POLA ASUH PADA KELUARGA YANG MEMILIKI ANGGOTA KELUARGA YANG AUTIS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

POLA ASUH PADA KELUARGA YANG
MEMILIKI ANGGOTA KELUARGA YANG
AUTIS

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Oleh :
Adrianus Dian Widyatmoko
NIM : 019114061

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2008


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

SKRIPSI
POLA ASUH PADA KELUARGA YANG MEMILIKI
ANGGOTA KELUARGA YANG AUTIS

Telah disetujui oleh :

Sylvia Carolina Murtisari, %Psi., M. Psi

Tanggal .. ...22
.....Januari
............2008
...................

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

Succes is not final, failure is not fatal
Sukses bukanlah akhir, kegagalan bukan sesuatu yang fatal

:It is the courage to continue that count
Adalah keteguhan hati dan keberanian untuk dapat
melanjutkan apa yang telah dimulai

Sir Winston Churcil

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi dengan Judul

POLA ASUH PADA KELUARGA YANG MEMILIKI
ANGGOTA KELUARGA YANG AUTIS

Saya persembahkan kepada: 

 
MY LORD JESUS CHRIST 
BAPAKKU B.Z ABIDIN 
IBUKU YOHANA RATNA SUSANTI 
ADIK‐ADIKKU HANY‐YOSI‐AYOE 
 
dan para orang tua yang memiliki anak autis 
serta semua yang terlibat dalam penelitian ini  
 
 
 
 
 
 
 

 
 
 
 

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang saya tuliskan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 18 Desember 2007
Penulis,

Adrianus Dian Widyatmoko


 
 
 
 
 
 
 

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Adrianus Dian Widyatmoko (2007). Pola Asuh Pada Keluarga Yang Memiliki
Anggota Keluarga yang Autis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Sanata Dharma.

Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara orang
tua mengasuh dan menangani anak autis, serta mengetahui pola asuh yang ideal

untuk anak autis dengan melihat berbagai pola asuh yang diterapkan oleh orang
tua di dalam keluarga yang memiliki anggota anak autis. Latar belakang
permasalahan yang terjadi adalah orang tua yang memiliki anak autis masih
kesulitan untuk mengasuh dan menangani anak autis.
Responden penelitian ini adalah para ibu yang memiliki beberapa orang
anak dan salah satunya autis. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah empat
orang ibu. Metode yang digunakan untuk mengambil data adalah metode
fenomenologi. Metode penelitian fenomenologi adalah suatu penelitian yang
menggambarkan makna dari pengalaman dalam suatu fenomena (atau topik atau
konsep) pada beberapa individu. Pengumpulan data menggunakan observasi
langsung, wawancara dan wawancara pendukung. Teknik verifikasi menggunakan
intersubjective validity, serta menggunakan sumber data majemuk (wawancara
dengan orang dekat dan observasi langsung).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sebagian besar orang tua
memberlakukan pola asuh autoritatif dalam menangani anak autis. Namun,
sebagian lainnya juga menerapkan pola autoritarian untuk menangani anak autis.
Masing-masing subjek menerapkan cara yang berbeda untuk menangani anakanak autis sesuai dengan kondisi keluarga, lingkungan dan yang paling utama
karakteristik anak autis itu sendiri. Faktor utama yang mendukung keberhasilan
penanganan anak autis adalah dalam diri subjek harus tumbuh sikap sabar dan
pantang menyerah, mengerti kebutuhan anak autis, serta penuh perhatian dan

kasih sayang. Selain itu, perlu juga harus dimunculkan sikap penerimaan akan
keberadaan dan kondisi anak autis serta tidak menyerahkan sepenuhnya tanggung
jawab pengasuhan dan pendidikan anak autis pada orang lain. Sikap total dalam
menangani juga menjadi faktor pendukung keberhasilan perkembangan anak autis.

Kata kunci : pola asuh, anak autis

vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Adrianus Dian Widyatmoko (2007). Parenting Method in the Family with
Autistic. Yogyakarta: Faculty of Psychology Sanata Dharma University.
The aims of this qualitative study were to know how parents take care and
treat an autistic child and what the ideal parenting method for an autistic is by
observing various parenting models implemented by parents in the family with an
autistic child. The problem of this study was that parents found it is difficult to
take care of children with autism.

The subjects of this research were four mothers whose one of their
children is an autistic. The method used in taking the data was phenomenology
method. It is a research method which describes the meaning of an experience in a
phenomenon (or a topic or a concept) upon any individual. The data were
collected by using observation, interview and supporting interview. The
verification techniques used were intersubjective validity and complex data
sources (such as interviewing and observing the people around the autistic).
The findings showed that some of the parents implemented authoritative
parenting method whilst the others implemented authoritarian parenting method in
taking care and treating the autistic. Each subject implemented a different way. It
depended on the condition of the family and the environment, but above all it
depended on the condition of the autistic himself. The main factor which
supported the success of treating an autistic is that the subject should never give
up, understood the needs of the autistic and had to be very patient and full of
caring and loving. Besides, it was necessary to develop the attitude of accepting
the existence and the condition of the autistic and not to pass over the
responsibility to take care and educate the autistic to the caretaker. The attitude in
treating the autistic totally was also a supporting factor to the success on the
development of the autistic.


