SKRIPSI AGUS SETYA GUNAWAN

  

METODE PENDIDIKAN ISLAM PERSPEKTIF M. QURAISH SHIHAB

(Kajian Surat Ibrahim Ayat 24-26)

SKRIPSI

  

Oleh :

AGUS SETYA GUNAWAN

NIM: 210314356

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

(IAIN) PONOROGO

AGUSTUS 2018

  

ABSTRAK

Gunawan, Agus Setya. 2018. Metode Pendidikan Islam Perspektif M. Quraish

  Shihab (Kajian Surat Ibrahim Ayat 24-26). Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. Umar Sidiq, M.Ag.

  Kata kunci: Metode Pendidikan Islam, Surat Ibrahim, M. Quraish Shihab

  Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Sebagai seorang muslim seyogyanya untuk memperhatikan pendidikan terkhusus pendidikan Islam. Beberapa metode pendidikan Islam telah disinggung dalam al- Qur’an. Sebagai contoh adalah Surat Ibrahim ayat 24-26 menurut Tafsir al- Mishbah. Tafsir al-Mishbah adalah karya monumental dari M. Quraish Shihab menggunakan bahasa Indonesia dengan pemilihan kata yang bagus. Pembahasannya dimulai dari penjelasan surat, ayat-ayatnya dikelompokkan kemudian dijelaskan sesuai kelompok ayat tersebut menggunakan bahasa yang lugas, jelas dan terarah sehingga membuat pembaca hanyut dalam makna kandungan tafsir tersebut. Tafsir al-Mishbah bisa dibaca dan dipelajari oleh semua kalangan tanpa memandang orang itu menguasai ilmu nahwu sharaf, balaghoh, mantik dan seperangkat ilmu tafsir.

  Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menjelaskan metode pendidikan Islam yang terkandung dalam Surat Ibrahim ayat 24-26 menurut Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab, (2) Menjelaskan relevansi metode pendidikan Islam yang terkandung dalam Surat Ibrahim ayat 24-26 menurut Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab dengan pendidikan agama Islam. Fokus penelitian ini adalah Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab.

  Penelitian ini dikategorikan dalam jenis penelitian kepustakaan (library

  reseach) atau

  “kualitatif literal”. Oleh karena itu teknik pengumpulan data yang tepat pada penelitian ini adalah metode dokumentasi yang dilakukan melalui kajian atau telaah literatur, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau tulisan, majalah, surat kabar, jurnal dan sebagainya yang relevan dengan objek pembahasan yang dimaksud. Dalam menganalisis data, setelah data terkumpul, metode yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis data yang telah diperoleh tersebut adalah metode

  “content analysis” atau yang lebih dikenal dengan istilah "analisis isi". Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Di dalam surat Ibrahim ayat 24- 26 perspektif tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab terdapat tiga metode pendidikan Islam yaitu: metode amtsal/perumpamaan, metode

  

uswah/keteladanan, metode hafalan, (2) Ketiga metode ini memiliki relevansi

  dengan pendidikan Agama Islam. Metode amtsal/perumpamaan relevan dengan metodologi pelajaran Fikih dan al- Qur’an Hadits. Metode uswah/keteladanan relevan dengan metodologi pelajaran Akidah dan Akhlak. Sedangkan metode hafalan relevan dengan metodologi pelajaran pelajaran Bahasa Arab, al-

  Qur’an Hadis, dan SKI serta pada pendidikan pesantren salaf.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia. Tanpa

  pendidikan yang baik dan memadai, hidup manusia akan serba tidak beraturan dan tidak terarah alur kehidupan dan masa depannya. Sebagai seorang muslim, sudah seyogyanya bagi kita untuk memperhatikan pendidikan terkhusus pendidikan Islam. Untuk muslim apabila ingin mulia dunia akhirat, sukses dunia akhirat, nyaman dan tentram dalam semua lini kehidupan, maka pendidikan Islam lah hal yang harus pertama kali diurusi.

