A Gong di Koran Rumah Dunia ...................................... 10 Gambar 2. Skema Kerangka Berpikir .................................................................... 54 Gambar 3. Gol A Gong di Rumah Dunia .............................................................. 67 Gambar 4. Auditorium Surosowan ........................................................................ 75 Gambar 5. Beberapa Tokoh Pendiri Banten .......................................................... 77 Gambar 6. Atut berserta Keluarga ........................................................................ 84 Gambar 7. Salah Satu Dokumentasi Kegiatan di Rumah Dunia ........................... 93 Gambar 8. Toto ST. Radik, Pendiri Rumah Dunia. .............................................. 96 Gambar 9. Tanda Tangan Dana Hibah untuk Rumah Dunia dari Kemenpora RI 99 Gambar 10. Atut Ketika di Rumah Dunia Tahun 2006 ....................................... 101 Gambar 11. Elektabilitas Bakal Calon Gubernur Banten 2017 ........................... 111 Gambar 12. Pilihan Calon Wakil Gubernur Banten ............................................ 112 Gambar 13. Komunitas Buku si Doel di Bawaslu Banten .................................. 118 Gambar 14. Postingan Facebook Salah Satu Relawan Rumah Dunia ................. 126

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa transisi politik dari rezim orde baru ke reformasi membawa

  angin segar bagi proses demokratisasi di Indonesia. Reformasi politik pada tahun 1998 benar-benar telah mereformasi sendi-sendi politik bangsa Indonesia. Di awal reformasi, setelah runtuhnya rezim Soeharto yang selama 32 tahun memimpin Indonesia secara otoriter, para penggerak reformasi menuntut Indonesia untuk menerapkan sistem politik yang demokratis. Untuk memenuhi aspirasi rakyat yang digemakan oleh gerakan reformis, perubahan- perubahan mendasar harus di tegakkan, termasuk perubahan menyeluruh pada semua pranata sosial, politik dan ekonomi, dan perubahan pada basis hubungan antara rakyat dan negara. Perubahan-perubahan itu ditandai dengan diadakan pemilu langsung, adanya kebebasan pers, mengurangi peran militer dalam politik dan lain sebagainya yang mengarah pada demokratisasi di Indonesia.

  Praktek demokrasi dengan pemberian otoritas politik yang lebih besar kepada rakyat diyakini hanya akan efektif terjadi jika pusaran mekanisme pengelolaan pemerintahan didesentralisasikan kepada otoritas yang makin dekat dengan rakyat. Karenanya pemberian kewenangan kepada satuan kekuasaan pemerintahan yang lebih kecil dan lebih dekat dengan rakyat

  2002: 31). Atas dasar pemikiran diatas, wacana desentralisasi tumbuh berkembang mengiringi berbagai perubahan kearah demokratisasi politik tersebut.

  Namun pada kenyataannya semangat awal desentralisasi dan otonomi daerah untuk perubahan terkadang tidak berjalan dengan baik dikarenakan muncul masalah-masalah baru di tingkatan lokal. Tidak sedikit daerah yang dikuasi oleh kekuasaan dominan dan dikendalikan oleh bos-bos lokal seperti yang terjadi di Provinsi Banten yang berdirinya berbarengan dengan semangat reformasi dan merupakan daerah hasil pemekaran dari Provinsi Jawa Barat.

  Banten selama ini dikenal dengan dominasi politik di bawah dinasti politik tertentu, yaitu dinasti keluarga Tb. Chasan Sochib. Tidak bisa dipungkiri Tb. Chasan Sochib adalah aktor yang mampu mengendalikan kekuasaan Banten melebihi aktor politik formal. Relasi antara penguasa, pengusaha, kyai dan jawara tersentral di Tb. Chasan Sochib. Hal yang mencuat ke permukaan adalah dia berhasil mengantarkan anaknya, Ratu Atut Chasiyah menjadi Wakil Gubernur pertama di Banten melalui cara-cara politik tidak sehat seperti adanya indikasi money politic dan intimidasi.