Key words : parenting, autistic children

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama

: Adrianus Dian Widyatmoko

Nomor Mahasiswa

: 019114061

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Pola Asuh pada Keluarga yang Memiliki Anggota Keluarga yang Autis.
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalty kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 22 Januari 2008
Yang menyatakan

(Adrianus Dian Widyatmoko)

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang karena
berkat kasihNya penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Tanpa bimbinganNya,
skripsi ini akan semakin lama terselesaikan.
Penulisan skripsi ini dilakukan sekitar dua tahun. Sebuah proses yang cukup
panjang untuk sebuah penulisan skripsi. Selama dua tahun itu pula, penulis
mengalamai banyak dinamika hidup. Dinamika untuk mengalahkan diri sendiri,
untuk tetap fokus pada studi dan untuk tetap bisa bersikap rasional serta pasrah
terhadap keadaan. Namun semua tantangan ini sudah dapat dilalui dan tiba
saatnya untuk mempertanggunjawabkannya. Meskipun demikian, peneliti
menyadari berbagai kekurangan yang masih ada dalam skripsi ini, oleh karena itu,
masukan-masukan akan sangat berguna bagi kesempurnaan skripsi ini.
Untuk semuanya itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan waktu, informasi, dan dukungan hingga
selesainya penyusunan skripsi ini, secara khusus kepada:
1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberi kesempatan
dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Sylvia Carolina Murtisari, S.Psi, M.Psi selaku pembimbing skripsi, yang
dengan teliti memeriksa dan senantiasa memberikan masukan demi
kesempurnaan skripsi ini.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Bapak C. Siswa Widyatmoko, S. Psi dan Ibu Silvia Carolina Maria Yuniati
Murtisari, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing akademik.
4. Bapak Dr. Augustinus Supratiknya dan Ibu MM. Nimas Eki, S.Psi., Psi.,
M.

Si.,

yang

telah

memberikan

kesempatan

bagi

saya

untuk

mempertanggungjawabkan penelitian ini.
5. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi USD Yogyakarta; Ibu MB.
Rohaniwati, Mas Gandung Widiyantoro, Mas P. Mujiono, Mas Doni, dan
Bpk Giyono yang dengan setia senantiasa membantu.
6. Buat semua responden yang telah membantu penulis untuk memperoleh
data-data yang akurat. Terima kasih telah membatu saya “bu......mudahmudahan penelitian ini bisa membawa kesejukan untuk anak-anak autis di
Indonesia.”
7. Buat Pak Somad, Bu Nila dan Pak Hendro selaku pimpinan lembaga terapi
dan sekolah autis. Terima kasih untuk bantuan dan masukkan yang sudah
diberikan. Berkat anda semua saya bisa mendapatkan responden yang sesuai.
8. Papah dan mamah. Terimakasih banyak buat waktu, tenaga, materi yang
sudah dikorbankan buat aku. Terima kasih buat dukungan, cinta kasih, dan
kesabaran yang sudah diberikan. “Akhirnya aku bisa ujian mi...pi....”
9. Adik-adikku....Hany & Yosi.” Akhire aku lulus bro!!!” Buat adik terkecilku
yang juga autis, Ayoe. “Mbak, dido akhirnya sudah lulus universitas.
Mudah-mudahan dido bisa bantu kamu jadi lebih baik....”

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10. My special one.....Maia Stepanie. Thanks udah mau menghadapi and
mendukung aku. Thanks buat rasa sayang dan cintamu yang bisa bikin aku
tetap semangat buat terus berjuang. Thanks a lot honey.....
Buat Sella, makasih juga udah mau jadi korban keisenganku. Maaf ya kalau
sering bikin kamu jutek. Trima kasih juga buat pinjeman motor yang sering
jadi kendaraan operasionalku.
Buat Vika, makasih banyak buat pinjeman laptopnya. Jadi aku bisa
presentasi dengan maksimal.....
11. Tente Ameng and Family---Om Yopie, Dino, Bella, Duta----makasih buat
semua bantuannya. Makasih buat tumpangannya selama aku di Semarang.
Buat Dino, makasih banyak....sory sampe bikin kakimu cedera. “Semoga
cepet sembuh ya bro!.........”
12. Temen-teman dikala susah dan senang: Acong, Oho, Dian (cuk), Kodok,
Sondlop. Kalian semua sudah bikin aku mengerti tentang banyak hal,
mengerti tentang dunia. Nice to be yours friend.....
13. Teman-teman 01, Ari, Adi Gendut, Kris dan Pati. Makasih banyak atas
pertemanan selama ini, kalian adalah teman-teman “sialku”. “Guys....kapan
do ngumpul meneh and rembugan jaket??” Tak lupa juga eks anak 99999
Crodel, Diana, Fentul, Okta, Nyunz, (+) Tien & Mbeng. Makasih udah mau
ngajarin aku tentang persahabatan.
14. Transformind Counsultainment, Mas Is, Mbak Mei, Windra, Neri, Suko,
Kodok, Aconk, Laura, dkk. Makasih buat semuanya pren.....

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15. Teman-teman PAT (Psychology Adventure Team), Topik, Barjo, Cuki,
Vembri, Nuke, Boloth, Sutaman, Bayu, Ratna, dan teman-teman yang
lainnya.... “kapan kita bisa mengakrabi alam lagi teman?”. Aku benarbenar menikmati perjalanan bersama kalian.....Life free and go wild, pals.....
16. Serta semua dosen, karyawan, teman-teman mahasiswa Fakultas Psikologi
USD (terutama angkatan 2001) dan teman-teman yang tidak dapat saya
sebutkan satu persatu yang senantiasa menyemangati saya dalam tugas ini.
Juga buat semua teman yang sudah mendukung dan menemaniku saat ujian
berlangsung....Terima kasih banyak!!!.........

Akhirnya, saya ucapkan terimakasih atas semua yang telah mewarnai hidup
saya. Bapa, dampingilah dan berkatilah semuanya...amin.

