Penelitian Bahan Galian Lain Mineral Ikutan Pada Wilayah Pertambangan Batubara Di Kabupaten Kapuas Provinsi Kalimantan Tengah

(1)

PENELITIAN BAHAN GALIAN LAIN/ MINERAL IKUTAN PADA WILAYAH PERTAMBANGAN BATUBARA DI KABUPATEN KAPUAS

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Rudy Gunradi

Kelompok Penyelidikan Konservasi dan Unsur Tanah Jarang

SARI

Kegiatan usaha pertambangan seringkali hanya memusatkan perhatiannya pada penambangan bahan galian yang menjadi komoditas utama sesuai dengan perizinannya dan tidak melakukan upaya penanganan bahan galian/mineral ikutan sehingga tidak memperoleh nilai tambah suatu bahan galian/mineral ikutan yang berada pada wilayah pertambangannya. Bahan galian dan mineral ikutan yang terdapat di daerah penelitian yaitu : bitumen padat, batulempung, andesit, batugamping, pasir kuarsa dan batupasir kuarsa

Potensi bitumen padat dan batulempung terdapat diantara lapisan batubara baik sebagai over burden maupun inter burden, berpotensi terbuang pada tahap penambangan batubara menjadi waste. Sumberdaya tereka bitumen padat di daerah penelitian sebesar 131.242.622,402 ton, dengan kandungan minyak antara 5 – 30 lt/ton dan potensi sumberdaya hipotetik batulempung sebesar 14.900,145 m3.

Potensi andesit di daerah penelitian sebesar 92.542.500 m3 sangat menunjang untuk pembangunan sarana dan prasarana jalan tambang batubara yang akan dibangun, mengingat beban tonase truk pengangkut batubara yang cukup besar.

Perlu dipikirkan pemanfaatan batugamping yang terdapat di daerah penelitian untuk kapur pertanian mengingat kandungan CaO dalam batugamping cukup tinggi yang dapat digunakan untuk menaikan pH tanah untuk menunjang sektor pertanian di wilayah Kabupaten Kapuas bagian selatan.

Kandungan SiO2 yang tinggi terutama dalam pasir kuarsa dengan sedikit pengotor menunjukkan pasir kuarsa di daerah penelitian dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri pembuatan kaca.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bahan galian merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena itu pengelolaannya harus dilakukan secara efesien dan bijaksana sehingga dapat memberikan manfaat yang optimal.

Kegiatan penambangan bahan galian dilakukan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari bahan galian tersebut. Namun dalam pelaksanaan kegiatan tersebut dapat terhenti karena keterbatasan teknologi, politik dan ekonomi sedangkan bahan galian yang masih memiliki kemungkinan untuk dimanfaatkan.

Usaha pertambangan seringkali hanya memusatkan perhatiannya pada kegiatan penambangan bahan galian yang menjadi komoditas utama sesuai

dengan perizinannya. Usaha

pertambangan tersebut pada umumnya tidak melakukan upaya penanganan bahan galian/mineral ikutan sehingga tidak memperoleh nilai tambah suatu bahan galian/mineral ikutan yang berada pada lokasi pertambangannya. Dalam rangka mendorong penerapan kaidah konservasi pada wilayah pertambangan perlu dilakukan upaya optimalisasi pemanfaatan bahan galian lain dan mineral ikutan secara bijaksana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan tetap berwawasan lingkungan.


(2)

Disamping itu pemanfaatan potensi bahan galian lain dan mineral ikutan perlu dilakukan secara optimal sebagai salah satu upaya peningkatan pendapatan dan perekonomian daerah dan nasional.

Upaya untuk mengetahui potensi sumber daya dan prospek pemanfaatan bahan galian batubara dan bahan galian lain/mineral ikutan maka perlu dilakukan kegiatan penelitian bahan galian lain mineral ikutan pada wilayah pertambangan batubara di Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan ini dibiayai dari dana Daftar Isian Pelaksanaan Angggaran (DIPA) – Pusat Sumber Daya Geologi Tahun Anggaran 2010.

1.2. Lokasi Penelitian dan Kesampaian Daerah

Daerah penelitan secara administratif termasuk dalam Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimatan Tengah. Secara geografis daerah tersebut terletak antara 114 417”00”- 1143245”BT dan 005831”- 0014’30” LS. Peta lokasi daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Untuk mencapai daerah penelitian dapat menggunakan penerbangan Jakarta - Palangkaraya dan dilanjutkan menuju daerah penelitian dengan menggunakan berbagai macam sarana perhubungan seperti kendaraan bermotor roda empat maupun dengan menggunakan kendaraan air.

1.3. Demografi, Iklim dan Tataguna Lahan

Penduduk asli Kecamatan Kapuas Tengah adalah suku Dayak Kapuas, dan sebagian suku pendatang terutama Suku Banjar dan Jawa serta beberapa suku lain dalam jumlah yang lebih kecil. Suku Dayak Kapuas umumnya menempati wilayah sekitar Petak Bahenda, sedangkan suku pendatang umumnya mendiami pinggiran S. Kapuas dan S. Kuatan serta menempati wilayah yang ada di utara Petak Bahenda.

Suku Dayak Kapuas, sebagian memeluk agama Kristen serta Islam, namun sebagian lainnya masih memeluk agama asal (tradisi) yaitu Kaharingan. Suku – suku pendatang (Suku Banjar, Jawa, dll) umumnya beragama Islam. Kehidupan umat beragama terlihat baik, begitu pula dengan sarana peribadatan yang telah tersedia.

Mata pencaharian penduduk asli pada umumnya adalah berladang, menanam rotan, karet, padi dan sayur-sayuran. Sebagian bekerja mendulang emas dan bekerja pada perusahaan pemegang ijin Hak Pemangku Hutan (HPH) serta bekerja pada perkebunan kelapa sawit. Suku pendatang biasanya bekerja sebagai pedagang dan sebagian bekerja pada perusahaan HPH serta pada perkebunan kelapa sawit.

Daerah penelitian seperti halnya wilayah lain di Indonesia pada dasarnya mempunyai iklim tropis basah yang sangat dipengaruhi oleh dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Curah hujan tahunan di daerah ini berada pada kisaran sedang, yakni antara 1.700 mm sampai 3.350 mm per tahun dengan temperatur rata-rata tahunan adalah sebesar 26,7oC.