  Selama masih hidup, Tb. Chasan juga mampu mengendalikan seluruh proyek- proyek infrastruktur fisik, pengadaan barang dan jasa, dan melakukan intimidasi proyek kepada pesaing-pesaingnya. Bahkan dia bisa mengarahkan dan menekan pemerintah provinsi untuk mengakomodasi kepentingannya pada saat penyusunan dan penetapan program pembangunan (proyek) tahunan. Maka tidak heran jika dia disebut atau dijuluki sebagai Gubernur Jenderal di Banten (Hidayat, 2007, Masaaki & Hamid, 2008).

  Setelah Chasan Sochib wafat, kekuatan kekuasaan keluarganya tidak menghilang begitu saja tapi terwarisi pada anaknya yaitu Ratu Atut Chasiyah dan sanak keluarga lain yang mampu menduduki posisi strategis di tampu kekuasaan di Banten melalui ajang sarana pilkada. Setelah menjadi Wakil Gubernur, Atut menjadi Gubernur Banten dua periode yaitu periode 2007- 2012 dan 2012-2017, namun pada tahun 2014 Atut dinonaktifkan dari jabatannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono karena menjadi tersangka terkait kasus suap pilkada di Mahkamah Konstitusi (MK).

  Pada pilkada 2015, Adik ipar Atut, yaitu Airin Rachmi Diany terpilih menjadi Wali Kota Tangerang Selatan periode 2015- 2020 yang diperiode sebelumnya juga menjadi sebagai Wali kota Tangerang Selatan. Adik Atut, Tatu Chasanah memenangkan Pilkada Kabupaten Serang dan terpilih menjadi Bupati Kabupaten Serang periode 2015-2020. Menantu Atut Chosiyah, Tanto Warsono Arban terpilih menjadi Wakil Bupati Pandeglang periode 2015- 2020. Dan pada pilkada serentak 2017 kemarin, Andhika Hazrumy yang merupakan anak dari Atut terpilih menjadi Wakil Gubernur Banten periode 2017-2022 dengan memperoleh 50,95% suara (Detik. 2014. akses 24 desember 2017).

  Selain kental dengan budaya politik dinasti, Banten juga menjadi salah satu provinsi yang rawan akan praktik korupsi. Tidak bisa dipungkiri baik secara langsung atau pun tidak langsung bahwa politik dinasti menjadi lahan subur untuk melakukan praktik korupsi. Hal ini dikarenakan berkumpulnya kekuasaan pada segelintir orang. Dan ini terbukti di tahun 2013 silam, Tb. Chaeri Wardana (Wawan) seorang pengusaha yang juga adik mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus suap pilkada Lebak. Berdasarkan pengembangan penyidikan KPK juga menetapkan Atut sebagai tersangka dalam kasus suap ini. Tidak berhenti pada suap pilkada Lebak, KPK terus mengusut dugaan keterlibatan Wawan dan Atut dalam kasus yang lain. Akhirnya KPK menetapkan Wawan dan Atut sebagai tersangka pengadaan alat kesehatan Banten. Lebih lanjut KPK juga menetapkan Wawan sebagai tersangka dalam Tindak Pidana Pencucian Uang setelah melakukan penelusuran berkoordinasi dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK).

  Ketua KPK Abraham Samad pernah menyatakan (Pukat UGM, 2014 : 10) bahwa korupsi di Banten adalah kejahatan keluarga, dan korupsi di Banten tidak hanya pada pengadaan alat kesehatan saja, tetapi juga pada proyek-proyek infrastruktur dan bantuan sosial. Kuatnya dinasti Atut di Banten yang menguasai banyak jabatan publik disinyalir memudahkan terjadinya korupsi. Pengawasan baik internal pemerintahan maupun pengawasan eksternal seakan tidak berjalan.

