UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL MIND MAPPING PADA SISWA KELAS IV DI SEKOLAH DASAR - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

a. Pengertian Pembelajaran Bahasa Indonesia

  Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi antara guru dan peserta didik dimana dalam proses tersebut bersifat timbal balik, proses transaksional juga terjadi antara peserta didik dan disepakati oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses pembelajaran.

  Pembelajaran menurut Mohammad Surya dalam (Hernawan A. S; Asri; dan Laksmi Dewi, 2007: 3) adalah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Guru dalam proses tersebut mengajarkan bahasa sesuai dengan tujuan belajar serta hakikat bahasa yang diajarkan, sedangkan pembelajaran menurut Oemar Hamalik dalam (Hernawan A. S; Asra; dan Laksmi Dewi, 2007: 3) adalah metode yang ditempuh oleh pengajar untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar secara aktif dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

  Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan kegiatan belajar peserta didik yang dirancang oleh guru dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar yang telah

  7 dirancang oleh guru merupakan usaha yang telah terencana melalui prosedur atau metode tertentu yang telah dibuat oleh guru. Dalam proses pembelajaran ini yang terpenting adalah adanya komunikasi timbal balik antara guru dan peserta didik sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.

  b. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

  Tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, menurut Basiran dalam (Lestari Lili, 2013: 24) adalah keterampilan komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan diri dalam berbahasa. Semua itu dikelompokan menjadi kebahasaan, pemahaman, dan penggunaan.

  Tujuan pengajaran bahasa di sekolah dasar ialah untuk mengembangkan keterampilan peserta didik dalam menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. Pembelajaran bahasa harus dapat memberikan pengetahuan dasar berbahasa.

  Pembelajaran bahasa juga harus dapat membentuk sikap berbahasa yang positif dan memberikan dasar untuk senantiasa menghargai bahasa Indonesia dan dapat menikmati sastra Indonesia.

  c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia

  Untuk mencapai tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia, guru harus mengetahui prinsip-prinsip belajar bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta menjadikan aspek- aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan pembelajarannya.

  Akhadiah dalam (Mahfiroh Umi, 2011) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa di sekolah dasar ada beberapa prinsip yang perlu diikuti antara lain:

  1) Pembelajaran Bahasa Indonesia harus dilaksanakan sesuai dengan fungsinya sebagai sarana komunikasi, penalaran, kebudayaan dan persatuan. 2) Pembelajaran Bahasa Indonesia diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa bukan untuk memberikan pengetahuan tentang bahasa. 3) Untuk mempelajari fungsi Bahasa Indonesia digunkan pendekatan komunikatif, pendekatan proses, dan cara belajar siswa aktif.

d. Materi Penelitian

  Standar Kompetensi : 8. Mengungkapkan pikiran, perasaan dan informasi secara tertulis dalam bentuk karangan, pengumuman dan pantun anak. Kompetensi Dasar : 8.1 Menyusun karangan tentang berbagai topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf besar, tanda titik, tanda koma dll). Indikator yang akan dicapai dalam materi penelitian ini diantaranya: 1) Menentukkan tema atau topik karangan 2) Menentukkan judul berdasarkan tema yang telah ditentukan

  3) Menyusun kerangka karangan menggunakan model mind map 4) Menyusun karangan dengan menggunakan bahasa dan ejaan yang disempurnakan 5) Mengetahui komponen dalam karangan 6) Membaca hasil karangan dengan intonasi yang tepat.

2. Keterampilan Menulis

  Menulis adalah suatu proses menuangkan pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan terhadap suatu pernyataan keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan menggunakan bahasa secara tertulis. Menulis menurut Cahyani, I dan Rosmanah, I. A (2006: 98) merupakan kemampuan seseorang untuk menggunakan lambang-lambang bahasa untuk menyampaikan sesuatu baik berupa ide ataupun gagasan kepada orang lain atau pembaca yang dilakukan dengan menggunakan bahasa tulisan. Berbeda dengan Cahyani, menurut Tarigan, Henry Guntur (2008: 3) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.

  Menulis juga dijelaskan sebagai suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Kegiatan menulis juga bermanfaat bagi seseorang, salah satunya motivasi untuk tetap berminat dalam kegiatan menulis. Adanya motivasi yang timbul dari diri seseorang merupakan hal yang terpenting agar seseorang itu dapat terus berlatih menulis. Keterampilan menulis dapat diasah terus menerus dan dikembangkan, karena keterampilan menulis ini bukan merupakan suatu kemampuan yang dimiliki sejak lahir.

  Dari kedua pendapat di atas bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain dan merupakan suatu kegiatan ekspresif serta produktif yang dimiliki oleh seseorang individu.

