SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  TRADISI PERNIKAHAN JAM’IYAH RIFA’IYAH DI DESA JETIS KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  Oleh: HANIF AHMAD SAIFUDDIN NIM : 21110005

  JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSYIYYAH FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2015

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesuatu yang belum dikerjakan, sering kali mustahil. Kita baru yakin

kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

  PERSEMBAHAN

  Untuk kedua orang tuaku yang selalu mendo ’akanku

  Untuk Kakek dan Nenekku yang saya hormati Untuk Adekku yang aku sayang

  Untuk saudara-saudaraku tercinta Untuk teman terbaikku yang memberikan semangat dan do’a

  Untuk dosen-dosen IAIN Salatiga yang telah membagi ilmunya Untuk teman-teman seperjuanganku yang telah berbagi Semangat

KATA PENGANTAR

  

ميحرلا نحمرلا للها مسب

Asslamualaikum wr. wb.

  Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junju ngan kita baginda Rasulullah SAW yang selalu kami harapkan syafa’atnya. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Siti Zumrotun, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga.

  3. Sukron Ma’mun, S.HI., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ahwal al- Syakhshiyyah .

  4. Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si. selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing penulis dalam perkuliahan.

  5. Benny Ridwan, M.Hum. selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiranya guna membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini.

  6. Seluruh dosen dan staff IAIN Salatiga, terimakasih atas ilmu yang diberikan.

  7. Orang tuaku dan adekku, Bapak Muslich Asy’ari, Ibu Hanik Umaroh dan Adek Nanang Abdurrohman tersayang yang selalu membantu, mendo’akan dan memberi dukungan.

  8. Kakek dan nenekku yang memberikan do’a dan dukungan.

  9. Saudara-saudaraku, Arif, Rois dan lain-lain yang telah memberikan semangat.

  10. Teman terbaikku Lilis Handayani yang telah mendo’akan, membantu dan selalu meluangkan waktunya untukku disaat sedih maupun senang.

  11. Teman-teman Jurusan Ahwal al-Syakhsiyah angkatan 2010, Danang, Choe, Zainul dan lain-lain yang telah memberikan semangat.

  12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Akhirnya penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, sehingga masih banyak ditemui kekurangan dan ketidak sempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan. Namun demikian sekecil apapun karya ini, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menjadi ilmu yang berkah.

  Teriring do’a dan harapan semoga amal baik dan jasa semua pihak tersebut di atas akan mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT. Amin.

  Penulis

  

ABSTRAK

  Saifuddin, Hanif Ahmad. 2015. Tradisi Pernikahan

  Jam‟iyah Rifa‟iyah di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Skripsi. Fakultas

  Syari’ah. Jurusan Ahwal al-Syakhsiyyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pebimbing: Benny Ridwan, M.Hum.

  Kata Kunci: Tradisi, Pernikahan,

  Jam’iyah Rifa’iyah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tradisi pernikahan

  Jam’iyah Ri fa’iyah dan faktor yang melatarbelakangi tradisi pernikahan tersebut. Pertanyaan yang ingin dijawab adalah (1) Bagaimana tradisi pernikahan

  Jam’iyah Rifa’iyah di Desa Jetis Kecamatan Bandungan (2) Apa faktor yang melatarbelakangi tradisi pernikahan

  Jam’iyah Rifa’iyah di Desa Jetis Kecamatan Bandungan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif diskriptif analisis dengan mengambil lokasi penelitian di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten

  Semarang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, dokumentasi dan observasi. Data yang berhasil dihimpun dianalisis secara kualitatif.

  Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah tradisi pernikahan Jam’iyah

  Rifa’iyah meliputi: tradisi mempelajari kitab Tabyin al-Islah sebelum pernikahan, tradisi Shihhah dan tradisi pemilihan saksi pernikahan. Faktor yang melatarbelakangi tradisi pernikahan di

  Jam’iyah Rifa’iyah adalah: (1) faktor yang melatarbelakangi tradisi mempelajari kitab Tabyin al-Islah sebelum pernikahan adalah

  Jam’iyah Rifa’iyah yang akan menikah diharuskan mempelajari kitab

  

