EFEKTIFITAS IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH SISWA MTS SALAFIYAH KEREK.
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH
SISWA MTs SALAFIYAH KEREK
SKRIPSI
Oleh:
MAR’ATUS SHOLIHAH NIM. D21212180
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2017
(2)
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING
DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR FIQIH
SISWA MTs SALAFIYAH KEREK
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
MAR’ATUS SHOLIHAH D21212180
UINIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SURABAYA
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
ABSTRAK
Mar’atus sholihah. Efektifitas Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Siswa MTs Salafiyah Kerek.
Pembimbing : Dr. H. Saiful Jazil, M.Ag
Kata Kunci: Model pembelajaran PBL, Prestasi Belajar, Fiqih
Skripsi dengan judul: Efektifitas Implementasi Model Pembelajaran Problem
Based Learning Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Siswa MTs Salafiyah Kerek ini menjawab pertanyaan: (1) Bagaimana implementasi model pembelajaran
Problem Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa di MTs Salafiyah Kerek, (2) Bagaimana prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan sesudah
diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning di MTs Salafiyah Kerek (3)
Bagaimana efektivitas implementasi model pembelajaran Problem Based Learning
dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs Salafiyah Kerek
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan
menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam penelitian ini penulis menyebarkan angket kepada siswa yang angket tersebut berisi tentang penerapan model
pembelajaran problem based learning dan angket tentang prestasi belajar fiqih siswa
serta mengadakan pre-test dan post-test
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning di MTs. Slafiyah
Kerek sudah dilaksanakan dengan cukup baik.Hal ini terbukti dari hasil analisis angket yang telah disebarkan dan diisi oleh siswa mendapatkan prosentase sebesar 72,4%
Prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan sesudah diterapkannya model
pembelajaran problem based learning mendapatkan hasil rata-rata ketercapaian KBK
skor pre-test adalah 80.6 serta nilai rata sebelum penerapan 81.4 dan hasil rata-rata ketercapaian KBK skor post-test 87.09% serta nilai rata-rata-rata-rata sesudah penerapan 87.06.
Dari efektivitas implementasi model pembelajaran problem based learning
dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs Salafiyah Kerek. Dapat
diketahui dari perhitungan data yang ada bahwa -ttabel jauh lebih besar dari thitung yakni
(8)
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR TRANSLITERASI ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian... 6
E. Penelitian Terdahulu ... 6
F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional ... 8
G. Sistematika Pembahasan ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 14
B. Prestasi Belajar ... 26
C. Bidang Studi Fiqih di MTs ... 36
D. Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran Problem Based
(9)
... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45
A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ... 45
B. Variabel Penelitian, Indikator dan Instrumen Penelitian ... 48
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 50
D. Jenis Data dan Sumber Data ... 51
E. Teknik Pengumpulan Data ... 42
F. Teknik Analisis Data ... 56
BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN ... 67
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 67
B. Penyajian Data ... 76
BAB V PENUTUP ... 101
A. Kesimpulan ... 101
B. Saran ... 103 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 : SK dan KD Pelajaran Fiqih ... 40
Tabel 3.1 : Tabel keterangan variabel X dan variabel ... 48
Tabel 3.2 : Pedoman Rata-Rata Kategori Kemampuan Guru ... 59
Tabel 3.3 : Tabel Penolong Dua Sampel Berkorelasi ... 62
Tabel 3.4 : Tabel penolong untuk mencari nilai korfisien korelasi ... 64
Tabel 4.1 : Profil MTs Salafiyah Kerek ... 68
Tabel 4.2 : Struktur Organisasi Mts. Salafiyah Margomulyo Kerek Kabupaten Tuban Periode 2013 s/d 2016 ... 70
Tabel 4.3 : Sarana Prasarana ... 71
Tabel 4.4 : Data Guru MTs Salafiyah Kerek ... 73
Tabel 4.5 : Data Guru dan Jabatannya ... 73
Tabel 4.6 : Tenaga Kependidikan ... 75
Tabel 4.7 : Data Siswa Tiga Tahun ... 75
Tabel 4.8 : Robel Belajar ... 76
Tabel 4.9 : Data Nilai Pre-test ... 76
Tabel 4.10 : Pengamatan Guru ... 79
Tabel 4.11 : Apakah pernah model pembelajaran PBL diterapkan di sekolah anda ... 81
Tabel 4.12 : Apakah pembelajaran PBL dapat menambah semangat dan gairah anda dalam mengikuti pelajaran fiqih ... 82
Tabel 4.13 : Apakah dengan model pembelajaran PBL pembelajaran terasa lebih menarik ... 82
(11)
Tabel 4.14 : Apakah anda senang dengan pembelajaran PBL ... 83
Tabel 4.15 : Apakah dengan model pembelajaran problem based
learning anda lebih aktif pada saat pembelajaran
berlangsung ... 83
Tabel 4.16 : Apakah dengan model pembelajaran PBL dapat
meciptakan hal yang baru dalam pelajaran fiqih ... 84
Tabel 4.17 : Apakah dengan model pembelajaran PBL anda sering
mengajukan pertanyaan atau pendapat ... 84
Tabel 4.18 : Apakah model pembelajaran PBL lebih membantu
belajar anda ... 85
Tabel 4.19 : Apakah dengan model pembelajaran PBL lebih
membantu anda dalam memecahkan masalah ... 85
Tabel 4.20 : Apakah dengan model pembelajaran PBL pembelajaran
lebih bermakna ... 86
Tabel 4.21 : Apakah model pembelajaran PBL membantu anda
dalam memahami pelajaran fiqih ... 86
Tabel 4.22 : Apakah anda dapat selalu menjawab dengan baik dan
benar soal-soal ulangan yang diberikan oleh guru ... 87
Tabel 4.23 : Apakah anda dapat menganalisis dengan baik dari apa
yang disampaikan oleh guru atau hasil dari apa yang
anda baca ... 87
Tabel 4.24 : Apakah anda dapat mengatasi kesulitan yang anda
hadapi dalam mengerjakan tugas pelajaran fiqih yang
diberikan oleh guru ... 88
Tabel 4.25 : Apakah anda bersikap sesuai dengan tuntunan agama
Islam ... 88
Tabel 4.26 : Apakah anda lebih mendekatkan diri kepada Allah
(12)
Tabel 4.27 : Apakah anda mampu mengaplikasikan materi yang
diajarkan dalam kehidupan sehari-hari ... 89
Tabel 4.28 : Apakah anda dapat memahami dan menghayati ajaran
Islam secara menyeluruh ... 90
Tabel 4.29 : Apakah model pembelajaran PBL membantu anda
dalam meningkatkan keberhasilan pembelajaran ... 90
Tabel 4.30 : Apakah pelajaran yang mengunakan model PBL dapat
lebih mendukung prestasi belajar anda ... 91 Tabel 4.31 : Tabel Penolong ... 94 Tabel 4.32 : Tabel Penolong ... 97
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam
segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan merupakan segala situasi
hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu. Dengan adanya pendidikan,
manusia dapat mengembangkan kepribadian baik jasmani maupun rohani kearah
yang lebih baik di kehidupannya, sehingga semakin maju masyarakat maka akan
semakin penting adanya pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.1
Pendidikan juga memegang peran penting dalam mengembangkan potensi
sumber daya manusia secara optimal, karena pendidikan merupakan sarana
investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk
bekal hidup manusia sesuai dengan kebutuhan zaman agar tidak terjadi
kesenjangan antara realitas dan idealitas. Hal ini sesuai dengan pengertian
pendidikan yakni segala usaha dan pembawaan diri generasi tua untuk
mengalihakan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta
keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkan melakukan fungsi
hidupnya dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.2
1
Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 20
2
(14)
2
Dalam Islam, pendidikan adalah sebuah dasar utama seseorang diutamakan
dan dimuliakan, karena seseorang yang mempunyai ilmu derajatnya di tinggikan
oleh Allah. Hal tersebut sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur’an al
-Mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi:
تاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذهلاَو ْمُكْنِم اوُنَمَآ َنيِذهلا ُهَا ِعَفْرَ ي
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara
kamu sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.3 (QS, al-Mujadalah : 11).
