ANALISIS PEMASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI KEDELAI DI DESA NIPA KALEMOAN KECAMATAN BUALEMO KABUPATEN BANGGAI | Enteding | JSTT 6976 23305 1 PB
ANALISIS PEMASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI
KEDELAI DI DESA NIPA KALEMOAN KECAMATAN BUALEMO
KABUPATEN BANGGAI
Trianto Enteding¹, Hj. Hadayani dan Rosida P. Adam²
[email protected] / Handphone : 085824033005
¹(Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis, Pascasarjana Universitas Tadulako)
²(Dosen Program Studi Magister Agribisnis, Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
This research aims to identify the soybean commodity marketing, analyze the environmental
strategies and determine the development strategy of soybean commodity development strategies at
Nipa Kalemoan Village Bualemo Sub-district Banggai Regency. The data collection method is
using simple random sampling and to determine alternative strategies using SWOT analysis. The
results of this research showed that the income received by the respondent an average of Rp
9.233.844.41/1,81 ha/planting season, or an average of Rp 5.099.287,21/ha/planting season, there
are two channels soybean marketing. The margin earned on a single channel of 1.625 / Kg and an
efficient level of 1,79 %, while the margin earned two channels of 3.083 / Kg and efficient level of
2,78 %. Through of SWOT analysis method implementation in the forms of programming are
implemented is 1). Doing outreach to farmers about the development of commodity soybeans by
maximizing the use of land to expand the soybean farming. 2). Doing technical training or study
visits to farmers' groups to the development of commodity soybean area is to improve the skills of
farmers to increase production of commodity soybeans. 3). Promote the provision of access to
market information in order to meet market demand. 4). Works toward improving the
infrastructure to facilitate the farmers to do farming and distribution or marketing of soybean
production. 5). To strive for capital to finance soybean farming. 6) Do counseling about the
introduction of soy and soy cultivate a good way. 7). Doing coaching skills in processing soybeans
into processed products or an increase in value of the commodity soybeans.
8). Conduct
counseling on agribusiness opportunities for commodity soybeans.
Keywords: marketing analysis da soybean commodity development strategies
nasional yang mencapai.2.600.000 ton/tahun,
tingginya permintaan kedelai dipasar dalam
negeri dimana tingkat konsumsi masyarakat
akan kedelai sangatlah besar, sementara disisi
lain produksi dalam negeri belum mampu
untuk memenuhinya.
Daerah yang melakukan usahatani
kedelai di Indonesia salah satunya adalah
Sulawesi Tengah, tingkat konsumsi kedelai
Sulawesi Tengah sebesar 4,2 kg/ kap/ tahun.
Hal ini, masih dibawah standar konsumsi
kedelai nasional yang mencapai 10 – 12 kg/
kap/ tahun.
Tingkat produktivitas tanaman kedelai
Sulawesi Tengah baru berkisar 1-1,5 ton per
hektar. Produksi kedelai baru sekitar 5.000
Kedelai merupakan
salah satu
komoditi yang sangat diminati masyarakat
dan telah menjadi kebutuhan pokok dalam
kehidupan
sehari-hari
bagi
sebagian
masyarakat.
Selain itu, kedelai juga
merupakan salah satu komoditi pangan utama
setelah padi dan jagung yang mengandung
protein nabati yang sangat tinggi nilai
gizinya, mengandung zat anti oksidan yang
tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi
kesehatan dan banyak dikonsumsi oleh
penduduk.
Pada Tahun 2012 produksi kedelai
nasional mencapai 843.153 ton, rendahnya
produksi kedelai dalam negeri tidak
berimbang dengan tingkat konsumsi kedelai
11
12 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
ton dari target sebanyak 11.000 ton. Adapun
Data mengenai perkembangan Luas Panen,
Produksi
dan
Produktivitas
Kedelai
ISSN: 2089-8630
dibeberapa Kabupaten di Sulawesi Tengah
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai dibeberapa
Kabupaten di Sulawesi Tengah, Tahun 2012.
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
No
Kabupaten/Kota
(ha)
(ton)
(ton / ha)
1
Banggai Kepulauan
1
1
1,00
2
Banggai
1624
2712
1,67
3
Morowali
424
394
0,93
4
Poso
178
202
1,13
5
Donggala
138
181
1,31
6
Toli-toli
5
6
1,20
7
Buol
1,25
64
80
8
Parigi Moutong
1,69
926
1572
9
Tojo Una-una
1,35
2261
3055
Jumlah
5621
8202
Rata-rata
295,84
431,68
1,45
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Tahun 2014.
Tabel 1 menunjukkan bahwa luas
panen usahatani kedelai di Sulawesi Tengah
adalah 5.621 ha, menghasilkan produksi
mencapai 8.202 ton dengan rata-rata
perhektar atau produktivitas sebesar 1,45
ton/ha yang tersebar dibeberapa Kabupaten
yang ada di Sulawesi Tengah. Salah satu
Kabupaten penghasil kedelai di Sulawesi
Tengah adalah Kabupaten Banggai yang
memiliki areal usahatani kedelai yang luas
dan menempati urutan kedua setelah
Kabupaten Tojo Una-una dengan Luas panen
1.624 ha yang menghasilkan produksi
mencapai 2.712 ton.Terbatasnya kemampuan
petani dalam mengakses informasi pasar dan
ketergantungan
petani
terhadap
para
pedagang tengkulak masih sangat besar,
sehingga posisi petani sebagai produsen
dalam memasarkan produknya sebagai price
taker atau penerima harga dan bukan penentu
harga jual dari produksi yang mereka
hasilkan, kondisi demikian mengakibatkan
petani
sulit
merencanakan
besarnya
keuntungan yang mereka peroleh.
Tingginya tingkat konsumsi kedelai
merupakan salah satu peluang untuk
peningkatan usahatani kedelai, peningkatan
produksi komoditi kedelai dapat dilakukan
dengan penentuan strategi guna peningkatan
pendapatan petani
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif
kualitatif
yang
dilakukan
pengumpulan data dan informasi dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran secara
sistematis dan akurat mengenai fakta atau
karakteristik responden.
