SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SIKAP ETNOSENTRIS PADA ETNIS TIONGHOA TOTOK
(ASLI) dan PERANAKAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh :
Elvin Wijaya
NIM : 029114003
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2007
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
Biarlah satu halaman hidupmu
terbuka setiap hari ...
Renungkanlah
Rahasia yang ada di dalamnya...
Rasakanlah
apa yang dikatakannya ...
Simpanlah
Dalam lubuk hatimu ...
Maka kau temukan impian emas yang
Menunggumu dalam tidur
Setiap pagi,
Tatkala engkau terjaga,
Ada seorang teman baru,
Yang rahasia,
Tersenyum dalam dirimu.
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Kupersembahkan karya ini kepada :
- Sang Buddha, Guru Agung Nan Mulia dengan Dhamma ajaran- Nya • Papa dan Mama tercinta
- My Brother “Titi” Fridmen • My Dear Victor • All my friends
- All Chinese People
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Elvin Wijaya (2007). Sikap Etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok (asli) dan
Etnis Tionghoa Peranakan. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi,
Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan sikap etnosentris pada etnis
Tionghoa Totok (asli) dan etnis Tionghoa Peranakan. Penelitian ini merupakan
penelitian perbandingan atau komparasi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian iniadalah etnis Tionghoa Totok (asli) memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi
dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan.Subjek dalam penelitian ini berjumlah 120 orang. Terdiri dari 48 etnis
Tionghoa Totok (asli) dan 72 etnis Tionghoa Peranakan, yang berstatus mahasiswa.
Data diperoleh dengan menggunakan skala sikap etnosentris. Koefisien reliabilitas
sebesar 0.9153. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji-t. Dalam
menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis dilakukan dengan cara
membandingkan nilai t hitung dengan t tabel.Hasil perhitungan menunjukkan mean empiris etnis Tionghoa Totok (asli)
sebesar 128.69 dan mean empiris etnis Tionghoa Peranakan 121.29. Mean empiris
etnis Tionghoa Totok (asli) lebih besar dari mean empiris etnis Tionghoa Peranakan.
Pengujian hipotesis menggunakan Independent Sample t-Test. Dari hasil analisis
diperoleh t hitung sebesar 3.041 dengan t tabel 1.658 serta p = 0.003. Karena t hitunglebih besar dari t tabel, dan nilai p < 0.05 dengan demikian hipotesis penelitian ini
diterima. Artinya, sikap etnosentris etnis Tionghoa Totok (asli) lebih tinggi
dibandingkan etnis Tionghoa Peranakan.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Wijaya, E (2007). Ethnocentric attitude of original chinese ethnic and of mixed
ethnic origins. Yogyakarta : Departement of Psychology, Faculty of Psychology,
Sanata Dharma University.The proposed of this research was to compare ethnocentric attitude of original
chinese ethnic and of mixed ethnic origins. This research was a comparison research.
The hypothesis in this research was ethnocentric attitude of original chinese ethnic
higher than of mixed ethnic origins.The subjects in this research are 120 persons. Consist of 48 original chinese
ethnic and 72 mixed ethnic origins, were status college students. The data was
collected using ethnocentric attitude scale. Reliability coefficient was 0.9153. The
research data was measured using t-test and to determinated whether hypothesis can
be accepted or unaccepted, it was done by comparing the value of t-count with t-table.
The result showed that empirical mean of original chinese ethnic was 128.69
and the empirical mean of mixed ethnic origins was 121.29. The empirical mean of
original chinese ethnic higher than the empirical mean of mixed ethnic origins. The
test of hypothesis was using Independent Sample t-test. The result of t-test showed
that t-count was 3.041 and t-table was 1.658 with p = 0.003. Since t-count was higher
than t-table so the hypothesis in this research was accepted. It means, ethnocentric
attitude of original chinese ethnic higher than of mixed ethnic origins.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada para Buddha dan Bodhisatva, yang telah melimpahkan berkah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun
untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.Penulis menyadari bahwa karya tulis ini takkan terwujud tanpa bantuan,
bimbingan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berarti bagi
penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada orang-orang berikut ini :
1. Sang Buddha, yang telah melimpahkan berkat dan anugerah-Nya, yang telah
membimbing dan memberikan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Papa “Lie” yang pendiam tapi selalu mensupport segala keputusan yang
penulis ambil disetiap langkah dalam kehidupan ini sehingga mengajarkan penulis untuk mandiri. Mama “Sim” bidadari dalam keluarga, yang selalu mendoakan, mendengarkan segala keluh kesah penulis dan memberi spirit moral kepada penulis. Thanks to my parents... elvin beruntung dilahirkan sama papa dan mama dalam keluarga sederhana ini.