  Pendapat ini sesuai dengan Marry S. Lawrence dalam (Slamet Y. St dan Saddhono K, 2012: 96) bahwa menulis adalah mengkomunikasikan apa dan bagaimana pikiran penulis. Pendapat ini diperjelas lagi oleh Byrne dalam (Slamet Y. St dan Saddhono K, 2012: 103), keterampilan menulis pada hakikatnya bukan sekedar kemampuan menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkan keterampilan menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran tersebut secara lengkap dan jelas sehingga buah pikiran tersebut dapat diterima baik oleh pembaca.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan kemampuan mengkomunikasikan atau menuangkan ide, pikiran yang dimiliki oleh penulis agar dapat diterima baik oleh pembaca. Selain itu, keterampilan menulis menuntut kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan sebuah gagasan dan mencangkup sebuah gagasan, misalnya kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa secara tepat, kemampuan menggunakan gaya bahasa yang tepat, pilihan kata serta yang lainnya.

3. Penilaian Keterampilan Menulis

  Menulis merupakan suatu bentuk kompetensi berbahasa paling akhir yang dikuasai peserta didik setelah kompetensi mendengarkan, berbicara, dan membaca. Kompetensi menulis secara umum boleh dikatakan keterampilan bahasa yang lebih suling dibanding dengan ketiga keterampilan berbahasa yang lain. Hal itu disebabkan kompetensi menulis menghendaki penguasaan unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi pesan harus terjalin sehingga menghasilkan karangan yang runtut, padu, dan berisi. Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan dalam menulis diperlukan alat untuk mengukur yang dianggap mencerminkan kemampuan peserta didik dalam menulis.

  Kemampuan menulis menurut Nurgiyantoro (2010: 422-423) dapat dinilai dengan jalan tes. Pada umumnya aktivitas orang dalam menghasilkan bahasa tidak semata-mata hanya bertujuan demi menghasilkan bahas itu sendiri, melainkan ada suatu hal yang ingin dikomunikasikan lewat bahasa.

  Tugas menulis hendaknya bukan semata-mata tugas untuk memilih dan menghasilkan bahasa saja, melainkan bagaimana mengungkapkan gagasan dengan mempergunakan bahasa tulis secara tepat.

  Penilaian menulis terutama karangan narasi hendaknya dilakukan secara objektif dan menyeluruh. Penerapan model analitis menurut Haris dalam (Nurgiyantoro, 2010: 306) dengan analisis unsur-unsur karangan. Unsur-unsur yang dimaksud adalah content (isi, gagasan yang dikemukakan), form (organisasi isi), grammar (tata bahasa dan pola kalimat), style (gaya: pilihan struktur dan kosa kata), dan mechanics (ejaan).

  Untuk keperluan praktis, tiap unsur tersebut dapat ditentukan dengan bobot. Adapun pembobotan pada tiap unsur tersebut tidak sama, karena pembobotan yang sama akan dianggap tidak adil.

  Model penilaian yang dilakukan oleh para ahli mengalami berbagai modifikasi untuk mempermudah peneliti dalam melakukan penilaian.

  Modifikasi penilaian karangan narasi dilakukan untuk menyesuaikan bentuk penilaian dengan aspek-aspek yang telah ditentukan. Penilaian yang dilakukan oleh para ahli tersebut sebagai rujukan untuk menentukan penilaian yang sesuai. Adapun hasil modifikasi menulis narasi peserta didik yang terdiri dari isi, organisasi, kosa kata, penggunaan bahasa, dan mekanik. Isi atau gagasan menyangkut penyampaian informasi dan kreativitas pengembangan cerita. Organisasi menyangkut penyajian urutan, kejelasan pengungkapan cerita, dan penyampaian pengetahuan informasi.

  Kosa kata menyangkut pemilihan kosa kata. Bagian penggunaan bahasa menyangkut struktur kalimat dan keefektifan kalimat yang menggunakan anjuran. Bagian mekanik berisi penulisan kata dan pemakaian tanda baca yang disesuaikan dengan ejaan yang disempurnakan. Tabel 2.1 berikut mendeskripsikan komponen penilaian dalam keterampilan menulis.

