Pemenuhan Hak-Hak Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Takalar - Repositori UIN Alauddin Makassar

  “PEMENUHAN HAK-HAK PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS IIB TAKALAR

  Skripsi

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum (SH) Jurusan Ilmu Hukum

  Pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri

  Alauddin Makassar Oleh :

NURUL AFIFAH NIM.10500113018 FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2017

KATA PENGANTAR

  

ُم َﻼﱠﺴﻟاَو ُة َﻼﱠﺼﻟا َو .ُﻦﻳ ﱢﺪﻟاَو ﺎَﻴ ْـﻧ ﱡﺪﻟا ِرﻮُﻣُأ َﻰﻠَﻋ ُْﲔ ِﻌَﺘ ْﺴَﻧ ِﻪ ِﺑ َو َْﲔ ِﻤ َﻟﺎَﻌ ْﻟا ﱢبَر ﱠﻠ ِﻪ ِﻟ ُﺪ ْﻤ َْﳊَا

َْﲔ ِﻌ َْﲨَأ ِﺒ ِﻪ ْﺤَﺻَو ِﻪ ِﻟآ ﻰَﻠَﻋَو ﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪ ْﻴَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ٍﺪﱠﻤَُﳏ ﺎَﻨ ﱢـﻴﺒَﻧ ﻰَﻠَﻋ

  Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada penyusun, sehingga proses penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pemenuhan Hak-Hak Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalardapat diselesaikan dengan baik.

  Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai

  

rahmatan li al-'alaimin yang telah membawa umat manusia dari kesesatan kepada

kehidupan yang selalu mendapat sinar ilahi.

  Saya sangat meyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan yang saya miliki, tapi karena dukungan dan bimbingan serta doa dari orang-orang sekeliling saya akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini.

  Rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya saya berikan kepada :

  1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  2. Prof. Dr. Darussalam Syamsuddin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum Uniersitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

  3. Ibu Istiqamah S.H.,M.H selaku ketua Jurusan Ilmu Hukum dan Bapak Rahman Syamsuddin S.H.,M.H selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Hukum.

  4. Bapak Dr.Hamsir, S.H.,M.H. dan bapak Drs.H. Munir Salim, S.H,.M.H, selaku pembimbing yang senantiasa membimbing ananda dalam proses penulisan skripsi ini.

  5. Ibu Dr.A. Safriani, S.H.,M.H selaku penguji I dan Bapak Azhar Sinilele, S.H.,M.H selaku penguji II yang telah siap memberikan nasehat, saran dan perbaikan dalam perampungan penulisan skripsi ini.

  6. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar beserta Stafnya yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk melakukan penelitian.

  7. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, terima kasih untuk seluruh didikan, bantuan dan ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

  8. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Muslim, ibunda Karyani dan nenek Rimang yang telah memberikan dukungan dan kasih sayang yang luar biasa besarnya kepada penyusun. Serta adik saya Ahmad Faisal, Resky Puspita Sari, Muh.Sharul dan Ilham Jaya yang selalu memberikan dukugan yang terbaik.

  9. Keluarga besar Ilmu Hukum A Angkatan 2013, Saudara-saudara seperjuangan, Terima kasih untuk kalian semua, kalian saudara yang hebat dan luar biasa.

  10. Para sahabat seperjuangan saya trio kwek-kwek Nurfaisa dan Alliyyul Qayyum Nugraha yang telah menemani dari awal perkuliahan hingga akhir dan terus memberi dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

  11. Keluarga besar Pengadilan Negeri Sinjai dan teman-teman PPL Sinjai atas partisipasinya.

  12. Keluarga KKN-R Angkatan 53 Kecamatan Tinggimocong Kelurahan Bontolerung Lingkungan Bontote’ne yang telah memberikan dukungan dalam penyelesaian Skripsi ini.

  Untuk kesempurnaan skripsi ini, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak, semoga skripsi ini kedepannya dapat bermanfaat untuk semua orang.

  Makassar, 1 Agustus 2017 Penyusun, Nurul Afifah

  DAFTAR ISI

JUDUL ........................................................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................................................ii

PENGESAHAN ........................................................................................................iii

KATA PENGANTAR ..............................................................................................iv

DAFTAR ISI ............................................................................................................vii

ABSTRAK ................................................................................................................ix

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1 B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ..................................................................5 C. Rumusan Masalah ................................................................................................ 7 D. Kajian Pustaka.......................................................................................................8 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ..........................................................................9 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tindak Pidana ...........................................................................11 B. Tinjauan Umum Tentang Pemidanaan .................................................................22 C. Tinjauan Umum Tentang Anak.............................................................................27 D. Tinjauan Tentang Lembaga Pemasyarakatan ....................................................... 32 E. Sistem Pemasyarakatan ........................................................................................ 37

  BAB III METEDOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian ...................................................................................45 B. Pendekatan Penelitian ........................................................................................... 45 C. Sumber Data..........................................................................................................46 D. Metode Pengumpulan Data ...................................................................................46 E. Analisis Data ........................................................................................................ 47 BAB IV PEMBAHASAN A. Kondisi dan Visi Misi Lemabaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar ................ 48 B. Peraturan perundang-undangan terhadap pembinaan narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan..................................................................................................... 51 C. Pemenuhan hak-hak pembinaan terhadap narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar ...................................................................... 55 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................................................... 66 B. Implikasi .............................................................................................................. 68 DAFTAR PUSTAKA

  

ABSTRAK

Nama : Nurul Afifah Nim : 10500113018 Judul : Pemenuhan Hak-Hak Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Takalar

  Pokok masalah penelitian ini adalah banyak hak-hak narapidana anak yang yang tidak terpenuhi dengan baik di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar. Pokok masalah tersebut selanjutnya di-breakdown kedalam beberapa sub masalah atau pertanyaan penelitian, yaitu :1) Bagaimana peraturan peundang-undangan

  

terhadap pembinaan narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan ? 2) Bagaimana

pemenuhan hak-hak pembinaan terhadap narapidana anak di Lembaga

Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar ?.

  Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian hukum normatif-empiris. Adapun sumber data penelitian ini bersumber dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Penelitian ini tergolong penelitian dengan jenis data kualitatif yaitu dengan mengelola data primer yang bersumber dari Pegawai/Staf Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar dan Narapidana Anak.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemenuhan hak-hak narapidana anak dalam hal pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar belum sepenuhnya terpenuhi. Tidak terpenuhinya dengan baik hak-hak anak ini di sebabkan karna tidak memadainya fasilitas yang tersedia sehingga narapidana anak tidak mendapatkan haknya, baik itu di bidang pendidikan formal, dipisahkan dari orang dewasa dan kesehatan. Di Lapas Takalar ini lebih mengutamakan pendidikan keagamaan dan keterampilan. Selain itu di Lapas ini juga telah mengalami over kapasitas sehingga hak anak untuk dipisahkan dari orang dewasapun menjadi terbengkalai, anak di tempatkan pada blok yang sama dengan narapidana dewasa hal ini dapat mempengaruhi pola pemikiran anak, perkataan dan sikap buruk yang ditampilkan oleh narapidana dewasa akan diikuti oleh narapidana anak. persoalan ini akan menghambat proses pembinaan pada narapidana anak . Pada pelayanan kesehatan terhadap narapidana anak juga belum sepenuhnya terpenuhi, karna petugas medis yang terdapat di Lapas Takalar hanya berjumlah satu orang sedangkan jumlah narapidana sudah melebihi kapasitas Lapas. Namun upaya terus dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar agar semua hak narapidana anak dapat terpenuhi dengan baik

  Implikasi penelitian yaitu peranan langsung dari pemerintah setempat dalam hal ini Kementrian Hukum dan HAM untuk melakukan evaluasi terhadap perencanaan program-program kerja yang telah dibuat Lembaga Pemasyarakatan. kerjasama dengan Dinas pendidikan juga di butuhkan agar proses pendidikan formal narapidana anak dapat terealisasikan dengan baik dan sebaiknya Lapas Takalar diisi sesuai dengan kapasitasnya agar setiap proses pembinaan dapat terpenuhi dengan baik. pemberian sanksi yang tegas terhadap narapidana anak yang melanggar tata tertib pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan juga dapat membantu proses pembinaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penerus kehidupan bangsa dan Negara. Allah swt berfirman

  dalam Q.S Luqman/ 31 : 13 :

   ِﮫِﻨْﺑِﻻ ﻦَﻤْﻘُﻟ َلﺎَﻗْذِإَو َﻻ ﱠﻰَﻨُﺑﺎَﯾَ ,ُﮫُﻈِﻌَﯾ َﻮُھَو < ﻢﯿِﻈَﻋ ٌﻢْﻠُﻈَﻟ َك ْﺮﱢﺸﻟا ّنِإ ِ ﱠ ﺎِﺑ ْكِﺮْﺸُﺗ Terjemahanya : “ Dan ( ingatlah ) ketika Luqman berkata pada anaknya,

  diwaktu ia memberi pelajaran kepadanya: “ Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar “.

  1 Selanjutnya didalam UUD 1945 pasal 28 B (2) “ di jelaskan bahwa setiap

  anak berhak atas kelangsungan hidup , tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.

  2 Adapun maksud dari Undang-

  Undang diatas bahwa Anak adalah asset masa depan anak seharusnya di bimbing, di arahkan, di jaga, di rawat dan didik secara baik. Tindakan kekerasan terhadap anak akan membuat anak menjadi tertekan dan terhambat masa depannya. Masa perkembangan anak semestinya dipenuhi kegembiraan sehingga berpengaruh positif

  1 Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: CV Pustaka Al-Kautsar, 2009 2 Yasir Arafat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945, Permata Press, hal. 4

  3

  bagi jiwanya. Begitupun di Lembaga Pemasyarakatan anak seharusnya di bimbing, di arahkan, di jaga, di rawat dan di didik secara baik.

  Oleh karena itu anak memerlukan pembinaan, bimbingan khusus agar dapat berkembang fisik, mental dan spiritualanya secara maksimal. Dalam menjalani proses kehidupan bukan tidak mungkin seorang anak terlibat dalam konflik hukum yang memnyebabkan dirinya harus mejalani pidana. Sungguh merupakan suatu hal yang sangat berat jika melihat anak yang seharusnya dapat bermain secra bebas harus di

  4 rampas kemerdekaannya untuk menjalani hukuman di Lembaga Pemasyarakatan.

