Pemboran Cbm Daerah Jangkang, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

PEMBORAN CBM DAERAH JANGKANG, KABUPATEN KAPUAS,
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Soleh Basuki Rahmat
Kelompok program penelitian energi fosil
SARI
Sesuai dengan kebijakan pemerintah untuk mengembangkan sumberdaya
energi alternatif, Pusat Sumber Daya Geologi, Badan Geologi telah melakukan
pemboran dalam batubara untuk gas metan batubara di daerah Jangkang, Provinsi
Kalimantan Tengah.
Secara geologi daerah Jangkang termasuk kedalam Cekungan Barito bagian
Utara. Stratigrafi daerah Jangkan menurut Soetrisno, S. Supriatna, E. Rustandi, P.
Sunyoto, dan K. Hasan (1994) di dalam Peta Geologi Lembar Buntok dari Tua ke
muda sebagai berikut Batuan Vulkanik Kasale, Formasi Tanjung, Formasi Berai,
Formasi Montalat, Formasi Warukin, Formasi Dahor, dan aluvium.
Pemboran di Jangkang, mencapai kedalaman 328.05 m, lapisan batubara yang
ditembus terdapat 17 (tujuh belas) lapisan batubara dengan ketebalan antara 0.30 m –
2.58 m. Terdapat lima lapisan yang memiliki ketebalan lebih dari 1.5 m. Nilai kalori Nilai
kalori batubara (adb) untuk tipa lapisan batubara di daerah penyelidikan berkisar
antara 4784 – 5627 cal/kg. Menurut klasifikasi US System masuk ke dalam kategori

Sub-Bituminous B.
Kandungan gas (desorbtion Test) berkisar antara 0.028 cu.m/ton – 0.582
cu.m/ton, atau setara dengan 0.986 – 20.553 scf/ton. Kandungan gas metan dalam
lapisan batubara berkisar antara 0.002 – 0.127 cu.m/ton atau setara dengan 0.083 –
4.491 scf/ton. Kapasitas serap batubara untuk Seam JK 2, pada kedalaman 112.70 m
dengan tekanan hidrostatik 166 psi sebesar 2,90 m3/ton (as received), sedangkan
untuk Seam JK 12 (kedalaman 296.55 m) dengan tekanan hidrostatik 436 psi adalah
6.44 m3/ton.
Sumberdaya batubara yang meliputi daerah seluas 146.7 ha sekitar 16.567.200
ton (tereka). Potensi gas metan yang meliputi daerah tersebut adalah sekitar
15.724.003,94 scf (hipotetik).
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Melimpahnya endapan batubara di
Indonesia menjadi perhatian banyak
kalangan terutama para investor. Selain
dimanfaatkan secara langsung dengan
cara ditambang, batubara juga dapat
dimanfaatkan dengan cara diambil
kandungan gas metannya, atau yang

biasa dikenal sebagai Gas Metana

Batubara (GMB) atau Coal Bed Methane
(CBM).
Data mengenai GMB masih sangat
jarang.
Salah
satu
cara
untuk
mengetahui kandungan gas dalam
batubara adalah dengan pemboran
dalam dan pengukuran gas pada lapisan
batubara tersebut, biasanya pada
kedalaman lebih dari 100 meter.
Sehubungan dengan hal tersebut maka
Badan Geologi, melalui Pusat Sumber
Daya
Geologi,
akan

melakukan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

89

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

pendataan endapan batubara yang
terdapat pada kedalaman lebih dari 100
m. Daerah yang dipilih untuk didata
adalah Daerah Jangkang yang termasuk
kedalam wilayah Kabupaten Kapuas,
Provinsi Kalimantan Tengah.
Kegiatan yang dilakukan oleh
Pusat Sumber Daya Geologi ini,
menggunakan alat pemboran dan packer
tes yang dibiayai oleh DIPA tahun
anggaran 2010.
Maksud dan Tujuan

Maksud kegiatan ini adalah untuk
melakukan pengukuran kandungan gas
yang terdapat pada lapisan batubara
serta mengetahui sumberdaya batubara
pada kedalaman lebih dari 100 meter .
Sedangkan
tujuannya
adalah
dalam rangka penyediaan data awal
potensi sumber daya Gas Metan
Batubara serta potensi lainnya seperti
tambang batubara bawah permukaan.
Lokasi Kegiatan dan Kesampaian
Daerah
Daerah inventarisasi termasuk
kedalam wilayah Jangkang, Kabupaten
Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah.
Secara geografis daerah ini
terletak diantara koordinat 1007’00,00” 1013’00” Lintang Selatan dan 114007’00”
– 114015’00” Bujur Timur (gambar 1).