Tata guna lahan yang berada di daerah penyelidikan sebagian besar merupakan hutan sekunder dan sebagain lagi berupa perkebunan dan ladang. Pemanfaatan tata guna lahan di daerah penelitian berupa 70% berupa hutan sekunder dan sisanya 30% merupakan perkebunan karet dan ladang padi masyarakat setempat. Sekitar 15% hutan sekunder yang ada di wilayah penelitian dikelola oleh perusahaan kayu swasta. Hutan sekunder ditumbuhi oleh berbagai jenis tanaman ekonomis, seperti beberapa jenis meranti, kruwing, pungsi dan ulin. Daerah perladangan penduduk yang ditanami tanaman padi, karet dan sayur-sayuran.


(3)

2. GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN 2.1. Geologi Regional

Secara fisiografi daerah penyelidikan merupakan bagian dari tepian utara Sub-Cekungan Barito yang berbatasan dengan Cekungan Kutai, dimana pada bagian utara dan barat masing-masing dibatasi oleh Tinggian Kucing dan Paparan Sunda.

Secara regional daerah penelitian terpetakan dalam Peta Geologi Regional Lembar Muara Teweh, sekala 1 : 250.000 (Supriatna dan Adjat Sudrajat, 1992) dan Lembar Buntok, sekala 1 : 250.000 (Supriatna dkk, 1994 dan 1995).

Kegiatan tektonik di daerah penelitian dan sekitarnya telah dimulai sejak Zaman Mesozoikum yang ditandai dengan munculnya batuan granit, granodiorit, diorit, dan gabro dalam komplek Busang. Kemudian diikuti oleh munculnya batuan gunungapi Kasale dan pengendapan Kelompok Selangkai pada Kapur Akhir. Pada awal Eosen Tengah terjadi kegiatan gunungapi yang menghasilkan batuan gunung api Nyaan. Selanjutnya di Cekungan Barito, sejak Oligosen Akhir hingga Miosen Awal terendapkan Formasi Berai, Montalat, Purukcahu, yang diikuti oleh kegiatan gunung api Malasan. Pada kala yang sama juga terjadi terobosan Sintang. Pada Kala Miosen Tengah hingga Miosen Akhir diendapkan Formasi Warukin.

Struktur geologi yang

berkembang berupa sesar, perlipatan dan kelurusan yang umumnya berarah baratdaya-timurlaut dan baratlaut-tenggara. Sesar terdiri dari sesar normal, sesar mendatar dan sesar naik yang melibatkan batuan sedimen berumur Tersier dan Pra Tersier. Kelurusan –

kelurusan diduga merupakan

jejak/petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar dengan struktur umum. Lipatan–lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya dengan kelurusan berarah sejajar dengan struktur regional, timurlaut-baratdaya. Oleh karena itu litologi umumnya didominasi oleh

batuan yang berumur Tersier, maka diduga kehadiran sesar, kelurusan dan perlipatan berhubungan erat dengan kegiatan tektonik pada Zaman Tersier (Gambar 2 dan Tabel 1).

2.2. Geologi Daerah Penelitian

Morfologi daerah peninjauan ditempati oleh morfologi lembah sungai, morfologi dataran rendah dan morfologi perbukitan bergelombang dan morfologi perbukitan.

Mengacu pada Peta Geologi Lembar Mura Teweh dan Lembar Buntok sekala 1 : 250.000 (Sutrisno, dkk, 1994) dan dikoreksi berdasarkan pengamatan di lapangan, geologi daerah penelitian disusun oleh batuan berumur Pra Tersier dan beberapa kelompok batuan sedimen berumur Tersier dengan urutan stratigrafi dari tua ke muda adalah :

Batuan Pra Tersier yang tersingkap di daerah penelitian berupa Satuan Kompleks Busang berumur Kapur yang terdiri dari granit, granodiorit, diorit, gabro umumnya termalihkan dan terdaunkan, sekis, genes, kuarsit. Di bagian atasnya secara tidak selaras diendapkan batuan sedimen berupa perselingan antara batupasir, serpih, batulanau dan konglomerat aneka bahan dari Formasi Tanjung, berumur Eosen.

Di atas Formasi Tanjung secara selaras diendapkan kelompok batupasir kuarsa berstruktur silang siur sebagian gampingan dengan sisipan batulanau, serpih dan batubara, sedangkan ke arah atasnya berubah fasies menjadi

kelompok batugamping, yang

merupakan perlapisan antara

batugamping dengan batulempung, napal dan batubara. Kedua kelompok batuan tersebut berumur Oligo-Miosen dan masing-masing dikenal sebagai Formasi Montalat dan Formasi Berai.

Kelompok batuan yang relatif lebih muda dari ketiga kelompok batuan di atas dan selaras di atas Formasi Berai dan Formasi Montalat terdiri dari batupasir kasar-sedang bersisipan


(4)

batulanau dan serpih dari Formasi Warukin berumur Miosen.

Kelompok batuan relatif lebih muda dan tidak selaras di atas kelompok batuan lebih tua adalah kelompok batupasir kuarsa lepas dengan sisipan konglomerat aneka bahan yang dikenal sebagai Formasi Dahor, berumur Plio-Plistosen. Sedangkan endapan undak aluvial dan aluvial Resen terlihat menutup Formasi Warukin dan Formasi Dahor. Formasi Dahor ini menempati bagian selatan dari daerah penyelidikan di sekitar Pujon.

Struktur geologi yang

berkembang pada daerah penyelidikan adalah struktur lipatan berupa antiklin dan sinklin dengan arah umum sumbu lipatan timurlaut–baratdaya.

Sesar yang berkembang terutama adalah sesar mendatar yang memotong arah jurus perlapisan batuan dengan arah baratlaut-tenggara, yang disertai kelurusan-kelurusan umumnya berarah tenggara–baratlaut dan baratdaya– timurlaut. Struktur sesar tersebut memotong batuan berumur Tersier dan Pra-Tersier.

Umumnya sesar-sesar, kelurusan dan perlipatan tersebut memotong batuan berumur Tersier sehingga disimpulkan bahwa kegiatan tektonik terjadi pada Zaman Tersier.

