PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW.
PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN
SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF
SUFI
HEALING
DAN MEDITASI
MAHASI SAYADAW
Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Ushuluddin dan Filsafat
Oleh
ABDUL MUNIF NIM: E01211002
PRODI FILSAFAT AGAMA JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2016
(2)
PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN
SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF
SUFI
HEALING
DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW
Skripsi Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Filsafat Agama
Oleh:
ABDUL MUNIF NIM: E01211002
PRODI FILSAFAT AGAMA JURUSAN PEMIKIRAN ISLAM
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA 2016
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan ejaan Arab dalam Skripsi ini berpedoman pada Panduan Penulisan Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya 2014. Transliterasi dimaksudkan sebagai pengalihhurufan dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Transliterasi Arab-Latin disini ialah penyalinan huruf-huruf Arab dengan huruf-huruf Latin beserta perangkatnya. Tentang pedoman Transliterasi Arab-Latin, dengan beberapa modifikasi sebagai berikut :
No Arab Latin No Arab Latin
1
ا
a 16ط
t}2
ب
b 17ظ
z}3
ت
t 18ع
„4
ث
th 19غ
gh5
ج
j 20ف
f6
ح
h 21ق
q7
خ
Kh 22ك
k8
د
Dan 23ل
l9
ذ
Dh 24م
m10
ر
R 25ن
n11
ز
Z 26و
w12
س
S 27ه
h13
ش
Sh 28ء
„14
ص
s} 29ي
y(8)
1. Vokal tunggal (monoftong) yang dilambangkan dengan harakat, ditransliterasikan sebagai berikut:
a. Tanda fathah (
َ
) dilambangkan dengan huruf “a” b. Tanda kasrah ( ِ) dilambangkan dengan huruf “i” c. Tanda dammah ( ِ) dilambangkan dengan huruf “u”2. Vokal panjang (madd) ditransliterasikan dengan menuliskan huruf vokal disertai coretan horizontal (marcom) diatasnya, contoh: riya>d}ah.
Bunyi hidup dobel Arab ditransliterasikan dengan menggabungkan dua huruf, seperti su>’uz}z}an. Kata yang berakhiran ta>’ marbu>t}ah dan berfungsi sebagai
s}ifah (modifier) atau mud}a>f ilayh ditransliterasikan dengan ah, seperti riya>d}ah. Semua penulisan dengan menggunakan font Times New Arabic.
(9)
KATA PENGANTAR
Alh}amdulilla>h dipanjatkan kepada Allah Tuhan semesta alam atas segala kuasaNya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul “PERNAPASAN PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL SURABAYA DALAM PERSPEKTIF SUFI HEALING DAN MEDITASI MAHASI SAYADAW” ini. S}alawat serta Salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulillah Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut-pengikutnya yang senantiasa menjadi suri tauladan bagi penulis.
Selain itu, Tugas akhir ini dapat tersusun juga berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Disampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait penyusunan, semoga amal baiknya senantiasa diiringi ridho Allah SWT. Untaian terima kasih disampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Abd, A‟la, M. A. Selaku Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya. 2. Drs. Muhid, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. 3. Tasmuji, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Filsafat dan Ilmu Tasawuf
4. Muchammad Helmi Umam, S. Ag. M.Hum. Selaku ketua Prodi Filsafat Agama
5. Loekisno Choiril Warsito, M. Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang dengan segenap arahan dan masukan yang bermanfaat hingga terselesaikannya Skripsi ini.
6. Seluruh Civitas Akademika, Dosen-dosen, Staff Akademik maupun sahabat-sahabati Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sunan Ampel Surabaya yang telah membimbing serta mentransfer keilmuannya kepada penulis
(10)
selama menjadi Mahasiswa di Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Sunan Ampel Surabaya.
7. Bapak dan Ibu selaku orangtua yang senantiasa menyelipkan harapan mulia kepada anak-anaknya dalam setiap untaian doanya.
8. Serta Pihak lainnya yang olehNya diturut-sertakan membantu menyelesaikan Skripsi ini.
Adapun harapan dari peneliti, semoga Skripsi ini dapat bermanfaat dan mengenai skripsi ini jelas jauh dari kata sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT.
Surabaya, 03 Agustus 2016 Penyusun
(11)
ABSTRAK
Abdul Munif: Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw. Skripsi UIN Sunan Ampel Surabaya
Meditasi merupakan sarana untuk mendapatkan keheningan, untuk mendapatkan fokus dan kesadaran yang tinggi dalam mempengaruhi kondisi kejiwaan (psikologis) dan fisik manusia. Meditasi adalah bentuk ritualitas untuk mendapatkan ketenangan yang hakiki, yang punya nilai-nilai guna sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dan membantu seseorang menemukan potensi-potensi yang terdapat di dalam dirinya.
Sufi healing (pengobatan sufistik) merupakan proses penyembuhan yang mempunyai nilai-nilai yang sama dengan meditasi. Sufi healing telah memunculkan terapi gaya pengobatan tersendiri melalui beberapa tahapan ahwa>l atau maqa>m dalam kajian sufi Islam. Sehingga pengobatan ala sufistik menjadi suatu kajian ilmu pengobatan yang baru dikalangan ahli medis.
Kekayaan budaya khas Nusantara salah satunya tertuang dalam seni beladiri (pencak silat). Persaudaraan Setia Hati Terate Sebuah wujud hasil kebudayaan (cultural product) yang memiliki instrumen meditasi berupa ajaran pernapasan yang memiliki ciri khas tersendiri dan didalamnya terkandung makna-makna yang religius. Peneliti tertarik mengangkat permasalahan tentang pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya ini, mengembangkan potensi-potensi pesilat melalui mengolah napas, olah jiwa dan olah rasa. Oleh karena itu diperlukan seperangkat perspektif untuk dapat membaca dan memahami masterpiece tersebut.
(12)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN ... v
PERSEMBAHAN ... vi
TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... vii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Balakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka... 8
F. Metode Penelitian... 10
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 12
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 14
3. Sumber Data ... 15
4. Teknik Pengumpulan Data ... 17
(13)
G. Penegasan Judul... 23
H. Sistematika Pembahasan... 25
BAB II SUFI HEALING DAN MEDITASI ... 27
A. Sufi Healing... 27
1. Pengertian Sufi Healing... 27
2. Metode Sufi Healing... 30
3. Fungsi Sufi Healing... 41
B. Meditasi... 44
1. Pengertian Meditasi ... 44
2. Manfaat Meditasi ... 49
C. Meditasi Vipassana... ... 52
1. Biografi Mahasi Sayadaw ... 52
2. Teknik dan Orientasi Meditasi Vipassana ... 56
a. Teknik Meditasi Vipassana... 59
b. Isi atau Content Meditasi Vipasssana ... 60
BAB III
PERNAPASAN PENCAK SILAT PERSAUDARAAN
SETIA HATI TERATE UIN SUNAN AMPEL DALAM
PERSPEKTIF
SUFI HEALING
DAN MEDITASI
MAHASI SAYADAW ...64
A. Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate...64
1. Sejarah ... . 64
(14)
3. Lima Aspek Dasar ... .. 67
a. Persaudaraan ... 67
b. Olahraga ... 68
c. Beladiri ...70
d. Seni ... 71
e. Pembinaan Mental Spiritual (Kerohanian) ... 74
4. Profil UKM Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya ... 75
a. Lokasi ... . 75
b. Sejarah ... . 75
c. Agenda ...77
B. Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya ... 80
1. Jenis Pernapasan ... 81
2. Manfaat Pernapasan ... 88
3. Waktu dan Tempat Pernapasan ...89
C. Pernapasan dalam Perspektif Sufi Healing... 93
1. Konsentrasi...91
2. Pengolahannapas... 91
3. Kewaspadaan Diri terhadap Penyakit... 92
4. Relaksasi ... 92
(15)
D. Pernapasan dalam Perspektif Meditasi Mahasi Sayadaw ... 93
1. Teknik meditasi ... 93
2. Isi Meditasi (content) . ... 95
BAB IV PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN TITKSENTUH
Sufi
Healingdan Meditasi Mahasi Sayadaw terhadap
Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan
Ampel ... 98
A. Persamaan ... 98
1. Konsentrasi ... 98
2. Pembersihan Batin... 102
B. Perbedaan ... 105
1. Alat Instrumen... 105
2. Objek Konsentrasi ... 112
C. Titik Sentuh ... 116
BAB V PENUTUP ... 119
A. Kesimpulan ... 119
B. Saran ... 120
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(16)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meditasi merupakan bagian dari kehidupan spiritual telah dikenal sejak berpuluh-puluh abad yang lalu. Di tanah air kita, meditasi sudah dikenal sejak zaman kerajaan, dalam bentuk terpadu yang biasa disebut dengan semedi, bertapa atau tapabrata. Namun pada waktu itu meditasi hanya diajarkan khusus dan dilakukan oleh orang-orang yang menganut faham kerohanian tertentu dan ingin melepaskan kehidupan diri dari dunia.1 Kenyataan ini menunjukkan bahwa
kebudayaan-kebudayaan kuno ternyata telah mengenal suatu cara yang sangat canggih guna meningkatkan spiritualitas mereka. Hal ini memberi indikasi bahwa pada dasarnya sejak awal penciptaan, manusia selalu rindu untuk mengenal lebih dekat apa dan siapa Tuhannya.