Lokasi tersebut terletak di sebelah
timurlaut Palangkaraya dengan jarak
lurus sekitar 100 km. Untuk mencapai
lokasi penyelidikan dari Palangkaraya
dapat digunakan kendaraan roda empat
atau roda dua, atau menggunakan speed
boat melalui sungai Kapuas.
KEADAAN GEOLOGI
Morfologi
Secara
umum
morfologi
daerah
penyelidikan
dapat
dikelompokkan
menjadi 2 (dua) satuan morfologi yaitu

Satuan morfologi pedataran dan Satuan
morfologi

perbukitan
bergelombang
(gambar 2).
Satuan morfologi pedataran,
menempati kurang lebih sekitar 40 %
dari keseluruhan daerah penyelidikan.
Satuan ini berkembang di sekitar sungai
Kapuas. Pola aliran sungai yang
berkembang adalah pola aliran sungai
anastomatik, dan dendritik. Dimana pada
pola pengaliran anastomotik erosi yang
berkembang lebih ke arah lateral
dibandingkan ke arah vertikal. Ini biasa
terjadi pada sungai-sungai yang sudah
relatif dewasa. Daerah ini umumnya
berupa hutan, semak belukar, ladang
dan kebun karet masayarakat. Litologi
yang ada didominasi oleh batuan dari
Formasi Tanjung dan Montalat.
Satuan

morfologi
perbukitan
bergelombang, menempati sekitar 60 %
dari keseluruhan daerah penyelidikan.
Pola aliran sungai yang berkembang
adalah pola aliran sungai dendritik.
Daerah ini umumnya berupa hutan,
semak belukar, ladang dan kebun karet
masyarakat. Litologi yang berkembang
terdiri atas batuan-batuan yang berasal
dari Formasi Tanjung, Montalat, Berai
dan Warukin di sebelah Tenggara
daerah penyelidikan.
Stratigrafi
Stratigrafi daerah penyelidikan
berdasarkan formasi batuan yang
tersingkap diawali oleh batuan volkanik
yang terdiri dari basal piroksen berwarna
abu-abu
kehijau-hijauan,

sebagian
terubah menjadi mineral lempung,
menurut Soetrisno dkk (1994) batuan ini
berumur Kapur Akhir. Batuan ini
dinamakan Batuan Volkanik Kasale,
yang merupakan salahsatu batuan dasar
Cekungan Barito.
Batuan sedimen Tersier yang
paling tua adalah Formasi Tanjung,
merupakan formasi pembawa batubara,

90 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

terdiri dari dua bagian, bagian bawah
disusun oleh serpih batulanau dan
konglomerat,
sebagian
gampingan.

Bagian atas disusun oleh perselingan
antara
batupasir,
batulanau,
batugamping dan batubara. Menurut
Soetrisno dkk. (1994) formasi ini
berumur Eosen, terletak tidak selaras
diatas batuan berumur Pra Tersier,
tersebar
dibagian
utara
wilayah
Jangkang.
Selaras diatas Formasi Tanjung
adalah Formasi Berai yang menjemari
dengan Formasi Montalat. Formasi Berai
terdiri
dari
batugamping
berlapis,

batulempung dan napal, mengandung
limonit, berumur Oligosen Tengah-Akhir
(Soetrisno dkk., 1994). Formasi Montalat
merupakan formasi pembawa batubara,
terdiri dari batupasir kuarsa dengan
sisipan batulanau, serpih dan batubara,
berumur Oligosen (Soetrisno dkk., 1994).
Formasi Berai tersingkap didaerah
Sungai Ringin, sedangkan Formasi
Montalat tersingkap secara memanjang
dari barat ke timur di bagian selatan
Formasi Tanjung.
Selaras diatas Formasi Berai dan
Montalat adalah Formasi Warukin,
merupakan formasi pembawa batubara,
terdiri dari batupasir berbutir kasarsedang
sebagian
konglomeratan
bersisipan
batulanau,

serpih
dan
batubara, berumur Miosen TengahMiosen Atas (Soetrisno dkk., 1994).
Formasi Warukin tersingkap di bagian
selatan daerah penyelidikan.
Struktur Geologi
Dari hasil pengamatan lapangan
dan pengukuran jurus kemiringan
perlapisan batuan di daerah penyelidikan
membentuk perlapisan yang arah
jurusnya sangat bervariasi, namun sudut
kemiringan lapisannya tidak terlalu
besar, yaitu berkisar antara 5o-15o.