Tabyin al-Islah supaya ibadah pernikahannya tidak sia-sia begitu saja,

  perkawinannya dianggap shahih dan pernikahannya kekal dan bahagia, (2) faktor yang melatarbelakangi tradisi pemilihan saksi adalah terjadinya kualifikasi saksi pernikahan di kitab Tabyin al-Islah yang terkesan berhati-hati dan sulit dipenuhi oleh seorang saksi pernikahan biasa dan (3) faktor yang melatarbelakangi tradisi

  shihah

  adalah pada masa KH. Ahmad Rifa’i mayoritas wali hakim atau penghulu belum bisa adil mursyid, berada dalam perintah pemerintah kafir dan hanya memikirkan kepentingan pribadi dengan mengatas namakan agama. Setelah Indonesia merdeka pengulangan pernikahan atau tradisi shihah di

  Jam’iyah Rifa’iyah sudah mengalami pergeseran dikarenakan para penghulu sudah diperintah oleh penguasa bukan kafir, para penghulu dinilai sudah memiliki sifat yang alim dan sebagian besar penghulu memiliki latar belakang pendidikan agama yang cukup mumpuni.

  Dengan demikian hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat dan berguna bagi masyarakat yang ingin mengetahui tradisi pernikahan di Jam’iyah Rifa’iyah.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................................................... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ......................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .......................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi

DAFTAR TABEL................................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

  

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 6 E. Kegunaan Istilah ..................................................................................... 7 F. Telaah Pustaka ........................................................................................ 8 G. Metode Penelitian ................................................................................... 10 H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 16

  BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................................................. 18 A. Pernikahan............................................................................................... 18 1. Pengertian Pernikahan ..................................................................... 18 2. Hukum Pernikahan .......................................................................... 20 3. Rukun Pernikahan ............................................................................ 22 4. Syarat Pernikahan ............................................................................ 24 5. Hikmah Pernikahan .......................................................................... 27 B. Tradisi Pernikahan .................................................................................. 28 1. Tradisi dalam Islam ......................................................................... 28 2. Aspek-Aspek Sosiologis Tradisi Pernikahan dalam Islam .............. 34 BAB III HASIL PENELITIAN ......................................................................... 38 A. Gambaran Umum Desa Jetis Kecamatan Bandungan ............................ 38 1. Letak Geografis Desa Jetis Kecamatan Bandungan ........................ 38 2. Kondisi Sosial Keagamaan .............................................................. 38 3. Tingkat Pendidikan .......................................................................... 40 B. Gambaran Umum Jam’iyah Rifa’iyah .................................................... 41 1. Profil Pendiri Jam’iyah Rifa’iyah .................................................... 41 2. Profil Jam’iyah Rifa’iyah ................................................................. 43 C. Tradisi Pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah .................................................. 45 D. Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah . 47

  46 1. Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Mempelajari Pernikahan Kitab

  Tabyin al-Islah Sebelum Pernikahan ............................................... 47 2.

  Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Pemilihan Saksi .................. 49

  3. Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Shihah ................................. 55

  BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Tradisi Pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah ................................ 59 B. Analisis Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah ............................................................................................. 60 1. Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Mempelajari Pernikahan Kitab Tabyin al-Islah Sebelum Pernikahan ................................ 60 2. Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Pemilihan Saksi ............. 61 3. Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Shihah ............................ 67 C. Analisis Tradisi Pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah Berdasarkan Ilmu Ushul Fiqih ....................................................................................... 70

  67 BAB V PENUTUP A.

  Kesimpulan......................................................................................... 72 B. Saran ................................................................................................... 74

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Menurut Agama ....................................................... 39Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ................................................ 40

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Daftar Nilai SKK Lampiran 3 Lembar Konsultasi Lampiran 4 Daftar Pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan

  seorang wanita sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Ikatan lahir adalah hubungan formal yang dapat dilihat karena dibentuk menurut undang-undang yang mengikat kedua pihak dan pihak lain dalam masyarakat. Sedangkan Ikatan batin adalah hubungan tidak formal yang dibentuk dengan kemauan bersama yang sungguh-sungguh mengikat kedua pihak.

  Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai ketuhanan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah dan warrahmah.

  Ikatan pernikahan bukan saja ikatan perdata tetapi ikatan lahir batin antara seorang suami dengan seorang isteri. Pernikahan tidak lagi hanya sebagai hubungan jasmani tetapi juga merupakan hubungan batin. Ikatan yang didasarkan pada hubungan jasmani itu berdampak pada masa yang pendek sedangkan ikatan lahir batin itu lebih jauh. Dimensi masa dalam ini dieksplisitkan dengan tujuan sebuah perkawinan yakni untuk membangun sebuah keluarga bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Nuruddin dan Tarigan, 2006:46).

