Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

PERNIKAHAN USIA DINI; FAKTOR DAN

  IMPLIKASINYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi kasus di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  Oleh: Muhamad Masngudi 21113036

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

PERNIKAHAN USIA DINI; FAKTOR DAN

  IMPLIKASINYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi kasus di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  Oleh: Muhamad Masngudi 21113036

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

  

MOTTO

Inna khusna alaqotika billahi akbaru min ‘awamili najahika:

Sesungguhnya hubungan baikmu dengan Allah lebih utama dari pada

kesuksesanmu

  

PERSEMBAHAN

SkripsiinipenulispeSembahkanuntuk: 

  Kedua orang tua yang senantiasa memberikan doa dan dukungan.

   Keluargaku yang selalu mendukung, mendo'akan dan memberikan segalanya, baik moral maupun spiritual bagi kelancaran studi, semoga Allah senantiasa meridhoinya.  Dosenku, pembimbingku yang setia dan penuh kesabaran membimbingku, serta rekan-rekan mahasiswa IAIN Salatiga.

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahi Rabbil „Aalamiin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Robbi yang Maha Rahman dan Maha Rahim yang telah menciptakan manusia dengan sebaik-baiknyabentuk. Denganpetunjukdantuntunan- Nya, penulismempunyaikemampuanuntukmenyelesaikanskripsi ini.

  Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jaman kebodohan menuju zaman yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga dapat menjadikan kita bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat kelak.

  Sebagai insan yang lemah dan penuh dengan keterbatasan, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Akhirnya dengan berbekal kekuatan, kemauan dan bantuan semua pihak, maka penyusunan skripsi dengan judul:

  “PERNIKAHAN USIA DINI; FAKTOR DAN

  IMLIKASINYA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM(Studi kasus di Dusun Ngronggo Kelurahan Argomulyo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga)ini bisa terselesaikan.

  Dengan terbentuknya skripsi ini, penulis haturkan banyak terima kasih yang tiada taranya kepada:

  1. BapakDr. H. RahmatHaryadi, M. Pd,selakuRektorInstitutAgama Islam NegriSalatiga.

  2. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga, sekaligus selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan studi dan juga telah memberikan arahan dalam menyelesaikan skripsi.

  3. BapakSukron Ma‟mun, S.H.I.,M.Si.,selaku Kajur Hukum Keluarga Islam.

  4. KetuakelurahankumpulrejoSalatiga.

  5. BapakIbuDosenSyariah IAIN Salatiga.

  6. Orang tuatercintadansemuasaudara-saudaraku.

  7. Dan kepada semua teman-temanku yang sangat membantuku dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya Nida Zahra Hana dan Fendy Tri Bachtiar. Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain hanya memanjatkan doa, semoga Allah SWT mencatat sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Aamiin yaa robbal „aalamiin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini.

  Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat, khususnya bagi Almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.

  Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

  Salatiga, 29September 2017 Penulis

  

ABSTRAK

  Masngudi, Muhamad. 2017. Pernikahan Usia Dini;Faktor Dan Implikasinya

  Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus Di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpulrejo Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga) .Skripsi. Jurusan Hukum

  Keluarga Islam. Fakultas Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. Siti Zumrotun. M.Ag.

  

Kata Kunci:Pernikahan Usia Dini;Faktor Dan Implikasinya Perspektif Hukum Islam

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui hukum Islam terhadap pernikahan usia dini ditinjau dari faktor dan Implikasinya. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Apa faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo Salatiga?,(2) Bagaimana implikasi pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo, Salatiga?, (3) Bagaimana hukum pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo menurut perspektif hukum Islam?.

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan Sosiologis Yuridis, serta menggunakan jenis penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan di masyarakat itu sendiri atau masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan jenis penelitian ini adalah Penelitian Kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistic atau cara kuantifikasi lainnya.

  Temuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini di dusun Ngronggo, implikasi terhadap pernikahan usia dini di dusun Ngronggo dan bagaimanakah Hukum pernikahan usia dini di dusun Ngronggo menurut hukum islam. Berdasarkan penelitian, faktor pernikahan usia dini dilangsungkan adalah karena faktor pendidikan, kemauan anak, serta faktor agama. Adapun pernikahan usia dini yang terjadi di dusun ngronggo mengakibatkan bertambahnya beban ekonomi kerluarga, rendahnya tingkat pendidikan, serta rumah tangga yang kurang harmonis. Dan apabila ditinjau dengan hukum islam dengan kaidah mafasid muqoddamun ala jalbil fikih „‟dar‟ul

  

masholih‟‟ .(mencegah/menghindari nudhorot harus didahulukan dari pada upaya

  mencari kemaslahatan) maka pernikahan tersebut harus ditekan karena dampak negatifnya lebih besar dari pada dampak positif.

  

DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO ............................................................................................ ii

JUDUL...................................................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. vi

MOTTO ................................................................................................................... vii

PERSEMBAHAN .................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ix

ABSTRAK................................................................................................................ xi

DAFTAR ISI ............................................................................................................ xii

  BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ................................................................... 1 B. RumusanMasalah ........................................................................... 5 C. TujuanPenelitian............................................................................. 5 D. ManfaatPenelitian........................................................................... 5 E. TinjauanPustaka ............................................................................. 6 F. PenegasanIstilah ............................................................................. 7 G. MetodePenelitian ............................................................................ 9 H. SistematikaPenulisan ...................................................................... 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KonsepPernikahan .......................................................................... 15 a. PengertianPernikahanmenurutHukum Islam............................ 15 b. DasarHukumPernikahanMenurutHukum Islam ....................... 16 c. Syarat Dan RukunPernikahan .................................................. 17 d. HukumMenikahDalam Islam ................................................... 21

  e.