  Persoalan lain di Banten adalah sikap pragmatisme masyarakat dalam praktik berpolitik. Budaya masyarakat di Banten masih sangat kental dengan unsur politik uang. Hasil riset yang dilakukan oleh Abdul Hamid yang disampaikan pada seminar nasional Ilmu Pemerintahan Untirta (November, 2016) menunjukan bahwa partisipasi masyarakat di Banten dalam menggunakan hak pilihnya sebagian besar tidak berdasarkan kesadaran politik melainkan didorong oleh adanya politik uang. Artinya, masyarakat akan datang ke TPS saat hari pencoblosan apabila mereka mendapatkan sejumlah uang atau barang tertentu dari pasangan calon.

  Menurut hasil survei yang disampaikan oleh Hamid dalam seminar nasional Ilmu Pemerintahan Untirta (2016) sebanyak 71,3 persen publik menganggap pemberian uang dalam pilkada adalah sebagai hal yang wajar dan sebanyak 69,4 persen pemberian sejumlah uang dari pasangan calon kepala daerah akan berpengaruh terhadap pilihan pasangan calon kepala daerah, sedangkan 45,6 persen, masyarakat menerima pemberian sejumlah uang atau barang dan akan memilih calon yang memberi sejumlah uang atau barang tersebut. Hasil dari riset ini menunjukan bahwa efektivitas politik uang sangat tinggi di Banten. Selain karena pendidikan politik masyarakat Banten yang masih rendah, keberadaannya malah dimanfaatkan oleh para elit lokal dengan menggunakan strategi politik demi mencapai suksesi dalam pilkada.

  Melihat kenyataan seperti itu dimana kekuasaan dikendalikan oleh satu kelompok dominan dan didukung dengan budaya masyarakat yang pragmatis tidaklah heran jika Banten menjadi salah satu daerah yang rawan korupsi. Menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Banten termasuk tiga daerah yang paling langganan korupsi bersama dua daerah lain yaitu Riau dan Sumatera Utara (Detik, 2016

  Dengan kondisi Banten yang demikian, semangat menuju perubahan yang lebih baik terus dilakukan. Pilkada berusaha dikendalikan kembali sebagai ajang pemilihan kepala daerah terbaik yang memiliki integritas dan kemampuan yang kompeten sebagaimana dengan semangat hadirnya undang- undang (UU) NO. 32 Tahun 2004 silam tentang Pemerintahan Daerah, yang mana pemilihan kepala daerah (Gubernur dan Bupati/ Wali Kota) dilakukan secara langsung atau dengan kata lain melibatkan partisipasi langsung masyarakat dalam memilih kepala daerah yang terbaik.

  Dan dalam perjalanannya Pilkada melakukan pembaharuan dalam rangka mencapai tujuan pilkada yang lebih berkualitas yaitu dengan menerapkan pilkada secara serentak atau biasa di sebut dengan pilkada serentak yang saat ini menjadi arena baru bagi perpolitikan Indonesia. Bukan hanya pada persoalan berbeda waktu pelaksanaan, sistem pelaksanaan, prosedur dan mekanisme pemilihannya, tetapi juga tetapi juga soal, yang oleh Brian C. Smith dan Robert Dahl, adalah untuk menciptakan local

  

accountability, political equity dan local responsiveness (Suara KPU, edisi II

2015: 4).

  Pilkada serentak secara nasional baru akan terlaksana pada tahun 2024, karena itu terdapat 3 tahapan transisional pilkada serentak di daerah untuk kemudian mencapai pilkada serentak secara nasional. Pilkada serentak transisional tahap I sudah berlangsung pada tahun 2015 lalu di 269 wilayah, yakni 9 provinsi, 224 kabupaten, dan 36 kota. Begitu pula pilkada serentak transisional tahap II sudah berlangsung pada tahun 2017 di 101 wilayah, yakni 7 provinsi, 76 kabupaten dan 18 kota. Sedangkan pilkada serentak transisional tahap III akan berlangsung pada tahun 2018 mendatang di 171 wilayah yang mencakup 17 provinsi, 115 kabupaten dan 39 kota.