  Beberapa produk perundang-undagan sebenarnya telah di buat guna menjamin terlaksanya perlindungan hukum bagi anak. Misalnya Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak dan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak. Mengingat anak di pandang sebagai subjek khusus dalam hukum, maka peraturan perundang-undangan tersebut memuat berbagai kekhususan tentang anak, yaitu kekhususan perlakuan hukum terhadap anak baik sebagai korban maupun sebagai pelaku, baik dalam proses Pengadilannya hingga pada penjatuhan

  3 http://budhivensius.blogspot.co.id/2010/02/penjelasan-dari-isi-uud-1945-pasal28.html?m=1 di akses pada pukul 15.23 (30 September 2016 ) 4 https://www.researchgate.net/publication/42356466_Efektivitas_Pembinaan_Narapidana_An

ak_Oleh_Lembaga_Pemasyarakatan_Anak_Klas_II-A_Tanjung_Gusta_Medan di akses pada pukul

  21.08 (04 Oktober 2016 )

  5

  sanksi yang di kenakan dan Lembaga Pemasyarakatannya. Bagi anak yang harus melewati Sistem Peradilan Pidana, ia harus mendapat perlakuan khusus mulai tahap penyidikan sampai dengan tahap pelaksanaan pidana. Khususnya pada tahap pelaksanaan pidana, perhatian terhadap hal ini tidak pernah berhenti walaupun sampai saat ini. Pembinaan narapidana anak belum secara tegas dibedakan dengan pembinaan narapidana dewasa.

  Pembinaan narapidana anak berkaitan erat dengan aspek kebijakan peraturan perundang-undangan yang melandasinya, yang saat ini mengacu pada Undang- Undang Pengadilan Anak dan Undang-Undang Pemasyarakatan, sedangkan peraturan pelaksananya belum ada, sehingga masih memakai surat-surat keputusan dan surat- surat edaran yang lama. Pada pelaksanaannya pembinaan narapidana anak belum sepenuhnya dilakukan secara tertib oleh Sistem Peradilan Pidana, penanganan pembinaan narapidana anak masih terkesan merupakan tanggungjawab Lembaga Pemasyarakatan saja. Dan pelaksanaan pembinaan narapidana anak pada prakteknya

  6 masih sering mengabaikan hak-hak anak.

  Perlindungan hukum bagi anak dapat dilakukan sebagai upaya perlindungan

hukum terhadap berbagai kebebasan dan hak asasi anak (fundamental rights and

freedoms of children ) serta berbagai kepentingan yang berhubungan dengan

5 https://rusmilawati.wordpress.com/2010/01/25/perlindungan-anak-berdasarkan-undang-

undang-di-indonesia-dan-beijing-rules-oleh-rusmilawati-windarish-mh/ di akses pada pukul 10.39 ( 27

  September 2016 ) 6 http://eprints.undip.ac.id/13706/ di akses pada pukul 16.47 ( 21 Oktober 2016 )

  

kesejahteraan anak. Jadi perlindungan hukum bagi anak mencakup lingkup yang

sangat luas. Sudah selayaknya seorang anak mendapatkan hak-haknya baik anak

tersebut masih menjalani masa hukuman pidananya didalam Lembaga

  7 Pemasyarakatan (LAPAS) Anak maupun di luar masa hukuman pidananya.

  Untuk terlaksananya pembinaan narapidana anak harus memperhatikan faktor-faktor yang mendukungnya, misalnya peraturan perundang-undangan, sarana dan prasarana, struktur organisasi, kualitas sumber daya manusia dan manajemen administrasi. Faktor-faktor ini bila tidak dicermati akan menjadi penghambat dalam pelaksanaan pembinaan anak menuju reintegrasi sehat ke dalam masyarakat. Untuk masa yang akan datang sebaiknya dipikirkan adanya fleksibilitas dalam proses pemasyarakatan terhadap anak, misalnya adanya kelonggaran terhadap batas- batas/tahapan waktu serta adanya elastisitas pemidanaan, seperti adanya pembatalan dan pencabutan sanksi, mengingat anak sangat rawan terhadap keadaan di Lembaga Pemasyarakatan.

  Dari hasil pengamatan yang di lakukan penulis terhadap Lembaga Pemasyarakan Kelas IIB Takalar terdapat banyak hak anak yang tidak terpenuhi misalnya mendapatkan pendidikan formil, dipisahkan dari orang dewasa, mendapatkan pelayanan kesehatan dan lain sebagainya. Kondisi ini tentu 7

  http://fh.unram.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/Pelaksanaan-Hak-hak-Narapidana-Anak-

Di-Lembaga-Pemasyarakatan-Anak-Kelas-III-Mataram.pdf di akses pada pukul 19.20 ( 26 Oktober 2016 ) bertentangan dengan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.

  Kekhususan-kekhususan tertentu mengenai cara memperlakukan anak-anak pelaku kejahatan dalam berbagai undang-undang, pada kenyataannya tidak menjamin tindakan para penegak hukum dalam memperlakukan anak pelaku kejahatan secara arif dan bijaksana dengan memperhatikan kondisi internal anak-anak dan pengaruh jangka panjang bagi masa depannya. Dikatakan demikian, karena masih banyak penegak hukum yang kurang memperhatikan hak-hak anak pelaku tindak pidana.

  Mereka kerapkali memperlakukan mereka sama dengan pelaku yang sudah dewasa, semisal mereka diletakkan di Lembaga Pemasyarakatan yang sama dengan pelaku dewasa umumnya tanpa mempertimbangkan ekses-ekses negatif yang timbul dari

  8 tindakan tersebut.

  Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik membahas tentang bagaimana penerapan pembinaan terhadap hak-hak narapidana anak yang di lakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Takalar melalui skripsinya yang berjudul : Pemenuhan Hak-Hak Pembinaan Terhadap Narapidana Anak Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Takalar.