  TujuanPernikahan..................................................................... 23 f. HikmahPernikahanMenurut Islam ........................................... 24 g.

  Batas UmurPernikahanMenurutKonsepFikih .......................... 30

  BAB III HASIL PENELITIAN A. Di GambaranUmumPermasalahanPernikahanUsiaDini DusunNgronggo ............................................................................. 35 B. Di FaktorPenyebabTerjadinyaPernikahanUsiaDini DusunNgronggo ............................................................................. 43 a. FaktorPendidikan ..................................................................... 44 b. FaktorKemauanAnak ............................................................... 44 c. Faktor Agama ........................................................................... 46 C. ImplikasiPernikahanUsiaDini di DusunNgronggo......................... 47 BAB IV ANALISIS TERHADAP PERMASALAHAN PERNIKAHAN USIA DINI DI DUSUN NGRONGGO KELURAHAN KUMPULREJO KOTA SALATIGA MENURUT PRESPEKTIF HUKUM ISLAM A. AnalisisTentangFaktor- FaktorPenyebabTerjadinyaPernikahanUsiaDini di DusunNronggo, KelurahanKumpulrejo, Kota Salatiga.................. 54 a. FaktorPendidikan ..................................................................... 54 b. FaktorKemauanAnak ............................................................... 56 c. Faktor Agama ........................................................................... 56 B.

  di AnalisisTentangImplikasiPernikahanUsiaDini

  DusunNgronggo, KelurahanKumpulrejo Kota Salatiga................. 58

  C. di

  AnalisiTentangHukumPernikahanUsiaDini DusunNgronggoKelurahanKumpulrejo Kota SalatigaMenurutPrespektifHukum Islam ....................................... 61

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan..................................................................................... 69 B. Saran ............................................................................................... 70 C. Kata Penutup .................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

BIODATA PENULIS

BiodataPribadi

  1.TK :Kumpulrejo 02

  3. UKM Bahasa Arab

  IAIN Salatiga 2014-2015 sieKemahasiswaan

  2. SenatMahasiswaFakultasSyari‟ah

  OrganisasiPelajarPondok Modern (OPPM) Gontorsebagaipengurusdapur .

  PengalamanOrganisasi 1.

  3.KMI :Pondok Modern Darussalam Gontor

  2.SD :Kumpulrejo 02

  RiwayatPendidikan

  1. Nama : MuhamadMasngudi 2.

  9. No. Hp : 085726635874

  Alamat : DsnNgronggort 05/04 Kec. Argomulyo salatiga

  Agama : Islam 8.

  Tinggi, BeratBadan : 167cm. 58kg 7.

  Status : Lajang 6.

  Kebangsaan : Indonesia 5.

  TempatTanggalLahir : Kab. Semarang 20 Oktober 1992 4.

  JenisKelamin : Laki-Laki 3.

  IAIN Salatiga (ITTAQO) 2015-2016 SebagaisieLitbangkom

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam bahasa Indonesia, perkawinan berasal dari kata „‟kawin‟‟ yang

  menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Perkawinan disebut juga „‟pernikahan‟‟, berasal dari kata nikah (

  حبكَ) yang menurut bahasa artinya mengumpulkan saling memasukkan, dan digunakan untuk arti bersetubuh (wathi). Kata nikah sendiri sering dipergunakan untuk arti persetubuhan (coitus), juga untuk arti akad nikah (Ghazaly, 2006:7).

  Ghazaly mengutip komentar Sayyid Sabbiq yaitu; perkawinan merupakan salah satu Sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, baik pada manusia hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sebagai jalan bagi manusia untuk beranak pinak, berkembang biak, dan melestarikan hidupnya setelah masing- masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan tujuan perkawinan. Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara anarkhi tanpa aturan. Demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan rasa saling meridhoi, dengan ucapan ijab qobul sebagai lambang adanya rasa saling meridhoi, dan dengan dihadiri para saksi yang menyaksikka bahwa pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terikat (Ghazaly, 2006:10-11).

  Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai pasanga suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Didalam penjelasan ditegaskan lebih rinci bahwa sebagai Negara yang berdasarkan Pancasila, dimana sila yang pertama ialah ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan mempunyai hubungan erat sekali dengan agama/kerohanian, sehingga perkawinan bukan saja mempunyai unsure lahir/jasmani, tetapi unsur bathin/rohani juga mempunyai peranan yang penting. Membentuk keluarga yang bahagia rapat hubungan dengan keturunan, yang pula merupakan tujuan perkawinan, pemeliharaan dan pendidikan menjadi hak dan keajiban orang tua (Sudarsono, 1994:9).

  Adapun Sudarsono berpendapat bahwa, tujuan dari pernikahan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami isteri perlu saling membantu dan melengkapi, agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya membantu dan mencapai kesejahteraan spiritual dan materiil (Sudarsono, 1994:7).

  Sedangkan tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keprluan hidup lahir dan batinnya, sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga. Manusia diciptakan Allah SWT mempunyai naluri manusiawi yang perlu mendapat pemenuhan. Pemenuhan naluri manusiawi manusia yang antara lain kebutuhan biologisnya termasuk aktivitas hidup.