Mungkin inilah yang selalu dicari manusia sepanjang sejarah keberadaannya. Suatu bentuk pencarian yang sampai saat ini, bahkan mungkin tidak akan pernah merasa puas, itu hanya fatamorgana, kepuasan semu yang seringkali menyesatkan. Sehingga eksistensi Tuhan merupakan suatu misteri yang tidak dapat diungkapkan secara eksplisit.2 Akan tetapi sepanjang perjalanan
1
Tjiptadinata Effendi, Meditasi Jalan Meningkatkan Kehidupan Anda, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003), xiii.
2
R. Soegoro, Meditasi Tri Loka Hidup Dalam Supra Kesadaran, (Jakarta: PT. Elex`Media Komputindo, 2002), 28
(17)
2
sejarah manusia, meditasi merupakan metode yang bisa menjadi mediasi yang aktif untuk menemukan pencarian itu.
Meditasi sesungguhnya merupakan suatu disiplin batin yang akan membentuk suatu keadaan di mana pola pikir mengarah ke suatu titik tertentu. Pola dasar meditasi adalah mencapai keseimbangan di dalam hidup.3 Meditasi
mengarahkan orang untuk apa yang direnungkan. Tidaklah berlebihan kalau meditasi itu perenungan yang khusuk tentang makna kehidupan yang mendalam, mendengarkan suara Yang Ilahi dengan jiwa, merupakan cara yang umum dijalankan dan di nilai tinggi diantara jalan ruhani dalam pencarian akan ilham, kekuatan dan ketenangan religius.4
Manusia diciptakan dengan kesempurnaan jasmani dan rohani, yang memiliki tujuan dalam hidupnya untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin, dunia dan akhirat. Untuk mencapai cita-cita hidupnya, selain berusaha, manusia perlu bermeditasi dan berdoa. Bermeditasi dan berdoa merupakan sarana menjalin komunikasi dan terpeliharanya hubungan manusia dengan pencipta.5
Cita-cita tidak selamanya tercapai. Kegagalan dalam mencapai cita-cita ini dapat mengakibatkan frustasi dan stres. Dampak yang ditimbulkan berupa kehilangan muka dihadapan rekan-rekan atau merasa kehilangan segala-galanya. Pada orang yang beriman, kegagalan dapat dihadapi dengan tenang, tanpa frustasi atau stres. Kebaikan diterima sebagai rahmat Tuhan dan keburukan diterima dengan sabar dan tabah dengan keyakinan bahwa musibah datangnya atas izin
3
Tjiptadinata Effendi, op. cit., 5.
4
Maria Susay Dhavamony, Fenomenologi Agama, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), 263.
5
Hembing Wijayakusuma, 15 Menit Menuju Sehat dengan Ayunan Tangan (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), 75.
(18)
3
Tuhan juga, sebagai ujian atas kekuatan iman dan kemantapan akidah. Demikianlah manifestasi tanda syukur orang-orang beriman, perilaku yang tidak selamanya manusia sadari.6
Dengan bermeditasi, pikiran-pikiran yang selama ini yang menjadi beban dilepaskan, seperti: beban pikiran keluarga, beban pikiran kantor, atau beban pikiran dalam tetangga. Meditasi mengatur pikiran untuk mendapatkan ketenangan dan kestabilan sehingga organ-organ tubuh kembali berfungsi secara normal, termasuk saraf. Semua zat yang ada dalam tubuh akan mengalami homeostasis, berada dalam keadaan dan fungsi yang seimbang sehingga daya tahan tubuh akan optimal.7
Para sufi membagi meditasi fokusnya pada tiga tahap utama, yaitu: tahap Takhali, Tahalli, Tajalli. Pertama, tahap Takhali atau tahap pembersihan, tahap a cleansing. Dalam tahap ini, yang dibersihkan adalah pikiran. Hasilnya adalah no mind. Kemudian, pikiran menjadi bersih, tidak kotor; jinak, tidak liar; tenang, tidak bergejolak. Pikiran yang demikian sesungguhnya bukan lagi. Ia sudah mengalami proses daur ulang dan berubah menjadi kesadaran. Kedua, tahap Tahalli atau tahap pembenahan. Yaitu tahap pembentukan ulang creation of new mind. Ketiga, tahap Tajalli atau tahap pencerahan.8
Meditasi membuat sadar bahwa “Kasih dan Rahmat Allah” berada di atas segalanya. Meditasi memberdayakan diri untuk menyadari ketidakberdayaan manusia. Kemudian, terjadi “penyerahan diri kepada kehendak ilahi”. Ia ulangi
6
Ibid., 76.
7
Ibid., 78.
8
Anand Krishna, FIQR Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), 12.
(19)
4
“terjadi” penyerahan diri sementara ini, penyerahan diri belum total; belum
sempurna; belum “terjadi”. Apa yang mereka „pikir‟ sudah berserah diri, padahal belum apa-apa; baru “berserah diri” dalam pikiran, dan pikiran tidak bisa dipegang. Ia tidak memiliki bobot. Berserah diri dalam pikiran sama sekali tidak bermakna, tidak berarti. Penyerahan diri harus (terbentuk menjadi gerak ragam).
“terjadi” karena sadar akan kasih dan rahmat Allah terjadi karena cinta.9
Terkait persoalan meditasi, Buddhisme (ajaran Buddha) juga memprioritaskan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Agama Buddha yang dibawa oleh Siddharta Gautama pada abad ke-6 SM. Agama yang lahir dari proses bertapa, berkhalwat, mengembara untuk mencari kebenaran, menjalani sikap hidup penuh kesucian, sehingga Siddharta Gautama memiliki sebutan Buddha.10 Ajaran Buddha mempunyai landasan teologi Ketuhanan Yang Maha
Esa. Dalam hal ini, ketuhanan yang Maha Esa merupakan pencapaian penganut Buddha yang telah mencapai tingkat tertinggi yaitu pencerahan (nibbana) melalui prosos bermeditasi.11
Selanjutnya pembahasan tentang meditasi tidak hanya meluas pada ajaran-ajaran agama saja, karena pemahaman terhadap masalah meditasi juga bisa dengan berbagai cara. Seperti halnya di Indonesia yang beragam seni dan budaya, terdapat suatu organisasi pencak silat yang mempunyai konsep meditasi yang disebut dengan pernapasan. Pencak silat tersebut adalah Persaudaraan Setia Hati Terate yang termasuk komunitas Ikatan Pencak Silat besar Indonesia (IPSI).
9
Ibid., 16.
10Joesoef Sou‟yb,
Agama-agama Besar di dunia, (Jakarta: Pustaka Al Husna,1983), 72
11
http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/ketuhanan-yang-maha-esa-dalam-agama-buddha/, (Selasa, 26 Januari 2016, 23:50).
(20)
5
Dalam organisasi pencak silat PSHT konsep pernapasan dengan ciri fokus pada olah atur napas untuk menenangkan pikiran. Ajaran pernapasan merupakan ajaran yang biasa dipraktekkan dalam agama Buddha yang dikenal dengan sebutan meditasi. Seorang biksu buddha yaitu Mahasi Syadaw menjelaskan meditasi (samadhi) merupakan suatu jalan untuk mencapai ketenangan lahir maupun batin.12 Dalam praktik meditasi ajaran tersebut, Mahasi Sayadaw
menggunakan Metode meditasi vipassana (proses pencerahan).
Dari keterikatan antara terapi tasawuf, meditasi Mahasi Sayadaw dan ajaran pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate ada titik temu yang menarik untuk diteliti. Pernapasan yang bersumber dari energi alamiah (udara) memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia. Manusia yang mampu bisa menghayati napasnya akan mengerti jatidirinya. Dalam pencarian jatidiri manusia akan lebih dalam mengenal Sang Pencipta alam semesta ini.
Disisi lain, ajaran pernapasan tersebut mempunyai esensi penghubung akan keberadaan manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dan jalan pintas mengungkap eksistensi Tuhan. Ajaran olah napas diibaratkan seperti kehidupan cacing yang hidupnya di dalam tanah isi tubuhnya juga tanah, dan ikan yang juga hidupnya di dalam air isi tubuhnya juga air, artinya makhluk hidup selain manusia juga bisa menyatu dengan sumber kehidupannya masing-masing..13
12
Mahasi Sayadaw, Satipatthana Vipassana Insight ThroughMindfulness, terj. Dharmasurya Bhûmi Mahathera &Muljadi Nataprawira, (Kandy: Buddhist Publication Society, 1990), 2.
13
Wawancara dengan bapak M. Harun (salah satu tetua dalam PSHT), pada tanggal 20 Mei 2015.
(21)
6
Berdasarkan pembahasan singkat di atas, menurut penulis merupakan hal yang sangat menarik dalam penelitian tugas akhir yaitu dengan judul “Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw ”.