Tabel 2.1 Penilaian Keterampilan Menulis Karangan

  No. Indikator Pengamatan Deskripsi Skor

  1. Isi (gagasan dalam cerita) - Kesesuaian cerita dengan tema

  • Kejelasan jalannya cerita

  Mengembangkan ide-ide -

  4 menjadi kalimat-kalimat yang runtut

  • Ide yang digunakan sesuai dengan tema

  2. Organisasi (struktur kalimat) - Struktur alinea runtut Menggunakan kalimat - komunikatif

  Kalimat jelas dan tidak -

  4 membingungkan

  • Kalimat antar paragraf saling berkaitan

  3. Kosa kata, diksi atau pilihan - Diksi berkaitan dengan tema kata

  • Menghindari ambiguitas
  • Santun dalam menggunakan kata

  4

  • Menggunakan bahasa Indonesia baku

  4. Mekanik (tanda baca dan - Menggunakan tanda baca sesuai ejaan) dengan intonasi

  • Menggunakan tanda baca di tengah kalimat dengan tepat

  4

  • Menggunakan tanda baca di akhir kalimat dengan tepat
  • Menulis kata dengan ejaan yang benar

  5. Kerapian tulisan - Tulisan mudah dibaca

  • Tidak ada coretan dalam karangan

  4

  • Ukuran huruf abjad dituliskan dengan benar
  • Tulisan rapi

  (Sumber : Nurgiyantoro, 2013: 439)

4. Menulis Karangan Narasi

  a. Pengertian Karangan

  Keterampilan menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain. Dalam kegiatan menulis penulis selalu mencari jalan untuk menghidupkan ekspresi dari ide-ide yang tertuang dari pikiran penulis itu sendiri. Salah satu aktivitas menulis yang dapat dilakukan adalah dengan cara membuat sebuah karangan.

  Karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu (Finoza, 2013: 250). Berbeda dalam KBBI (2007: 506) yang menyatakan bahwa karangan adalah perbuatan atau pekerjaan mengarang. Dari pendapat tersebut di atas dapat diketahui bahwa karangan merupakan perbuatan atau hasil akhir dari karya seseorang terhadap ulasan topik dan tema tertentu.

  b. Tujuan Menulis Karangan

  Tujuan utama menulis karangan adalah sebagai sarana komunikasi tidak langsung. Tujuan menulis banyak sekali ragamnya.

  Tujuan menulis secara umum adalah memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, meringkaskan, dan menyakinkan.

  Tujuan yang baik memerlukan tujuan yang jelas agar isi dari tulisan tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Hugo Hartig dalam (Tarigan Henry Guntur, 2008: 25-26) mengklasifikasi tujuan penulisan, antara lain: 1) Assignment purpose (tujuan penugasan)

  Tujuan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. Penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya siswa yang diberi tugas merangkum buku). 2) Altruistic purpose (tujuan altruistik)

  Penulis bertujuan untuk menayakan para pembaca, menghindarkan kedudukan para pembaca, ingin menolong para pembaca, memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu.

  Tujuan altruistic adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan. 3) Persuasive purpose (tujuan persuasif)

  Tulisan ini bertujuan untuk menyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.

  4) Informational purpose (tujuan informasional) Tulisan ini bertujuan memberikan informasi atau keterangan/ penerangan kepada para pembaca.

  5) Self-expressive purpose (tujuan pernyataan diri)

  Tulisan ini bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.

  6) Creative purpose (tujuan kreatif) Tujuan yang erat kaitannya dengan pernyataan diri sehingga muncullah tulisan yang artistik atau bernilai seni. Penulis dengan tujuan ini menginginkan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai artistik atau kesenian tersebut dengan membaca isi tulisan pengarang.

  Disini penulis bukan hanya memberikan informasi tetapi memberikan nilai-nilai estetika juga.

  7) Problem-solving purpose (tujuan pemecahan masalah) Penulis berkeinginan memecahkan masalah yang dihadapinya dengan cara menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembacanya.

  Dengan demikian tujuan menulis merupakan kehendak dari penulis itu sendiri. Penulis bermaksud ingin menyampaikan sesuatu terhadap pembaca serta berkomunikasi melalui tulisannya. Oleh karena itu, pada prinsipnya hasil menulis (tulisan) yang paling utama adalah dapat menyampaikan pesan penulis kepada pembaca, sehingga pembaca memahami maksud penulis yang dituangkan dalam tulisannya serta memiliki pengetahuan maupun keyakinan.

c. Karangan Narasi

  Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu (Keraf Goyrs, 2007: 136). Karangan narasi (berasal dari naration berarti bercerita) ialah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, dan merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau berlangsung dalam suatu waktu (Finoza, 2013: 261).

  Narasi bertujuan menyampaikan gagasan dalam urutan waktu dengan maksud menghadirkan di depan mata angan-angan pembaca mengenai serentetan peristiwa yang biasanya memuncak pada kejadian utama. Dengan mengetahui ciri-ciri suatu karangan narasi pembaca akan mencermati bahwa karangan tersebut adalah karangan narasi. Lebih lanjut Semi mengungkapkan bahwa narasi mempunyai ciri penanda sebagai berikut: 1) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia.