  Dalam agama Islam, mengajarkan pernikahan yang memiliki tujuan untuk mewujudkan ketenangan hidup, ketentraman dan kontinuitas yang

  2

  menimbulkan rasa kasih sayang antara suami istri. Islam mengatur hubungan ini dengan segala perlindungan-Nya sehingga mencapai tingkatan taat yang tinggi. Islam juga mengatur hubungan antara suami istri dengan Syari’at terbatas dan menegakkan peraturan rumah tangga atas kepemimpinan sang suami. Peraturan inilah yang dapat memelihara dari segala keguncangan yang dialihkan pada bimbingan kasih sayang dan taqwa kepada Allah SWT.

  Pernikahan tidak hanya tentang ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal atau ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai ketuhanan untuk membentuk keluarga sakinah dan mawaddah. Namun pernikahan juga tentang proses yang dilakukan dalam sebuah pernikahan.

  Tradisi merupakan sesuatu kebiasaan yang berkembang di masyarakat, baik yang menjadi adat kebiasaan, atau yang diasimilasikan dengan ritual adat atau agama. Atau dalam pengertian yang lain, sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu Negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama.

  Islam merupakan agama yang universal, memiliki sifat yang mampu untuk adaptasi serta tumbuh disegala tempat dan waktu. Hanya saja pengaruh lokalitas dan tradisi dalam sekelompok suku bangsa sangat sulit dihindari dalam masyarakat muslim. Namun demikian, walaupun berhadapan dengan budaya dunia, keuniversalan Islam tetap tidak akan berkurang. Hal ini menjadi indikasi bahwa perbedaan tidaklah menjadi kendala untuk mencapai

  3

  tujuan Islam, dan Islam tetap menjadi pedoman dalam segala aspek kehidupan. Hanya saja pergumulan Islam itu berakibat pada adanya keragaman penerapan prinsip-prinsip umum dan universal suatu agama berkenaan dengan tata caranya, dengan kata lain masyarakat muslim tidak dapat lepas dengan istilah tradisi.

  Tradisi merupakan adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan di masyarakat. Sejak dahulu tradisipun telah ada dan menjadi kebiasaan yang dijalani oleh masyarakat saat ini. Dalam hukum Islam istilah tradisi lebih dikenal dengan urf. Urf secara etimologi merupakan sesuatu yang dipandang baik dan diterima oleh akal sehat. Sedangkan secara terminologi, istilah urf berarti sesuatu yang tidak asing lagi bagi masyarakat karena telah menjadi kebiasaan yang menyatu dengan kehidupan mereka baik berupa perbuatan atau perkataan.

  Pada masa sekarang tradisi pernikahan juga masih melekat dan dij alankan di masyarakat. Jam’iyah Rifa’iyah yang berada di Desa Jetis Kecamatan Bandungan juga menjalakan tradisi pernikahan.

  Jam’iyah Rifa’iyah adalah kelompok keagamaan pengikut dan simpatisan KH. Ahmad Rifa’i yang muncul pada pertengahan abad ke 19 di pesisir utara Jawa Tengah tepatnya di Desa Kalisalak Kecamatan Limpung Kabupaten Batang, yang mana pada masa itu masuk dalam Karesidenan Pekalongan. KH. Ahmad Rifa’i telah memainkan peranan yang amat penting dalam sejarah Islam dan gerakan keagamaan menentang Pemerintah Belanda di Indonesia maupun birokrat pribumi yang bekerjasama dengan pemerintah Belanda khususnya di

  4

  Kalisalak Kabupaten Batang dan sekitarnya. Hingga kini cukup banyak pengikut dan simpatisan KH. Ahmad Rifa’i yang tersebar di beberapa daerah di Jawa Tengah seperti Batang, Pekalongan, Pemalang, Kendal, Kebumen, Wonosobo, Pati dan bahkan diluar Jawa Tengah seperti Arjowinangun Cirebon, Indramayu, Yogyaka rta dan Jakarta. Nama Rifa’iyah merupakan suatu penghormatan terhadap pendiri Jama’ah keagamaan dan untuk mengenang jasa-jasa KH.

  Ahmad Rifa’i bin Muhammad Marhum, bukan untuk memuja. Selain sebagai pendiri dia juga sebagai tokoh sentral yang sangat dihormati oleh pengikutnya hingga sekarang.