Data yang telah dikumpul disusun,
dianalisis dan dijelaskan sehingga diperoleh
gambaran mengenai keadaan pemasaran dan
untuk mengidentifikasi faktor internal dan
faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
pengembangan komoditi kedelai di Desa
Nipa Kalemoan
Lokasi penelitian ditentukan secara
sengaja (Purposive) yakni di Desa Nipa
Kalemoan Kecamatan Bualemo Kabupaten
Banggai, dengan pertimbangan bahwa Desa
Nipa Kalemoan merupakan sentra produksi
kedelai di Kecamatan Bualemo Kabupaten
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 13
Banggai. penelitian ini dilaksanakan pada
Bulan Nopember sampai dengan bulan
Januari Tahun 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah
petani kedelai yang bermukim di Desa Nipa
Kalemoan sebanyak 185 orang, berdasarkan
penjajakan pedagang pengumpul I sebanyak
4 orang, pedagang pengumpul II sebanyak 3
orang, aparat terkait 2 orang dan aparat Desa
sebanyak 3 orang, sehingga total populasi
sebanyak 197 orang.
Penentuan sampel responden yang
ditentukan secara acak sederhana dengan
total responden sebanyak 49 orang atau 20%
dari total populasi responden, dengan
merujuk apa yang dikatakan oleh Arikunto
(2002), bahwa jika populasi kurang dari 100
orang maka sebaiknya semua anggota terpilih
menjadi responden sehingga merupakan
penelitian sensus. Jika populasi lebih dari
100 orang maka dapat diambil sampel acak
sederhana dengan taraf kesalahan 10%, 15% ,
20% atau lebih dari jumlah populasi.
Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh
langsung dari Responden yang menjadi
objek dalam penelitian ini baik melalui
wawancara dan pengisian kuesioner
penelitian. Kuesioner (daftar pertanyaan)
berisi satu set pertanyaan yang secara logis
berhubungan dengan masalah penelitian, dan
setiap pertanyaan merupakan jawaban yang
mempunyai
makna
dalam
pengujian
hipotesis, oleh karena itu kuesioner yang
dibuat merupakan alat bantu dalam
pengumpulan data dari satuan-satuan
populasi yang berjumlah besar, beraneka
ragam dan letaknya tersebar. (Mohar, 2005)
Dari data ini secara garis besarnya meliputi
identitas responden, umur responden,
tingkat pendidikan dan kepemilikan lahan
oleh responden yang memiliki nilai penting
dari pemasaran komoditi kedelai dan faktorfaktor pengembangan komoditi kedelai,
sedangkan data sekunder diperoleh dari studi
pustaka dan sumber pustaka serta sumber-
sumber lainnya yang berkaitan dengan materi
penelitian tentang komoditi kedelai.
Analisis data yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan adalah
dengan menggunakan model analisis.
Pendapatan usahatani merupakan selisih
antara penerimaan dan semua biaya
(Soekartawi, 1995). Untuk mengetahui
pendapatan usahatani kedelai menggunakan
rumus :
Pd = TR – TC
TR = Y . P
TC = FC + VC
Wijaya
(2003)
mengemukakan
pemasaran sebagai suatu kegiatan bertujuan
untuk memperlancar arus barang dan jasa
dari produsen ke konsumen dengan cara
paling efisien dengan maksud menciptakan
permintaan efektif. Untuk menghitung
besarnya margin pemasaran menggunakan
rumus :
M = Hp - Hb
Dimana :
M = Margin pemasaran
Hp = Harga Penjualan
Hb = Harga Pembelian
Soekartawi (2001) menyatakan bahwa
terjadinya efisiensi pemasaran jika biaya
pemasaran dapat ditekan dan nilai produk
yang diterima lebih besar dan pemasarna
tidak efisien jika biaya pemasaran lebih besar
dari nilai produk.
Untuk mengetahui
efisiensi pemasaran komoditi kedelai dari
produsen atau pedagang pengumpul ke
pedagang pengecer menggunakan rumus :
Eps = (TB / TNP ) x 100 %
Teknik analisis SWOT digunakan
untuk mendapatkan dan mengetahui strategi
pengembangan komoditi kedelai di Desa
Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo
Kabupaten Banggai. Analisis SWOT
dipengaruhi oleh lingkungan yang bersifat
strategis yakni kondisi wilayah, situasi,
keadaan dan mempengaruhi perkembangan
dari waktu ke waktu.
Secara struktur
lingkungan strategis yaitu faktor kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknesesses)
14 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
dan berupa lingkungan eksternal yang terdiri
atas dua faktor strategis yaitu peluang
(Opportunities) dan ancaman (Threats).
Perumusan strategi pengembangan
kedelai dengan analisis SWOT dilakukan
melalui tahapan sebagai berikut :
Data
yang
telah
dikumpulkan
diidentifikasi selanjutnya dianalisis untuk
menentukan faktor internal dan eksternal
berdasarkan
tingkat urgensi terhadap
pengembangan usahatani kedelai. Faktor
internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan,
faktor eksternal berupa peluang dan ancaman
yang berpengaruh pada upaya pengembangan
komoditi kedelai
Faktor internal yang telah dianalisis
dan terdiri atas kekuatan dan kelemahan
kemudian dimasukkan ke dalam tabel IFAS
(Internal
Strategic
Faktor
Analysis
Summary) dan faktor eksternal yang terdiri
atas peluang dan ancaman
dimasukkan
dalam tabel EFAS (Eksternal Strategic
Faktor Analysis Summary) untuk dilakukan
pembobotan dan pemberian rating.
Untuk menentukan bobot dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
1
βi =
x (Ri + 1)
(n + TR)
Keterangan : βi = Bobot setiap rating
n = Jumlah aktivitas
TR = Total rating
Ri = Rating setiap aktivitas
Tabel
ISSN: 2089-8630
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Desa Nipa Kalemoan terletak di
Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai
Sulawesi Tengah. Desa Nipa kalemoan
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Laut (Teluk Tomini)
Sebelah Selatan : Perkebunan Sawit
Sebelah Timur : Desa Malik Makmur
Sebelah Barat : Desa Bualemo A
Luas wilayah Desa Nipa Kalemoan
adalah 56 Km² dengan jarak antara ibu kota
kabupaten sejauh kurang lebih 133 Km dan
jarak antara ibu kota Kecamatan sejauh kurng
lebih 3 Km. Penduduk Desa Nipa Kalemoan
berjumlah 726 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 12 jiwa/Km², mata
pencaharian penduduk Desa Nipa Kalemoan
pada umumnya adalah sebagai petani. Iklim
merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
tanaman
khususnya dalam menentukan jenis komoditi
yang akan ditanam. Iklim suatu daerah
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, angin,
kelembaban udara, dan intensitas penyinaran
sinar matahari
Karakteristik Petani Responden
Umur Responden
Umur petani responden usahatani
kedelai di Desa Nipa Kalemoan yaitu umur
30 tahun hingga umur 50 tahun, dengan
demikian petani responden di Desa Nipa
Kalemoan merupakan usia kerja yang
produktif adapun Data mengenai tingkat
umur responden tertera pada Tabel 2 berikut :