Dalam pelaksanaan pendidikan, pemerintah telah mengupayakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pengajaran Nasional yang diatur dalam
undang-undang 1945. Pasal-pasal yang bertalian dengan pendidikan dalam UUD 1945
yaitu Pasal 31 dan Pasal 32. Pasal 31 berbunyi : Tiap-tiap warga Negara berhak
mendapat pengajaran. Dan ayat 2 yang berbunyi : Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan
undang-undang.4
Suatu istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal oleh manusia, sejak
mereka telah melakukan aktifitas belajar, oleh karena itu kiranya tidak berlebihan
jika dikatakan bahwa kegiatan belajar itu ada sejak adanya manusia. Belajar
adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang yang
berlangsung seumur hidup, sejak manusia masih bayi hingga ke liang lahat nanti.
3
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h. 910-911.
4
(15)
3
Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya
perubahan tingkah laku di dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut
menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif) dan
keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap.5
Persoalannya didalam pembelajaran sekarang adalah bagaimana
menemukan cara yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang
dimengerti peserta didik, sehingga peserta didik dapat menggunakan dan
mengingat lebih lama. Bagaimana seorang pendidik dapat berkomunikasi baik
dengan peserta didiknya, dan bagaimana seorang pendidik dapat membuka
wawasan berfikir yang beragam, dan cara mengkaitkannya dalam kehidupan
nyata. Bagaimana seorang guru dengan bijak mampu menggunakan model
pembelajaran yang terbaik dengan cara memecahkan masalah (Problem Solving).
Model Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu model
pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan
actual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat. Kondisi yang telah
dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi dan demokratis.6
Model pembelajaran Problem based learningdapat digunakan dalam segala
aspek bidang studi, model ini juga cocok digunakan pada bidang studi fiqih.
5
Arif Sadiman. Dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan Pemanfaatannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1986), h. 1
6
Aris Soimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013, (Yogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 130.
(16)
4
Karena didalam bidang studi fiqih kerap sekali ditemukannya suatu permasalan
baru sesuai dengan perkembangan zaman. Dan dengan menggunakan metode
pembelajaran problem based learning yang bercirikan adanya permasalahan
nyata sehingga peserta didik dapat berfikir ktritis dan keterampilan memecahkan
masalah serta memperoleh sebuah pengetahuan.
Peneliti memilih pelaksanaan penelitian di MTs Salafiyah Kerek karena
pembelajaran Fiqih disana agar adanya sebuah perubahan yang baru, mengingat
sekarang sudah adanya pergantian kurikulum yang bersifat aktif,
Siswa di tuntut untuk aktif dalam sebuah pembelajaran agar tidak hanya
terfokus pada materi yang di sampaikan oleh guru saja dan agar adanya
penerapan metode pembelajaran yang bervariasi. Adapun proses pembelajaran
fiqih di madrasah masih dominan oleh kegiatan ceramah dan mengererjakan
soal-soal, dan dari sinilah dapat dilihat bahwasanya kemampuan guru fiqih dalam
mengembangkan pendekatan, metode, model dan strategi pembelajaran yang
sesuai masih relatif rendah dan kurang dalam hal rujukan, sehingga materi fiqih
lebih di fokuskan pada ranah kognitif saja, sementara ranah afektif dan
psikomotorik siswa kurang di perhatikan.
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan diatas, peneliti
bermaksud untuk melakukan penelitian sebagai awal pijakan peneliti dalam
(17)
5
Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Siswa MTs Salafiyah Kerek”.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah tersebut sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi model pembelajaran Problem Based Learning
dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa di MTs Salafiyah Kerek?
2. Bagaimana prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan sesudah diterapkan
model pembelajaran Problem Based Learning di MTs Salafiyah Kerek?
3. Bagaimana efektivitas implementasi model pembelajaran Problem Based
Learning dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs Salafiyah Kerek?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam .penelitian yang akan dilaksanakan yaitu:
1. Mengetahui bagaimana implementasi model pembelajaran Problem Based
Learning dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa di MTs Salafiyah Kerek .
2. Mengetahui adakah perbedaan prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan
sesudah diterapkannya model pembelajaran Problem Based Learning di MTs
(18)
6
3. Mengetahui adanya efektivitas implementasi model pembelajaran Problem
Based Learning dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs Salafiyah Kerek.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas siswa.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk hasil evaluasi dan dapat
digunakan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas.
3. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wahana dalam
memperoleh informasi serta menambah wawasan tentang penggunaan model
pembelajaran, dan sebagai bekal dalam perjalanan hidup selanjutnya agar
menjadi guru yang profesional di bidangnya.
E. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelusuran yang dilakukan oleh peneliti, ada beberapan
yang membahas topik karya ilmiah yang membahas tentang Implementasi Model
Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar
Fiqih Siswa Di MTs Salafiyah Kerek. Hanya saja beda dalam jenis
penilitiannya. Ini adalah sebuah skripsi PTK.
Pada penelitian 2014 penggunaan model pembelajaran Problem Based
learning adalah : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Penjumlahan
(19)
7
Teknik Menyimpan Berbantu Bahan Manipulatif Pada Peserta Didik Kelas II MI
Al Masyhur Kota Pasuruan.
Dan kesimpulan dari penelitian tersebut adalah: Berdasarkan hasil
penelitian ini diperoleh bahwa pembelajaran matematika materi penjumlahan
teknik menyimpan dengan model pembelajaran Problem Based Learningdengan
berbantu bahan manipulatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini
tampak dari hasil post tes siklus I diperoleh ketuntasan klasikal sebesardengan
skor rata-rata 77, menjadi ketuntasan klasikal sebesar 75% dengan skor rata-rata
87 pada tes siklus II, dan mendapat respon sangat positif/sangat kuat dari siswa
dengan rata-rata prosentasenya sebesar 85%. Dengan demikian model
pembelajaran Problem Based Learningberbantu bahan manipulatif dapat
dijadikan alternatif dalam kegiatan pembelajaran khususnya mata pelajaran
matematika pada materi penjumlahan teknik menyimpan pada kelas II Di MI Al
Masyhur Kota Pasuruan pada tahun pelajaran 2014/2015.
Pada tahun 2012 penggunaan model pembelajaran Problem Based learning
adalah : Korelasi Penerapan Model Problem Based Learning Terhadap
Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah Pada Mata Pelajaran Fiqih di
MTs NU Berbek Waru Sidoarjo.
Adapun kesimpulannya adalah : Ada korelasi penerapan model problem
based learning terhadap kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada
(20)
8
hasil analisis dan statistik dengan product moment sebesar 0.72 dan dalam
kategori “kuat/ tinggi”.
Penelitian tersebut sama dengan penelitian yang akan di lakukan dalam
penelitian ini, hanya saja dalam segi tujuannya berbeda yaitu dari segi
kemampuan memecahkan masalah, dan dalam penelitian yang akan dilakukan ini
tentang meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa.
F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional.