3. Bapak P.Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi yang
telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penulisan ini.
4. Ibu Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah
membantu dan membimbing penulis secara akademik baik didalam kelas maupun diluar kelas.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Bapak Dr. Supratiknya selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan pengarahan, masukan, kritik dan saran yang telah membuat penulis siap secara mental dan matang selama pengerjaan skripsi ini.
6. Ibu Titik Kristiyani, S.Psi., Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi. dan Ibu
A.Tanti Arini, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing akademik. Terima kasih telah menjadi dosen pembimbing yang senantiasa membantu penulis mengenai masalah akademik.
7. Bapak Agung Santoso, S.Psi. yang banyak memberikan masukan, saran, kritik
serta pelajaran kehidupan baik akademik maupun kehidupan nyata. Makasih ya pak...
8. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik penulis selama studi
di Fakultas Psikologi ini. Terima kasih buat Bapak dan Ibu atas bimbingan dan arahannya selama ini.
9. Mba’ nanik, Mas Gandung, Mas Mudji, Mas Doni dan Pak Gie’ yang dengan
sabar membantu dan memberi kemudahan bagi penulis selama proses studi penulis di fakultas Psikologi ini.
10. Pak Bimo dan Pak Siang (INTI), terima kasih atas masukan dan diskusi
mengenai perkembangan masyarakat Tionghoa di Indonesia saat ini.
11. Titi “Fridmen” my brother.... bro.. thanks ya selama ini walaupun loe gak
banyak omong tapi cc tau seberapa besar rasa sayang dan perhatian loe ma cc..Jangan jadikan kekurangan loe sebagai suatu kelemahan dalam menghadapi hidup ini oc.. I Love U Bro..... you are the best brother for me...
12. All my big family....makasi atas doa, dukungan dan perhatian semua keluarga
ma elvin ya....PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13. Victor, special person in my life. Walaupun kita gak bersama saat ini, rasa
sayang, dukungan dan perbedaan yang kita jalani dalam hubungan ini menjadikan elvin kaya akan “rasa”. Doa dan kepercayaanmu memberi kekuatan kepada elvin.
14. My best plend in Padang “ Bule” Vesy, Ai, cc Vera, Edward, “Kawek” Ricky,
Hok An, Beatrix (Vio). Plend, ternyata jarak yang jauh gak membuat perhatian, kepedulian dan rasa pertemanan yang kita jalin dari dulu luntur. Makasi supportnya ya...
15. Teman-teman terbaik yang hadir dalam hidupku, Nanoet, Mas Adi, Cinghe,
Laora.. dinamika akademik banyak juga mendewasakan pribadi kita masing- masing. Kenal dan dekat dengan kalian memberikan banyak warna dalam hidup elvin.
16. Tumi “Ratna”, Jenk Icha, Jenk Yosi kedekatan yang singkat memberikan
makna yang dalam pada persahabatan ini...
17. Teman-teman di P2TKP Pak Priyo, Pak Toni, Bu Tiwi, Iput, Tita, Otikwati,
Desta, Abe, Mas Kobo dan Obeth. Makasi ya supportnya dan kerjasamanya selama ini.
18. Teman-Teman Angkatan 2002 Mitha, Lia, Sutri, Anna, Meme, Ajeng, Ucix,
Tanti, Nopex, Bona, Aan, Doddy, Ira, dan yang lain yang tidak bisa penulis tuliskan satu demi satu. Makasi atas pertemanan selama ini, elvin jadi belajar banyak karakter.
19. Teman-teman tempat berbagi segala rasa, Kak Shinta, Nitong dan Erika.
Makasi ya selama elvin di jogja, kalian merupakan saudara bagi elvin.
20. Teman-teman mahasiswa Universitas Kristen Duta Wacana, makasi ya atas
kerjasamanya.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21. Dan tak lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas kerelaan dan waktu yang pembaca luangkan untuk membaca karya tulis ini.