  Banten sendiri telah melaksanakan Pilkada serentak di tahun 2017 kemarin. Pemilihan kepala daerah Banten hanya diikuti oleh dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yaitu Wahidin Halim yang berpasangan dengan Andhika Hazrumy diusung oleh partai politik Demokrat, Golongan Karya, Hati Nurani Rakyat, Partai Kesatuan Bangsa, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera dan Partai Gerakan Indonesia Raya, dan Rano Karno berpasangan dengan Embay Mulya Syarief yang diusung oleh partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Persatuan Pembangunan dan Nasional Demokrat. Andhika Hazrumy sendiri adalah bagian dari keluarga dinasti yaitu anak dari Ratu Atut.

  Sebelumnya, ada empat pasangan calon perseorangan yang mendaftarkan diri sebagai calon Gubernur dan Wakil Gubernur ke KPUD Banten melalui jalur independen. Keempat bakal pasangan calon adalah H. Yayan Sofyan dan Ratu Enong Mandala, KH. Tb. Sangadilah dan Subadri Martadinata, R. Achmad Dimyati Natakusumah dan Hj. Yemelia, serta Ampi Nurkamal Tanudjiwa dan Maryani. Namun dari keempat bakal pasangan calon perseorangan, tidak ada satupun yang lolos dalam tahapan proses verifikasi administratif yaitu harus mengumpulkan dukungan KTP minimal berjumlah 601.805 dukungan yang minimal tersebar di lima kabupaten/kota di Banten (Suara KPU edisi September, 2016). Pada akhirnya, hanya ada dua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Banten yang di usung partai politik yang bertarung dalam pemilihan kepala daerah Banten.

  Ketika perhelatan Pilkada Banten 2017 kemarin, muncul beberapa gerakan sosial dari kelompok civil society yang bergerak pada pencerdesan politik masyarakat Banten. Tentu ini melihat kenyataan situasi politik di Banten yang menyedihkan dan didukung ruang publik yang saat ini semakin terbuka ternyata mampu memberi semacam tenaga pendorong baru bagi menjamurnya gerakan sosial. Diantaranya adalah komunitas Banten Memilih, Untuk Banten dan Ayo Banten. Komunitas-komunitas tersebut lahir dari anak-anak muda Banten yang memiliki keprihatinan bersama dengan perilaku politik masyarakat Banten yang cenderung pragmatis.

  Selain itu juga muncul gerakan-gerakan yang menyoroti praktik korupsi di Banten salah satunya Forum Banten Bersih (FBB) yang memiliki gerakan berorientasi pada penolakan dinasti politik dan praktik korupsi. Kemudian, ada pula Gerakan Menolak Politik Dinasti (Gempa) yang juga memiliki gerakan sama dengan Forum Banten Bersih, keduanya sama-sama melakukan resistensi kepada korupsi dan resistensi atas kekuasaan dominan yang dikendalikan oleh dinasti politik Atut atau disebut sebagai rezim hegemonik yang mana dinasti politik membentuk cara untuk mempertahankan dominasinya atas kelompok yang dikuasai dalam hal ini kekuasaan di wilayah Banten. Ketika ada kekuasaan yang dominan biasanya ada pertentangan di dalamnya.

  Gerakan-gerakan sipil yang terbangun tidak hanya pada saat momentum Pilkada, banyak juga gerakan yang tidak bersifat momental. Di Banten sendiri, jumlah Civil Society Organization (CSO) atau Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bisa terbilang cukup banyak. Menurut data dari Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Banten terdapat 1.432 CSO/LSM, walaupun dari jumlah tersebut hanya 93 yang surat keterangannya masih terdaftar (Detak Bante diakses pada 5 Februari 2018). Banyaknya jumlah CSO di tengah iklim demokratisasi adalah hal wajar, kehadiran civil society tentu merupakan faktor penting karena kapsitas mereka dalam mendorong peningkatan kesadaran partisipasi masyarakat yang lebih inklusif.