Pada bagian ini diberikan definisi-definisi istilah untuk menghindari salah
penafsiran dan agar tidak menimbulkan adanya perbedaan dalam pengertiannya,
maka penulis menjelaskan istilah-istilah sebgai berikut :
1. Implementasi
Implementasi merupakan proses untuk melaksanakan ide, konsep,
kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan
dampak, baik berupa perubahan, pengetahuan, keterampilan maupun nilai
sikap.7
2. Problem Based Learning
Problem Based Learning (PBL) dalam bahasa Indonesia disebut
pembelajaran berbasis masalah (PBM). Pembelajaran berbasis masalah
merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk
7
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, Cet. Ke-3, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003), 93.
(21)
9
melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk
menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.
Pengertian pembelajaran berbasis masalah yang lain adalah metode
mengajar dengan focus pemecahan masalah yang nyata, proses dimana
peserta didik melaksanakan kerja kelompok, umpan balik, diskusi yang dapat
berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan dan
laporan akhir. Dengan peserta didik di dorong untuk lebih aktif terlibat dalam
materi pembelajaran dan mengembangkan keterampilan berfikir kritis.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang menyajikan masalah konstektual sehingga merangsang
peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran
berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan
masalah dunia nyata (Real World).8
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari
kehidupan actual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat
tinggi.9
8
Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Model Pembelajaran Berbasis Masalah, (Badan Pengeambangnan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan).
9
(22)
10
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan
usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memnuhi kebutuhannya. Setiap
kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan prestasi
belajar. Bloom dan kawan-kawannya mengelompokkan prestasi belajar
dalam kawasan kognitif, afektif, dan psikomotorik.10
4. Fiqih
Salah satu materi Pendidikan Agama Islam adalah Fiqih, yaitu ilmu
yang membahas tentang hukum-hukum syari’at yang menyangkut praktek
keagamaan (amaliyah), ubudiyah, mu’amalah, siyasah, dan lain-lain. Yang
jelas semua materi pokok kehidupan manusia seluruhnya di bahas di dalam
pelajaran ini. Sehingga peran pelajaran ini sangat penting sekali untuk di
fahami semua umat islam, dan secara otomatis sejak dini harus di ajarkan dan
diterapkan.11
5. MTs Salafiyah Kerek
MTs Salafiyah Kerek Tuban adalah lokasi Madrasah Tsanawiyah yang
berada di Jalan Tanjung Desa Margomulyo Kec. Kerek Kab. Tuban.
10
Mulyasa, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 189
11
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabaya: IAIN SA Press, 2011), h. 39
(23)
11
Dengan demikian yang dimaksud dengan implementasi model
pembelajaran Problem Based Learning adalah untuk penerapan salah satu
model pembelajaran dalam rangka untuk mengetahui prestasi belajar fiqih
antara sebelum dan sesudah diterapkannya model pembelajaran Problem
Based Learning tersebut pada mata pelajaran fiqih.
G. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
E. Penelitian Terdahulu
F. Definisi Istilah atau Definisi Operasional
G. Sistematika Pembahasan
BAB II KAJIAN TEORI
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning
1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning
2. Karakteristik Model Pembelajaran Problem Based Learning
3. Tujuan Model Pembelajaran Problem Based Learning
4. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Problem Based
(24)
12
5. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Problem Based
Learning
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
2. Aspek-Aspek Prestasi Belajar
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
C. Bidang Studi Fiqih
1. Pengertian Bidang Studi Fiqih
2. Fungsi dan Tujuan Bidang Studi Fiqih
3. Ruang Lingkup Materi Fiqih
D. Peningkatan Prestasi Belajar Fiqih dengan Implementasi Model
Pembelajaran Problem Based Learning
BAB III METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelirian
B. Variabel, Indikator, dan Istrumen Penelitian
C. Populasi dan sampel
D. Jenis Data dan Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Tehnik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN
(25)
13
B. Penyajian Data
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
(26)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning
1. Pengertian Model Pembelajaran
Sebelum membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu
penulis akan mebahas tentang pengertian model. Secara kaffah model diberi
makna sebagai suatu cara atau konsep yang digunakan untuk
mempresentasikan suatu hal, sesuatu yang nyata dan di konversi untuk
sebuah bentuk yang lebih konperhensif.1
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa model pembelajaran,
seperti dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Nahl ayat 125 yang berbunyi:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Ayat di atas menjelaskan tentang beberapa model dan strategi yang
digunakan dalam menyampaikan dakwah, diantaranya dengan hikmah dan
1
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 21
(27)
15
mau’idzah. Dalam tafsir al-Misbah dijelaskan bahwa hikmah mempunyai
beberapa pengertian. Hikmah diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan
akan mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang besar serta
mengahalangi terjadinya mudharat atau kesulitan yang besar.2
Soekamnto berpendapat bahwasanya maksud dari model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran
dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.3
Arends berpendapat bahwa model pembelajaran merupakan pengerahan
suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya,
lingkungannya dan sistem pengelolaanya. Istilah model pembelajaran
mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yakni rasional teoritis
logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembanganya, landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, tingkah laku mengajar
yang diperlukan agar model tersebut dilaksanakan dengan berhasil,
lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu tercapai.4
2
M. Quraisy Syihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 386.
3
Ibid., h. 22
4
(28)
16
2. Pengertian Model Problem based learning
Model pembelajaran problem based learning adalah model
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik
sehingga siswa dapat menyusun pengetahuan sendiri, menumbuhkembangkan
keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan sendiri. Model ini bercirikan penggunaan masalah
kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih
dan meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah serta
mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, dimana tugas guru harus
menfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan
mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah penggunaanya di dalam
tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah.5
Model Problem based learning atau model pembelajaran berdasarkan
masalah ini telah dikenal sejak zaman John Dewely. Dewasa ini, model
pembelajaran ini mulai ditingkatkan sebab ditinjau secara umum
pembelajaran berdasarkan masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa
situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan
kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan ingkuiri.
Menurut Dewey bahwa belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara
5
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam Pembelajaran abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2014), h. 295
(29)
17
stimulus dengan respons, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan
lingkungan.6
Model Problem based learning merupakan model pembelajaran dengan
menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan dunia nyata. PBL
menggunakan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan
konfrontasi terhadap tantangan yang diperlukan dunia nyata, kemampuan
untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan masalah-masalah yang
dimunculkan.
PBL sering dilakukan dengan pendekatan tim melalui penekanan pada
pembangunan keterampilan yang berkaitan dengan keputusan diskusi,
pemeliharaan tim, manajemen konflik, dan kepepimpinan tim. Pada model
pembelajaran berdasarkan masalah, kelompok-kelompok atau tim kecil, siswa
bekerja sama memecahkan suatu masalah yang telah disepakati oleh siswa
dan guru.
Menurut Howard Barrows dan Kelsaon , PBL adalah kurikulum dan
proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang
menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka
mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belejar sendiri serta
berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajaran menggunakan pendekatan
6
(30)
18
sistematik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan nanti
diperlukan didalam kehidupan sehari-hari.7
Jadi PBL adalah model pembelajaran yang menekankan pada
pemberian masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari kepada
siswa kemudian siswa secara berkelompok mencari alternative solusi
menyelesaikan masalah tersebut.
3. Tujuan Model Problem based learning
Problem based learning (PBL) merupakan model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta
didik memperoleh pengetahuan, berdasarkan karateristik pembelajaran yang
berbasis masalah mempunyai tujuan yaitu:8
a. Mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan memecahkan
masalah
Berbagai ide telah digunakan untuk memberikan cara seseorang
berfikir, tetapi apa sebenarnya yang disebut dengan berfikir. Secara
sederhana berfikir didefinisikan sebagai proses yang melibatkan operasi
mental seperti penalaran. Tetapi berfikir juga diartikan sebagai
7
Wulandari Bekti & Herman Dwi Surjono, Pengaruh Problem-Based Learning terhadap Hasil
Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2, Juni
2013, h. 181
8
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inofatif Berorientasi Konstruktif, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 96
(31)
19
kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan
berdasar pada inferensi atau pertimbangan yang saksama.