Penulis menyadari pula adanya ketidak sempurnaan dalam karya tulis ini
karena kesempurnaan hanya dimiliki Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritikan dan saran dari pembaca yang bisa menjadi masukan
bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan penulis menjadi lebih baik. Kritik
dan saran dapat dikirimkan ke elvin_imoet@yahoo.com. Besar harapan penulis agar
karya tulis ini dapat menjadi inspirasi terbaru bagi pembaca.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
Pernyataan Keaslian Karya ................................................................................. v
Abstrak ............................................................................................................... vi
Abstract .............................................................................................................. vii
Kata Pengantar .................................................................................................... viii
Daftar Isi ............................................................................................................. xii
Daftar Tabel ........................................................................................................ xv
Daftar Lampiran .................................................................................................. xvi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian .................................................................................. 5
BAB II. LANDASAN TEORI A. Sikap Etnosentris1. Pengertian .................................................................................. 6
2. Sikap Etnosentris dalam Kelompok Etnis .................................. 8
3. Aspek – aspek sikap etnosentris ............................................... 12
1. Variabel Bebas .......................................................................... 39
1. Estimasi validitas ....................................................................... 45
G. Estimasi Validitas, Seleksi Item dan Reliabilitas .................................... 45
2. Pemberian Skor Skala ................................................................ 45
1. Skala Sikap Etnosentris ............................................................ 42
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data ...................................................... 42
E. Prosedur Penelitian .................................................................................. 42
D. Subjek Penelitian ..................................................................................... 41
2. Variabel Tergantung .................................................................. 40
BAB III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian .................................................................................... 38 B. Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 38 C. Defenisi Operasional .............................................................................. 39
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap etnosentris ............... 13
D. Hipotesis ................................................................................................ 37
C. Sikap Etnosentris pada Etnis Tionghoa Totok dan Peranakan .............. 31
b. Etnis Tionghoa Peranakan .......................................... 29
a. Etnis Tionghoa Totok .................................................. 27
3. Pengelompokan etnis Tionghoa ................................................ 26
2. Kebudayaan Etnis Tionghoa ..................................................... 22
1. Sejarah Etnis Tionghoa sampai ke Indonesia ........................... 16
B. Etnis Tionghoa
2. Seleksi item ................................................................................ 46 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3. Estimasi Reliabilitas .................................................................. 49
H. Metode Analisis Data .............................................................................. 50
BAB IV. HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................. 51 B. Hasil Penelitian ......................................................................................... 51
1. Uji asumsi ................................................................................... 51
a. Uji Normalitas ................................................................ 52
b. Uji Homogenitas ............................................................ 52
2. Deskripsi data penelitian ............................................................. 53
3. Uji Hipotesis ............................................................................... 55
C. Pembahasan ............................................................................................... 57
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................. 63 B. Saran ........................................................................................................ 63
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 65
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 : Profil etnis Tionghoa Totok (asli) dan Peranakan .............. 30Tabel 2.2 : Aspek-aspek Pembeda ....................................................... 36Tabel 3.1 : Distribusi item skala sikap etnosentris sebelum ujicoba .... 44Tabel 3.2 : Skor jawaban skala ............................................................. 45Tabel 3.3 : Distribusi item skala sikap etnosentris setelah ujicoba ...... 48Tabel 3.4 : Distribusi item skala penelitian sikap etnosentris .............. 49Tabel 4.1 : Ringkasan One Sample Kolmogorov-Sminorv Test .......... 52Tabel 4.2 : Ringkasan Test of Homogenity of Variances .................... 53Tabel 4.3 : Ringkasan Tabel Data Penelitian ....................................... 54Tabel 4.4 : Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ........................................... 55 (Independent Sample t-Test)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRANLAMPIRAN UJICOBA
Tabulasi Data Hasil Ujicoba ..................................................................................... 68
Uji Daya Beda Item dan Estimasi Reliabilitas ......................................................... 82
LAMPIRAN PENELITIANSkala Penelitian ........................................................................................................ 86
Tabulasi Data Penelitian ........................................................................................... 87
Uji Normalitas .......................................................................................................... 105
Uji Homogenitas ....................................................................................................... 108
Uji Perbedaan / Uji t ................................................................................................. 109
LAMPIRAN SURAT IJIN PENELITIANxvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk. Masing-masing
masyarakatnya terdiri dari etnis-etnis yang berasal dari berbagai macam latar
belakang sosial dan budaya yang khas dan berbeda satu sama lain.Setiap etnis membawa kebiasaan-kebiasaan tersendiri yang merupakan hasil
dari proses belajar masing-masing individu dalam kelompok etnisnya. Dalam proses
belajar tersebut individu menanamkan kepribadian, segala perasaan, hasrat, nafsu
serta emosi yang diperlukan sepanjang hidup. Masing-masing etnis juga melakukan
inkulturasi, yaitu proses mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikap
dengan adat istiadat, sistem norma dan peraturan-peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya (Koentjaraningrat, 1980). Proses ini membentuk identitas etnis dalam
diri individu, sehingga memotivasi seseorang untuk belajar tentang sikap etnik yang
meliputi sikap terhadap kelompok sendiri ataupun terhadap kelompok lain.Sikap etnik yang tertanam dalam diri masing-masing individu terhadap
etnisnya membuat individu tersebut memiliki persepsi tersendiri terhadap etnis lain.
