BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Motivasi - UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PKn MATERI MAKNA KESATUAN WILAYAH INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DI KELAS V SDN 01 SARADAN - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Motivasi

  a. Pengertian Motivasi Pengertian Motivasi; motivasi sebagai dorongan atau kemauan untuk melakukan sesuatu. Jika dikaitkan dengan kegiatan bimbingan maka siswa berkedudukan sebagai objek motivasi dan pemberi bimbingan adalah guru sebagai subjek motivasi.

  Motivasi diartikan sebagai dorongan atau sokongan moril, alasan, tujuan, dan tindakan. Hal ini identik dengan motivator yang diartikan sebagai pendorong, penggerak, pemberi semangat, serta penganjur dan pemberi motivasi seperti yang dikemukakan oleh Usman (2001: 28), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian motivasi sebagai upaya untuk merespon setiap intuisi sehingga melahirkan perbuatan atau tingkah laku.

  Dalam hal ini perilaku belajar yang terjadi dalam situasi interaksi belajar mengajar dalam mencapai tujuan dan hasil belajar. Menurutnya, motivasi mempunyai tiga karakteristik yaitu (1) sebagai hasil dari kebutuhan; (2), terarah kepada suatu tujuan; dan (3) ,menopang perilaku. Eysenck, dkk, (2003: 170); merumuskan motivsi sebagai suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia, merupakan konsep yang rumit dan berkaitan dengan konsep-konsep lain seperti minat, konsep diri, sikap, dan sebagainya. Siswa yang tampaknya tidak bermotivasi, tetapi tidak dalam hal-hal yang diharapkan oleh para pengajar. Mungkin siswa cukup termotivasi untuk berprestasi di sekolah, akan tetapi pada saat sama ada kekuatan-kekuatan yang lain seperti teman-teman yang mendorong untuk tidak berprestasi di sekolah.

  Sardiman (2004 : 75); Motivasi sebagai keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai.

  Sejalan dengan itu MC Donald dalam Sardiman ( 2004 : 73) Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan memerlukan “Feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

  Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif- motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia mau melaksanakan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya.

  Berdasarkan berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah usaha guru dalam mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang terarah dan berlangsung secara efektif agar tujuan pembelajaran tercapai. dan juga motivasi merupakan suatu unsur yang dapat memberikan dorongan atau keinginan seseorang untuk dapat melakukan suatu kegiatan, dalam hal ini berkaitan dengan kegiatan belajar.

  b. Bentuk- Bentuk Motivasi Bentuk-bentuk motivasi seorang guru menurut Rohani (2004 :

  13) Motivasi terbagi 2 (dua) yaitu : 1) Motivasi Instrinsik yaitu tujuan yang ingin dicapai terkandung dalam perbuatan belajar. Dalam belajar telah terkandung tujuan menambah pelajaran, misalnya seorang pelajar agar lebih sanggung mengatasi kesulitan-kesulitan hidup, agar memperoleh pengetahuan, pengertian, sikap baik, penguasaan kecakapan. 2) Motivasi Ekstrinsik yakni tujuan yang ingin dicapai terletak diluar pembuatan belajar itu dan tidak terkandung didalam perbuatan itu.

  Misalnya berupa angka, hadiah, pujian, dan sebagainya. Tujuan itu bukan sesuatu yang wajar dalam kegiatan.

  Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik tumbuh karena kesadaran akan tugas dan tanggungannya sebagai siswa yang harus memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan sedangkan motivasi ekastrinsik adalah dorongan dari luar agar siswa bergairah dalam belajar.

  Sehubungan dengan uaraian maka dalam proses pembelajaran guru harus menimbulkan motif-motif tertentu dari siswa. Motivasi guru harus berlangsung secara kontinyu dan efektif agar aktifitas- aktifitas belajar siswa mencapai puncak yang maksimal sebab apabila aktifitas belajar siswa mencapai puncak yang maksimal besar kemungkinan siswa akan memperoleh hasil yang optimal.

  c. Tujuan Pemberian Motivasi Tujuan pemberian motivasi dari guru tidak lepas dari tujuan pendekatan yaitu pada hakikatnya memaksimalkan manusia, atau menghantar anak didik untuk menemukan jati dirinya yaitu agar setiap individu manusia itu menyadari dan memahami “siapa dia” mengapa dia diadakan didunia ini dan “harus kemana nantinya”, konsep seperti ini sangat penting sebagai landasan filosofis dan dasar motivasi untuk melakukan aktivitas belajar mengajar.