PBL memberikan dorongan kepada peserta didik untuk tidak hanya
sekedar berfikir sesuai yang bersifat konkret, tetapi lebih dari itu berfikir
terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks. Dengan kata lain PBL
melatih kepada peserta didik untuk memiliki keterampilan berfikir tinggi.
Hakikat kekomplekan dan konsteks dari keterampilan berfikir
tingkat tinggi tidak dapat diajarkan menggunakan pendekatan yang
dirancang untuk mengajarkan ide dan keterampilan yang lebih konkret,
tetapi hanya dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan
pemecahan masalah (problem solving) oleh peserta didik sendiri.
b. Belajar peran orang dewasa yang autentik
Model pembelajaran berdasarkan masalah amat penting untuk
menjembatani gap antara pembelajaran disekolah formal dengan aktiviras
mental yang lebih praktis ynag dijumpai diluar sekolah. PBL memiliki
implikasi sebagai berikut:
1) Mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas;
2) Memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong
pengamatan dan dialog dengan orang lain, sehingga secara bertahap
siswa dapat memahami peran orang yang diamati atau yang diajak
(32)
20
3) Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri, sehingga
memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan
fenomena dunia nyata dan menbangun pemahaman terhadap
fenomena tersebut secara mandiri.
c. Keterampilan-keterampilan untuk belajar mandiri
PBL berusaha membantu siswa menjadi pembelajaran yang mandiri
dan otonom. Seorang guru yang secara terus menerus membimbing siswa
dengan cara mengarahkan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan
reward(penghargaan) untuk suatu pertanyaan yang berbobot yang mereka
ajukan, dengan mendorong siswa mencari solusi dari masalah nyata yang
sudah siswa itu sendiri ajukan, maka diharapkan siswa dpat belajar
menyelesaikan tugas-tugas pencarian solusi dari masalah tersebut secara
mandiri dalam hidupnya kelak.
Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh model pembelajaran problem
based learning adalah kemampuan siswa untuk berpikir secara kreatif, analisis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan
masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah.9
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 214
(33)
21
4. Karateristik Problem based learning
Model Problem based learning dapat diartikan sebagai rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang di hadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama Problem
based learning.10
a. Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi
problem based learning ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa. Problem based learning tidak mengharapkan siswa hanya sekedar
mendengarkan, mencatat, kemuadian menghafal pelajaran, akan tetapi
melalui problem based learning siswa aktif berfikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
b. Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. problem
based learning menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses
pembelajaran.
c. Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir
secara ilmiah. Berfikir dengan menngunakan metode ilmiah adalah proses
berfikir deduktif dan induktif. Proses berfikir ini dilakukan secara
sistematis dan empiris. Sistematis artinya berfikir ilmiah dilakukan
10
(34)
22
melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses
penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Berdasarkan teori yang dikembangkan Barrow, Min liu menjelaskan
karateristik dari PBL, yaitu :11
a. Learning is student-contered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan kepada
siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh
teori konstruktivisme dimana siswa disorong untuk dapat
mengembangkan pengetahuan sendiri.
b. Authentic problem form the organizing focus for lerning
Masalah yang disajikan kepada siswa asalah masalah yang autentik
sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta
dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
c. New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan maslaah mungkin saja siswa belum
mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga
siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku
atau informasi lainnya.
d. Learning occurs in small groups
11
(35)
23
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha
membangun pengetahuan secara kolaboratif, PBL dilaksanakan dalam
kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembegian tugas yang
jelas dan penetapan tujuan yang jelas.
e. Teacher act as fasilitator
Pada pelaksanakan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitarot.
Meskipun begitu harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa
dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.
5. Langkah-langkah Problem based learning
Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima
langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan
situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa.
Langkah-langkah tersebut sebagai berikut12
a. Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
b. Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
12
(36)
24
c. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok. Guru mendorong
siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.
d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membentu siswa
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai, seperti laporan, vidieo,
dan model serta membantu tugas dengan temannya.
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru
membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
dan proses-proses yang mereka gunakan
6. Kelemahan dan kelebihan
Pemecahan masalah memegang peranan penting terutama agar
pembelajaran berjalan dengan fleksibel. Kalau seorang peserta didik
dihadapkan pada suatu masalag akhirnya bukan sekedar memecahkan
masalah, tetapi juga belajar sesuatu yang baru.
Model pembelajaran berdasarkan masalah memiliki kelebihan dan
kekurangan. Adapun kelebihan dari model pembelajaran problem based
learning adalah:13
a. Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam
situasi nyata.
13
(37)
25
b. Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui
aktivitas belajar.
c. Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada
hubungannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban
siswa dengan menghafal atau menyimpan informasi.
d. Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
e. Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari
perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi
f. Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
g. Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam
kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka
h. Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja
kelompok dalam bentuk peer teaching.
Selain kelebihan tersebut problem based learning juga memiliki
beberapa kekurangan antara lain:14
a. PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru
berperan aktif dalam menyajikan materi.
b. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu
yang kaitannya dengan pemecahan masalah.
14
(38)
26
c. Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi
akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
Dengan demikian Seorang guru adalah pendidik yang membelajarkan
siswa, maka guru harus melakukan pengorganisasian dalam penyajian bahan
pembelajaran dengan pendekatan tertentu dan melakukan evaluasi hasil
belajar. Guru yang profesional seharusnya berusaha untuk mendorong siswa
agar mencapai tujuan pembelajaran. Kekurangan-kekurangan yang terdapat
dalam model pembelajaran problem based learning bukan berarti model
pembelajaran tersebut tidak berhasil dalam penerapannya, akan tetapi
seharusnya seorang guru berusaha melakukan inovasi-inovasi baru agar
dalam pembelajaran itu dapat menjadi efektif dan efisien.
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam hal prestasi belajar dijelaskan di dalam al-Qur’an bahwasanya
seseorang yang berhasil dalam pendidikannya yang diwujudkan dalam
keberhasilan prestasi belajarnya adalah sebuah dasar utama seseorang
diutamakan dan dimuliakan, karena seseorang yang mempunyai ilmu
derajatnya di tinggikan oleh Allah. Hal tersebut sebagaimana firman Allah
SWT dalam al-Qur’an al-Mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi:
…
…
(39)
27
Artinya: “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman
diantara kamu sekalian dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat”.15
(QS, al-Mujadalah : 11).