  Salah satu Civil Society Organization di Banten adalah Rumah Dunia yang bergerak di bidang literasi. Persoalan dinasti politik dan budaya politik masyarakat Banten yang pragmatis tentu berkaitan dengan budaya literasi. Karena literasi bukan lagi pada persoalan membaca dan menulis, saat ini literasi berkenaan dengan praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik. Untuk meningkatkan kesadaran berpolitik masyarakat bisa ditumbuhkan oleh kekuatan literasi. Dengan tradisi literasi yang kuatlah demokrasi bisa tumbuh dengan kuat.

  Pada Pilkada Banten 2017, Rumah Dunia menjadi salah satu bagian kalangan civil society yang turut terlibat aktif mendukung salah satu pasangan calon gubernur Banten. Apa yang digelorakannya selama ini tidak lepas dari penolakan terhadap dinasti Banten Ratu Atut Chasiyah yang dianggap sebagai akar permasalah korupsi yang menghambat pembangunan di Banten. Hal ini dibenarkan oleh Presiden Rumah Dunia (2017) mendukung salah satu pasangan calon yang tidak memiliki ikatan dengan dinasti politik dan dianggap bersih dari praktik korupsi.

  

Gambar 1. Salah satu postingan Gol A Gong di Koran Rumah Dunia

  (Sumber : Koranrumahdunia.com) Gol A Gong sebagai pendiri Rumah Dunia tidak jarang mengeluarkan kritik terhadap dinasti politik. Salah satu postingan di koran rumah dunia dengan judul “Gol A Gong, Rumah Dunia dan Politik” salah satu kalimat tahun Banten di era Atut, Ibu Andika, terpuruk oleh prilaku KKN para pemimpinnya (Koran rumah Dunia. 2016. diakses pada 17 November 2017). Terdapat juga tulisan-tulisan kritik Gol A Gong lainnya yang diarahkan pada salah satu pasangan calon Gubernur Banten.

  Rumah Dunia sebagai kelompok civil society. memiliki otonomi baik terhadap pengaruh dan intervensi negara maupun lembaga-lembaga bisnis atau masyarakat ekonomi. Secara sederhana otonomi mengandung makna kemandirian sekaligus kebebasan. Otonomi dalam pengertian politik adalah tingkat kebebasan tertentu yang dimiliki oleh sebuah organisasi atau kelompok tertentu yang dilakukan oleh pihak lain.

  Rumah Dunia sendiri merupakan pendidikan masyarakat non formal yang berkutat di bidang sastra, jurnalistik, teater, musik dan menggambar.

  Visinya adalah mencerdaskan dan membentuk generasi baru yang kritis di Banten. Misi untuk menjalankan visi tersebut adalah dengan mengadakan diskusi terhadap isu sosial, budaya, politik dan sebagainya, mengadakan bedah buku, menerbitkan buku, menyelenggarakan pelatihan kepenulisan dan jurnalistik, melakukan pertunjukan seni dan berbagai kegiatan lainnya (Koran Rumah Dunia. 2014 koranrumahdunia.com diakses pada 17 November 2017).

  Dari awal didirikan sampai sekarang, Rumah Dunia konsen pada gerakan moral dan kebudayaan. Rumah Dunia bukan saja untuk tempat membaca buku, belajar menulis, teater tetapi mempunyai suatu gerakan yang melakukan perlawanan pada permasalahan yang terjadi di Banten. Rumah Dunia kerap hadir paling terdepan jika dihadapkan masalah sosial salah satunya adalah pada persoalan korupsi. Seperti yang diutarakan oleh presiden Rumah Dunia Ahmad Wayang (wawancara, 2017), bahwasanya Rumah Dunia menolak keras praktik-praktik korupsi di Banten. Hal ini dapat dilihat dengan kerja sama yang dilakukan oleh Rumah Dunia dengan lembaga anti korupsi negara yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan juga

  

Indonesia Corruption Watch (ICW) yang merupakan organisasi non-

pemerintah yang bergerak di bidang korupsi.