  Dalam masalah pernikahan, Jam’iyah Rifa’iyah berpedoman pada kitab Tabyin al-Islah. Kitab Tabyin al-Islah berisi tentang Ilmu perkawinan dan yang berkaitan dengannya. Ilmu perkawinan yang dijelaskan dalam kitab

  

Tabyin al-Islah sesunguhnya tidak berbeda dengan kitab-kitab ilmu

  perkawinan pada umumnya. Namun ada suatu penjelasan dalam kitab Tabyin yang membedakan dengan tradisi masyarakat islam pada umumnya,

  al-Islah

  yaitu Jam’iyah Rifa’iyah tidak dapat mengesahkan akad nikah yang dilakukan oleh penghulu atau orang di luar Jam’iyah Rifa’iyah sebab pihak-pihak yang terlibat dalam pernikahan seperti wali dan saksi nikah dianggap tidak memenuhi syarat syah yang dijelaskan dalam kitab Tabyin al-Islah.

  Jam’iyah Rifa’iyah mempunyai tradisi menentukan atau memilih orang yang menjadi wali dan saksi pernikahan dalam setiap pernikahan

  Jam’iyah Rifa’iyah supaya syarat syah kualifikasi wali dan saksi pernikahan dapat terpenuhi.

  5

  Jam’iyah Rifa’iyah juga berpendapat bahwa seseorang yang ingin melakukan pernikahan diharuskan untuk mempelajari kitab Tabyin al-Islah untuk mencapai syarat syah secara fiqhiyah dan pernikahannya bisa diangap

  shahih

  . Jam’iyah Rifa’iyah mengenal sebuah prinsip, tidak bisa syah secara

  fiqhiyah seseorang yang akan melakukan sesuatu tanpa mengetahui dulu

  ilmunya. Seseorang yang tidak mempelajari kitab Tabyin al-Islah sebelum pernikahan akan mendapatkan sanksi dikucilkan dari Jam’iyah Rifa’iyah.

  Sebagaimana latar belakang tersebut, maka penting untuk dilakukan penelitian terhadap masyarakat terkait. Untuk mengetahui tradisi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah yang dilakukan sebagian masyarakat Desa jetis kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Hal menarik yang ingin penulis teliti adalah bagaimana tradisi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah dan apa faktor yang melatarbelakangi tradisi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah. Dan peneliti menentukan judul yang sesuai dari penelitian ini ad alah “Tradisi Pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang ”.

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang tersebut peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tradisi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah di Desa Jetis

  Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang?

  6

  2. Apa faktor yang melatarbelakangi tradisi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui tradisi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

2. Untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi tradisi pernikahan

  Jam’iyah Rifa’iyah di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

D. Kegunaan Penelitian

  Untuk memberikan hasil yang bermanfaat, serta diharapkan mampu dijadikan dasar secara keseluruhan untuk dijadikan pedoman bagi pelaksanaan secara teoritis maupun praktis, maka sekiranya penelitian ini dapat berguna di antaranya:

  1. Kegunaan Teoritis Sebagai upaya dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan khususnya mengenai tradisi-tradisi pernikahan.

  2. Kegunaan Praktis a.

  Bagi Progam Studi Ahwal al-Syakhsiyah Dapat dipergunakan untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang perdata Islam.

  7

  b.

  Bagi Masyarakat Diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui tradisi pernikahan di

  Jam’iyah Rifa’iyah.

E. Penegasan Istilah

  Agar di dalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut: 1.

  Tradisi adalah adat kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan, sejak dahulu telah ada dan menjadi kebiasaan yang dijalani oleh masyarakat saat ini. Dalam hukum Islam istilah tradisi lebih dikenal dengan urf.

  2. Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

3. Jam’iyah Rifa’iyah adalah kelompok keagamaan pengikut dan simpatisan

  K

  H. Ahmad Rifa’i yang muncul pada pertengahan abad ke19 di pesisir utara Jawa Tengah tepatnya di Desa Kalisalak Kecamatan Limpung Kabupaten Batang, yang mana pada masa itu masuk dalam Karesidenan Pekalongan. K

  H. Ahmad Rifa’i telah memainkan peranan yang amat penting dalam sejarah Islam dan gerakan keagamaan menentang Pemerintah Belanda di Indonesia maupun birokrat pribumi yang bekerjasama dengan pemerintah Belanda khususnya di Kalisalak

  8

  Kabupaten Batang dan sekitarnya. Hingga kini cukup banyak pengikut dan simpatisan K

H. Ahmad Rifa’i yang tersebar di beberapa daerah di

  Jawa Tengah seperti Batang, Pekalongan, Pemalang, Kendal, Kebumen, Wonosobo, Pati dan bahkan diluar Jawa Tengah seperti Arjowinangun Cirebon, Indramayu, Yogyakarta dan Jakarta. Nama Rifa’iyah merupakan suatu penghormatan terhadap pendiri Jama’ah keagamaan dan untuk mengenang jasa-jasa KH.