HASIL PENYELIDIKAN
Pemetaan Geologi dan Pemboran
Selama kegiatan penyelidikan,
ditemukan singkapan batubara sebanyak
kurang lebih 10 lokasi singkapan
batubara.
Singkapan
batubara
ditemukan di jalan – jalan yang baru
dibuka, juga di sungai-sungai daerah
penyelidikan. Secara umum relatif sulit
untuk menemukan batubara yang
tersingkap
dipermukaan,
hal
ini
dikarenakan
tingginya
intensitas
pelapukan di daerah penyelidikan juga
karena adanya penambang emas liar di
daerah penyelidikan. Data singkapan
batubara dapat dilihat pada tabel 1.
Hasil dari pemetaan geologi ini
digunakan untuk menentukan lokasi titik
bor di lapangan.
Dari
hasil
sketsa,
dengan
kemiringan
perlapisan
rata-rata
diasumsikan 8° - 10° diperkirakan bahwa
lapisan batubara pada singkapan JG –
02 akan ditembus di titik bor pada
kedalaman sekitar 66.0 m. Sementara
untuk lapisan batubara singkapan JG 03
& JG – 04 diperkirakan ditembus pada
kedalaman 199.8 m. Sedangkan untuk
lapisan batubara pada singkapan JG –
01 dan BB – 01 (lapisan batubara yang
menjadi target pemboran), diperkirakan
akan ditembus pada kedalaman 385 m
dan 475 m (Gambar 4). Titik bor di
daerah penyelidikan diberi kode JK 1.
Pada kedalaman 328.05 m,
pemboran di titik JK 1 mengalami
kendala. Karena kedalaman belum
mencapai target kedalaman, maka titik
bor digeser kurang lebih 5 m ke arah
sebelah utara dari titik bor awal. Titik bor
ini diberi nama RJK 1. Pemboran akan
dilakukan dengan cara open hole sampai
kedalaman
320.00
m,
kemudian
dilanjutkan dengan pemboran inti.
Tapi ketika pemboran di titik RJK
1 dilakukan, pada kedalaman 317 m,

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

91

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

pemboran terhenti dikarenakan batang
bor terjepit, kemungkinan besar terjadi
runtuhan di lubang bor. Setelah
dilakukan perbaikan, pemboran kembali
dilanjutkan. Tetapi air bilasan bor tidak
kembali lagi ke permukaan (water lost),
malah air bilasan bor ini keluar di titik bor
yang pertama (JK 1). Diperkirakan
lubang bor JK 1 tidak lurus, tapi
mengalami
pembengkokan
akibat
terhalang oleh casing yang tertinggal,
sehingga pada kedalaman kurang lebih
317 m kedua lubang bor itu bertemu. Air
bilasan yang keluar pada lubang bor JK
1 tidak disertai dengan cuttingnya, serta
kemudian terjadi lagi jepitan pada batang
bor sebagai akibat dari cutting pemboran
yang tidak keluar. Setelah mengatasi
jepitan yang terjadi, mengingat waktu
pelaksanaan kegiatan lapangan sudah
hampir habis, maka pemboran pada titik
bor RJK 1 dihentikan. Kedalaman akhir
yang dapat dicapai adalah 317.4 m.
Kemudian dilakukan kegiatan
logging, dengan menggunakan natural
gamma dan density. Logging berhasil
dilakukan sampai dengan kedalaman
300 m. Kemungkinan besar telah terjadi
pengendapan di dasar lubang bor
sehingga alat logging tidak bisa
mencapai dasar lubang bor. Hasil
logging dapat dilihat pada lampiran.
Kedalaman akhir pemboran pada
titik bor pertama (JK1) adalah 328.05 m,
sementara pada titik bor kedua (RJK 1)
kedalaman pemboran hingga akhir
periode kedua mencapai 318.5 m.
Lapisan batubara yang ditembus oleh
kegiatan
pemboran
di
Jangkang
mencapai 17 (tujuh belas) seam/lapisan
(tabel 2)
Pengukuran Gas (desorbtion)
Lapisan batubara yang memiliki
ketebalan lebih dari 0.5 dan kedalaman
lebih dari 50 m dimasukan ke dalam
canister
untuk
kemudian
dihitung