2.3. Bahan Galian di Wilayah Pertambangan Batubara

Seperti diketahui di Kabupaten Kapuas terdapat sebanyak 56 Izin Usaha Pertambangan (IUP) batubara baik yang diterbitkan oleh pusat maupun daerah. Dari seluruh IUP batubara yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas, baru 1 lokasi IUP yang telah ditambang yaitu di wilayah IUP PT. Telen Orbit Persada di daerah Buhut. Beberapa IUP batubara lainnya dalam tahap eksplorasi detil dan konstruksi.

Penelitian ini dititik beratkan di wilayah antara Sungai Ringin dan Buhut. Hasil pengamatan di lapangan bahan galian dan mineral ikutan yang terdapat di daerah penelitian yaitu bitumen padat, batulempung, andesit,

batugamping, pasir kuarsa dan batupasir kuarsa.

2.3.1. Bitumen Padat

Endapan bitumen padat diendapkan bersama-sama dengan pengendapan lapisan batubara. Di daerah penelitian endapan bitumen padat terdapat pada Formasi Warukin dan Formasi Tanjung yang tersebar pada beberapa lokasi. Dari hasil pengamatan di lapangan endapan bitumen padat terdapat diantara lapisan batubara berupa serpih baik sabagai over burden

maupun inter burden. Karena letaknya tersebut maka endapan bitumen padat dapat terbuang dalam tahap penambangan batubara menjadi waste.

Secara megaskopis endapan bitumen padat di daerah penelitian umumnya berwarna abu-abu kecoklatan sampai abu-abu kehitaman, berukuran lempung-lanau, sebagian besar tampak menyerpih, mengandung fragmen-fragmen karbon atau pita-pita batubara dan butiran-butiran halus pirit, bila dibakar berbau menyengat.

2.3.2. Batulempung

Endapan lempung diendapkan bersama-sama dengan pengendapan lapisan batubara. Potensi batulempung ini terletak diantara lapisan batubara. Hasil pengamatan di lapangan menunjukan potensi batulempung cukup banyak di daerah penelitian. Sama seperti endapan bitumen padat, endapan batulempung ini dapat terbuang bersama waste lainnya selama penambangan batubara. Dengan diketahui dan komposisi batulempung di daerah penelitian diharapkan batulempung bisa dimanfaatkan dan dapat dipisahkan dalam proses penambangan batubara untuk dimanfaatkan.

Secara megaskopis endapan batulempung berwarna abu – abu-abu kecoklatan, memperlihatkan struktur laminasi, di beberapa tempat disisipi oleh batu lanau dan batupasir halus.


(5)

Bahan galian andesit merupakan bahan galian lain yang terdapat di wilayah pertambangan di daerah penelitian. Hasil penelitian di lapangan ditemukan 3 lokasi andesit yaitu di di Wilayah PKP2B PT. Asmin Bara Bronang (KPS 05), di lokasi KPS 17 di sekitar Sungai Ringin dan Wilayah IUP PT. Batu Jelita Perkasa (KPS 19). Potensi andesit di daerah penelitian sampai saat penelitian ini berlangsung belum dimanfaatkan.

Potensi andesit di Wilayah PKP2B PT. Asmin Bara Bronang (KPS 05) terletak di aliran S. Kuatan Hulu, berbentuk beberapa perbukitan kecil, memperlihatkan struktur khas columnar joint. Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan sebaran batuan andesit ini seluas 124 Ha.

Potensi andesit di Wilayah IUP PT. Batu Jelita Perkasa (KPS 19) terletak di bagian kiri dan kanan jalan tanah yang direncanakan untuk pembangunan jalan pengangkutan batubara PT. Batu Jelita Perkasa, berbentuk perbukitan kecil. Hasil pengukuran di lapangan menunjukkan sebaran andesit ini seluas 34 Ha.

Potensi andesit di di lokasi KPS 17 di sekitar Sungai Ringin, terletak di beberapa tempat di pinggir aliran S. Kapuas bagian hulu. Hasil pengamatan di lapangan, potensi andesit di daerah ini berupa retas-retas yang tersingkap di pinggir sungai dengan jumlah yang terbatas.

2.3.4. Batugamping

Bahan galian batugamping merupakan bahan galian lain yang terdapat di wilayah pertambangan di daerah penelitian Potensi batugamping di daerah penelitian berasal dari batugamping Formasi Berai, umumnya berupa lensa-lensa batugamping klastik. Keberadaan batugamping di daerah penelitian hanya terbatas di beberapa lokasi yaitu di sekitar Desa Jangkang Utara (Lokasi KPS 11), Desa Buhut (Lokasi KPS 29, KPS 33) dan di Desa Bronang (Lokasi KPS 06).

Hasil pengamatan di lapangan

batugamping, berwarna putih

kecoklatan, keras, klastik, terlihat cangkang foram yang sudah hancur. Sebaran batugamping di bagian utara Jangkang di Lokasi KPS 11 seluas 4 Ha. Potensi gamping di Desa Buhut dan Desa Bronang hanya terbatas berupa lensa-lensa yang tersebar dan sebagian tertutup tanah.

2.3.5. Pasir Kuarsa dan Batupasir Kuarsa

Bahan galian pasir kuarsa dan batupasir kuarsa merupakan bahan galian lain yang terdapat di wilayah pertambangan di daerah penelitian. Potensi pasir kuarsa di daerah penelitian terdapat di sekitar daerah Jangkang, berasal dari rombakan Formasi Dahor. Sebaran pasir kuarsa di sekitar Jangkang ini cukup luas, meliputi sebagian Desa Jangkang bagian selatan dan barat hanya ketebalannya relatif tipis antara 0,3 – 0,8 m. Saat ini penggunaan pasir kuarsa di di daerah ini hanya untuk bangunan dan pembuatan batako secara terbatas.

Potensi batupasir terletak lokasi KPS 04, berupa perbukitan kecil dengan penyebaran relatif terbatas. Hasil pemeriksaan megaskopis berupa batupasir kuarsa, berbutir halus, memperlihatkan struktur silang siur dengan sedikit sisipan batulempung.

2.4. Penyontohan

Sesuai dengan maksud dan tujuan dari penelitian ini yaitu melakukan penelitian bahan galian lain dan mineral ikutan pada wilayah pertambangan batubara, maka telah dilakukan penyontohan untuk mengetahui kualitas dari bahan galian lain dan mineral ikutan tersebut.