  Jadi aturan perkawinan menurut Islam merupakan tuntunan agama yang perlu mendapatkan perhatian, sehingga tujuan melangsungkan perkawinan pun hendaknya ditujukan untuk memenuhi petunjuk agama. Sehingga kalau diringkas ada dua tujuan orang melangsungkan perkawinan ialah memenuhi nalurinya dan memenuhi petunjuk agama (Ghazaly, 2006: 22-23).

  Berdasarkan beberapa definisi tersebut diatas, dapatlah penulis simpulkan, bahwasanya beberapa tujuan dari pernikahan adalah untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa, menyempurnakan sunnatulah dan memperoleh keturunan.

  Pada dasarnya, hukum islam tidak mengatur secara mutlak tentang batasan usia pernikahan, hanya saja Al- Qur‟an mengisyaratkan bahwa orang yang akan melangsungkan pernikahan haruslah orang yang siap dan mampu, sebagaimana yang disebutkan dalam Qur‟an Surat An-Nuur Ayat 32 yang artinya: Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah maha luas pemberian-Nya lagi maha mengetahui.

  Kata layak (kawin) dipahami oleh ulama dengan makna mampu secara mental dan spiritual untuk membina rumah tangga. Begitu pula dengan hadist Rosulullah SAW, yang menganjurkan bagi para pemuda untuk melangsungkan perkawinan dengan syarat adanya kemampuan.

  As-Sayis mengutip pendapat Imam Abu Hanifah yang menyatakan bahwa anak dianggap baligh jika sudah berumur 18 tahun bagi laki-laki dan 17 tahu bagi perempuan. Sedangkan menurut Imam Syafi‟I dan para pengikut Syafi‟I (Syafi‟iyah) berpendapat bahwa anak laki-laki ataupun perempuan sama-sama telah baligh sewaktu berumur 15 tahun (as-Sayis, 1963: 185).

  Dusun Ngronggo adalah sebuah Dusun di kota Salatiga yang letaknya tidak jauh dari pusat informasi dan pendidikan, akan tetapi kesadaran terhadap hukum masih sangat rendah, hal ini dapat di lihat dengan tingginya kasus pernikahan di usia dini. Apa factor pendorong pernikahan dini terjadi? Bagaimana hukum pernikahan usia dini ditinjau dari hokum islam?

  Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut menganai Faktor dan Implikasi penikahan dini di Dusun Ngronggo, yang mana jika diamati, kondisi latar belakang pasangan nikah dini di Dusun tersebut jauh dari tujuan ideal perkawinan. Untuk analisis lebih dalam maka penulis akan melakukan kajian lebih lanjut mengenai persoalan tersebut, yang akan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah, dengan judul

  “Pernikahan usia dini; Faktor dan Implikasinya Prespektif Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun Ngronggo, Salatiga)”

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapatla penulis rumuskan pokok masalah yang akan dibahas dan dianalisis diantaranya:

1. Apa faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini di Dusun

  Ngronggo, Salatiga? 2. Bagaimana implikasi pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo, Kelurahan

  Kumpulrejo kecamatan Argomulyo Kota Salatiga ? 3. Bagaimana hukum pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo menurut prespektif hukum Islam?

C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitan yang dilakukan ini adalah sbagai berikut: 1.

  Mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini, khususnya di Dusun Ngronggo, Salatiga.

  2. Mengetahui bagaimana implikasi pernikahan usia dini dalam kehidupan sehari-hari bagi masyarakat Dusun Ngronggo, Salatiga.

  3. Mengetahui akibat dari pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo, Salatiga menurut prespektif hokum Islam.

  D. Manfaat Penelitian

  Kegunaan atau manfaat penelitian dalam penelitian ini yaitu adalah secara teoritis dan secara praktis sebagai berikut ini:

  1. Kegunaan Teoritis Kegunaan teoritis tersebut diharapkan berguna sebagai sumbangan pemikiran untuk masyarakat dusun Ngronggo agar lebih berhati-hati dalam melaksanakan pernikahan, dan dapat menambah wawasan terhahadap Mahasiswa Hukum Keluarga Islam dalam memahami tujuan menikah dan aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan terutama dalam hal usia dan kesiapan para calon mempelai baik dari segi materi ataupun nonmateri.

  2. Kegunaan Praktis Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambahkan kontribusi dan dapat berguna dalam penerapan suatu ilmu pengetahuan.

  E. Tinjauan Pustaka

  Tinjauan pustaka pada dasarnya adalah untuk menentukan apa yang telah diteliti oleh peneliti lain yang berhubungan dengan topic penelitian yang akan dilakukan. Hal tersebut diharapkan di dalam penelitian sejenis ini tidak memperoleh duplikasi atau kemiripan yang mutlak dengan penelitian orang lain.

  Penelitian yang dilakukan oleh Uswatun Hasanah pada tahun 2005 yang berjudul „‟Pernikahan Dini‟‟ (Study Kasus Di Kecamatan Ngawen Kabupaten

  Klaten 2000- 2004)‟‟. Dalam skripsi tersebut lebih menekankan pada pengertian

  pernikahan dini dan batas usia menurut hukum positif dan hukum islam.