2. Umur Petani Responden Usahatani kedelai di Desa Nipa Kalemoan, 2014.
Umur responden
Jumlah Responden
Persentase
No
(Tahun)
(Orang)
(%)
1
30 - 36
5
13,51
2
37 - 43
17
45,95
3
44 - 50
15
40,54
Jumlah
37
100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah,2015
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 15
Tingkat Pendidikan Responden
Sebagian
besar
responden
berpendidikan SLTA sebanyak 25 orang
(56,82%), SLTP sebanyak 12 orang
(27,17%), dan SD sebanyak 7 orang
(15,91%).
Jumlah Tanggungan Keluarga
Sebagian besar responden memiliki jumlah
tanggungan keluarga rata-rata sebanyak 1 – 4
orang, dengan jumlah responden sebanyak 23
orang (52,27%), terdiri dari petani 21 orang,
pedagang pengumpul 1 orang, pedagang
pengumpul II sebanyak 1 orang. Jumlah
tanggungan keluarga 5 – 7 orang sebanyak 21
orang (47,73%).
Pengalaman Berusahatani
Sebagian besar responden memiliki
pengalaman berusahatani 17-24 tahun dengan
persentase sebesar 54%, dengan jumlah
responden sebanyak 20 orang, kemudian
pengalaman berusahatani 25-32 tahun dengan
persentase sebesar 24%, dengan jumlah
responden berjumlah 9 orang, sedangkan
pengalaman berusahatani 9-16 tahun
berjumlah 8 orang dengan persentase sebesar
22 %.
Luas Lahan
Luas lahan yang digunakan petani
kedelai di Des a Nipa Kalemoan bervariasi
antara 1 ha hingga 3 ha dengan status lahan
yang diolah milik sendiri. Lahan merupakan
salah satu modal kerja dan faktor produksi
yang sangat penting dalam pengelolaan
usahatani kedelai, dimana semakin luas lahan
yang dimiliki, petani akan lebih memiliki
potensi yang leluasa untuk mengembangkan
usahataninya. Responden dengan jumlah 8
orang memiliki luas lahan 1 ha dengan
persentase 21,62 %, petani responden yang
memiliki luas lahan 2 ha berjumlah 28 orang
dengan persentase 75,68 %, dan petani
responden yang memiliki luas lahan 3 ha
berjumlah 1 orang dengan persentase 2,70 %.
luas lahan yang dikelola petani responden
untuk komoditi kedelai adalah berjumlah 67
ha dengan rata-rata 1,81 ha/petani
55,22 %.
atau
Analisis Penerimaan
Penerimaan marupakan hasil yang
diterima petani dari hasil kali antara jumlah
produksi dengan harga produksi yang
dinyatakan
dalam
rupiah,
sehingga
penerimaan sangat ditentukan oleh besar
kecilnya produksi yang dihasilkan dan harga
dari produksi tersebut.
Tingkat harga yang diterima oleh
petani responden usahatani kedelai rata-rata
adalah sebesar Rp 6.000/Kg dengan jumlah
produksi yang diperoleh petani responden
dari usahataninya rata-rata sebanyak 3.168,92
Kg/1,8 ha/musim tanam atau 1.750
Kg/ha/musim tanam, sehingga rata-rata
penerimaan petani kedelai adalah sebesar Rp
19.013.513,51/1,81 ha/musim tanam atau
Rp 10.500.000/ha/musim tanam.
Biaya Usahatani
Kegiatan usahatani yang dilakukan
oleh petani responden tidak terlepas dari
beban biaya yang harus dikeluarkan dan
diperhitungkan.
Total biaya tetap yang
dikeluarkan oleh petani responden dalam
mengusahakan usahatani kedelai diperoleh
dari total biaya pajak lahan rata-rata sebesar
Rp 21.729,73/1,81 ha/musim tanam, biaya
sewa lahan sebesar Rp 1.358.108,11/1,81
ha/musim tanam, dan total biaya penyusutan
rata-rata sebesar Rp 20.398,84/1,81 ha,
sehingga total biaya tetap diperoleh rata - rata
sebesar Rp 1.400.236,68/1,81 ha atau sebesar
Rp 773.265,03/ha. Total biaya variabel yang
dikeluarkan oleh petani responden usahatani
kedelai diperoleh dari total biaya penggunaan
benih rata-rata sebesar Rp 1.014.054,05/1,81
ha/musim tanam, total biaya penggunaan
pupuk rata-rata sebesar Rp 733.378,38/1,81
ha/musim tanam, total biaya pengangkutan
rata-rata sebesar Rp 181.081,08/1,81
ha/musim tanam, total biaya penggunaan
pestisida
rata-rata
sebesar
Rp
847.459,46/1,81 ha/musim tanam, total biaya
16 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
tenaga kerja sebesar Rp 5.778.918,92/1,81
ha/musim tanam, sehingga total biaya
variabel
rata-rata
sebesar
Rp
8.379.432,43/1,81 ha/musim tanam atau Rp
4.627.447,76/ha/ musim tanam.
Total biaya atau beban yang
dikeluarkan oleh petani responden usahatani
kedelai dalam melakukan usahataninya
adalah sebesar Rp 9.779.669,11/1,81 ha
/musim
tanam
atau
sebesar
Rp
5.400.712,79/ha/musim tanam.
Analisis Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara
penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
pada kegiatan usahatani Kedelai oleh petani
responden atau besarnya penerimaan
dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan
(Soekartawi, 1995). pendapatan yang
diterima oleh petani responden pada
usahatani
kedelai
rata-rata
sebesar
Rp 9.233.844,41/1,81 ha/ musim tanam, atau
rata-rata sebesar Rp 5.099.287,21/ ha /musim
tanam.