Selama penelitian berlangsung telah diconto sebanyak 41 conto batuan. Penyontohan dilakukan secara tersebar untuk mewaliki seluruh daerah penelitian.

Sebanyak 22 conto bitumen padat diconto untuk dilakukan analisis retort. Penyontohan bitumen padat dilakukan di kedua formasi pembawa batubara untuk


(6)

dibandingkan kandungan minyaknya. Penyontohan lapisan bitumen padat yang cukup baik dilakukan di daerah penambangan PT. Telen Orbit Persada dimana di lokasi tersebut terlihat jelas singkapan bitumen padat pada daerah

front penambangan.

Sama seperti penyontohan

bitumen padat, penyontohan

batulempung dilakukan di kedua formasi pembawa batubara tersebut. Selama penelitian berlangsung telah diconto sebanyak 8 conto batulempung untuk dilakukan analisis major element nya.

Penyontohan andesit dilakukan untuk mengetahui jenis dari batuan itu sendiri dengan melakukan analisis petrografi.

Batugamping diconto untuk diketahui kandungan kalsiumnya dan pasir kuarsa dan batupasir diconto untuk diketahui kandungan major elemen nya. Jenis conto dan masing masing perlakuan analisis tertera pada Tabel 2 dan lokasi penyontohan batuan dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 2. Conto Batuan dan Jenis Analisis

Batuan Jumlah AnalisisMetoda yang dianalisisUnsur

Serpih bitumen 22 Retort

Kandungan minyak, kandungan air, berat jenis batuan dan berat jenis minyak

Batulempung 8 Analisis Basah

Major Element :

SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO,

MgO, Na2O, K2O, MnO,

H2O, HD

Andesit dan batuan metamorf

4 Petrografi Jenis batuan, alterasi Batupasir dan

pasir kuarsa 3

Analisis Basah Major ElementSiO2, Al2O3, Fe :2O3, CaO,

MgO

Batugamping 4

3. PEMBAHASAN

Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, bahan galian dan mineral ikutan yang terdapat di daerah penelitian yaitu : bitumen padat, batulempung, andesit, batugamping, pasir kuarsa dan batupasir kuarsa.

3.1. Bitumen Padat

Seperti diketahui, saat ini penelitian potensi bitumen padat ini sangat intensif dilakukan sebagai bahan alternatif untuk penyediaan energi disamping minyak, gas dan batubara.

Untuk mengetahui kadar dan kualitas bitumen padat salah satunya dilakukan analisis retort untuk mengetahui kuantitas minyak yang terkandung di dalam batuan. Sebagai

hasilnya dapat diketahui kandungan minyak dalam liter/ton, kandungan air dalam liter/ton dan berat jenis minyak dalam gram/ton.

Hasil analisis retort dari sebanyak 22 conto bitumen padat, 16 conto mengandung minyak dengan kandungan minyak berkisar antara 5 – 30 liter/ton. Kandungan minyak tertinggi sebesar 30 liter/ton terdapat di lokasi KPS 41. Hasil analisis retort selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Perhitungan sumberdaya bitumen padat di daerah penelitian dilakukan berdasarkan hasil rekonstruksi masing-masing penyebaran dan kesinambungan lateral berdasarkan kontrol jurus dan kemiringan lapisan. Penghitungan


(7)

berdasarkan luas daerah pengaruh yang ditentukan oleh beberapa parameter. Batas sebaran bitumen padat ke arah lateral ditentukan 1000 m dari singkapan terluar yang dapat dikorelasikan atau terdapat kondisi geologi tertentu yang dapat menentukan korelasi, sedangkan batas kemiringan ke arah “downdip“

sampai kedalaman 100 m dari ketinggian singkapan.

Hasil perhitungan sumberdaya bitumen padat yang mengandung minyak di daerah penelitian sebesar 131.242.622,402 ton. Koordinat lokasi, jurus/ kemiringan, ketebalan serta kandungan minyak dari masing-masing lapisan bitumen padat serta perhitungan sumberdaya bitumen padat tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Sumberdaya Tereka Bitumen Padat di Daerah Penelitian No NomorConto LokasiIUP KemiringanJurus/ Tebal(m) (gr/cmBJ 3)

Kandungan Minyak

(lt/ton)

Panjang Lapisan

Sumberdaya Bitumen Padat

(ton)

1 KPS 07 PT. Asmin BaraBronang N 200o E/60o 0,9 2,41 10 115,470 500.909,094

2 KPS 09 N 110o E/12o 0,5 2,22 20 480,973 1.067.761,025

3 KPS 10 N 110o E/9o 4,9 2,28 10 639,245 14.283.297,478

4 KPS 12 PT. Bara UtamiSejati N 100o E/18o 0,5 2,16 10 323,607 698.990,683

5 KPS 13 PT. Bara UtamiSejati N 110o E/20o 1,9 2,29 5 292,380 2.544.294,589

6 KPS 16 PT. Kapuas BaraUtama N 70o E/11o 2,8 2,2 10 524,084 6.456.718,655

7 KPS 20 PT. Asmin BaraBronang N 200o E/60o 1,4 1,88 10 115,470 607.834,363

8 KPS 21 PT. Asmin BaraBronang N 210o E/72o 6,8 1,93 10 105,146 2.759.878,046

9 KPS 22 PT.Telen OrbitPrima N 110o E/17o 9,5 2,23 20 342,030 14.491.826,437

10 KPS 24 PT.Telen OrbitPrima N 147o E/4o 4,4 2,01 5 1.433,559 25.356.786,332

11 KPS 25 PT.Telen OrbitPrima N 112o E/10o 4,9 2,01 10 575,877 11.343.626,098

12 KPS 27 PT.Telen OrbitPrima N 70o E/15o 2,8 2,18 10 386,370 4.716.808,995

13 KPS 30 PT.Telen OrbitPrima N 40o E/20o 3,7 2,09 20 292,380 4.521.955,885

14 KPS 31 PT.Telen OrbitPrima N 60o E/18o 7,1 2,17 20 323,607 9.971.619,866

15 KPS 38 PT. Bara UtamaSejati N 15o E/9o 2,1 2 5 639,245 5.369.660,706

16 KPS 41 N 170o E/9o 2,9 1,97 30 639,245 7.304.017,051


(8)

3.2. Batulempung

Seperti telah dibahas pada bab sebelumnya potensi batulempung di daerah penelitian terletak diantara lapisan batubara dan berpotensi terbuang

bersama waste lainnya selama

penambangan batubara.