  2) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan keduannya. 3) Berdasarkan konflik. Karena tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik.

  4) Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampaiannya bersifat sastra, khususnya narasi yang berbentuk fiksi.

  5) Menenkankan susunan kronologis (catatan: menerapkan susunan ruang) biasanya memiliki dialog.

  Dari berbagai penjelasan di atas disimpulkan bahwa karangan narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan, menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia dari waktu ke waktu. Karangan narasi juga menggaris bawahi mengenai aspek penceritaan atas suatu rangakaian peristiwa (sebab akibat) yang dikaitkan dengan kurun waktu tertentu, baik secara objektif maupun imajinatif. Dengan demikian isi karangan narasi boleh tentang fakta yang benar-benar terjadi dan boleh pula tentang sesuatu yang khayal.

d. Jenis-jenis Karangan Narasi

  Karangan narasi merupakan salah satu bentuk tulisan. Seperti yang diungkapkan sebelumnya pada tujuan menulis, setiap penulis mempunyai tujuan dalam menulis karangan narasi. Tujuan tersebut bisa berbeda-beda tergantung penulis itu sendiri. Berdasarkan perbedaan tujuan itulah muncul bermacam-macam narasi. Narasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu: 1) Narasi Ekspositoris

  Narasi ekspositoris (Keraf Goyrs, 2007: 136) adalah narasi yang menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya suatu peristiwa.

  Narasi ekspositoris pertama-tama bertujuan untuk menggugah pikiran pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar.

  2) Narasi Sugestif Seperti halnya dengan narasi ekspositoris, narasi sugestif juga berkaitan dengan tindakan atau perbuatan yang dirangkaikan dalam sebuah peristiwa atau kejadian. Sejalan dengan itu Keraf Goyrs (2007: 138) menerangkan bahwa narasi sugestif terjadi karena adanya serangkaian cerita yang dibumbuhi dengan imajinasi penulis.

Tabel 2.2 Perbedaan Narasi Ekspositori dan Narasi Sugestif (Keraf Goyrs, 2007: 138-139)

  Narasi Ekspositoris Narasi Sugestif 1. Memperluas pengetahuan.

  1. Menyampaikan suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.

  2. Menyampaikan informasi 2. Menimbulkan daya khayal. mengenai suatu kejadian.

  3. Didasarkan pada penalaran

  3. Penalaran hanya berfungsi untuk mencapai sebagai alat untuk kesepakatan rasional. menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran dapat dilanggar.

  4. Bahasanya lebih condong ke

  4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan titik bahasa figuratif dengan menitik berat pada penggunaan kata- beratkan penggunaan kata-kata kata denotatif. konotatif. Dengan melihat kedua narasi di atas, maka peneliti dan guru sepakat menggunakan narasi ekspositori dalam penelitian ini. Yaitu, peserta didik menceritakan peristiwa yang sebenarnya sesuai dengan

  

Mind Mapping yang telah dibuat oleh peserta didik. Berkaitan dengan

  penilaian menulis karangan narasi peneliti menggunakan lima kriteria yang meliputi: isi (gagasan dalam cerita); organisasi (struktur kalimat); kosakata; diksi atau penilaian kata; mekanik (tanda baca dan ejaan); dan kerapian tulisan.

e. Struktur Karangan Narasi

  Sesuatu dikatakan mempunyai struktur, bila karangan terdiri dari bagian-bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lain (Keraf Goyrs, 2007: 145), demikian pula dengan karangan narasi. Karangan narasi mempunyai bagian-bagian yang secara fungsional berhubungan satu sama lain. Setiap narasi mempunyai alur yang didasarkan pada kesinambungan-kesinambungan peristiwa-peristiwa dalam narasi itu sendiri (Keraf Goyrs, 2007: 145).

  Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat memikat pembaca. Dengan kata lain bagian ini mempunyai fungsi khusus untuk memancing pembaca dan mengiring pembaca pada kondisi ingin tahu kejadian selanjutnya.

  Bagian tengah merupakan bagian yang menjelaskan secara panjang lebar tentang peristiwa. Di bagian ini, penulis memunculkan suatu konflik. Kemudian, konflik tersebut diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konflik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur- angsur cerita akan mereda. Bagian terakhir ini konfliknya mulai menuju kearah tertentu.

  Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada bagian diceritakan dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur karangan narasi disusun berdasarkan rangkaian peristiwa yang terjadi secara kronologis. Dalam karangan ini, bagian-bagian karangan disajikan sesuai dengan kejadian dalam waktu tertentu. Bagian pertama menyajikan kejadian satu, kemudian disusul dengan kejadian kedua, menyajikan bagian kedua dan seterusnya.

f. Langkah-langkah Menulis Karangan Narasi

  Suparno dan Yunus dalam (Resmini N; Yayah Churiyah; dan Nenden Sundori, 2006: 135) mengungkapkan bahwa penulisan karangan narasi perlu juga diperhatikan pada langkah-langkah. Adapun langkah- langkah yang perlu dipahami dalam menulis karangan narasi adalah sebagai berikut:

  1) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. 2) Tetapkan sasaran pembaca. 3) Rancangan peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.

  4) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.

  5) Rincian-rincian peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita. 6) Susun tokoh perwatakan, latar, dan sudut pandang.

5. Model-model Pembelajaran

  Model menurut Mills dalam (Suprijono, 2010: 45) adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Sedangkan Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suasana atau memberikan pelayanan agar peserta didik belajar.

  Pembelajaran menurut Mulyasa (2009: 189) adalah aktualisasi kurikulum yang menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan.

  Arends dalam (Suprijono, 2010: 46) mengemukakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pegelolaan kelas. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.

  Sehingga peserta didik lebih aktif mengikuti pembelajaran. Sedangkan model pembelajaran menurut Kardi dan Nur dalam (Trianto, 2011: 142) istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, atau prosedur.

  Dari beberapa definisi di atas dapat peneliti simpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan yang digunakan sebagai pedoman guru dalam pengelolaan kelas untuk membantu peserta didik mendapatkan informasi. Oleh karena itu guru perlu menguasai dan menerapkan agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beranekaragam.

6. Model Mind Mapping

a. Pengertian Model Mind Mapping

  Model mind mapping menurut Swadarma, Doni (2013: 2) adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan. Mind mapping membantu penulis mengeluarkan ide, gagasan, permasalahan atau solusi yang terlintas di kepala di atas selembar kertas. Dengan kata lain, mind

  mapping ialah model yang efektif untuk menuangkan semua gagasan yang ada di dalam pikiran.

  Mind mapping atau peta pikiran menurut Olivia, Femi (2013: ix)

  merupakan sebuah jalan pintas yang bisa membantu seseorang untuk mempersingkat waktu dalam menyelesaikan tugas. Model Mind mapping dapat juga digunakan membuat catatan dengan cara membuat pengelompokan atau pengkategorian setiap materi yang dipelajari.

  Buzan, Tony (2013: 4) mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif dan efektif dengan memetakan pikiran-pikiran. Mind mapping termasuk cara yang sangat sederhana.

  Menurut Tee, et al., (International Scholarly and Scientific Research & Innovation, 2014: 28):

  Buzan mind mapping is an efficient system of note-taking that makes revision a fun thing to do for students. Tony Buzan has been teaching children all over the world for the past thirty years and has proved that mind maps are the magic formula in the classroom for everyone.

  Kutipan di atas menjelaskan bahwa mind mapping merupakan sistem mencatat yang efisien dan menyenangkan bagi siswa. Tony Buzan telah mengajar selama 30 tahun terakhir dan telah membuktikan bahwa

  

mind mapping adalah formula ajaib di kelas dan dapat dilakukan oleh

semua orang.

  Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa mind

  

mapping merupakan suatu model pencatatan yang menyenangkan,

  efektif, efisien, menarik, kreatif, dan mudah karena dilakukan dengan cara memetakan pikiran-pikiran melalui materi yang telah dipelajari dalam kata kunci. Melalui mind map peserta didik mengkombinasikan beberapa warna sehingga terkesan berwarna-wani dan tidak monoton.

b. Fungsi dan Manfaat Model Mind Mapping

  Model mind mapping menurut Buzan, Tony (2013: 6) dapat membantu penulisan untuk: 1) Membuat rencana

  Dengan menggunakan mind mapping dapat membantu peserta didik dalam menyusun rencana atau hal-hal yang akan ditulis dalam karangan.

  2) Alat komunikasi 3) Memunculkan kreativitas

  Melalui penggunaan garis lengkung, warna, dan gambar ini membuat hasil catatan menjadi karya seni yang indah.

  4) Menghemat waktu Menggunakan mind mapping dapat membantu membuat catatan yang menarik dalam waktu yang singkat sehingga dapat menghemat waktu. 5) Menyelesaikan masalah 6) Memusatkan perhatian

  Selama proses pembuatan mind mapping perhatian peserta didik akan terpusat dan lebih mudah memahami informasi yang diterima dan membuat kegiatan pembelajaran akan menjadi efektif. 7) Menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran

  Dengan menggunakan mind mapping memudahkan dalam menyusun dan menjelaskan pikiran melalui kata kunci yang telah dibuat dalam mind mapping. 8) Mengingat dengan lebih baik

  Melalui mind mapping akan membantu dalam menyusun karangan dengan melihat pokok-pokok pikiran (kata kunci) yang telah dibuat.