  Pendidikan Islam itu sendiri adalah sebuah pendidikan yang bercorak dan berwarna Islam. Juga bisa diartikan bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang diperoleh dari lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, madrasah, majlis taklim, pengajian umum dan sebagainya. Tujuan dari pendidikan Islam itu sendiri tidak lain adalah untuk membentuk manusia-manusia yang berilmu, beramal, dan bertakwa serta dilandasi akhlakul karimah. Dengan demikian, pendidikan pada akhirnya akan membentuk insan kamil dan bermartabat di mata Allah Dzat yang telah menciptakan seluruh alam dan makhluk hidup.

  Pengertian pendidikan Islam secara terminologi, sebagaimana diungkapkan oleh Ahmad Tafsir, secara sederhana sering diartikan dengan pendidikan yang berdasarkan Islam. Dalam pengertian yang lain, dikatakan bahwa pendidikan Islam adalah proses mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya, baik dengan lisan maupun tulisan.

  Sedangkan Marimba memberikan definisi pendidikan Islam sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam, menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam. Dari pengertian tersebut, sangat jelas bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian secara utuh dan

  1 menyeluruh, menyangkut aspek jasmani dan rohani.

  Al-Syaibani mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Sementara tujuan akhir yang akan dicapai adalah mengembangkan fitrah peserta didik, baik ruh, fisik, kemauan, dan akalnya secara dinamis, sehingga akan terbentuk pribadi yang

  2 utuh dan mendukung bagi pelaksanaan fungsinya khalifah fil ard}.

  Allah Swt berfirman dalam surat al-Dhariyat ayat 56 :

        

  1 Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), 9. 2 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002), 36. Artinya:

  “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya

  3 mereka menyembah- Ku.”

  Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan agar menyembah-Nya. Pendapat tersebut sama dengan pendapat al-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut adalah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan. Tak seorang pun yang dapat memberikan manfaat atau mendatangkan mudarat karena kesemuanya adalah dengan kehendak Allah.

  Ayat tersebut menguatkan perintah mengingat Allah Swt. dan memerintahkan

  4 manusia agar melakukan ibadah kepada Allah.

  Ibadah yang dilakukan dalam rangka memenuhi perintah Allah tidak serta merta dilakukan secara serampangan tapi haruslah sesuai dengan syari’at Islam. Tata cara ibadah diperoleh dengan adanya pendidikan Islam agar tujuan memahami syari’at bisa dicapai. Agar tujuan memahami syari’at dan orientasi dari pendidikan Islam bisa dicapai diperlukanlah sebuah metode pendidikan Islam yang tepat pula. Metode merupakan suatu cara atau jalan yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu. 3 Departemen Agama RI, Al-

  Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penterjemah/Penafsir Al- Qur’an, 1990), 862. 4 Kementerian Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya Jilid 9 Juz 25-26-27 (Jakarta: Kementerian Agama RI, 2012), 488.

  Dalam Bahasa Arab metode disebut “t{ariqat . Dalam Kamus Besar

  Ba hasa Indonesia, “metode” adalah: Cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna

  5

  mencapai tujuan yang ditentukan. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan metodologi pendidikan Islam adalah cara yang dapat ditempuh dalam

  6 memudahkan pencapaian tujuan pendidikan Islam.

  Di dalam al- Qur’an terdapat berbagai metode mengajar dalam pendidikan

  Islam. Di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Metode Ceramah

  Metode ceramah adalah, suatu pengajian atau penyampaian informasi melalui penuturan secara lisan oleh pendidik kepada peserta didik. Firman Allah Swt:

  

           

           

  Artinya:

  “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya (2). Kami menceritakan

kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan al-Qur

’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya

  5 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2016), 910. 6 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta Selatan: Ciputat Pers, 2002), 40-41.

  adalah termasuk orang- orang yang belum mengetahui.(3).”(Q.S. Yusuf: 2-

  7

  3)

  2. Metode Diskusi Metode diskusi adalah suatu cara penyajian/penyampaian bahan pembelajaran di mana pendidik memberikan kesempatan kepada peserta didik membicarakan dan menganalisis secara ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas suatu masalah. Abd. al-Rahman al-Nahlawi menyebut dengan metode hiwar (dialog). Firman Allah Swt:

  

            

            

    

  Artinya: “Dan mereka berkata:"Aduhai celakalah kita!" Inilah hari pembalasan.