  Ahmad Rifa’i bin Muhammad Marhum, bukan untuk memuja. Selain sebagai pendiri dia juga sebagai tokoh sentral yang sangat dihormati oleh pengikutnya hingga sekarang.

F. Telaah Pustaka

  Penelitian terdahulu dibutuhkan untuk memperjelas, menegaskan, melihat kelebihan dan kelemahan berbagai teori yang digunakan penulis lain dalam penelitian atau pembahasan masalah yang serupa. Selain itu penelitian terdahulu perlu disebutkan dalam sebuah penelitian untuk memudahkan pembaca melihat dan membandingkan perbedaan teori yang digunakan dan perbedaaan hasil kesimpulan oleh penulis dengan peneliti yang lain dalam melakukan pembahasan tema yang hampir serupa.

  Penelitian mengenai Jam’iyah Rifa’iyah telah banyak dilakukan oleh para peneliti. Ada yang secara total mengkaji dalam skripsi, tesis, disertasi maupun buku. Berikut ini penelitian yang mempunyai topik atau tema yang hampir serupa dengan skripsi ini:

  9

  1. Penelitian Abdul Djamil dalam disertasinya yang kemudian dibukukan dengan judul Perlawanan Kiai Desa: Pemikiran dan Gerakan Islam Kh.

  Ahmad Rifa‟i Kalisalak. Abdul Djamil lebih memfokuskan pada doktrin

  dan pemahaman normatif yang diajarkan K

  H. Ahmad Rifa’i, ia juga sediki t menyinggung historisitas Jam’iyah Rifa’iyah dan ketokohan KH.

  Ahmad Rifa'i. Abdul Djamil menyimpulkan bahwa sepeninggal KH. Ahmad Rifa'i dari Kalisalak, pengikut KH. Ahmad Rifa'i mengalami diaspora. Mereka tersebar dibeberapa tempat di Nusantara, karena menghindari kejaran kekuasaan kolonial Belanda. Trauma dari kejaran kolonial Belanda ini menghasilkan sikap bagi para pengikutnya untuk anti terhadap kekuasaan dan terjadi apa yang dikatakan Abdul Djamil sebagai protes diam. Tentang pernikahan dalam buku ini Abdul Djamil hanya mengulas tentang pemikiran KH. Ahmad Rifa’i dalam Kitab Tabyin al-Islah .

  2. Penelitian Muhlisin Saad dalam buku an-Naz‟ah al-Kharijiyyah fî Afkar

  wa Harakah Syaikh Ahmad Rifa’i. Buku ini diterjemahkan oleh KH.

  Ahmad Syadizirin Amin, dengan judul Mengungkap Gerakan dan

  Pemikiran Syaikh Ahmad Rifa‟i. Buku yang diterbitkan oleh Yayasan Badan Wakaf Rifa’iyah ini menggambarkan ciri khas pemikiran KH.

  Ahmad Rifa’i terutama berkaitan dengan hal-hal yang spesial. Tentang pernikahan, dalam buku tersebut hanya mengutip pendapat KH. Ahmad Rifa'i dalam kitab Tabyin al-Islah, utamanya tentang persyaratan wali yang harus adil atau mursyid.

  10

3. Penelitian yang dilakukan oleh M. Nasrudin dalam skripsinya yang

  Berjudul Hukum Islam dan Perubahan Sosial: Studi Pergeseran

  Pemikiran Jam‟iyah Rifa‟iyah Tentang Keabsahan Nikah yang Diadakan oleh Penghulu atau PPN . Dalam penelitiannya dijelaskan bahwa dahulu

  Jam’iyah Rifa’iyah tidak menerima akad nikah yang dilakukan oleh penghulu, sehingga harus melakukan akad nikah hingga dua kali. Akad yang pertama dilakukan di PPN dan akad yang kedua dilakukan di Jam’iyah Rifa’iyah itu sendiri. Akan tetapi setelah diadakan penelitian, kenyataan di lapangan membuktikan bahwa pemahaman

  Jam’iyah Rifa

  ’iyah terhadap keabsahan nikah sudah mulai bergeser dengan menerima akad nikah yang dilakukan penghulu walaupun pergeseran itu tidak terjadi secara keseluruhan di Jam’iyah Rifa’iyah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya perbedaan persepsi antara tokoh tua dan tokoh muda di Jam’iyah Rifa’iyah.

G. Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field

  research ) dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan

  kualitatif diskriptif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen atau studi documenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (Sukmadinata, 2008:108).

  11

  2. Kehadiran penelitian Penelitian dan pengumpulan data-data di Desa Jetis Kecamatan

  Bandungan Kabupaten Semarang ini dengan cara peneliti terjun langsung ke lapangan. Penelitian ini dimulai pada tanggal 31 oktober 2014 sampai dengan selesainya penelitian yang disertai dengan kegiatan akhir berupa penyusunan skripsi.

  3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Jetis Kecamatan

  Bandungan Kabupaten Semarang. Adapun alasan pemilihan tempat adalah Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang mempunyai daerah yang dikira tidak mempersulit dalam melakukan penelitian mengenai tradisi pernikahan

  Jam’iyah Rifa’iyah.

  4. Sumber Data Sumber data dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: a. Data Primer

  Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan.

  Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan, bantuan foto atau apabila memungkinkan dengan

  12

  bantuan rekaman suara handphone. Sementara itu observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung segala aktivitas di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya buku-buku literatur, internet, dan majalah atau jurnal ilmiah yang berhubungan dengan tradisi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah.

5. Prosedur Pengumpulan Data

  Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metode- metode sebagai berikut: a.

  Metode Wawancara Mendalam Dalam metode ini penulis menggunakan teknik interview

  guide yaitu cara pengumpulan data dengan menyampaikan secara

  langsung daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya guna memperoleh jawaban yang langsung pula dari seorang responden (Koentjaraningrat, 1986:138).

  Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara yang digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak melakukan wawancara dengan struktur yang

  13

  ketat kepada informan agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang berbagai aspek dalam penelitian ini.

  b.

  Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada dan dipandang relevan. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, peraturan rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1989:131). Metode ini digunakan untuk memperoleh data sejarah Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, dan data-data dan informasi lain yang menunjang.

  c.

  Metode Observasi atau Pengamatan Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad,

  1994:164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Pengamatan disini termasuk juga didalamnya peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007:174).

  Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara langsung terhadap objek yang diteliti. Dalam

  14

  penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

  6. Analisis Data Metode analisis adalah suatu cara penanganan terhadap objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah dan memilih antara pengertian yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menerapkan metode berfikir induktif, yaitu suatu metode berfikir yang bertolak dari fenomena yang khusus dan kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum (Daymon, 2008:369).

  7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap beberapa kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaanya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat kecukupan referensi, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci dan audit kepastian.

  Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data akan dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan

  15

  keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2007:330). Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada di lapangan atau tidak.

  Dengan demikian data yang diperoleh dari suatu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang berbeda.

8. Tahap-tahap Penelitian a.

  Penelitian pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan nikah dan buku lain yang berhubungan dengan tradisi pernikahan

  Jam’iyah Rifa’iyah.

  b.

  Pengembangan desain Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang tradisi pernikahan

  Jam’iyah Rifa’iyah, kemudian penulis melakukan observasi ke objek penelitian untuk melihat secara langsung tradisi pernikahan

  Jam’iyah Rifa’iyah di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

  c.

  Penelitian sebenarnya Penulis melakukan penelitian dengan cara terjun langsung ke lokasi penelitian untuk meneliti secara lebih mendalam tentang tradisi pernikahan

  Jam’iyah Rifa’iyah di Desa jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang.

  16

H. Sistematika Penulisan

  Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut:

  Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut: 1.

  BAB I merupakan Pendahuluan yang menjelaskan: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

  2. BAB II merupakan Kajian Pustaka yang menjelaskan pernikahan yang meliputi: pengertian pernikahan, hukum perkawinan, rukun pernikahan, syarat pernikahan dan hikmah pernikahan. Dan selanjutnya menjelaskan tradisi yang meliputi: tradisi dalam Islam dan aspek-aspek sosiologis tradisi pernikahan dalam Islam.

3. BAB III merupakan hasil penelitian yang terdiri dari: gambaran umum

  Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang, gambaran umum Jam’iyah Rifa’iyah, tradisi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah dan faktor yang melatarbelakagi tradisi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah.