Dengan diketahui dan komposisi batulempung di daerah penelitian

diharapkan batulempung bisa

dimanfaatkan dan dapat dipisahkan dalam proses penambangan batubara untuk dimanfaatkan.

Hasil perhitungan menunjukan sumberdaya hipotetik batulempung di daerah penelitian sebesar 14.900,145 m3. Koordinat lokasi, jurus/kemiringan dan ketebalan dari masing-masing lapisan batulempung serta perhitungan sumberdaya batulempung tertera pada Tabel 4.

Hasil analisis major element 8 conto batulempung menunjukkan kandungan SiO2 cukup tinggi berkisar antara 57,31 – 74,26 %, Al2O3 antara 12,69 – 23,03 %, Fe2O3 antara 2,09 – 4,65%, CaO antara 0,07 – 0,64%, MgO antara 0,32 – 1,37%, Na2O antara 0,08 – 0,50%, K2O antara 1,07 – 2,02% dan MnO antara 0,01 – 0,09%. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Komposisi kandungan SiO2 dalam batulempung yang cukup tinggi dengan kandungan logam yang cukup rendah baik untuk material bahan pembuatan bata tahan api. Untuk menunjang hal tersebut perlu dilakukan uji plastisitas, uji pembuatan bentuk dan uji pembakaran.

Tabel 4. Sumberdaya Hipotetik Batulempung di Daerah Penelitian

No NomorConto LokasiIUP Koordinat KemiringanJurus/ Tebal(m) Panjang(m) Volume(m3)

X Y

1 KPS 08 114,20023 -1,10916 N 112o E/9o 5,9 639,245 3.771,547

2 KPS 23 Orbit PrimaPT.Telen 114,41747 -1,09445 N 100o E/12o 8,3 480,973 3.992,080

3 KPS 28 Orbit PrimaPT.Telen 114,4398 -1,12175 N 110o E/13o 3,4 444,541 1.511,440

4 KPS 32 Orbit PrimaPT.Telen 114,49011 -1,10573 N 65o E/15o 1,5 386,370 579,555

5 KPS 35 PT. SintaMani 114,18938 -1,16036 N 41o E/34o 7,5 178,829 1.341,219

6 KPS 36 PT. SintaMani 114,18938 -1,16036 N 41o E/34o 2,7 178,829 482,839

7 KPS 37 PT. SintaMani 114,18887 -1,16028 N 216o E/6o 2,6 956,677 2.487,361

8 KPS 40 PT. SintaMani 114,19067 -1,15569 N 160o E/15o 1,9 386,370 734,104

Jumlah 14.900,145 3.3. Andesit

Bahan galian andesit merupakan bahan galian lain yang terdapat di wilayah pertambangan di daerah penelitian. Hasil penelitian di lapangan ditemukan 3 lokasi andesit yaitu di di Wilayah PKP2B PT. Asmin Bara Bronang (KPS 05), di lokasi KPS 17 di sekitar Sungai Ringin dan Wilayah IUP

PT. Batu Jelita Perkasa (KPS 19). Potensi andesit di daerah penelitian sampai saat penelitian ini berlangsung belum dimanfaatkan.

Secara megaskopis batuan berwarna hitam kebiruan, keras, relatif segar, tidak terubah dan relatif tidak terkekarkan sehingga cukup baik untuk bahan bangunan dan pembuatan jalan.


(9)

Analisis petrografi menunjukkan batuan ini berjenis andesit piroksen bertekstur porfiritik (Lampiran 3).

Potensi andesit yang cukup besar terletak di lokasi KPS 05 dan KPS 19. Di lokasi KPS 05 luas sebaran andesit sebesar 14,1 Ha dengan sumberdaya hipotetik sebesar 78.242.500 m3 dan di lokasi KPS 19 luas sebaran andesit sebesar 34 Ha dengan sumberdaya hipotetik sebesar 14.300.000 m3. Jumlah keseluruhan sumberdaya hipotetik andesit di daerah penelitian sebesar 92.542.500 m3.

Ke dua lokasi potensi andesit tersebut di atas tidak jauh dari sarana jalan tanah yang ada, kondisi ini tentu sangat menunjang untuk pembangunan sarana dan prasarana jalan tambang batubara yang akan dibangun,

mengingat beban tonase truk

pengangkut batubara yang cukup besar memerlukan fondasi badan jalan yang kuat. Potensi andesit di daerah ini cukup menjanjikan untuk dikembangkan karena seperti diketahui potensi andesit sangat jarang dijumpai di wilayah Kabupaten Kapuas.

3.4. Batugamping

Potensi batugamping yang telah dimanfaatkan untuk urugan jalan hanya yang terdapat di lokasi Jangkang utara lokasi KPS 11 dan di Desa Buhut (Lokasi KPS 29, KPS 33). Penggunaan batugamping di daerah penelitian cukup penting untuk bahan urugan jalan yang umumnya berupa tanah merah yang lengket diwaktu musim penghujan. Luas arel penambangan batugamping di lokasi KPS 11 seluas 1,5 Ha.

Hasil analisis major element 3 conto batugamping dari masing-masing lokasi menunjukkan kandungan SiO2 berkisar antara 1,81 – 5,95 %, Al2O3 antara 0,08 – 2,61 %, Fe2O3 antara 0,50 – 0,95%, CaO antara 49,52 – 51,85% dan MgO antara 0,39 – 1,23. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Penggunaan lain batugamping tersebut dapat dipakai sebagai kapur pertanian mengingat kandungan CaO

dalam batugamping cukup tinggi dan dapat digunakan untuk menaikan pH tanah untuk menunjang sektor pertanian di wilayah Kabupaten Kapuas bagian selatan yang kondisi pH tanahnya relatif rendah.

3.5. Pasir Kuarsa dan Batupasir Kuarsa

Potensi pasir kuarsa dan batupasir kuarsa terbatas hanya di beberapa lokasi saja yatu di sekitar Desa Jangkang (Lokasi KPS 34 dan KPS 39) dan di lokasi KPS 04. Saat ini penggunaan pasir kuarsa di lokasi kegiatan hanya untuk bangunan dan pembuatan batako secara terbatas.