  Beberapa tujuan pemberian motivasi adalah sebagai berikut :

  a.) Agar siswa belajar dengan giat; b). Mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari.

  Menurut Sardiman (2004 : 75) siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dapat dicirikan sebagai berikut: 1)Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai). 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa). 3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya). 4) Lebih senang kerja mandiri. 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin. 6) Dapat memperthanankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). 7) Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya. 8) Senang mencari dan memecahkan soal- soal.

  d. Fungsi Motivasi Adapun fungsi motivasi adalah :

  1) Memberikan semangat dan mengaktifkan peserta didik supaya tetap berminat dalam belajar.

  2) Memusatkan perhatian yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar.

  3) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang. Motivasi sangat berguna bagi tindakan atas perbuatan seseorang.

  Hal-hal tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

  1) Motivasi itu mendukung manusia untuk berbuat atau bertindak, motivasi berfungsi sebagai penggerak yang memberikan energi atau kekuatan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. 2) Motivasi dapat menentukan agar perbuatan yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau cita-cita, motivasi mencegah penyeiewengan dari jalan yang lurus untuk mencapai tujuan. Maka makin jelas tujuan itu, makin jelas pula jalan yang akan ditempuh.

  3) Motivasi menyeleksi perbuatan, artinya menentukan perbuatan- perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna mencapai suatu tujuan dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak atau kurang bermanfaat bagi tujuan semula.

  Fungsi lain dari motivasi adalah sebagai berikut: 1) Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, seperti timbulnya dorongan untuk belajar.

  2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.

  3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan.

2. Prestasi Belajar.

  a. Hakekat Belajar Berbicara tentang belajar pada dasarnya berbicara tentang bagaimana tingkah laku seseorang berubah sebagai akibat pengalaman dari pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa istilah belajar berhubungan erat dengan mengajar dan pembelajaran terjadi bersama- sama. Belajar dapat terjadi tanpa guru atau tanpa kegiatan mengajar dan pembelajaran formal lain. Sedangkan mengajar meliputi beberapa hal yang guru lakukan di dalam kelas. Duffy dan Roerlher (1989) mengatakan apa yang dilakukan guru agar proses belajar mengajar berjalan lancar, bermoral dan membuat siswa dapat merasa nyaman dan merupakan bagian dariaktifitas mengajar. Juga secara khusus mencoba dan berusaha untuk mengimplementasikan.

  1) Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses didalam kepribadian manusia, perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas.

  Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Margaret Gredler, terj Munandar, (1994; 1) belajar peserta didik dapat mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan dari kurang baik menjadi baik. Seperti yang dikatakan oleh Riberu, bahwa belajar merupakan proses dan dalam proses ini orang berkenalan dengan salah satu pola atau memperbaiki salah satu pola laku yang telah dikuasainya. Riberu, (1982 :10).

  Selain itu Riberu juga mengatakan, belajar bisa berarti berkenalan dengan atau memperbaiki pemikiran, berkenalan dengan atau memperbaiki turturan bicara, berkenalan dengan atau memperbaiki tindakan/kegiatan. Riberu, 1982; 11) Belajar secara umum dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku interaksi individu dengan lingkungan. Oemar

  Hamalik (2003 : 151) menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif matang berkat latihan dan pengalaman.

  Sejalan sengan itu Sardiman (2004:2) menyatakan bahwa belajar adalah usaha mengubah tingkah laku. Hilhard Bower dalam buku Theories of Learning (1975). Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan kematangan.