Hasil interpretasi suatu etnis terhadap etnis lain bermacam-macam. Adakalanya
persepsi yang mereka hasilkan berbeda dengan persepsi yang sebenarnya pada etnis
tersebut, sehingga pada akhirnya setiap etnis menganggap etnisnya lebih baik dari
etnis yang lain, hal tersebut diistilahkan dengan etnosentrisme.Etnosentrisme merupakan perasaan bahwa kelompok etnis mereka lebih baik
ketimbang kelompok etnis lain (Matsumoto, 1996). Pengertian ini diperjelas oleh
Soekanto (1982) yang mengatakan bahwa etnosentrisme adalah penilaian terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
unsur-unsur kebudayaan lain dengan menggunakan norma-norma yang ada pada
kebudayaan sendiri.Salah satu etnis di Indonesia yang memiliki kecenderungan untuk memiliki
sikap etnosentris yang tinggi adalah etnis Tionghoa. Hal ini terlihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Helmi (1990) yang menunjukkan bahwa etnis
Tionghoa memiliki sikap etnosentris. Dilihat dari generasinya, etnis Tionghoa
generasi tua memiliki sikap etnosentris yang lebih tinggi ketimbang generasi muda
etnis Tionghoa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Suryanto dan Tairas (1999)
menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara keturunan etnis Tionghoa
dan etnis Jawa dalam sosialisasi, identitas, etnosentrisme dan agresi rasialnya. Secara
umum sosialisasi, identitas, etnosentrisme dan agresi rasial pada etnis Tionghoa lebih
tinggi dibandingkan dengan etnis Jawa.Etnis Tionghoa merupakan etnis yang baru diakui keberadaannya di Indonesia,
selain jumlahnya yang minoritas, etnis Tionghoa dikenal dengan etnis yang memiliki
perjalanan sejarah yang kurang baik dimata orang Indonesia. Ada yang berpendapat
bahwa masalah-masalah ini terjadi karena orang Tionghoa masih mempertahankan
kebudayaan asing, tidak memiliki identitas Indonesia. Ada yang berpendapat lagi
bahwa orang Tionghoa tidak sepenuhnya berbaur dengan masyarakat pribumi. Ada
lagi yang memiliki persepsi bahwa etnis Tionghoa merupakan sebuah kelompok etnis
yang menduduki tangga ekonomi yang lebih tinggi dan terpisah dari pribumi.
