ProdukHukum BankIndonesia QA Merger BC 1

Q&A
TERKAIT MERGER BANK PIKKO, BANK DANPAC, DAN BANK CIC
MENJADI BANK CENTURY

1. Bank Century merupakan bank hasil merger Bank Pikko, Bank Danpac, dan Bank
CIC. Mengapa merger terhadap ketiga bank tersebut tetap dilakukan meskipun
disinyalir bank-bank tersebut adalah bank bermasalah ?
Salah satu tujuan Bank Indonesia dalam menjalankan fungsi pengawasan bank
adalah untuk mewujudkan sistem perbankan yang sehat, agar dapat berperan
sebagai sarana transmisi kebijakan dalam menjaga kestabilan harga. Dalam kaitan
ini apabila bank mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan
usahanya, sesuai Pasal 37 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana
diubah dengan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, maka
Bank Indonesia (BI) mengambil langkah-langkah penyelamatan a.l. melalui
penambahan modal, penggabungan usaha (merger) dan menjual bank kepada
pihak lain (melalui proses akuisisi).
Dalam konteks proses akuisisi Bank Pikko dan Bank Danpac yang diikuti dengan
merger kedua bank tersebut ke dalam Bank CIC, hal tersebut merupakan
perwujudan langkah-langkah yang ditempuh BI sebagai upaya penyelamatan.
Pencabutan izin usaha (penutupan bank) merupakan alternatif terakhir yang hanya
akan dilakukan apabila solusi penyelamatan tidak berhasil. Dengan demikian,

pernyataan bahwa BI tidak tegas dan tidak prudent dalam menerapkan aturan
dan persyaratan akuisisi dan merger, adalah tidak benar. Keputusan BI
tersebut diambil justru sebagai penerapan kebijakan penyelamatan bank,
sebagai amanat UU.
Berkaitan dengan CAR tiga bank yang disajikan oleh tim auditor BPK (bersumber
dari Laporan Hasil Pemeriksaan/LHP Bank yang dilakukan BI), dapat dikemukakan
bahwa data yang dikutip BPK didasarkan pada posisi pemeriksaan. Sesuai prosedur
BI, pengawas bank akan melakukan judgement terhadap LHP tersebut dengan
mempertimbangkan subsequent events (yaitu event yang terjadi setelah selesainya
proses pemeriksaan, seperti, adanya penambahan modal, koreksi kolektibilitas, dll).
Data CAR yang dikutip BPK belum mempertimbangkan subsequent events di ketiga
bank tersebut. Tabel di bawah menggambarkan perbandingan hasil penilaian CAR
antara Pengawas bank (BI) dan LHP yang dihasilkan oleh pemeriksa bank (BI).
Disamping itu, cara penghitungan CAR gabungan ketiga bank menurut ketentuan BI
adalah dengan cara mengkonsolidasikan modal dan asset/ATMR ketiga bank, bukan
dengan cara menjumlahkan CAR ketiga bank sebagaimana yang dilakukan oleh
BPK. Oleh karena itu perhitungan CAR hasil gabungan ketiga bank tersebut
sebagaimana disajikan BPK tidak benar.

1


Tabel Penghitungan CAR
BANK

2001

2002

2003

SIMWAS*)

LHP

SIMWAS*)

LHP

SIMWAS*)


LHP

PT Bank Pikko, Tbk.

12,27%

-78,91%

10,03%

-59,61%

8,41%

-76,91%

PT Bank CIC, Tbk.

-60,07%


-83,06%

10,39%

-119,04%

9,69%

-87,91%

PT Bank Danpac, Tbk

40,39%

30,60%

36,34%

29,20%


25,74%

25,50%

*) Sistem Informasi Manajemen Pengawasan

Terhadap tabel tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa perhitungan CAR menurut
hasil pengawasan tersebut di atas telah memperhitungkan langkah-langkah
perbaikan oleh bank atas hasil pemeriksaan BI (subsequent event) antara lain
adanya penambahan modal oleh pemegang saham Bank CIC, penyelesaian LC dan
kredit bermasalah oleh beberapa debitur Bank CIC, dan penggolongan lancar
terhadap SSB valas Bank CIC. Pada Bank Pikko, terdapat restrukturisasi kredit,
penyediaan cash collateral atas kredit macet, dan Medium Term Notes/MTN yang
masih tergolong lancar.
Untuk melaksanakan akuisisi yang diikuti dengan merger tersebut, terdapat
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi bank. Salah satu persyaratan tersebut
adalah laporan keuangan selama 3 tahun terakhir dan rekomendasi dari otoritas
setempat bagi Chinkara sebagai calon Pemegang Saham Pengendali/PSP. Secara
filosofis persyaratan pemenuhan laporan keuangan tersebut adalah untuk
mengetahui kemampuan keuangan dan reputasi bagi Chinkara ketika yang