  Belajar bisa melalui pengalaman melibatkan peserta didik secara langsung dalam masalah atau isu yang dipelajari. Sehingga peserta didik dapat lebih aktif dan menerima pelajaran dengan baik. Bukan sebaliknya cepat jenuh, dan bosan. Belajar aktif dan menyenangkan (biasa dikenal dengan „Learning/ Learning by Fun‟) dapat menstimulus kreativitas peserta didik dalam proses belajar.

  Dengan kata lain, belajar merupakan suatu upaya untuk memperbaiki, mengembangkan, bahkan meningkatkan kemampuan afektif, psikomotorik, dan kinestetik peserta didik. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh peserta didik harus seimbang antara otak kanan dan kiri. Untuk mencapai hal tersebut, sebaiknya proses belajar tidak hanya dilaksanakan dengan metode konservatif (ceramah/DDCH Duduk, dengar, catat, dan hafal), tetapi juga metode-metode lain yang dapat merangsang keaktifan peserta didik.

  Berdasarkan beberapa definisi belajar diatas bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku, dan ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang sendirinya terjadi karena proses kematangan.

  Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku disebut dengan proses belajar. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang cukup Ronah Kognitif, Ronah Efektif, dan Ranah Psikomotor.

  2) Fungsi Belajar Fungsi belajar menurut Nasution (2003:4) untuk memperoleh kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Fungsi belajar merupakan proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuan, bukan hanya proses pasif yang menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga jika pembelajaran tersebut tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.

  Keterampilan yang memproses hasil belajar berupa konsep dan fakta yang sudah diperoleh itu, untuk mengembangkan diri, untuk menemukan sesuatu yang sangat penting. Dengan konsep dan fakta yang telah dipahami betul, dapat di proses untuk menguasai dan menemukan fakta dan konsep yang lebih banyak. Winataputra (1997 : 82- 84), pemberian konsep dan fakta yang terlalu banyak, dapat menghambat kreativitas siswa. Tidak menguasai semua konsep dalam semua ilmu, namun siswa mempunyai kemampuan dasar untuk mengembangkan konsep dan fakta yang terbatas itu, sehingga mereka mampu menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru.

  3) Tujuan Belajar Djamarah (1996: 35) pada hakekatnya tujuan belajar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu umum dan khusus.

  a) Tujuan Umum.

  (1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang sellau berkembang melalui latihan bertindak aas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan efektif.

  (2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan pola pikir dalam kehidupan sehari- hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan, b) Tujuan Khusus.

  (1) Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat di alih gunakan, melalui kegiatan sehari- hari.

  (2) Mengembangkan kemampuan dalam berbagai pengetahuan sebagai bekal belajar lebih lanjut di SLTP/MTs.

  (3) Membentuk sikap logis, kritis, cermat dan disiplin. 4) Faktor- Faktor yang Mendorong Aktivitas Belajar

  Faktor-faktor yang mendorong aktivitas belajar siswa yaitu :

  a) Waktu yang lebih banyak bagi kegiatan-kegiatan belajar mengajar.

  b) Tingkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar dengan menuntut respon yang aktif dari siswa.

  Gunakan berbagai teknik mengajar, motivasi, serta penguatan.

  c) Berikanlah pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai.

  d) Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam mengajar hendaknya dilakukan secara cepat dan luas.

  e) Usahakan agar pengajaran dapat lebih menarik minat dan mengaitkan dengan bahan dan prosedur pengajaran. f) Kenali dan bantu anak-anak yang kurang terlibat, selidiki apa yang menyebabkannya dan apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan partisipasi anak tersebut.

  g) Siapkanlah siswa secara tepat persyaratan awal apa yang diperlukan oleh anak untuk mempelajari tugas belajar yang baru. Sesuai pengajaran dengan kebutuhan-kebutuhan individu siswa, hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan untuk berperan aktif. 5) Upaya Guru Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Motivasi

  Upaya yang harus dilakukan guru yaitu : Pemberian motivasi dari guru untuk siswa kelas V Sekolah Dasar pada bidang studi PKn. Dalam pembahasannya harus menghubungkan antara tujuan PKn sekolah dasar dengan masa keserasian belajar siswa sekolah dasar dan ciri-ciri khas siswa kelas-kelas rendah sekolah dasar. Karena siswa kelas V Sekolah Dasar umumnya berumur 10 tahun, maka sesuai kelas V Sekolah Dasar termasuk kategori siswa yang masih memiliki sifat-sifat khas atau ciri tertentu yang dimiliki oleh anak seusianya.