kandungan gasnya. Pengukuran gas
(desorbtion) dilakukan di laboratorium
mobile PSDG. Tabel 3 dan 4
menunjukkan hasil pengukuran gas yang
kondisinya telah disesuaikan dengan
kondisi standar (STP).
Hasil pengukuran menunjukkan
bahwa kandungan gas yang paling
dominan pada tiap seam adalah gas
Nitrogen (N2) dengan kandungan yang
berkisar antara 56.16 % - 87.63 %.
Diikuti oleh gas metan (CH4) dengan
kandungan antara 5.76 % - 34.92 %. Ini
kemungkinan besar disebabkan oleh
kurangnya kedalaman sampel batubara
yang diambil (kurang dari 300 m) dan
masih rendahnya kwalitas batubara yang
ada (Sub-Bituminous B).
Kandungan gas metan tertinggi
ada pada canister no J-8 dengan nilai
kandungan gas sebesar 12.86 scf/ton
atau 0.36 cu.m/ton. Conto canister ini
merupakan bagian dari lapisan JK 10
yang berada pada kedalaman 200.55 m
– 203.13 m dan memiliki ketebalan 2.58
m.
Analisis Laboratorium
Untuk
mengetahui
kwalitas
batubara di daerah penyelidikan, maka
dilakukan analisis laboratorium di
laboratorium PSDG. Conto batubara
yang
dianalisa
merupakan
conto
batubara dari hasil pemboran dengan
ketebalan diatas 0.5 m. Hasil analisis
dapat dilihat pada tabel 5.
Dari angka kualitas batubara
pada tabel diatas menunjukan bahwa
batubara daerah penyelidikan menurut
US System termasuk kedalam batubara
sub- bituminous B. Kualitas batubara dari
conto JK 1 hingga JK 11 relatif sama,
kecuali kandungan sulfurnya. Pada conto
JK 10 dan JK 11, kandungan sulfurnya
berbeda secara signifikan, yaitu diatas 1
%. Ini kemungkinan besar diakibatkan
oleh adanya pirit yang terkandung dalam

92 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

lapisan batubara tersebut. Kemungkinan
besar batubara yang ditembus oleh bor
JK 1 berasal dari satu formasi, yaitu
Formasi Montalat.
Selain itu, dilakukan juga analisa
petrografi pada 11 (sebelas) conto inti
hasil dari pemboran. Contoh yang
dianalisis terdiri dari batubara dan
lempung batubaraan atau coaly clay
atau shaly coal. Hasil analisa dapat
dilihat pada tabel 6. Hasil pengamatan di
laboratorium
menunjukkan
bahwa
mikrolitotipe dari batubara adalah vitrit,
dimana vitrinit merupakan maseral yang
dominan (30.2 – 98.6 %), disertai
dengan sedikit inertinit dan liptinit. Liptinit
menunjukkan intensitas warna kuning –
jingga. Mineral matter didominasi oleh
mineral lempung sebagai butir individual
atau pengisi rekahan vitrinit. Sedikit pirit
dan oksida besi hadir sebagai butiran,
kecuali
pada
beberapa
sampel
menunjukkan kadar pirit yang tinggi (JK
6, JK 10 dan JK 11). Dari variasi
komposisi maseral dan mineral, batubara
di daerah
ini diendapkan
pada
lingkungan pantai hingga upper delta
plain.
Analisis Adsorption Isotherm
Uji adsorption isotherm dilakukan
berdasarkan metode volumetric untuk
menentukan kapasitas serap (sorption
capacity) batubara sebagai fungsi
tekanan. Pengujian yang dilakukan
mengacu pada metode volumetric dari
Commonwealth Scientific and Industrial
Research
Organization
(CSIRO)
Australia, pada metode ini volume gas
terserap perconto batubara diukur
secara
tidak
langsung
dengan
menginjeksikan gas metana secara
bertahap dengan tekanan bervariasi
yang dapat beroperasi hingga tekanan
16 Mpa (2320 psi) dengan temperature
maximum 100°C.

Kandungan gas hasil pengukuran
adsorption isotherm selalu mewakili
kapasitas
serapan
atau
jumlah
maksimum gas yang dapat diikat oleh
batubara (storage capacity). Untuk
menghitung
kapasitas
gas
yang
tersimpan (storage capacity) dengan
tekanan digunakan persamaan Langmuir
sebagai berikut :

dimana:
Gs = kapasitas gas simpan, m3/ton
P = Tekanan, kPa
VL
= Konstanta Volume Langmuir,
m3/ton
PL = Konstanta Tekanan Langmuir, kPa
Persamaan
diatas
hanya
digunakan dengan asumsi batubara
murni (pure coal), sehingga persamaan
ini
kemudian
dimodified
dengan
memperhitungkan adanya kadar abu dan
kadar air yang terkandung dalam
batubara, sehingga persamaan ini
menjadi:

dimana:
fa = kadar abu, fraksi
fm = kadar air, fraksi
Pengujian adsorption isotherm
dilakukan terhadap 2 (dua) contoh
batubara dari Seam JK 4 dan Seam JK
12. Seam 12 merupakan lapisan
batubara paling bawah yang ditemukan
pada kegiatan pemboran dengan
kedalaman 296.55 m – 297.10, dan
ketebalan 0.55 m .
Hasil pengujian dapat dilihat pada
tabel 7 dan 8.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

