Studi Kasus Pada Pasar Sleman, Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen

  ANALISIS SIKAP PEDAGANG TERHADAP PELARIS BISNIS Studi Kasus Pada Pasar Sleman, Yogyakarta Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Nama : Yanu Kristiana PROGRAM STUDI MANAJEMEN UNIV MA NIM : 012214066 FAKULTAS EKONOMI ERSITAS SANATA DHAR

  

MOTTO dan HALAMAN PERSEMBAHAN

”Aku Berpikir Maka Aku Ada”

  

(Descartes dalam Ronggeng Dukuh Paruk)

”Ada sebab ada akibat,

maka tidak akan ada hasil ketika tidak ada Proses”

  

(Y. Kristiana)

”Biarkan yang lain bekejaran dengan waktu, kita bekejaran dengan

h asil, kesibukan memakan waktu, produktivitas menghasilkan waktu.

  

Sabar, teguh & tekun adalah pegangan”

(Y. Sanaha. P)

  

”Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya”

(Pengkhotbah 3:11)

  Karya Tulis ini Aku Persembahkan Untuk ¾ Siapa saja yang membutuhkan

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

S aya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 4 Februari 2007 Penulis Yanu Kristiana

  

ABSTRAK

ANALISIS SIKAP PEDAG ANG TERH ADAP PELARIS BISNIS

Studi Kasus Pada Pasar Sleman, Yogyakarta

Yanu Kristiana

  UNIVERS

  ITAS SANATA D HARMA

YOGYAKARTA

2007

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karateristik pedagang yang

menjalankan bisnis di Pasar Sleman Yogyakarta dan untuk mengetahui sikap

pedagang terhadap pelaris dalam menjalankan bisnisnya.

  Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui karakteristik pedagang

adalah analisis persentase, untuk mengetahui sik ap pedagang dengan

m enggu nakan analisis Multiattribute Attitude Models (MAM) dan Chi-Square.

  Dari analisis persentase diperoleh hasil yaitu mayoritas pedagang adalah

kelompok usia 41-60 tahun yaitu sebesar 47%, jenis kelamin laki-laki berjumlah

61%, kedudukan dalam usaha sebagai pemilik 47%, lamanya menjalankan bisnis

lebih dari 10 tahun sebesar 57%, dan mempunyai penghasilan dalam sebulan

Rp1.000.000 – Rp2.000.000 sebesar 42%. Dari analisis MAM diperoleh hasil

bahwa sikap pedagang terhadap pelaris dalam menjalakan bisnisnya adalah

positif. Dari analisis Chi-square diperoleh hasil bahwa tidak ada perbedaan sikap

pedagang terhadap pelaris dalam menjalankan bisnisnya, berdasarkan profil usia,

jenis kelamin, kedudukan responden sebagai pemilik usaha atau karyawan,

lamanya bisnis yang dijalankan, dan penghasilan.

  

ABSTRACT

THE ANALYSIS OF SELLERS A TTITUDE TO WARD BUSINESS AMULET

Case Study on Sleman Traditonal Market

Yanu Kristiana

  

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

2007

  This study aimed to know the characteristics of traditional vendors who

h old business in Sleman traditional market Yogyakarta and also to get complete

underst anding of their attitude toward business amulet.

  In this study, the analysis methodology which is used to know the

characteristic of the sellers was percentage analysis, wh ere as in order to get data

of vend ors’ attitude the Multiattribute Attitude Models (MAM) and Chi-Square

ware applied.

From the percentage analysis, it was found that 47% of the samples was 41 – 60

years old, 61% was male, 47% was the business owners, 57% had managed their

business more than 10 years, 42% generated income around 1.000.000 up to

2.000.000. From the MAM analysis, it was found that there was positive attitude

of vendors toward amulet in running their business. From the Chi-Square analysis,

it was found that there was not any significant difference of vendors’ attitude

toward amulet in running their business based on the age, sex, the status of

respondents as the owner the business or employee, the duration of their business

and income.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan pencipta Langit dan Bumi dan segala isinya atas

segala berkat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penyusunan skripsi

dengan judul ” Analisis Sikap Pedagang Terhadap Pelaris Bisnis ” pada Pasar

Sleman Yogyakarta. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada studi manajemen jurusan

manajemen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Disamping itu juga

diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pihak yang membutuhkan.

  Selama penyusunan skripsi ini banyak hambatan dan kesulitan yang

dihadap i, namun dapat dilalui karena berkat adanya bantuan dari berbagai pihak.

  

Oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terimakasih

kepada:

  

1. Drs. Alex Kahu Latum, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

  

2. Drs. G. Hendra Poerwanto , M.Si, selaku Kaprodi Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  

3. Bapak V. Mardi Widyadmono SE, MBA selaku pembimb ing I yang telah

menemani dan membantu baik tenaga maupun pikiran dalam memberi bimbingan dan nasehat selama penyusunan skripsi ini.