  Dan pada musim perhelatan Pilkada Banten berlangsung, bersama dengan ICW, Rumah Dunia juga menggelar acara bedah buku karya peneliti rekan- rekan ICW dengan judul buku “Dinasti Banten”. Dalam diskusi itu beranggapan pemberantasan korupsi akan lebih mudah terwujud ketika dibarengi dengan upaya meruntuhkan legitimasi politik dan kekuasaan kelompok dinasti Atut di pemerintahan (Berita Cilegon, 2016. Diakses pada diakses pada 4 Juni 2017). Diskusi-disksusi semacam ini yang berlangsung di musim Pilkada tentunya membuat keberpihakan politik Rumah Dunia menjadi sangat kentara.

  Tulisan ini bermaksud menjelaskan bagaimana Partisipasi Politik Rumah Dunia pada perhelatan pemilihan gubernur Banten 2017. Diketahui, salah satu dari kedua pasangan calon Gubernur dan wakil gubernur Banten adalah berasal dari keluarga dinasti politik Banten yaitu Andika Hazrumy yang merupakan anak dari mantan Gubernur Ratu Atut Chasiyah. Rumah Dunia sebagai gerakan yang menentang keras keberadaan dinasti politik di Banten, menjadi menarik untuk didalami lebih mendalam mengenai partisipasi politiknya sebagai civil society yang cukup berpengaruh di Banten dalam pilgub Banten 2017. Terlebih Rumah Dunia adalah komunitas yang bergerak di bidang literasi menjadi menarik pula ketika ikut terlibat mendukung salah satu pasangan calon.

  B. Identifikasi Masalah 1.

  Dunia politik Banten di dominasi oleh dinasti politik 2. Tingkat korupsi yang tinggi di Banten 3. Budaya pragmatis (money politic) yang tinggi di masyarakat Banten 4. Rumah dunia yang selama ini bergerak di bidang literasi kemudian mendukung salah satu pasangan calon gubernur Banten 2017

  C. Rumusan Masalah

  Bagaimana Partisipasi Politik Rumah Dunia dalam Pemilihan Gubernur Banten 2017? D.

   Tujuan Penelitian

  Untuk mengetahui partisipasi politik Rumah Dunia dalam pemilihan Gubernur Banten 2017.

E. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis a.

  Memberikan sumbangan pemikiran dalam penelitian tentang keterlibatan civil society dalam pilkada Banten 2017.

  b.

  Pengkajian ini dapat memunculkan argumen-argumen ilmiah baru dalam melihat peran Rumah Dunia dalam pelaksanaan sebuah sistem Pilkada.

  c.

  Merangsang terhadap adanya pengembangan penelitian-penelitian politik lainnya dimasa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

  1) Untuk mengetahui tentang posisi Rumah Dunia dalam kontestasi pilkada Banten 2017

  2) Untuk memenuhi tugas mata kuliah skripsi pada jenjang perkuliahan semester 8 Program Studi Ilmu Pemerintahan.

b. Bagi LSM/CSO

  1) Pengkajian ini diupayakan dapat digunakan sebagai acuan

  LSM/CSO dalam menjalankan perannya dalam sebuah sistem politik.