bersangkutan akan menjadi PSP, khususnya dalam pemenuhan kebutuhan
modal. Melalui akuisisi diperoleh kejelasan bahwa PSP Bank Pikko dan Bank
Danpac adalah Chinkara (yakni di Bank Pikko sebesar 66,65% dan Bank Danpac
sebesar 54,94%), sehingga Chinkara dapat dipegang sebagai pihak yang
bertanggung jawab terhadap pemenuhan permodalan dan likuiditas bank.
Terkait dengan akuisisi Chinkara terhadap Bank Pikko dan Bank Danpac secara
fakta syarat administratif berupa laporan keuangan hanya dapat dipenuhi untuk
periode 2 tahun (bukan 3 tahun). Namun demikian dengan mempertimbangkan
filosofi dasar mengenai permintaan syarat neraca tersebut, Bank Indonesia
melakukan analisis terhadap neraca posisi terakhir guna memperoleh keyakinan
terhadap kemampuan dan kinerja calon PSP. Oleh sebab itu meskipun dari segi
administratif hanya disampaikan neraca 2 tahun terakhir, dari analisis yang dilakukan
Bank Indonesia, kinerja keuangan Chinkara cukup baik.
Analisis mengenai kemampuan keuangan dan reputasi tersebut a.l. diperoleh
melalui:
Laporan keuangan 2 tahun terakhir yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
JPL Wong & Co Singapore. Kapasitas keuangan Chinkara sebagai calon
Pemegang Saham Pengendali (PSP) telah tercermin dari kesiapan dana yang
telah disetor ke escrow account.
Rekomendasi dari instansi berwenang di negara asal, digantikan dengan

certificate of good standing dari Commonwealth of the Bahamas The International
Business Companies (tempat perusahaan didirikan) didukung pendapat hukum
dari Rodyk & Davidson.
Keseriusan dan itikad baik dari investor yang dibuktikan dengan penyetoran dana
sebesar USD12 juta untuk Bank Pikko tanggal 27 November 2000,
2

Rapat Dewan Gubernur/RDG November 2001 menyetujui untuk tidak
menerapkan persyaratan administratif proses akuisisi kondisi normal seperti
disebutkan di atas dengan maksud agar akuisisi dan merger sebagai upaya
penyelamatan Bank CIC dan Bank Pikko segera dapat terlaksana.
Sehubungan dengan itu, pendapat BPK bahwa BI tidak tegas dan tidak prudent
dalam menerapkan aturan dan persyaratan akuisisi dan merger, adalah tidak
benar. Keputusan BI tersebut diambil justru sebagai penerapan kebijakan
penyelamatan bank, sebagai amanat UU.
Manfaat merger ketiga bank tersebut dari kacamata BI selain penyelamatan bank
adalah :
(1) Terdapat kejelasan status pemegang saham bank yang bertanggung jawab untuk
menambah setoran modal guna memenuhi KPMM, hal ini mengingat Chinkara telah
menempatkan dana USD12juta untuk PT Bank Pikko, Tbk.