B. Rumusan Masalah
Setelah menganalisa dari penjelasan latar belakang tersebut, maka peneliti memberikan rumusan masalah sebagai langkah preventif agar tidak terjadi penyimpangan dalam pembahasan penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut adalah:
1. Apa Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw?
2. Bagaimana Persamaan, Perbedaan, dan Titik Sentuh Meditasi Perspektif Sufi Healing dan Mahasi Sayadaw Terhadap Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan arah dan sasaran yang harus dicapai oleh setiap tindakan. Dengan demikian tujuan memegang peranan yang sangat penting dan harus dirumuskan dengan jelas, tegas dan mendetil, karena tujuan merupakan jawaban tentang masalah yang akan diteliti.
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
(22)
7
1. Mendeskripsikan Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya.
2. Mendeskripsikan Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw.
3. Mendeskripsikan Persamaan, Perbedaan, dan Titiksentuh antara Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw dalam Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate.
D. Manfaat Penelitian
Bila tujuan penelitian dapat tercapai, maka hasil penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis. Dari tujuan diadakannya penelitian ini, maka adapun manaat penelitian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang urgen bagi:
1. Aspek Terapan (praktis)
Diharapkan dari penelitian ini, peneliti dapat memperoleh pelajaran tentang keyakinan bahwa mengenal Tuhan dengan berbagai jalan, salah satunya yaitu pengembangan Pernapasan yang dikonsentrasikan pada eksistensi Tuhan.
2. Aspek Keilmuan (teoritis)
Diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran khususnya dalam
mendeskripsikan “Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate
UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw” dan dapat memberikan kontribusi keilmuan bagi disiplin
(23)
8
keilmuan Teologi khususnya dan seluruh disiplin keilmuan secara umum, walaupun dalam bentuk yang sederhana.
E. Tinjauan Pustaka
Pernapasan (meditasi) merupakan kegiatan yang mempunyai banyak manfaat baik secara fisik maupun batin. Di dalamnya terkandung berbagai nilai filosofis maupun teologis yang menjadikannya sebagai bentuk budaya khas dan tak ternilai yang terdapat pada pencak silat asli Indonesia. Kajian tentang pernapasan (meditasi) mungkin tidaklah jarang meskipun keberadaannya pun tidak pula mudah untuk ditemukan. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat peneliti untuk bisa lebih mendalam sebagaimana bidang yang digeluti oleh peneliti (aqidah filsafat). Memang ide dalam tulisan ini berasal dari sebuah penelitian yang telah terbukukan dan ditunjang oleh beberapa penelitian lain yang berkaitan dengan yang peneliti bahas, diantaranya:
1. Integrasi Tasawuf dalam Tradisi Kejawen Persaudaraan Setia Hati Terate Sebuah karya tulis yang termuat dalam jurnal Teosofi: Jurnal Tasawuf dan Pemikiran Islam Vol. 4, No. 2, Desember 2014 yang ditulis oleh Sutoyo (STAIN Ponorogo) yang memaparkan tentang ajaran Persaudaraan Setia Hati Terate yang berkaitan dengan nilai-nilai tasawuf yang termuat dalam berbagai makna pada simbol-simbol, tradisi, ajaran ke-SH-an Persaudaraan Setia Hati Terate. Ia menemukan ada sembilanbelas ajaran kejawen Persaudaraan Setia Hati Terate yang berintegrasi dengan tasawuf.
2. Meditasi sebagai Sarana Mempertajam Intuisi di Lembaga Seni Pernapasan Radiasi Tenaga Dalam Unit Psikosufistik UIN Walisongo Semarang
(24)
9
Skripsi, ditulis oleh Zaifuddin Hamzah jurusan Tasawuf dan Psikoterapi UIN Walisongo Semarang (2015), yang memaparkan tentang sistem konsep maupun teknik efektivitas meditasi sebagai sarana mempertajam intuisi yang dipraktekkan di Lembaga Seni Pernapasan Radiasi Tenaga Dalam dan hasil setelah melakukan meditasi mempertajam intuisi tersebut. Ia menemukan hasil yang diperoleh dalam latihan meditasi mempertajam intuisi akan membantu seseorang meraih kesuksesan dengan mengambil sejumlah keputusan dan langkah yang tepat dan dapat membantu orang dalam menganalisis semua informasi dalam setiap permasalahan dan mampu secara akurat menginterpretasikan situasi-situasi yang mungkin terjadi.
3. Konsep Meditasi Anand Krishna, Studi Atas Manajemen Stres di Anand Krishna Center Yogyakarta
Skripsi, ditulis oleh M. Arbiyanto Hijriyah jurusan PA UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2014), yang memaparkan tentang latihan meditasi untuk mengolah rasa tegang, cemas dan stres di Lembaga Anand Krishna Center Yogyakarta. Ia menemukan melalui program manajemen stress di Anand Krishna Center mampu menjadi pintu masuk untuk melacak jati diri dan mampu membangkitkan kesadaran spiritual utnuk memposisikan diri sebagai sebuah kesatuan utuh dari alam semesta.
4. Meditasi Sufistik
Ditulis oleh Sudirman Tebba yang diterbitkan oleh Pustaka Hidayah (Bandung, 2004), yang mengupas dan memaparkan berbagai jenis praktik
(25)
10
meditasi dalam tasawuf, seperti zikir, doa, wirid, i‟tikaf, „uzlah, dan sebagainya. Sebagai salah satu praktik dalam tasawuf meditasi sufistik merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Selain itu, meditasi sufistik juga bisa dimanfaatkan manusia untuk menyegarkan hati dan pikiran dalam meraih kehidupan yang sehat dan bahagia. Ia menemukan bahwa inilah yang dinamakan meditasi sufistik, yang membedakan dengan praktik meditasi di luar tasawuf.
Dari beberapa karya tersebut belum terdapat kajian seperti yang hendak peneliti angkat. Oleh karena itu peneliti berinisiatif untuk mengkajinya lebih lanjut dengan fokus pada nilai-nilai yang terdapat dalam pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate. Pernapasan (meditasi) menurut peneliti memiliki peran sentral dari sekian banyak meditasi yang ada. Tanpa ajaran pernapasan suatu pencak silat mustahil disebut sebagai pencak silat atau beladiri khas budaya Indonesia. Hal ini sarat akan nilai budaya, penyembuhan (pengobatan) baik secara psikis, fisik, maupun batin.
F. Metode Penelitian
Untuk menemukan data tentang meditasi dan teasawuf, maka digunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Burhan metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.14
14
(26)
11
Menurut Conny R. Semiawan kata metode menunjuk pada suatu tehnik yang digunakan dalam penelitian seperti, survey, wawancara dan observasi.15
Sedangkan menurut Hasan, metode adalah suatu cara atau jalan. Maka metode penelitian adalah cara atau jalan yang digunakan dalam penelitian.16 Sedangkan
menurut Irwan Soehartono, metode penelitian adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan.17
Dalam penelitian kali ini, peneliti menggunakan metode kualitatif. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel, dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Penggunaan metode kualitatif ini, bukan karena metode ini baru, dan lebih trendi. Dengan metode kualitatif, maka akan dapat diperoleh data yang lebih tuntas, sehingga memiliki kredibilitas yang tinggi.
Karena menurut Lexy J Moleong, Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.18
15
Conny R. Semiawan, Metode penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya, (Jakarta : PT. Grasindo, 2002), 1.
16
Hasan Fuad dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, (Jakarta: Gramedia, 1994), 7.
17
Irwan Soehartono, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999), 9.
18
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005), 6.
(27)
12
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
a. Pendekatan
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan paradigma fakta sosial. Fakta sosial dinyatakan sebagai barang sesuatu yang berbeda dengan ide. Barang sesuatu menjadi objek penyelidikan dari seluruh ilmu pengetahuan. Ia tidak dapat dipahami melalui kegiatan mental murni (Spekulatif). Tetapi untuk memahaminya diperlukan penyusunan data riil diluar pemikiran manusia. Arti penting pernyataan Durkheim terletak pada usahanya untuk menerangkan bahwa fakta sosial tidak dapat dipelajari melalui instropeksi. Fakta sosial harus diteliti di dalam dunia nyata ini.19
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya.20 Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini
adalah ingin menggambarkan realita empirik dibalik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas.
19
George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 14.
20
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2010), 3.
(28)
13
Dari pendekatan di atas maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Karena peneliti ingin mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakan metode deskriptif.
b. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Juliansyah Noor, penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang.21 Sedangkan menurut Irwan Soehartono, Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok orang tertentu atau gambaran tentang suatu gejala atau hubungan antara dua gejala atau lebih.22
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
Penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan sosial atau lingkungan dimana mereka hidup, mengadakan interaksi, berusaha memahami bahasa dan tafsiran orang lain tentang
21
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), 34.
22
(29)
14
dunia sekitarnya.23 Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah
Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya dalam Perespektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw.
Pertimbangan peneliti menggunakan metode kualitatif ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Lexy Moleong24:
1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
2) Metode ini secara tidak langsung hakikat hubungan antara penelitian dan responden.
3) Metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri dengan manajemen pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.
2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan observasi lapangan terlebih dahulu untuk meninjau lokasi penelitian. Agar peneliti dapat mempersiapkan lokasi dan waktu yang tepat ketiaka akan melakukan penelitian.
a. Lokasi
Lokasi penelitian ini adalah tempat di mana penelitian akan dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di Universitas
23
Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), 5.