  

4. Bapak Drs. Marianus Mochtar Modesir, MM selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberi bimbingan

  

5. Drs. Hg. Suseno TW., M.S selaku dosen tamu yang telah meluangkan waktu,

untuk bersedia hadir dalam presentasi penulis.

  

6. Para Dosen Fakultas Ekonomi yang telah member ikan ilmunya kepada penulis

menuntut ilmu di Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  

7. Kepala BAPPEDA Kab. Sleman yang telah memberikan ijin penelitian di

Pasar Sleman.

  

8. Bapak Lurah Pasar Sl eman atas pelayanan yang baik dan meluangkan waktu

setiap kali penulis datang untuk memberikan informasi.

  

9. Mbah Ngangkr ik ”bakul jamu” merupakan salah satu pintu masuk penulis

untuk mendapatkan informasi & memberi satu gelas anggur fermentasi setiap

kali penulis datang dan mengenalkan penulis kepada baku l-bakul yang lain.

  

10. Pak Jho pedagang gandum dan beras yang sering memberikan masukan,

usulan, dan cara untuk pendekatan kepada pedagang dan meninggalkan dagangan untuk mengantar penulis muter-muter pasar untuk mendapatk an informasi.

  

11. Bpk Haryadi Iblis bakule pakaian dalam ”jeroan” telah memberikan ”duduh

weruh” terkait dengan pelaris bisnis dan beberapa teman-teman pemilik pelaris yan g memperbolehkan penulis melihat, memegang, dan mengambil gambar Pring Pethuk, Merah Delima, Nogo Geni, Jimat Rojobrono, Tasbih Barokah, Jimat Wesi Kuning, dan Jimat yang lainnya.

  

12. Keluarga Bapak Purba yang telah membantu fasilitas tempat belajar &

Sanaha, ” Sorry bgt Son!. Sak jroning 2 taun aku ora nang omahmu mergane drung rampung le garap, & nuwun banget aku direwangi mikir”.

  

13. Temen-temen nunggu Dosen Pembimbing fuky, dendi, irma, gepeng, dsb.

  ”Aku start disik kok dadi keri yo!.

  

14. Temen-temen kerja Biro Personalia, Pak Sutadi, Pak Hendro, Pak Anton

Solicin, Wul-Wul, Mblongkeng,, dll. Terimakasih telah memaksa penulis untuk hampir tiap hari ke kampus.

  

15. DHARMO COMUNNITY, Danie, Ndoweer, Topan, Jeffri, Mukidi, B’T,

Indri, Kinthel, Mesoem, M’dez, K oko, Krebo, dsb. ” Sepeninggalku, Jangan bubar ya!. Komunitas kita udah Gedhe, Njeneng di Sadhar & Event yang kita bikin nggak pernah ecek-ecek”.

  

16. Karyawan Perpus yang membantu cari buku, Satpam Pak Pega, Budi, dsb.

  Bpknya Parkiran Kemis, Munaji, Jliteng, Heri yang menjaga motorku.

  

17. GM PRODUCTION, Bpk Sutikno (Juragane), Kenthit, Deglong, Su’Genk,

Hardhi, Merry, Pak Dono, Suryanto & All Crew telah memberi kesempatan

gabung mengenal Event Organizer, Sound ’ Ligthing System & juga feenya.

  

18. Pak Dukuh Gabugan, yang memfasilitasi tempat nongkrong, mbongkar &

mbelah motor, dengerin ”Cakil Ngemut Penthung” ma temen Maridi, Dita k Pitik, Budex, Hernawan, Sunir, Lek Gonel, dsb.

  

19. Simbok & almarhum Lek Temu atas kursi tidur & bikinan kopi setiap pulang

tengah malam dirumahnya.

  20. Paguyuban Turonggo Jati, Paguyuban Grasak, Paguyuban Tri Wargo Tunggal, para pawang, Romo Kirjito Sumber Muntilan, dan paguyuban-paguyuban di

  21. k Sumardiyanto yang ”Duduh Weruh” buku & 22. ini, 23. asih uh dari sempurna, mengingat kemampuan, pengetahuan, dan waktu yang terbata arta,

  22 Februari 2007 Sleman & Muntilan yang telah memberi tempat tukar kaweruh & semangat untuk memilih judul.

  Kolese De Britto, Bpk Prih & ST.Kartono yang dulu pernah ngenalkan cara berpikir ilmiah. Bp pengarangnya. Bpk Samino yang kasih wejangan-wejangan untuk hidup. Kakak Kristiani yang selalu memberi dorongan dan hampir setiap hari menayakan ”Kapan Skripsimu Rampung?, aktivitas ngurusi organisasi paguyuban itu & komunitas neko-neko mbok diculke. Le aneh-aneh buka lahan pertanian, le ternak, le bakulan, sik ra dho cetho, mandek disik!...”.

  Ibuku tercinta yang telah memberikan doa restu, dan semangat untuk segera menyelesaikan kuliah, dan juga biaya yang tidak terhitung selama kuliah.

  Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa skripsi ini m ja

s yang dimiliki oleh penulis. Namun demikian penulis berusaha

menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak.