  Tujuan adanya mata pelajaran PKn di SD adalah agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, maupun sebagai anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk mengikuti pendidikan menengah.

  Ciri-ciri khusus siswa SD, anak memiliki ciri-ciri sebagai berikut : a) Faktor kesehatan jasamani sangat erat sekali hubungannya dengan prestasi belajar anak.

  b) Mengharapkan pujian

  c) Sifat egoisnya sangat besar

  d) Belum dapat menilai buruknya suatu pekerjaan Dalam hubungannya dengan teknik pemberian motivasi dari guru dilihat dari cara mengajar sebagaimana dikemukakan oleh

  Rohani (2004:12) :

  a) Cara mengajar yang bervariasi

  b) Mengadakan pengulangan informasi

  c) Memberikan stimulus baru misalnya melalui pertanyaan kepada anak didik.

  d) Menggunakan hadiah atau alat bantu yang menarik perhatian peserta didik seperti gambar, foto, diagram dan sebagainya.

  6) Teknik Pemberian Motivasi Guru Mata Pelajaran PKn Di Kelas V Sekolah Dasar Dilihat Dari Cara Mengajar

  Adapun teknik-teknik pemberian motivasi guru pada mata pelajaran PKn : a) Guru harus mempersiapkan program dan pembelajaran yang tepat yaitu tujuan pembelajaran khusus yang digunakan harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

  b) Dalam mengajar bahan pelajaran PKn hendaknya dimulai dari lingkungan yang terdekat (sekitar) tempat tinggal siswa yang sederhana sampai pada bahan yang lebih luas dan kompleks.

  c) Guru harus membangkitkan, memelihara semangat untuk belajar sampai berhasil.

  d) Dalam pembelajaran PKn pengalaman langsung melalui pengamatan (observasi), atau menyiapkan media akan membantu siswa untuk termotivasi dalam belajar PKn.

  e) Agar siswa tidak acuh tak acuh yang tidak memusatkan perhatiannya ada yang bermain, ada yang bersemangat maka guru dapat menggunakan strategi belajar mengajar yaitu memiliki satu diantara bermacam peran seperti sebagai penasihat, fasilitator, instruktur, teman diskusi, pemberi hadiah atau pendidik. Agar pembelajaran PKn tetap menarik perlu adanya motivasi penyajian bahasa seperti melalui nyanyian, deklamasi, bermain peran.

  b. Prestasi Di dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, prestasi belajar adalah hasil yang dilakukan (dari yang dilakukan, dikerjakan, dll).

  Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atauketrampilan yang dikembangakan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

  Menurut Trianto (2009:16) belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada diri individu yang terjadi melalui pengalaman , dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Sedangkan menurut Arifin (2009:12) prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perennial dalam sejarah kehidupan manusia manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing- masing. Prestasi belajar (achievment) semakin terasa penting untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain sebagai : 1) Indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

  2) Sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Indikator intern dan ektern dari suatu institusi pendidikan. 5) Indikator daya serap (kecerdasan peserta didik).

  Berdasarkan fungsi-fungsi utama prestasi belajar di atas, dapat diketahui bahwa begitu pentingnya memahami fungsi prestasi belajar tersebut bagi peserta didik.

  Sebagaimana dikemukakan oleh Cronbach (dalam Arifin, 2009:13) bahwa keguanaan prestasi belajar banyak ragamnya, antara lain :

  1) Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar. 2) Untuk keperluan diagnostik. 3) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. 4) Untuk keperluan seleksi. 5) Untuk keperluan penempatan dan penjurusan. 6) Untuk menentukan isi kurikulum. 7) Untuk menentukan kebijakan sekolah.

  c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi anatara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri disebut dengan faktor internal, sedangkan dari luar diri disebut dengan faktor eksternal.

  Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:130) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut : 1) Faktor Internal

  a) Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya, penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya.

  b) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas : i. Faktor intelektif yang meliputi, faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, serta faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. ii. Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, emosi, penyesuaian diri.

  c) Faktor kematangan fisik maupun 2) Faktor Eksternal

  a) Faktor sosial yang terdiri dari : (1) Lingkungan keluarga (2) Lingkungan sekolah (3) Lingkungan masyarakat (4) Lingkungan kelompok

  b) Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, iklim

  d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan 3.

   Pendidikan Kewarganegaraan SD

  a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan Menurut Gatara (2011:6) Pendididikan kewarganegaraan dapat didefinisikan sebagai proses pendewasaan bagi warga Negara dengan usaha sadar dan terencana melalui pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi pada warga Negara tersebu dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis dan emansipatoris. Menurut Azra (dalam Gatara, 2011:8) perdidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang cakupannya sangat luas dengan mencakupi pendidikan demokrasi (democracy education), pendidikan HAM, pemerintahan, konstitusi, rule of law, hak dan kewajiban warga Negara, partisipasi aktif dan keterlibatan warga Negara dalam masyarakat madani, warisan politik, dan lain-lain.

  Sedangkan menurut Zamroni (dalam Gatara, 2011:9) pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

  Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang memiliki suatu tujuan mendidik generasi muda untuk menjadi warga Negara Indonesia seutuhnya yang memiliki jiwa semangat demokratis yang berlandaskan Pancasila.

  b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan Setiap ilmu pengetahuan senantiasa memiliki objek kajian atau ruang lingkup , begitu juga pada mata pelajaran Pendidikan

  Kewarganegaraan (PKn). Ruang lingkup pada PKn merupakan materi-materi pokok yang selalu dibahas dalam PKn itu sendiri.

  Materi-materi poko tersebut meliputi Nasionalisme (bangsa dan identitas nasional), Pancasila, Negara, Kewarganegaraan, konstitusi, pemerintah dan pemerintahan, hubungan agama dan negara, masyarakat madani, demokrasi, dan hak asasi manusia.

  Dalam BNSP, ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut : 1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi ; hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa

  Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Repuplik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan Negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan, dan jaminan keadilan. 2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi ; tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

  3) Hak asasi manusia, meliputi ; hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

  4) Kebutuhan warga Negara meliputi ; kehidupan gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, ebebasan berorganisas, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.

  5) Konstitusi Negara, meliputi ; proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusi.

  6) Kekuasaan dan politik, meliputi ; pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pres dalam masyarakat demokratis. 7) Pancasila , meliputi ; kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara, dan ideologi Negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar

  Negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagi ideologi terbuka.

  8) Globalisasi, meliputi ; globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.

  c. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

  Setiap mata pelajaran diajarkan tentunya memiliki suatu tujuan mengapa mata pelajaran tersebut diajarkan, salah satunya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)yang sudah tentu merupakan mata pelajaran yang selalu kita jumpai semenjak bangku Sekolah Dasar (SD).

  Menurut Fathurrahman dan Wuri (2011:7) tujuan mata pelajaran PKn adalah untuk memberikankompetensi-kompetensi sebagai berikut : 1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan 2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan masyarakat, berbangsa dan bernegara. 3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain. 4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan ternologi infarmasi dan komunikasi.

  d. Materi Makna Kesatuan Wilayah Indonesia Standar Kompetensi : Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesi (NKRI).

  Kompetensi Dasar : Menjelaskan pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia

  Indikator 1) Menyebutkan berbagai segi kehidupan bernegara (politik, sosial budaya, ekonomi, pertahanan-keamanan).

  2) Menjelaskan makna kesatuan wilayah Indonesia dari segi politik. 3) Menjelaskan makna kesatuan wilayah Indonesia dari segi sosial- budaya.

  4) Menjelaskan makna kesatuan wilayah Indonesia dari segi ekonomi.

  5) Menjelaskan makna kesatuan wilayah Indonesia dari segi pertahanan-keamanan.

  6) Menuliskan contoh makna kesatuan wilayah Indonesia dalam keempat segi tersebut.