  8 https://rusmilawati.wordpress.com/2010/01/25/perlindungan-anak-berdasarkan-undang-

undang-di-indonesia-dan-beijing-rules-oleh-rusmilawati-windarish-mh/ di akses pada pukul 20.25 ( 27

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

  Berdasarkan latar belakang di atas maka tercapailah pointer fokus sebagai resresentasi dari fokus penelitian yaitu skripsi ini dimaksudkan untuk menghindari perbedaan interpretasi makna yang bersifat esensial yang dapat menimbulkan kerancuan dalam mengartikan judul, disamping itu juga sebagai penjelas secara redaksional agar mudah dipahami dan diterima oleh akal sehingga tidak terjadi dikotomi antara judul dengan pembahasan dalam skripsi ini. Karena itu, diajukan batasan pengertian guna kesalahpahaman tentang konsep operasional judul penilitian tentang, “Pemenuhan Hak-Hak Pembinaan Terhadap Narapida Anak di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas II B Takalar” sebagaimana berikut:

  Pemenuhan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti : nomina

  9 (kata benda ) proses, cara, perbuatan memenuhi.

  Hak menurut Prof.Dr.Notonegoro adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertenu atau dan tidak dapat dilakukan oleh pihak lain manapun juga yang pada prinsipnya dapat di

  10 tuntut secara paksa olehnya.

  Pembinaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah mempunyai proses, cara, perbuatan membina (negara dsb); (2) pembaharuan; penyempurnaan; (3) usaha, 9 10 http://kamuskbbi.web.id di akses pada pukul 10:38 ( 2 Desember 2016) tindakan, dan kegiatan yg dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh

  11 hasil yg lebih baik.

  Narapidana anak dalam Kamus Lengkap Bahasa adalah Narapidana berdasarkan Indonesia berarti orang tahanan, sedangkan berdasarkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan dalam Pasal 1 angka 7 dijelaskan bahwa: “Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS.”Dalam hal ini narapidana termasuk juga di dalamnya anak Pemasyarakatan, dan di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 1 angka 8 dijelaskan mengenai Anak Didik Pemayarakatan. Anak Didik Pemasyarakatan adalah: Anak Pidana yaitu : anak yang berdasarkan putusan

  12 Pengadilan menjalani pidana di LAPAS Anak paling lama sampai umur 18 tahun.

  Lembaga pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS dalam Undang- undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang pemasyarakatan adalah tempat untuk

  13 melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarkatan.

  11 12 http://kbbi.web.id di akses pada pukul 22.08 ( 28 Oktober 2016 ) http://indraachmadi.blogspot.co.id/2013/06/narapidana-anak.html di akses pada pukul 17.25 ( 1 November 2016 ) 13 Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyaraatan, Pasal

  C. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka dapat dirumuskan :

  1. Bagaimana peraturan perundang-undangan terhadap pembinaan narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan ?

  2. Bagaimana pemenuhan hak-hak pembinaan terhadap narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIB Takalar ? D. Kajian Pustaka

  Dalam penyusunan skripsi dibutuhkan berbagai dukungan teori dari berbagai sumber atau rujukan yang mempunyai relevansi dengan rencana penelitian. Sebelum melakukan penelitian penulis telah melakukan kajian terhadap karya-karya ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan ini. Adapun penelitian yang memiliki relevansi dengan judul penulis, sebagai berikut:

  Shanty Dellyana S.H dalam bukunya Wanita Dan Anak Di Mata Hukum dalam buku ini di jelaskan tentang Perlindungan anak suatu perspektif, hak-hak anak dalam pidana (anak), serta rencangan undang-undang tentag Peradilan anak.

  Resosialisasi Narapidana Anak Berkaitan Dengan Efektifitas Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Anak ( Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-B Tanjung Pati Sumatra Barat ), oleh Aris Irawan, Tahun 2011. Skripsi ini membahas tentang bagaimana bentuk-bentuk pola pembinaan narapidana anak diLembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-B Tanjung Pati dalam memenuhi upaya memenuhi resosialisasi narapidanan anak, serta bagaimana penerapan bentuk-bentuk pola pembinaan narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-B Tanjung Pati berkalitan dengan upaya resosialisasi narapidana anak dan bagaimanakah bentuk evaluasi yang di lakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-B Tanjungn Pati terhadap efektif atau tidaknya upaya resosialisasi yang di terapkan melalui pola pembinaan narapidana anak. Namun dalam karya ilmiah ini berbeda dengan penelitian yang penyusun lakukan, yakni hal yang di bahas adalah bentuk-bentuk pembinaan, penerapapan pola pembinaan serta bentuk evaluasi pembinaan narapidana anak semantara dalam penelitian ini penyusu berfokus pada efektifitas program bembinaan narapidana anak.

  Efektivitas Pembinaan Narapidana Anak oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-A Tanjung Gusta, Medan, oleh Nani Wita Sembiring, Tahun 2009. Skripsi ini membahas tentang bagaimana efektifitas pembinaan narapidana anak yang di lakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II-A Tanjung Gusta, Medan.

  Pelaksanaan Hak Dan Kewajiban Narapidana Anak Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 Di Lembaga Pemasyarakatan, oleh Dian Pantun Generous Simamora. Jurnal ini membahas mengenai Hak dan Kewajiban Anak di Lembaga Pemasyarakatan.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

  Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana peraturan peundang-undangan terhadap pembinaan narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan b. Untuk mengetahui bagaimana proses pembinaan narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Takalar

2. Kegunaan Penelitian

  Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi tentang pemahaman masyarakat bahwa anak yang melakukan tindak pidana dan menjalani proses pidana memiliki hak-hak tertentu. Adapun secara detail kegunaan tersebut diantaranya sebagai berikut: a. Kegunaan Ilmiah

  Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan/referensi dalam mengembangkan teori/konsep dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu hukum tentang pemidanaan anak .