  Yogyak

  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xvi

  

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………. .. 1

A. Latar Belakang………………………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah……………………………………………… 3 C. Batasan Masalah………………………………………..………. 3 D. Tujuan Penelitian………………………………….……………. 4 E. Manfaat Penelitian……………………………………………… 5 F. Sistematika Penulisan…………………………………………… 5

BAB II LANDASAN TEORI…………...…………….………………… 7

A. Sikap ……………………………......................……………….

  7

  3. Pembentukan sikap ………………………………………… 9

  4. Prosedur Pengukuran Sikap ………………………………. . 1

  1 B. Budaya Mistik Jawa ………………. ………………………….. 3

  1

  1. Pengertian Mistik Jawa ……………………………………. 3

  1

  2. Karakteristik Kehidupan Kejawen ………………………… 14

  3. Mistik Dalam Kehidupan Ekonomi Jawa ………………… 15 BAB III METODE PENELITIAN………………………………….....

  21 A. Jenis Penelitian…………………………………………………. 21

  B. Subyek dan Obyek Penelitian …………………………………. 21

  C. Lokasi dan Waktu Penelitian ...…………...…………………… 22

  D. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel…………… 22

  E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ……………….... 23

  F. Metode Pengumpulan Data ......………………………………. 23

  G. Uji Validitas dan Reliabilitas …………………………………. 24

  H. Metode Analisa Data …………………………………………. 26

  

BAB IV GAMBARAN UMUM PASAR …………………..........…… 30

A. Sejarah Pasar …………………………………………………. 30 B. Lokasi Pasar ........................…………………….................…. 31 C. Fasilitas Pasar ......................…………...…………………...… 31 D. Keadaan Pedagang ……................................................……… 32 E. Pengelola Pasar ............................................ ……………….... 32 F. Kantor Pengelola Pasar ......…………...........……………...... 33

  

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN…………………. .. 37

A. Instrumen Penelitian ..……………………………………….. 37 B. Deskripsi Responden ………………………………………… 39 C Pengukuran Sikap ………………………………………..…… 43 . D. Sikap Pedagang Berdasar Profil ………………….…………… 52 E. Pembahasan …………………………………….………..…… 58 BAB V I KESIMPULAN DAN SARAN .................…………………. .. 61 A. Kesimpulan ..………………………………………………….. 61 B. Saran ………………………………………………………….. 62 C. Keterbatasan ………………………………………………….. 62

DAFTA R PUSTAKA ……………………………………………………. 64

LAMP IRAN ……………………………………………………………… 66

  DAFTAR TABEL Tabel V. 1 Uji Validitas Bagian Pertama (Belief) ........................... 39 Tabel V. 2 Uji Validit as Bagian (Evaluasi) ..................................... 40 T abel V. 3 Karakteristik Pedagang Berdasar Usia .......................... 41 Tabel V. 4 Karakteristik Pedagang Berdasar Jenis Kelamin .......... 42 Tabel V. 5 Karakteristik Pedagang Berdasar Kedudukan ............... 42 Tabel V. 6 Karakteristik Pedagang Berdasar Lama Menjalankan Bisnis ............................................................................

  43 Tabel V. 7 Karakteristik Pedagang Berdasar Penghasilan ............. 43 Tabel V. 8 Data Variabel Keyakinan/Belief ..................................

  45 Tabel V.9 Data Variabel Evaluasi ................................................. 47 Tabel V.10 Nilai Sikap ................................................................... 49 Tabel V.11 Distribusi sikap pedagang ............................................ 51 Tabel V.12 Hasil Uji Chi Square Berdasarkan Profil Usia ............. 53 Tabel V.13 Hasil Uji Chi Square Berdasarkan Profil Jenis Kelamin .......................................................................

  54 Tabel V.14 Hasil Uji Chi Square Berdasarkan Profil Kedudukan

dalam Usaha ....................................................... .......... 54

Tabel V.15 Hasil Uji Chi Square Berdasarkan Profil Lama Bisnis .. 55 Tabel V.16 Hasil Uji Chi Square Berdasarkan Profil Penghasilan . . 56

  DAFTAR GAMBAR G ambar bagan struktur organisasi pasar Sleman ............................... 35

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Jawa diyakini sebagai pusat ekonomi di Indonesia. Menurut

  

sejarahnya, Pulau Jawa merupakan pusat dan tempat masuknya pedagang-

pedagang dari luar Negeri yang tertarik berbisnis di Indonesia. Secara

etnispun, Suku Jawa merupakan kelompok mayoritas di antara penduduk

Indonesia yang beraneka ragam dan mempunyai kebudayaan religius yang

unik.

  Kebudayaan yang unik ini dapat dilihat dari perilaku-perilaku

penduduk dalam hal perdagangan. Para pedagang Jawa sering menaruh

sesuatu, semacam bungkusan-bungkusan sebagai pelarisan (jimat

keberuntungan) atau menaruh benda-benda sesaji di sudut-sudut atau di

tempat-tempat tertentu. Selain itu, ada juga pedagang yang berhenti berdagang atau berpuasa pada hari-hari pasaran tertentu dan

pembukaan/awal berdagangnya ditentukan pada hari menurut perhitungan

hari pasaran “itung dino” pada primbon.