  

Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya. (kepada Malaikat

diperintahkan): "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat

mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah, selain Allah; Maka

  8 tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka.

  (Q.S. ash-Shaaffat ayat: 20-23)

  3. Metode Amtsal Metode amtsal yaitu, suatu cara mengajar, di mana guru menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat/melalui contoh atau

  9

  perumpamaan. Firman Allah Swt:

  7 8 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya,348.

  Departemen Agama RI, Al- 9 Qur’an dan Terjemahnya,718-719.

  Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), 193-197.

  

           

     

  Artinya :

  “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api neraka , setelah api itu menerangi mereka sekelilingnya Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka dan membiarkan mereka

  10 dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (QS. al-Baqarah:17)

  Selain di atas masih banyak metode pendidikan Islam yang terdapat dalam al- Qur’an.

  Penulis melihat bahwa dalam Surat Ibrahim ayat 24-26 menurut Tafsir al-Mishbah juga terdapat kandungan yang menjelaskan tentang metode pendidikan Islam. Ini merupakan hal yang menarik untuk dipelajari secara lebih mendalam metode apakah yang ada dalam surat ini. Dalam surat Ibrahim ayat 24-26 Allah memberikan perumpamaan kalimat yang baik untuk memberi pengajaran kepada manusia. Sedangkan alasan penulis memilih Tafsir al-Mishbah ini karena struktur bahasa yang digunakan sangatlah bagus dan mudah dipahami.

  Tafsir al-Mishbah adalah karya monumental dari M. Quraish Shihab menggunakan bahasa Indonesia dengan pemilihan kata yang bagus.

  Pembahasannya dimulai dari penjelasan surat, ayat-ayatnya dikelompokkan kemudian dijelaskan sesuai kelompok ayat tersebut menggunakan bahasa yang lugas, jelas dan terarah sehingga membuat pembaca hanyut dalam makna kandungan tafsir tersebut. Tafsir al-Mishbah bisa dibaca dan 10 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya,11. dipelajari oleh semua kalangan tanpa memandang orang itu menguasai ilmu nahwu sharaf, balaghoh, mantik dan seperangkat ilmu tafsir.

  Melihat kandungan ini membuat hati penulis tertarik untuk mengkaji secara lebih mendalam dan lebih spesifik metode apa saja yang terdapat di dalamnya serta perumpamaan seperti apa yang dibuat oleh Allah dalam rangka memberi pengajaran terhadap umat manusia. Atas dasar pertimbangan inilah maka penulis mengangkat fenomena tersebut dalam sebuah skripsi yang berjudul

  “Metode Pendidikan Islam Perspektif M. Quraish Shihab (Kajian Surat Ibrahim ayat 24-26).

  ”

B. Rumusan masalah

  Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, maka perlu adanya rumusan masalah. Penulis membatasi pembahasan dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

  1. Apa saja metode pendidikan Islam yang terkandung dalam Surat Ibrahim ayat 24-26 menurut Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab?

2. Bagaimana relevansi metode pendidikan Islam yang terkandung dalam

  Surat Ibrahim ayat 24-26 menurut Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab dengan pendidikan agama Islam?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk menjelaskan metode pendidikan Islam yang terkandung dalam Surat Ibrahim ayat 24-26 menurut Tafsir al-Mishbah karya M. Quraish Shihab.

  2. Untuk menjelaskan relevansi metode pendidikan Islam yang terkandung dalam Surat Ibrahim ayat 24-26 menurut Tafsir al-Mishbah karya M.