  Terdapat juga penelitian yang berjudul

  „‟Pengaruh Perkawinan Dini

Terhadap Perilaku Pasangan Suami Istri Di Desa Pepe Kecamatan Tegowanu

Kabupaten Grobogan‟‟. Yang diteliti oleh Nika Supriyanti tahun 2003. Pada

  skripsi oleh Nika Supriyanti tersebut lebih membahas tentang perubahan perilaku pasangan perkawinan dini dalam hal tanggung jawab setelah melangsungkan perkawinan.

  Sedangkan pada penelitian yang peneliti tulis lebih mengfokuskan terhadap faktor dan implikasi dari pernikahan usia dini, dan bagaimana hukum pernikahan usia dini tersebut prespektif hukum islam.

F. Penegasan Istilah

  Untuk mempermudah proses pemahaman dan kejelasan judul diatas untuk itu peneliti perlu dalam memberikan penegasan dan batasan terhadap istilah-istilah dalam judul penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1.

  Pernikahan Menurut Junaedi, kata nikah atau ziwaj adalah bahasa Arab yang dalam bahasa

  Indonesia diartikan “kawin”. Sedangkan menurut istilah yang disepakati, nikah atau perkawinan adalah akad nikah yang ditetapkan oleh syara bahwa seorang suami dapat memanfaatkan dan bersenang-senang dengan kehormatan/kemaluan seorang istri dan seluruh tubuhnya (Dedi Junaedi, 2001 :3).

  Sedangkan menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa : “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaanya.

  2. Usia dini Dini adalah kata yang berkaitan dengan waktu diartikan awal waktu, sedangkan yang dimaksud dengan pernikahan usia dini adalah pernikahan yang dilakukan dibawah usia yang seharusnya serta belum siap dan matang untuk melaksankan pernikahan dan menjalani kehidupan rumah tangga (Nukman, 2009).

  3. Faktor Hal (keadaan, peristiwa) yang ikut menyebabkan (mempengaruhi) terjadinya sesuatu.

  4. Implikasi Keterlibatan atau keadaan terlibat.

  5. Hukum islam Menurut Amir Syarifudin yang di kutip oleh Atang Abd Hakim, hukum ialah seperangkat peraturan tentang tindak-tanduk atau tingkah laku yang diakui oleh suatu negara atau masyarakat serta mengikat dan diberlakukan bagi masyarakat. Makna ini selanjutnya disandarkan kepada kata Islam, sehingga hukum Islam berarti, seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasulullah saw tentang tingkah laku manusia mukallaf yang di akui dan diyakini berlaku serta mengikat untuk semua umat yang beragama Islam (Hakim, 2011:29).

G. Metode Penelitian

  Dalam penyusunan skripsi tentang pernikahan diusia dini pada Masyarakat Dusun Ngronggo, Kota Salatiga, penysun menggunakan beberapa metode penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Jenis penelitian

  Pada penelitian ini, penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif, di sini memusatkan perhatiannya pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan satuan-satuan gejala yang ada dalam kehidupan manusia, atau pola-pola yang dianalisis gejala-gejala social budaya dengan menggunakan kebudayaan dari masyarakat yang bersangkutan untuk memperoleh gambaran menganai pola-pola yang berlaku.

  Penelitian ini adalah Studi kasus, seperti yang telah diterangkan di atas bahwasanya penulis akan melaksanakaan observasi dan wawancara langsung pada obyek kajian sehingga tentu peneliti berada pada lapangan bersama narasumber yang ada. Adapun untuk lokasi penelitian yaitu berada di Dusun

  Ngronngo Kec. Argomulyo Kota. Salatiga. Peneliti akan mempelajari fakto- faktor dan implikasi pernikahan di usia dini yang ada di Dusun Ngronggo, Salatiga. Studi kasus adalah suatu gambaran hasil penelitian yang mendalam, dan lengkap, sehingga dalam informasi yang disampaikannya tampak hidup sebagaimana adanya dan pelaku-pelaku mendapat tempat untuk memainkan peranannya (Ashshofa, 1996: 21)

  2. Sifat Penelitian

  Sifat penelitian ini adalah deskriptif analitis, yakni memberikan atau uraian (Ronny, 2003: 53) tentang faktor dan implikasi pernikahan usia dini. Data-data yang ada kemudian dianalisis sehingga menemukan sebuah kesimpulan.

  3. Metode Pengumpulan Data

  Dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan beberapa teknik yakni : a.

  Wawancara Wawancara (interview), yaitu cara memperoleh data dengan menelusuri data, dengan menggunakan wawancara bebas terpimpin yang mana peneliti bebas mengadakan wawancara dengan tetap berpijak pada catatan mengenai pokok-pokok yang akan ditanya, sehingga masih memungkinkan adanya variasi-variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan situasi ketika wawancara dilakukan (Hadi, 1994: 193). Dalam penelitian ini penulis melakukan tanya jawab langsung kepada pihak yang bersangkutan dalam hal ini; pihak ketua Rt, ketua Rw dan suami atau istri yang melakukan praktik pernikahan pada usia dini, sebagai pelaku sosial yang mengetahui kondisi sosial dari gejala tersebut untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan rumusan masalah.

  b.

  Observasi Observasi adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk penerimaan data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitungnya, mengukurnya, dan mencatatnya. Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang berstandar (Arikunto, 2008: 223).

  c.

  Dokumentasi Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda da sebagainya (Nastangin, 2012:15).

  Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dimaksud adalah pengambilan beberapa fenomena keluarga dan prosesi penelitian baik itu wawancara maupun observasi.

4. Pendekatan Masalah a.

  Pendekatan Sosiologis

  Pendekatan sosiologis yaitu pendekatan yang dasar tujuannya adalah permasalahan-permasalah yang ada dalam masyarakat. Dalam kaitannya dengan masalah, faktor, dan implikasi pernikahan usia dini, maka pendekatan ini digunakan untuk mengetahui realitas yang ada di masyarakat yang mana masih banyak masyarakat yang melakukan pernikahan usia dini, seperti yang terjadi di Dusun Ngronggo kota Salatiga.

  b.

  Pendekatan Yuridis Pendekatan yuridis yaitu cara pendekatan yang berorientasi pada gejala-gejala hukum yang bersifat normatif untuk lebih banyak bersumber pada pengumpulan data kepustakaan. Melalui pendekatan ini diharapkan sebagai usaha untuk mempelajari ketentuan perundang-undangan, peraturan-peraturan lain, maupun pemikiran yang berkaitan dengan pelaksanaan pernikahan usia dini (Soekamto, 1992: 263)

5. Sumber Data

  Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a.

  Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari berbagai sumber, data yang diperoleh langsung dari penelitian, termasuk apa yang di dengar dan disaksikan sendiri oleh penulis.

  1) Informan

  Adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasinya tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Jadi seorang informan harus memeiiki banyak pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang informan berkewajiban secara suka rela menjadi tim anggota penelitian walaupun hanya bersifat informal, sebagai anggota tim dengan kebaikanya dan kesukarelaanya ia dapat memberikan pandangan dari segi orang dalam, tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat (Moleong, 2002: 90). Dalam penelitian ini adalah Ketua RT dan RW yang faham dengan realita warganya.

  2) Dokumen Adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Nastangin, 2012:13).

  Sumber tertulis dapat terbagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi (Nastangin, 2012:13). Dalam penelitian ini setiap bahan tertulis berupa data-data maupun surat-surat keterangan baik itu berupa KTP, KK, akta kelahiran, Surat Kematian suamidan lain sebagainya yang ada di dalam keluarga dari seorang perempuan yang membina keluarganya yang berkaitan dengan penelitian.

  b.

  Data sekunder

  Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain, hasil kajian buku-buku karya Ilmiah serta peraturan perundang-undangan yang erat kaitannya dengan penelitia ini adalah sebagai berikut : 1)

  Undang-undang yang mengatur tentang pernikahan 2)

  Buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini 3) Arsip-arsip yang mendukung.

  6. Analisis Data

  Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis seperlunya agar diperoleh data yang matang dan akurat. Dalam penganalisaan data tersebut penulis menggunakan analisa kualitatif yaitu: analisis untuk meneliti kasus setelah terkumpul kemudian disajikan dalam bentuk uraian (Moeloeng, 2011: 288).

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan merupakan rencana outline penulisan skripsi yang akan dikerjakan. Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penelitian ini, maka penulis menyusun sistematika penelitian dengan garis besar sebagai berikut:

  BAB I: Pendahuluan. Adapun didalamnya berisi tentang: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, Tinjauan Pustaka, Penegasan Istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB II: Tinjauan umum yang menjadi landasan teori tentang pernikahan diusia dini, yaitu: tinjauan umum tentang Pernikahan menurut Hukum Islam. BAB III: Bab ini berisi tentang gambaran umum tentang pernikahan dini; faktor dan implikasi pernikahan dini. BAB IV: Analisis penulis menganai kasus pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo, Salatiga ditinjau menurut prespektif Hukum Islam. BAB V : Penutup. Bab ini berisi terkait kesimpulan tentang jawaban atas pokok masalah yang diangkat, saran, dan penutup.

BAB II TINJAUAN UMUM A. Konsep Pernikahan Menurut Hukum Islam a. Pengertian Pernikahan Menurut Hukum Islam Istilah nikah diambil dari bahasa Arab, yaitu Nakaha-yankihu-nikaahan

  yang mengandung arti nikah atau kawin. (Yunus. 190:467) dalam Kitab

  I‟anatu Atthalibin, Muhammad Syata Addimyati menjelaskan bahwa Nikah

  menurut bahasa ialah: عًجنا ٔ ىضنا خغن حبكُنا yang artinya: nikah menurut bahasa adalah berhimpun atau berkumpul.( Addimyati.t.t:254) Sementara itu

  Abdurrohman Al-Jaziri di dalam kitabnya al-

  Fiqh „alaa Madzahibi al- „Arba‟ah mengemukakan bahwa, nikah secara bahasa ialah: ىضنا ءطٕنا خغن حبكُنا

  yang artinya nikah menurut bahasa ialah wath‟I (hubungan seksual) daan berhimpun (Al-Jaziri.t.t:1) Kemudian secara istilah Nikah dapat didefinisikan sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam Syafi‟i, Pengertian Nikah secara syara‟ ialah:

  بًْبُعي ٔا جئزت ٔا حبكَا ظفهث ئطٔ كهي ًٍضتي دق Artinya:

  “Ada kalanya suatu akad yang mencakup kepemilikan terhadap wath‟I dengan lafadz inkah atau tazwij atau dengan menggunakan lafadz yang semakna dengan keduanya‟‟(Al-Mahalli.t.t:3)