  Aktivitas-aktivitas yang dilakukan para pedagang Jawa tersebut, tidak mudah dipahami secara rasional. Penjelasan rasionalpun sulit dibangun untuk memahami perilaku ini. Yang mengherankan apabila

  

dagang mendapatkan “kabegjan”(keberuntungan), sukses, lancar,

“slamet”(selamat), dan sebagainya.

  Bisnis yang dilakukan oleh para pedagang Jawa, ternyata pada praktiknya terlihat tidak berkembang, bahkan dalam menjalankan bisnisnya

terkadang seperti hanya untuk mencari makan sehari-hari, tanpa tujuan

jangka panjang. Para pedagang cenderung enggan kerja lebih keras dan

tidak mengarahkan bisnis berdagangnya ke depan untuk semakin

berkembang. Apabila dibandingkan dengan pedagang yang lainnya seperti:

pedagang Tionghoa, pedagang Jawa sangat ketinggalan dalam

pengembangan usahanya.

  Dari latar belakang diatas inilah peneliti tertarik mengungkap lebih

jauh tentang sikap pedagang Jawa terhadap pengaruh pelaris dalam

menjalankan bisnisnya di kota Yogyakarta. Ketertarikan melakukan

penelitian di Yogyakarta ini juga karena didukung oleh Daniel (2004:17), yang menyatakan bahwa; Yogyakarta adalah salah satu kota yang sangat kaya tradisi dan memiliki keunikan pola kehidupannya. Kota ini adalah satu kota yang masih terkenal sebagai penjaga kebudayaan Jawa dimana

masyarakat tetap melestarikan adat-istiadatnya. Oleh karena itu penulis

mengambil judul “ANALISIS SIKAP PEDAGANG TERHADAP

PELARIS BISNIS “ Studi Kasus Pada Pasar Sleman, Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

  Seorang pelaku bisnis dalam menjalankan pratek bisnisnya, tidak akan lepas dari latar belakang pola dan kebudayaan dari daerah dimana dilahirkan dan dibesarkan. Budaya yang melekat pada pelaku bisnis, akan sangat mempengaruhi sikap dan perilaku dalam setiap penentuan

keputusan menjalankan bisnisnya dengan tujuan agar berhasil atau sukses.

  Berdasarkan urain tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

  1. Bagaimana karakteristik pedagang pada pasar Sleman Yogyakarta?

  2. Bagaimana sikap pedagang terhadap pelaris bisnis?

C. Batasan Masalah

  Banyaknya pasar tradisional yang masih beroperasi di wilayah Sleman, Yogyakarta, serta banyaknya variasi bentuk atau macam alat yang digunakan pedagang untuk membuat sukses/laris dalam menjalankan bisnis, maka penulis memberi batasan pada beberapa hal agar masalah yang diteliti tidak terlampau luas yaitu sebagai berikut:

1. Pedagang yang dimaksud adalah pedagang yang menjalankan bisnisnya di pasar Sleman, Yogyakarta.

2. Sikap terhadap pelaris dalam hal ini adalah jimat yang mempengaruhi/membantu kesuksesan dagang.

D. Tujuan Penelitian

  Kebudayaan sifatnya luas dan menyangkut segala aspek kehidupan manusia. Pengertian kebudayaan menurut Harper W. Boyd, Orville C.

  

Walker, dan Jean-Clauden Larreche (2002: p.12), kebudayaan (culture)

adalah himpunan kepercayaan, sikap, pola perilaku (kebiasaan dan tradisi)

yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu masyarakat dan diwariskan dari

satu geberasi ke generasi berikutnya melalui sosialisasi.

  Jadi, sikap dan perilaku manusia sangat ditentukan oleh kebudayaan yang melingkupinya, dan pengaruhnya akan selalu berubah setiap waktu,

sesuai dengan kamajuan atau perkembangan jaman. Demikian pula seorang

pelaku bisnis dalam menjalankan bisnisnya, bisa ditentukan oleh kebudayaan yang tercermin pada cara hidup, kebiasaan dan tradisi. Sehingga tujuan dalam penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui karakteristik pedagang yang menjalankan bisnis di pasar Sleman Yogyakarta.

  2. Untuk mengetahui sikap pedagang terhadap pelaris dalam menjalankan bisnisnya.

  E. Manfaat Penelitian Dari proses penelitian yang dilakukan tentunya akan mendapatkan hasil yang mempunyai manfaat dan kegunaan. Dengan demikian, penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan saran dan masukan yang

berguna bagi pihak-pihak yang bersangkutan dan membutuhkan antara lain:

  1. Bagi pembaca Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk pengambilan keputusan dan menentukan kebijakan dalam menjalankan bisnis.