Implikasinya, konsep masyarakat majemuk yang menekankan pada pentingnya
kesukubangsaan, akan selalu menempatkan orang Tionghoa sebagai orang asing,
walaupun orang Tionghoa tersebut berstatus WNI. Secara tidak langsung masyarakat
pribumi mengatakan bahwa etnis Tionghoa yang non pribumi harus membaur menjadi
masyarakat pribumi kalau ingin diterima sebagai orang Indonesia (Suryadinata, 2003).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Di satu sisi, kecenderungan untuk mempertahankan identitas etnisnya terdapat pada
sebagian warga etnis Tionghoa, sedangkan di sisi lain, mereka telah merasa menjadi
bagian dari masyarakat Indonesia.Berdasarkan perjalanan masyarakat Tionghoa di Indonesia, etnis Tionghoa di
Indonesia bukan merupakan minoritas yang homogen. Identifikasi terhadap
masyarakat etnis Tionghoa dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu etnis
Tionghoa asli (atau juga disebut sebagai etnis Tionghoa Totok) dan etnis Tionghoa
Peranakan (Tan, 1979; Skinner, 1979).Etnis Tionghoa Totok (asli) berorientasi pada budaya Tionghoa dan betul-
betul menganggap dirinya bukan orang Indonesia, menggunakan bahasa Tionghoa,
bersekolah dengan bahasa pengantar bahasa Tionghoa dan mempunyai hubungan
kekerabatan dengan orang-orang Tionghoa di luar Indonesia. Etnis Tionghoa Totok
(asli) ini sebagian besar menjadi warga negara Indonesia melalui naturalisasi karena
lahir di Indonesia.Etnis Tionghoa Peranakan adalah mereka yang lahir dari perkawinan
campuran antara orang Tionghoa dan Indonesia. Etnis Tionghoa Peranakan memiliki
tingkat akulturasi dan identifikasi diri yang bermacam-macam terhadap budaya
Indonesia. Mereka dapat berbahasa Indonesia atau berbahasa daerah di tempat mereka
dilahirkan (Tan, 1979). Minoritas yang heterogen ini oleh pemerintah Indonesia
maupun oleh masyarakat pribumi sering dianggap sebagai minoritas yang homogen,
sehingga terkesan antara etnis Tionghoa Totok (asli) dengan etnis Tionghoa
Peranakan tidak memiliki perbedaan.Perasaan minoritas yang ada pada masyarakat etnis Tionghoa membuat
mereka mengidentifikasikan dirinya dalam suatu kelompok. Kelompok tersebut
dianggap sebagai in-groupnya. Sebaliknya, kelompok diluar kelompok sosialnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
disebut sebagai out-groupnya, dimana individu-individu anggota kelompok tersebut
dianggap sebagai lawan dari in-groupnya (Boner dalam Helmi, 1990). Sikap ini
disebabkan karena dengan berbaur dengan etnis atau suku lain membuat mereka
merasa tidak nyaman, ada perasaan dikucilkan atau didiskriminasikan oleh etnis atau
suku lain yang mayoritas. Hal ini secara tidak langsung memunculkan sikap
etnosentrisme pada etnis Tionghoa.Sebagian etnis Tionghoa merasa diri mereka merupakan kelompok yang
eksklusif atau istimewa dibandingkan dengan etnis lain sehingga etnis Tionghoa
cenderung untuk tidak membaur dengan masyarakat setempat yang berbeda etnis
dengan mereka. Salah satu contoh adanya perasaan eksklusif yang terlihat pada etnis
Tionghoa adalah keinginan etnis Tionghoa untuk mencari pasangan hidup yang
sesama etnis.Sikap etnosentris dapat dilihat pada etnis Tionghoa melalui fenomena-
fenomena yang telah dipaparkan penulis sebelumnya dan penelitian yang telah
dilakukan oleh berbagai peneliti. Pada penelitian ini, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitan dengan lebih khusus melihat etnis Tionghoa yang heterogen, yang terdiri
atas etnis Tionghoa yang Totok (asli) dan etnis Tionghoa Peranakan. Peneliti ingin
mengetahui perbedaan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok (asli) dan etnis
Tionghoa Peranakan.B. Rumusan Masalah
Melihat fenomena yang telah diungkap diatas maka peneliti ingin membatasi
permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini, yaitu apakah ada perbedaan
sikap etnosentris antara etnis Tionghoa Totok (asli) dan Peranakan.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan permasalahan tersebut maka penelitian ini memiliki
tujuan untuk membandingkan sikap etnosentris pada etnis Tionghoa Totok (asli) dan
etnis Tionghoa Peranakan.D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis Untuk menambah kasanah pengetahuan di bidang Psikologi sosial khususnya Psikologi budaya tentang sikap etnosentris dan dinamikanya dalam kontak sosial antar budaya.