93

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Sumberdaya Batubara
Perhitungan
sumberdaya
batubara daerah Jangkang dilakukan
berdasarkan
pada
kriteria-kriteria
sebagai berikut :
• Data batubara yang digunakan
dalam perhitungan adalah data
batubara dari hasil pemboran JK 01.
• Jarak yang dihitung kearah jurus
(lebar) dibatasi sampai sejauh 750 m
dari lokasi bor JK-01, sehingga jarak
total yang dihitung kearah jurus
mencapai 1500 m.
• Jarak yang dihitung kearah down dip
atau up dip (panjang) untuk batubara
Seam C dibatasi sampai sejauh 400
m dari lokasi JK-01, sehingga jarak
totalnya mencapai 800 m (dalam hal
ini lokasi JK-01 terletak ditengah).
• Lapisan batubara yang dihitung
mengacu pada lapisan batubara
yang
diukur
kandungan
gas
metannya saja, yaitu pada batubara
dengan ketebalan lapisan diatas 1.50
m.
• Berat jenis yang dihitung adalah
berat jenis batubara yang umum
yaitu 1,30.
Berdasarkan
kriteria
diatas,
sumberdaya batubara daerah Jangkang
adalah sebesar 16.567.200 ton. Untuk
perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 9.
Potensi Gas Methane
Berdasarkan hasil pengukuran,
kandungan gas dalam lapisan batubara
di daerah penyelidikan relatif sedikit. Ini
mungkin disebabkan karena kedalaman
dari sampel yang diambil kurang dari 300
m, sehingga gas yang terkandung dalam
lapisan batubara masih relatif sedikit.
Kandungan gas metan (methane
in place) di daerah Jangkang dihitung
berdasarkan kriteria-kriteria sebagai
berikut :

- Luas daerah yang dihitung mengacu
pada luas sebaran batubara yang telah
dihitung sumberdayanya.
- Tebal batubara yang dihitung adalah
tebal yang didapat dari data hasil
pemboran
- Rumus yang digunakan dalam
menghitung sumberdaya gas metan
adalah :
SDM = Tc x (1- Ash) x (1- M) x Density x Mc
x Ar
Dimana :
SDM = Sumberdaya gas metan (m3)
Tc
= Tebal rata-rata batubara (m)
1- Ash = 1- kandungan abu (%)
1- M = 1- Moisture (%)
Mc
= Kandungan gas metan (m3/ton)
Ar
= Luas Daerah yang dihitung (m2)
Berdasarkan kriteria diatas, hasil
perhitungan kandungan gas metan di
daerah penyelidikan adalah sebesar
15.724.003,94
scf.
Untuk
lebih
lengkapnya dapat dilihat pada tabel 10.
Prospek
Pemanfaatan
dan
Pengembangan
Sebagaimana telah disebutkan
diatas, kandungan gas pada conto
batubara di daerah penyelidikan relatif
sedikit. Untuk itu perlu ada penyelidikan
lebih lanjut, mengingat data yang
disampaikan disini hanya berasal dari
satu titik pemboran. Penyelidikan
selanjutnya lebih baik bila lebih
difokuskan pada formasi yang lebih tua,
yaitu Formasi Tanjung.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari pembahasan diatas, dapat
dibuat beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Secara geologi daerah Jangkang
termasuk
kedalam
pinggiran

94 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

2.

3.

a.

b.

c.

d.

e.

4.

5.

Cekungan Barito bagian utara.
Formasi pembawa batubara di
daerah penyelidikan adalah Formasi
Montalat dan Formasi Tanjung.
Perlapisan
batuan
di
daerah
penyelidikan
memiliki
struktur
homoklin dengan kemiringan kearah
Tenggara sebesar 8° - 18°.
Dari hasil pemboran, diketahui
bahwa di titik bor JK-1 terdapat 17
(tujuh belas) lapisan batubara
dengan ketebalan antara 0.30 m –
2.58 m. Terdapat lima lapisan yang
memiliki ketebalan lebih dari 1.5 m.
Lapisan tersebut adalah :
Lapisan JK 2 yang berada pada
kedalaman 75.13 – 76.75 memiliki
ketebalan 1.62 m.
Lapisan JK 3 yang berada pada
kedalaman
84.25
m
memiliki
ketebalan 1.90 m.
Lapisan JK 4 yang berada pada
kedalaman 111.60 m memiliki
ketebalan 2.47 m.
Lapisan JK 5 yang berada pada
kedalaman 123.95 m memiliki
ketebalan 2.05 m.
Lapisan JK 10 yang berada pada
kedalaman 200.55 m memiliki
ketebalan 2.58 m.
Lapisan-lapisan inilah yang dihitung
sumberdaya
batubara
dan
kandungan gasnya.
Nilai kalori batubara (adb) untuk tipa
lapisan
batubara
di
daerah
penyelidikan berkisar antara 4784 –
5627 cal/kg. Menurut klasifikasi US
System masuk ke dalam kategori
Sub-Bituminous B.
Berdasarkan
hasil
pengukuran
(desorbtion test), kandungan gas
dalam lapisan batubara di daerah
penyelidikan berkisar antara 0.028
cu.m/ton – 0.582 cu.m/ton, atau
setara dengan 0.986 – 20.553
scf/ton.