  9) Belajar dengan lebih cepat dan efisien

  Melalui mind mapping membantu dalam belajar hal ini disebabkan peserta memetakan materi yang telah dipelajari melalui kata kunci.

  10) Melihat gambar secara keseluruhan Melalui mind mapping peserta didik dapat melihat gambar secara keseluruhan, karena letak gambar berada pada bagian tengah kertas yang dijadikannya sebagai titik pusat.

  Olivia, Femi (2013: xi) menyatakan manfaat mind mapping bagi anak adalah sebagai berikut: 1) Membantu konsentrasi anak (memusatkan perhatian) dan daya ingat anak menjadi lebih baik. 2) Meningkatkan kecerdasan visual dan keterampilan mengamati. 3) Melatih kemampuan berpikir kritis dan komunikasi. 4) Mengembangkan inisiatif dan rasa ingin tahu anak. 5) Meningkatkan kreativitas dan daya cipta. 6) Membuat catatan dan rangkuman materi dengan lebih baik. 7) Membantu mendapatkan atau memunculkan ide. 8) Meningkatkan kecepatan berpikir. 9) Menghemat waktu sebaik mungkin. 10) Membantu mengembangkan diri serta merangsang pengungkapan pemikiran. 11) Membantu menghadapi ujian dengan mudah dan mendapat nilai yang lebih bagus. 12) Membantu mengatur pikiran. 13) Melatih koordinasi gerakan tangan dan mata. 14) Kesempatan anak untuk senang terhadap materi akan lebih banyak. 15) Membuat anak tetap fokus pada ide utama maupun semua ide tambahan. 16) Membantu menggunakan kedua belahan otak yang membuat penulis ingin terus-menerus belajar. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa model

  mind mapping memiliki banyak manfaat antara lain membantu dalam

  mencatat, meringkas melakukan pengkajian ulang dengan lebih mudah, mengelola waktu serta memudahkan untuk menuangkan ide dan kreativitas.

c. Aturan dalam Pembuatan Mind Mapping

  Aturan dalam pembuatan mind mapping menurut Swadarma, Doni (2013: 10-13) antara lain : 1) Kertas

  Kertas yang digunakan adalah kertas putih polos berorientasi panjang mendatar.

  2) Warna Gunakan spidol warna-warni dan tiap cabang dibuat warna yang berbeda.

  3) Garis Buatlah garis lengkung yang bentuknya mengecil dari pangkal menuju ujung.

  4) Huruf Pada cabang utama yang dimulai dari gambar utama/ tema menggunakan huruf kapital, sedangkan pada cabang berikutnya menggunakan huruf kecil. Posisi antara garis dan huruf pun sama panjang.

  5) Keyword

  Keyword adalah kata kunci yang mewakili pesan yang ingin

  disampaikan. Kata kunci jangan terlalu panjang dan hanya menuliskan hal-hal yang penting saja.

  6) Key image

  Key image merupakan kata bergambar yang mempermudah penulis untuk mengingat.

  7) Struktur Tema utama di tengah memancar ke segala arah. Umumnya terdiri dari 2-7 garis dan dimulai dari kanan atas sesuai arah jarum jam.

d. Keunggulan Model Mind Mapping

  Model Mind Mapping memiliki beberapa keunggulan (Swadarma Doni, 2013: 9) diantaranya: 1) Meningkatkan kemampuan membagi materi.

  2) Memaksimalkan sistem kerja otak. 3) Menyajikan banyak ide dan informasi. 4) Meningkatkan kreativitas, sederhana, dan mudah dikerjakan. 5) Dapat mengingatkan materi yang ada dengan mudah. 6) Menarik dan mudah tertangkap mata. 7) Dapat melihat sejumlah besar materi dengan mudah.

  Keunggulan model mind mapping terutama bagi siswa sekolah dasar adalah dapat menggali potensi peserta didik untuk terampil menulis dan menggambar sehingga peserta didik akan senang menggambar. Melalui mind mapping, peserta didik dapat bermain dengan berbagai garis dan warna sehingga memaksimalkan fungsi otak kanan dan otak kiri. Dengan demikian, melalui kegiatan mind mapping peserta didik akan merasa belajar sambil bermain.

e. Langkah-langkah Membuat Mind Mapping

  Berikut langkah-langkah membuat mind mapping menurut Buzan, Tony (2013: 15-16):

  1) Memulai dari bagian tengah kosong yang sisi panjangnya diletakan mendatar. Memulai dari tengan dapat memberi kebebasan kepada otak untuk menyebar segala arah dan untuk mengungkapkan pikirannya dengan lebih bebas dan alami. 2) Gunakan gambar, foto atau kata kunci untuk ide utama.