2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran pada masyarakat etnis Tionghoa untuk mengetahui seberapa besar sikap etnosentris yang dimiliki etnis
Tionghoa dan pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi masyarakat etnis Tionghoa yang ada di Indonesia dalam pengembangan dan peningkatan proses asimilasi dengan masyarakat Indonesia lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI A. Sikap Etnosentris
1. Etnosentrisme
a. Pengertian
Tuhan menciptakan manusia sebagai mahkluk sosial. Kedudukan manusia sebagai mahkluk sosial mendorongnya untuk membentuk kelompok sosial. Kelompok sosial ini dilandasi oleh kesamaan kepentingan dan tujuan. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok dengan sadar akan menjalin hubungan timbal balik dengan sesama anggota untuk mempererat hubungan dalam kelompok. Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka terdapat pola-pola perilaku dan aturan permainan yang mengatur hubungan antar anggota dalam kelompok, misalnya nilai-nilai dan norma-norma sosial. Hal ini merupakan faktor pengikat yang mempererat hubungan timbal balik tersebut (Helmi, 1990).
Norma dan nilai yang terkandung dalam suatu kelompok memiliki fungsi untuk memberikan arah dan pedoman terhadap perilaku anggota dalam kelompok. Oleh sebab itu, agar setiap anggota dapat diterima dengan baik dalam hubungan timbal balik tersebut, maka para anggota harus mampu untuk mengidentifikasikan nilai dan norma kelompok. Proses identifikasi ini akan menimbulkan perasaan in-group dan orang yang berada di luar kelompok disebut out-group (Helmi,1990).
In-group diartikan sebagai individu yang memiliki identifikasi yang kuat untuk menyebut dirinya sebagai bagian suatu kelompok sosial tertentu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sedangkan out-group merupakan individu yang bukan bagian dari suatu
kelompok sosial tertentu. Perasaan in-group disertai dengan perasaan
persaudaraan yang memandang anggota kelompok sendiri sebagai “orang
kita” atau “keluarga sendiri”. Sebaliknya, orang-orang diluar kelompok
dipandang sebagai “orang asing” atau “orang lain”. Perasaan yang ada pada
kelompok in-group terhadap kelompok out-group cenderung lebih dingin,
bahkan kadang-kadang disertai dengan rasa permusuhan (Ahmadi, 1991).Dalam suatu kelompok biasanya terdapat kecenderungan untuk
menganggap segala yang termasuk didalam kelompoknya sebagai yang
utama, baik, riil, logis dan sebagainya. Sedangkan segala yang berbeda dan
tidak termasuk didalam kelompok sendiri dipandang kurang baik, tidak baik
dan tidak susila. Dalam in-group dimana individu termasuk didalamnya,
terdapat kecenderungan untuk sering mengadakan identifikasi atau
penyesuaian diri dengan kelompok. Adanya unsur mendukung, mengikuti
norma yang ada dalam kelompoknya disebut sebagai in-group. Dalam out-group , individu berada diluar suatu kelompok. Ia merasa bahwa ia tidak
tergolong didalamnya (Ahmadi, 1991).Sikap in-group pada umumnya mempunyai faktor simpati dan
solidaritas yang tinggi, serta selalu mempunyai perasaan dekat dengan
anggota kelompoknya. Sedangkan sikap terhadap out-group selalu ditandai
dengan suatu antagonisme atau antipati. Perasaan in-group atau in-group
feeling yang kuat yang dimiliki individu dalam suatu kelompok dan
memandang nilai-nilai budaya maupun segala sesuatu yang ada dalam
dirinya lebih baik dari individu ataupun kelompok lain disebut sebagai
etnosentrisme (Haryono, 1994). Pernyataan ini juga diperjelas dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pernyataan Soekanto (1982) bahwa etnosentrisme merupakan sikap melihat
dan melakukan interpretasi terhadap orang lain berdasarkan nilai-nilai
budaya sendiri. Sumner (dalam Berry, 1999) menyatakan bahwa
etnosentrisme merupakan suatu kecenderungan kuat yang diterapkan suatu
kelompok dengan membuat patokan kelompok sendiri sebagai patokan satu-satunya ketika memandang kelompok lain, dengan akibat menempatkan