Hasil analisis major element 4 conto pasir kuarsa dan batupasir kuarsa menunjukkan kandungan SiO2 tinggi berkisar antara 82,80 – 96,60 %, Al2O3 antara 0,08 – 11,05 %, Fe2O3 antara 0,07 – 1,25%, CaO antara 0,01 – 1,11% dan MgO antara 0,00 – 0,04%. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Hasil analisis pasir kuarsa (Conto No KPS 11, KPS 34 dan Kps 39) menunjukkan kandungan SiO2 tinggi > 90 % dan kandungan mineral lain yang cukup rendah. Pasir kuarsa ini dapat dijadikan bahan baku untuk industri gelas mengingat kadar SiO2 tinggi dan mineral pengotor lainnya cukup rendah.

Dengan penelitian ini diharapkan penggunaan pasir dan batupasir kuarsa lebih meningkat, sejalan dengan diketahuinya kandungan mineral yang ada di dalam pasir kuarsa tersebut.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

1. Bahan galian dan mineral ikutan yang terdapat di daerah penelitian yaitu : bitumen padat, batulempung, andesit, batugamping, pasir kuarsa dan batupasir kuarsa.

2. Bitumen padat dan batulempung terdapat diantara lapisan batubara baik sebagai over burden maupun

inter burden, berpotensi terbuang pada tahap penambangan batubara menjadi waste.


(10)

3. Potensi bitumen padat sebagai bahan alternatif untuk penyediaan energi disamping minyak, gas dan batubara sebesar 131.242.622,402 ton, dengan kandungan minyak antara 5 – 30 lt/ton.

4. Sumberdaya batulempung di daerah penelitian cukup besar sebesar 14.900,145 m3, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk pemanfaatan lain salah satunya untuk pembuatan bata tahan api mengingat kandungan SiO2 nya cukup tinggi.

5. Potensi andesit di daerah penelitian sebesar 92.542.500 m3 dan sampai saat penelitian berlangsung belum dimanfaatkan. Lokasi bahan galian andesit ini tidak jauh dari sarana jalan tanah yang ada dan sangat menunjang untuk pembangunan sarana dan prasarana jalan tambang batubara yang akan dibangun, mengingat beban tonase truk pengangkut batubara yang cukup besar.

6. Pemanfaatan batugamping seperti yang terdapat di lokasi KPS 11 sampai saat ini baru sebatas untuk

material pengurug jalan.

Pemanfaatan lain batugamping ini dapat digunakan sebagai kapur pertanian mengingat kandungan CaO dalam batugamping cukup tinggi dan dapat digunakan untuk menaikan pH tanah untuk menunjang sektor pertanian di wilayah Kabupaten Kapuas bagian selatan yang kondisi pH tanahnya relatif rendah.

7. Pasir dan batupasir kuarsa sampai saat ini baru sebatas untuk material pengurug jalan dan pembuatan batako secara terbatas. Kandungan SiO2 yang tinggi terutama dalam pasir kuarsa dengan sedikit pengotor menunjukkan pasir kuarsa ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri pembuatan kaca.

4.2. Saran

a. Perlu dilakukan uji kuat tekan pada batuan andesit sebelum digunakan untuk bahan bangunan.

b. Untuk pemanfaatan batulempung sebagai bahan pembuat bata tahan api, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti uji plastisitas, uji pembuatan bentuk dan uji pembakaran.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, 2001, Inventarisasi Bitumen Padat Daerah Loa Janan dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Direktorat Iventariasi Sumberdaya Mineral.

Supriatna dan A. Sudrajat, 1992, Peta Geologi Regional Lembar Muara Teweh, Kalimantan, Sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Soetrisno, Supriatna. S., Rustandi. E., Sanyoto. P., Hasan. K., 1994; Peta Geologi Regional Lembar Buntok, Kalimantan, Sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

SNI 13-6011-1999, 1999, Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batu Bara, Badan Standardisasi Nasional.

Untung Triono, 2002, Laporan Endapan Gambut di Daerah Mandomai dan sekitarnya, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, Direktorat Iventariasi Sumberdaya Mineral.

Widjaya T., 1998, Laporan Eksplorasi Endapan Gambut di Daerah Pandih Batu, Kabupaten Kapuas,Direktorat Iventariasi Sumberdaya Mineral.

http ://www.kapuaskab.go.id


(11)

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2. Peta Geologi Regional Kabupaten Kapuas


(12)

Tabel

1. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian

UMUR FORMASI PEMERIAN INTRUSI

K

U

A

R

T

E

R

HOLOSEN Aluvial

(Qa)

Berupa hasil pelapukan batuan yg lebih tua dan endapan sungai; terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan lempung.

T

E

R

S

I

E

R

PLIOSEN

Dahor (TQd)

Batupasir kurang padat sampai lepas, sisipan batulanau, serpih, lignit dan limonit, diendapkan dalam lingkungan peralihan

M

IO

S

E

N

Akhir Warukin (Tmw)

Terdiri atas perselingan antara greywake dan batupasir kuarsa, dengan sisipan batugamping, batu-lempung dan batubara dengan tebal 0,10-4,00 m, diendapkan di daerah transisi.

Tengah

Awal

Berai (Tomb)

Batugamping berlapis dengan batu lempung, napal dan batubara sebagian tersilika-kan dan mengandung limonit. Formasi ini diendapakn di laut dangkal

O

L

IG

O

S

E

N

Akhir Montalat (Tomm)

Batupasir kuarsa putih berstruktur silang siur, sebagian gampingan, bersisipan batulanau/serpih dan batubara. Diendapkan di laut dangkal terbuka, dengan tebal mencapai 1400 m.

E

O

S

E

N Tanjung(Tet)

Bagian bawah perselingan antar batupasir, serpih, batulanau dan konglomerat aneka bahan sebagian bersifat gampingan.

Bagian atas, perselingan antara batupasir kuarsa bermika, batulanau, batugamping dan batubara.