  2. Bagi penulis Melalui penelitian, penulis mencoba melihat faktor-faktor lain yang dirasa tidak rasional untuk mencapai kesuksesan bisnis.

  3. Bagi ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan khasanah bacaan ilmiah bagi mahasiswa dan dapat dipergunakan sebagai referensi tulisan yang dapat dikembangkan dalam penelitihan lain.

  F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

  BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisikan tentang landasan-landasan teori yang mendasari pelaksanaan penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang tempat penelitian, teknik pengumpulan data,

populasi dan teknik pengambilan sampling, metode pengujian instrumen dan

metode analisis data.

  BAB IV GAMBARAN UMUM PASAR Bab ini berisikan tentang sejarah, lokasi, keadaan pedagang, pengelola pasar, bagan struktur, visi dan misi

  BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan tentang Instrumen Penelitian, Deskripsi Responden, Pengukuran Sikap. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisikan tentang kesimpulan, saran, keterbatasan.

BAB II LANDASAN TEORI A. Sikap

  1. Pengertian Sikap Seseorang pasti mempunyai sikap dalam menggambarkan penilaian terhadap objek yang dihadapinya. Sikap menurut Gilbert (2005: 461), mewakili ide, keyakinan, atau kesukaan seseorang menyangkut suatu objek atau ide tertentu. Sedangkan Kotler (1997: 167), mendefinisikan sikap adalah evaluasi perasaan emosional dan kecenderungan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama dari seseorang terhadap objek atau gagasan

  Menurut Engel (1994: 5), sikap adalah evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan objek atau alternatif yang diberikan.

  Dari definisi-definisi tersebut maka dapat ditarik pengertian tentang sikap yaitu evaluasi dan kecenderungan orang berespon yang mewakili ide, keyakinan, atau kesukaan seseorang terhadap objek.

  2. Komponen dan Struktur Sikap Dilihat dari strukturnya, sikap terdiri atas tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen konatif (Azwar; 1988: 17-21). Komponen kognitif berupa keyakinan seseorang (behaviour belief dan group belief), komponen afektif menyangkut emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan bertindak sesuai dengan sikapnya. Komponen afektif atau aspek emosional biasanya

berakar paling dalam pada komponen sikap, yang paling bertahan terhadap

pengaruh-pengaruh yang mungkin mengubah sikap Komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan dan stereotype yang memiliki individu mengenai sesuatu. Persepsi dan kepercayaan seseorang mengenai objek sikap berwujud pandangan dan sering kali merupakan stereotype atau sesuatu yang telah terpolakan dalam

pikirannya. Komponen kognitif dari sikap ini tidak selalu akurat. Kadang-

kadang kepercayaan justru timbul tanpa adanya informasi yang tepat mengenai suatu objek. Kebutuhan emosional bahkan sering merupakan determinan utama bagi terbentuknya kepercayaan.

  Komponen afektif melibatkan perasaan atau emosi. Reaksi emosional kita terhadap suatu objek akan nembentuk sikap positif atau negatif terhadap objek tersebut. Reaksi emosional ini banyak ditentukan oleh kepercayaan terhadap suatu objek, yakni kepercayaan suatu objek baik atau tidak baik, bermanfaat atau tidak bermanfaat.

  Komponen konatif atau kecenderungan bertindak (berperilaku) dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap. Perilaku seseorang dalam situasi tertentu dan dalam situasi menghadapi stimulus tertentu, banyak ditentukan oleh kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut. Kecenderungan berperilaku secara konsisten, selaras dengan kepercayaan dan perasaan ini membentuk sikap individual.

  3. Pembentukan sikap Sikap dapat dibentuk oleh pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh budaya, media masa, lembaga pendidikan dan agama.

  a. Pengalaman Pribadi Tak ada pengalaman sama sekali dengan objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut. Sebaliknya pengalaman dengan objek psikologis menimbulkan adanya tanggapan dan penghayatan. Penghayatan ini membentuk sikap seseorang, tetapi apakah sikap itu positf atau negatif masih tergantung pada berbagai faktor lain.

  Untuk dapat menyadari dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus melalui kesan yang kuat. Oleh karena itu sikap akan mudah terbentuk jika faktor emosional terlibat dalam pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi ini sifatnya saling terkait dalam b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang-orang yang kita anggap penting dalam hidup kita misalnya orang tua, teman, guru, dosen, dapat mempengaruhi sikap kita. Kita cenderung bersikap sama dengan sikap orang-orang yang kita anggap penting bagi diri kita, kecenderungan ini timbul karena adanya motivasi untuk berafiliasi dan untuk menghindari konflik.

c. Pengaruh Budaya Kebudayaan sangat berpengaruh pada pembentukan sikap.