  b. Kegunaan Teoritis Secara teoritis penelitian ini juga dapat di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa konsep, metode atau teori dalam studi Ilmu Hukum, khususnya yang menyangkut hukum pidana dalam kaitannya dengan penegakan hukum terhadap masalah pembinaan anak di Lembaga Pemasayarakatan umum.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana

1. Pengertian Tindak Pidana

  Sebelum berbicara tentang tindak pidana sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan perkataan pidana itu sendiri. Menurut Prof.van Hamel arti dari pidana atau straf menurut hukum positif dewasa ini adalah : “ Suatu penderitaan yang bersifat khusus, yang telah dijatuhkan oleh kekuasaan yang berwenang untuk menjatuhkan pidana atas nama negara sebagai penanggungjawab dari ketertiban hukum umum bagi seorang pelanggar, yakni semata-mata karena orang tersebut telah melanggar suatu peraturan hukum yang harus ditegakkan oleh negara”. Menurut Prof. Simons, pidana atau straf itu adalah : “ suatu penderitaan yang oleh undang-undang pidana telah dikaitkan dengan pelanggaran terhadap suatu norma, yang dengan suatu putusan hakim telah dijatuhkan bagi seseorang telah bersalah”. Sedangkan menurut Algra-Janssen, telah merumuskan pidana atau strraf sebagai:” Alat yang digunakan oleh penguasa (hakim) untuk memperingatkan mereka yang telah melakukan suatu perbuatan yang tidak dapat dibenarkan. Reaksi dari penguasa tersebut telah mencabut kembali sebagian dari perlindungan yang seharusnya dinikmati oleh terpidana atas nyawa, kebebasan dan harta kekayaannya, yaitu seandainya ia telah tidak melakukan suatu tindakan pidana”.

  Dari tiga buah rumusan mengenai pidana diatas dapat diketahui, bahwa pidana sebenarnya hanya merupakan suatu penderitaan atau suatu alat belaka. Dalam lapangan hukum pidana tidak di kenal istilah ” Tindak pidana anak”, yang di kenal dalam kepustakaan hukum pidana adalah ”Tindak Pidana”. Istilah tersebut menunjukkan kepada perbuatan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh seseorang, mungkin seseorang yang telah dewasa atau seorang anak yang masih di bawah umur.

  Dengan demikian, istilah tindak pidana anak merupakan gabungan dari dua kata ”Tindak Pidana Anak”, yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri.

  Istilah tindak pidana itu sendiri merupakan terjemahan dari bahasa Belanda ”Strafbaar feit” atau ”Delict”, atau ”Crime” dalam bahasa Inggris. Namun, dalam beberapa literatur dan perundang-undangan hukum pidana, terdapat istilah lain yang dipakai oleh para sarjana untuk menerjemahkan Strafbaar feit, seperti : perbuatan pidana, peristiwa pidana, pelanggaran pidana, perbuatan yang dapat dihukum, perbuatan yang boleh dihukum, dan lain-lain.

  Sudarto, menggunakan istilah tindak pidana dengan alasan bahwa tindak pidana sudah sering dipakai oleh pembentuk undang-undang dan sudah diterima oleh masyarakat, jadi sudah mempunyai sociologische gelding. Adapun Utrecht dalam bukunya Hukum Pidana I menggunakan istilah Peristiwa Pidana. Alasannya bahwa peristiwa itu meliputi suatu perbuatan( handelen atau doenpositive ) atau suatu melalaikan (verzuim atau nalaten, niet-doen-negative) maupun akibatnya ( keadaan yang ditimbulkan oleh karena perbuatan itu).

  Moeljatno, dengan memberikan alasan yang sangat luas lebih senang menggunakan istilah Perbuatan Pidana. Hal tersebut sebagaimana dikemukakan dalam pidato pengukuhan Guru Besarnya pada tahun 1955, dengan judul Perbuatan dan Pertanggungjawaban dalam Hukum Pidana. Alasan beliau bahwa perbuatan ialah keadaan yang dibuat oleh seseorang atau barang sesuatu yang dilakukan. Lebih lanjut dikatakan : perbuatan ini menunjuk, baik pada akibatnya maupun yang menimbulkan akibat.

  Dalam kesempatan lain dikemukakan pula, bahwa dipakai kata perbuatan dengan alasan bahwa kata perbuatan adalah suatu pengertian abstrak yang menunjuk kepada dua keadaan kongkret. Pertama adanya kejadian tertentu dan kedua adanya orang yang membuat, yang menimbulkan kejadian itu. Dengan demikian, ia menganggap kurang tepat menggunakan peristiwa pidana sebagaimana yang digunakan dalam pasal 14 UUDS 1950 untuk memberikan suatu pengertian yang abstrak. Peristiwa adalah pengertian yang kongkret, yang hanya menunjuk kepada suatu kejadian yang tertentu saja. Hal tersebut sama halnya dengan pemakaian istilah Tindak dalam Tindak Pidana.

  Namun demikian, tampaknya kedepan sudah ada kesepakatan menterjemahkan istilah ”starfbaar feit” dengan pengertian tindak pidana. Hal tersebut selain sudah banyak dipergunakan dalam peraturan perundang-undangan tindak pidana khusus termasuk sebagaimana dirumuskan dalam rancangan konsep KUHP.

  Alasan yang dikemukakan antara lain bahwa hukum pidana Indonesia di dasarkan kepada perbuatan (daad) dan perbuatannya (dader ). Dengan demikian, tindak pidana menunjuk kepada perbuatan yang dilarang yang dilakukan oleh orang, baik perbuatan aktif maupun perbuatan pasif, termaksud perbuatan lalai.