K

A

P

U

R

Kompleks Busang

(PTrz) Granit, granodiorit, diorit, gabro umumnya termalihkan dan terdaunkan, sekis, genes, kuarsi


(13)

(1)

3.2. Batulempung

Seperti telah dibahas pada bab sebelumnya potensi batulempung di daerah penelitian terletak diantara lapisan batubara dan berpotensi terbuang

bersama waste lainnya selama

penambangan batubara.

Dengan diketahui dan komposisi batulempung di daerah penelitian

diharapkan batulempung bisa

dimanfaatkan dan dapat dipisahkan dalam proses penambangan batubara untuk dimanfaatkan.

Hasil perhitungan menunjukan sumberdaya hipotetik batulempung di daerah penelitian sebesar 14.900,145 m3. Koordinat lokasi, jurus/kemiringan dan ketebalan dari masing-masing lapisan batulempung serta perhitungan sumberdaya batulempung tertera pada Tabel 4.

Hasil analisis major element 8 conto batulempung menunjukkan kandungan SiO2 cukup tinggi berkisar antara 57,31 – 74,26 %, Al2O3 antara 12,69 – 23,03 %, Fe2O3 antara 2,09 – 4,65%, CaO antara 0,07 – 0,64%, MgO antara 0,32 – 1,37%, Na2O antara 0,08 – 0,50%, K2O antara 1,07 – 2,02% dan MnO antara 0,01 – 0,09%. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.

Komposisi kandungan SiO2 dalam batulempung yang cukup tinggi dengan kandungan logam yang cukup rendah baik untuk material bahan pembuatan bata tahan api. Untuk menunjang hal tersebut perlu dilakukan uji plastisitas, uji pembuatan bentuk dan uji pembakaran.

Tabel 4. Sumberdaya Hipotetik Batulempung di Daerah Penelitian

No NomorConto LokasiIUP Koordinat KemiringanJurus/ Tebal(m) Panjang(m) Volume(m3)

X Y

1 KPS 08 114,20023 -1,10916 N 112o E/9o 5,9 639,245 3.771,547

2 KPS 23 Orbit PrimaPT.Telen 114,41747 -1,09445 N 100o E/12o 8,3 480,973 3.992,080

3 KPS 28 Orbit PrimaPT.Telen 114,4398 -1,12175 N 110o E/13o 3,4 444,541 1.511,440

4 KPS 32 Orbit PrimaPT.Telen 114,49011 -1,10573 N 65o E/15o 1,5 386,370 579,555

5 KPS 35 PT. SintaMani 114,18938 -1,16036 N 41o E/34o 7,5 178,829 1.341,219

6 KPS 36 PT. SintaMani 114,18938 -1,16036 N 41o E/34o 2,7 178,829 482,839

7 KPS 37 PT. SintaMani 114,18887 -1,16028 N 216o E/6o 2,6 956,677 2.487,361

8 KPS 40 PT. SintaMani 114,19067 -1,15569 N 160o E/15o 1,9 386,370 734,104

Jumlah 14.900,145

3.3. Andesit

Bahan galian andesit merupakan bahan galian lain yang terdapat di wilayah pertambangan di daerah penelitian. Hasil penelitian di lapangan ditemukan 3 lokasi andesit yaitu di di Wilayah PKP2B PT. Asmin Bara Bronang (KPS 05), di lokasi KPS 17 di sekitar Sungai Ringin dan Wilayah IUP

PT. Batu Jelita Perkasa (KPS 19). Potensi andesit di daerah penelitian sampai saat penelitian ini berlangsung belum dimanfaatkan.

Secara megaskopis batuan berwarna hitam kebiruan, keras, relatif segar, tidak terubah dan relatif tidak terkekarkan sehingga cukup baik untuk bahan bangunan dan pembuatan jalan.


(2)

Analisis petrografi menunjukkan batuan ini berjenis andesit piroksen bertekstur porfiritik (Lampiran 3).

Potensi andesit yang cukup besar terletak di lokasi KPS 05 dan KPS 19. Di lokasi KPS 05 luas sebaran andesit sebesar 14,1 Ha dengan sumberdaya hipotetik sebesar 78.242.500 m3 dan di lokasi KPS 19 luas sebaran andesit sebesar 34 Ha dengan sumberdaya hipotetik sebesar 14.300.000 m3. Jumlah keseluruhan sumberdaya hipotetik andesit di daerah penelitian sebesar 92.542.500 m3.

Ke dua lokasi potensi andesit tersebut di atas tidak jauh dari sarana jalan tanah yang ada, kondisi ini tentu sangat menunjang untuk pembangunan sarana dan prasarana jalan tambang batubara yang akan dibangun,

mengingat beban tonase truk

pengangkut batubara yang cukup besar memerlukan fondasi badan jalan yang kuat. Potensi andesit di daerah ini cukup menjanjikan untuk dikembangkan karena seperti diketahui potensi andesit sangat jarang dijumpai di wilayah Kabupaten Kapuas.

3.4. Batugamping

Potensi batugamping yang telah dimanfaatkan untuk urugan jalan hanya yang terdapat di lokasi Jangkang utara lokasi KPS 11 dan di Desa Buhut (Lokasi KPS 29, KPS 33). Penggunaan batugamping di daerah penelitian cukup penting untuk bahan urugan jalan yang umumnya berupa tanah merah yang lengket diwaktu musim penghujan. Luas arel penambangan batugamping di lokasi KPS 11 seluas 1,5 Ha.

Hasil analisis major element 3 conto batugamping dari masing-masing lokasi menunjukkan kandungan SiO2 berkisar antara 1,81 – 5,95 %, Al2O3 antara 0,08 – 2,61 %, Fe2O3 antara 0,50 – 0,95%, CaO antara 49,52 – 51,85% dan MgO antara 0,39 – 1,23. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

Penggunaan lain batugamping tersebut dapat dipakai sebagai kapur pertanian mengingat kandungan CaO

dalam batugamping cukup tinggi dan dapat digunakan untuk menaikan pH tanah untuk menunjang sektor pertanian di wilayah Kabupaten Kapuas bagian selatan yang kondisi pH tanahnya relatif rendah.

3.5. Pasir Kuarsa dan Batupasir Kuarsa

Potensi pasir kuarsa dan batupasir kuarsa terbatas hanya di beberapa lokasi saja yatu di sekitar Desa Jangkang (Lokasi KPS 34 dan KPS 39) dan di lokasi KPS 04. Saat ini penggunaan pasir kuarsa di lokasi kegiatan hanya untuk bangunan dan pembuatan batako secara terbatas.