Analisis Pemasaran
Saluran Pemasaran
Pemasaran merupakan proses aliran
barang dari petani responden sampai kepada
konsumen akhir. Proses penyaluran hasil
produksi dari produsen ke konsumen
merupakan aktifitas yang menjadi kunci
pembangunan pertanian sebab tanpa adanya
pasar, produksi pertanian tidak akan
dinikmati oleh masyarakat luas.
Adapun lembaga yang terlibat pada
pemasaran hasil pertanian khususnya kedelai
yaitu pedagang pengumpul 1 dan pedagang
pengumpul 2. Pada saluran pertama,
produsen atau petani menjual hasil
produksinya kepada pedagang pengumpul 1,
selanjutnya pedagang pengumpul 1 menjual
kembali ke konsumen. Pada saluran
pemasaran ke dua petani atau produsen
menjual hasil produksinya kepada pedagang
pengumpul 2 Kecamatan kemudian pedagang
ISSN: 2089-8630
pengumpul 2 Kecamatan menjual kepada
konsumen pedagang besar Kabupaten.
Analisis biaya
Kedelai
dan margin
pemasaran
Biaya pemasaran merupakan korbanan
yang dikeluarkan pada proses pergerakan
barang dari tangan produsen ke tangan
konsumen yang meliputi biaya transportasi,
pengepakan/penyortiran,
retribusi,
pengangkutan. Margin pemasaran merupakan
selisih harga yang dibayar konsumen dan
harga yang diterima petani responden yang
sering dipandang dari sisi harga. Selisih
antara harga yang dibayarkan konsumen
dengan harga yang diterima oleh petani pada
tiap-tiap saluran pemasaran (Sudiyono,
2002).
Harga penjualan kedelai oleh petani
responden ke pedagang pengumpul 1 ratarata Rp 6.375/Kg, keuntungan yang diperoleh
sebesar Rp 1.510,72/Kg. Proses pembelian
kedelai oleh pedagang pengumpul 1 ke petani
yaitu dengan cara mendatangi langsung
petani, kemudian pedagang pengumpul 1
menjual kedelai ke konsumen dengan harga
Rp 8.000/Kg, harga yang ditawarkan oleh
pedagang pengumpul 1 ke konsumen
mengalami kenaikan harga hal ini disebabkan
adanya biaya-biaya yang harus dikeluarkan
oleh pedagang pengumpul 1 hingga komoditi
kedelai sampai ketangan konsumen dan
margin yang diperoleh sebesar Rp 1.625/Kg,
sedangkan rata-rata harga kedelai dari petani
sebesar Rp 5.917/Kg, pembelian kedelai
yang dilakukan oleh pedagang pengumpul 2
dengan cara mendatangi petani dengan biaya
yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul
2 meliputi biaya transportasi sebesar
Rp 71,43/Kg, biaya pengepakan
sebesar
Rp 35,71/Kg, biaya tenaga kerja sebesar
Rp 14,29/Kg, dan biaya retribusi sebesar
Rp 42,86/Kg, sehingga total biaya yang
dikeluarkan pedagang pengumpul 2 sebesar
Rp 164,29/Kg, harga penjualan Rp 9.000/Kg,
dengan keuntungan yang diperoleh sebesar
Rp 2.918,71/Kg.
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 17
Efisiensi pemasaran
Efisiensi
pemasaran
merupakan
perbandingan atau nisbah antara total biaya
dengan total produk yang dipasarkan,
sehingga sistem pemasaran dikatakan efisien
apabila biaya pemasaran dapat ditekan
sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih
tinggi, namun persentase perbedaan harga
yang dibayarkan konsumen dan produsen
tidak terlalu tinggi.
Efisien pemasaran kedelai pada saluran
pertama yaitu dari Petani ke Pedagang
Pengumpul 1 sampai ke konsumen lebih
efisien dari pada saluran dua hal ini
disebabkan oleh nisbah antara biaya
pemasaran yang dikeluarkan dengan total
nilai produksi pada saluran satu lebih kecil
dibanding saluran dua yaitu sebesar 1,79 %,
sedangkan saluran pemasaran kedua yaitu
dari Petani ke Pedagang Pengumpul 2
Kecamatan sebesar 2,78%.
Analisis Identifikasi Faktor Lingkungan
Strategis.
Analisis identifikasi faktor lingkungan
strategi dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi lingkungan
internal dan eksternal pada usahatani kedelai
di Desa Nipa Kalemoan
Internal Factor Evaluation (IFE)
Analisis lingkungan internal dilakukan
untuk mengidentifikasi berbagai kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness) dalam
pengembangan usahatani kedelai. Gambaran
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk
pengembangan
usahatani
memberikan
keunggulan kompetitif bagi usahatani
tersebut.
Kekuatan (Strengths)
diperoleh akan semakin banyak dan lebih
terampil, sehingga dalam pelaksanaan
pengambilan keputusan akan lebih berhatihati dan lebih bijaksana sehingga dapat
mengurangi resiko kegagalan usahatani
kedelai.
Dukungan Kelompok Tani
Keberadaan Kelembagaan kelompok
tani kedelai di Desa Nipa Kalemoan yang
dirikan pada bulan November 2014 dengan
jumlah kelompok tani sebanyak 11
kelompok,
mendapat
dukungan
dari
Pemerintah Daerah melalui bantuan benih.
Diharapkan dengan adanya kelompok tani
dapat mengurangi biaya tenaga kerja dan
komitmen yang dimiliki akan terus berupaya
melakukan pengembangan usahatani kedelai
berjalan.
Menurut Arifin (2013) bahwa melalui
kelompok tani para anggota bisa menyerap
beberapa informasi ataupun tukar pikiran
sesama anggota kelompok tani dan juga
sebagai tempat bermusyawarah antar sesama
anggota apabila terdapat suatu permasalahan
di dalam kelompok tani.
Ketersedian Lahan
Pengelolaan usahatani tidak terlepas dari
adanya lahan garapan yang akan dikelolah
untuk melaksanakan usahatani, dimana
dengan adanya asumsi bahwa semakin luas
lahan garapan maka akan semakin besar
jumlah
produksi
yang
dihasilkan.
Berdasarkan Data identitas petani pada
lampiran 1 menunjukkan bahwa rata-rata luas
lahan garapan petani responden sebesar 1,8
ha dengan status kepemilikan lahan milik
sendiri, dengan tersedianya sumberdaya
lahan yang belum terolah merupakan potensi
yang dimiliki petani.