  Adanya perbedaan terjemahan istilah strafbaar feit, secara doktrinal telah menimbulkan perbedaan pengertian. Hal tersebut dapat dilihat sebagaimana dikemukakan oleh HanzewinkelSuringa, bahwa strafbaar feit diartika sebagai suatu perilaku manusia yang pada suatu saat tertentu telah ditolak dalam sesuatu pergaulan hidup tertentu dan dianggap sebagai perilaku yang harus ditiadakan oleh hukum pidana dengan menggunakan sarana-sarana yang bersifat memaksa yang terdapat di dalamnya.

  Menurut Sudarto, yang di maksud dengan tindak pidana adalah ”Perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu, yang dilakukan oleh orang yang memungkinkan pemberian pidana”.

  Menurut Utrecht, yang dimaksud dengan peristiwa pidana adalah ”suatu peristiwa hukum (rechtfeit), yaitu suatu peristiwa kemasyarakatan.

  Menurut Karni memberikan pengertian bahwa ” Delik itu mengandung perbuatan yang mengandung perlawanan hak, yang dilakukan dengan salah dosa oleh orang yang sempurna akal budinya, dan kepada siapa perbuatan patut dipertanggungjawabkan”.

  Adapun menurut Moeljantno, yang dimaksud dengan perbuatan pidana adalah: ”Perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana di sertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Dengan kata lain, perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu di ingat larangan ditujukan kepda perbuatan, ( yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh kelaukan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kepada orang yang menimbulkannya kejadian itu”.

  Dalam definisinya, Moeljanto membedakan secara tegas antara perbuatan dan pertanggungjawaban pidana. Dengan deminkian, terhadap seseorang yang disangka melakukan tindak pidana, pertama-tama harus dibuktikan dahulu mengenai perbuatan yang telah dilakukannya apakah telah memenuhi rumusan undang-undang atau tidak.

  Walaupun perbuatan tersebut telah memenuhi unsur-unsur sebagaimana ditentukan dalam undang-undang, namun tidak secara otamatis orang tersebut harus dihukum, karena harus dilihat pula mengenai kemampuan bertanggung jawabnya. Apabila dianggap tidak mampu bertanggung jawab, maka orang tersebut lepas dari segala tuntutan hukum. Konsep demikian merupakan konsep yang dipakai dalam sistem Anglo Saxon yang memisahkan antara Criminal Act dan Criminal Responsibility.

  Apabila dihubungkan dengan masalah tindak pidana anak, maka terhadap anak yang telah melakukan criminal act selain perlu dikaji sifat dari perbuatannya, patut diuji pula masalah kemampuan bertanggungjawab. Dengan demikian, diperlukan adanya kecermatan bagi hakim dalam menangani anak yang disangka telah melakukan suatu tindak pidana, untuk menentukan masalah

  1 pertanggungjawaban pidananya.

  Dalam ilmu hukum ada perbedaan antara istilah “pidana” dengan istilah “hukuman”. Sudarto mengatakan bahwa istilah “hukuman” kadang-kadang digunakan untuk pergantian perkataan “straft”, tetapi menurut beliau istilah “pidana” lebih baik daripada “hukuman. Menurut Muladi dan Bardanawawi Arif “Istilah hukuman yang merupakan istilah umum dan konvensional, dapat mempunyai arti yang luas dan berubah-ubah karena istilah itu dapat berkonotasi dengan bidang yang cukup luas. Istilah tersebut tidak hanya sering digunakan dalam bidang hukum, tetapi juga dalam istilah sehari-hari dibidang pendidikan, moral, agama, dan sebagainya. Oleh karena pidana merupakan istilah yang lebih khusus, maka perlu ada pembatasan pengertian atau makna sentral yang dapat menunjukan ciri-ciri atau sifat-sifatnya yang khas”. Pengertian tindak pidana yang di muat di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) oleh pembentuk undang-undang sering disebut dengan

  

strafbaar feit. Para pembentuk undang-undang tersebut tidak memberikan penjelasan

  lebih lanjut mengenai strafbaar feit itu, maka dari itu terhadap maksud dan tujuan mengenai strafbaar feit tersebut sering dipergunakan oleh pakar hukum pidana dengan istilah tindak pidana, perbuatan pidana, peristiwa pidana, serta delik. Pengertian Tindak Pidana menurut istilah adalah terjemahan paling umum untuk 1 Nandang Sambas, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia Dan Instrumen Internasional istilah "strafbaar feit" dalam bahasa Belanda walaupun secara resmi tidak ada terjemahan resmi strafbaar feit.

  Beberapa pendapat pakar hukum mengenai tindak pidana, antara lain sebagai berikut: a. Menurut Simon

  Tindak pidana merupakan tindakan melanggara hukum pidana yang telah dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh undang-undang hukum pidana telah dinyatakan sebagai sesuatu tindakan yang dapat dihukum.

  b. Menurut Van Hamel Tindak pidana adalah suatu serangan atau suatu ancaman terhadap hak- hak orang lain.

  c. Menurut Kanter dan Sianturi Tindak pidana didefinisikan suatu tindakan pada tempat, waktu dan keadaan tertentu, yang dilarang/diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang hukum pidana, bersifat melawan hukum, serta dengan kesalahan dilakukan oleh seseorang ( yang mampu bertanggung jawab). d. Menurut Pompe Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tata tertib hukum) yang dengan sengaja atau tidak sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut adalah perlu demi terpeliharannya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan hukum.

  e. Menurut E.Utrecht Tindak pidana dengan istilah peristiwa pidana yang sering juga ia sebut delik, karna peristiwa itu suatu perbuatan ( handelen atau doen positif ) atau suatu yang melalaikan (natalen-negatif) maupun akaibatnya (keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan atau melalaikan itu).