24
(30)
15
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tepatnya di Unit Kegiatan Mahasiswa pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate.
b. Waktu
Peneliti pada saat penelitian menggunakan waktu selama tiga bulan yang dimulai pada tanggal 18 Februari 2016 ketika awal pengajuan proposal penelitian sampai dengan selesainya penelitian ini. Kemudian waktu secara rincinya sesuai dengan jadwal penelitian yang telah ditentukan oleh peneliti sebelumnya.
3. Sumber Data
Dalam penelitian ini penggalian data akan didapat dengan melalui pendekatan maupun observasi di lapangan dengan cara mengetahui sumber-sumber datanya diantaranya sebagai berikut:
a. Data Primer
Menurut Nasution data primer adalah data yang dapat diperoleh lansung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menurut Lofland bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan.25 Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang
diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai para anggota UKM PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya. Peneliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang pernapasan PSHT
25
(31)
16
UIN Sunan Ampel Surabaya dalam perspektif tasawuf dan meditasi Mahasi Sayadaw.
Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling atau pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan informan adalah aktor atau pelaku dalam UKM pencak silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya. Informan yang dimaksud adalah Informan yang terlibat langsung atau yang dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti dalam masalah pernapasan (meditasi) PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya.
Pemilihan Informan dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa kegiatan wawancara yang terdiri dari:
1. Ketua UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya.
2. Dewan Penasehat UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya.
3. Anggota kepelatihan dalam UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya.
4. Anggota Kepengurusan UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya.
5. Warga PSHT yang mengabdi kepada UKM Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya.
(32)
17
b. Data Sekunder
Menurut Nasution data sekunder adalah data-data yang didapat dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi, buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah.26
Data sekunder juga dapat berupa majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi, tesis, hasil survei, studi historis, dan sebagainya.
Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam penelitian,karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid. Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
a. Observasi
Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena–fenomena yang dijadikan obyek
26
(33)
18
pengamatan.27 Sedangkan menurut Irwan Soehartono secara luas,
observasi atau pengamatan berarti kegiatan untuk melakukan pengukuran. Akan tetapi, observasi atau pengamatan di sini diartikan lebih sempit yaitu pengamatan dengan menggunakan indera pengelihatan yang berarti tidak menggunakan pertanyaan-pertanyaan.28
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, Observasi ini digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang bagaimana Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw.
b. Wawancara
Menurut Sugiyono, wawancara merupakan teknik pengumpulan data penelitian secara langsung atau dengan bertatap muka dengan mengajukan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden.29
Sedangkan menurut Juliansyah Noor, wawancara merupakan saalah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan objek. Tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain.30
27
Puji Mujiono Djaali, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan. (Jakrta: Grasindo, 2007), 16.
28
Soehartono, MetodePenelitian, 69.
29
Sugiyono, Memahami Penelitian, 137.
30
(34)
19
Jadi hasil pemaparan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara penanya dan penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Tujuan peneliti menggunakan metode ini, untuk memperoleh data secara jelas dan kongkret tentang Tanggapan para pesilat (anggota) PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya dalam persoalan pernapasan. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengadakan wawancara dengan para anggota PSHT UIN Sunan Ampel Surabaya.
c. Dokumentasi
Menurut Irwan soehartono, dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian.31
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis baik berupa karangan, memo, pengumuman, instruksi, majalah, buletin, pernyataan, aturan suatu lembaga masyarakat, dan berita yang disiarkan kepada media massa.
Jadi hasil uraian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.
31
(35)
20
5. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses menyususn data agar dapat ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkannya ke dalam pola, tema, atau kategori tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara berbagai konsep32.
Dari data yang sudah dikelompokkan berdasarkan kategorisasi masalah data kemudian dianalisis secara kualitatif. Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan, diantaranya:
1. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data, perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan
32
Cik Hasan Bisri, Model Penelitian Agama Dan Dinamika Sosial Himpunan Rencana Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), 132-133.
(36)
21
pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti yaitu tentang Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate UIN Sunan Ampel Surabaya Dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.
3. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada terhadap Data
Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini.
(37)
22
4. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap penejelasan. Dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
5. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca berulang kali sehinggga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.
(38)
23
G. Penegasan Judul
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman terhadap pokok
bahasan skripsi yang berjudul “Pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate UIN
Sunan Ampel Surabaya dalam Perspektif Sufi Healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw”, maka kiranya perlu untuk dijelaskan apa yang dimaksud dengan judul tersebut. Pengertian dari istilah-istilah yang terdapat pada judul tersebut sebagai berikut:
Pernapasan : Dari kata dasar napas merupakan kegiatan / aktifitas pengolahan, pengaturan napas. Persaudaraan Setia Hati Terate : Organisasi pencak silat IPSI (Ikatan Pencak
Silat Indonesia)
UIN Sunan Ampel Surabaya : Lokasi penelitian di UKM Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya yang berlokasi di JL. A. Yani 117, Surabaya 60237, Jawa Timur.
Perspektif : Sudut pandang Katherine Miller dalam bukunya Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts, mendefinisikan perspektif sebagai cara atau metode untuk melihat atau mengamati berbagai fenomena/keadaan/situasi di sekeliling kita. Yang perlu digaris bawahi adalah bahwa yang dimaksud diatas bukanlah perspektif secara singular tetapi perspektif secara plural atau multi, karenanya sebuah fenomena tidak hanya dapat
(39)
24
dilihat dari satu kacamata saja. Sebuah teori (e.g komunikasi) dapat dilihat dari sudut pandang, proses penyaringan dan proses penerangan yang berbeda-beda. Pilihan perspektif yang diambil seseorang memiliki implikasi pada teori dan metodologi yang digunakan dan dikuasai serta dipahami seseorang dalam memahami suatu fenomena atau realitas.33
Sufi Healing : Istilah sufi healing terbentuk dari dua kata yaitu Sufi dan Healing. Kata sufi sendiri dirujuk pada pengertian seorang atau lebih, dari hamba Allah yang sedang berupaya untuk mengupayakan orang lain untuk merasakan lezatnya berhubungan langsung dengan tuhan. Sedangkan healing, berasal dari kata heal dalam Bahasa inggris yang memiliki tiga makna, yaitu: Pertama, membuat utuh atau sempurna, memulihkan kesehatan, bebas dari penyakit. Kedua, menuju suatu akhir atau konklusi (misalnya konflik-konflik antar perseorangan, kelompok dan sebagainya, yang menyebabkan adanya pemulihan persahabatan akibat konflik tersebut), menenangkan, rekonsilasi. Ketiga, bebas dari sifat-sifat buruk, membersihkan, memurnikan.34
Meditasi Mahasi Sayadaw : Meditasi Mahasi Sayadaw yang diterapkan dalam penelitian ini adalah meditasi vipassana. Vipassana berasal dari
kata “vi” dan “passana” berarti melihat dengan cara yang luar biasa. Asal katanya “Passana” berarti melihat; imbuhan vi menandakan kekhususan, istimewa. Dengan
demikian, vipassana berarti melihat melampaui apa yang biasa, pandangan terang.
33
Miller Katherine, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts (Texas: A&M University, 2005).
34
M. Amin Syukur, Sufi Healing Terapi dengan Metode Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2012), 71.
(40)
25
Vipassana bhavana adalah meditasi untuk mengembangkan pandangan terang guna mencapai kebijaksanaan dan kesucian serta bebas dari dukkha.35
Disinilah penulis ingin mendeskripsikan pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate dalam dua sudut pandang yang saling berkaitan dalam kajian meditasi. Perspektif sufi healing dan meditasi vipassana akan melihat seberapa jauh konsep pernapasan Persaudaraan Setia Hati Terate dalam dua teori tersebut.
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan Laporan Program Perencanaan dan Perancangan ini adalah:
Bab satu, merupakan Pendahuluan yang meliputi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Penegasan Judul, dan Sistematika Pembahasan.
Bab dua, berisikan studi teoritis tentang konsep sufi healing dan meditasi vipassana olehMahasi Sayadaw.
Bab tiga, berisikan hasil wawacara dan pemaparan tentang Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati UIN Sunan Ampel dalam perspektif sufi healing dan Meditasi Mahasi Sayadaw.
Bab empat, berisikan analisa Pernapasan Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati UIN Sunan Ampel dalam perspektif sufi healing dan meditasi Mahasi Sayadaw untuk menemukan kesamaan, keberbedaan, dan titik sentuh.
35
(41)
26
Bab lima, berisikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.
(42)
BAB II
SUFI HEALING
DAN MEDITASI
Dalam meneliti sebuah ajaran pencak silat khususnya Pernapasan hendaknya menggunakan beberapa sudut pandang, sehingga makna, maksud dan tujuan dapat diketahui dengan baik. Di antara sudut pandang yang peneliti gunakan adalah dengan teori sufi healing dan meditasi vipassana. Dibawah ini akan sedikit diuraikan secara garis besar teori-teori tersebut.