Pengalaman berusahatani
Pengalaman berusahatani merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong dan
mendukung proses pelaksanaan usahatani.
Semakin lama petani mengelola usahataninya
maka pengetahuan dan pengalaman yang
Usia kerja produktif
Tingkat kemampuan petani dalam
mengelola usahataninya pada umumnya
sangat dipengaruhi oleh umur petani
terutama kemampuan fisik dan dalam hal
18 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
pengambilan keputusan yang akan dilakukan.
Petani yang berumur relatif lebih muda
memiliki kemampuan fisik dan mental yang
kuat serta cepat menerima hal-hal yang baru,
sedangkan petani yang berumur tua kondisi
kemampuan fisik dan mental mulai
berkurang tetapi petani yang berumur tua
memiliki
banyak
pengalaman
dalam
mengelola usahatani, sehingga setiap
bertindak
selalu
berhati-hati
dalam
mengambil keputusan terhadap pengelolaan
usahataninya.
Adanya permintaan pasar
Pertumbuhan permintaan kedelai pada
saat ini sangat meningkat pesat namun belum
mampu diimbangi oleh produksi didaerah.
Komoditi kedelai memiliki banyak manfaat
guna
pemenuhan
kebutuhan
pangan
masyarakat, kedelai banyak diolah untuk
berbagai macam bahan pangan, seperti:
tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu,
kecap, tempe dan lain-lain. Selain itu, juga
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan
ternak. Beragamnya produk olahan kedelai
yang dapat dilakukan, hal ini merupakan
salah satu pertimbangan guna melakukan
pengembangan dan peningkatan produksi
kedelai untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku.
Kelemahan (Weaknesses)
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan petani responden
dan pedagang sangat berpengaruh terhadap
kemampuan dan keterampilan serta cara
berfikir
untuk
mengelolah
dan
mengembangkan usahataninya yang dapat
berimplikasi
terhadap
peningkatan
pendapatan petani. Tingkat pendidikan yang
dimiliki responden bervariasi mulai dari SD,
SLTP, dan SLTA. Tingkat Pendidikan sangat
menentukan kualitas sumberdaya manusia.
Petani responden menyadari bahwa tinggi
rendahnya tingkat pendidikan formal maupun
non formal seseorang akan mempengaruhi
cara berfikir yang semakin baik. Dalam
ISSN: 2089-8630
penelitian ini pendidikan yang dimaksud
adalah tingkat pendidikan formal tertinggi
yang dicapai responden.
Penerapan teknologi masih rendah
Teknologi merupakan salah satu yang
berpengaruh
terhadap
pengembangan
usahatani baik dari budidaya guna
peningkatan produksi hingga penanganan
pasca panen dan menjadi olahan bahan baku.
Perkembangan teknologi dan informasi
terhadap usahatani kedelai merupakan salah
satu hal yang akan menambah kemauan
petani untuk mengembangkan kedelai,
dengan teknologi dan informasi yang baru
dibidang pengembangan usahatani kedelai
petani responden akan memperoleh produksi
yang lebih maksimal sehingga dapat
meningkatkan pendapatan mereka.
Keterbatasan modal
Salah satu faktor penting dalam
melakukan usahatani adalah ketersediaan
modal untuk kelangsungan usahatani. Modal
yang digunakan dapat diperoleh dari modal
sendiri dan modal dari pihak lain berupa
pinjaman, kemitraan, dan lain-lain. Saat ini
modal yang digunakan oleh petani responden
masih terbatas sehingga petani responden
melakukan pinjaman ke tengkulak yang
menyediakan kebutuhan dan keperluan
usahatani dengan berupa pinjaman yang
dibayarkan setelah panen. Hal ini merupakan
salah satu kelemahan yang memerlukan
perhatian.
Akses pemasaran masih rendah
Pemasaran merupakan suatu kegiatan
ekonomi yang berfungsi membawa dan
menyampaikan barang dari produsen ke
konsumen melalui aturan permainan yang
dijalankan oleh pasar. Kurangnya akses dan
informasi pasar tentang komoditi kedelai di
Desa Nipa Kalemoan menyebabkan pasar
dikuasai oleh para tengkulak, sehingga petani
responden tidak dapat menentukan harga
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 19
penjualan tetapi berdasarkan harga yang
ditawarkan oleh tengkulak.
peluang dan meminimalkan ancaman dalam
melakukan usahatani.
Pendapatan Petani masih rendah
Peluang (Opportunities)
Pendapatan merupakan selisih antara
penerimaan dari hasil penjualan produksi
yang kemudian dikurangi biaya. Pendapatan
yang diterima oleh petani kedelai di Desa
Nipa Kalemoan sebesar Rp 5.099.287,21
/ha/musim tanam atau sebesar Rp 849.881,20
/bulan selama 6 bulan, dengan kisaran
tanggungan keluarga oleh petani berkisar 4
orang dengan standarisasi konsumsi sebesar
2 dolar/hari/orang, maka pendapatan petani
kedelai masih rendah. Hasil analisis Internal
Factor Analysis Summary (IFAS), terlihat
faktor kekuatan (Strenghts) memilikii
pengaruh atau tingkat kepentingan relatif
tertinggi dalam pengembangan komoditi
kedelai di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan
Bualemo dengan nilai sebesar 1,66 yang
terdiri dari : (a) Pengalaman berusahatani
sebesar 0,33 (b) dukungan kelompok tani
0,52 (c) ketersediaan lahan sebesar 0,33 (d)
usia kerja produktif sebesar 0,30 dan (e)
adanya permintaan pasar 0,18 sedangkan
kelemahan (Weakness) memiliki nilai sebesar
1,05 yang terdiri dari : (a) tingkat pendidikan
petani rendah sebesar 0,18 (b) penerapan
teknologi masih rendah 0,33 (c) keterbatasan
modal usaha sebesar 0,18 (d) akses
pemasaran masih rendah sebesar 0,18 dan (e)
Tingkat pendapatan petani masih rendah
sebesar 0,18. Nilai ini dapat di artikan bahwa
pengembangan usahatani kedelai di Desa
Nipa Kalemoan memiliki kekuatan yang
lebih besar, yaitu sekitar 54% di bandingkan
dengan kelemahan sebesar 0,47%, sehingga
masih memiliki peluang yang sangat baik
untuk dilaksanakan.