  2) pengkajian ini dapat dijadikan referensi oleh LSM/CSO untuk meningkatkan fungsi yang dijalankannya.

c. Bagi Masyarakat

  1) Untuk dapat mengetahui posisi LSM dalam keterlibatannya sebagai civil society pada Pilkada Banten 2017.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Partisipasi Politik Partisipasi politik merupakan salah satu aspek penting dari demokrasi. Karena demokrasi bersifat inklusif dari campur tangan warga negaranya. Demokrasi memberikan ruang sebesar-besarnya kepada warga negara untuk terlibat aktif dalam setiap proses pembuatan dan pengambilan keputusan. Asumsi yang mendasari demokrasi (partisipasi) adalah orang yang paling

  tahu tentang apa yang baik bagi dirinya adalah orang itu sendiri. Karena keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warganegara maka warga masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan yang mempengaruhi hidupnya dalam keikutsertaan warganegara dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

  Partisipasi berasal dari bahasa latin yaitu pars yang artinya bagian dan

  capere yang artinya mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik

  negara. Apabila digabungkan berarti “mengambil bagian”. Dalam bahasa inggris, partisipate atau participation berarti mengambil bagian atau peranan.

  Jadi partisipasi berarti mengambil peranan dalam aktivitas atau kegiatan politik negara (Suharno, 2004:102-103).

  Hunington dan Nelson (1984: 3) berpendapat partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi itu dapat secara perseorangan atau kolektif, terorganisasi atau secara spontan, secara sinambung atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal atau illegal, efektif atau tidak efektif.

  Sedangkan menurut Miriam Budiarjo (2013: 367) menyatakan bahwa partisipasi politik secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut secara aktif dalam kehidupan politik, yaitu dengan jalan memilih pemimpin Negara dan langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan publik (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, mengahadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan (contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota perlemen, dan sebagainya.

  Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah keikutsertaan individu atau kelompok dalam menyampaikan saran atau pendapat untuk mempengaruhi kebijakan yang dibuat oleh pemerintah agar terjadi suatu perubahan kearah yang lebih baik. Rumah Dunia sebagai komunitas menjadi kelompok yang berpartisipasi dalam politik karena partisipasi politik bukan hanya menyasar pada perseorangan namun bisa dalam bentuk kelompok.

  Kemudian bentuk-bentuk partisipasi politik dapat dilakukan melalui berbagai macam kegiatan dan melalui berbagai wahana. Namun bentuk- bentuk partisipasi politik yang terjadi di berbagai negara dapat dibedakan menjadi kegiatan politik dalam bentuk konvensional dan nonkonvensional, sebagaimana dikemukakan oleh Gabriel Almond. Bentuk partisipasi politik individu atau kelompok menurut Gabriel Almond dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk konvensional dan bentuk non konvensional.

1. Bentuk konvensional a.

  Dengan pemberian suara (voting) b.

  Dengan diskusi kelompok c. Dengan kegiatan kampanye d.

  Dengan membentuk atau bergabung dengan kelompok kepentingan e. Dengan komunikasi individual dengan pejabat politik atau administratif f.

  Dengan pengajuan petisi 2. Bentuk nonkonvensional antara lain: a.

  Kegiatan Pemilihan, mencakup memberikan suara, akan tetapi juga sumbangan-sumbangan untuk kampanye, bekerja dalam suatu pemilihan, mencari dukungan bagi seorang calon, atau setiap tindakan yang bertujuan mempengaruhi hasil proses pemilihan.

  b.

  Lobby, yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka tentang suatu isu. c.

  Kegiatan Organisasi, yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.

  d.

  Contacting, yaitu upaya individu atau kelompok dalam membangun jaringan dengan pejabat-pejabat pemerintah guna mempengaruhi keputusan mereka, dan e. Tindakan Kekerasan (violence), yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik manusia atau harta benda, termasuk di sini adalah huru-hara, teror, kudeta, pembutuhan politik (assassination), revolusi dan pemberontakan.