Hasil analisis major element 4 conto pasir kuarsa dan batupasir kuarsa menunjukkan kandungan SiO2 tinggi berkisar antara 82,80 – 96,60 %, Al2O3 antara 0,08 – 11,05 %, Fe2O3 antara 0,07 – 1,25%, CaO antara 0,01 – 1,11% dan MgO antara 0,00 – 0,04%. Hasil analisis selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5.

Hasil analisis pasir kuarsa (Conto No KPS 11, KPS 34 dan Kps 39) menunjukkan kandungan SiO2 tinggi > 90 % dan kandungan mineral lain yang cukup rendah. Pasir kuarsa ini dapat dijadikan bahan baku untuk industri gelas mengingat kadar SiO2 tinggi dan mineral pengotor lainnya cukup rendah.

Dengan penelitian ini diharapkan penggunaan pasir dan batupasir kuarsa lebih meningkat, sejalan dengan diketahuinya kandungan mineral yang ada di dalam pasir kuarsa tersebut.

4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan

1. Bahan galian dan mineral ikutan yang terdapat di daerah penelitian yaitu : bitumen padat, batulempung, andesit, batugamping, pasir kuarsa dan batupasir kuarsa.

2. Bitumen padat dan batulempung terdapat diantara lapisan batubara baik sebagai over burden maupun

inter burden, berpotensi terbuang pada tahap penambangan batubara menjadi waste.


(3)

3. Potensi bitumen padat sebagai bahan alternatif untuk penyediaan energi disamping minyak, gas dan batubara sebesar 131.242.622,402 ton, dengan kandungan minyak antara 5 – 30 lt/ton.

4. Sumberdaya batulempung di daerah penelitian cukup besar sebesar 14.900,145 m3, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk pemanfaatan lain salah satunya untuk pembuatan bata tahan api mengingat kandungan SiO2 nya cukup tinggi.

5. Potensi andesit di daerah penelitian sebesar 92.542.500 m3 dan sampai saat penelitian berlangsung belum dimanfaatkan. Lokasi bahan galian andesit ini tidak jauh dari sarana jalan tanah yang ada dan sangat menunjang untuk pembangunan sarana dan prasarana jalan tambang batubara yang akan dibangun, mengingat beban tonase truk pengangkut batubara yang cukup besar.

6. Pemanfaatan batugamping seperti yang terdapat di lokasi KPS 11 sampai saat ini baru sebatas untuk

material pengurug jalan.

Pemanfaatan lain batugamping ini dapat digunakan sebagai kapur pertanian mengingat kandungan CaO dalam batugamping cukup tinggi dan dapat digunakan untuk menaikan pH tanah untuk menunjang sektor pertanian di wilayah Kabupaten Kapuas bagian selatan yang kondisi pH tanahnya relatif rendah.

7. Pasir dan batupasir kuarsa sampai saat ini baru sebatas untuk material pengurug jalan dan pembuatan batako secara terbatas. Kandungan SiO2 yang tinggi terutama dalam pasir kuarsa dengan sedikit pengotor menunjukkan pasir kuarsa ini dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri pembuatan kaca.

4.2. Saran

a. Perlu dilakukan uji kuat tekan pada batuan andesit sebelum digunakan untuk bahan bangunan.

b. Untuk pemanfaatan batulempung sebagai bahan pembuat bata tahan api, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut seperti uji plastisitas, uji pembuatan bentuk dan uji pembakaran.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, 2001, Inventarisasi Bitumen Padat Daerah Loa Janan dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Direktorat Iventariasi Sumberdaya Mineral.

Supriatna dan A. Sudrajat, 1992, Peta Geologi Regional Lembar Muara Teweh, Kalimantan, Sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Soetrisno, Supriatna. S., Rustandi. E., Sanyoto. P., Hasan. K., 1994; Peta Geologi Regional Lembar Buntok, Kalimantan, Sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

SNI 13-6011-1999, 1999, Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batu Bara, Badan Standardisasi Nasional.

Untung Triono, 2002, Laporan Endapan Gambut di Daerah Mandomai dan sekitarnya, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah, Direktorat Iventariasi Sumberdaya Mineral.

Widjaya T., 1998, Laporan Eksplorasi Endapan Gambut di Daerah Pandih Batu, Kabupaten Kapuas,Direktorat Iventariasi Sumberdaya Mineral.

http ://www.kapuaskab.go.id


(4)

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2. Peta Geologi Regional Kabupaten Kapuas


(5)

Tabel

1. Kolom Stratigrafi Daerah Penelitian

UMUR FORMASI PEMERIAN INTRUSI

K U A R T E R HOLOSEN Aluvial (Qa)

Berupa hasil pelapukan batuan yg lebih tua dan endapan sungai; terdiri dari kerakal, kerikil, pasir dan lempung. T E R S I E R PLIOSEN Dahor (TQd)

Batupasir kurang padat sampai lepas, sisipan batulanau, serpih, lignit dan limonit, diendapkan dalam lingkungan peralihan M IO S E N Akhir Warukin (Tmw)

Terdiri atas perselingan antara greywake dan batupasir kuarsa, dengan sisipan batugamping, batu-lempung dan batubara dengan tebal 0,10-4,00 m, diendapkan di daerah transisi.

Tengah

Awal

Berai (Tomb)

Batugamping berlapis dengan batu lempung, napal dan batubara sebagian tersilika-kan dan mengandung limonit. Formasi ini diendapakn di laut dangkal O L IG O S E N Akhir Montalat (Tomm)

Batupasir kuarsa putih berstruktur silang siur, sebagian gampingan, bersisipan batulanau/serpih dan batubara. Diendapkan di laut dangkal terbuka, dengan tebal mencapai 1400 m.

E

O

S

E

N Tanjung(Tet)

Bagian bawah perselingan antar batupasir, serpih, batulanau dan konglomerat aneka bahan sebagian bersifat gampingan.

Bagian atas, perselingan antara batupasir kuarsa bermika, batulanau, batugamping dan batubara.

K A P U R Kompleks Busang

(PTrz) Granit, granodiorit, diorit, gabro umumnya termalihkan dan terdaunkan, sekis, genes, kuarsi


(6)