  Quraish Shihab dengan pendidikan agama Islam.

D. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi khazanah keilmuan Islam dan dapat memberikan pemahaman tentang metode pendidikan Islam yang terkandung dalam Surat Ibrahim ayat 24-26 menurut Tafsir al-Mishbah serta relevansinya dengan pendidikan agama Islam saat ini.

  2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

  a. Lembaga pendidikan Islam, dapat dijadikan referensi dalam peningkatan mutu pendidikan Islam.

  b. Peneliti, yaitu menambah wawasan dan pengetahuan serta tambahnya pengalaman ketika penelitian berlangsung.

E. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu

  Di samping memanfaatkan teori yang relevan dengan bahasan ini, penulis juga melakukan telaah hasil penelitian terdahulu yang jenis penelitiannya ada relevansi dengan penelitian ini. Di antara penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Ayu Fitri Lestari. 2017. Metode Pendidikan Islam (Kajian Tafsir Tematik).

  Skripsi. Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung. Rumusan masalah pada penelitian tersebut adalah: Apa sajakah metode pendidikan Islam dalam al-

  Qur’an? Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan library research. Hasil dari penelitian tersebut adalah: metode pendidikan Islam terdapat dalam al-

  Qur’an sangat urgen dalam pembentukan karakter anak. Misalnya, metode pembiasaan, metode keteladanan, metode kisah, perumpamaan, targhib wa tarhib. Adapun skripsi ini mempunyai kesamaan dengan yang akan penulis buat, yaitu sama- sama kajian tafsir tematik. Sedangkan perbedaannya adalah dari segi ayat yang diteliti.

  2. Mochamad Mangsur. 2015. Metode Pendidikan Islam dalam Perspektif al- Qur’an Surat al-Maidah Ayat 67 dan al-Nahl Ayat 125 ( Kajian Tafsir al- Misbah). Skripsi. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

a. Bagaimana prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam?

  b. Bagaimana deskripsi metode pendidikan Islam yang terdapat dalam surat al-Maidah ayat 67 dan al-Nahl ayat 125? Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan library

  research. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan metodologi pendidikan Islam sebagai dasar pijakan dalam pelaksanan pemberian sebuah metode dalam menyampaikan materi antara lain sebagai berikut:

  1) Mengetahui motivasi (dorongan batin), kebutuhan dan minat anak didiknya.

  2) Mengetahui tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan sebelum pelaksanaan pendidikan.

  3) Mengetahui tahap kematangan, perkembangan, serta perubahan anak didik.

  4) Mengetahui perbedaan-perbedaan karakter individu di dalam anak didik. 5) Memperhatikan kepahaman, dan mengetahui hubungan-hubungan, integrasi pengalaman dan kelanjutannya, keaslian, pembaruan dan kebebasan berfikir. 6) Menjadikan proses pendidikan sebagai pengalaman yang menggembirakan bagi anak didik. 7) Menegakkan “uswah hasanah” artinya selalu berperilaku luhur dengan tujuan yang mulia agar menjadi pribadi yang pantas dicontoh anak didiknya.

  b. Dalam surat al-Maidah ayat 67 dan al-Nahl ayat 125 terdapat metode pendidikan Islam yaitu: metode tabligh/ceramah, metode perintah dan larangan, metode targhib dan tarhib, metode hikmah, metode mauidzah hasanah, dan metode mujadalah.

  Adapun skripsi ini mempunyai kesamaan dengan yang akan penulis buat, yaitu sama-sama kajian tafsir tematik. Sedangkan perbedaannya adalah dari segi ayat yang diteliti.

  3. Cindi Pratiwi. Metode Pendidikan dalam Perspektif al-Qur’an Kajian Surat al-Nahl Ayat 125-127. Skripsi. Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulloh Jakarta. Rumusan masalah pada penelitian tersebut adalah metode pendidikan apakah yang terkandung dalam al-Qur

  ’an surat al-Nahl ayat 125-127? Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan library

  research. Hasil dari penelitian tersebut adalah dalam surat al-Nahl ayat 125-

  127 terdapat 5 macam metode pendidikan Islam yaitu: metode hikmah, metode maui’dzah, metode jidal, metode al-muhtadin, dan metode ashabru.