Yogyakarta, 18 Desember 2007
Hormat saya,

Penulis

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………...….......……………………………..i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .....................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIAN DATA....................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT..........................................................................................................viii
HALAMAN PERSETUJUAN ...............................................................................ix
KATA PENGANTAR.............................................................................................x
DAFTAR ISI.........................................................................................................xiv
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xviii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xvix
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Masalah Penelitian.......................................................................................6
C. Tujuan............................................................................................................6
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................8
A. Pola Asuh.....................................................................................................8

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Bentuk-bentuk pola asuh.........................................................................9
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi.........................................................11
B. Anak Autis..................................................................................................14
1. Penyebab autis......................................................................................15
2. Karakteristik anak autis........................................................................18
C. Pola asuh pada keluarga yang emiliki anak autis......................................22
1. Langkah-langkah untk menangani anak autis.......................................24
2. Cara-cara mengajarkan berbagai hal pada anak autis...........................25
3. Sikap-sikap orang tua yang mendukung perkembangan anak autis.....27
D. Kerangka Penelitian..................................................................................31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................32
A. Desain Penelitian......................................................................................32
B. Subjek Penelitian......................................................................................33
C. Identifikasi variabel dan batasan istilah.....................................................34
D. MetodePengambilan Data.........................................................................37
1. Wawancara...........................................................................................37
2. Observasi.............................................................................................43
E. Analisis Data.............................................................................................44
1. Organisasi data....................................................................................44
2. Koding.................................................................................................45
3. Interpretasi..........................................................................................46
F. Pemeriksaan Keabsahan Data...................................................................48

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN.........................................50
A. Identitas dan Gambaran Subjek.................................................................50
1. Identitas subjek.....................................................................................50
2. Gambaran Subjek...................................................................................51
B. Tahap Pengambilan Data...........................................................................55
C. Hasil Penelitian..........................................................................................57
1. Subjek 1................................................................................................59
2. Subjek 2................................................................................................77
3. Subjek 3................................................................................................91
4. Subjek 4..............................................................................................105
D. Pembahasan.............................................................................................118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................151
A. Kesimpulan.............................................................................................151
B. Saran........................................................................................................153
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................154

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

TABEL 1. Aspek Penelitian .................................................................................36
TABEL 2. Pedoman Wawancara...........................................................................38
TABEL 3. Identitas Subjek...................................................................................50
TABEL 4. Tahap Pengumpulan Data ..................................................................56
TABEL 5. Ringkasan Analisis Hasil Penelitian..................................................117

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Skema 1: Kerangka penelitian Pola Asuh Pada Keluarga yang Memiliki
Anggota Keluarga yang Autis .............................................................31
Skema 2: Hasil Penelitian Pola Asuh Pada Keluarga yang Memiliki
Anggota Keluarga yang Autis Subjek 1................................................58
Skema 3: Hasil Penelitian Pola Asuh Pada Keluarga yang Memiliki
Anggota Keluarga yang Autis subjek 2................................................76
Skema 4: Hasil Penelitian Pola Asuh Pada Keluarga yang Memiliki
Anggota Keluarga yang Autis Subjek 3..................................................90
Skema 5: Hasil Penelitian Pola Asuh Pada Keluarga yang Memiliki
Anggota Keluarga yang Autis Subjek 4..............................................104
Skema 6: Hasil Penelitian Pola Asuh Pada Keluarga yang Memiliki
Anggota Keluarga yang Autis..............................................................116
Skema 7: Keberhasilan Pengasuhan Pada Perkembangan Anak Autis…………149
Skema 8: Kekurangberhasilan Pengasuhan Pada Perkembangan Anak Autis.....150

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1.Verbatim Subjek..........................................................................158
LAMPIRAN 2. Koding Subjek ...........………………………………………...159
LAMPIRAN 3. Koding Observasi Subjek...........................................................160
LAMPIRAN 4. Koding Wawancara Sumber lain...............................................161
LAMPIRAN 5. Pernyataan subjek..............…………………………………….162
LAMPIRAN 6. Surat keterangan Penelitian.....………………………………...163

xix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menjadi orang tua bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah. Orang
tua merupakan bentuk pelayanan yang paling dasar, yang meliputi pengasuhan,
pendidikan dan pemberian perhatian terutama bagi anak-anaknya. Hal ini
dikarenakan pengasuhan dan pendidikan yang diberikan orang tua dalam sebuah
keluarga pada anak-anaknya merupakan dasar bagi pendidikan, proses sosialisasi
dan kehidupannya di masyarakat (Amal, 2005).
Ketika seseorang memutuskan untuk membentuk sebuah keluarga, ia
tentunya sudah memiliki pemahaman mengenai keluarga. Sekalipun mereka
memiliki sejarahnya sendiri-sendiri dan punya latar belakang yang seringkali
sangat jauh berbeda, baik latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal
ataupun pengalaman pribadinya selama ini, mereka harus siap menghilangkan itu
semua (Rini, 2002). Mereka harus benar-benar memahami bahwa mereka tidak
lagi dua individu yang berbeda tetapi sudah menjadi satu kesatuan yang utuh yang
bernama keluarga, yang siap untuk memasuki fase kedua dan ketiga dalam hidup
manusia, yaitu perkawinan dan kelahiran anak dengan segala bentuk
permasalahannya (Santrock, 1995).
Permasalahan yang dihadapi oleh para orang tua biasanya berputar pada
masalah finansial, terutama pada pasangan yang baru membina hubungan
keluarga (Harefa; dkk, 2002). Selain permasalahan finansial, permasalahan

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

mengenai anak juga muncul, dimana permasalahan ini cukup banyak menyita
perhatian dari para orang tua. Bentuk permasalahan mengenai anak ini beraneka
ragam yang dapat kita lihat, seperti permasalahan tentang pendidikan, pengasuhan
dan perilaku anak (Harefa; dkk, 2002).
Masalah pengasuhan menjadi menarik untuk dibahas karena pengasuhan
menjadi dasar yang utama dalam perkembangan diri anak, terutama kreativitas
dan pembentukan karakter kepribadian anak (Amal, 2005). Sebelum menginjak
bangku sekolah, kehidupan anak-anak banyak dihabiskan dengan orang tuanya.
Pada saat memasuki bangku sekolah, anak-anak juga lebih banyak bertemu
dengan orang tuanya sehingga dapat dikatakan bahwa peran orang tua dalam
mengasuh dan mendidik anak sangat besar. Orang tua memiliki tanggung jawab
untuk mengembangkan eksistensi anak (Gunarsa, 1995).
Dalam menghadapi anak, orang tua banyak menggunakan berbagai pola
pengasuhan yang variatif. Kita tidak bisa menyamaratakan bentuk pola
pengasuhan yang ada dalam setiap rumah tangga. Hal ini dikarenakan pola
pengasuhan dalam keluarga dipengaruhi oleh pola pikir yang dimiliki oleh orang
tua dan tingkat pendidikan serta sosial ekonomi rumah tangga. Dengan kata lain,
bentuk pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dipengaruhi faktor internal dan
eksternal (Amal, 2005). Selain itu, karakteristik anak yang beraneka ragam juga
mempengaruhi bentuk pola asuh yang diterapkan oleh keluarga. Berbagai
kekhasan yang dimiliki anak juga tidak bisa disamaratakan begitu saja, tetapi kita
harus melihat keunikan dan memperhitungkan keadaan-keadaan dari masing-