6. Berdasarkan analisis komposisi gas,
kandungan gas metan dalam lapisan
batubara berkisar antara 0.002 –
0.127 cu.m/ton atau setara dengan
0.083 – 4.491 scf/ton.
7. Kapasitas serap batubara terhadap
gas metan berdasarkan analisis
adsorption isotherm untuk Seam JK
2, pada kedalaman 112.70 m dengan
tekanan hidrostatik 166 psi sebesar
2,90 m3/ton (as received). Kapasitas
serap batubara terhadap gas metan
untuk Seam JK 12 pada kedalaman
296.55 m dengan tekanan hidrostatik
436 psi adalah 6.44 m3/ton.
8. Sumberdaya batubara yang meliputi
daerah seluas 146.7 ha sekitar
16.567.200 ton (tereka). Potensi gas
metan yang meliputi daerah tersebut
adalah sekitar 15.724.003,94 scf
(hipotetik).
9. Disarankan
agar
dilakukan
penyelidikan lebih lanjut agar data
yang
didapat
lebih
banyak.
Penyelidikan disarankan di formasi
yang lebih tua, Formasi Tanjung.

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

95

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

DAERAH KEGIATAN

Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Kegiatan

A

B

Keterangan : 




A : Morfologi Daerah Pedataran 
B : Morfologi daerah perbukitan 

Gambar 2. Morfologi daerah penyelidikan

96 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Umur

K
U
A
R
T
E
R

Holosen

Plistosen

Simbol
Litologi

Formasi
Aluvium

Dahor

Deskripsi

Lingkungan
Pengendapan

Batuan hasil
rombakan
lempung, pasir,
kerakal
Batupasir
sisipan
Batulanau,
Serpih, lignit
dan limonit

Darat

Ketidakselarasan
Peralihan

Pliosen
Akhir
Tengah

Warukin

Awal

Batupasir kasar
sisipan
Batulanau
dan
Serpih
Berai : Batugamping
lapis dg. Batulempung,

T
E
R
S
I
E
R

Oligosen

Napal dan Batubara
Berai
Montalat

Tanjung
Atas
(Tet-a)

Ketidakselarasan
Transisi

Berai :
Laut dangkal

Montalat : Batupasir
Kuarsa sisipan
Batulanau & Batubara

Montalat :
Laut dangkal
terbuka

Perselingan Batupasir
Kuarsa, Batulanau,
Batugamping,
dan Batubara

Litoral sampai
rawa

Perselingan Batupasir
Serpih, Batulanau
dan Konglomerat

Litoral sampai
rawa

Eosen
Akhir
Tanjung
Bawah
(Tet-b)

K
A
P
U
R

Kapur
Akhir

Batuan vulk.
Kasale
(Kvh)

Berupa stocks,
umumnya terdiri dari
Basalt Pyroksen

Ketidakselarasan

Gambar 3. Stratigrafi daerah penyelidikan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

97

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 1. Data singkapan batubara di daerah penyelidikan

Jurus
(N..oE)

Kemi
ringan
(...o)

Jumlah
Seam

Te
bal
(m)

65

12

1

1,60

Koordinat
No

Kode
Lokasi

1.

JG-01

2.

JG-02

Dipinggir jln S.
Kaburan
Pingir Jln, S.
Ohon

3.

JG-03

4.
5.

Lokasi

Ele
vasi

LS

BT

01o09’40,8”

114o11’20,9”

-

01o09’40,8”

114o11’20,9”

49

70

10

1

1,60

S.Mangkirik

01o12’25,7”

114o09’35,1”

49

-

-

-

-

JG-21

dekat S.Ringin

01o09’13,9”

114o08’32,3”

62

140

8

1

0,25

JG-22

dekat S.Ringin

01o08’29,1”

114o07’29,8”

-

130

18

1

0,50

6.

JG-24

Pinggir Jalan

JNG 03

Dekat
Kapuas

S.

7.

JNG 04

Dekat
Kapuas

S.

8.
9.

BB-01

10

BB-02

o

o

Keterangan
Hasil Pemetaan
Tim PMG
Hasil Pemetaan
Tim PMG
Tersingkap
pd
bekas
tambang
emas,
Hasil
Pemetaan
Tim
PMG
Hasil Pemetaan
Tim PMG
Hasil Pemetaan
Tim PMG
Hasil Pemetaan
Tim PMG

01 09’11,6”

114 07’09,6”

122

118

15

1

0,50

01o09’41,8”

114o12’37,0”

44

170

11

1

6,00??