A. Sufi healing
1. Pengertian Sufi healing
Istilah sufi healing terbentuk dari dua kata yaitu Sufi dan Healing. Kata sufi sendiri dirujuk pada pengertian seorang atau lebih, dari hamba Allah yang sedang berupaya untuk mengupayakan orang lain untuk merasakan lezatnya berhubungan langsung dengan tuhan. Sedangkan healing, berasal dari kata heal dalam Bahasa inggris yang memiliki tiga makna, yaitu: Pertama, membuat utuh atau sempurna, memulihkan kesehatan, bebas dari penyakit. Kedua, menuju suatu akhir atau konklusi (misalnya konflik-konflik antar perseorangan, kelompok dan sebagainya, yang menyebabkan adanya pemulihan persahabatan akibat konflik tersebut), menenangkan, rekonsilasi. Ketiga, bebas dari sifat-sifat buruk, membersihkan, memurnikan.37 Kata heal dalam hal ini ialah suatu penyembuhan yang tidak terbatas pada suatu penyakit fisik saja, namun juga pada penyakit psikis.
(43)
28
Sufi healing (pengobatan sufi) merupakan salah satu cara yang digunakan oleh para sufi dalam pengobatan dan penyembuhan, dimana pengobatan dan penyembuhan tersebut menggunakan metode-metode yang berdasarkan keagamaan yaitu dengan mbangkitkan potensi keimanan kepada Tuhan, lalu menggerakkannya ke arah pencerahan batin atau pencerahan rohani yang pada akikatnya menimbulkan kepercayaan diri bahwa Tuhan yang maha esa adalah satu-satunya kekuatan penyembuh dari penyakit yang dideritanya.38
Psikoterapi Islam (Psikoterapi Sufi) diartikan sebagai suatu proses pengobatan dan penyembuhan penyakit atau gangguan mental atau kejiwaan, spiritual (agama), moral maupun fisik dengan melalui bimbingan Al-Qur’an dan As-Sunnah Nabi Saw.39 Hal ini dapat dipahami bahwa sufi healing (terapi sufistik) menggunakan Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai landasan utamanya. Sementara, para kaum sufi mengartikan terapi sufistik ialah pengobatan dan penyembuhan terhadap penyakit fisik, mental, atau kejiwaan, rohani atau spiritual dengan kerangka pemikiran tasawuf.40
Menurut Amir An-Najar bahwa pengobatan sufistik (Aththib as}-s}ufi) bukan sekedar teori, tetapi juga bersifat praktis. Mereka menjelaskan kepada para pasien tersebut jalan menuju kesempurnaan jiwa dengan membangkitkan ruh keimanan dalam jiwa yang lemah, mengajak mereka membersihkan niat, memperkuat tekad, menyerahkan segala urusan kepada Allah SWT dan takwa kepada-Nya. Para sufi juga menganjurkan mereka untuk memenuhi jiwa
38Gusti Abd. Rahman, Terapi Sufistik untuk Penyembuhan Gangguan Kejiwaan,
(Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012), 5.
39M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling & Psikoterapi Islam, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2004), 228.
(44)
29
dengan kejujuran, hati dengan keikhlasan, dan perut dengan barang halal. Kemudian mengajak mereka untuk menerapi jiwa-jiwa yang resah melalui
dhikir yang benar, yang dapat menentramkan jiwa yang lemah dan depresi.41
Sementara, Amin Syukur mendefinisikan sufi healing sebagai suatu pengobatan atau penyembuhan yang dilakukan dengan menggunakan konsep sufi. Sufi healing ini bertujuan untuk menjadikan seseorang lebih percaya diri dan untuk meningkatkan kondisi spiritual seseorang. Dalam proses penyembuhannya sufi healing menggunakan teori tasawuf sebagai metode penyembuhannya, yakni: tasawuf akhlaqi yaitu teori yang berorientasi pada tataran akhla>q (tingkah laku), tasawuf amali yaitu teori yang berorientasi pada cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan tasawuf falsafi yaitu suatu teori yang memadukan visi intuitif dan visi rasional dengan menggunakan metode menggunakan perasaan (dhawq).42
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa sufi healing atau terapi sufistik ialah suatu bentuk pengobatan dan penyembuhan terhadap penyakit fisik, mental, atau kejiwaan, rohani atau spiritual dengan metode keagamaan dan juga menggunakan teori tasawuf sebagai metode penyembuhannya, yakni; tasawuf akhlaqi yaitu teori yang berorientasi pada tataran akhla>q (tingkah laku), tasawuf amali yaitu teori yang berorientasi pada cara untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan tasawuf falsafi yaitu
41Amir An-Najar, Psikoterapi Sufistik Dalam Kehidupan Modern, (Jakarta: Hikmah,
2004), 1.
(45)
30
suatu teori yang memadukan visi intuitif dan visi rasional dengan menggunakan metode menggunakan perasaan (dhawq).
2. Metode Sufi healing
Sufi healing memiliki metode-metode yang bisa digunakan dalam melakukan proses pengobatan atau penyembuhan, berkaitan dengan hal ini ada beberapa tokoh yang berpendapat tentang metode-metode sufi healing (pengobatan sufi) diantaranya yaitu:
a. Menurut Linda O’riordan metode sufi healing meliputi43: 1. Kosentrasi dan Meditasi
Metode ini dilakukan dengan menenangkan pikiran, merilekskan tubuh dan mencapai pemahaman spiritual dapat diperoleh melalui praktek-praktek konsentrasi dan meditasi yang dapat dilakukan secara mandiri. Tehnik-tehnik ini mengembangkan pola perilaku tidak sadar yang menghasilkan efek-efek positif yang berpengaruh luas pada fungsi-fungsi psikologis maupun fisiologis.
2. Do’a
Menurut Dadang Hawari mendefinisikan do’a sebagai salah satu bentuk komitmen keagamaan seseorang. Do’a merupakan permohonan yang dimunajatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, dan Maha Pengampun. Selain itu, do’a juga suatu amalan dalam bentuk ucapan ataupun dalam hati yang
43Mahfudz Fauzi, “Studi Kritis Psikoterapi Sufistik Dalam Seni Penyembuhan Sufi Karya
Linda O’riordan RN”, (Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo, 2005), 55-56.
(46)
31
berisikan permohonan kepada Allah SWT, dengan selalu mengingat nama-Nya dan sifat-Nya.44
3. Dhikir
Menurut Aboe Bakar Atjeh yang merupakan salah seorang tokoh ulama’ Indonesia menyatakan bahwa dhikir ialah ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingat akan tuhan dengan hati, dengan ucapan atau ingat yang mempersucikan tuhan dan membersihkannya dari sifat-sifat yang tidak layak untukNya, selanjutnya memuji dengan puji-pujian dan sanjungan-sanjungan dengan sifat-sifat yang sempurna, sifat-sifat yang menunjukkan kebesaran dan kemurnian.45 Sementara, menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqi, Dhikir adalah menyebut Allah dengan membaca tasbi>h (Subha>nalla>h), membaca tahli>l (La>ila>haillalla>hu), membaca tahmi>d (Alhamdulilla>hi), membaca
taqdi>s (Quddu>sun), membaca takbi>r (Alla>huakbar), membaca hauqalah
(Hasbiyalla>hu), membaca basmalah (Bismilla>hirrahma>nirrahi>m), membaca Al-Qura>nul maji>d dan membaca do’a-do’a ma’thur, yaitu do’a-do’a yang diterima dari Nabi S.A.W.46
4. Kesadaran dan Keawasan
Kesadaran atau keawasan dapat digambarkan sebagai praktik konsentrasi dari waktu ke waktu. Praktik ini melibatkan oleh
44Syukur, Sufi Healing, 79.
45M. Afif Anshori, Dhikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Atas Problema Manusia
Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003). 19.
46Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Dhikir dan Do’a, (Semarang:
(47)
32
kemampuan kita untuk terus awas dalam masa sekarang. Latihan keawasan yang digunakan tasawuf menghasilkan relaksasi yang dalam, restorasi, tubuh dan pikiran, pemahaman diri dan pengendalian-diri. 5. Keseimbangan Resonansi Magnetik
Keseimbangan Resonansi Magnetik adalah sebuah sistem latihan yang memanfaatkan kombinasi konsep-konsep berdasar-energi untuk memperkuat medan elektromagnetik dan untuk meraih keadaan ekuilibrium yang paling menguntungkan.
6. Visualisasi
Visualisasi adalah penggunaan pikiran dengan sengaja untuk menciptakan dan memperluas realitas seseorang. Hal ini juga merupakan metode mengembangkan kesadaran diri dan kendali terhadap fungsi-fungsi otonomis tubuh, yang membantu dalam proses penyembuhan. Dalam ilmu tasawuf, tingkat visualisasi adalah aspek visual mengenali Tuhan dari pengalaman pribadi seseorang. Dalam meditasi dan doa, kita dapat memohon pertolongan dan petunjuk dalam melihat, menemui, dan mendengarkan Tuhan dengan bahasa hati. Penyingkapan sejati terjadi ketika diingatkan tentang ada apa didalam dunia batin seseorang. Saat penyingkapan ini terjadi, maka seseorang akan tahu tentang siapa diri kita sebenarnya dan tahu tentang Ilahi dari pengalaman diri kita sendiri
(48)
33
7. Ekspresi Diri Kreatif
Ekpresi diri dan kreatifitas yang dimunculkan dalam diri seseorang merupakan suatu bentuk penyangkalan diri yang menyebabkan sakit, baik secara fisik maupun psikis. ekspresi diri dapat mencegah adanya penyakit, khususnya kemurungan, depresi, dan pesimis. Ekspresi adalah lawan dari depresi. Dan bila ekspesi muncul, kita menerima hubungan dengan arus kreatif kita, dan memungkinkan diri kita menjadi sebuah kendaraan untuk kekuatan kreatif
b. Menurut Hakim Mu’inuddin Chisyti.47 1. Puasa
Puasa merupakan salah satu bentuk ibadah keagamaan yang dilakukan sebagai upaya untuk mendekatakan diri kepada Allah Swt. Selain itu puasa juga memiliki fungsi untuk melatih diri agar tetap terkendali dari sifat-sifat emosi, sombong dan sifatsifat buruk yang berkaitan dengan rohani dan untuk manfaat puasa pada fisik adalah menjaga dari naiknya kadar lemak dan zat asam dalam tubuh, dan dapat mengobati berbagai penyakit yaitu: menghilangkan kelebihan lemak dalam badan, kencing manis, mengurangi ketegangan urat saraf, mengurangi sakit sendi.