kelompok sendiri pada kedudukan teratas dan mendudukkan kelompok lain
pada kedudukan lebih rendah.Myers (1999) menjelaskan bahwa etnosentrisme adalah keyakinan
suatu kelompok terhadap superioritas etnis dan budayanya sendiri sehingga
menganggap rendah kelompok lain diluar kelompoknya. Dayakisni dan
Yuniardi (2004) menggambarkan etnosentrisme sebagai suatu sikap dalam
melihat dan melakukan interpretasi terhadap seseorang ataupun kelompok
lain berdasarkan nilai-nilai yang ada pada budayanya sendiri. Memperjelas
pengertian ini, Barger (2004) menyatakan bahwa etnosentrisme merupakan
kecenderungan berpikir bahwa kelompoknya sendiri lebih superior dari
kelompok lain atau menilai kelompok lain inferior dari kelompoknya
sendiri. Poerwanti (2001) mendefinisikan etnosentrisme sebagai pandangan
bahwa kelompok sendiri merupakan pusat segalanya dan kelompok lain
akan selalu dibandingkan dan dinilai sesuai dengan standar kelompoknya
sendiri.Dengan pengertian etnosentrisme yang dipaparkan penulis diatas, gambaran adanya sikap etnosentris dapat dilihat antara lain pada orang-
orang Yahudi, yang menganggap dirinya sebagai orang terpilih; orang
Yunani dan Roma, menganggap orang di luar dirinya sebagai orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kurang beradab dan orang Tionghoa yang menganggap negaranya sebagai
kerajaan yang paling besar.Etnosentrisme menjadikan kebudayaan sendiri sebagai patokan
dalam mengukur baik buruk, tinggi rendah, serta benar atau tidaknya
kebudayaan lain berdasarkan standar kebudayaannya sendiri. Hal ini
terwujud dengan adanya kesetiakawanan yang kuat antar anggota terhadap
kebudayaannya sendiri, tidak adanya kritikan terhadap kelompok etnis atau
bangsa sendiri, disertai prasangka negatif terhadap kelompok etnis atau
bangsa lain (Poerwanti, 2001). Kecenderungan untuk menjadi etnosentris
akan mengakibatkan seseorang menilai kelompok lain menurut kategori dan
nilai budayanya sendiri.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa etnosentrisme adalah
suatu sikap, perilaku dan pola pikir dari suatu kelompok sosial berdasarkan
etnis tertentu, yang memiliki in-group feeling yang kuat, menganggap bahwa
segala sesuatu yang termasuk dalam kebiasaan, nilai, keyakinan, pandangan,
sikap, perilaku dan pemikiran kelompoknya sebagai segala sesuatu yang
terbaik dibandingkan dengan yang dimiliki kelompok sosial lain. Secara
sederhana, konsep etnosentrisme dapat dikatakan sebagai konsep hubungan
sosial antar anggota dalam kelompok dengan anggota luar kelompok yang
mana hubungan itu biasanya lebih banyak dilakukan oleh anggota dalam
kelompok daripada anggota luar kelompok, sehingga orang yang memiliki
sikap etnosentris yang tinggi akan banyak berhubungan dengan sesama
anggota dalam kelompoknya dibandingkan dengan orang di luar
kelompoknya. Hal ini disebabkan etnosentrisme mengandung dua dimensi
sikap yang positif dan negatif.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Sikap Etnosentris dalam Kelompok Etnis
Matsumoto (1996) mengungkapkan bahwa setiap pribadi dari individu
cenderung memiliki sikap etnosentris. Individu yang cenderung memiliki
sikap etnosentris beresiko untuk menilai orang lain dari sudut pandang
kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentris muncul dalam diri individu
disebabkan oleh kurangnya pengalaman, pengetahuan ataupun komunikasi
mengenai etnis lain diluar etnisnya (Poerwanti, 2001). Pengetahuan dan
pengalaman yang dimaksud dapat berupa jatidiri etnis, norma kultural,
bahasa yang beranekaragam pada masing-masing etnis serta pergaulan
dengan individu lain diluar etnisnya. Hal ini menyebabkan komunikasi dan
pergaulan antar individu antara satu etnis dengan etnis lainnya menjadi
terbatas.Brown (1986) menambahkan bahwa sikap etnosentris memiliki 2
dimensi, yaitu dimensi positif dan dimensi negatif. Dimensi positif dari
sikap etnosentris mengandung makna pemberian identitas diri yang dapat