Adanya dukungan kebijakan pemerintah
External Factor Evaluation (EFE)
Analisis lingkungan external dilakukan
untuk mengidentifikasi berbagai peluang
(opportunities) dan ancaman (threat) dalam
pengembangan usahatani kedelai, sehingga
petani responden dapat memanfaatkan
Aspek dukungan pemerintah dalam
kebijakan guna upaya mensejahterakan
masyarakat, kebijakan pemerintah daerah
mempunyai peran dan pengaruh yang sangat
besar dalam seluruh pembangunan pada
umumnya. Pemerintah Kabupaten Banggai
sangat
menaruh
perhatian
terhadap
pembangunan pertanian dan perkebunan.
Peningkatan produksi masih terbuka
Penggunakan sistem budidaya yang
masih tradisional, dimana salah satunya
belum melakukan pengolahan tanah secara
sempurna serta adanya ketersediaan lahan,
kemungkinan produksi kedelai di Desa Nipa
Kalemoan masih dapat ditingkatkan.
Adanya pembinaan dari PPL
Peran penyuluh pertanian merupakan
salah satu faktor penting dalam melakukan
dan kelangsungan usahatani.
Pertemuan
antara penyuluh dan petani setiap sebulannya
sebanyak 16 kali pertemuan yang diharapkan
pembinaan dari PPL lebih mengutamakan
pengembangan
potensi
pertanian
diperdesaan, sehingga peran penyuluh
pertanian sebagai salah satu fasilitator
pemerintah yang diperbantukan diperdesaan
yang memiliki peran sebagai pemberi
informasi tentang pertanian mulai dari
budidaya hingga penanganan pasca panen
serta informasi lain.
Terbukanya peluang agribisnis
Beragamnya produk olahan kedelai
yang dapat dilakukan maka pengembangan
industri pengolahan kedelai akan mampu
memberikan nilai tambah kepada petani.
Selain itu, dengan melihat peluang pasar
petani tidak hanya menjadi produsen yang
hanya bertumpu pada budidaya tetapi mampu
mengembangkan produksi menjadi bahan
20 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
olahan sehingga dapat meningkatkan nilai
tambah terhadap peningkatan pendapatan
petani.
Motivasi petani
Pentingnya motivasi bukan saja dilihat
dari segi luas lahan atau modal yang besar,
tetapi juga dilihat dari segi lain, motivasi
yang dimiliki oleh seorang petani akan turut
mempengaruhi hasil dan pendapatan yang
diperoleh.
Motivasi petani haruslah
diimbangi dengan memberikan penyuluhan
yang dilakukan oleh pemerintah yang
menjadi mitra petani, dengan melihat kondisi
pengalaman berusahatani yang tergolong
cukup
berpengalaman
serta
adanya
ketersediaan lahan dan menjadi salah satu
sumber pendapatan petani.
Ancaman/ Tantangan (Threats)
Gangguan hama dan penyakit
Pertumbuhan tanaman kedelai yang
optimal tidak akan mempunyai produksi
yang tinggi bila hama dan penyakit tidak
dikendalikan dengan baik. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan
usahatani
salah
satunya
adalah
penanggulangan hama
dan penyakit.
Gangguan hama yang terjadi di Desa Nipa
Kalemoan dilakukan oleh serangga dan ulat.
Infrastruktur belum memadai
Keberadaan
infrastruktur
sangat
penting untuk menjamin akses keluar-masuk
transportasi ke kawasan sehingga produk
dapat tersalurkan keluar kawasan dengan
baik. Aspek sarana & prasarana sangat
penting dan menentukan kualitas produk
hortikultura yang dihasilkan. Kriteria yang
menjadi dasar penetapan kawasan budidaya
hortikultura menurut Permentan No: 41
Tahun
2009
salah
satunya
adalah
mempunyai akses dan prasarana transportasi
jalan dan pengangkutan yang mudah, dekat
dengan pusat pemasaran dan pengumpulan
produksi (Setiono, 2011).
ISSN: 2089-8630
Upah tenaga kerja cukup tinggi
Upah tenaga kerja merupakan salah
satu kendala dalam melakukan usahatani,
adanya peningkatan upah tenaga kerja
berpengaruh sangat besar dan menjadi
kendala bagi para petani, dimana rata-rata
petani di Desa Nipa Kalemoan dalam
melakukan usahataninya hanya dengan
menggunakan modal yang terbatas serta
sangat bergantung kepada para tengkulak.
Persaingan dengan kedelai impor dan
kedelai lokal lainnya
Kurangnya ketersediaan kedelai untuk
kebutuhan masyarakat terhadap bahan baku
tahu dan tempe merupakan peluang yang
besar bagi petani, namun dengan adanya
kedelai lokal lainnya serta masuknya kedelai
impor
untuk
mencukupi
kebutuhan
masyarakat, maka hal ini menjadi ancaman
bagi para petani, dimana petani diharuskan
lebih memperbaiki kualitas produk dan
memiliki akses informasi pasar.
Kondisi iklim/cuaca.
Perubahan iklim dan Curah Hujan juga
sangat berpengaruh pada besar kecilnya nilai
produksi pada kedelai. Tanaman kedelai
sangat peka terhadap perubahan faktor
lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan
iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada
pola curah hujan yang turun selama
pertumbuhan dan pengelolaan tanaman, jika
semakin tinggi nilai curah hujan maka
produksi kedelai juga semakin tinggi hal ini
dikarenakan kedelai juga merupakan salah
satu tanaman yang sangat membutuhkan air
untuk pertumbuhannya. Hasil analisis
Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS),
terlihat faktor Peluang (Opportunities)
memilikii pengaruh atau tingkat kepentingan
relatif tertinggi dalam pengembangan
komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan
Kecamatan Bualemo dengan nilai sebesar
1,23 yang terdiri dari : (a) adanya dukungan
pemerintah 0,18 (b) peningkatan produksi
masih terbuka 0,18 (c) adanya pembinaan
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 21
dari PPL 0,36 (d) terbukanya peluang
agribisnis 0,18 dan (e) adanya motivasi
petani 0,33, sedangkan Ancaman/ Tantangan
(Threats) memiliki nilai sebesar 0,87 yang
terdiri dari : (a) gangguan hama dan penyakit
sebesar 0,09 (b) infrastruktur belum memadai
sebesar 0,09 (c) upah tenaga kerja cukup
tinggi sebesar 0,11 (d) persaingan dengan
kedelai impor dan kedelai lokal lainnya
sebesar 0,09 dan (e) kondisi iklim/ cuaca
sebesar 0,09. Dari total skor tertimbang
sebesar 2,28 dapat di artikan bahwa
pengembangan usahatani kedelai di Desa
Nipa Kalemoan memiliki peluang yang lebih
besar, yaitu sebesar 1,23 atau memiliki
peluang yang lebih besar sekitar 50% di
bandingkan dengan kelemahan sebesar 1,05
atau sekitar 47%, sehingga masih memiliki
peluang
yang
sangat
baik
untuk
dilaksanakan.