2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

masing anak, baru dapat diterapkan pola asuh yang sesuai bagi anak tersebut (Rini,
2006).
Karakteristik dari masing-masing anak yang khusus membuat orang tua
harus benar-benar pandai untuk mencari celah dalam mengasuh anak-anaknya.
Ada keluarga yang memiliki anak-anak yang lahir secara normal dan dapat
berkembang sesuai dengan kemampuan dan tugas perkembangannya dengan baik.
Namun, ada juga keluarga yang memiliki anak dengan berbagai hambatan yang
dapat mengganggu proses perkembangan dari anak tersebut. Hal ini secara tidak
langsung dapat mempengaruhi bentuk pola asuh yang diterapkan orang tua pada
anaknya (Rini, 2006). Salah satu hambatan dalam proses perkembangan anak
adalah anak-anak yang terlahir autis.
Hawkes (2002), mengatakan bahwa autisme adalah suatu bentuk
ketidakmampuan dan gangguan perilaku yang membuat penyandangnya lebih
suka menyendiri. Ketidakmampuan dan gangguan perilaku pada anak autis ini
membuat mereka mengalami kesulitan untuk memahami apa yang mereka lihat,
dengar dan rasakan, sehingga menyebabkan keterlambatan perkembangan dalam
kemampuan komunikasi, bicara, interaksi sosial, emosi, kepandaian serta perilaku
dan keterampilan motorik (Oyeng, 2002).
Bagi orang tua yang memiliki anak autis, tentu akan memiliki pola
pengasuhan yang berbeda dan khusus dibandingkan dengan anak yang normal.
Hal ini dikarenakan anak-anak autis memiliki kehidupan sendiri dan kontak yang
sangat terbatas dengan lingkungan, sehingga membutuhkan dukungan yang penuh
dari lingkungan di sekitarnya untuk dapat berkembang (Oyeng, 2002).

3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lingkungan sekitar yang paling dekat dan paling bisa menjadi tempat dan sarana
bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang adalah keluarga, terutama kedua
orang tuanya.
Anak autis tidak bisa diperlakukan dengan pola pengasuhan yang sama
dengan anak yang normal. Mereka tidak bisa diberi bimbingan dan petunjuk
secukupnya kemudian kita lepaskan begitu saja. Orang tua perlu memberikan
perhatian yang lebih untuk mendukung perkembangan diri dan kepribadian anak
autis. Mereka juga perlu diawasi dan dibimbing dengan sangat baik dalam
melakukan tugasnya, sehingga mereka dapat bekerja dengan baik dan benar.
Dukungan bagi perkembangan diri anak autis terkadang memerlukan
pengorbanan yang cukup besar, khususnya dari pihak keluarga. Kasus yang cukup
nyata adalah adanya 2 orang ibu yang memiliki anak autis yang rela berhenti
bekerja agar dapat memiliki banyak waktu untuk mengasuh anaknya yang autis
(CP & ARN, 2003). Seorang ibu bernama Erni memilih berhenti bekerja karena ia
ingin selalu memonitor dan mendampingi anaknya yang autis, sehingga dapat
memperoleh pengasuhan yang tepat. Ibu lainnya bernama Riri memilih berhenti
bekerja karena ia ingin anaknya dapat mendapatkan pendidikan yang tepat dan
baik, sehingga ia membawa anaknya ke Australia untuk memperoleh pendidikan
yang tepat. Dengan demikian, peran orang tua merupakan sosok sentral dalam
kehidupan dan perkembangan diri dan kepribadian anak-anak autis ini.
Penanganan atau pengasuhan terhadap anak autis membutuhkan biaya dan
tenaga yang tidak sedikit. Ada upaya-upaya untuk memberdayakan orang tua yang
mempunyai anak autis, sehingga diharapkan orang tua dapat menjadi seorang

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

pelatih dan pendidik sekaligus terapis yang baik bagi anak-anak mereka yang
menderita autis (Haniman, 2001). Besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh
orang tua yang memiliki anak autis apabila akan menitipkan anaknya pada
lembaga yang khusus menangani anak autis menjadi satu alasan mengapa peran
orang tua menjadi lebih vital. Selain itu, tidak semua daerah memiliki lembaga
yang khusus menangani anak autis, sehingga banyak orang tua yang harus
mengeluarkan biaya transportasi tambahan untuk mencapai tempat tersebut (CP &
ARN, 2003). Padahal tidak semua orang tua memiliki kemampuan finansial yang
mencukupi untuk mengantar anaknya melakukan terapi dan membiayai mereka
agar dapat menerima terapi di lembaga khusus autis.
Dari sudut pandang psikologi perkembangan, anak autis memiliki
hambatan dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangannya dibandingkan
dengan anak-anak yang normal. Dengan demikian tentu akan terdapat perbedaan
dalam proses pengasuhan, meskipun anak autis tersebut berada dalam satu
keluarga yang sama dengan saudara-saudaranya yang normal. Akibat dari
kekurangan yang dimiliki anak autis tersebut maka seharusnya para orang tua
menerapkan pola asuh yang berbeda dengan saudara-saudaranya yang dapat
berkembang dengan normal.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan memberikan gambaran
mengenai bentuk pola asuh orang tua yang memiliki anak autis, terutama orang
tua yang memiliki anak lebih dari satu dan salah satu diantaranya menderita autis.
Dengan demikian, akan dapat diketahui apakah para orang tua telah memberikan
pola pengasuhan yang sesuai dalam mengasuh dan mendidik anaknya yang autis.