  Kemudian menurut Imam Hanbali pengertian Nikah secara syara‟ ialah:

  عبتًتسلإا خعفُي يهعجئزت ٔا حبكَا ظفهث دقع

  Artinya:

  “Suatau akad yang dilakukan dengan menggunakan lafadz inkah atau tazwij untuk mengambil manfaat kenikmatan (kesengan)‟‟. (Al- Mahalli.t.t:4)

  Pernikahan adalah suatu akad syar‟i (ikatan keagamaan) yang dianjurkan syara‟ (Ash-Shiddieqy. 1978:264 ) Dalam KHI pasal 2 menyatakan bahwa perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat ata miitsaaqan gholiidhan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah (Abdurrohman.1992:114)

  Dari pengertian diatas dapat diambil pengertian bahwa pernikahan adalah akat yang sangat kuat yang mengandung ketentuan hukum kebolehan hubungan seksual dengan lafadz nikah dan kata-kata yang seksama dengannya untuk membina rumah tangga yang sakinah dan menaati perintah Allah SWT yang mana melakukannya merupakan ibadah.

  Berdasarkan uraian diatas, jelaslah terlihat bahwa pengertian Nikah menurut istilah (syara‟) yang dikemukakan oleh para ulama yang bermuara pada satu konteks akad yang menghalalkan hubungan biologis.

  Dalam KHI, Pernikahan itu didefinisikan sebagai salah satu akad yang sangat kuat mitsaaqon Gholiidhon untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. (Depag RI. t.t:19) b.

   Dasar Hukum Pernikahan Menurut Hukum Islam

  Salah satu ayat al- Qur‟an yang dijadikan dasar hokum anjuran untuk melaksanakan pernikahan adalah sebagai berikut:

  اًجا َو ْزَأ ْمُكِسُفنَأ ْنِّم مُكَل َقَلَخ ْنَأ ِهِتاَياَء ْنِم َو َّنِإ ًةَمْحَر َو ًةَّد َوَّم مُكَنْيَب َلَعَج َو اَهْيَلِإ اوُنُكْسَتِّل َنوُرَّكَفَتَي ٍم ْوَقِّل ٍتاَيَلأ َكِلَذ يِف

  Artinya: Dan diantara tanda kekuaasaanya Dia telah menjadikan dari dirimu

  sendiri pasangan kamu, agar kamu hidup tenang bersamanya dan Dia jadikan rasa kasih sayang sesama kamu. Sesungguhnya dalam hal itu

menjadi pelajaran bagi kaum yang berfikir ( Ar-Ruum:21).

  Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa Allah menciptakan pasangan manusia dari jenisnya sesama manusia, supaya manusia bisa berkembang biak mendapatkan keturunan serta memiliki keluarga tempat mencurahkan kasih sayang bersama pasangan dan keturunannya.

c. Syarat dan Rukun Pernikahan Menurut Hukum Islam

  Menurut syara‟, Fuqoha‟ telah banayak memberikan definisi.Secara umum diartikan akad zawaj adalah pemilikan sesuatu melalui jalan yang disyariatkan dalam agama.Tujuannya menurut tradisi manusia dan menurut syara‟ adalah menghalalkan sesuatu tersebut. Akan tetepi ini bukalah tujuan perkawinan yang tertinggi dalam syariat islam. Tujuan yang tertinggi adalah memelihara regenerasi, memelihara gen manusia, dan masing-masing suami istri mendapatkan ketenangan jiwa karena kecintaan dan kasih sayangnya dapat disalurkan. Demikian juga pasangan suami istri sebagai tempat peristirahatan di saat-saat lelah dan tegang, keduanya dapat melapiaskan kecintaan dan kasih sayangnya selayaknya sebagai suami istri.(azzam 2003:36) Pernikahan adalah tiang keluarga yang teguh dan kokoh didalamnya terdapat hak-hak dan kewajiban yang sacral dan religius, seseoramg akan merasa adanya tali ikatan suci yang membuat tinggi sifat kemanusiaannya, yaitu ikatan rukhani dan jiwa yang membuat ketinggian derajat manusi dan menjadi mulia dari pada tingkat kebinatangan yang menjalin cinta syahwat antara jantan dan betina. Bahkan hubungan pasangan suami istri sesungguhnya adalah ketenangan jiwa, kasih sayang dan memandang.

  Dalam bukunya Fiqih Ala al-Madzahibi Al- Arba‟ah Abdurrohman al

  Jaziri menyebutkan syarat dan rukun untuk melaksanakan perkawinan harus ada (2003:17) a.

  Shighot (ijab qobul) b.

  Wali nikah c. Calon suami d.

  Calon istri e. saksi Al-Quran menjelaskan batas seseorang dibebani hukum adalah ketika sudah baligh, seperti yang nditerangkan ayat dibawah ini:

  ْمُكَل ُلله ُنِّيَبُي َكِلَذَك ْمِهِلْبَق نِم َنيِذَّلا َنَذْئَتْسا اَمَك اوُنِذْؤَتْسَيْلَف َمُلُحْلا ُمُكنِم ُلاَفْطَلأْا َغَلَب اَذِإ َو ٌميِكَح ٌميِلَع ُلله َو ِهِتاَياَء

  Artinya:Apabila anak-anak kecil itu sudah cukup umur, maka hendaklah

  meminta izin sebagaimana orang dewasa meminta izin, demikianlah Allah menjelaskan hukum-hukum-Nya kepadamu, dan Allah itu Maha Mengetahui lagi Maha Hakim. (QS. An-Nuur:59) Wa idza balaghal ath- faalu minkumul huluma fal yasta’dzinuu ka

masta’dzanaaal la-dziiina min qoblihim: apabila anak-anak kecil itu sudah

  cukup umur, maka hendaklah meminta izin sebagaimana orang dewasa meminta izin.