Tabel 3.
Alternatif
strategi
pengembangan
komoditi kedelai Desa Nipa Kalemoan
Kecamatan Bualemo.
Untuk menentukan alternatif strategi
pengembanngan komoditi kedelai dilakukan
dengan Perumusan alternatif strategi dengan
analisis SWOT yang dilakukan dengan
penggabungan/ kombinasi antara kedua
faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
dengan faktor eksternal (peluang dan
ancaman), hasil skoring faktor internal dan
faktor eksternal, perolehan nilai tertinggi
terdapat pada strategi SO (StrengthsOpportunities) sebesar 2,89, strategi ST
(Sterngths-Treats) sebesar 2,71, Strategi WO
(Weaknesses-Opportunities) sebesar 2,28,
sedangkan yang terendah terdapat pada
strategi WT (Weaknesses- Threats) sebesar
1,10.
Analisis SWOT yang merupakan
lanjutan dari analisis IFAS dan EFAS
digunakan. Untuk lebih jelasnya hasil analisis
matriks SWOT dalam perumusan strategi
alternatif dapat dilihat pada Tabel 2, sebagai
berikut :
Hasil Skor Faktor Internal dan Faktor Eksternal Komoditi Kedelai
IFAS
EFAS
Peluang (Opportunities)
Kekuatan (Strengths)
Strategi ( SO )
Kelemahan (Weaknesses)
Strategi ( WO )
1,66 + 1,23 = 2,89
1,05 + 1,23 = 2,28
Startegi ( ST )
Strategi ( WT )
1,66 + 1,05 = 2,71
1,05 + 1,05 = 1,10
Ancaman (Threats)
Faktor Kekuatan (Strengths)
1,66
Faktor Kelemahan (Weaknesses)
1,05
Faktor Peluang (Opportunities)
1,23
Faktor Ancaman (Threats)
1,05
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
Berdasarkan matriks IFAS dan EFAS serta diagram analisis SWOT, maka dapat dirumuskan
asumsi-asumsi strategis. Untuk lebih jelasnya rumusan asumsi-asumsi strategi dapat dilihat pada
Tabel 4 sebagai berikut :
22 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
Tabel 4.
ISSN: 2089-8630
Matriks SWOT dalam perumusan alternatif strategi pengembangan komoditi
kedelai di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo
Kekuatan
(Strengths) = S
IFE
EFE
Peluang
(Opportunities) = O
1.Adanya
dukungan
pemerintah
2.Peningkatan
produksi masih
terbuka
3.Adanya
pembinaan PPL
4.Terbukanya
peluang
agribisnis
5.Motivasi petani
Ancaman
(Threats) = T
1.Gangguan hama
dan penyakit
2.Infrastruktur
belum memadai
3.upah tenaga
kerja cukup
tinggi
4.Persaingan
dengan kedelai
impor dan
kedalai lokal
lainnya
5.kondisi iklim/
cuaca
Kelemahan
(Weaknesses) = W
1.Pengalaman berusahatani
2.Dukungan kelompok tani
3.Ketersediaan lahan
4.Usia kerja produktif
5. Adanya permintaan pasar
1.Tingkat pendidikan petani rendah
2.Penerapan teknologi masih rendah
3.Keterbatasan modal usaha
4.Akses pemasaran masih rendah
5.Pendapatan petani masih rendah
Strategi S – O
Strategi W – O
1. Meningkatkan peran pemerintah
dalam peningkatan pengembangan
kedelai dengan memanfaatkan
potensi yang ada
(O1,S1,S2,S3,S4,O5)
2. Meningkatan motivasi petani
mengingat adanya permintaan pasar
dan masih terbukanya peluang
peningkatan produksi
(O2,S5,O3)
3. Meningkatkan pembinaan oleh PPL
dalam peningkatan produksi dan
transformasi kedelai sehingga
terbukanya peluang agribisnis oleh
petani.
(O4,O2,O3,O5,S5)
Strategi S – T
1. memanfaatkan pengalaman dan
dukungan kelompok tani untuk
mengendalikan dan penanggulangan
hama dan penyakit.
(S1,S2,T1)
2. memanfaatkan dukungan kelompok
tani guna meminimalisir upah tenaga
kerja untuk menunjang pendapatan
petani.
(T2,T3,S5).
3. Memanfatkan potensi yang dimiliki
dalam peningkatan produksi dan
kwalitas kedelai untuk
mengantisipasi persaingan.
(S1,S2,S3,S4,T1,T2,T5).
1. Mengupayakan pengetahuan dan
ketrampilan petani melalui pembinaan
PPLdalam peningkatan dan
pengembangan komoditi kedelai.
(W1,W2,O1,O3)
2. Mengupayakan bantuan modal
usahatani melalui program pemerintah.
(W5,W3,O1,O4,O5)
3. Mengupayakan akses informasi pasar
guna memenuhi permintaan pasar dan
adanya peluang pengembangan
agribisnis
(W4,O4,O5)
Strategi W – T
1. Mengupayakan informasi pasar guna
menekan persaingan dengan kedelai
impor dan kedelai lokal lainnya
(W4,T4)
2. Mengupayakan akses bantuan
pembiayaan dari pemerintah maupun
pihak swasta untuk menanggulangi upah
tenaga kerja.
(W3,W5,T3)
3. Mengupayakan peningkatan teknologi
dan infrastruktur guna meningkatkan
akses pemaran untuk meningkatkan
pendapatan.
(W2,W4,W5,T2,T4,T5)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
Penyusunan dan Penetapan Rencana
Program Strategis.