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah
menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan
usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya.16
Prestasi belajar merupakan sebuah rangkaian kalimat yang terdiri dari
dua kata, yakni, prestasi dan belajar, keduanya mempunyai arti yang
berbeda-beda, adapun menurut beberapa para ahli pendidikan.
a. Drs. Zainal Arifin berpendapat bahwa prestasi adalah kemampuan
keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan satu hal.17
b. Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa prestasi merupakan nilai
pencapaian yang mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana
telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan di setiap bidang studi18
c. Syaiful Bakri Djamarah berpendapat bahwa prestasi adalah hasil suatu
kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun
secara kelompok19
15
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989), h. 910-911
16
Mulyasa, Pengembangan Implementas, Ibid, h. 189
17
Zainal Arifin, Evaluasi Intruksional Prinsip Teknik prosedur, Cet III, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), h. 3
18
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1990), h. 282
19
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), h.19
(40)
28
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
prestasi adalah nilai pencapaian kemampuan keterampilan dan sikap
seseorang dalam suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara
individual maupun secara kelompok
Sedangkan pengertian belajar adalah proses perubahan perilaku dengan
adanya suatu pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan belajar adalah
perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan
maupun sikap.20
Adapun pandangan pengertian belajar dari beberapa ahli dibawah ini.
a. Menurut Slameto, belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.21
b. Menurut Skiner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada
saat seseorang itu belajar, maka responnya menjadi lebih baik.22
c. Menurut Gagne belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar
berupa kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,
pengetahuan, sikap, dan nilai.23
20
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h.11
21
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 2
22
Dimyati & Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h. 9
23
(41)
29
Berdasarkan pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa belajar
adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku menjadi lebih baik sehingga setelah belajar seseorang
memiliki keterampilan, pengetahuan sikap dan nilai.
2. Aspek-aspek Prestasi Belajar
Benyamin S. Blomm, membagi kawasan belajar yang disebut juga
sebagai tujuan pendidikan menjadi tiga bagian yaitu :24
a. Aspek kognitif.
Jenis-jenis prestasi belajar bidang kognitif mencakup:
1) Pengetahuan (knowledge), siswa diminta untuk mengenal dan
mengingat kembali materi yang diajarkan.
2) Pemahaman (comprehension), dengan pemahaman, siswa dimimta
untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di
antara fakta-fakta atau konsep
3) Penerapan atau aplikasi (application), siswa dituntut memiliki
kemampuan untuk menseleksi atau memilih suatu abstrasi tertentu.
Secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan
menerapkannya secara benar.
4) Penguraian (analysis), siswa menganalisa suatu hubungan atau situasi
yang kompleks atas konsep-konsep dasar.
24
Saifuddin Azwar, Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar, Edisi II, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), h. 8
(42)
30
5) Pemanduan (syintesis), siswa mampu melakukan generalisasi.
6) Penilaian (evaluation), siswa mempunyai kemampuan dalam menilai
atau menyelesaikan problem baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif.
Jadi perubahan seorang siswa pada ranah kognitif ini tergantung
pada tingkat kedalaman belajar, Dengan pengertian bahwa perubahan
yang terjadi pada ranah diharapkan seorang siswa mampu melakukan
pemecahan terhadap masalah-masalah yang dihadapinya sesuai dengan
bidang studi yang dihadapinya.
b. Aspek afektif
Pada aspek afektif ini jenis katagori nya adalah sebagai hasil dari
belajar yang mulai dari tingkat dasar sampai yang kompleks, yaitu:25
1) Pandangan atau pendapat (opinion), apabila guru ingin melakukan
evaluasi yang berhubungan dengan afektif siswa, maka susunan
pertanyaan meliputi, ekspresi perasaan atau pendapat.
2) Sikap atau nilai (attitude, value), siswa ditanya mengenai responnya
yang melibatkan sikap atau nilai.
Pada ranah afektif ini diharapkan siswa mampu lebih peka terhadap
nilai dan etika yang berlaku, dalam bidang ilmunya. Adapun perubahan
yang terjadi cukup mendasar, maka siswa tidak hanya menerimanya dan
25
(43)
31
memperhatikan saja, melainkan mampu melakukan satu sistem nilai yang
berlaku dalam bidang ilmunya.26
c. Aspek psikomotorik
Jenis prestasi belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk
keterampilan (skill), dan kemampuan bertindak seseorang. Adapun
tingkatan keterampilan tersebut meliputi:27
1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang sering tidak
disadari karena sudah merupakan kebiasaan).
2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar.
3) Kemampuan perspektual termasuk di dalamnya membedakan visual,
membedakan auditif motorik dan lain-lain.
4) Kemampuan di bidang fisik seperti kekuatan, keharmonisan dan
ketepatan.
5) Gerakan-gerakan yang berkaitan dengan skill, mulai dari keterampilan
sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.
6) Kemampuan yang berkenaan non decursive komunikasi seperti
gerakan ekspresif dan interpretatife.
26
Muhibbin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media Karya Anak Bangsa, 1996), h. 71-72
27
Thohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 151-155
(44)
32
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar merupakan proses daripada perkembangan hidup manusia.
Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan sehingga tingkah
lakunya berkembang menjadi lebih baik. Berhasil atau tidaknya suatu
pembelajaran tergantung pada macam-macam factor yang mempengaruhi.28
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak menurut
pendapat. Drs. Widodo supriyono berpendapat dalam bukunya Psikologi
Belajar, menjelaskan bahwa prestasi belajar yang dicapai seseorang individu
merupakan hasil interaksi antar berbagai factor yang mempengaruhinya
antara lain :29
a. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek
yakni:30
1) Aspek Fisiologis
Seorang siswa seharusnya juga memperhatikan kondisi
jasmaninya karena kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot)
yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dapat
28
Abu Ahmad dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Januari: PT Rineka Cipta, 1991), h. 120.
29
Ibid., h. 130.
30
(45)
33
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam memahami
pelajaran.31
2) Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan pembelajaran siswa.
Faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang esensial itu
adalah:32
a) Inteligensi Siswa
Menurut Raber yang dikutip Muhibbin Syah disebutkan
bahwa inteligensi dapat diartikan sebagai kemampuan Psikofisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan dengan cara yang tepat.33
Tingkat kecerdasan atau inteligensi atau kecerdasan yang
dimiliki oleh siswa tak dapat diragukan lagi, karna merupakan
wadah bagi kemungkinan tercapainya prestasi belajar siswa.
Dengan demikian, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan yang
tinggi akan berhasil dalam pembelajarannya dari pada anak yang
tingkat kecerdasannya rendah.
31
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), h.132
32
Ibid., h.133
33
(46)
34
b) Sikap
Menurut Muhibbin Syah sikap adalah geejala internal yang
berdimensi efektif berupa kecerdasan untuk mereaksi atau
merespons (respone tendency) dengan cara yang relatif tetap
terhadap objek orang, barang dan sebaiknya baik secara positif
maupun negatif.34
Seorang siswa yang memiliki sikap (attitude) yang positif,
terutama pada guru dan mata pelajaran merupakan pertanda awal
yang baik bagi proses belajar anak didik tersebut. Sebaliknya, jika
siswa bersikap negative terhadap guru dan mata pelajaran akan
dapat menimbulkan kesulitan di dalam proses belajar. Oleh sebab
itu, untuk mengantisipasi munculnya sikap negatife siswa, seorang
guru seharusnya mencontohkan sikap yang positif pula terhadap
dirinya sendiri dan mata pelajaran, seperti menghargai dan
mencintai profesinya dengan cara menguasai bahan-bahan ajar
yang terdapat dalam bidang studi yang diberikan dan mampu
menyakinkan kepada siswa tentang manfaat bidang studi bagi
kehidupan mereka. Dengan demikian siswa akan merasa
membutuhkan dan dari perasaan butuh itulah diharapkan muncul
34
(47)
35
sikap positif terhadap bidang studi yang diberikan dan sekaligus
terhadap guru yang bersangkutan.
c) Bakat
Menurut pendapat Chaplin dan Reber yang dikutip oleh
Muhibbin Syah dijelaskan bahwa “ Bakat (talent) adalah
kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang”. Bakat siswa yang dapat dikembangkan dan dilatih dengan baik sesuai dengan
potensi yang dimilikinya.35
Dengan demikian bakat siswa itu dapat mempengaruhi
belajar siswa. Khususnya berkenaan dalam keberhasilan atau
prestasi siswa itu sendiri. Seorang anak bisa saja berbakat dalam
satu bidang akan tetapi rendah dalam bidang studi tertentu akan
rajin dan senang mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
guru bidang studi tersebut.