4. Pembelajaran Kooperatif

  Perkembangan model pembelajaran dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan. Model-model pembelajaran tradisional mulai ditinggalkan dan berganti dengan model yang lebih modern. Sejalan dengan pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran, salah satu model pembelajaran yang kini mendapat respon baik adalah cooperative learning atau model pembelajaran kooperatif.

  Pada dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok sendiri (Solihatin, 2007:4).

  Menurut Anita Lie (2000:28) menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah gotong royong yaitu sistem pembeajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan

  

cooperative learning dapat berjalan kalau sudah terbentuk kelompok atau

  tim yang di dalamnya siswa bekerja sama secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok umumnya terdiri dari 4-6 orang. Pada hakekatnya cooperative learning merupakan metode atau strategi pembelajaran gotong royong yang konsepnya hampir tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran kelompok (Saputra dan Rudyanto, 2005:49)

  Menurut Suprijono (2010:54) bahwa pembelajaran kooperatif adaah konsep yang luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Guru menetapkan tugas dan pentanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah.

  Menurut Isjoni (2010:16) bahwa cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang selama ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student

  center) , mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang

  lain, siswa agresif dan tidak peduli pada orang lain. Cooperative learning tidak bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetitif (persaingan).

  Berdasarkan pengertian pembelajaran kooperatif di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa di dalam pembelajaran untuk bekerja sama dengan membentuk suatu kelompok atau tim kecil yang heterogen.

  Pengan pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa berani mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Selain itu di dalam belajar biasanya siswa dihadapkan pada latihan soal-soal atau pemecahan masalah. Oleh sebab itu, cooperative learning sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerjasama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.

  Pembelajaran kooperatif bukanlah suatu konsep yang baru. Selama ini, guru sering menggunakan strategi kerja kelompok dalam pembelajaran. Namun, strategi pembelajaran ini pembagian kelompok peserta didik masih kurang heterogen, tidak memperhatikan tingkat kepandaian, atau latar belakang peserta didik.

  Hakikat pembelajaran kooperatif adalah adanya keterlibatan seluruh peserta didik dalam suatu kelompok yang terstruktur. Struktur kelompok tersebut meliputi struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur tugas mengacu pada pada organisasi kerja dalam kelompok yang tercermin salah satunya pembagian kerja. Struktur tujuan mengacu pada orientasi kelompok dalam mencapai tukuan (yaitu prestasi dan keberhasilan kelompok). Struktur penghargaan mengacu pada prestasi kelompok sebagai prestasi setiap aggota kelompok, prestasi kelompok merupakan keberhasilan bersama anggota kelompok, bukan ditentukan oleh anggota tertentu.

  Roger dan Johnson (Suprijono, 2010:58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif.

  Untuk mencapai hasil yang maksimal. Ada lima unsur yang harus diterapkan dalam model pembelajaran kooperatif yaitu : a. Positif interdependence (Saling ketergantungan positif).

  b. Personal responsibility (Tanggung jawab perseorangan).

  c. Face to face promotive interaction (Interaksi promotif).

  d. Interpesonal skill (Komunikasi antar anggota).

  e. Group processing (Pemprosesan kelompok) Pembelajaran kooperatif dapat dikatakan adalah proses pembelajaran yang menitik beratkan pada penggunaan kelompok. Kerja sama yang terjalin antar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan dan guru dijadikan sebagai fasilitator.

  Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative

  learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih

  baik, sikap tolong menolong dalam perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara kelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat mereka secara berkolompok (Isjoni, 2010:71).

  Menurut Stahl (Isjoni, 2010:68) di dalam menggunakan

  cooperative learning dalam melaksanakan pembelajaran, harus

  diperhatikan dan diupayakan beberapa konsep yang mendasar yaitu :

  a. Kejelasan rumusan tujuan pembelajaran

  b. Penerimaan siswa secara menyeluruh tentang tujuan belajar

  c. Saling membutuhkan diantara sesama anggota

  d. Keterbukaan dalam interaksi pembelajaran

  e. Tanggung jawab individu

  f. Heterogenitas kelompok

  g. Sikap dan perilaku sosial yang positif

  h. Refleksi i. Kepuasaan dalam belajar

  Lie (2010:51-52) beberapa faktor yang perlu beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menujang pembelajaran kooperatif harus disesuaikan dengan kondisi dan situasi ruang kelas, antara lain :

  a. Ukuran ruang kelas

  b. Jumlah siswa

  c. Tingkat kedewasaan siswa

  d. Toleransi guru kelas sebelah terhadap kegaduhan dan lalu-lalangnya siswa e. Toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu- lalangnya siswa f. Pengalaman guru dalam melaksanakan model pembelajaran

  cooperative learning

  Terdapat enam langkah utama atau tahapan di adalampelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi, sering kali dengan bahan bacaan dari pada secara verbal. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap selanjutnya diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja sama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

  Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah-laku Guru

Tahap 1

  Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing- masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

  

match hal yang perlu dipersiapkan dalam pembelajaranya adalah kartu-

  Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe make a

  . Salah satu ragam metode dengan model pembelajaran kooperatif adalah metode make a match.

  student center

  Lie (2008:28) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif didasarkan pada falsafah homo homoni socius, falsafah inimenekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Model pembelajaran kooperatif juga mengalihkan proses pembelajaran sistem teacher center menjadi

  Memberikan penghargan Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

  Tahap 6

  Tahap 5

  Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

  Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

  Tahap 4

  Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efesien.

  Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

  Tahap 3

  Menyajikan informasi Guru menyampaikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

  Tahap 2

5. Pembelajaran Make a Macth

  kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dalam hal ini guru bertugas memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk menginformasikan hal-hal yang telah mereka lakukan yaitu memasangkan pertanyaan- jawaban dan melajsanakan penilaian.

  Model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini dapat membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan lebih menarik.

  Dengan keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, akan terjalin komunikasi yang baik antara siswa dengan siswa ataupun siswa dengan guru, sehingga informasi yang disampaikan guru akan mudah diterima dan dipahami. Kerjasama antar siswa yang terjalin pada saat mencari pasangan dan keberanian mengemukakan pendapat pada saat membacakan hasil temuannya dalam mencari pasangan merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kooprartif. Metode make a

  

match atau pencarian pasangan ini juga dikembangkanoleh Lorna

  Curran. Aplikasi dari metode make a match (Suprijono, 2010:94) adalah sebagai berikut : a. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi petanyaan-pertanyaan dan kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

  b. Guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai.

  c. Mengatur posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U.

  d. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok.

  e. Guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi.

  f. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antar anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.

  g. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban itu cocok..

  h. Setelah penilaian dilakukan, guru mengatur kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memposisikan dirinya menjadi kelompok penilai. Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama dipecah menjadi dua, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan dan sebagaian lainnya memegang kartu jawaban. i. Guru memposisikan mereka dalam bentuk huruf U. j. Guru kembali membunyikan peluit menandai kelompok pemegang pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari, dan mendiskusikan pertanyaan-jawaban. k. Masing-masing pasangan yang sudah terbentuk menunjukkan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kertanya kepada kelompok penilai.

  Dalam penelitian ini langkah-langkah pembelajaran yang digunakan oelh peneliti berdasarkan aplikasi metode make a match oleh Suprijono dan Curran adalah sebagai berikut:

  a. Guu menyiapkan beberapa kartu. Satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.

  b. Guru membagi komunitas kelas menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai.

  c. Guru mengatur posisi kelompok-kelompok tersebut membentuk huruf U.

  d. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak. Mereka bergerak untuk mencari pasasangan pertanyaan-jawaban yang cocok.

  e. Guru memberikan kepada mereka untuk berdiskusi.

  f. Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban. g. Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban kepada kelompok penilai. Kelompok ini kemudian berdiskusi apakah pasangan kartu pertanyaan-jawaban sudah benar atau belum.

  h. Setelah diskusi selesai, kelompok penilai membacakan pasangan pertanyaan-jawaban di depan kelas. i. Bagikelompok yang dapat mencocokan kartu pertanyaan-jawaban dengan benar gurumemberikan hadiah. j. Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah diajarkan.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

  Model pembelajaran kooperatif tipe make a match telah banyak diteliti dan hasilnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran konvensioanal. Salah satu penelitian oleh Retnoningsih (2011) tentang peningkatan motivasi dan prestasi belajar IPA pada pokok bahasan Sumber Daya Alam melalui model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match di kelas V SD Negeri 2 Karangwangkal, menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.