Hasil Pemetaan
NEDO

01o09’47,3”

01o12’33,5”

49

170

4

1

2,60

Hasil Pemetaan
NEDO

Kebun
Masyarakat

01o09’25,8”

114o10’59,8”

-

30

6

1

0,50

Hasil Pemetaan
Tim PMG

Kebun
Masyarakat

01o09’47,3”

114o09’27,9”

-

26

15

1

0,60

Hasil Pemetaan
Tim PMG

98 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Hasil
Pemboran

Target
Pemboran

Gambar 4. Sketsa penentuan titik bor di daerah penyelidikan

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

99

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 2. Batubara yang ditemukan di lokasi Bor JK-01
Kedalaman Lapisan Batubara 

Kode 
No 
Lapisan 

Dari 

Sampai 

Tebal 





10.05 

10.50 

0.45 



JK 1

 22.25 

22.80 

0.55 





 25.35 

25.65 

 0.30 





27.47 

27.87 

0.40 



JK 2

75.13 

76.75 

1.62 



JK 3

84.25 

86.15 

1.90 



JK 4

111.60 

114.07 

2.47 



JK 5

123.95 

126.00 

2.05 



JK 6

150.35 

151.30 

0.95 

10 

JK 7

186.10 

186.95 

0.85 

11 

JK 8

189.80 

190.48 

0.68 

12 

JK 9

192.90 

193.90 

1.00 

13 

JK 10

200.55 

203.13 

2.58 

14 



213.40    213.75 

0.35 

15 

JK 11

222.00    222.50 

0.50 

16 



278.20    278.55 

0.35 

17 

JK 12

296.55    297.10 

0.55 

100 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

Tabel 4. Kandungan Gas Metan Hasil Pengukuran Desorbtion Test

Tabel 3. Hasil analisis komposisi gas pada tiap seam

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

101

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 5. Kualitas Batubara di Daerah Jangkang dan sekitarnya
Batubara 
Jenis analisis 

Unit 

Basis 
JK 1 

JK 2 

30.54

JK 3 

JK 4 

JK 5 

JK 6 

32.28 32.25

34.70

31.92 

31.67

38.65

39.91 40.01

42.23

39.74 

40.18

11.67

11.26 11.46

11.53

11.49 

12.45

44.36

42.55 42.50

43.43

43.14 

41.54

41.99 42.14

41.25

41.68 

39.76

Free 


Ar 

Moisture 
Total 


Ar 

Moisture 
Moisture 



Adb 



Adb 

Volatile 
Matter 
Fixed Carbon 



Adb 

37.84

Ash 



Adb 

6.13

4.20

3.90

4.79

3.69 

6.25

Total Sulphur 



Adb 

0.30

0.38

0.35

0.48

0.23 

0.25

Cal/gr 

Adb 
5604

5589

5595

5607

5704 

5330

Calorific 
Value 

Batubara 
Jenis analisis 

Unit 

Basis 
JK 7 

JK 8 

JK 9 

JK 10 

JK 11 

Free 


Ar 

Moisture 

30.00

29.72

32.44

30.21 

28.20

38.61

36.68

40.85

38.18 

35.54

12.30

9.91

12.45

11.42 

10.22

42.70

37.39

40.01

40.86 

37.80

Total 


Ar 

Moisture 
Moisture 



Adb 



Adb 

Volatile 
Matter 
Fixed Carbon 



Adb 

41.40

34.01

43.90

38.31 

37.51

Ash 



Adb 

3.60

18.69

3.64

9.40 

14.47

Total Sulphur 



Adb 

0.22

0.85

0.33

2.36 

4.88

Cal/gr 

Adb 
5627

4784

5521

5448 

5124

Calorific 
Value 

102 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 6. Hasil Analisa Petrografi Daerah Penyelidikan

Mean 
Kode 
N

RV 
Cont

Komposisi 

Material Mineral 

Maseral (%) 

(%) 

Std. 
Kisaran 

Depth 



Devias
(% Rv 

(%) 











Clay 

0.019

56.3

0.2

0.2

42.6 

0.4 0.3

0.029

84.3

2.6

0.1

12.4 

0.5 0.1

0.035

97.5

0.3

0.2

1.6 

0.2 0.2

0.036

97.2

0.5

0.2

0.4 

1.6 0.1

0.033

96.1

0.3

0.3

2.3 

0.9 0.1

0.027

93.6

0.2

0.2

4.1 

0.8 1.1

0.019

96

0.5

0.1

3.1 

0.2 0.1

0.021

96.5

0.2

0.2

2.6 

0.3 0.2

0.029

95.8

0.3

0.1

2.9 

0.3 0.6

0.024

75.8

0.3

0.3

15.1 

1.6 6.9

0.026

91.4

0.2

0.2

4.4 

0.7 3.1

max) 