  Apabila anak kecil itu, baik anak-anakmu sendiri ataupun anak-anak kerabatmu, telah cukup umur, yaitu telah berumur 15 tahun atautelah bermimpi, hendaklah mereka meminta izin kepadamu untuk masuk ketempatmu disegala waktu, tidak hanya waktu yang tiga sebagaimana orang- orang dewasa yang lain harus berbuat demikian, baik anak-anak sendiri atau kerabat.

  Allah menjelaskan hukum anak-anak yang telah sampai umur, dan tidak menjelaskan hukum budak.Padahal dalam ayat sebelumnya Allah menenrangkan budak belian dan anak-anak. Karena hukum budak baik kecil ataupun besar adalah sama. Yaitu harus meminta izin untuk memasuki kamarmu pada tiga waktu dan tidak meminta izin untuk waktu yang lain.

  Firman Allah ini member peringatan bahwa membebani seseorang dengan hukum-hukum syariat adalah apabila orang tersebut telah sampai umur, dan sampai umur itu adalah dengan mimpi (lelaki bermimpi mengeluarkan sperma) atau dengan tahun (umur 15 tahun), anak-anak yang telah sampai umur tidak boleh memasuki kamar orang tuanya tanpa izin terlebih dahulu, sama dengan oraang lain.

  Semua ulama menetapkan bahwa bermimpi itu disertai izal (keluar sperma) yang menjadi tanda telah mencapai umur bagi anak lelaki. Yang dimaksud dengan „‟bermimpi‟‟ disini sebenarnya adalah hasil izal, baik waktu terjaga maupun waktu tidur, dengan bermimpi atau bukan. Oleh karena menurut kebiasaan hal itu menjadi sewaktu tidur, maka dipakai kata „‟mimpi‟‟(Ash-Shiddieqy. 2000:2847).

  Sedangkan yang dimaksud tiga waktu adalah setelah solat isya, sebelum fajar dan waktu dzuhur karena menurut kebiasaan pada waktu itu adalah waktu dimana perempuan atau isteri-isteri tidak menutup aurot secara keselurahan baik dikarenakan untukn memenuhi tugas melayani suaminya ataupun hal diluar yang demikian.

  Selain baligh dalam Qur‟an Surat An-Nuur ayat 32 juga menyebutkan kemampuan berumah tangga sebagai salah satu hal yang perlu dipertimbangkan seseorang untuk menikah.

  نِم ُلله ُمِهِنْغُي َءآَرَقُف اوُنوُكَي نِإ ْمُكِئآَمِإ َو ْمُكِداَبِع ْنِم َنيِحِلاَّصلا َو ْمُكنِم ىَماَيَلأْا اوُحِكنَأ َو ٌميِلَع ٌعِسا َو ُلله َو ِهِلْضَف

  Artinya: dan nikahkanlah orang-orang yang tidak mempunyai isteri dan atau

  tidak mempunyai suami diantara kamu serta orang-orang yang mampu mendirikan rumah tangga diantara budak-budakmu yang lelaki dan budak-budakmu yang perempuan. Jika mereka dalam

keadaan miskin. Allah akan memberikan kecukupan dengan

keutamaan-Nya. Allah itu Maha luas rahmat-Nya lagi Maha

Mengetahui.(QS. An-Nuur:32) Wash shaalihiina min ‘ibaadikum wa imaa-ikum: serta orang-orang

  yang mampu mendirikan rumah tangga diantara budak-budakmu yang lelaki dan budak-budakmu yang perempuan.

  Nikahkanlah budak-budakmu, baik lelaki ataupun perempuan, yang sanggup berumah tangga, sanggup memenuhi hak suami, sehat badan (fisik), berkecukupan, serta dapat melaksanakan hak-hak agama yang wajib bagi mereka (Ash-Shiddieqy, 2000:2821).

  Namun alquran juga menjelaskan tentang syarat melakukan pernikahan bukanlah sekedar sampai batas usia minimal melainkan juga mempertimbangkan faktor diluar usia seperti kesanggupan berumah tangga, kesanggupan memenuhi hak suami maupun istri, sehat badan (fisik), berkecukupan, serta dapat melaksanakan hak-hak agama yang wajib bagi mereka.

d. Hukum Menikah dalam Islam Wajib

  Bagi yang sudah mampu kawin, nafsunya telah menDusunk dan takut terjerumus dalam perzinaan wajiblah kawin karena menjauhkan diri dari yang haram adalah wajib, sedang untuk itu tidak dapat dilakukan dngan baik kecuali dengan jalan kkawin. Kata Qurtuby: orang bujangan yang sudah mampu kawin dan takut dirinya dan agamnya jadi rusak, sedang tak ada jalan untuk menyelamatkan diri kecuali dengan kawin, maka tak ada perselisihan pendapat tentang wajibnya ia kawin.

  Jika nafsunya telah menDusunknya, sedangkan ia tidak mampu membelanjai isterinya, maka Allah nanti akan melapangkan rizkinya.

  Sebagaimana Firman Allah dalam surat An-Nuur ayat 33 yang artinya : “hendaklah orang-orang yang tidak mampu kawin menjaga dirinya sehingga nnati Allah mencukupkan mereka dengan karuniaNya”.

  Sunnah

  Adapun bagi orang yang nafsunya telah menDusunk lagi mampu kawin, tetapi masih mampu menahan dirinya dari berbuat zina, maka sunnahlah dia kawin. Kawin baginya lebih utama dari bertekun diri dalam ibadah, karena menjalani hidup sebagai pendeta sedikitpun tidak dibenarkan islam. Baihaqy meriwayatkan Hadist dari Abu Umamah bahwa Nabi SAW bersabda: “kawinlah kalian, karena aku akan membanggakan banyaknya jumlah nkalian pada umat-umat lain. Dan janganlah kalian seperti pendeta- pendeta nasrani”.

  Haram

  Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah batin dan lahirnya kepada isterinya serta nafsunyapun tidak menDusunk, haramlah ia kawin. Al-Qurthuby berkata:

  ”Bila seorang laki-laki sadar tidak mampu membelanjai isterinya atau membayar maharnya atau memenuhi hak-hak isterinya, maka tidaklah boleh ia kawin, sebelum ia dengan terus terang menjelaskan keadaanya kepadanya. Atau sampai datang saatnya ia mampu memenuhi hak-hak isterinya. Begitu pula kalau ia karena suatu hal menjadi lemah, tak mampu menggauli isterinya, maka wajiblah ia menerangkan dengan terus terang agar perempuanya tidak tertipu olehnya”.

  Sebaliknya bagi perempuan bila ia sadar tidak mampu untuk memenuhi hak-hak suaminya, atau ada hal-hal yang menyebabkan dia tidak bisa melayani kebutuhan batinnya, karena sakit jiwa atau kusta atau mukanya bopeng atau penyakit lain, wajiblah ia menerangkan semua itu kepada laki- lakinya, ibarat seperti seorang pedagang yang wajib menerangkan keadaan barang-barangnya bila ada aibnya.

  Makruh

  Makruh kawin bagi seorang yang lemah syahwat dan tidak mampu member belanja isterinya, walapun tidak merugikan isteri, karena ia kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat. Juga bertambah makruh hukumnya jika karena lemah syahwat itu dia berhenti dari malakukan suatu ibadah atau menuntut sesuatu ilmu.

  Mubah

  Dan bagi laki-laki yang tidak terDusunk oleh alsan-alasan yang mewajibkan segera kawin atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk kawin, maka hukumnya mubah (sabiq, 1990:25).

e. Tujuan Pernikahan Menurut Hukum Islam

  Dala m Qur‟an Surat Ar-Ruum ayat 21 disebutkan dan diantara tanda- tanda kekuasaann-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya untukmu rasa kasih dan sayang. Pernikahan tidak hanya sekedar bertujuan untuk menghalalkan hubungan seksual yang bersifat biologis semata, tetapi juga untuk untuk memenuhi keburuhan kehidupan berumah tangga baik secara lahiriyah maupun batiniyah.

  Menurut Utsman dalam bukunya dasar-dasar pernikahan dalam islam (2006:17-19): Syariat islam telah memilih pernikahan untuk mencapai tujuan dan memberikan ikatan suci yang lebih agung dan kehormatan yang lebih besar: 1.

  Menggapai ridho Allah swt. Dan surga-Nya, menyelamatkan diri dari kemurkaan dan adzab-Nya. Dalam mengikuti jejak Rosul saw. terdapat perwujudan itu semua.

2. Menutupi diri dan pasangan sebagaimana pakaian menutupi tubuh.

  Meninak merupakan penjaga dan penutup diri dari yang haram.

  3. Mencapai ketengangan dan ketentraman serta kehidupan yang sejuk.

  4. Menambah jumlah umat islam, membentuk kekuatan, sekaligus kemulaiaan.

  5. Melanjutkan amal sholih sesudah mati.

  6. Menimbulkan kecukupan(tidak meminta-minta) kepada manusia dan beroleh kemudahan dalam penghidupan.

f. Hikmah Pernikahan Menurut Hukum Islam

  Islam menganjurkan dan menggembirakan sebagai mana hal tersebut karena ia mempunyai pengaruh yang baik bagi pelakunya sendiri, masyarakat dan seluruh umat manusia (Sabiq, 1990:19).

  1. Sesungguhnya naluri sex merupakan naluri yang paling kuat dan keras yang selamanya menuntut adanya jalan keluar. Bila mana jalan keluar tidak dapat memuaskannya, maka banyaklah manusia yang mengalami goncang dan kacau serta menerobos jalan yang jahat. Dan kawinlah jalan alami dan biologis yang paling baik dan sesuai untuk menyalurkan dan memuaskan naluriah sex ini. Dengan kawin badan jadi segar, jiwa jadi tenang, mata terpelihara dari melihat yang haram dan perasaan tenang menikmati barang yang halal.

  2. Kawin jalan terbaik untuk membuat anak-anak menjadi mulia, memperbanyak ketururnan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab yang oleh islam sangat diperhatikan sekali.

  3. Naluri kebapak dan keibuan akan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak dan akan tumbuh pula perasaan-perasaan ramah, cinta dan sayang yang merupakan sifat-sifat baik yang menyempurnakan kemanusiaan seseorang.