  Merujuk pada penelitian di atas, penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe make a

  

match sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar PKn pada pokok bahasan materi makna kesatuan wilayah Indonesia siswa kelas V SD Negeri 01 Saradan.

C. Kerangka Pikir

  Berdasarkan permasalahan yang ada pada kelas V SD Negeri 01 Saradan yaitu bahwa kondisi awal pada siswa kelas V Semester I Tahun

  Pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran PKn pada materi makna kesatuan wilayah Indonesia, motivasi dan prestasi belajar siswa rendah. Hal tersebut dikarenakan penggunaan model dan metode yang kurang bervariasi. Oleh sebab itu, model pembelajaran yang mampu memotivasi siswa untuk mempelajari materi tersebut iadah model pembelajaran kooperatif tipe make a

  

match . Dengan penggunaan model pembelajaran ini diharapkan motivasi dan

prestasi belajar siswa akan dapat meningkat secara optimal.

  Melihat kondisi tersebut perlu adanya inovasi dalam pembelajaran PKn dengan mengaplikasikan model pembelajaran kooperatif tipe make a

  

match , memungkinkan siswa untuk berbagi dan bertambah pengetahuan,

  pengalaman serta mampu membangun kerja sama dan siswa berlatih menerima perbedaan antar anggota kelompoknya. Dengan melihat karakteristik model pembelajaran kooperatif tipe make a match diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar PKn materi makna kesatuan wilayah Indonesia.

  Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan oleh peneliti dalam sekurang-kurangnya dua siklus yaitu Siklus I dan Siklus II. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi, kemudian apabila siklus II belum membuahkan hasil, maka akan dilanjutkan ke siklus berikutnya.

  Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

  • Siswa belum memiliki motivasi

KONDISI AWAL

  

belajar

  • Prestasi belajar siswa rendah

  Motivasi dan prestasi

  • Mertode yang digunakan guru masih

  belajar siswa rendah

  besifat konvensional Siklus I dan Siklus II, Guru menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

  TINDAKAN Make a Match dalam pembelajaran PKn materi makna kesatuan wilayah Indonesia pada Siswa kelas V SDN 01 Saradan

  Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalam pembelajaran PKn materi

  KONDISI AKHIR Makna Kesatuan Wilayah Indonesia dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar Siswa kelas V SDN 01 Saradan

Gambar 2.1 Diagram Kerangka Pikir dari Penelitian

D. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka berpikir di atas maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dapat meningkatkan motivasi belajar PKn materi makna Kesatuan Wilayah Indonesia pada siswa kelas V SDN 01 Saradan.

  2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dapat meningkatkan prestasi belajar PKn materi makna Kesatuan Wilayah Indonesia pada siswa kelas

  V SDN 01 Saradan.

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE BERBASIS MAKE A MATCH MATERI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERSAMA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn KELAS VA SDN BOJONG SALAMAN 01 SEMARANG

13 75 231

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori Konsep 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 41

BAB V PEMBAHASAN - IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN PAI - Institutional Repository of IAIN Tulungagung

0 0 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH SISWA KELAS 5 SD NEGERI PANJANG 03 KECAMATAN AMBARAWA KABUPATEN SEMARANG SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20162017

0 0 14

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SDN BUGEL 01 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 20142015

0 0 16

PENGARUH PENERAPAN TIPE MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PEMBELAJARAN IPS KELAS V

0 0 10

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SENI MUSIK MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DI SMP

0 1 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Media Pembelajaran - BAB II KAJIAN PUSTAKA

1 28 23

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS V SEMESTER II MIN SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 - Test Repository

0 0 136

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS XI IPA 5 SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 20162017

0 0 16