  4. BAB IV merupakan Analisis data dari data hasil temuan-temuan yang terdiri dari: analisis trad isi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah, analisis faktor

  17

  yang melatarbelakangi tradisi p ernikahan Jam’iyah Rifa’iyah dan analisis tradisi pernikahan Jam’iyah Rifa’iyah berdasarkan ilmu ushul fiqih.

  5. BAB V Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian dan saran-saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan 1. Pengertian Pernikahan Pernikahan atau perkawinan dalam literartur fiqih berbahasa Arab

  disebut dengan dua kata, yaitu nikah dan zawaj. Kedua kata ini yang terpakai dalam kehidupan sehari-hari orang Arab dan banyak terdapat dalam Alquran dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Kata na-ka-ha banyak terdapat dalam Alquran dengan arti kawin. Secara arti kata nikah berarti bergabung, hubungan kelamin, dan juga berarti akad yang berarti mengadakan perjanjian pernikahan. Dalam pemakaian bahasa sehari-hari perkataan nikah lebih banyak dipakai dalam arti kiasan daripada arti yang sebenarnya, bahkan nikah dalam arti yang sebenarnya jarang sekali dipakai pada saat ini (Muchtar, 1974:11).

  Imam Syafi’i mengartikan nikah sebagai suatu akad yang dengannya menjadi halal hubungan seksual antara pria dengan wanita sedangkan menurut arti majazi, nikah itu artinya hubungan seksual. Nikah menurut arti asli dapat juga berarti aqad, dengan nikah menjadi halal hubungan kelamin antara pria dan wanita (Ibrahim, 1971:65).

  Adapun dalam Pasal 1 Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang

  19

  wanita sebagai istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

  Tegasnya pernikahan adalah akad atau perikatan yang menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang didirikan Allah SWT.

  (Depag, 1985:49).

  Pengertian pernikahan yang telah disebutkan di atas sangatlah berbeda dengan pengertian menurut Burgelijke Wetboek yang memisahkan hukum perkawinan dengan ketentuan agama. Pasal 26 BW mengatakan bahwa perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama. Undang-undang hanya memandang perkawinan hanya dari hubungan keperdataan artinya pasal ini hendak menyatakan, bahwa suatu perkawinan yang sah hanyalah perkawinan yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (Burgerlijke Wetboek) dan syarat-syarat serta peraturan agama dikesampingkan (Subekti, 1996:25).

  Pada dasarnya pengertian pernikahan disini adalah banyak memiliki perbedaan. Perbedaan yang terdapat bukan untuk memperlihatkan pertentangan, tetapi hanya membedakan dimana lebih menambahkan unsur-unsur pada masing-masing perumus. Tetapi dalam perbedaan tersebut ditemukan adanya kesamaan unsur mengenai pengertian pernikahan, yaitu suatu ikatan perjanjian. Ikatan perjanjian

  20

  disini berbeda dengan ikatan akad jual beli maupun akad sewa-menyewa, tetapi akad disini merupakan akad suci yang disatukan oleh kedua pihak laki-laki dan perempuan untuk menuju suatu keluarga yang harmonis sesuai syari’at islam.

2. Hukum Pernikahan

  Hukum asal pernikahan mubah, Mubah yaitu sesuatu perbuatan yang dibolehkan mengerjakannya, tidak diwajibkan dan tidak pula diharamkan (Muchtar, 1974:23). Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat an-Nur ayat 32:

  ىمايَْلْا اوُحِكْنَأ َو اوُنوُكَي ْنِإ ْمُكِئامِإ َو ْمُكِدابِع ْنِم َينِلِاَّصلا َو ْمُكْنِم ُللها ُمِهِنْغُػي َءارَقُػف ْنِم ِوِلْضَف

  ٌميلَع ٌعِساو ُللها َو

  Artinya:

  “Dan kawinlah laki-laki dan perempuan yang janda di antara kamu, dan budak-budak laki-laki dan perempuan yang patut buat berkawin. Walaupun mereka miskin, namun Allah akan memampukan dengan kurniaNya karena Tuhan Allah itu adalah Maha Luas pemberianNya, lagi Maha Mengetahui (akan nasib dan kehendak hambaNya)

  (Depag, 2006:389) . Dan firman Allah SWT dalam surat an-

  Nisa’ ayat 4:

  اًئيِرَم اًئيِنَى ُهوُلُكَف اًسْفَػن ُوْنِم ٍءْيَش ْنَع ْمُكَل َْبِْط ْنِإَف ًةَلِْنِ َّنِِتِاَقُدَص َءاَسِّنلا اوُتَآَو Artinya:

  “Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) dengan penuh kelahapan lagi baik akibatnya (Depag, 2006:77)

  .