47Puji Lestari, 2004, “Terapi Sufistik, Menurut Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti Dalam
Karyanya The Book Of Sufi Healing”, (Skripsi tidak diterbitkan, JurusanTasawuf dan Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo, 2004), 39-46.
(49)
34
2. Shalat
Menurut Amin Syukur, shalat ialah aktivitas fisik dan psikis. Artinya ialah apabila seseorang melakukan ibadah shalat, berarti ia memadukan antara aktivitas fisik dan psikis secara bersamaan. Ketika tubuh bergerak, maka otak memegang kendali, dan ingatan akan tertuju pada bacaan dan jenis gerakan, dan dalam waktu yang sama pula hati mengikuti dan membenarkan tindakan tersebut.48
3. Do’a
Kata do’a, menurut bahasa artinya permohonan atau panggilan. Sedangkan menurut istilah shar’i, berarti meminta pertolongan kepada Allah SWT, berlindung kepada-Nya dan memanggil-Nya, demi mendapatkan manfaat atau kebaikan dan menolak gangguan atau bala’.49
4. Membaca Al-Qur’an
Metode ini dilakukan sebagai media olah pernapasan, menurut Syaikh Ghulam Moinuddin yang dikutip Mustamir Pedak dalam bukunya Qur’anic Super Healing, yang menyatakan bahwa alam pernapasan memiliki hubungan penting dengan kesehatan:50
a. Napas adalah perantara yang dengan kehendak Allah kita dilahirkan.
48 Syukur, Sufi Healing, 82. 49Ibid., 79
50Pedak, Mustamir, Qur’anic Super Healing Sembuh dan Sehat Dengan Mukjizat
(50)
35
b. Napas tanggung jawab terhadap penyampaian sifat-sifat Tuhan dari jantung ke berbagai pusat pikiran, tubuh dan jiwa.
c. Napas menciptakan keseimbangan dan keharmonisan temperatur tubuh.
d. Napas membawa unsur-unsur pendukung kehidupan dari luar tubuh ke fungsi-fungsi fisiologis dalam tubuh.
5. Dhikir
Secara etimologi, dhikir berasal dari bahasa Arab, yaitu dhakara, yadhkuru, dhikran yang berarti menyebut, mengingat.51 Sedangkan, dalam kamus besar Bahasa Indonesia, dhikir mempunyai arti puji-pujian kepada Allah yang diucapkan secara berulang.52 Secara sederhana, dhikir dapat diartikan sebagai upaya untuk mengingat hAllah (Dzikrullah) dengan menyebut asma’ Allah secara berulang-ulang.
c. Amin Syukur dalam bukunya Sufi healing menyebutkan bahwa metode sufi healing diantaranya yaitu:53
1. Dhikir
Dhikir berarti mengingat, menyebut, mengucapkan,
mengagungkan dan mensucikan. Maksud dari mengingat, menyebut, mengucapkan, mengagungkan dan mensucikan Allah dengan
51Baidi Bukhori, Zikir Al-Asma’ Al-Husna; Solusi Atas Problem Agresivitas Remaja,
(Semarang: Syiar Media Publishing, 2008), 50.
52Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka. Cet III. 1990), 1.018.
(51)
36
mengulan-ulang salah satu nama-Nya atau kalimat keagungannya. Dhikir yang hakiki adalah sebuah keadaan spiritual dimana seseorang yang meningat Allah (Dhakir) memusatkan segenap kekuatan fisik dan spiritualnya kepada Allah, sehingga seluruh wujudnya bisa bersatu dengan Yang Maha Mutlak. Ini adalah amalan dasar dalam menempuh jalan sufi.54
Menurut Aqil Siroj Dhikir berorientasi pada penataan hati atau
qolb. Qolb memegang peranan dalam kehidupan manusia karena baik
dan buruknya aktivitas manusia sangat tergantung pada kondisi qolb.55 Menurut Amin Syukur, ada beberapa macam cara berdhikir, yaitu
dhikir z}ahir (suara keras), dhikir sirr (suara hati), dhikir ruh (suara
roh/sikap dhikir), dhikir afirmasi, dan dhikir pernapasaan. Model dhikir yang terakhir ini bermanfaat untuk proses penyembuhan penyakit fisik.56
2. Do’a
Menurut Dadang Hawari, do’a adalah permohonan yang
dimunajatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, Maha Pengasih, Maha Penyayang, Maha Pengampun dan Maha Penyembuh.57
54Sudirman Tebba, Meditasi Sufistik, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2004), 79.
55Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengdepankan Islam Sebagai Inspirasi
Bukan Aspirasi, (Bandung: Mizan, 2006), 87-88.
56Syukur, Sufi Healing, 4-5.
57Dadang Hawari, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ksehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT. DANA
(52)
37
3. Shalat
Menurut A. Hasan Ash-Shiddieqy (1983) bahwa prkataan shalat dalam bahasa Arab berarti do’a memohon kebajikan dan pujian, sedangkan secara hakekat mengandung pengertian “berhadap” hati (jiwa) kepada Allah dan mendatangkan takut kepada-Nya, serta menumbuhkan dalam jiwa rasa keagungan, kebesaran- Nya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya.58
4. Membaca s}ala>wat
S}ala>wat adalah bentuk pertalian kasih sayang kita kepada Nabi Muhammad SAW, sekaligus ucapan terima kasih kita kepada beliau atas jalan terang dari Allah SWT yang telah beliau tunjukkan. Jika kita ber s}ala>wat kepada beliau, maka kita akan termasuk orang-orang yang akan dido’akan dan dilindungi oleh beliau diakhir nanti. Dan hal inilah yang sering disebut dengan syafa>’at yang artinya pertolongan. S}ala>wat juga bisa diartikan sebagai bentuk dhikir dengan cara lain, yaitu dengan jalan memohonkan ampun dan rahmat bagi Rasulullah SAW.59
5. Mendengarkan musik
Musik yang dimaksud dalam sufi healing ini ialah nada-nada yang indah dalam rangka mengagungkan Allah SWT. Dalam hal ini, bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an, suara azan, dan dhikir jahr dikategorikan sebagai terapi musik. Hal ini dijelaskan oleh Ahmad
58Sentot Haryanto, Psikologi Shalat Kajian Aspek-Aspek Psikologis Ibadah Shalat,
(Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005), 35.
(53)
38
Ghazali bahwa dengan mendengarkan musik (al-sama’) dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya yaitu:60 pertama, dapat menghilangkan sampah batin dan sekaligus dapat melahirkan dampak penyaksian terhadap Allah di dalam hati. Kedua, dapat menguatkan hati (qalb) dan cahaya rohani (sir). Ketiga, dapat melepaskan seorang sufi dari berbagai urusan yang bersifat lahir serta membuat seorang sufi cenderung untuk menerima cahaya dan rahasia-rahasia batin. Keempat, mendengarkan musik dapat menggembirakan hati dan roh. Kelima, mendengarkan musik dapat menyebabkan ekstasi dan tertarik kepada Allah serta dapat menampakkan rahasia-rahasia ketuhanan.
Menurut Amin Syukur, selain dari kelima metode tersebut ada pula amalan-amalan lain yang dijadikan sebagai metode sufi healing seperti puasa dan olah spiritual yang dilakukan oleh para sufi dalam
maqa>mat dan ahwa>lnya. Menurut Abu Nasr ath-Thusi (w.378 H/988
M) dalam Huda menjelaskan bahwa maqa>matialah kedudukan seorang hamba di hadapan Allah yang berhasil diperolehnya melalui ibadah, perjuangan melawan hawa nafsu (jiha>d an-nafs), sebagai latihan spiritual (riya>d}ah), dan penghadapan segenap jiwa raga (intiqa>’) kepada Allah.61 Menurut Al-Qusyairi, dalam bukunya “Ar-Risa>lah
Al-Qus}airiyyah” membagi tingkatan maqa>mat sebagai berikut: taubah,
muja>hadah, kha>lwah, uzlah, taqwa>, wara>’, zuhu>d, khauf, raja>’, qana>’ah,
60Abdul Muhaya, Bersufi Melalui Musik Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh
Ahmad al-Ghazali, (Yogyakarta: Gama Media, 2003), 95-97.