  Adapun skripsi ini mempunyai kesamaan dengan yang akan penulis buat, yaitu sama-sama kajian tafsir tematik. Sedangkan perbedaannya adalah dari segi ayat yang diteliti.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Penelitian ini bersifat kepustakaan (library research), yaitu kajian pustaka dengan mengambil data-data tertulis dari buku, jurnal, kamus, maupun

  11

  berbagai literatur yang terdapat dalam perpustakaan. Lebih dari itu, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang mengedepankan data- data kualitatif berupa: ayat-ayat al- 11 Qur’an, penafsiran al-Qur'an, al-Hadits dan

Ahmad Tanzeh, Metodologi Penelitian Praktis (Yogyakarta: Teras, 2011), 4.

  sunnah Nabi, atsar sahabat, pendapat-pendapat para ulama, riwayat, pengertian

  12 bahasa dan lafaz al-Qur'an, serta kaedah maupun teori ilmu pengetahuan.

2. Data dan Sumber Data

  a. Data Penelitian

  Data dalam penelitian ini berupa kalimat dan kata-kata yang diambil dari buku-buku dan kitab-kitab yang ada kaitannya dengan tema pembahasan baik sumber langsung maupun tidak langsung.

  b. Sumber Data

  Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu penelitian kepustakaan, maka sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah dari buku-buku dan kitab-kitab yang berkaitan dengan tema penelitian. Sumber data

  13 tersebut dikelompokkan menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer

  Data primer merupakan bahan-bahan informasi dari tangan pertama atau dari sumber yang terkait langsung dengan suatu gejala atau

  14

  peristiwa tertentu. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini adalah al- Qur’an dan Terjemahnya serta Tafsir al-Mishbah karya M.

  Quraish Shihab. 12 13 M. Al-Fatih Suryadilaga, Metodologi Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Teras, 2010), 153.

  Tim Penyusun Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Buku Pedoman Penulisan Skripsi

Kuantitatif, Kualitatif, Library, dan PTK (Ponorogo: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Ponorogo, 2017), 62. 14 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), 90.

b. Data Sekunder

  Sumber data sekunder merupakan rujukan atau referensi pendukung dalam suatu penelitian yang secara tidak langsung memiliki keterkaitan dengan objek pembahasan peneliti serta memiliki akurasi terhadap fokus permasalahan yang akan dibahas. Data sekunder juga berarti data yang dikumpulkan dari tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Bahan-bahan sumber sekunder dapat berupa artikel-artikel dalam surat kabar atau majalah populer, buku atau telaah gambar hidup, atau artikel-artikel yang ditemukan dalam jurnal-jurnal ilmiah yang mengevaluasi atau mengkritisi sesuatu

  15

  penelitian original yang lain. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris karya Achmadi.

  2) Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam karya Armai Arief. 3) Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh karya Heri Gunawan.

  4) Ilmu Pendidikan Islam Pemikiran Gus Dur karya Agus Mahfud. 5) Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam karya Abdul Majid. 6) Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis karya Samsul Nizar.

  15 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2012), 291.

  7) Filsafat Pendidikan Islam : Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya karya Ramayulis.

  8) Ilmu Pendidikan Islam karya Ramayulis. 9) Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 1 untuk IAIN, STAI, PTAIS karya Nur Unbiyati.

  Serta referensi lain yang berkaitan erat dengan tema penelitian ini. 10)

3. Teknik Pengumpulan Data

  Data merupakan bahan penting yang digunakan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan atau menguji hipotesis dan mencapai tujuan penelitian. Oleh karena itu, data dan kualitas data merupakan pokok penting dalam penelitian karena menentukan kualitas hasil penelitian. Data diperoleh melalui proses yang disebut dengan pengumpulan data. Pengumpulan data dapat didefinisikan sebagai satu proses mendapatkan

  16 data empiris melalui responden dengan menggunakan metode tertentu.