  2 Dalam hukum islam, tindak pidana (delik,jarimah) diartikan sebagai

  perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syarah yang di ancam oleh Allah SWT dengan hukuman hudud atau takzir. Larangan syarah tersebut adakalanya berupa mengerjakan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan.

3 Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpukan bahwa Pengertian tindak

  pidana adalah suatu perbuatan yang dilakukan manusia yang dapat bertanggung jawab yang mana perbuatan tersebut dilarang atau diperintahkan atau dibolehkan oleh 2 Effendi Erdianto,Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar ( Bandung: PT.Refika Aditama,

  2011), hlm.21 3 Ahmad Ali, Yusril Versus Criminal Justice System ( Makassar : PT.Umitoha Ukhuwah

  undang-undang hukum pidana yang diberi sanksi berupa sanksi pidana. Untuk membedakan suatu perbuatan sebagai tindak pidana atau bukan tindak pidana ialah

  4 apakah perbuatan tersebut diberi sanksi pidana atau tidak diberi sanksi pidana.

2. Unsur - Unsur Tindak Pidana

  Setiap tindak pidana yang terdapat di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) pada umumnya dapat dijabarkan ke dalam unsur-unsur yang terdiri dari unsur subjektif dan unsur objektif. Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, dan termasuk ke dalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung di dalam hatinya.

  Sedangkan unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si

  5 pelaku itu harus di lakukan.

  Pada hakikatnya, setiap perbuatan pidana harus terdiri dari unsur-unsur lahiriah (fakta) oleh perbuatan, mengandung kelakuan dan akibat yang ditimbulkan

  6 karenannya. Keduanya memunculkan kejadian dalam alam lahir (dunia).

  Menurut doktrin, unsure-unsur delik terdiri atas unsure subjektif dan unsure objektif. Terhadap unsure-unsur tersebut dapat diutarakan sebagai berikut.

  4 http://artonang.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-tindak-pidana-unsur-unsur.html di akses pada 25 April 2017 5 http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-tindak-pidana-dan-unsur.html di akses pada

25 April 2017

  6 a. Unsur Subjektif Unsure subjektif yaitu perbuatan seseorang yang berakibat tidak dikehendaki oleh Undang-Undang. Sifat unsur ini mengutamakan adanya

  7

  pelaku (seseorang atau beberapa orang). Asas hukum pidana menyatakan

  an act does make a person guily unless the mind is gily actus non facit reum mens sit rea ( tidak ada hukuman, kalau tidak ada kesalahan).

  Di lihat dari unsur-unsur tersebut, maka suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang harus memenuhi persyaratan supaya dapat dinyatakan sebagai peristiwa pidana. Syarat-syarat yang harus di penuhi sebagai suatu peristiwa pidana ialah sebagai berikut: 1) Harus ada suatu perbuatan, maksudnya adalah memang benar ada suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang.

  Perbuatan tersebut merupakan suatu perbuatan tertentu yang dapat dipahami oleh orang lain sebagai sesuatu yang merupakan peristiwa.

  2) Perbuatan tersebut harus sesuai dengan apa yang dilukiskan atau dijelaskan dalam ketentuan hukum.

  3) Harus terbukti adanya kesalahan yang dapat dipertanggungjawabkan.

  Maksudnya bahwa perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang itu dapat dibuktikan sebagai suatu perbuatan yang 7 disalahkan oleh ketentuan hukum.

  4) Harus berlawanan dengan hukum. Artinya suatu perbuatan yang berlawanan dengan hukum dimaksudkan kalau tindakannya nyata- nyata bertentangan dengan aturan hukum. 5) Harus tersedia ancaman hukumannya. Maksudnya adalah perbuatan tersebut memiliki ancaman hukuman karena tanpa adanya ancaman hukuman maka pelaku perbuatan tersebut tidak perlu mendapatnkan

  8 hukumannya.

  b. Unsur Objektif Unsur objektif merupakan unsur dari luar diri pelaku yang terdiri atas : 1) Perbuatan manusia, berupa :

  a) Act, yakni perbuatan aktif atau perbuatan positif,

  b) Omission, yakni perbuatan pasif atau perbuatan negative, yaitu perbuatan yang mendiamkan atau membiarkan.

  2) Akibat (result) perbuatan manusia Akibat tersebut membahayakan atau merusak, bahkan menghilangkan kepentingan-kepentingan yang dilindungi oleh hukum, misalnya nyawa,badan kemerdekaan, kehormatan, dan sebagainya. 3) Keadaan-keadaan ( circumstances)

  Pada umumnya, keadaan tersebut dibedakan antara lain:

  a) Keadaa pada saat perbuatan dilakukan 8

  b) Keadaan setelah perbuatan dilakukan

  4) Sifat dapat dihukum dan sifat melawan hukum Sifat dapat dihukum berkenaan dengan alasaan-alasan yang membebaskan si pelaku dari hukuman. Adapun sifat melawan hukum adalah perbuata itu bertetangan dengan hukum, yakni berkenaan

  9 dengan larangan atau perintah melakukan sesuatu.