  Sebuah gambar mengandung makna seribu kata dan membantu penulis untuk berimajinasi. Sebuah gambar sentral dapat membuat hasil mind mapping lebih menarik, membuat tetap terfokus, membantu berkonsentrasi, dan mengaktifkan otak. 3) Gunakan warna. Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar. Warna membuat mind mapping lebih hidup, menambah daya tarik, merangsang penulis untuk berpikir kreatif dan lebih menyenangkan. 4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat (kata kunci sentral) dan hubungkan cabang-cabang utama ke tingkat dua, tiga, dan seterusnya. 5) Buatlah garis hubung yang melengkung (bukan garis lurus) karena garis lurus akan membosankan otak. 6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis, karena kata kunci tunggal dapat memberi lebih banyak ide dan pemikiran baru. 7) Gunakan gambar. Seperti gambar sentral, setiap gambar dapat bermakna seribu kata. Berdasarkan penjelasan tersebut, membuat mind mapping sangat mudah. Penulis hanya membutuhkan kertas, pena warna/spidol, gambar, dan kata kunci. Langkah-langkah membuat mind map cukup sederhana yaitu sebagai berikut:

  1) Ambil beberapa spidol warna cerah. Pilih warna kesukaan. 2) Gambar sebuah gambar atau tulisan sebagai ide utama di tengah halaman (central image) dengan huruf besar agar pikiran tetap terpusat dan bisa menyebarkan ide ke segala arah.

  3) Pilih sebuah warna dan gambarlah sebuah cabang utama yang memancar dari gambar sentral. Tebalkan gambar cabang yang menempel ke gambar sentral lalu semakin ke ujung semakin menipis. Tulis ide pertama dengan huruf kapital di sepanjang cabang. Tambahkan cabang-cabang utama lain ke gambar tengah dengan spidol warna yang berbeda.

  4) Kembangkanlah gagasan dari masing-masing cabang utama.

  Gambarlah cabang-cabang yang lebih tipis untuk gagasan-gagasan yang memancar dari cabang utama dan tulislah kata-kata dengan huruf kecil sepanjang cabang tersebut. Bahkan menggambar gambar kecil atau simbol untuk setiap kata. Pastikan kata-kata dan gambar menyentuh cabang untuk membantu imajinasi dan asosiasi. 5) Dengan semakin banyak gagasan yang muncul, tambahkan lebih banyak cabang ke subtopik.

  Dengan memperhatikan cara membuat mind mapping yang sederhana tersebut seharusnya peserta didik dapat mengikutinya dengan mudah. Peserta didik perlu memahami kunci utama mind mapping agar dapat menyusunnya dengan baik. Kunci utama mind mapping adalah: a) asosiasi (menghubungkan dengan sesuatu yang telah diketahui),

  b) pengorganisasian, c) visual memory- kata-kata kunci, menggunakan warna, simbol, dan gambar.

7. Penggunaan Model Mind Mapping dalam Menulis Karangan Narasi

  Model mind mapping adalah alat yang sangat bagus untuk membantu dalam membuat tulisan-tulisan yang berstruktur dan terfokus (Buzan Tony, 2013: 184). Berhubungan dengan hal tersebut dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV peserta didik diharapkan dapat membuat tulisan berupa karangan narasi. Oleh karena itu, mind mapping dapat dijadikan sebagai alat untuk membantu peserta didik dalam menulis suatu karangan narasi.

  Menggunakan model mind mapping sebenarnya mudah jika sudah mengetahui kata kunci dari sebuah kalimat dalam dalam suatu mata pelajaran. Berikut langkah-langkah menggunakan mind mapping dalam menulis karangan narasi pada pembelajaran Bahasa Indonesia: a) Mulailah dengan menggambar gambar sentral atau gambar utama yang mewakili isi karangan yang akan ditulis. Gambar utama merupakan topik dari karangan yang akan dibuat.

b) Pusatkan perhatian pada gambar yang mewakili tema tersebut. Biarkan otak “melamunkannya”.

  c) Tambahkan cabang subtopik dari gambar sentral. Isi dengan bagian dari karangan narasi yaitu awal, tengah, dan akhir.