  Data penelitian dapat berupa teks, foto, angka, cerita, gambar, artifacts. Data penelitian kualitatif biasanya berbentuk teks, foto, cerita,

  17

  gambar, artifacts dan bukan berupa angka hitung-hitungan. Penelitian ini termasuk kategori penelitian kepustakaan (library research), oleh karena itu teknik pengumpulan data yang tepat pada penelitian ini adalah metode dokumentasi yang dilakukan melalui kajian atau telaah literatur, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan atau 16 17 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, 280.

  Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2010), 108. tulisan, majalah, surat kabar, jurnal dan sebagainya yang relevan dengan objek pembahasan yang dimaksud.

  Setelah data-data yang diperlukan terakumulasi, akan dilakukan pengelolaan data-data tersebut dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna dan keselarasan makna antara satu dengan yang lainnya.

b. Organizing, yaitu menyatakan data-data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah ada.

  c. Menemukan hasil temuan, yaitu melakukan analisis lanjutan terhadap hasil pengorganisasian data yang menggunakan kaidah-kaidah, teori dan metode yang telah ditentukan, sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang merupakan hasil jawaban dari rumusan masalah.

  18

4. Teknik Analisis Data

  Proses analisis data secara keseluruhan melibatkan usaha memaknai data yang berupa teks atau gambar. Untuk itu, penulis mempersiapkan data tersebut untuk dianalisis, melakukan analisis-analisis yang berbeda, memperdalam pemahaman akan data tersebut, menyajikan data, dan membuat interpretasi makna yang lebih luas akan data tersebut.

  19

  18 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), 386. 19 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 274.

  Analisis data menurut Patton adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian. Bogdan dan Taylor mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja itu. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

  20 disarankan oleh data.

  Dalam menganalisis data-data, setelah data terkumpul, metode yang digunakan oleh penulis untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh tersebut adalah metode content analisis atau yang lebih dikenal dengan istilah "analisis isi". Analisis data dapat dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan

  21 sintesa, menyusun ke dalam pola, dan membuat kesimpulan.

  20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), 280. 21 Tim Penyusun Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Buku Pedoman Penulisan Skripsi

Kuantitatif, Kualitatif, Library, dan PTK (Ponorogo: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Ponorogo, 2017), 63.

  Metode analisis isi lebih mengedepankan pada pengungkapan aspek isi dari beberapa proporsi yang ada. Analisis isi pada penelitian ini dilakukan untuk mengungkapkan isi sebuah buku. Teknik ini adalah yang

  22 paling umum digunakan dalam studi teks.

  Selain metode di atas juga digunakan metode induktif yaitu melakukan analisis dari pengetahuan yang bersifat khusus guna menarik kesimpulan yang bersifat umum. Metode ini digunakan dengan cara menganalisa fakta-fakta dan persoalan yang khusus kemudian ditarik kesimpulan yang umum, yakni dengan cara menganalisa data tentang konsep metode pendidikan Islam dalam Surat Ibrahim ayat 24-26.

G. Sistematika Pembahasan

  Untuk mempermudah penulisan hasil penelitian dan agar dapat dicerna secara runtut, diperlukan sebuah sistematika pembahasan. Dalam laporan penelitian ini, akan dibagi menjadi 5 bab yang masing-masing bab terdiri dari sub-bab yang saling berkaitan satu sama lain. Sistematika selengkapnya sebagai berikut:

BAB I : berisi pendahuluan yang menggambarkan secara umum kajian ini,

  yang isinya terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah hasil penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika pembahasan dengan 22 demikian merupakan pengantar penelitian ini.

  Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007), 72.