61Sokhi Huda, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah, (Yogyakarta: PT. LKIS
(54)
39
tawaka>l, shuku>r, s}abr, mura>qabah, rid}a>, ikhla>s, dhikir, faqr, mahabbah,
dan shauq. Sedangkan menurut al-Ghazali merumuskan maqamat
sebagai berikut: taubah, s}abr, shuku>r, khauf, raja>’, tawaka>l, mahabbah, rid}a>, ikhla>s, muha>sabah, dan mura>qabah.
Ahwa>l ialah bentuk jama dari Ha>l yang artinya keadaan mental
(mental states) yang dialami oleh para sufi di sela-sela perjalanan spiritualnya. Ahwa>l merupakan anugerah dan rahmat dari Tuhan. Dengan demikian, dapat diartikan bahwa maqa>mat dapat diperoleh melalui usaha manusia, sedangkan ahwa>l merupakan suatu anugerah dan rahmat dari Allah SWT. Dalam hal ini, istilah-istilah dalam ahwal ialah khauf (takut), raja>’ (optimis), shauq (rindu), dan uns (keakraban atau keintiman), mahabbah(cinta), yaqi>n(percaya).62
Menurut kaum sufi dalam mencapai maqa>mat dapat ditempuh melalui tiga fase kesufian diantaranya yaitu: pertama, fase takhalli>ialah mengosongkan atau membersihkan diri dari sifat-sifat tercela dari maksiat lahir dan batin. Diantara sifat-sifat tercela yang dapat mengotori jiwa (hati) manusia ialah hasad (dengki), hiqd (rasa mendongkol), su>’uz}z}an (buruk sangka), takabbu>r (sombong), ‘uju>b (membanggakan diri), riya>’ (pamer), bukhl (kikir), dan ghadab (pemarah). Kedua, fase tahalli>ialah mengisi atau menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji dengan taat lahir dan batin. Tahalli> juga membiasakan diri untuk menghiasi dengan jalan yang membiasakan diri dengan sifat
62Ahmad Bangun Nasution dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf Pengenalan,
(55)
40
dan sikap serta perbuatan yang baik. Usaha yang dapat dilakukan ialah dengan melaksanakan shalat, puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya. Ketiga, fase tajalli> ialah terungkapnya nur gaib untuk hati. Fase tajalli> ini termasuk kesempurnaan kesucian jiwa. Menurut kaum sufi bahwa kesempurnaan kesucian jiwa seseorang hanya dapat ditempuh dengan satu jalan, yaitu dengan cinta kepada Allah dan memperdalam rasa kecintaan kepada Allah.63
Selain daripada itu, Amin Syukur juga menjelaskan bahwa dari macam-macam metode sufi healing tersebut yang menjadi metode utama dalam sufi healing ialah dhikir, sebab dhikir merupakan landasan awal dari setiap bentuk sufi healing.64
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa metode yang dapat gunakan dalam melakukan sufi healing (pengobatan sufi) diantaranya yaitu: kosentrasi dan meditasi, do’a, dhikir, kesadaran dan keawasan, keseimbangan resonansi magnetik, visualisasi, dan ekspresi diri kreatif. Selain itu ada pula metode lain yang digunakan dalam melakukan sufi healing yaitu metode dhikir, do’a, sholat, membaca
s}ala>wat dan mendengarkan musik, puasa, serta maqa>mat dan ahwa>l
sebagaimana yang telah diamalkan oleh para kaum sufi.
63Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994),66-71. 64Syukur, Sufi Healing, 100.
(56)
41
3. Fungsi Sufi healing
Berkaitan dengan fungsi dari sufi healing, Hamdani Bakhran (mengemukakan bahwa ada lima fungsi utama terapi sufistik diantaranya yaitu:65
a. Fungsi Pemahaman (Understanding)
Memberikan pemahaman tentang manusia dan problematikanya dalam kehidupan, serta bagaimana mencari solusi dan dan problematika tersebut dengan baik, benar dan mulia, terlebih terhadap gangguan mental kejiwaan, spiritual, dan moral serta problematikanya. Selain itu, juga memberikan pemahaman bahwa ajaran Islam yang bersumber Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber yang paling benar dan suci untuk menyelesaikan problem yang berkaitan dengan pribadi yang meliputi hubungan manusia dengan tuhannya dan hubungan manusia dengan lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya.
b. Fungsi Pengendalian (Control)
Mengarahkan potensi yang dapat membangkitkan aktivitas setiap hamba Allah agar tetap terjaga dalam pengendalian dan pengawasan-Nya, sehingga tidak akan keluar dari hal yang benar dan baik, serta hal yang bermanfaat.
c. Fungsi Peramalan atau Analisis Kedepan (Prediction)
Sikap peramalan yang dimiliki oleh seseorang akan berpotensi untuk melakukan analisis kedepan tentang segala peristiwa, kejadian dan
(57)
42
perkembangan. Dengan mengetahui sesuatu yang akan terjadi, seseorang akan dapat mempersiapkan dirinya untuk melakukan tindakan antisipasi terhadap peristiwa yang nantinya akan mendatangkan manfaat atau tidak, baik atau tidak. Sehingga pada akhirnya, semua itu akan mendatangkan hikmah dan kebaikan bagi kehidupan manusia.
d. Fungsi Pengembangan (Development)
Mengembangkan ilmu keislaman, khususnya tentang manusia dan seluk-beluknya, baik yang berhubungan dengan problematika ketuhanan menuju keinsanan, baik yang bersifat teoritis, aplikatif maupun empiris. Bila seseorang mempelajari maupun mengaplikasikan ilmu ini, berarti seseorang tersebut melakukan proses pengembangan eksistensi keinsanannya menuju esensi yang sempurna.
e. Fungsi Pendidikan (Education)
Pendidikan berfungsi untuk meningkatkan sumber daya manusia. Sebagaimana allah mengutus nabi untuk memberikan pendidikan kepada seluruh umatnya agar pandai, kritis, serta brilian. Sebab dengan potensi tersebut, seseorang akan menjadi pribadi yang unggul dan sempurna (insan kamil) di mata Tuhannya.
Disamping fungsi utama tersebut, ada pula terapi sufistik (sufi healing) secara spesifik yaitu:
(58)
43
a. Fungsi Pencegahan (Prevention)
Dengan mempelajari, memahami serta mengaplikasikan terapi sufistik, seseorang akan terhindar dari hal-hal yang dapat membahayakan diri, jiwa, mental, spiritual, atau moralnya.
b. Fungsi Penyembuhan
Terapi sufistik dapat membantu seseorang melakukan pengobatan dan penyembuhan terhadap gangguan atau penyakit khususnya terhadap gangguan mental spiritual dan kejiwaan. Yaitu melalui dhikir sebab dengan dhikir hati dan jiwa seseorang menjadi terang dan damai. Dengan berpuasa akal pikiran, hati nurani, jiwa dan moral akan menjadi bersih. Dengan melaksanakan sholat dan membaca s}ala>wat akan menumbuhkan spirit dan etos kerja yang suci dari gangguan setan.
c. Fungsi Penyucian dan Pembersihan (Sterilisasi atau Prefication)
Terapi sufistik merupakan suatu upaya untuk mesucikan diri dari dosa dan kedurhakaan dengan penyucian najis (istinja’), penyucian yang kotor (mandi), dan penyucian yang bersih (wud}u), penyucian yang suci atau fitri (shalat taubat) dan penyucian Yang Maha Suci (dhikrullah).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum sufi healing (terapi sufistik) memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu fungsi pemahaman, fungsi pengendalian, fungsi peramalan atau analisis kedepan, fungsi pengembangan dan fungsi pendidikan. Sedangkan secara khusus, sufi healing memiliki tiga fungsi, yaitu, fungsi pencegahan, fungsi penyembuhan dan fungsi penyucian atau pembersihan.
(59)
44
B. Meditasi
1. Pengertian Meditasi
Akar kata meditasi berasal dari bahasa Latin meditat, berinfleksi menjadi meditasi, dari kata med yang berarti “pikiran” atau “perhatian”.
“Meditasi” didefinisikan oleh Webster’s New World Dictionary sebagai:
a. Tindakan bermeditasi: pikiran yang terus mendalam.Refleksi yang mendalam tentang
b. berbagai hal sebagai tindakan kebaktian keagamaan (ibadah). “Bermeditasi” (Mediate) didefinisikan:
a. Oleh The Oxford Advanced Learnary sebagai: yaitu berpikir tentang; mempertimbangkan; menggerakkan diri pada pikiran serius.
b. Oleh The Oxford Universal Dictionary On Historical Principles sebagai: merenungkan tentang; mempelajari; mempertimbangkan dengan hati-hati; meneliti dengan intens; memikirkan sampai berulang kali; merancang secara mental; memikirkan; melatih pikiran (terutama untuk kebaktian keagamaan) atau kontemplasi.66
Dalam kamus lengkap psikologi, meditasi (meditation) berarti suatu upaya yang terus menerus pada kegiatan berpikir, biasanya semacam kontemplasi (perenungan dan pertimbangan religius) dan meditasi juga berarti refleksi mengenai hubungan antara orang yang tengah bersemedi(meditator)
66Soraya Susan Behbehani, Ada Nabi Dalam Diri: Melesatkan Kecerdasan Bathin Lewat
Dhikir dan Meditasi, ter. Cecep Ramli Bihar Anwar, (Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003), 25-26.