2. Masyarakat Sipil (Civil Society) a. Konsep Masyarakat Sipil

  Masyarakat sipil adalah masyarakat dengan ciri-cirinya yang terbuka, egaliter, bebas dari dominasi, dan tekanan negara. Masyarakat sipil merupakan elemen yang sangat signifikan dalam membangun demokrasi. Posisi penting masyarakat sipil dalam pembangunan demokrasi adalah adanya partisipasi masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh negara atau pemerintah.

  Masyarakat sipil mensyaratkan adanya keterlibatan warga negara

  (civic engagement) melalui asosiasi-asosiasi sosial yang didirikan secara

  sukarela. Keterlibatan warga negara memungkinkan tumbuhnya sikap terbuka, percaya, dan toleran antar-individu dan kelompok yang berbeda. Sikap-sikap ini sangat penting bagi bangunan politik Indonesia.

  Sebagai sebuah wacana, civil society adalah produk sejarah dari masyarakat Barat modern. Kemunculannya berbarengan dengan proses modernisasi, terutama terjadi pada saat proses transformasi dari pola kehidupan yang masih berbentuk feodal menuju masyarakat industrial kapitalis. Adam Ferguson adalah yang pertama kali mengemukakan mengenai civil society dalam konteks Eropa Barat pada abad ke-18 yang berkaitan dengan tumbuhnya sistem ekonomi pasar (Hikam, 1996: 224). Kemudian J.J. Rosseau dan John Locke, adalah tokoh-tokoh yang memberikan landasan filosofis bagi sistem politik yang memberi penghargaan pada kedaulatan individu, emansipatoris dan persaudaraan manusia.

  Selanjutnya konsep civil society tersebut banyak mengalami pola pemaknaan, sejalan dengan perubahan sosio-historis tempat gagasan itu dirumuskan. Dalam sejumlah literatur mengenai konsep civil society, terdapat lima corak pemikiran yang mewarnai sejarah Barat.

  Pertama , civil society di pahami sebagai sistem ketatanegaraan.

  Dalam hal ini, civil society identik dengan negara. Pemahaman tersebut di kembangkan oleh Aristoteles (384-322 SM), Marcus Tullius Cicero (106-

  43 SM), Thomas Hobbes (1588-1679) dan John Locke (1632-1704). Hanya saja, Aristoteles tidak menggunakan istilah civil society, melainkan koinonia politike, yakni sebuah komunitas politik tempat warga dapat terlibat langsung dalam pengambilan keputusan baik itu dalam bidang ekonomi maupun politik. Cicero pun berbeda dengan Aristoteles, ia menamakannya dengan societas civilis, yaitu sebuah komunitas yang mendominasi sejumlah komunitas lain. Sedangkan Thomas Hobbes dan John locke memaknainya sebagai tahapan lebih lanjut dari natural society, sehingga civil society sama dengan negara (Rahmat, 2003).

  Kedua, dengan mengambil konteks sosial-politik Skotlandia,

  Adam Ferguson (1767 ) memberi tekanan terhadap makna civil society sebagai visi etis dalam kehidupan bermasyarakat. Ia menggunakan pemahaman ini untuk mengantisipasi perubahan sosial yang diakibatkan oleh revolusi industri dan munculnya kapitalisme. Menurut Ferguson, munculnya ekonomi pasar bisa melunturkan tanggung jawab publik dari warga karena dorongan pemuasan kepentingan pribadi. Civil society disini, lebih dipahami sebagai entitas yang sarat dengan visi etis berupa rasa solider dan kasih sayang antar sesama, dan ini kebalikan dari masyarakat primitf atau masyarakat barbar.

  Ketiga , dalam pemaknaan Thomas Paine (1792), civil society

  merupakan antitesis negara atau cenderung dalam posisi yang berhadapan dengan negara. Keempat, yang menjadi tokoh pemikirnya antara lain Hegel, Marx dan Gramsci. Dalam hal ini, Hegel mengembangkan civil

  

society yang subordinat terhadap negara. Hal ini didasari karena civil