  

BAB II : berisi tentang kajian teori tentang pengertian pendidikan agama

Islam, dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam, fungsi

  pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan agama Islam, pengertian metode pendidikan Islam, asas-asas umum metode pendidikan Islam, karakteristik metode pendidikan Islam, macam- macam metode pendidikan Islam, pengertian metode pendidikan Islam, fungsi pendidikan Islam, tujuan pendidikan Islam, asas-asas umum metode pendidikan Islam, karakteristik metode pendidikan Islam, dan macam-macam metode pendidikan Islam.

  

BAB III : berisi tentang tafsir surat Ibrahim ayat 24-26 perspektif Tafsir al-

Mishbah

BAB IV : berisi tentang analisis metode pendidikan Islam dalam surat

Ibrahim ayat 24-26 perspektif Tafsir al-Mishbah dan relevansinya dengan pendidikan agama Islam.

BAB V : berisi penutup, yang meliputi kesimpulan dari penelitian ini dan

saran-saran.

BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Agama Islam Pendidikan menurut bentuknya dibedakan dalam 3 kategori. Pendidikan

  sebagai suatu proses belajar mengajar, pendidikan sebagai suatu kajian ilmiah, dan pendidikan sebagai lembaga pendidikan. Pendidikan disebut sebagai suatu proses belajar mengajar karena pendidikan selalu melibatkan seorang guru yang berperan sebagai tenaga pengajar dan murid sebagai peserta didiknya.

  Kemudian, pendidikan juga disebut sebagai suatu kajian ilmiah karena pendidikan dapat dijadikan salah satu objek penelitian ilmiah. Sedangkan pendidikan sebagai suatu lembaga pendidikan karena pada dasarnya penggunaan istilah pendidikan hampir selalu tertuju pada suatu lembaga yang disebut sekolah, madrasah, atau lembaga perguruan yang menyelenggarakan

  23 proses belajar mengajar.

  Di dalam UUSPN No. 2/1989 pasal 39 ayat 2 ditegaskan bahwa isi kurikulum setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat, antara lain: pendidikan Pancasila, pendidikan agama, dan pendidikan

  24 kewarganegaraan.

  23 Jasa Ungguh Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam: Studi Kasus terhadap Struktur Ilmu, Kurikulum, Metodologi dan Kelembagaan Islam (Jakarta: Rajawali Press, 2015), 13. 24 Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 75.

  Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-

  Qur’an dan al-Hadis, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

  Disertai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

  Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan agama Islam adalah usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

  Tayar Yusuf mengartikan pendidikan agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan, dan keterampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertakwa kepada Allah Swt, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian yang memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya, sedangkan menurut A. Tafsir, pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang agar ia berkembang secara maksimal

  25 sesuai dengan ajaran Islam.

  Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subyek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan

  26 mengamalkan ajaran-ajaran Islam.

B. Dasar –dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

  Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah mempunyai dasar yang kuat. Dasar tersebut menurut Zuhairini dkk, dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu sebagai berikut:

1. Dasar Yuridis/Hukum

  Dasar yuridis, yakni dasar pelaksanaan pendidikan agama yang berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal terdiri dari 3 macam.

a. Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara Pancasila, sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.

  b. Dasar struktural/konstitusional, yaitu UUD’45 dalam bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: 1) Negara berdasar atas Ketuhanan Yang 25 Maha Esa; 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

  Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 11-12. 26 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 29.

  memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.

c. Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap MPR No IV/MPR/1973 yang kemudian dikukuhkan dalam Tap MPR No IV/MPR/1978.

  Ketetapan MPR Np. II/MPR/1983, diperkuat oleh Tap. MPR No.

  II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR 1993 tentang Garis-garis besar Haluan Negara yang pada pokoknya menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.

2. Dasar Religius

  Dasar religius adalah dasar yang bersumber dari ajaran Islam. Menurut ajaran Islam pendidikan agama adalah perintah dari Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya. Dalam al-

  Qur’an banyak ayat-ayat yang menunjukkan perintah tersebut, antara lain:

a. Q.S. al-Nahl ayat 125:

  

             

           

  Artinya:

  “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

  27 o 27 rang yang mendapat petunjuk.”

  Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Yayasan Penterjemah/Penafsir Al- Qur’an, 1990), 421. b. Q.S. Ali -Imran ayat 104:

  

            

  

  Artinya:

  “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang

  28 beruntung.”

  c. Al-Hadits: “Sampaikanlah ajaran kepada orang lain walaupun hanya

  sedikit.”

3. Aspek psikologis

  Psikologis, yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dihadapkan pada hal-hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tenteram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup. Sebagaimana dikemukakan oleh Zuhairini dkk bahwa semua manusia di dunia ini selalu membutuhkan adanya pegangan hidup yang disebut agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya Zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka memohon pertolongan. Hal semacam ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun masyarakat yang sudah modern. Mereka merasa tenang dan tenteram hatinya kalau mereka mendekat dan mengabdi kepada Zat Yang

29 Maha Kuasa.

  28 29 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya,93.

  Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 13-15.

C. Fungsi Pendidikan Agama Islam

  Dengan pengertian pendidikan Islam seperti tersebut di atas fungsi pendidikan Islam sudah cukup jelas, yaitu memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya manusia menuju terbentuknya manusia seutuhnya

  30 (insan kamil) yakni manusia berkualitas sesuai dengan pandangan Islam.

  Sedangkan fungsi pendidikan Agama Islam untuk sekolah/madrasah adalah sebagai berikut :

  1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah Swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga.

  Pada dasarnya dan pertama-tama kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan dilakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuhkembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran, dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.

  2. Penanaman nilai sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

  3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

30 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam Paradigma Humanisme Teosentris (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 30.

  4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan- kekurangan, dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.

  5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negative dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.

6. Pengajaran tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum (alam nyata dan nirnyata), sistem dan fungsionalnya.

  7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang Agama Islam agar bakat tersebut dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.

  31 D. Tujuan Pendidikan Agama Islam

  Tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses pendidikan, baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehidupan masyarakat dan alam sekitarnya di mana individu itu hidup.

  Menurut Sikun Pribadi, tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan, dan saripati dari seluruh renungan pedagogik. Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan jalannya pendidikan sehingga perlu dirumuskan sebaik-baiknya sebelum semua kegiatan pendidikan dilaksanakan. 31 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 15-16.

  Menurut Ahmad D. Marimba, fungsi tujuan itu ada 4 macam, yaitu:

  1. Mengakhiri usaha

  2. Mengarahkan usaha

  3. Merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain, baik tujuan- tujuan baru maupun tujuan-tujuan lanjutan, dan tujuan pertama.

  4. Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu.

  Sehubungan dengan itu maka tujuan mempunyai arti yang sangat penting bagi keberhasilan sasaran yang diinginkan, arah atau pedoman yang harus ditempuh, tahapan sasaran dan sifat serta mutu kegiatan yang dilakukan. Karena itu kegiatan yang tanpa disertai tujuan sasarannya akan kabur, dan akibatnya program serta kegiatannya sendiri akan menjadi acak-acakan.

  Ahmad D. Marimba mengemukakan ada 2 macam tujuan yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir.

1. Tujuan Sementara

  Tujuan sementara yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh umat Islam yang melaksanakan pendidikan Islam. Tujuan sementara di sini yaitu tercapainya berbagai kemampuan seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, pengetahuan ilmu-ilmu kemasyarakatan, kesusilaan, keagamaan, keterampilan, kedewasaan jasmani

  • –rohani, dan sebagainya.
Kedewasaaan rohaniah tercapai apabila orang telah mencapai kedewasaan jasmaniah. Di dalam Islam disebutkan bahwa seseorang telah mencapai dewasa jasmaniah ialah apabila ia telah balig dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Laki-laki berumur 15 tahun, perempuan berumur 9 tahun.

  b. Bermimpi.