(2) Pengawasan akan lebih terintegrasi serta memperkecil kemungkinan penyalahgunaan
rekayasa transaksi keuangan dengan melibatkan ketiga bank tersebut untuk
kepentingan pemilik.
2. Mengapa BI mengizinkan Chinkara menjadi PSP Bank CIC dan Bank Pikko
sedangkan terdapat indikasi perbuatan melawan hukum yang melibatkan Chinkara
(Rafat Ali Rizvi) ?
Pada saat Rapat Dewan Gubernur/RDG tahun 2001 dan persetujuan akuisisi pada 5 Juli
2002, indikasi perbuatan melawan hukum yang melibatkan Chinkara (Rafat Ali Rizvi)
belum bersifat final, karena pemeriksaan khusus terkait fit & proper test posisi Juni 2001
baru bisa diselesaikan pada bulan Januari 2003, mengingat pemeriksa memerlukan
waktu untuk memperoleh data dan melakukan klarifikasi dengan pihak-pihak yang dinilai.
Hasil pemeriksanaan fit & proper tersebut telah ditindaklanjuti dengan hasil penilaian
sementara ”Tidak Lulus (TL)”. Namun tahap proses penilaisan selanjutnya ditunda
dengan pertimbangan agar yang bersangkutan memenuhi komitmen menambah setoran
modal terlebih dahulu. Dan selanjutnya, proses akuisisi yang ditindaklanjuti dengan
proses merger, tetap berlangsung sebagai upaya penyelamatan bank.
3. Mengapa pada tahun 2004 dengan pemburukan Bank CIC dan Bank Pikko, proses
merger tetap diteruskan ?
Merger ketiga bank tersebut terutama dimaksudkan untuk mengatasi kesulitan
likuiditas dan permodalan serta meningkatkan efektivitas pengawasan

terhadap bank yang dikendalikan oleh PSP yang sama. Namun demikian tidak
tertutup kemungkinan masih akan terdapat potensi permasalahan pada bank hasil
merger.
Awal tahun 2004, kondisi likuiditas Bank CIC dan Bank Pikko memburuk akibat
penarikan dana dalam jumlah besar sebagai dampak domino effect sebagai akibat
pencabutan ijin usaha Bank Asiatic dan Bank Dagang Bali serta pemberitaan negatif
di berbagai media masa.
BI tetap berupaya melakukan upaya penyehatan yang dilakukan untuk
menyelesaikan permasalahan bank antara lain mendesak bank untuk segera
menambah modal, meningkatkan likuiditas, menjual seluruh SSB valas yang berisiko
tinggi, menghentikan pembelian SSB yang berisiko tinggi dan memindahkan
custodian SSB dari luar negeri ke Indonesia.
3

Persetujuan akuisisi tidak dibatalkan karena akuisisi yang akan diikuti dengan
merger tersebut untuk melakukan upaya penyelamatan bank, khususnya agar ada
kejelasan siapa PSP bank yang harus memenuhi komitmen-komitmen terkait
permodalan dan lain-lain. Pembatalan persetujuan akuisisi bukan merupakan pilihan,
karena akan berdampak pada risiko tidak adanya PSP yang bertanggung jawab
terhadap kinerja bank (permodalan), sementara kondisi bank semakin memburuk. Di

sisi lain, Chinkara telah menunjukkan komitmennya dengan menempatkan dana
sebesar USD 12juta untuk memperbaiki kinerja Bank Pikko.
4. Apakah rekomendasi Komite Evaluasi Perbankan/KEP mengenai perubahan status
kolektibilitas SSB valas yang semula macet menjadi lancar dan penundaan tindak
lanjut hasil fit and proper test RAR (yang dinyatakan Tidak Lulus) cukup
diputuskan oleh Deputi Gubernur Bidang Perbankan atau harus disetujui oleh
RDG ?
Sesuai tata tertib KEP tahun 2003, tidak seluruh rekomendasi KEP harus diajukan ke
RDG. Rekomendasi KEP mengenai perlakuan SSB dan penundaan tindak lanjut
hasil fit and proper test RAR tersebut telah dilaporkan kepada, dan telah
memperoleh persetujuan, DG Bidang Perbankan.
5. Bagaimana dengan temuan BPK terkait adanya indikasi manipulasi pernyataan
Deputi Gubernur BI oleh salah satu pejabat BI sehingga seolah-olah pernyataan
tersebut adalah pernyataan Gubernur BI?
Penggunaan istilah manipulasi menurut hemat kami terlalu judgemental, seolah-olah
telah pasti bahwa ada unsur kesengajaan dari pejabat BI dimaksud untuk memanipulasi
pernyataan tersebut. Hal ini perlu diteliti lebih lanjut karena bisa jadi itu adalah
kekhilafan. Proses akuisisi yang dilanjutkan dengan merger Bank CIC,Bank Pikko, dan
Bank Danpac telah disetujui tahun 2001.


4