  21

  Namun hukum pernikahan itu mungkin bisa berubah menjadi wajib, sunnah, haram dan makruh. Hukum pernikahan bisa berubah disebabkan oleh faktor berikut ini: a.

  Orang yang diwajikan menikah adalah orang yang sanggup untuk menikah, sedang dia khawatir terhadap dirinya akan melakukan perbuatan yang dilarang Allah SWT. Melaksanakan pernikahan merupakan satu-satunya jalan baginya untuk menghindarkan diri dari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.

  b.

  Orang yang disunatkan menikah adalah orang yang mempunyai kesanggupan untuk menikah dan sanggup memelihara diri dari kemungkinan melakukan perbuatan terlarang. Sekalipun demikian melaksanakan pernikahan adalah lebih baik baginya, karena Rasulullah SAW melarang hidup sendirian dalam nikah.

  c.

  Orang yang dimakruhkan menikah adalah orang yang tidak mempunyai kesangupan menikah. Pada hakekatnya orang yang tidak mempunyai kesanggupan untuk menikah diperbolehkan untuk melakukan pernikahan. Tetapi dia dikhawatirkan tidak dapat mencapai tujuan pernikahannya, karena itu dianjurkan sebaiknya dia tidak melakukan pernikahan.

  d.

  Orang yang diharamkan menikah adalah orang-orang yang mempunyai kesanggupan untuk menikah, tetapi kalau dia menikah diduga akan menimbulkan kemudharatan terhadap pihak yang lain, seperti orang gila, orang yang suka membunuh, atau mempunyai

  22

  sifat-sifat yang dapat membahayakan pihak yang lain dan sebagainya (Muchtar, 1974:23-25).

3. Rukun Pernikahan

  Rukun adalah unsur yang melekat pada peristiwa hukum atau perbuatan hukum, baik dari segi para subjek hukum maupun objek hukum yang merupakan bagian dari perbuatan hukum ketika hukum tersebut berlangsung. Rukun menentukan sah atau tidak sahnya suatu perbuatan atau peristiwa hukum. Jika salah satu rukun dalam peristiwa atau perbuatan hukum itu tidak terpenuhi berakibat perbuatan hukum atau peristiwa hukum tersebut tidak syah dan statusnya batal demi hukum (Djubaedah, 2010:90). Dalam Ensiklopedi Hukum Islam dikemukakan bahwa rukun adalah suatu unsur yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu perbuatan atau lembaga yang menentukan sah atau tidak sahnya perbuatan tersebut dan ada atau tidak adanya perbuatan tersebut (Djubaedah, 2010:91). Rukun dapat pula diartikan sesuatu yang harus ada yang menentukan sah atau tidak sahnya suatu pekerjaan, dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti membasuh muka untuk wudhu dan takbiratul ihram untuk shalat (Ghazaly, 2006:46).

  Rukun nikah terdiri dari: a. Calon mempelai laki-laki dan perempuan

  23

  Calon mempelai laki-laki dan perempuan biasanya hadir dalam upacara pernikahan. Calon mempelai perempuan selalu ada dalam upacara tersebut, tetapi calon mempelai laki-laki, mungkin karena sesuatu keadaan, dapat mewakilkan kepada orang lain dalam ijab kabul. (Saleh, 2008:300).

  b.

  Wali dari calon mempelai perempuan Wali yang menjadi rukun nikah adalah wali nasab, yaitu wali yang mempunyai hubungan darah dengan calon mempelai perempuan. Dalam keadaan luar biasa, wali nasab dapat digantikan oleh wali hakim, yaitu petugas pencatat nikah jika wali nasab tersebut tidak ada atau tidak ditemukan. Demikian pula, jika wali nasab tidak mau tau tidak bersedia menikahkan calon mempelai perempuan, maka wali hakimlah yang bertindak untuk menikahkannya.

  c.

  Dua orang saksi Saksi dalam perkawinan harus terdiri dari dua orang laki-laki yang memenuhi syarat. Perkawinan yang tidak dihadiri saksi, walaupun rukun (1), (2), dan (3) sudah dipenuhi, menurut pendapat umum adalah tidak sah.

  d.

  Ijab dan kabul Tentang pelaksanaan ijab kabul atau akad, perkawinan harus dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan kabul. Menurut pengertian hukum perkawinan, ijab adalah penegasan kehendak

  24