B. Tinjauna Umum Tentang Pemidanaan

1. Pengertian Pemidanaan

  Menurut Sudarto,menyatakan bahwa penghukuman itu bersala dari kata dasar hukum, sehingga dapat diartikan menetapkan hukum atas memutuskan hukum tentang hukumnya (berechten). Menetapkan untuk suatu peristiwa tidak hanya menyangkut bidang hukum pidana saja, tetapi juga bidang hukum perdata. Karena tulisan ini berkisar pada hukum pidana, istilah tersebut harus disempitkan artinya, yakni hukuman dalam perkara pidana, kerap kali sinonim dengan pemidanaan atau pemberian atau penjatuhan pidana oleh hakim. Penghukuman dalam hal ini

  10 mempunyai makna sama dengan sentence atau vervoordeling.

  9 10 Tim Modul. Asas-asas Hukum Pidana (Jakarta : Pusdiklat,2008), hlm.38 Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum Panitensir Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,2012),

  2. Tujuan Pemidanaan

  Pada dasarnya terdapat tiga pokok pemikiran tentang tujuan yang ingin dicapai dengan suatu pemidanaan yaitu : a. Untuk memperbaiki pribadi dari penjahat itu sendiri,

  b. Untuk membuat orang menjadi jera dalam melakukan kejahatan-kejatan,

  c. Untuk membuat penjahat tertentu menjadi tidak mampu melakukan kejahatan yang lain, yakni penjahat dengan cara-cara lain sudah tidak

  11 dapat diperbaiki lagi.

  Menurut Andi Hamzah belum banyak sarjana yang membahasnya, namun dalam rancangan KUHP nasional telah diatur tentang tujuan penjatuhan pidana, yaitu: a. Mencegah dilaukannya tindak pidana dengan penegakan norma hukum demi pengayoman masyarakata; b. Mengadakan koreksi terhadap terpidan demikian menjadikannya orang yang baik dan berguna serta mampu hidup bermasyarakat; c. Menyelesaikan konflik yang ditimbulkan oleh tindak pidana,memulihkan keseimbangan dan mendatangkan rasa damai dalam masyarakat;

  12 d. Membebaskan rasa bersalah pada terpidana.

  3. Teori Pemidanaan

  Bagi hakim yang bijak, ketikan ia akan menarik dan menetapkan amar putusan, ia terlebih dahulu mempertimbangkan benar tentang manfaat apa yang akan dicapai dari penjatuhan pidana ( jenis dan berat ringannya ), baik bagi terdakwa, maupun masyarakat maupun Negara. Dalam keadaan yang demikian teori hukum 11 Lamintang dan Theo Lamintang, Hukum Panitensir Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika,2012),

  hlm.11 12 Andi Hamzah,Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia Dari Retribusi Ke Reformasi, hlm

  pidana dapat membantunya. Ketika Jaksa hendak membuat tuntutan dan hakim hendak menjatuhkan pidana apakah berat atau ringan, sering kali bergantung pada

  13 pendirian mereka mengenai teori-teori pemidanaan yang di anut.

  Ada berbagai macam pendapat mengenai teori pemidanaan ini, namun yang banyak itu dapat di kelompokkan kedalam tiga golongan besar yaitu : a. Teori Absolute atau Teori Pembalasan (Vergeldings theorinen)

  Teori ini mengatakan bahwa setiap kejahatan harus berakibat dijatuhkannya pidana kepada pelaku, secara historis tujuan pemidanaan dengan teori pembalasan (retributive theory). Menurut teori ini, alasan pembenar dalam penjatuhan hukuman, hukuman semata-mata sebagai imbalan dari perbuatan jahat, pandangan teori retributive sebagai tujuan hukum yang paling tua, hukuman hanya diperuntukkan bagi pelaku kejahatan itu sendiri. Dalam hal ini setiap individu

  14

  manusia itu bertanggug jawab atas setiap apa yang dilakukannya. Teori absolute atau teori pembalasan ini terbagi dalam dua macam yaitu : 1) Teori pembalasan yang objektif, yang berorientasi pada pemenuhan pda kepuasan dari perasaan dendam dari kalangan masyarakat. Dalam 13 hal tindakan ini si pembuat kejahatan harus dibalas dengan pidana 14 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian I (Jakarta ;Rajawali Pers,2013), hlm.157 Petrus Irwan Pandjaitan dan Samuel Kikilaitety, Pidana Penjara Mau Kemana ( Jakarta : yang merupakan suatu bencana atau kerugian yang seimbang dengan kesensaraan yang diakibatkan oleh sipembuat kejahatan.

Dokumen yang terkait

Pembinaan Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa

2 81 145

Peran Hakim Pengawas Dan Pengamat Terhadap Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II B Siborongborong

1 52 193

Pelaksanaan Pembinaan Kemandirian Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Bengkalis Kabupaten Bengkalis

0 0 15

BAB II PROSES PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS II B KOTA LANGSA A. Tahap-tahap Pembinaan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan - Pembinaan Terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B Kota Langsa

0 1 64

Pelaksanaan Pembinaan Narapidana Wanita di Lembaga Pemasyarakatan Kab. Gowa dalam Perspektif Hukum Islam - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 115

Tinjauan Yuridis Pemberian Remisi terhadap Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas 1A Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 1 93

Sistem Keamanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Bollangi-Sungguminasa Terhadap Kemungkinan Terjadinya Narapidana Melarikan Diri - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 91

Pembinaan Melalui Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Narkoba di Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Kelas II A Sungguminasa - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 129

Efektifitas Lembaga Pembinaan Khusus Anak Terhadap Anak Sebagai Pelaku Kejahatan di Makassar - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 115

Peranan Lembaga Permasyarakaatan Terhadap Pembinaan Narapidana Anak (Studi Kasus Lembaga Permasyarakatan Anak Kelas IIB Kota Pare-Pare - Repositori UIN Alauddin Makassar

0 0 76