(1)
121
untuk membedah pernapasan (meditasi) selain pada aspek spiritual. Oleh karena itu tulisan ini bukanlah hasil akhir melainkan sebagai tambahan referensi maupun data untuk penelitian yang lebih fokus dan mendalam terhadap pernapasan (meditasi) dalam organisasi PSHT.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Angelo, Jack, Tuntunan Langkah demi langkah untuk Mengalirkan Energi Penyembuhan, terj. Clara Herlina, Kardjo, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003.
Anshori, M. Afif, Dhikir Demi Kedamaian Jiwa Solusi Tasawuf Atas Problema Manusia Modern, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Asmaran, Pengantar Studi Tasawuf, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994. Behbehani, Soraya Susan, Ada Nabi Dalam Diri: Melesatkan Kecerdasan Bathin
Lewat Zikir dan Meditasi, terj. Cecep Ramli Bihar Anwar, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2003.
Bisri, Cik Hasan, Model Penelitian Agama Dan Dinamika Sosial Himpunan Rencana Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002.
Borysenko, Joan dan Miroslau Borysenko, Kekuatan pikiran untuk
Menyembuhkan, terj. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 2002.
Bukhori, Baidi, Zikir Al-Asma’ Al-Husna; Solusi Atas Problem Agresivitas Remaja, Semarang: Syiar Media Publishing, 2008.
Bullitt, Jhon Bullitt, ”Apa itu Buddhisme Theravada” dalam Upa. Sasanasena
Seng Hansen, Tradisi Utama Buddhisme, Yogyakarta: Insight Vidyasena Production, 2008.
Bungin, Burhan, Analisis Data penelitian Kualitatif, Jakarta: Rajawali Pers, 2012. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, terj. Kartini-Kartono, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001.
Das, Lama Surya, Awakening to The Sacred “Menggapai Kedalam Rohani dalam
Kegalauan Sehari-hari” Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002. Dhavamony, Maria Susay, Fenomenologi Agama terj. Kelompok Studi Agama
Driyakarya, Yogyakarta: Kanisius, 1995.
Djaali, Puji Mujiono, Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Jakrta: Grasindo, 2007.
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran, Konseling & Psikoterapi Islam, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2004.
(3)
Effendi, Tjiptadinata, Meditasi Jalan Meningkatkan Kehidupan Anda, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003.
Fauzi, Mahfudz, “Studi Kritis Psikoterapi Sufistik Dalam Seni Penyembuhan Sufi Karya Linda O’riordan RN”, Skripsi tidak diterbitkan, (Semarang:
Jurusan Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo, 2005).
Fuad, Hasan dan Koentjaraningrat, Beberapa Asas Metodologi Ilmiah, Jakarta: Gramedia, 1994.
Al-Ghazali, Setitik Cahaya Dalam Kegelapan, terj. Masyhur Abadi, Surabaya: Pustaka Progessif, 2001.
Hadi, Sofiyan. “Teologi Humanisme Buddha”, Relief Journal,Yogyakarta: PPs. UGM, 2003.
Harsono, Tarmadji Boedi, Guru Sejati Bunga Rampai Telaah Ajaran Setia Hati,
Madiun: Tabloid Lawu Pos, 2008.
Haryanto, Sentot, Psikologi Shalat Kajian Aspek-Aspek Psikologis Ibadah Shalat, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2005.
Hawari, Dadang, Ilmu Kedokteran Jiwa dan Ksehatan Jiwa, (Yogyakarta: PT. Dana Hakti Prima Yasa, 2004.
Huda, Sokhi, Tasawuf Kultural Fenomena Shalawat Wahidiyah, Yogyakarta: PT. LKIS Pelangi Aksara, 2008.
Jotidhammo, Agama Buddha Sebuah Pengantar, dalam Djamannuri (ed.), Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-Agama, Yogyakarta: Karunia Kalam Semesta, 2003.
Kalabadzi, Abu Bakar M., Ajaran-Ajaran Sufi, terj. Nasir Yusuf, Bandung: Pustaka, 1985
Katherine, Miller, Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts, Texas: A&M University, 2005.
Krishna, Anand, FIQR Memasuki Alam Meditasi Lewat Gerbang Sufi Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
, Anand, Seni Memberdaya Diri “Meditasi & Reiki untuk Manajemen
Stres & Kesehatan Rohani dan Jasmani” Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2013.
Lestari, Puji, 2004, “Terapi Sufistik, Menurut Syaikh Hakim Mu’inuddin Chisyti Dalam Karyanya The Book Of Sufi Healing”, Skripsi tidak diterbitkan,
(4)
(Semarang: JurusanTasawuf dan Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo, 2004).
Moleong, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2005.
Muhaya, Abdul, Bersufi Melalui Musik Sebuah Pembelaan Musik Sufi Oleh Ahmad al-Ghazali, Yogyakarta: Gama Media, 2003.
An-Najar, Amir, Psikoterapi Sufistik Dalam Kehidupan Modern, Jakarta: Hikmah, 2004.
Nasution, Metode Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1988. , Metode Research, Jakarta : Bumi Aksara 2004.
Nasution, Ahmad Bangun dan Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf
Pengenalan, Pemahaman, dan Pengaplikasiannya, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
An-Nawawi, Muhyiddin Abi Zakariya Yahya bin Syaraf, Al-Adzkar, terj. Zeid Husein Alhamid, Bandung: Syirkah, 2005.
Noor, Juliansyah, Metodologi Penelitian, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Nugroho, Sri Haryanto S., Meditasi Bagi Para Eksekutif “Untuk Mencapai Sukses
dalam Karier dan Hidup” M-KAM ”Manajemen Kesehatan Alami
Mandiri”, 2009.
Pedak, Mustamir, Qur’anic Super Healing Sembuh dan Sehat Dengan Mukjizat
Al-Qur’an,Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2010.
Purwadi, Meditasi Jawa Kawruh satataning panembah menuju ketenangan jiwa dan ketentraman hati, Yogyakarta: gelombang pasang, 2006.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Cet III. 1990.
Rahman, Gusti Abd., Terapi Sufistik untuk Penyembuhan Gangguan Kejiwaan, Yogyakarta: Aswaja Pressindo.
Ritzer, George, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Sayadaw, Mahasi, Meditasi Vipassana Tuntunan Praktik & RujukanTahap Pemurnian, terj. Lim Eka Setiawan, Yayasan Penerbit Karaniya, 2006.
(5)
, Mahasi, 40 Mata Pokok Mula Dasar dalam Meditasi Budhist, terj. M. U. Panasiri, Surabaya: Budist Publication Press, 1982.
Semiawan, Conny R., Metode penelitian Kualitatif Jenis Karakteristik dan Keunggulannya, Jakarta : PT. Grasindo, 2002.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Dhikir dan Do’a,
Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997.
Siroj, Said Aqil, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial, Mengdepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi, Bandung: Mizan, 2006.
Smith, Houston, Agama-agama Manusia, terj. Saafroudin Bahar, Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2001.
Soegoro, Meditasi Triloka Hidup Dalam SupraKesadaran, Jakarta: PT. Elek Media Koputindo, 2002.
Soehartono, Irwan, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999.
Sou’yb, Joesoef, Agama-agama Besar di dunia, Jakarta: Pustaka Al Husna,1983.
Subandi, Psikoterapi Pendekatan Konvensional dan Kontemporer: Latihan Meditasi Untuk Psikoterapi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif Kualitatif dan R & D, Bandung: Alfabeta, 2010.
Suryani, L. K., Meditation and The Spiritual Dimension in Psyhoteraphy, Indonesia: Jiwa Psychiat Quart Vol.29, 2004.
Syukur, M. Amin, Sufi Healing Terapi dengan Metode Tasawuf, Jakarta: Erlangga, 2012.
Tebba, Sudirman, Meditasi Sufistik, Bandung: Pustaka Hidayah, 2004.
Walters, J. Donald, Meditation for starters meditasi untuk pemula, terj. Andre Wiriadi, Jakarta: PT Elex Media Koputindo, 2000.
Wijayakusuma, Hembing, 15 Menit Menuju Sehat dengan Ayunan Tangan
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004.
Wilson, Paul, Teknik Hening Meditasi tanpa Mistik, terj. G. Yeni Widjajanti, Jakarta: Erlangga, 2003.
(6)
File PDF
Sayadaw, Mahasi, Purpose of Practising Kammattana Meditation (Perbedaan antara Samatha dan Vipassana), terj. Selamet Rodjali, Dhamma cita, 2001
, Mahasi, Satipatthana Vipassana Insight ThroughMindfulness, terj. Dharmasurya
Nyi, U Nyi, “Mahasi Disciple and Meditator”, Yangon: Buddhasasana Nuggaha Association, 1978.
Data Website
http://www.Media-indonesia.com/cetak/berita.asp.(Minggu, 10 Januari 2016, 22.30).
http://www.samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/ketuhanan-yang-maha-esa-dalam-agama-buddha/, (Selasa, 26 Januari 2016, 23:50).
U Nyi Nyi, “Venerable Mahasi Sayadaw A Biographical Sketch”, terj., http://www.buddhanet.net/mahabio.htm// (Rabu, 05 Mei 2016).
www.Dhammadipa.com. Majalah Dawai, Venerable Mahasi Sayadaw Ashin