d) Minat Siswa
Dijelaskan oleh Slameto, minat adalah kecenderungan yang
tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.36
Untuk itu dalam mengembangkan minat siswa maka siswa
itu sendiri harus mempunyai usaha yang besar, dan berusaha
35
Ibid., h. 136
36
(48)
36
untuk mencintai atau suka pada setiap bahan pelajaran yang
diberikan. Sehingga siswa diharapkan dapat mennagkap semua
bahan pelajaran tersebut dengan baik. Minat seperti yang
dipahami oleh orang selama ini berpengaruh besar terhadap
kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang
tertentu.
e) Motivasi Siswa
Menurut Gleman dan Reber yang di kutib oleh Muhibbin
Syah, pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme
yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian
memotivasi berarti termasuk daya untuk bertingkah laku terarah.37
Oleh karena itu, seorang guru seharusnya memberikan
dorongan pada siswa agar dapat belajar.
C. Bidang Studi Fiqih di MTs
1. Pengertian Bidang Studi Fiqih di MTs
Salah satu materi Pendidikan Agama Islam adalah Fiqih, yaitu ilmu
yang membahas tentang hukum-hukum syari’at yang menyangkut praktek
keagamaan (amaliyah), ubudiyah, mu’amalah, siyasah, dan lain-lain. Yang jelas semua materi pokok kehidupan manusia seluruhnya di bahas di dalam
pelajaran ini. Sehingga peran pelajaran ini sangat penting sekali untuk di
37
(49)
37
fahami semua umat islam, dan secara otomatis sejak dini harus di ajarkan dan
diterapkan.38
Sedangkan menurut azhar fiqih adalah suatu ilmu yang mengkaji
hukum syara’ yaitu perintah Allah yang berkaitan dengan aktifitas muallaf berupa tuntunan, sepertim, halnya wajib, sunah, makruh, dan haram atau
pilihan yaitu mubah/ketetapan, sebab, syarat, dan mani’ yang semuanya itu
digali dari dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah melalui dalil yang terperinci,
seperti Ijma’, Qiyas dan sebagainya.39
Seperti dijelaskan dalam sebuah hadits dibawah ini :
ا ي ههقفي ارخ هب ه دري نم
نيدل
(
يراخبلا هاور
)
Artinya: ”Barang siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka Dia
akan memberikan pemahaman tentang dien (agama) kepadanya
.”(HR. Imam al-Bukhari).40
Dalam hadits diatas di jelaskan bahwasanya seseorang yang
mempelajari ilmu untuk mengetahui hukum Allah, maka Allah akan
menghendakinya dalam hal kebaikan.
Jadi, mata pelajaran fiqih adalah bagian salah satu mata pelajaran PAI
yang diarahkan untuk menyiapkan siswa memahami dan mengaplikasikan
hukum-hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari, yang kemudian akan
menjadi dasar dari pandangan dalam hidupnya.
38
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, Ibid, h. 39
39
M. Alzhar, Fikih Kontemporer dalam pandangan Neomodernisme Islam, (Yogjakarta: Lesiska, 1996), h. 4
40
(50)
38
2. Fungsi dan Tujuan Bidang Studi Fiqih di MTs
Adapun fungsi dan tujuan bidang studi fiqih di Mts adalah:41
a. Fungsi Bidang Studi Fiqih di MTs
1) Menyiapkan pengetahuan tentang ajaran Islam dalam aspek hukum,
baik berupa ajaran ibadah maupun muamalah sebagai pedoman
kehidupan untuk mencapai hidup di dunia dan akhirat
2) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengamalkan ajaran
Islam yang diperoleh pada jenjang pendidikan dasar untuk dapat
berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangan
siswa.
3) Menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sossial dalam rangka mensyukuri nikmat Allah dengan
cara mengelola dan memanfaatkan lingkungan untuk meningkatkan
kualitas kehidupan sehari-hari.
4) Menanamkan sikap dan nilai keteladanan terhadap perkembangan
syariat Islam.
5) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT
yang telah ditananamkan sejak pendidikan dasar dan pendidikan
ditingkat keluarga agar dapat memperbaiki kesalahan dan kelemahan
dan kekurangan serta mampu menangkal hal-hal negative dari tingkat
41
Departemen Agama RI, Kurikulum Berbasis Kompetensi MTs. Bidang Studi Fiqih, (Jakarta: Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2003), h. 2
(51)
39
siswa atau budaya yang dapat membahayakan perkembangan dirinya
menuju manusia Indonesia seutuhnya.
b. Tujuan Bidang Studi Fiqih di MTs
Mata pelajaran Fiqih di MTs bertujuan untuk membekali peserta
didik agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam
secara terperinci dan memahami pokok-pokok hukum Islam secara
terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli dan aqli, Pengetahuan
dan pemahaman tersebut diharapkan menjadi pedoman hidup dalam
kehidupan pribadi dan sosial, Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan
hukum Islam dengan benar, Pengalaman tersebut diharapkan dapat
menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan
bertanggung jawab yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun
sosialnya.
3. Ruang Lingkup Materi Bidang Studi Fiqih di MTs
Pada mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah
adalah salah satu bagian mata pelajaran agama Islam yang di arahkan untuk
menyiapkan peserta didiknya untuk mengenal memahami, menghayati dan
mengamalkan hukum Islam, yang kemudian menjadi dasar pandangan
hidupnya.42
42
(52)
40
Adapun ruang lingkup fiqih di MTs dalam kurikulum berbasis
kompetensi pokok-pokok materi nya adalah43
a. Hubungan manusia dengan Allah SWT
Hubungan manusia dengan Allah SWT, meliputi materi Thaharah,
Shalat, Zakat, Haji, Aqiqah, Shadaqah, Infaq, Hadiah, dan Wakaf.
b. Hubungan Manusia dengan sesama manusia.
Bidang ini meliputi Muamalah, Munakahat, Penyelenggaraan
Jenazah dan Ta’ziyah, Warisan, Jinayat, Hubbul Wathan dan Kependudukan.
c. Hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan
Bidang ini mencakup materi, Memelihara kelestarian alam dan
lingkungan, dampak kerusakan lingkungan alam terhadap kehidupan,
Makanan dan minuman yang dihalalkan dan diharamkan, Binatang
sembelihan dan ketentuannya.
4. Materi Fiqih di MTs Salafiyah Kerek Tuban
Tabel 2.1
SK dan KD Pelajaran Fiqih di MTs Salafiyah Kerek Tuban
a. Kelas VIII, Semester 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
1. Melaksanakan tata cara
sujud
1.1 Menjelaskan ketentuan
sujud syukur dan tilawah
1.2 Mempraktikkan sujud
43
(53)
41
syukur dan tilawah
2. Melaksanakan tata cara
zakat
2.1 Menjelaskan ketentuan
puasa
2.2 Menjelaskan
macam-macam puasa
3. Melaksanakan tata cara
zakat
3.1 Menjelaskan ketentuan
zakat fitrah dan zakat maal
3.2 Menjelaskan orang yang
berhak menerima zakat
3.3 Mempraktikkan
pelaksanaan zakat
b. Kelas VIII, Semester II
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
4. Memahami ketentuan
pengeluaran harta diluar zakat
4.1 menjelaskan
ketentuan-ketentuan shadaqah, hibah dan hadiah
4.2 mempraktikkan shadaqah,
hibah dan hadiah
5. memahami hukum Islam
tentang haji dan umrah
5.1 Menjelaskan ketentuan
ibadah haji dan umrah
5.2 Menjelaskan
macam-macam haji
5.3 Mempraktikkan tata cara
ibadah haji dan umrah
6. Memahami hukum Islam
tentang makanan dan
minuman
6.1 Menjelaskan jenis-jenis
makanan dan minuman
halal
6.2 Menjelaskan manfaat
mengkonsumsi makanan
dan minuman halal
6.3 Menjelaskan jenis-jenis
makanan dan minuman
haram
6.4 Menjelaskan bahayanya
mengkonsumsi makanan
dan minuman haram
6.5 Menjelaskan jenis-jenis
binatang yang halal dan haram dimakan
(54)
42
D. Efektivitas Implementasi Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku melaui latihan atau
pengalaman yang menyangkut aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.44
Sebagaimana yang seudah dijelaskan bahwa model pembelajaran problem
based learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari
kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi.
Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negoisasi
dan demokratis.45
Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh
kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang
dilakukan seseorang untuk memnuhi kebutuhannya.46
Suatu sistem pembelajaran yang nyaman dan mengasikkan akan
berpengaruh besar pada diri siswa dan akan berdampak positif bagi peningkatan
prestasi belajar siswa. Sebagaimana yang telah disebutkan bahwasanya ada 2
44
Ngalim Purwanto, Psikologi Belajar, (Bandung: PT Rosda Karya, 1990), h. 85
45
E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi:Konsep, Karakteristik, Implementasi dan Inovasi, Ibid, h. 130
46
(55)
43
faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu faktor internal dan
ekternal.47
Dalam proses pembelajaran hal ini sangat berpengaruh besar. Kehidupan
identik dengan menghadapi masalah, dan belajar dengan model pembelajaran
PBL melatih dan mengembangkan kemampuan siswa untuk menyelesaikan
masalah dalam kehidupan nyata, selain itu siswa juga belajar untuk berfikir kritis
dan mendapatkan pengalaman belajar. Tidak heran jika pelajaran yang diterima
akan mudah tersimpan dan dingat menjadi sebuah long memory ( daya ingat yang
lama) di otak siswa.
Model pembelajaran PBL penting adanya dalam mata pelajaran fiqih.
Karna dalam mata pelajaran fiqih merupakan bahan kajian yang memuat ide
pokok yang mengarahkan siswa untuk menjadi muslim yang taat dengan
mengenal, memahami dan menghayari dan mengamalkan hukum Islam, yang
kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya.48
Melalui pengajaran, bimbingan dan pengamalan serta pengalaman siswa
sehingga menjadi mulim yang selalu taat dan bertambah keimanannya kepada
Allah SWT.
Dalam belajar mata pelajaran fiqih diperlukan pemahaman yang ekstra
untuk menjadi bekal yang kuat menuju kehidupan yang berkelanjutan,
47
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan,Ibid,h. 132
48
(56)
44
dikarenakan masalah-maslaah didalam fikih akan selalu berkembang sesuai
dengan perubahan zaman.
Materi dalam mata pelajaran fikih merupakan materi menjelaskan tentang
hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama
manusia, dan hubungan manusia dengan alam (selain manusia) dan lingkungan.
Dan semua materi tersebut actual dalam kehidupan sehari-hari siswa.49
Dengan demikian dari penjelasan di atas dapat diisimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran PBL yaitu hasil yang akan dicapai melalui
penguasaan, pengetahuan dan keterampilan serta pemahaman yang berkaitan
dengan hukum-hukum keseharian dari materi pelajaran fiqih akan berdampak
pada peningkatan prestasi belajar fiqih siswa.
49
(57)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat
kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu, cara ilmiah, data, tujuan, dan keguanaan.1
Metode penelitian berasal dari kata “metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu, dan “penelitian” adalah suatu langkah sistematis untuk
mendapatkan suatu jawaban dari pertanyaan.2
Dalam setiap penelitian pasti mempunyai tujuan tertentu, adapun penelitian ini
mengambil penelitian yang bersifat pembuktian. Yaitu peneliti ingin membuktikan
apakah dengan implementasi metode pembelajaran problem based learning dapat
meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs Salafiyah Kerek.
A. Jenis penelitian dan Rancangan Penelitian
1. Jenis penelitian
Dilihat dari judul penelitian, yakni “Efektivitas Implementasi Model
Pembelajaran Problem based learning dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Fiqih Siswa Mts Salafiyah Kerek” jenis penelitian yang di gunakan penulis disini tergolong penelitian kuantitatif, karena ini merupakan sebuah
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi, (Badung: CV. Alfabeta, 2014), h. 3
2
Zaenal Arifin, Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi, Teori, dan Aplikasinya, (Surabaya: Lentera Cendikia, 2010), h. 4
(58)
46
pembuktian atau konfirmasi dan penelitian ini berupa angka-angka serta
menggunakan analisis statistik.3
Selain itu penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini dan
melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada. Penelitian deskriptif ini
tidak hanya terbatas pada pengumpulan data saja, tapi juga melihat analisis
interpretasi.
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ada dan ditetapkan peneliti
maka pendekatan yang digunakan penelitian ini adaokjjlah pendekatan
kuatitatif dengan alasan bahwa melakukan tindakan penerapan kepada subyek
penelitian sangat diperlukan dalam proses pembelajaran sebagai upaya
peningkatan prestasi belajar fiqih siswa melalui model problem pased
learning.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang memrlukan analisis
statistik data (data berupa angka) untuk memperoleh hasil dan kebenaran
dalam penelitian. Setelah itu dilakukan analisis deskripsi terhadap hasil dari
penelitian tersebut. Adapun desain dari pembelajaran ini dapat digambarkan
sebagai berikut:
3
(59)
47
0
1X 0
2Keterangan:
01 = Data yang diperoleh sebelum treatment, yaitu dengan cara
memberikan tes soal kepada siswa sebelum diterapkan metode problem based
learning.
X = Model problem based learning.
02 = Data yang diperoleh setelah treatment, yaitu dengan cara
memberikan tes soal kepada siswa setelah diterapkan Metode problem based
learning.
2. Rancangan Penelitian
Berdasarkan dari penelitian diatas, dan setelah di ketahui
variabel-variabel penelitiannya. Variabel yang pertama yakni Model pembelajaran
yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar siswa (digunakan untuk
mengetahui prestasi belajar siswa sebelum diterapkan model problem based
learning), variabel ini diposisikan sebagai variabel bebas (independent variabel ) yang ditandai dengan huruf (X), dan variabel yang kedua yakni
“Prestasi Belajar Fiqih siswa setelah diterapkannya model Problem based
learning” sebagai variabel terikat (dependent variabel) yang ditandai dengan
huruf (Y).4
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006 ), h. 119
(60)
48
Tabel 3.1
Tabel keterangan variabel X dan variabel Y Variabel Kelas VIII-C
X Sebelum diterapkan Model Problem based learning
Y Prestasi belajar setelah diterapkan Model Problem
based learning
B. Variabel Penelitian, Indikator dan Instrumen Penelitian
1. Variabel dan Indikator Penelitian
Kerlinger menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang
akan dipelajari.5 Indikator merupakan variabel yang bisa membantu dalam
kegiatan pengukuran berbagai macam perubahan yang terjadi baik secara
langsung ataupuntidak langsung.
Ada dua macam variabel yaitu variabel bebas (X) dan variabel terikat
(Y). dan didalam penelitian ini menggunakan 2 variabel tersebut.
a. Variabel Independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel
stimulus, predictor, antecendent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
5
(61)
49
variabel dependen (terikat).6 Variabel X dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran problem based learning.