  d) Pandangi cabang-cabang subtopik tersebut. Pikirkan kaitan dan mulailah kerjakan dengan mengisi peristiwa-peristiwa yang akan diceritakan.

  e) Pikirkan kaitan peristiwa-peristiwa yang telah ditulis apakah sudah sesuai dengan cabang subtopik tersebut. f) Sering-seringlah melangkah mundur dari cabang peristiwa ke cabang subtopik untuk memeriksa apakah apa yang sudah dikerjakan sudah terfokus sesuai dengan cabang-cabang yang dibuat.

  g) Jika terjadi kesalahan siswa dapat menambah, mengurangi, dan memperbaiki setiap cabang mind mapping.

  h) Setelah yakin dan puas atas apa yang sudah digambarkan dalam mind mapping siswa dapat menulisnya dalam sebuah tulisan.

B. Penelitian yang Relevan

  Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu meninjau penelitian sebelumnya. Peninjauan pada penelitian yang lain antara lain dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam penelitian ini. Peninjauan pada penelitian yang lain sangat penting dilakukan untuk mengetahui relevansi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilaksanakan. Penelitian yang dilakukan oleh Nita D. E; Arwin Ahmad; dan Pramudiyanti tentang Pengaruh Penerapan Model Mind Mapping Terhadap Aktivitas Belajar Siswa dan Penguasaan Materi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model

  

mind mapping dapat meningkatkan penguasaan materi siswa, ini terlihat pada

  kelas eksperimen rata-rata nilai N-gain sebesar 74,03. Selain itu rata-rata aktivitas siswa juga menunjukkan peningkatan sebesar 75,49. Berdasarkan hal tersebut, bahwa penggunaan model pembelajaran mind mapping meningkatkan penguasaan materi dan aktivitas belajar siswa.

  Selanjutnya hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri Widianti tentang Keefektifan Model Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS. Hasil penelitian menunjukkan nilai ditolak.

  ( ) sehingga Selain itu berdasarkan uji hipotesis kedua menggunakan one sample t tes diperoleh nilai

  ( ) sehingga ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan hasil belajar IPS siswa yang mendapatkan pembelajaran menggunakan model mind mapping lebih tinggi dan efektif dari pada menggunakan model konvensional.

  Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa model mind mapping dapat meningkatkan penguasaan materi dan meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian penelitian yang telah dilakukan di atas memiliki persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu penggunaan model mind mapping dalam proses pembelajaran. Namun, dalam hal ini peneliti akan meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa. Dengan demikian dapat menjadi dasar untuk menguatkan penelitian ini, yang berjudul Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Model Mind Mapping Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Karangjati.

C. Kerangka Pikir

  Kondisi awal guru sebelum menggunakan model mind mapping menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik dalam menulis karangan narasi masih rendah. Karangan yang dibuat oleh peserta didik menunjukkan hasil yang tidak memuaskan. Hal ini disebabkan peserta didik kesulitan untuk menentukan topik dan mengembangkannya ke dalam sebuah karangan. Peserta didik sulit untuk menuliskan ide-ide yang dimiliki ke dalam sebuah tulisan. Peserta didik membutuhkan cara baru untuk mencatat ide yang dimiliki, mengingatnya lagi dengan mudah lalu menuangkannya dalam karya yang baik.

  Selain itu pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia yang belum optimal.

  Permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan mencari jalan keluar yang tepat. Salah satunya dengan menggunakan cara yang tepat dan sesuai dengan kondisi yang ada yaitu guru menerapkan model pembelajaran mind

  

mapping. Model mind mapping adalah cara mencatat kreatif untuk memetakan

  pikiran-pikiran peserta didik. Melalui penerapan model pembelajaran mind

  

mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi pada mata

  pelajaran bahasa Indonesia dan membantu proses pembelajaran. Secara rinci kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai berikut :

  

TINDAKAN

KONDISI AKHIR KONDISI AWAL

  Guru menerapkan

  1.Kemampuan Melalui model menulis karangan penerapan pembelajaran narasi masih model mind

mind mapping.

rendah.

  mapping dapat

  meningkatkan Siklus I

  2.Pelaksanaan kemampuan

  Penerapan pembelajaran menulis pembelajaran

  Bahasa Indonesia karangan narasi model mind

  Masih belum pada mata mapping.

  

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian

D. Hipotesis Penelitian

  Penggunaan model pembelajaran yang tepat pada pelaksanaan pembelajaran dan perencanaan pembelajaran disusun dengan matang, maka tujuan pembelajaran akan tercapai dengan optimal. Berdasarkan hal tersebut, maka diajukan hipotesis tindakan yaitu

  : “Penggunaan Mind Mapping dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa IV SD Negeri 1 Karangjati.