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Selain itu, pada akhirnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran
mengenai pola asuh yang ideal bagi para orang tua yang memiliki anak autis.

B. Rumusan Permasalahan
Bagaimanakah bentuk pola asuh pada keluarga yang memiliki anggota keluarga
yang autis?

C. Tujuan


Mengetahui bagaimana cara orang tua mengasuh dan menangani individu
autis



Mengetahui bentuk pola asuh yang ideal untuk anak autis dengan melihat
berbagai pola asuh yang diterapkan oleh orang tua di dalam keluarga yang
memiliki anggota keluarga yang autis

D. Manfaat
1. Manfaat Teoretis
Memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai penanganan dan pengasuhan
individu autis dalam keluarga yang memiliki anggota keluarga yang autis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Subjek
Subjek dapat lebih memahami keadaan anggota keluarganya yang autis,
sehingga bisa memperlakukannya sesuai dengan keadaan individu
tersebut.

6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

b. Bagi Lembaga Terapi Autis
Membantu

mendampingi

orang

tua

dalam

mengasuh

dan

memperlakukan individu autis agar mereka bisa berkembang dengan
maksimal.
c. Bagi Masyarakat Umum
Mengenalkan mengenai individu autis dengan berbagai kondisinya,
sehingga bisa memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan
diri individu autis tersebut.

7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pola Asuh
Orang tua merupakan sosok yang paling dekat dengan anak-anaknya. Dengan
demikian, orang tua merupakan sosok yang paling bertanggung jawab terhadap anakanaknya. Hal ini dikarenakan orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik dan
mengasuh anak-anaknya agar dapat berkembang dengan baik sesuai dengan tugas
perkembangannya. Bentuk tanggung jawab yang bisa dilakukan orang tua adalah
dengan menerapkan pola asuh yang benar sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anakanaknya agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya.
Kohn (dalam Tarmuji, 2001) menyatakan bahwa pola asuh merupakan sikap
orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara
orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua
menunjukkan otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan
terhadap anaknya.
Amal (2005) mengatakan bahwa pola asuh merupakan suatu sistem atau cara
pendidikan, pembinaan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain. Dalam hal
ini adalah pola asuh yang diberikan orang tua atau pendidik terhadap anak adalah
mengasuh dan mendidiknya dengan penuh pengertian.

8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Jadi, dapat dikatakan bahwa pola asuh merupakan interaksi antara anak dan
orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan.

A.1 Bentuk-bentuk Pola Asuh
Pola asuh yang diterapkan oleh orang tua pada anaknya harus disesuaikan
dengan kondisi dari masing-masing anak. Baumrind (1991, dalam Santrock 1996)
dan Astuti (2008) menekankan 3 jenis pola asuh yang pada umumnya diterapkan
dalam rumah tangga, yaitu:
A.1.1 Pola Asuh autoritarian
Pola asuh autoritarian adalah gaya yang membatasi dan bersifat menghukum
yang mendesak anak untuk mengikuti petunjuk orang tua dan untuk menghormati
pekerjaan dan usaha. Pola ini bersifat kaku dan terdapat penerapan hukuman fisik dan
aturan-aturan tanpa perlu menjelaskan pada anak apa maksud dari aturan tersebut.
Pola asuh ini biasanya berdampak buruk pada anak, seperti tidak merasa bahagia,
ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak mampu menyelesaikan
masalah, dan kemampuan komunikasinya buruk.
A.1.2 Pola Asuh Autoritatif
Pola asuh autoritatif mendorong anak untuk bersikap bebas tetapi tetap
memberikan

batasan-batasan

dan

mengendalikan

tindakan-tindakan

mereka.

Komunikasi verbal timbal balik bisa berlangsung dengan bebas, dan orang tua
bersikap hangat dan bersifat membesarkan hati anak. Anak yang terbiasa dengan pola

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

asuh ini biasanya menunjukkan sikap merasa bahagia, kontrol diri dan rasa percaya
diri terpupuk, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa
berkomunikasi baik dengan orang lain.
A.1.3 Pola Asuh Permisif
Pola asuh permisif ini memiliki 2 bentuk, yaitu pola asuh permisif memanjakan
dan pola asuh permisif-tidak peduli.
A.1.3.1 Pola Asuh Permisif Memanjakan
Pola asuh permisif memanjakan adalah suatu pola dimana orang tua sangat
terlibat dengan anak tetapi sedikit sekali menuntut atau mengendalikan
mereka. Pola ini membuat orang tua selalu mengikuti keinginan anak apapun
keinginan tersebut. Akibat dari pola asuh ini yang biasanya muncul adalah
sikap anak yang selalu menuntut orang lain menuruti keinginannya, tapi tidak
bisa menghormati dan cenderung mendominasi orang lain. Akibatnya, anakanak ini memiliki kesulitan dalam berteman.
A.1.3.2 Pola Asuh Permisif Tidak Peduli
Pola asuh permisif tidak peduli adalah suatu pola dimana orang tua tidak ikut
campur dalam kehidupan anak. Pola ini menunjukkan sikap orang tua yang
tidak mau pusing memedulikan kehidupan anaknya. Walau tinggal satu rumah,
bisa jadi orang tua tidak begitu tahu perkembangan anaknya. Akibat dari pola
asuh ini, anak akan menunjukan sikap memiliki harga diri yang rendah, tidak
punya kontrol diri yang baik, kemampuan sosialnya buruk, dan merasa bukan
bagian penting untuk orang tuanya.

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh
Pola asuh yang banyak diterapkan oleh orang tua untuk mendidik anak di
dalam keluarga sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal
(Amal, 2005). Dengan demikian, kemampuan seorang anak untuk mengembangkan
dirinya tidak terlepas dari bentuk pengasuhan orang tua atau pendidik. Beberapa
faktor yang memiliki peran dalam pembentukan pola asuh orang tua dalam keluarga
adalah:
A.2.1 Faktor Keluarga Asal
Faktor keluarga asal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri masingmasing orang tua yang pada akhirnya mempengaruhi penggunaan bentuk pola asuh
yang diterapkan oleh orang tua pada anak-anaknya. Faktor-faktor dari dalam diri
masing-masing orang tua ini meliputi aspek pribadi, identitas dan diri seseorang.
Pribadi, identitas dan diri seseorang ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah pola asuh. Pola asuh orang tua, pada dasarnya merupakan sintesa –
hasil dinamika dua pribadi (ayah dan ibu) dalam mengasuh, mendidik dan
menghadapi anak. Jika hendak diperdalam lagi, pribadi ayah yang menghasilkan pola
sikap tertentu terhadap anak – juga hasil dari pola asuh orang tua sang ayah (Rini,
2006).
Rini (2002) juga menjelaskan bahwa menurut para ahli, pola asuh orang tua
atau pun kualitas hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anak, merupakan

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

faktor penting yang kelak mempengaruhi kualitas persepsi orang tersebut terhadap
perannya sendiri.

A.2.2 Faktor Lingkungan Sosial dan Budaya
Faktor lingkungan sosial budaya merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pemilihan bentuk pola asuh yang diterapkan dalam keluarga. Faktor
lingkungan sosial budaya ini sedikit banyak dapat mempengaruhi pola pikir dan sikap
orang tua pada anaknya. Hal ini dikarenakan pola asuh yang berkembang di
masyarakat terbentuk menjadi kebiasaan yang turun-temurun (Jalu, 2003).
Tarmuji (2001) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa dalam mengasuh
anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang ada di lingkungannya. Hal ini
semakin menguatkan bahwa pengaruh lingkungan sosial budaya membawa pengaruh
yang kuat bagi orang tua dalam mengasuh anak-anaknya.

A.2.3 Faktor Kepribadian dan Karakteristik Anak
Menurut Tedjasaputra (2008, dalam Rahayu, 2008), terdapat tiga tipe
kepribadian yang umumnya terdapat pada anak. Ketiga tipe tersebut antar lain:
A.2.3.1 Tipe Mudah
Anak dengan kepribadian tipe mdah ini cenderung memiliki suasana
hati yang positif dan cenderung tidak rewel. Mereka dengan mudah
membentuk kebiasaan rutin yang teratur dan mudah menyesuaikan diri
dengan pengalaman, situasi dan orang-orang baru. Selain itu, anak

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan tipe ini pada umumnya mudah untuk memahami penjelasan
tentang perilaku yang diharapkan dari mereka.
A.2.3.2 Tipe Sulit
Anak dengan tipe ini cenderung untuk bereaksi secara negatif dan
seringkali menangis. Mereka cenderung untuk bereaksi negatif
terhadap kegiatan rutin dan lamban untuk menyesuaikan diri dengan
situasi, lingkungan dan orang-orang baru. Selain itu, makanan baru
pun sulit untuk diterimanya. Anak-anak tipe ini sulit untuk diberi
pengertian tentang perilaku yang tidak diharapkan dari mereka.
A.2.3.3 Tipe Slow to warm up
Anak dengan tipe ini cenderung memiliki aktivitas yang rendah.
Mereka juga menunjukkan suasana hati yang negatif (namun sedikit
lebih baik dari tipe sulit). Selain itu, mereka memiliki penyesuaian diri
yang lamban, namun mudah dibujuk untuk ditenangkan. Anak-anak
dengan tipe ini tidak terlalu mudah saat diberi pengertian dan
penjelasan tentang perilaku yang diharapkan dari mereka. Dituntut
usaha yang cukup kuat dan kesabaran yang ekstra dari orang tua dalam
rangka mengajak anaknya bekertja sama.
Tedjasaputra (2008, dalam Rahayu, 2008) menambahkan bahwa ada juga anak-anak
yang tidak memiliki ciri-ciri seperti yang telah diungkapkan diatas. Orang tua perlu
mewaspadai anak-anak dengan keterbelakangan mental, autis ataupun gangguan
perkembangan hiperaktif (atau anak-anak dengan kebutuhan khusus).

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Anak- anak dengan kebutuhan khusus demikian bisa jadi memiliki tipe
kepribadian yang merupakan gabungan lebih dari satu tipe kepribadian yang telah
diuraikan diatas. Tedjasaputra (2008, dalam Rahayu, 2008) mengatakan bahwa anakanak autis bisa memiliki ciri kepribadian yang merupakan gabungan dari ketiga tipe
kepribadian diatas, sehingga butuh kewaspadaan dan kepekaan orang tua dalam
mengamati proses perkembangan diri anak-anaknya. Dengan demikian, anak-anak
mereka dapat ditangani dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhann dan
kemampuannya (Tedjasaputra, 2008 dalam Rahayu, 2008).

B. Autis
Hawkes

(2002),

mengatakan

bahwa

autisme

adalah

suatu

bentuk

ketidakmampuan dan gangguan perilaku yang membuat penyandangnya lebih suka
menyendiri. Ketidakmampuan dan gangguan perilaku pada individu autis ini
membuat mereka mengalami kesulitan untuk memahami apa yang mereka lihat,
dengar dan rasakan; sehingga menyebabkan keterlambatan perkembangan dalam
kemampuan komunikasi, bicara, interaksi sosial, emosi, kepandaian serta perilaku
dan keterampilan motorik (Oyeng, 2002).
Budiman (1999) mengungkapkan bahwa autis merupakan gangguan
perkembangan yang mencakup bidang komunikasi, interaksi dan perilaku yang luas
dan berat. Gangguan perkembangan yang terjadi pada individu autis ini dikarenakan
adanya kerusakan pada salah satu bagian otak dari individu tersebut. Sekitar 10 tahun

14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang lalu, banyak individu autis yang salah didiagnosis oleh para ahli medis. Hal ini
dikarenakan pada saat itu autis masih merupakan sesuatu yang asing di Indonesia dan
masih cukup sulit mencari tahu apa sebenarnya penyebab dari autis ini.
Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang autis adalah seseorang yang
mengalami gangguan perkembangan yang mencakup bidang komunikasi, interaksi,
dan perilaku sehingga menyebabkan mereka tampak hidup dalam dunianya sendiri.

B. 1. Penyebab Autis
Pada awal dekade ’90-an, penyebab autis masih merupakan suatu misteri yang
cukup membuat banyak ahli medis bingung. Hal ini dikarenakan banyak orang tua
yang sering merujuk anaknya yang memiliki kelainan autis ini ke para ahli medis
tersebut. Padahal saat itu, autis ini masih merupakan suatu kelainan yang langka di
masyarakat. Namun, seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran, maka saat ini
para ahli medis telah behasil menyingkap penyebabnya (Budiman, 2002).
Autis merupakan suatu kelainan perkembangan otak yang disebabkan oleh
dua hal yang paling berpengaruh dalam proses perkembangan diri seseorang, yaitu
faktor genetik dan faktor neurologis (Wenar & Kerig, 2000).

B.1.1 Penyebab Genetik
Faktor genetika bisa dikarenakan kelainan yang disebabkan oleh cacar air
yang diderita ibu selama mengandung dan karena diturunkan melalui percampuran

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

gen dari orang tua yang memiliki kelainan genetik secara klinis (Wenar & Kerig,
2000).
Selain karena penyebab di atas, gangguan autis juga bisa disebabkan karena
pada proses pembentukan sel-sel otak tersebut dalam kandungan terjadi
penghambatan pertumbuhan sel-sel otak, misalnya karena virus (rubella, tokso,
herpes), jamur (candida), oksigenasi (perdarahan), dan keracunan dari makanan
(Budiman, 1999). Kelainan tersebut mengakibatkan kelainan pada struktur sel otak,
yaitu gangguan pertumbuhan sel otak pada trisemester pertama, terutama fungsi otak
yang mengendalikan pemikiran, pemahaman, komunikasi dan interaksi (Budiman,
1999).
Penelitian Wakkerfield, dkk di Inggris pada tahun 1998 (Jalu, 2001)
menunjukkan bahwa gangguan perkembangan otak dapat disebabkan karena
pengaruh biologis. Pengaruh biologis ini dapat disebabkan karena faktor genetik atau
kelainan kromosom dan dapat pula karena pengaruh negatif selama masa
perkembangan otak. Faktor- faktor yang dapat menyebabkan pengaruh negatif selama
masa perkembangan otak, antara lain:
1.1

Penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat

1.2

Trauma

1.3

Keracunan logam berat maupun zat kimia lain baik selama dalam
kandungan maupun setelah dilahirkan.

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Salah satu logam berat yang menyebabkan keracunan Sistem Saraf Pusat
adalah Hg (Hydrogyrum = air raksa) yang terdapat dalam vaksin DPT
dan Hepatitis B dalam bentuk senyawa Thiomerosal.
1.4

Gangguan imunologis

1.5

Gangguan absorbsi protein tertentu akibat kelainan di usus

B.1.2 Penyebab Neurologis
Faktor neurologis dapat disebabkan oleh kelainan di otak dan sistem saraf.
Courchesne, dkk pada tahun 1988 (dalam Wenar & Kerig, 2000) mengungkapkan
hasil penelitiannya yang menemukan bahwa dari hasil MRI penderita autis
mengalami cerebral hypoplasia (penyusutan ukuran otak) pada bagian pons atau otak
tengah. Kerusakan ini mempengaruhi kerja sistem saraf yang terhubung langsung
dengan cerebellum (otak kecil), termasuk saraf yang mengatur atensi dan gerakan
motorik.
Penelitian Courchesne, dkk tahun 1988 dalam Wenar & Kerig (2000) tersebut
mengindikasikan bahwa ada hubungan antara simptom autistik dengan disfungsi
sistem otak, khususnya kognisi sosial. Pendapat ini diperkuat oleh Dawson (1996
dalam Wenar & Kerig, 2000) yang berpendapat bahwa pada individu autis, amigdala
(bagian dalam lobus temporalis otak) telah tergabung menjadi satu bagian dengan
simptom autistik awal, termasuk orientasi sosial, imitasi motorik, atensi, dan empati.
Kondisi neurotransmitter (zat kimia pengantar pesan dalam sistem saraf) yang
abnormal juga menjadi salah satu faktor dari gangguan perkembangan otak. Pada

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sebagian anak autis, jumlah serotonin dalam neurotransmitter menunjukkan jumlah
yang cukup tinggi (Wenar & Kerig, 2000). Serotonin merupakan salah satu jenis
neurotransmitter dalam otak yang dapat meningkatkan aktivitas otak (Handout Faal,
2002; hal 187). Apabila jumlah serotonin di dalam otak meningkat, maka aktivitas
otak meningkat dan dapat mengakibatkan kegelisahan.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa penyebab utama dari autis adalah
kelainan di otak yang terjadi akibat adanya gangguan dalam masa perkembangan otak.
Gangguan selama masa perkembangan otak ini dapat disebabkan karena faktor
genetik yang diakibatkan pengaruh negatif selama masa perkembangan otak dan
faktor neurologis yang terpengaruh gangguan perkembangan otak.