Adapun indikator dalam variabel X dalam penelitian ini adalah
karateristik model pembelajaran problem based learning, dan
langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran problem based learning.
b. Variabel Dependen: sering disebut sebagai variabel output criteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebgai variabel terikat.
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.7 Variabel dalam Y dalam penelitian
ini adalah prestasi belajar fiqih siswa.
Adapun indikator dalam variabel Y dalam penelitian ini adalah
prestasi belajar siswa, nilai ulangan pre test dan post test.
2. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah kunci dalam suatu penelitian. Dalam
instrument penting adanya sebuah mutu instrument karna dapat menentukan
mutu data yang akan dipergunakan dalam penelitian, sedangkan data
merupakan dasar yang empris dari penemuan penelitian.8
Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
6
Ibid. h. 64
7
Ibid. h, 65
8
Ine Amirman dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, Cet Ke-1, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 53
(1)
102
Sehingga kategori kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran baik dan aktif dengan rata-rata perolehan nilai diatas
2,5.
b. Dari angket siswa terhadap penerapan model pembelajaran
problem based learning dapat disimpulkan hasil prosentase
tiap-tiap item pertanyaan dapat ditemukan bahwa prosentase alternatif
jawaban yang terbanyak adalah Ya skor ideal dengan prosentase
sebesar 72,4% hasil prosentase tersebut dihargai dengan standar
prosentase 72,4% terletak antara (56 % - 75 %) maka model
pembelajaran problem based learning di MTs Salafiyah Kerek
tergolong “ Cukup Baik “
2. Prestasi belajar fiqih siswa sebelum dan sesudah diterapkannya model
pembelajaran problem based learning mendapatkan hasil rata-rata
ketercapaian KBK skor pre-test adalah 80.6 % dan nialai rata-rata sebelum
penerapan 81.4 dan sesudah rata-rata ketercapaian KBK skor 87.09% dan
nilai rata-rata sesudah penerapan 87.06, jadi dapat disimpulkan adanya
peningkatan dari segi rata-rata prestasi belajar fiqih siswa
3. Efektivitas model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa dilihat dari hasil tes yang dihitung dengan
menggunakan perhitungan statistic yaitu dengan Uji t sampel paired test (data
(2)
103
jauh lebih besar dari thitung yakni -2,042 maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Jadi dapat disimpulkan adanya efektivitas implementasi model
pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan pestasi belajar
fiqih siswa MTs Salafiyah Kerek. Dengan kata lain model pembelajaran
problem based learning dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih siswa MTs
Salafiyah Kerek dinyatakan efektif.
B. Saran
Berdasarkan temuan dalam penelitian ini tentang implementasi model
pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan prestasi belajar fiqih
siswa di MTs Salafiyah Kerek. Agar adanya kemajuan perbaikan dalam dunia
pendidikan peneliti memberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat
bagi kita semua umumnya khususnya untuk MTs Salafiyah Kerek.
1. Bagi Kepala Sekolah diharapkan agar memberikan perhatian terhadap siswa
dalam semua kegiatan pembelajaran. Khususnya dalam pembelajaran fiqih.
Dengan adanya fasilitas yang memadai dalam proses pembelajaran, seperti
meningkatkan sarana prasarana yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran
dan diharapkan untuk terus giat berupaya dalam meningkatkan kualitas
pendidikan di MTs Salafiyah Kerek.
2. Bagi guru dalam memilih model yang tepat dalam penerapannya di
pembelajaran fiqih hendaknya guru perlu adanya tukar pikiran dengan guru
(3)
104
fiqih, hal ini agar guru dapat mengembangkan wawasan mereka dalam
menginovasi pembelajaran. Selain itu para guru juga diharapkan dalam usaha
peningkatan mutu pendidikan di MTs Salafiyah Kerek, dengan cara
meningkatkan kinerja dan profesionalisme.
3. Bagi praktisi pendidikan diharapkan model pembelajaran problem based
learning dapat memberikan manfa’at dan dapat menjadi inovasi dalam proses pembelajaran fiqih. Karena model pembelajaran merupakan salah satu aspek
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Abu dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Januari: PT Rineka Cipta,
1991).
Alzhar M, Fikih Kontemporer dalam pandangan Neomodernisme Islam,
(Yogjakarta: Lesiska, 1996).
Amirman Ine dan Zainal Arifin, Penelitian dan Statistik Pendidikan, Cet Ke-1,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1993).
An-Nawawi, Imam. Riyadus Sholihin. (Surabaya : Maktabah Imaratulloh).
Arifin Zaenal, Metodologi Penelitian Pendidikan Filosofi, Teori, dan Aplikasinya,
(Surabaya: Lentera Cendikia, 2010).
Arifin Zainal, Evaluasi Intruksional Prinsip Teknik prosedur, Cet III, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1991).
Arikunto Suharsimi, Dasar-Dasar evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,
1990).
---, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2006).
---, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992).
Azwar Saifuddin, Tes Prestasi Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar, Edisi II, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996)
Bekti Wulandari & Herman Dwi Surjono, Pengaruh Problem-Based Learning
terhadap Hasil Belajar ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK, Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 3, Nomor 2, Juni 2013
Departemen Agama RI, al-Qur'an dan Terjemahannya, (Semarang: CV. Toha Putra,
1989).
---, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi MTs, (Jakarta: Depag, 2004).
---, Kurikulum Berbasis Kompetensi MTs. Bidang Studi Fiqih, (Jakarta: Dirjen
(5)
Djamarah Syaiful Bahri, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994).
---, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996).
Djarum SK, Guru Bahasa Jawa, Wawancara Pribadi, Tuban, Tanggal 20 Mei 2016, Pukul 09.30 WIB
Djumanta Wahyudin, R Sudrajat, Mahir Mengembangkan Kemampuan Matematika,
(Departemen Pendidikan Nasional: departemen Pendidikan Nasional, 2008).
Hosnan M, Pendekatan Saintifik dan Konstektual dalam Pembelajaran abad 21,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2014).
Mudyahardjo Redja, Pengantar Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2001).
Muhibbin dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: Citra Media Karya Anak
Bangsa, 1996).
Mulyasa E, Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik, Implementasi
dan Inovasi, Cet. Ke-3, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003).
---, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi, dan Implementasi),
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002).
---, Pengembangan Implementasi Kurikulum 2013, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2015).
Musfiqon, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya,
2012).
Nurkencana Wayan, Evaluasi Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1993).
Pidarta Made, Landasan Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997).
Purwanto Ngalim, Psikologi Belajar, (Bandung: PT Rosda Karya, 1990).
Quraisy Syihab M., Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002).
Sadiman Arif. Dkk, Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan
(6)
Sanjaya Wina, Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2006)
Siregar Syofian, Statistik Parametik untuk Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: Remaja
Rosdakarya, 2013).
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995).
---, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta,
2003).
Soimin Aris, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam kurikulum 2013 (Yogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014).
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, ( Bandung: CV.Alflabeta, 2012).
---, Metode Penelitian Kombinasi, (Badung: CV. Alfabeta, 2014).
---, Metode Penelitian Pendidikan Pendeketan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: CV.Alfabeta, 2007).
Syah Muhibbin, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 1995).
Tafsir A, Ilmu Pendidikan Dalam Presfektif Islam (Bandung: Rosdakarya, 1994).
Thohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005).
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya, Studi Hukum Islam, (Surabaya:
IAIN SA Press, 2011).
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2009).
---, Model-Model Pembelajaran Inofatif Berorientasi Konstruktif, (Jakarta: