ProdukHukum BankIndonesia

Triwulan III 2009

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Tren perbaikan ekonomi Banten masih terus berlangsung. Perekonomi Banten diperkirakan
bertumbuh sebesar 4,79%(y-o-y), terus membaik dibandingkan dengan triwulan-triwulan
sebelumnya pada tahun 2009. Dari sisi permintaan, konsumsi yang menjadi kontributor
tertinggi perekonomian Banten diperkirakan meningkat. Peningkatan ini diindikasikan dari
tingginya aktivitas perdagangan serta tumbuhnya berbagai restoran dan UMKM di Serang,
Cilegon dan Tangerang. Selain itu, penjualan kendaraan baru maupun bekas juga relatif
meningkat. Diperkirakan konsumsi petani pun meningkat yang tercermin dari meningkatnya
daya beli petani dengan naiknya indeks Nilai Tukar Petani (NTP) pada Triwulan III 2009.
Sementara itu, realisasi investasi sendiri hingga Agustus 2009 adalah sekitar Rp 18 triliun
dengan penyerapan tenaga kerja dapat mencapai sekitar 25.000 tenaga kerja. Di sisi lain
pembiayaan perbankan untuk investasi sedikit menurun, sebagai akibat dari upaya
konsolidasi perbankan untuk menekan risiko yang lebih tinggi, sehingga terdapat
kecenderungan para pelaku ekonomi lebih banyak menggunakan dana sendiri untuk
pembiayaan perusahaan. Perkembangan ekspor maupun impor pada triwulan ini sedikit
melambat. Faktor permintaan luar negeri yang masih berfluktuatif ditambah adanya masalah
pemberlakuan aturan baru mengenai PNBP ekspor menjadi penyebab tertahannya kinerja

ekspor Banten. Masih tersendatnya ekspor kemudian mempengaruhi pula perlambatan impor
dengan kondisi sebagian besar produk yang diimpor merupakan bahan baku/penolong.
Di sisi penawaran, hampir semua sektor bertumbuh lebih cepat dibandingkan dengan
triwulan lalu kecuali sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Pemulihan ekonomi yang dipicu dari tetap tingginya konsumsi dan investasi mendorong
sektor-sektor dominan di Banten mengalami peningkatan terutama sektor industri,
perdagangan hotel dan restoran, bangunan/konstruksi, pengangkutan dan komunikasi serta
sektor pertanian. Sementara itu tingginya realisasi investasi mendorong percepatan
pertumbuhan sektor industri pengolahan.
Perkembangan Inflasi
Inflasi Banten terus membaik hingga akhir Triwulan III 2009. Setelah berada pada level
tertinggi sebesar 14,56% (y-o-y) pada akhir Triwulan III 2008, inflasi tahunan Banten terus
menurun dan kini berada pada level 3,12% (y-o-y). Deviasinya terhadap inflasi nasional pun
terus mengecil menjadi sebesar 0,29% (y-o-y). Pada akhir Triwulan III 2009 seluruhnya
mengalami inflasi dengan kecuali kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan
mengalami deflasi sebesar -4,59% (y-o-y). Inflasi tertinggi selama periode laporan adalah
pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau dimana pada akhir Triwulan III
2009 berada pada level 10,09% (y-o-y). Jika dilihat per kota, secara tahunan, inflasi Kota
Serang cenderung selalu lebih tinggi dibandingkan dengan kedua kota lainnya.
Secara triwulanan, inflasi Banten pada Triwulan III 2009 lebh tinggi dibandingkan dengan

triwulan sebelumnya yaitu pada level 2,09% (q-t-q), dengan kelompok bahan makanan serta
v
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau menjadi kontributor utama inflasi
triwulanan Banten. Kebutuhan bahan pokok Banten yang banyak dipasok dari luar daerah
menimbulkan adanya ketergantungan sehingga adanya gangguan ataupun perubahan harga
dari daerah pemasok akan menimbulkan efek domino terhadap inflasi Banten. Tidak berbeda
dengan inflasi tahunan, Inflasi triwulanan Kota Serang juga merupakan yang tertinggi
dibandingkan dengan dua kota lainnya pada setiap periode, namun untuk beberapa
kelompok komoditas tertentu seperti makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau serta
kelompok sandang inflasinya jauh lebih tinggi di Tangerang dibandingkan dengan Serang
maupun Cilegon.
Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran
Kegiatan intermediasi perbankan di Provinsi Banten masih berlangsung baik hingga triwulan
laporan. Pertumbuhan kredit perbankan secara tahunan di Banten pada Triwulan III 2009
melambat namun tetap dapat bertahan pada level yang cukup tinggi di atas 20%. Tren
peningkatan angka kredit bermasalah/Non Performing Loans (NPL) menyebabkan perbankan

menjadi cenderung lebih selektif dan berhati-hati terutama untuk kredit dengan skala besar
dan tingkat pengembalian yang cukup panjang seperti kredit investasi. Di sisi lain,
penghimpunan Dana Pihak Ketiga bertumbuh lebih tinggi pada triwulan laporan
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut kemudian menyebabkan LDR
perbankan di Banten sedikit menurun menjadi sebesar 71,11% pada triwulan laporan.
Sementara itu rasio NPL perbankan kembali meningkat namun masih berada dalam koridor
aman di bawah 5%.
Hingga Triwulan III 2009 penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Banten relatif masih cukup
baik meskipun pertumbuhannya tidak sepesat pada awal tahun 2009 dengan nilai Rp 335,51
triliun pada Agustus 2009. Pada aspek sistem pembayaran, seiring dengan membaiknya
perekonomian di Banten, transaksi pembayaran non tunai melalui sarana kliring di Provinsi
Banten pun menunjukkan peningkatan. Sementara itu berdasarkan data transaksi melalui
RTGS, transaksi bisnis yang dilakukan di dalam daerah yang sama baik di Tangerang, Serang,
Cilegon, Lebak maupun Pandeglang cenderung menurun pada triwulan ini.
Keuangan Daerah
Hingga Agustus 2009 realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten mencapai Rp 1, 51 triliun
atau 67,85% dari target pendapatan tahun 2009. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
hingga pertengahan triwulan laporan relatif melambat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Persentase realisasi pajak daerah yang merupakan komponen terbesar
penyumbang PAD tidak secepat tahun sebelumnya, sehingga banyak berimbas pada

tertahannya kecepatan realisasi PAD hingga triwulan ini.
Perkembangan penyerapan dana dekonsentrasi oleh masing-masing SKPD pada Triwulan III
2009 secara umum tidak berbeda jauh dengan sasaran yang ditetapkan. Sementara itu
berdasarkan data belanja sementara, realisasi pengeluaran pemerintah daerah Provinsi
Banten hingga akhir Triwulan III 2009 semakin mendekati target dan telah mencapai Rp 1,78
triliun atau sebesar 75,05% dari target belanja tahun 2009.

vi
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

Kesejahteraan Masyarakat
Berdasarkan berbagai indikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan, secara umum kondisi
kesejahteraan masyarakat Banten semakin membaik pada Triwulan III 2009. Imbas krisis
keuangan global yang kian melemah menyebabkan perbaikan kondisi dunia usaha di Banten
secara perlahan berangsur membaik. Dampak ikutannya, kesejahteraan masyarakat pun
semakin membaik. Sejumlah indikator seperti tingkat pengangguran, indeks kesengsaraan,
Nilai Tukar Petani (NTP) dan beberapa indikator lainnya memberikan sinyal yang positif.
Membaiknya tingkat inflasi Banten ditambah menurunnya tingkat pengangguran mendorong

peningkatan konsumsi. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa kesenjangan ekonomi
antar wilayah di Banten perlu mendapatkan prioritas penanganan yang lebih baik meskipun
secara umum kondisi kesejahteraan masyarakat Banten membaik.
Outlook Perekonomian dan Inflasi
Perekonomian Banten pada Triwulan IV 2009 diperkirakan akan bertumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan laporan pada kisaran level yang diproyeksikan sebesar
4,97%±0,5% (y-o-y). Perbaikan ekonomi yang terlihat berlangsung sejak Triwulan II 2009
diperkirakan akan terus berlanjut hingga triwulan mendatang. Konsumsi swasta meskipun
melambat diperkirakan akan tetap menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi
Banten. Sementara investasi diperkirakan akan bertumbuh lebih baik seiring dengan
bergeraknya perekonomian pada periode mendatang diindikasikan salah satunya dari
ekspektasi kegiatan usaha yang membaik serta adanya progress dari pembangunan salah
satu calon investor besar di Banten. Untuk ekspor dan impor, diperkirakan juga akan tumbuh
sedikit lebih tinggi pada triwulan mendatang. Walaupun belum stabil karena banyak
dipengaruhi oleh kondisi eksternal dan perekonomian negara mitra dagang, perbaikan
kinerja ekspor diprediksi membaik seiring bertumbuhnya berbagai sektor perekonomian.
Sementara itu impor juga cenderung mengikuti, dengan adanya kondisi membaiknya
perekonomian Indonesia yang mendorong permintaan meningkat sehingga kebutuhan
bahan baku/penolong meningkat, dan impor pun meningkat.
Di sisi penawaran, membaiknya perekonomian Banten diperkirakan direspon dengan

tumbuhnya berbagai sektor. Dari sembilan sektor, diperkirakan beberapa sektor utama
seperti sektor industri pengolahan, sektor jasa, sektor konstruksi bertumbuh lebih baik,
sementara itu sektor perdagangan yang juga merupakan sektor utama hanya sedikit
melambat pada Triwulan IV 2009 seiring dengan perlambatan konsumsi, sedangkan
perlambatan di sektor pertanian disebabkan oleh berkurangnya produksi dengan masuknya
musim tanam dan berakhirnya masa panen.
Sementara itu inflasi Banten diprakirakan akan dapat mendekati target inflasi nasional tahun
2009 yang ditetapkan pada kisaran 4,5±1% (y-o-y). Cenderung stabilnya ekspektasi
masyarakat terhadap harga-harga dan relatif melambatnya konsumsi diprakirakan akan
membantu inflasi Banten terus membaik yang diproyeksikan dapat berada pada kisaran
3,58%±1% (y-o-y) atau sebesar 0,86%±0,5% (q-t-q).

vii
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

BAB I Kondisi Makro Ekonomi Regional
Kondisi perekonomian Banten pada Triwulan III 2009 diperkirakan mulai bergerak ke
arah perbaikan (rebound) dan diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,79% (y-o-y). Dari sisi

permintaan, konsumsi yang merupakan kontributor terbesar perekonomian diperkirakan
meningkat, begitu pula dengan investasi yang bertumbuh tinggi dan bahkan telah melebihi
target tahun 2009. Ekspor dan impor diperkirakan sedikit melemah dengan adanya beberapa
hambatan baik dari luar negeri maupun fluktuasi permintaan luar negeri.
Dari sisi penawaran (sektoral) hampir semua sektor mengalami peningkatan
pertumbuhan kecuali sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa.
Pemulihan ekonomi yang dipicu dari tetap tingginya konsumsi dan investasi mendorong
sektor-sektor dominan di Banten mengalami peningkatan terutama sektor industri,
perdagangan hotel dan restoran, bangunan/konstruksi, pengangkutan dan komunikasi serta
sektor pertanian.
1.1. SISI PERMINTAAN
Setelah mengalami pertumbuhan ekonomi terendah pada triwulan II 2009
sebesar 4,59%, perekonomian Banten pada triwulan III 2009 telah melewati titik
kritis dan kembali menuju perbaikan (economic rebound) dengan perkiraan angka
pertumbuhan ekonomi sebesar 4,79%. Dari sisi permintaan/pengeluaran, pertumbuhan
ekonomi Banten pada triwulan laporan ditopang dari sisi konsumsi swasta dan investasi.
Sementara itu, konsumsi pemerintah, ekspor dan impor cenderung menurun.
Konsumsi swasta pada triwulan laporan sudah mulai kembali meningkat yang
didorong oleh faktor musiman, kembali terciptanya lapangan kerja dan tingkat
inflasi yang terkendali. Sementara itu belum tercapainya target realisasi APBD pada

triwulan III 2009 menyebabkan konsumsi pemerintah mengalami sedikit perlambatan.
Namun secara umum angka pertumbuhan konsumsi tersebut masih pada level yang relatif
cukup tinggi. Oleh sebab itu, konsumsi mampu menahan dan menjadi faktor dominan tetap
tingginya angka pertumbuhan ekonomi Banten yang berada di atas ekonomi nasional.
Sejalan dengan itu, investasi meningkat secara signifikan terutama pada sektor
industri dan bangunan. Realisasi investasi yang lebih baik hingga triwulan III 2009 di
luar perkiraan ini telah melampaui pencapaian target sebelumnya dan mampu
menyokong angka pertumbuhan ekonomi tetap di atas 4,5%. Cara pandang (mindset)
pelaku ekonomi yang tajam telah melihat bahwa imbas krisis tidak akan berlangsung lama.
Para investor tetap melakukan langkah upaya investasi di wilayah Banten di tengah
menurunnya kondisi perekonomian nasional dan dunia sehingga turut menahan penurunan
pertumbuhan ekonomi Banten lebih dalam.
Adapun kondisi komponen ekonomi di Banten yang belum stabil adalah
pertumbuhan angka ekspor dan impor yang masih jauh dari harapan atau angka
sebelum terjadinya krisis. Bahkan setelah terjadi perbaikan angka ekspor dan impor
pada triwulan II 2009, pada triwulan laporan kembali mengalami penurunan.
Diharapkan faktor ekternal (ekonomi dunia) yang belum stabil seperti belum pulihnya
permintaan, harga bahan bakar dan kondisi finansial dunia serta persaingan antar industri di
1
Kajian Ekonomi Regional Banten


Triwulan III 2009

dunia, dapat kembali stabil seperti kondisi sebelumnya pada periode mendatang. Apabila hal
ini terjadi, maka angka pertumbuhan ekonomi di Banten akan lebih tinggi dibandingkan
triwulan/periode sebelumnya.
Tabel I.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Banten-Sisi Permintaan (% y-o-y)
Banten

Tw I
Konsumsi Swasta
6,72
Konsumsi Pemerintah
11,27
Investasi
5,07
Ekspor
7,90
Impor
8,45

PDRB
6,04
* Angka Proyeksi Bank Indonesia
Sumber: BPS Banten

2008
Tw II
Tw III
6,62
6,65
3,66
9,68
4,87
4,77
8,00
8,10
8,20
8,75
5,88
5,81


Tw IV
5,70
5,08
3,50
2,40
1,97
5,19

2008
6,41
7,39
4,54
6,53
6,76
5,73

Tw I
5,40
2,28
3,40
0,15
-0,05
4,68

2009
Tw II
Tw III*
5,20
5,30
8,81
6,13
3,60
5,00
1,28
-1,48
1,50
-1,12
4,59
4,79  

1.

Konsumsi
Secara umum pertumbuhan konsumsi swasta pada triwulan III 2009 sebesar
5,30% sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,20%.
Konsumsi masyarakat Banten relatif stabil dan cenderung meningkat khususnya pada ahir
triwulan. Tingginya konsumsi tersebut terlihat dari tingginya aktivitas perdagangan di pasarpasar tradisional dan modern serta tumbuhnya restoran dan UMKM di Serang, Cilegon, dan
Tangerang. Sementara itu konsumsi daerah lainnya seperti Lebak dan Pandeglang relatif
stabil. Penjualan kendaraan bermotor bekas juga meningkat menjelang Idul Fitri terutama di
Tangerang Selatan dan Kota Tangerang dengan pertumbuhan hingga mencapai 50%.

Tabel I.1.2 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Baru di Banten
J enis Kendaraan
B ermotor
1 S edan
2 J eep
3 Minibus
4 Microbus
5 B us
6 P ick up
7 T ruck
8 Kendaraan Alat B erat
9 S epeda Motor
TOTAL
*) Posisi s.d. Agustus 2009
Sumber: DPKAD Prov. Banten
No.

Tw I
709
451
4,877
75
164
795
551
65,127
72,749

2008
T w II
T w III
636
890
495
504
5,543
6,586
98
89
21
206
1,029
1,249
690
758
87
1
80,864
85,818
89,463
96,101

T w IV
509
273
5,050
76
7
681
555
2
63,804
70,957

Tw I
211
98
1,944
26
26
342
266
27,642
30,555

2009
T w II
197
64
1,482
23
37
240
219
25,916
28,178

T w III*
207
100
1,786
21
11
336
238
28,926
31,625

Peningkatan pengeluaran konsumsi didukung oleh data yang diperoleh dari DPKAD
Provinsi Banten, dimana telah terjadi peningkatan jumlah kendaraan bermotor baru di Banten
dari sebanyak 28.178 kendaraan menjadi 31.625 kendaraan atau meningkat sebesar
12,23% (q-t-q). Namun apabila dibandingkan posisi yang sama satu tahun sebelumnya,
masih terdapat perbedaan yang cukup jauh. Kondisi ini merupakan salah satu indikasi bahwa
meskipun kondisi konsumsi belum kembali seperti yang terjadi pada triwulan III 2008, namun
pada triwulan laporan telah terjadi peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Kenaikan terutama terjadi pada kendaraan non niaga seperti sedan, jeep dan mikrobus serta
kendaraan sepeda motor.

2
Kajian Ekonomi RegionaBanten

Triwulan III 2009

35.000 
30.000 

300
250
200
150
100
50
-

25.000 

Unit

Unit

400
350

20.000 
15.000 
10.000 
5.000 

1

2

3

4

5

6

7

8

9 10 11 12 1

2

3

2008

4

5

6

7



8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8

2009

Sedan, Sedan Station dan Sejenisnya
Jeep dan Sejenisnya
Microbus dan Sejenisnya

2008

2009

Sepeda Motor

Grafik I.1.1. Perkembangan sedan, jeep
dan mikrobus baru

Grafik I.1.2. Perkembangan sepeda motor
baru

Sumber: DPKAD Provinsi Banten, diolah

Sumber: DPKAD Provinsi Banten, diolah

3.000
2.500

Unit

2.000
1.500
1.000
500
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008

2009

Minibus Dan Sejenisnya

Grafik I.1.3. Perkembangan minibus baru
Sumber: DPKAD Provinsi Banten, diolah

Tingginya konsumsi juga tercermin dari kegiatan gadai barang oleh
masyarakat di berbagai Perum Pegadaian di wilayah Banten. Sepanjang Ramadhan
dan menjelang Idul Fitri tahun ini omzet Perum Pegadaian di Tangerang terus meningkat, dan
diperkirakan akan mencapai kenaikan sekitar 40% dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.
Tabel I.1.3. Indeks Nilai Tukar Petani Provinsi Banten

NTP per
Kelompok
NTPP
NTPH
NTPR
NTPPT
NTN
NTP

Tw II
93,17
97,42
114,1
106,74
90,1
96,9

2008
Tw III
92,18
100,2
113,59
110,3
91,79
97,43

Tw IV
92,63
96,25
110,21
110,1
93,28
96,65

Tw I
91,36
99,89
112,99
104,65
98,27
96,72

2009
Tw II
91,8
101,63
110,29
105,28
96,53
97,05

Tw III
92,34
105,85
105,38
107,05
99,51
98,26

Sumber: BPS Provinsi Banten

Peningkatan konsumsi masyarakat didorong oleh kenaikan pendapatan PNS
dan pegawai swasta lainnya dengan dibayarkannya Tunjangan Hari Raya Pegawai
serta gaji pegawai pada pertengahan September 2009. Angka Indeks Nilai Tukar Petani
(NTP) Banten juga meningkat menjadi sebesar 98,26 pada Triwulan III 2009 2009 dari
sebelumnya sebesar 97,05 pada Triwulan II 2009 (Tabel 1.4). Bahkan kenaikan angka indeks
3
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

NTP terjadi pada berbagai indeks nilai tukar kelompok petani baik petani padi dan palawija
(NTPP), petani holtikultura (NTPH), petani peternak (NTPPT), dan nelayan (NTN), kecuali petani
perkebunan (NTPR) yang sedang menghadapi penurunan harga komoditas terutama
komoditas kelapa sawit. Hal tersebut mendorong daya beli masyarakat di pedesaan pun
meningkat. Peningkatan tersebut turut menambah kemampuan konsumsi masyarakat di
wilayah tersebut. Keberpihakan program pemerintah dalam mengembangkan sektor
pertanian terutama tanaman pangan mulai dari bantuan benih, pupuk, pestisida, alat dan
mesin pertanian, pengairan serta pembinaan melalui petugas penyuluhan lapangan telah
terbukti mampu meningkatkan nilai tambah di sektor pertanian. Program pemerintah ini
terus perlu menjadi program multiyears agar kesejahteraan petani atau masyarakat di
pedesaan tetap terjaga.

 

50
40
30
20

% 10
0
-10
-20

Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw
II III IV
II III IV
II III IV
II III
2006
Modal Kerja

2007
Investasi

2008

2009

Konsumsi

Grafik I. 1.4. Pertumbuhan Kredit per Jenis Penggunaan untuk Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia

Peningkatan konsumsi masyarakat sedikit tertahan dengan sikap kehati-hatian
perbankan dalam menyalurkan kreditnya sebagai dampak adanya peningkatan
risiko kredit yang tercermin dari rasio NPL kredit konsumsi berdasarkan lokasi
proyek di Banten. Hal ini menyebabkan perbankan di Banten cenderung lebih selektif
dalam menyalurkan kredit. Terlihat dari grafik 1.4. pertumbuhan kredit konsumsi secara
tahunan pada triwulan laporan mengalami perlambatan meskipun masih bertumbuh sebesar
10,45%.
Kondisi perkiraan meningkatnya konsumsi pada triwulan laporan telah terlihat
dari hasil survei konsumen 6 bulan sebelumnya, dimana pada saat itu masyarakat
memiliki ekpektasi akan tersedianya lapangan kerja pada 6 bulan yang akan datang.
Hal ini terbukti dengan besarnya realisasi investasi di Banten yang mampu membuka
tambahan lapangan kerja baru. Dengan penciptaan lapangan kerja baru secara otomatis
akan meningkatkan konsumsi masyarakat dengan penghasilan baru yang diterima oleh
tenaga kerja tersebut. Dari penyelenggaraan Job Fair di Provinsi Banten yang diselenggarakan
oleh Dinas Tenaga Kerja Provinsi Banten pada Juli 2009 lalu terdapat lowongan kerja baru
sekitar 15.000 pegawai dari 30 perusahaan yang berada di sekitar Tangerang, Serang dan
Cilegon yang merupakan basis industri dan perdagangan.

4
Kajian Ekonomi RegionaBanten

Triwulan III 2009

Indeks Ekspektasi Ketersediaan
Lapangan Kerja 6 Bulan y.a.d

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar

Indeks

120,0
100,0
80,0
60,0
40,0
20,0
-

2007

2008

2009

Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja

Grafik I.1.5. Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan y.a.d.
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Dari hasil survei konsumen juga terlihat bahwa ekspektasi konsumen terhadap
penghasilannya saat ini (triwulan laporan) menunjukkan rasa optimis akan adanya
peningkatan. Ditambah lagi dengan keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian
ke depan terutama pasca telah terpilihnya calon pemimpin negara Indonesia untuk masa 5
tahun yang akan datang.
Indeks

Indeks

Penghasilan saat ini

140.00

Indeks Keyakinan Konsumen

120.00

120.00

100.00

100.00
80.00

80.00
Penghasilan 
saat ini

60.00

60.00

40.00

Indeks 
Keyakinan 
Konsumen

40.00

20.00

20.00

0.00
0.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2007

2008

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9

2009

2006

2007

2008

2009

Grafik I.1.6. Indeks Penghasilan Saat Ini

Grafik I.1.7. Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Indeks Ekspektasi Konsumen

Indeks
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00

Indeks 
Ekspektasi 
Konsumen

40.00
20.00
0.00

1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
2006

2007

2008

2009

Grafik I.1.8. Indeks Ekspektasi Konsumen
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

5
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

Sementara itu, semakin meningkatnya kebutuhan konsumsi, diikuti pula
dengan semakin meningkatnya penggunaan bahan bakar minyak terutama
premium bagi kendaraan bermotornya. Dengan mulai beralihnya penggunaan konsumsi
masyarakat dari minyak tanah ke bahan bakar elpiji, konsumsi akan minyak tanah terus
menurun. Apalagi harga minyak tanah tidak lagi disubsidi sehingga sulit dijangkau lagi saat
ini dimana harga per liternya dapat mencapai level Rp 8.000. Sementara itu konsumsi
premium terlihat masih relatif stabil namun kecenderungannya terus meningkat hingga posisi
akhir triwulan III 2009.
%
40.00

Pertumbuhan Konsumsi BBM 
Rumah Tangga di Banten

20.00
0.00
‐20.00 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7
‐40.00
‐60.00
‐80.00
‐100.00

2006
g.Kons Premium 

2007

2008

2009

g.Kons Minyak Tanah

Grafik I.1.9. Pertumbuhan Konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) Rumah Tangga di Banten
Sumber: Pertamina, diolah

Realisasi konsumsi/belanja pemerintah cukup baik dan semakin mendekati
target realisasi yang diharapkan semula. Hingga pertengahan Triwulan III 2009, realisasi
belanja Pemerintah Provinsi Banten berdasarkan data sementara dari DPKAD Provinsi Banten
adalah sebesar Rp 1,78 triliun atau 75,05% dari APBD 2009. Dari hasil prognosis APBD
Provinsi Banten, realisasi belanja Pemerintah Provinsi Banten diperkirakan akan mencapai Rp
2,36 triliun atau 99,67% dari target belanja daerah tahun 2009.

2.

Investasi

Pertumbuhan pengeluaran investasi pada Triwulan III 2009 diperkirakan
mencapai 5,00% (y-o-y) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
sebesar 3,60% (y-o-y). Berdasarkan keterangan dari BKPMD Provinsi Banten, pada
Agustus 2009 nilai penanaman modal bertambah sebesar Rp 4,5 triliun, sehingga
investasi yang terealisasi di Banten mencapai angka sekitar Rp 18 triliun pada
triwulan laporan. Penambahan Investasi sepanjang tahun 2009 tersebut berasal dari 75
perusahaan PMA maupun PMDN yang akan menyerap sekitar 20.000 tenaga kerja. Investasi
baru terutama terjadi pada sub sektor infrastruktur, industri bahan makanan, distribusi,
industri kimia, industri pengolahan karet, logam dan lainnya. Investasi bersifat perluasan
terutama bersumber dari industri kain, ban dan karet buatan, industri pengolahan kopi dan
coklat, industri tangki, penampungan sat cair dan container dari logam, industri alat-alat
listrik untuk keperluan rumah tangga dan alat elektronik, industri kimia dasar organik,
industri barang logam dan industri tabung gas LPG dan komponennya.

6
Kajian Ekonomi RegionaBanten

Triwulan III 2009

Sementara itu, kondisi industri baja nasional semakin membaik, terindikasi dari
rencana realisasi 13 perusahaan baja Cina di sub sektor hulu dan hilir mulai
dilakukan pada semester II 2009. Tertundanya rencana realisasi sebelumnya disebabkan
imbas krisis yang dirasakan perbajaan nasional sejak triwulan IV 2008. Ke-13 perusahaan
Cina tersebut akan masuk pada industri pengolahan bijih besi (iron making), billet (bahan
baku long product/baja lonjoran), steel bar, besi beton, baja profil, serta mur dan baut.
Totalnya mencapai USD 404,07 juta di Indonesia. 27,42% rencana realisasi lokasi pabriknya
berada di Provinsi Banten atau sebesar USD 110,80 juta.
Tabel I.1.4. Realisasi Investasi 13 Perusahaan Baja Cina di Indonesia Tahun 2009
Nama perusahaan

Nilai (USD juta)

Lokasi

PT. Indobaja Dayatama
PT. Jakarta Central Steel
PT. Lautan Steel Indonesia
PT. Bajaindo Eraprima
PT. Citra Baru Steel
PT. Hwan Lien Steel
PT. SMS Steel
Total Investasi di Banten
PT. Mandan Steel
PT. Putra Baja Deli
PT. Liang Ying Steel
PT. Bina Niaga Multiusaha
PT. Hua Hing Steel
PT. Karawang Prima Steel
Total Investasi di Jabar
Total

38,8
36,6
10,6
9,5
9,0
4,0
2,3
110,80
250,0
15,0
14,1
Jabar
Jabar
2,0
28,27
404,07

Banten
Jakarta
Banten
Jakarta
Banten
Banten
Banten

Keterangan

Lokasi di Tangerang Banten
Lokasi di Tangerang Banten

Kalsel
Sumut
Jabar

Jabar

Sumber: Depperin (yang telah dipublikasi oleh Harian Bisnis Indonesia), diolah

Harga bijih besi di pasar internasional pada triwulan III 2009 meningkat 15%
menyusul meningkatnya permintaan komoditas tersebut di pasar global. Peningkatan
investasi di industri baja akan mendorong peningkatan produksi nasional sehingga dapat
mengurangi defisit pasokan produk baja di dalam negeri. Saat ini impor bahan
baku/penolong cenderung meningkat secara bulanan dibandingkan dengan periode yang
sama triwulan sebelumnya. Pada awal bulan Agustus 2009 terdapat 2 perusahaan yang
bergerak di bidang elektronik yang akan memproduksi suku cadang kendaraan bermotor.
Nilai investasi yang ditanamkan mencapai angka USD 40.000 dan mampu menyerap tenaga
kerja sekitar 400 orang.
Konsolidasi kredit yang dilakukan perbankan sebagai upaya menekan risiko
kredit yang lebih tinggi, menyebabkan pembiayaan dari perbankan untuk investasi
relatif lebih sulit diperoleh pada triwulan laporan. Kecenderungan ini menyebabkan
para pelaku ekonomi menggunakan dananya sendiri (pemilik/owner) untuk melakukan
ekspansi atau dana yang bersumber dari groupnya yang berada di luar negeri atau
melakukan usaha bersama dengan pihak lain. Hal ini terlihat dari data pertumbuhan kredit
investasi di Banten yang cenderung melambat pada kisaran 10%.

7
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

50.00

Pertumbuhan Kredit Investasi 
di Banten (%  y‐o‐y)

40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
‐10.00 Tw I  Tw  Tw  Tw  Tw I  Tw  Tw  Tw  Tw I  Tw  Tw 
II III IV
II III IV
II III
2007

2008

2009

Grafik I.1.11. Pertumbuhan Kredit Investasi di Banten Berdasarkan Lokasi Proyek
Sumber: Bank Indonesia

3.

Ekspor dan Impor

Ekspor
Pertumbuhan ekspor pada Triwulan III 2009 diperkirakan mencapai -1,48% (yo-y). Perlambatan ini disebabkan oleh melambatnya ekspor baik ke luar negeri
maupun ke luar daerah Banten. Mengingat angka ekspor nominal Banten ke luar
negeri cukup signifikan bahkan mencapai USD 6,80 miliar pada tahun 2008, maka
penurunan ekpor ke luar negeri turut mempengaruhi pertumbuhan ekspor PDRB
Banten. Diperkirakan pada triwulan ini angkanya akan kembali minus yaitu sebesar -1,48%
dari sebelumnya mencapai 1,28%.
Berdasarkan data PEB di Bank Indonesia diperoleh informasi bahwa pada
triwulan III 2009 (per posisi Agustus 2009) pertumbuhan ekspor Banten mengalami
sedikit perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya. Pada
triwulan III 2009, total nilai ekspor kumulatif Banten adalah USD 3,62 miliar, sedangkan pada
posisi yang sama 1 tahun sebelumnya mencapai USD 4,64 miliar atau dengan pertumbuhan
tahunan sebesar -30,85% (y-o-y). Angka ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada
triwulan sebelumnya sebesar -21,72% (y-o-y). Apabila dihitung secara point to point pada
bulan yang bersangkutan, maka pertumbuhan negatifnya relatif stabil pada kisaran -20%.
Indikator lainnya adalah kegiatan ekspor di beberapa pelabuhan ekspor yang masih menurun
seperti Pelabuhan Indah Kiat di Banten. Biasanya dalam kondisi normal, kegiatan ekspor di
pelabuhan tersebut dapat mencapai 30 kapal per bulan, tetapi setelah imbas krisis jumlahnya
jauh berkurang. Selain itu, arus barang di Pelabuhan Tanjung Priuk juga turut mengalami
penurunan hingga 11,06% (y-o-y).
Adanya pemberlakuan aturan baru mengenai pelunasan penerimaan negara
bukan pajak (PNBP) ekspor telah juga menghambat kegiatan ekspor di Tanjung
Priok (sementara itu lebih dari 80% ekspor Banten terutama kargo dilakukan melalui
pelabuhan Tanjung Priok). Akibatnya dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB)
eksportir tidak dapat diproses apabila PNBP ekspor belum dilunasi, padahal sebelumnya
eksportir diperkenankan melunasi pembayaran PNBP secara berkala yang diakumulasikan
setiap bulan atau setelah melakukan kegiatan ekspor.
Permintaan barang dari para mitra dagang yang dapat diproksi melalui data
perkiraan pertumbuhan ekonomi, diketahui bahwa berdasarkan perkiraan World
8
Kajian Ekonomi RegionaBanten

Triwulan III 2009

Economic Outlook-IMF, kondisi pertumbuhan ekonomi negara-negara maju, Asia
dan Afrika akan terus menurun hingga akhir tahun 2009 tetapi akan kembali pulih
(rebound) pada triwulan I 2010. Dengan demikian pertumbuhan ekspor kemungkinan
akan tetap berfluktuasi hingga akhir tahun 2009. Kondisi fluktuasi tersebut dapat terlihat
pada grafik 1.13. Perkembangan Ekspor dan Impor Banten.

Grafik I.1.12. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Kelompok Negara di Dunia
Sumber : World Economic Outlook April 2009, IMF

Juta USD

Perkembangan Ekspor Banten
60
50
40
30 %
20
10
0
-10
-20
-30

700
600
500
400
300
200
100
0
1234567891011 21234567891011 21234567891011 212345678
2006

2007

Nilai Ekspor (bulanan)

2008

2009

Growth (yoy)

Grafik I.1.13. Perkembangan Ekspor Banten
Sumber: Bank Indonesia

9
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

Nampaknya, untuk ekspor barang ke tujuan USA akan menunggu proses yang
lebih lama dibandingkan ke negara Eropa dan Asia. Namun apabila tujuan ekspornya ke
negara–negara Afrika, Eropa Timur dan Amerika Latin (pasar non konvensional) terlihat tidak
terlalu menghadapi kendala. Saat ini, ekspor terbesar Banten ke luar negeri adalah ke negara
USA (sekitar 18%), Asia (sekitar 50%) dan Eropa (7%), sehingga belum pulihnya kondisi
ekonomi di negara-negara tujuan ekspor tersebut akan menyebabkan belum stabilnya ekspor
Banten yang tercermin dari fluktuasi angka pertumbuhan ekspor tetap dibawah 0%
(pertumbuhan minus). Diperkirakan pada tahun 2010 kondisinya akan semakin membaik dan
akan menolong angka pertumbuhan ekspor menjadi positif kembali.
Dilihat dari pangsa ekspornya, jenis barang yang diekspor ke luar negeri belum
begitu berubah sebagai akibat dampak krisis global. Namun kecenderungannya, jenis
ekspor barang manufaktur, barang tambang, minyak pelumas dan hewan serta makanan
terlihat turun lebih besar dibandingkan jenis barang ekspor lainnya. Sebaliknya, yang dan
mesin serta perlengkapan alat transportasi meningkat relatif lebih besar.
Tabel I.1.5. Pangsa Ekspor Barang Banten Secara Kumulatif Ke Luar Negeri

Jenis Barang yang Diekspor (SITC 1 Digit)
FOOD AND LIVE ANIMALS
BEVERAGES AND TOBACCO
CRUDE MATERIALS, INEDIBLE
MINERAL FUELS,LUBRICANTS ETC
ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS
CHEMICAL
MANUFACTURED GOODS
MACHINERY & TRANSPORT EQP
MISC. MANUFACTURED ARTICLES
COMMODITIES &TRANSACTION NES
Total

Pangsa Ekspor Barang Banten Ke Luar Negeri (%)
2008
2009 (s.d. Triwulan III)
4.19
3.07
0.02
0.02
1.89
1.75
2.04
1.35
0.68
0.50
20.65
19.55
31.87
28.16
7.84
8.78
30.81
36.81
0.00
0.00
100.00
100.00

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Impor
Tidak jauh berbeda dengan ekspor Banten, pertumbuhan impor PDRB wilayah
ini mengalami penurunan menjadi -1,12 % dari sebelumnya sebesar 1,50% pada
triwulan II 2009. Masih tersendatnya ekspor, mempengaruhi besarnya impor mengingat
sebagian besar bahan baku berasal dari impor luar negeri.

10
Kajian Ekonomi RegionaBanten

Triwulan III 2009

Juta USD

Perkembangan Impor Banten
160
140
120
100
80 %
60
40
20
0
-20
-40
-60

1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
0
1234567891011 21234567891011 21234567891011 212345678
2006

2007
Nilai Impor

2008

2009

Growth (y-o-y)

Grafik 1.14. Perkembangan Impor Banten (Sumber: Bank Indonesia)
Sumber: Bank Indonesia, diolah

200,00

900
800
700
600
500
400
300
200
100
-

150,00
100,00

%

50,00
(50,00)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
2008
Impor Barang Modal (USD)

2009
Growth (% y-o-y)

Juta USD

Juta USD

Impor Banten dari luar negeri bertumbuh stabil namun terlihat sedikit
menurun seperti terlihat pada Grafik 1.14. Impor jenis barang modal dan bahan baku
penolong terlihat semakin menurun pada triwulan laporan dibandingkan dengan kondisi
triwulan sebelumnya. Penurunan bahan baku penolong terutama terjadi pada jenis bahan
makanan dan minuman untuk industri. Semakin tingginya minat investasi pada pembuatan
pabrik/industri sejenis dalam beberapa tahun 2009 menjadi suatu hal yang positif bagi
perekonomian karena mampu mengurangi impor. Barang impor bahan baku yang menurun
lainnya adalah impor barang oli/ pelumas untuk kendaraan bermotor. Di sisi lain, barang
impor yang tetap mengalami pertumbuhan positif adalah barang sejenis suku cadang,
peralatan transportasi dan asesoris kendaraan seiring meningkatnya kebutuhan kendaran
bermotor yang umumnya berasal dari Jepang, Korea, Jerman dan Cina.
160.00
140.00
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00 %
20.00
(20.00)
(40.00)
(60.00)

1,000
900
800
700
600
500
400
300
200
100
1

3

5

7

9

11

2008
Impor Bahan Baku/Penolong

1

3

5

7

2009
Growth (% y-o-y)

Grafik I.1.15. Perkembangan Impor Barang
Modal Banten

Grafik I.1.16. Perkembangan Impor Bahan
Baku/Penolong Banten

Sumber: Bank Indonesia

Sumber: Bank Indonesia

Sisi menarik dari impor Banten setelah adanya imbas krisis terlihat bahwa
impor barang kimia turun secara drastis dan menyebabkan pangsanya semakin
turun dari sebesar 23,47% menjadi 19,03%. Bahkan yang paling signifikan penurunan
pangsanya adalah impor jenis barang-barang manufaktur dan barang mentah. Sementara
itu, yang mengalami peningkatan pangsa impor adalah jenis barang mesin dan transportasi
serta jenis makanan dan hewan. Berdasarkan jenis asal impor barang, belum terjadi
perubahan struktur yang signifikan. Sebagian besar barang impor Banten berasal dari negara

11
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

RRC (15% dari total impor), Singapura (8%), Jepang (6%), Jerman, (6%), Perancis (6%) dan
India (5%).
Tabel I.1.6. Pangsa Impor Secara Kumulatif Barang Banten Ke Luar Negeri

Jenis Barang Impor Banten
0 ‐ FOOD AND LIVE ANIMALS
1 ‐ BEVERAGES AND TOBACCO
2 ‐ CRUDE MATERIALS, INEDIBLE
3 ‐ MINERAL FUELS,LUBRICANTS ETC
4 ‐ ANIMAL & VEGETABLE OILS&FATS
5 ‐ CHEMICAL
6 ‐ MANUFACTURED GOODS
7 ‐ MACHINERY & TRANSPORT EQP
8 ‐ MISC. MANUFACTURED ARTICLES
9 ‐ COMMODITIES &TRANSACTION NES
BANTEN

Pangsa Impor Banten (%)
2008
2009 (s.d Trw III)
                   2.95                     3.37
                   0.00                     0.00
                   5.90                     3.84
                   0.15                     0.13
                   0.02                     0.02
                 23.47                   19.03
                 14.59                     7.77
                 47.96                   62.07
                   4.95                     3.76
                   0.00                     0.00
               100.00                100.00

Sumber: Bank Indonesia

1.2. SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, hampir semua sektor mengalami peningkatan
pertumbuhan kecuali sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan jasajasa. Pemulihan ekonomi yang dipicu dari tetap tingginya konsumsi dan investasi
mendorong sektor-sektor dominan di Banten mengalami peningkatan terutama
sektor industri, perdagangan hotel dan restoran, bangunan/konstruksi,
pengangkutan dan komunikasi serta sektor pertanian. Sektor industri pun meskipun
belum pulih sepenuhnya pada ekspor barang ke luar negeri, namun ekspor dalam negeri
yang tetap stabil juga turut mencatat peningkatan pertumbuhan. Meningkatnya
perdagangan kendaraan bermotor baik yang baru maupun bekas, menjamurnya pusat
perbelanjaan dan restoran serta semakin tumbuhnya penambahan rumah-rumah baru
mampu memulihkan kondisi ekonomi yang sempat terpuruk paling dalam pada Triwulan II
2009. Meskipun mengalami perlambatan ekonomi, sektor keuangan masih mampu tumbuh
pada level yang tinggi. Sementara itu sektor lain yang juga tumbuh tinggi adalah sektor
pengangkutan dan pertambangan dan penggalian.
Tabel I.2.1. Pertumbuhan Ekonomi Banten -Sisi Penawaran
2008
2008
TW I TW II TW III TW IV
1. P E R T ANIAN
5.62
2.61
3.37
1.39
3.25
2. P E R T AMB ANGAN DAN P E NGGAL IAN
13.08 7.63 12.41 7.50 10.07
3. INDUS T R I P E NGOL AHAN
2.49
2.27
2.28
2.21
2.31
4. L IS T R IK, GAS DAN AIR B E R S IH
3.12
4.57
3.18
7.36
4.57
5. B ANGUNAN/KONT R UKS I
10.63 14.97 7.74
0.33
7.92
6. P E R DAGANGAN,HOT E L DAN R E S T OR AN
13.60 11.96 9.47
9.11 10.95
7. P E NGANGKUT AN DAN KOMUNIKAS I
6.07
6.63
9.46
7.08
7.34
8. KE UANGAN,P E R S E WAAN DAN J AS A P E R US AHAAN 13.57 17.03 17.25 17.72 16.45
9. J AS A – J AS A
7.78 10.97 16.91 13.09 12.35
6.04
5.88
5.81
5.19
5.73
P DR B DE NGAN MINYAK DAN GAS B UMI
*)
Angka sangat sementara prediksi KB I S erang. S umber: B P S P rov insi B anten, diolah
S E KTOR

TW I
5.35
9.40
0.89
5.16
13.66
4.25
13.63
18.14
12.32
4.68

2009
TW II TW III*
3.58
3.61
9.79
9.81
1.62
1.74
2.50
2.65
5.61
6.80
6.45
7.06
11.40 11.47
14.58 14.25
8.45
6.80
4.59
4.79

12
Kajian Ekonomi RegionaBanten

Triwulan III 2009

1.

Pertanian
Sektor pertanian pada Triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh sebesar 3,61%
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pencapaian produksi dan luas
panen tanaman pangan di Banten, berdasarkan ARAM III 2009 secara umum
menunjukkan adanya peningkatan pertumbuhan. Begitu pula dengan kondisi
produktivitasnya, terutama yang dialami tanaman padi, ubi kayu dan jagung yang
merupakan komoditi dominan di sektor pertanian. Kondisi ini menyebabkan pertumbuhan di
sektor ini pada triwulan ini dapat lebih tinggi dibandingkan sebelumnya.
Tabel I.2.2. Capaian Produksi Tanaman Pangan di Banten
No

SASARAN
2009

Komoditi

1 Padi
2
3
4
5
6
7

2,001,998

Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar

ARAM III
2009
1,864,493

Pencapaian
(%)
93.13

53,508
27,674
51.72
18,560
16,063
86.55
20,751
19,877
95.79
1,907
1,904
99.84
128,477
112,699
87.72
Sumber: Dinas Pertanian Prov. Banten
57,745
35,805
62.01

Sumber: BPS Provinsi Banten

Produksi padi pada triwulan laporan akan mencapai angka 1,86 juta ton
(93,13% dari target tahun 2009). Data ARAM II 2009 sebelumnya, memperkirakan hasil
produksi padi mencapai angka 1,75 juta ton. Komoditi kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu
dan kedelai juga diperkirakan akan mampu mencapai target bahkan diatas target 2009.
Dari rencana tanam, panen dan produksi padi, daerah Kabupaten Lebak,
Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang,
dan Kota Serang telah mampu
melampaui rencana yang telah ditetapkan. Tetapi yang perlu diwaspadai kedepan
adalah pencapaian realisasi padi di wilayah Kabupaten Pandeglang yang masih dibawah
rencana semula, yaitu dari total rencana produksi sebesar 563.326 ton baru dicapai sebesar
517.353 ton. Namun secara total Banten, realisasi jumlah produksi padi sebesar 1,80 juta ton
telah melampaui rencana awal sebesar 1,70 juta ton. Oleh sebab itu, akan terjadi surplus
padi sekitar 100.000 ton pada tahun 2009.
Tabel I.2.3. Rencana dan Realisasi Komoditi Padi
Komoditi Padi (Padi Sawah + Ladang)
Rencana
Realisasi
Tanam
Panen
Produksi
Tanam
Panen
Produksi
(Jan-Agust) (Jan-Agust) (Jan-Agust) (Jan-Agust) (Jan-Agust) (Jan-Agust)
Pandeglang
76,923
110,414
563,326
51,907
107,568
517,353
Lebak
48,300
80,635
413,468
44,170
94,139
477,894
Tangerang
51,575
57,861
316,702
42,867
69,813
390,235
Serang
54,140
61,575
331,616
49,582
64,414
335,795
Kt. Serang
12,537
10,368
55,525
7,319
12,619
65,988
Kt. Tangerang
1,170
1,286
7,075
730
1,203
6,407
Kt. Cilegon
1,091
2,914
16,025
1,029
2,173
11,812
BANTEN
245,736
325,054 1,703,737
197,604
351,929 1,805,485
Kab./Kota

Sumber: Data Olahan Statistik Pertanian (SP) dari Kabupaten/Kota

13
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

Tabel I.2.4. Perkembangan Produktivitas Tanaman Pangan di Banten

NO.

KOMODITAS

1
2
3
4
5
6
7

PADI
JAGUNG
KEDELAI
KACANG TANAH
KACANG HIJAU
UBI KAYU
UBI JALAR

2005 2006
49.68 50.27
28.82 29.94
13.63 13.03
13.44 13.04
9.10
9.09
138.10 139.84
113.46 113.82

TAHUN
TUMBUH (%)
2007 2008 2009 *)
50.90 50.14 50.50
0.42
30.76 32.08 32.17
2.80
12.84 12.97 13.03
(1.10)
13.25 13.27 15.24
3.41
8.80
8.75
8.38
(2.02)
141.30 139.75 140.94
0.51
116.02 117.17 117.47
0.87

Sumber: Data Olahan Statistik Pertanian (SP) dari Kabupaten/Kota

Sementara itu, total luas lahan yang mengalami kekeringan pada triwulan ini dan pada
tahun 2009 jauh lebih rendah daripada kondisi tahun 2008. Hanya 2.149 ha lahan sawah
yang mengalami kekeringan pada tahun 2009 dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar
35.771 ha. Begitu pula dengan luas gagal panen yang juga yang jauh lebih rendah, yaitu
hanya sebesar 87 ha, dibandingkan dengan sebelumnya mencapai 13.664 ha tahun 2008.
Telah terindikasi sejak triwulan III 2009 ini bahwa perkiraan kehilangan produksi padi secara
totalhanya berkisar pada jumlah 453 ton.
Tabel I.2.5. Lahan Sawah Yang Mengalami Kekeringan dan Produksi Padi di Banten per tahun

URAIAN
Total luas lahan sawah yang mengalami
kekeringan (Ha) 

2007
22.065

2008
35.771

2009
2.149

Luas lahan gagal panen (ha)

4.403

13.664

87

Perkiraan kehilangan produksi (ton)

22.441

71.224

453

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Banten

Keberhasilan yang telah dilakukan petani dan pemerintah ini disebabkan
oleh kondisi cuaca yang mendukung dan berbagai program pemerintah dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Program tersebut antara lain adalah:
1.

Program peningkatan produktivitas melalui pemberian bantuan benih, pupuk, pestisida,
alat dan mesin pertanian, serta perbaikan sarana pengairan sawah melalui gabungan
kelompok tani (gapoktan).

2.

Program perluasan areal sawah antara lain melalui pencetakan sawah baru, optimalisasi
lahan, jaringan tingkat usaha tani (JITUT), jaringan irigasi desa (JIDES), tata air mikro
(TAM), irigasi partisipatif dan program lainnya.

3.

Program pengamanan produksi melalui pengendalian OPT dengan memobilisasi petugas
lapangan, mobilisasi petani, penguatan brigade proteksi, penyiapan sarana
pengendalian dan pengamanan produksi lainnya.

14
Kajian Ekonomi RegionaBanten

Triwulan III 2009

4.

Program kelembagaan dan pembiayaan, antara lain melalui penguatan pembentukan
kelompok tani dan gabungan kelompok tani, koperasi tani, dan saprodi. Selain itu
memperkuat aparat pertanian sekaligus peningkatan kualitas SDM melalui magang,
pelatihan , pendampingan, serta pengawalan teknologi. Tidak kalah pentingnya adalah
pembiayaan usaha tani melalui program kemitraan, kredit usaha rakyat (KUR) dan
program pembiayaan lainnya.

Dukungan cuaca terlihat dari hasil pengamatan BMKG dari sejak bulan Juli hingga
September 2009 yang memperkirakan cuaca cenderung sedikit di bawah normal bahkan
cenderung normal pada posisi akhir triwulan III 2009.
 

Grafik I.2.1. Perkiraan Sifat Hujan Juli – Agustus 09
Sumber: BMKG

Grafik I.2.3 Perkiraan Curah Hujan Sept 09

Grafik I.2.4. Perkiraan Sifat Hujan Sept 09

Sumber: BMKG

Sumber: BMKG

Tabel I.2.6. Program Fasilitasi Penyediaan Pupuk Bersubsidi (Ton)
Uraian
Urea
Superphos
ZA
NPK
Organik

2008

2009

Peningkatan (%)

1

2

2:1

83,500
15,700
1,450
14,900
19,950

90,000
30,000
6,000
30,000
20,950

7.78
91.08
313.79
101.34
5.01

Sumber: Dinas Pertanian Provinsi Banten

15
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

Program penyediaan pupuk juga turut berperan dalam keberhasilan produksi
tanam pada periode laporan hingga tahun 2009. Bahkan penggunaan pupuk organik
bersubsidi pun mengalami peningkatan sebesar 5,01%, dimana secara bertahap akan terus
diperkenalkan kepada petani agar dalam jangka panjang para petani tersebut semakin
memiliki kesadaran menggunakan pupuk organik.
Indikator keberhasilan dalam sektor pertanian tersebut tercermin dari angka
indeks nilai tukar petani (NTP) dalam berbagai kelompok mengalami peningkatan.
Total indeks NTP Banten meningkat dari 97,05 menjadi 98,26. Hanya kelompok petani
perkebunan rakyat yang pada periode ini sedikit mengalami penurunan NTP dari sebesar
110,29 menjadi 105, 38. NTP kelompok petani palawija sendiri pada triwulan laporan
mencapai angka tertinggi dibandingkan triwulan sebelumnya pada tahun 2009 menjadi
92,34. Memang bukan sesuatu yang mudah untuk menaikkan angka NTP tersebut di atas
100 apabila program terintegrasi dan anggaran ke sektor ini kurang mencukupi karena fokus
pada sektor yang lain.
Ada satu hal yang menarik, pembiayaan perbankan bagi sektor pertanian pada
Triwulan III 2009 atau sejak Triwulan I 2009 terus mengalami pertumbuhan yang
meningkat dan pada level pertumbuhan yang relatif tinggi dengan angka rasio
kredit non lancar yang relatif rendah di saat risiko kredit pada sektor lainnya
meningkat. Hal ini menjadi tambahan indikator bahwa pada tahun 2009, sektor pertanian
telah mengalami berbagai perbaikan. Program KUR yang tersalur hingga Agustus 2009 telah
mencapai Rp 335,51 miliar. Sebagian besar selain disalurkan ke sektor perdagangan juga
disalurkan ke sektor pertanian sekitar 22% dari total yang disalurkan.

100,00
80,00
60,00
40,00 %
20,00
(20,00)
(40,00)

Tw-III

Tw-I

Tw-II

Tw-III

2008
Pertanian

Tw-IV

Tw-I

2007

Tw-II

Tw-III

Tw-IV

Tw-I

Tw-II

Rp Miliar

Kredit Sektor Pertanian
700
600
500
400
300
200
100
-

2009
Growth (y-o-y)

Grafik I.2.5. Kredit untuk Sektor Pertanian Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia

2.

Pertambangan
Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan laporan diperkirakan
akan tumbuh sedikit meningkat menjadi 9,81% dari sebelumnya 9,79%. Peningkatan
terutama didorong oleh makin maraknya pembangunan proyek infrastruktur dan air bersih
oleh pemerintah, properti dan pembangunan pusat perbelanjaan oleh swasta di berbagai
daerah terutama kota-kota besar di Banten seperti Tangerang, Serang dan Cilegon yang
cukup banyak membutuhkan bahan galian seperti pasir dan batu kali.
Pertumbuhan kredit ke sektor ini pun cenderung meningkat secara signifikan
bahkan mencapai pertumbuhan 80% secara y-o-y. Namun yang perlu diwaspadai adalah

16
Kajian Ekonomi RegionaBanten

Triwulan III 2009

angka rasio kredit non lancar pada sektor ini relatif cukup besar yaitu pada kisaran 9%.
Banyaknya proyek menyebabkan para pelaku usaha di sektor ini cenderung mengalami
kesulitan cash flow di saat pembayaran belum mereka terima. Namun diharapkan pada akhir
tahun 2009 rasio NPL tersebut akan semakin menurun seiring pembayaran yang akan
diterima.
Kredit Sektor Pertambangan
Rp Miliar

250

100,00
80,00
60,00
40,00
20,00 %
(20,00)
(40,00)
(60,00)
(80,00)

200
150
100
50

2007

Tw-III

Tw-I

2008

Pertambangan

Tw-II

Tw-III

Tw-IV

Tw-I

Tw-II

Tw-III

Tw-IV

Tw-I

Tw-II

-

2009
Growth (y-o-y)

Grafik I.2.6. Kredit untuk Sektor Pertambangan Lokasi Proyek di Banten
Sumber: Bank Indonesia, diolah

3.

Industri Pengolahan
Banyaknya realisasi investasi di sektor industri pengolahan dan mulai pulihnya
sektor industri yang ditandai dari meningkatnya angka kapasitas utilisasi industri di
Banten menyebabkan sektor industri tumbuh secara terbatas sebesar 1,74% atau
naik dari sebelumnya sebesar 1,62%. Hingga triwulan laporan kapasitas utilitas industri
telah mencapai diatas 60%. Peningkatan terjadi pada industri kimia, refractories, sepatu,
tekstil dan besi baja. Sejalan dengan itu, penggunaan bahan bakar minyak untuk industri
terlihat semakin meningkat. Membaiknya industri lokal (di luar Banten) turut menaikkan
permintaan barang hasil industri di Banten.
%

100.00
80.00
60.00

Kapasitas Utilitas Industri 
Banten

40.00

kapasitas utilitas 
industri Banten

20.00
0.00
1

2

3
2007

4

1

2

3
2008

4

1

2

3

2009

Grafik I.2.7. Grafik kapasitas Utilitas Industri Banten
Sumber: Bank Indonesia, diolah

Peningkatan sektor industri terutama yang terjadi pada sub sektor besi baja juga
didorong oleh penandatanganan perjanjian pinjaman export credit agency (ECA) antara salah
satu perusahaan baja terbesar di Banten dengan 2 bank di Eropa dengan total pinjaman
mencapai EUR 38,7 juta. Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai proyek revitalisasi
pabrik hot strip mill untuk meningkatkan operasi. Selain itu, pinjaman ini juga digunakan
untuk membiayai peningkatan produksi hot strip coils sebesar 400.000 ton per tahun
menjadi 2,4 juta ton per tahun. Pinjaman ini bertenor 10 tahun dengan bunga fixed yang
relatif murah dan sekaligus sangat membantu perusahaan baja tersebut di tengah fase
17
Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III 2009

guncangan (shake out) yang ditandai oleh jatuhnya permintaan dan kerugian yang sangat
besar industri baja dunia.
Tabel I.2.7.
Profil Industri Baja Nasional 2005‐2008
Uraian
2005
2006
2007
2008
Jumlah Perusahaan (unit)
269
279
287
302
Jumlah tenaga kerja (orang)
74871
76568
79352
84208
Utilisasi (%)
56,3
57,76
60,5
59,8
Total Investasi (