B. 2. Karakteristik Anak Autis
Tidak semua individu yang acuh atau tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya
termasuk dalam kategori individu autis. Individu yang masuk dalam kategori autis
apabila mereka menunjukkan karakteristik sebagai berikut (Wenar & Kerig, 2000):
B. 2. 1 Interaksi Sosial
Individu dengan gangguan autis memiliki kekurangan dalam tiga aspek
perkembangan yang normal yang membedakannya dari bayi dan balita dalam
lingkungan sosialnya. Aspek-aspek tersebut adalah orientasi, imitasi dan perhatian.
Kesulitan kognisi untuk memahami suasana hati orang lain sejalan dengan kesulitan
untuk mengekspresikan emosi diri secara nyata, mengakibatkan peningkatan isolasi
sosial pada anak autis. Akibatnya, orang-orang di sekitarnya merasa kesulitan untuk

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memahami individu autis karena kekurangan individu autis dalam menjalin relasi
sosial.
Siegel (1996, dalam Puspita, 2003) menambahkan bahwa kekurangan
individu autis untuk berelasi sosial dan juga banyak dan cenderung menarik diri dari
lingkungan sosial dikarenakan faktor sensory sensitivities (sensitivitas indera) yang
sangat peka dari individu autis. Sebagian dari mereka bahkan cenderung sangat peka
terhadap berbagai muatan emosi yang terjadi di sekitarnya. Mereka bingung dan
cemas bila tidak dapat memahami pesan-pesan emosi yang terjadi saat bergaul,
sehingga mereka kadang memutuskan untuk menarik diri dari pergaulan.
Menurut Siegel (1996, dalam Puspita, 2003), beberapa indera perangsang yang
memiliki kepekaan tinggi pada individu autis adalah:
B.2.1.1 Sound sensitivity
Individu menjadi takut secara berlebihan pada suara keras atau bising.
Ketakutan yang berlebihan ini membuat mereka bingung, merasa cemas atau
terganggu, yang sering termanifestasi dalam bentuk perilaku buruk. Pola
kepekaan akan suara keras atau bising ini tidak sama, dan frekuensi setiap
individu juga berbeda-beda. Kadang individu mendengung atau bergumam
untuk menghalangi gangguan suara tadi, sehingga dengan ia mendengung, ia
hanya mendengar dengungannya dan tidak mendengar suara lain yang tidak
dapat ia prediksi.

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B.2.1.2 Touch sensitivity
Individu memiliki kepekaan terhadap sentuhan ringan atau sebaliknya
terhadap sentuhan dalam. Masalah kepekaan yang berlebihan ini biasanya
terwujud dalam bentuk masalah perilaku (termasuk masalah makan dan
pakaian). Bila individu peka terhadap sentuhan dan terganggu dengan
sentuhan kita, maka pelukan kita justru dapat ia artikan sebagai hukuman
yang menyakitkan.
B.2.1.3 Rhytm difficulties
Individu sulit mempersepsi irama yang tertampil dalam bentuk lagu, bicara,
jeda dan ‘saat untuk masuk dalam percakapan’. Itu sebabnya banyak individu
autis terus menerus berbicara, atau menyerobot masuk saat percakapan sedang
berlangsung, yang seringkali dianggap lingkungan sebagai ‘tidak sopan’.
Padahal, ini adalah masalah fisik mereka.

B. 2. 2 Bahasa
Individu autis memiliki kesulitan untuk memahami simbol-simbol secara
umum. Simbol-simbol yang mudah dipahami adalah yang sesuai dengan minat dan
ketertarikan mereka. Selain itu, individu autis juga mengalami kesulitan dalam
mengungkapkan apa yang ingin dikatakan. Pada dasarnya mereka dapat membuat
kalimat dengan pola dan susunan yang sempurna, namun apa yang dikatakan tidak
sesuai dengan konteks sosial. Hanya saja, individu autis mengalami kesulitan untuk
memahami komunikasi verbal dari lawan bicaranya. Mereka lebih mudah untuk

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memahami gerak tubuh dalam berkomunikasi. Hal ini dikarenakan individu autis
memiliki pola berpikir visual (visual thinking,), sehingga lebih mudah untuk
memahami hal kongkret (dapat dilihat dan dipegang) daripada hal abstrak (Siegel,
1996 dalam Puspita, 2003). Oleh karena itu, akibat dari proses berpikir dengan
menggunakan gambar atau film seperti ini, maka jelas akan lebih lambat daripada
proses berpikir verbal, sehingga mereka perlu jeda beberapa saat sebelum bisa
memberikan jawaban atas pertanyaan tertentu.
Siegel (1996, dalam Puspita, 2003) menambahkan bahwa bahwa individu
autis lebih berpikir menggunakan asosiasi daripada berpikir secara logis
menggunakan logika. Hal ini disebabkan anak autis memiliki problems of
connection yang berkaitan dengan ‘kemampuan individu menalar’. Menurut Siegel
(1996, dalam Puspita, 2003) berbagai masalah tersebut adalah:
B.2.2.1 Attention problems: masalah pemusatan perhatian, terus menerus
terdistraksi
B.2.2.2 Perceptual problems: masalah proses persepsi, bingung sehingga
menghindari orang lain.
B.2.2.3 Systems integration problems: proses informasi di otak bekerja secara
‘mono’ (tunggal) sehingga sulit memproses beberapa hal sekaligus
B.2.2.4 Left-right hemisphere-integration problems: otak kiri tidak secara
konsisten tahu apa yang terjadi pada otak kanan (dan sebaliknya),
sehingga tidak sepenuhnya sadar pada apa yang sedang terjadi.

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

B. 2. 3 Keinginan untuk selalu sama
Individu autis selalu ingin tampil dengan pola dan kegiatan yang sama seharihari. Kesamaan-kesamaan ini dapat mereka tunjukkan dengan berbagai aktivitas yang
monoton setiap hari, pakaian ataupun makanan yang selalu sama setiap hari. Mereka
juga suka dengan pola-pola tertentu, baik itu penempatan ataupun penyimpanan
barang yang mereka sukai. Mereka dapat menjadi panik, gusar dan marah apabila
mereka tidak menemukan pola dan kegiatan yang sama seperti biasanya.

C.