  Apabila kita hidup dalam budaya yang menjunjung tinggi nilai-nilai religius, maka sikap positif terhadap nilai-nilai religius kemungkinan besar akan terbentuk. Demikian juga apabila kita hidup dalam masyarakat yang menjunjung tinggi sifat-sifat ksatria dan penuh dedikasi dalam membangun dan membela Negara, maka sikap positif terhadap sifat-sifat tersebut juga terbentuk.

  d. Media Masa Informasi yang disampaikan melalui berbagai sarana informasi yang terbentuk media masa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lainnya memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap.

  Apabila pesan-pesan yang disampaikan itu cukup sugestif, akan memberi dasar afektif dalam terbentuknya sikap. e. Lembaga Pendidikan dan Agama Sikap lebih banyak diperoleh dari belajar dibandingan dengan sifat bawaan. Dengan demikian, melalui penciptaan suasana tertentu dalam kegiatan belajar mengajar dimungkinkan untuk mengubah sikap. Sikap dapat ditumbuhkan, dipelihara, bahkan diperlemah dengan proses belajar. Lembaga pendidikan atau agama sering kali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap. Sebagai contoh, judi merupakan perbuatan terlarang. Mereka yang tidak melihat hubungan antara judi dengan ajaran agama, kebanyakan bersikap menerimanya sebelum terbukti berdampak negatif. Sedangkan mereka yang meyakini bahwa judi bertentangan dengan ajaran agama bersikap menolak tanpa adanya keraguan. Dari kenyataan tersebut, kita dapat menghubungkan nilai-nilai yang dikembangkan lewat jalur pendidikan dengan ajaran agama akan mempermudah pembentukan sikap positif terhadap nilai-nilai tersebut yang diharapkan terwujud dalam tindakan sehari-hari (Azwar 1988: 24-29).

  4. Prosedur Pengukuran Sikap Terdapat beberapa cara untuk mengukur sikap, diantaranya adalah self-report, pengamatan atas perilaku aktual, tehnik-tehnik tidak langsung, kinerja atas pengerjaan tugas-tugas objektif, dan reaksi fisiologis. a. Self-report Metode penilain sikap dimana responden ditanya secara langsung tentang keyakinan atau perasaan mereka terhadap suatu objek atau kelas objek.

  b. Teknik Tidak Langsung Metode penilaian sikap yang menggunakan bentuk unstructured

stimuli atau partially constructed stimuli seperti uji asosiasi kata (word

association test), uji kelengkapan kalimat (sentence-completion test), bercerita (storitelling), dan lain sebagainya.

  c. Kinerja Pengerjaan Tugas-Tugas Objektif Metode penilaian sikap yang didasarkan pada asumsi bahwa kinerja seorang subjek dalam mengerjakan tugas objektif (misalnya, mengingat sejumlah fakta) akan tergantung pada sikapnya.

  d. Reaksi Fisiologis Metode penilaian sikap dimana periset memonitor respons subjek, dengan menggunakan perangkat listrik atau mekanik, terhadap rangsangan yang diberikan (Gilbert, 2005: 462-464).

B. Budaya Mistik Jawa

  1. Pengertian Mistik Jawa Mistik merupakan salah satu unsur kebudayaan. Mistik merupakan system religi, sedangkan system religi dan upacara keagamaan merupakan unsur kebudayaan. Sebagai system kebudayaan, mistik memiliki tiga perwujudan. Pertama, wujud kebudayaan sebagai kompleks ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

  Wujud ini berada dalam alam pikiran warga masyarakat. Wujud kedua, kebudayaan sebagai aktivitas berpola dari manusia dalam masyarakat, wujud ini berupa system sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Ketiga, wujud kebudayaan fisik yang berbentuk nyata sebagai hasil kerja warga masyarakat (Koentjaraningrat 1974; 12).

  Pengertian Mistik yaitu : (1). mistisisme adalah persoalan praktik, (2). secara keseluruhan mistisisme adalah aktivitas spiritual, (3). jalan dan metode mistisisme adalah cinta, (4). mistisisme menghasilkan pengalaman psikologis nyata, (5). mistisisme sejati tak mementingkan diri. Keempat ciri khas mistik ini, mempresentasikan bahwa mistik adalah tindakan luhur (Supadjar 2001: 100).

  Suwardi (2003: 3), berpendapat bahwa, Religiusitas Jawa tak lain adalah mistik kejawen. Mistik kejawen adalah saka guru (empat tiang penyangga) kehidupan kejawen. Karena itu, jika kejawen tanpa mistik, maka pudar pula kejawen tersebut. Kejawen dan mistik telah menyatu,

  2. Karakteristik Kehidupan Kejawen Sistem berpikir Jawa, menurut Dawami (2002: 12) suka pada mitos. Segala perilaku orang Jawa, seringkali memang sulit lepas dari aspek kepercayaan pada hal-hal tertentu. Itulah sebabnya sistem mistis selalu mendominasi perilaku hidup orang Jawa. Mereka lebih percaya

pada donggeng-donggeng sakral. Sistem berpikir semacam ini telah turun-

temurun sampai menjadi folklore Jawa. Sistem berpikir mistis sering mempengaruhi pola-pola hidup yang bersandar pada nasib. Nasib ini adalah istilah Jawa dinamakan kabegjan (keberuntungan) yang telah disertai usaha. Karena usaha dan nasib juga sering menyatu padu, maka orang Jawa justru sampai pada pemikiran homologi antropokosmik. Maksudnya, dalam langkah kehidupannya disesuaikan dengan tatanan manusia dan dunia sekelilingnya.

  Menurut Suwardi (2003: 7-9), sistem berpikir Jawa biasanya terpantul dalam tindakan nyata yang disebut laku. Orang Jawa gemar menjalankan laku yang identik dengan prihatin. Laku juga senada dengan tirakat (ngurang-ngurangi), yang lebih eksplisit lagi sering dinamakan tapa brata. Dalam menjalani tradisi kejawen, orang Jawa selalu mengacu pada budaya leluhur yang turun-temurun. Karena itu, sadar atau tidak sadar kejawen telah banyak memanfaatkan karya-karya leluhur sebagi pijakan dan pijaran hidupnya.

  Dari karya-karya yang diramu dengan pengalaman batin, munculah karakteristik kehidupan kejawen. Karakteristik yang paling menonjol ialah tradisi mistik yang dirangkai dengan ritual slametan. Slametan adalah sebuah ritual yang dimaksudkan untuk memohon keslamatan hidup.

  Slametan adalah manifestasi kultur Jawa asli. Didalamnya lengkap dengan simbol-simbol sesaji, serta menggunakan mantra-mantra tertentu.

  3. Mistik Dalam Kehidupan Ekonomi Jawa Menurut Suwardi (2003: 229) bahwa, dunia ekonomi Jawa jelas berbeda dengan ekonomi lain. Ekonomi Jawa juga mencari keuntungan. Namun, dalam meraih keuntungan tak hanya didasarkan pada manajemen bisnis semata, melainkan juga tak sedikit yang dilandasi ritual mistik kejawen. Prinsip ekonomi Jawa untuk meraih “kabegjan”, tak dicapai menggunakan sistem pasar semata.

  Falsafah ekonomi lebih menekankan pada aspek ketuhanan yang utuh. Paling tidak, landasan yang paling menonjol adalah prinsip bahwa rejeki adalah peparinge Pangeran (pemberian Tuhan). Rejeki telah digaris (pininta) atau diatur oleh Tuhan. Karenanya, keuntungan (bebathen) sedikit atau banyak bagi mereka tak masalah. Untung rugi tak diukur dari aspek material saja, melainkan dari spiritual. Itulah sebabnya, dalam menjalankan roda ekonomi selalu khas Jawa, yaitu dilandasi prinsip narima dan pasrah.

  De jong (1976: 19), memberi pengertian narima artinya merasa

puas dengan nasibnya, tidak memberontak, menerima dengan suasana

terimakasih. Narima merupakan suatu sikap hati yang menghasilkan

ketenangan afektif dalam menerima segala sesuatu dari dunia luar, harta

benda, kedudukan sosial, nasib malang, dan untung Sedangkan Koentjaraningrat (1969: 43), mengatakan bahwa sikap

narima memberi daya tahan untuk juga menanggung nasib yang buruk

sehingga sesuatu malapetaka kehilanggan sengsaranya. Narima menuntut

seseorang untuk memiliki kekuatan menerima apa yang tidak dapat

dielakkan tanpa memberikan diri dihancurkan olehnya.

  Suwardi (2003: 231), juga menyatakan bahwa dunia ekonomi Jawa

memang kadang-kadang berbau sakral. Tak sedikit para pelaku ekonomi

yang melakukan mistik kejawen dalam rangka mencari pelarisan (agar

dagangan laris terjual) dan golek pasugihan (mencari kekayaan). Dua

tradisi ini ditempuh melalui ritual-ritual mistik kejawen yang khusuk.

  Dari beberapa pengertian tersebut maka didapatkan bahwa

ekonomi Jawa mencari keuntungan dilandasi ritual mistik kejawen, dalam

menjalakan bisnis diwarnai perilaku ritual-ritual, antara lain mencari

pelarisan (agar dagangan laris terjual) dan golek pasugihan (mencari

kekayaan).

  Menurut tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan

bahasa, Pelaris adalah mantra atau jimat untuk membuat laris. Jimat

  

merupakan benda yang dianggap mengandung kesaktian (dapat menolak

penyakit, menyebabkan kebal, dsb).

  Badudu (1996:777) memberi definisi pelaris adalah, 1. alat atau

cara untuk membuat laris; 2. mantera yang dibaca-baca agar jualan laris.

  

Sedangkan jimat merupakan sesuatu yang dianggap mempunyai kesaktian

untuk menangkal penyakit, penolak setan, pembuat kebal, dsb; biasanya

ditulisi dengan ayat-ayat alquran diikat di lengan atau di pinggang.

  Dari definisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa pelarisan

merupakan suatu obyek benda yang didapatkan melalui cara tertentu

sebagai alat agar dagangan laris.

  Suwardi (2003: 231), menyatakan bahwa jimat antara lain berupa

bunga kenanga, batu akik, keris kecil dan lain-lain yang ditaruh dibawah

dagangannya agar menarik pembeli. Jimat tersebut selalu dikutuki

kemenyan setiap Malem Jemuah, dan diberi sesaji bunga-bunga.

  Misteri (2003:edisi 20) memberi gambaran beberapa jimat dan kegunaannya antara lain :

a. Tasbih Barokah Digunakan untuk sarana mendatangkan rejeki secara tiba-tiba.

  b. Wahyu Pembayun Untuk sebuah tempat usaha yang sangar, penuh hawa negatif yang membuat pembeli enggan datang. c. Jimat Pasugihan Untuk usaha seret, macet, sering ditipu, banyak saingan, diguna-guna lawan bisnis.

  d. Balok Sengkala Untuk menangkis semua karma/sengkala/musibah dan memusnahkan selamanya. Hidup akan berubah jadi jaya-raya-lahir batin, rejeki halal melimpah dan keluarga sejahtera selamanya e. Susuk Bumi Penglaris Khusus untuk mempercepat pejualan apa saja: tanah, rumah, mobil, barang dagangan, dsb

  f. Mustika Agung Rajjah Sulaiman Untuk menarik dan mendatangkan rejeki halal agar deras mengalir tiada henti. Pembawa kesuksesan dan keberuntungan dalam segala hal.

g. Bulu Rusa Kencana Mas Untuk memperlancar usaha, bisnis, dipercaya semua orang.

  h. Jimat Rojobrono Untuk pengusaha yang selalu tertimpa kesialan, rejeki seret, bisnis

i. Dompet Pengundang Rizqi Untuk melancarkan rejeki, mempermudah hubungan bisnis.

  j. Emas Asmo Khodam Sarana khusus untuk mendatangkan rejeki secara tiba-tiba, membuat rejeki lancar, hutang cepat terlunasi, usaha cepat berkembng. k. Energi Pengasihan Sabuk Asmara Untuk pribadi yang ingin memdongkrak penampilan dalam segala hal untuk bisnis atau pekerjaan. l. Kekayaan Versi Islam Mengantar pribadi yang dirudung permasalahan ekonomi, kesulitan mata pencahariaan, mentok tanpa hasil menuju jalan kesuksesan bahagia dunia dan akherat. m. Minyak Pelaris Usaha Agar dagangan laris, rejeki berlimpah, usaha lancar. Toko, restoran, tempat usaha kecil/besar terhindar dari gangguan ilmu hitam/sihir. n. Jimat Wesi Gunung Untuk memperlancar bisnis, disukai rekan kerja, atasan maupun bawahan, menambah kharisma dan kewibawaan, mempunyai daya pengasihan, pelet dan mengandung pagar keselamatan. o. Jimat Pager Bumi Penglaris Untuk memagari rumah, kantor, tempt usaha dari gangguan orang jahil

  (pencuri), serangan gaib, dan pelancar usaha maha dasyat. p. Lulang Kembang Telon

Untuk penglaris usaha kecil, warung rokok, kios bakso, tambal ban.

q. Uang Khodam Untuk memperlancar rejeki pedagang dan sales.

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Penelitian A. Penelitian yang penulis lakukan termasuk Jenis penelitian Eksplorasi

  dan studi kasus. Eksplorasi yaitu penelitian penjajagan pada suatu masalah dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan awal tentang subjek yang diteliti. Studi kasus yaitu penelitian yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial, termasuk manusia di dalamnya (Nasution, 2003: 27).

B. Subyek dan Obyek Penelitian:

  1. Subyek penelitian Subyek penelitian adalah jenis data yang berupa opini, sikap, pengalaman atau karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subjek penelitian (Indriyanto dan Supomo, 1999: 145). Subjek pada penelitian ini adalah pedagang yang melakukan aktivitas bisnisnya di Pasar Sleman, Yogyakarta.

  2. Obyek penelitian Obyek pada penelitian ini yakni sikap pedagang terhadap pengaruh pelaris dagangan. Pada penelitian ini melihat sikap merupakan emosi perasaan berbisnis. Sehingga kecenderungan akan mengarahkan untuk mencari-cari atau memiliki pelaris dengan cara apapun yang mempunyai kekuatan yang lebih dibanding milik pesaing.

   Lokasi dan Waktu Penelitian C.

  1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Pasar Sleman.

  2. Waktu Penelitian Waktu penelitian bulan Agustus – September 2006

D. Populasi, Sampel dan Tehnik Pengambilan Sampel

  1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan dari jumlah subjek penelitian yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi diartikan pula sebagai subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pedagang yang berada di Pasar Sleman.

  2. Sampel Sampel merupakan sebagian dari populasi dengan karakteristik yang sama. Sampel dalam penelitan ini adalah sebagian dari pedagang yang berada di Pasar Sleman. Penelitian ini menggunakan 100 orang pedagang sebagai responden dari populasi 680 orang pedagang .