meningkatkan kebanggaan diri terhadap kelompoknya, sedangkan dimensi
negatif mengandung makna menganggap rendah terhadap kelompok di luar
kelompoknya.Norma kultural diartikan sebagai wujud dari sikap dan perilaku yang
ditanamkan kepada setiap individu sejak awal perkembangan individu yang
diinternalisasikan melalui proses belajar dari keluarga maupun lingkungan
kelompok etnis (Berry, 1999). Norma kultural mengandung hal-hal yang
berbau kebudayaan serta adat istiadat yang ada dalam kelompok etnis atau
budaya yang berlaku secara umum tidak terkait dengan diri sendiri.PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Norma kultural memiliki peranan yang penting dalam menentukan
apa yang dipelajari seseorang. Nilai-nilai kultural atau budaya yang
ditanamkan oleh budaya pada masing-masing individu dapat berubah secara
mencolok bila mendapat tekanan dan pengaruh dari lingkungan (Helmi,
1990). Budaya yang terinternalisasi pada masing-masing individu memiliki
derajat internalisasi yang berbeda-beda pada setiap individu anggota
kelompok budaya tersebut (Dayakisni dan Yuniardi, 2004). Individu yang
mendapatkan pengetahuan mengenai norma kultural yang besar dari
keluarga maupun lingkungan kelompok etnisnya menjadikan individu
tersebut memiliki kecenderungan untuk bersikap etnosentris. Norma kultural
berdampak pada sikap etnosentris, secara positif norma kultural dapat
menjadikan individu melestarikan budaya dan adat istiadat yang terdapat
pada etnisnya sebaliknya menjadi negatif bila individu mengganggap adat
istiadat dan budaya etnis lain lebih rendah dari etnisnya.Jatidiri etnis merupakan keseluruhan seseorang yang mencakup
pribadi (misal nama) dan sosial (misal keluarga). Jatidiri etnis dapat
dikatakan sebagai bagian konsep diri individu yang berasal dari pengetahuan
tentang keanggotannya dalam suatu kelompok sosial, bersama dengan nilai
dan signifikansi emosional yang dilekatkan pada keanggotaan itu. Jatidiri
etnis seseorang berasal dari kelompok etnis dimana ia menjadi anggotanya.
Dalam hal ini, individu merasa mereka menjadi milik kelompok dan bekerja
untuk mengutamakan kelompok dan keanggotaan mereka (Berry, 1999).Jati diri etnis yang terdapat pada diri individu dapat terlihat dari ciri-
ciri fisik yang ada dalam diri individu, misalnya etnis Tionghoa memiliki
mata yang sipit dan kulit yang putih atau orang yang berkulit hitam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cenderung berasal dari Afrika. Jati diri etnis merupakan bentuk representasi
diri individu dari kelompok etnisnya. Jatidiri etnis secara sederhana dapat
digambarkan sebagai budaya dari etnisnya yang melekat secara langsung
pada diri individu. Hal ini secara positif berdampak pada sikap etnosentris,
yaitu individu menjadi istimewa dan bangga menjadi anggota dalam
kelompok etnisnya. Berdampak negatif disaat individu merasa bahwa jatidiri
etnisnya lebih baik dari jatidiri etnis yang lain.Seringkali kesamaan jatidiri pada etnis membuat anggota dalam
kelompok etnis berkumpul, bergaul dan berinteraksi hanya dengan sesama
anggota dalam kelompok etnisnya. Identifikasi yang besar terhadap etnisnya
menjadikan individu dalam kelompok etnis memiliki in-group feeling yang
kuat. Rasa kebersamaan dalam kelompok yang berlebihan memunculkan
dimensi yang negatif dari sikap etnosentris. Individu jadi berkelompok dan
bergaul hanya dengan anggota dalam kelompok etnisnya. Keengganan untuk
menjadikan orang lain diluar etnisnya sebagai teman menjadi besar. Rasa
bangga yang besar terhadap kelompok etnis sendiri menjadikan
terbentuknya stereotipe dari kelompok diluar etnis terhadap kelompok etnis
tersebut.Stereotipe merupakan kepercayaan bahwa semua anggota suatu
kelompok memiliki ciri-ciri tertentu atau menunjukkan perilaku tertentu
(Muzammil, 2006). Menurut Mulyana (2000), stereotipe adalah kategorisasi
atas suatu kelompok secara serampangan dengan mengabaikan perbedaan- perbedaan individual.