OX B 

PY 

0.28 ‐ 


JK 1 

22.25 

0.31 
0.34
0.27 ‐ 



JK 2 

75.13 

0.32 
0.36
0.28 ‐ 



JK 3 

84.25 

0.33 
0.39
0.28 ‐ 



JK 4 

111.6 

0.32 
0.40

123.9


JK 5 

0.28 ‐ 
0.34 



0.38

150.3


JK 6 

0.30 ‐ 
0.33 



0.39
0.31 ‐ 



JK 7 

186.1 

0.34 
0.37
0.32 ‐ 



JK 8 

189.8 

0.35 
0.39
0.31 ‐ 



JK 9 

192.9 

0.36 
0.40

200.5
10  JK 10 
11  JK 11 

0.27 ‐ 
0.32 



0.35

222 

0.33  0.29 ‐0.37

Keterangan :
V : Vitrinit

CLAY : Mineral Lempung I : Inertinit

L : Liptinit

PY

OX B : Oksida Besi

: Pirit

Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

103

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Tabel 7. Hasil Analisis Proximate Batubara Pada Lapisan JK 4 dan JK 12

Sample 

Moisture

Ash 

Volatile 

Fix 

ID/Kode 

(% wt, 

Content 

Matter (% 

Carbon 

Lapisan 

adb) 

(% wt) 

wt) 

(% wt) 

35.87 

2.95 

33.06 

28.13 

1.241 

33.06 

8.20 

30.24 

28.51 

1.273 

Depth 
No 

Density 

(meter) 

(gr/cc) 

112.70 – 

J2 – 2/JK 

113.20 



296.55 – 

J – 12/JK 

297.07 

12 





Tabel 8. Nilai Volume dan Tekanan Langmuir yang Didapat dari hasil uji adsorption
isotherm

Sample 
Depth 
No 

Vol 

Press. 

Hydrostatic  Storage 

Temp., 
ID/Kode 

(meter) 

Langmuir  Langmuir 

Pressure 

Capacity 

°C 
Lapisan 

112.70 – 

J2 – 2/JK 

33°C (± 

113.20 



1°C) 

296.55 – 

J – 12/JK 

36°C (± 

297.07 

12 

1°C) 





(m3/t) 

(psi) 

(psi) 

(m3/t) 

10.16 

415.10 

166.00 

2.90 

10.82 

296.69 

436.00 

6.44 

104 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi

BUKU 1 : BIDANG EN
NERGI

Gambar 5. Kurva Volum
me dan Teka
anan Langm
muir pada lap
pisan batuba
ara JK 4

Prosiding Hasil
H
Kegiatan Pusat
P
Sumber Daya Geologi

105

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

Gambar 6. Kurva Volume dan Tekanan Langmuir pada lapisan batubara JK 12
Tabel 9. Perhitungan Sumberdaya Batubara Daerah Jangkang dan sekitarnya
Tebal 

Panjang 

Lebar 

SG 

Sumber 

(m) 

(m) 

(m) 

(ton/m3)

daya (ton) 

Seam 
JK 2 

 1.62  

  1,500 

800 

1.30 

2,527,200  

JK 3 

1.90  

1,500 

 800 

1.30 

2,964,000  

JK 4 

2.47  

1,500 

800 

1.30 

3,853,200  

JK 5 

2.05  

1,500 

800 

1.30 

3,198,000  

JK 10 

2.58  

1,500 

800 

1.30 

4,024,800  

Total  16,567,200  

Tabel 10. Kandungan Metan di daerah penyelidikan
Kandungan 
Tebal  Panjang  Lebar 

SG 

Moisture 

Ash 

Seam 

Kandungan 
Metan 

(m) 

(m) 

(m) 

(ton/cu.m)

(%) 

(%) 

Metan (scf) 
(Cu.m) 

JK 2  1.62  

 1,500  

800  

1.30  

11.67

6.13

0.00 

0.00

JK 3  1.90  

 1,500  

800  

1.30  

11.26

4.20

0.00 

0.00

JK 4  2.47  

 1,500  

800  

1.30  

11.46

3.90

7,868.57 

277,768.32

JK 5  2.05  

 1,500  

800  

1.30  

11.53

4.79

5,656.87 

199,693.24

JK 10  2.58  

 1,500  

800  

1.30  

12.45

3.64

431,901.15  15,246,542.39

Total Kandungan Metan  445,426.59  15,724,003.94

106 Prosiding Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Geologi