Jumlah
skor
yang
diperoleh
berdasarkan evaluasi faktor internal dan
eksternal diketahui bahwa skor tertinggi
berada pada kuadran I mendukung strategi
Agresif dengan nilai skor 2,89 yang berarti
usaha pengembangan komoditi kedelai di
Desa Nipa Kalemoan berada dilingkungan
internal yang sangat baik, dimana memiliki
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ……… 23
faktor kekuatan berupa pengalaman
berusahatani, dukungan kelompok tani,
ketersediaan lahan, usia kerja produktif, dan
adanya permintaan pasar.
Selain itu,
memiliki faktor eksternal peluang yang
berupa adanya dukungan pemerintah,
peningkatan produksi masih terbuka, adanya
pembinaan PPL, terbukanya peluang
agribisnis dan adanya motivasi petani.
Adapun beberapa program yang diusulkan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan peran pemerintah dalam
peningkatan
pengembangan
kedelai
dengan memanfaatkan potensi yang ada
melalui kegiatan :
a. Melakukan penyuluhan kepada petani
tentang
pengembangan
komoditi
kedelai
dengan
memaksimalkan
penggunaan lahan untuk memperluas
usahatani kedelai.
b. Melakukan pelatihan teknis atau studi
banding kepada kelompok tani ke
Daerah
pengembangan
komoditi
kedelai
untuk
meningkatkan
keterampilan
petani
terhadap
peningkatan
produksi
komoditi
kedelai.
2. Meningkatkan motivasi petani mengingat
adanya permintaan pasar dan masih
terbukanya
peluang
peningkatan
produksi.
a. Mengupayakan penyediaan akses
informasi pasar guna memenuhi
permintaan pasar
b. Mengupayakan perbaikan infrastruktur
untuk mempermudah petani dalam
melakukan
usahatani
dan
pendistribusian
atau
pemasaran
produksi kedelai.
c. Mengupayakan
bantuan
modal
usahatani untuk pembiayaan usahatani
kedelai.
3. Meningkatkan pembinaan oleh PPL
dalam
peningkatan
produksi
dan
transformasi kedelai sehingga terbukanya
peluang agribisnis oleh petani.
a. Melakukan
penyuluhan
tentang
pengenalan
kedelai
dan
cara
membudidayakan kedelai yang baik.
b. Melakukan pembinaan keterampilan
dalam mengolah kedelai menjadi
produk olahan atau peningkatan nilai
lebih terhadap komoditi kedelai.
c. Melakukan
penyuluhan
tentang
peluang agribisnis terhadap komoditi
kedelai.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan
pemasaran yang terjadi di Desa Nipa
Kalemoan adalah :
1) Pendapatan yang diterima oleh petani
responden pada usahatani kedelai
sebesar
Rp 9.233.844,41/1,81 ha/
musim tanam, atau rata-rata sebesar
Rp 5.099.287,21/ ha /musim tanam.
2) Saluran pemasaran dari petani/
produsen sampai ke konsumen akhir
terdapat dua saluran pemasaran
kedelai yaitu :
Saluran I :
Produsen/petani
Pedagang
Pengumpul 1
Konsumen (Bahan
Baku UKM)
Saluran II :
Produsen/petani
Pedagang
Pengumpul 2
Konsumen
(Pedagang Besar Kabupaten)
3) Hasil perhitungan efisiensi pemasaran
menunjukkan
bahwa
pemasaran
kedelai pada saluran satu lebih efisien
dengan nilai sebesar 1,79 %,
dibandingkan
dengan
pemasaran
kedelai pada Saluran II diperoleh
efisiensi pemasaran sebesar 2,78 %.
b. Berdasarkan hasil analisis SWOT strategi
yang tepat dalam upaya pengembangan
komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan
Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai
pada posisi strategi atau kuadran I yaitu
mendukung strategi agresif yaitu strategi
24 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
S-O (Strengths - Opportunities) dengan
skor yang diperoleh sebesar 2,89 dengan
program
yang diusulkan diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan
peran
pemerintah
dalam peningkatan pengembangan
kedelai dengan memanfaatkan potensi
yang ada.
b. Meningkatkan
motivasi
petani
mengingat adanya permintaan pasar
dan masih terbukanya peluang
peningkatan produksi.
Meningkatkan pembinaan oleh PPL
dalam peningkatan produksi dan
transformasi
kedelai
sehingga
terbukanya peluang agribisnis.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh maka dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Upaya peningkatan pendapatan, petani
kedelai
diharapkan
dapat
mengoptimalkan lahan yang tersedia dan
adanya usaha peningkatan nilai lebih
terhadap komoditi kedelai, dalam
menyalurkan atau memasarkan hasil
usahatani, petani responden sebaiknya
menggunakan saluran pemasaran satu.
2. Diperlukan perhatian dari pemerintah
Kabupaten Banggai guna pengembangan
komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan
Kecamatan Bualemo baik dari segi
pembinaan dan pelatihan maupun fasilitas
infrastruktur.
3. Membangun
kerja
sama
dengan
perguruan tinggi maupun instansi lain
yang terkait dengan penelitian ini guna
pengembangan komoditi kedelai sangat
diperlukan. Bagi peneliti yang tertarik
dengan topik ini, penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai referensi.
ISSN: 2089-8630
DAFTAR RUJUKAN
Arifin Z., 2013. Potensi Pengembangan
Dan Strategi Usaha Agribisnis Buah
Durian Di Desa Tebul Timur
Kecamatan Pegantenan Kabupaten
Pamekasan.
Jurnal
Manajemen
Agribisnis, Volume 13, No. 2, Juli
2013
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Rineka Cipta,
Jakarta.
BPS. Provinsi Sulawesi Tengah, 2014.
Perkembangan Luas Panen, Produksi
dan Produktivitas Kedelai. Sulawesi
Tengah
Mohar, 2005. Metode Penelitian Sosial
Ekonomi. Bumi Aksara, Jakarta.
Setiono, 2011. Konsep dan Strategi
Pengembangan Kawasan Hortikultura .
Blog spot.com, Berbagi Ilmu dari
Sahabat Ke Sahabat. Soekartawi,
1995.
Analisis Usahatani. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
_________, 2001. Agribisnis, teori dan
aplikasinya . Rajawali Pers, Jakarta
Wijaya.S.H., 2013, Analisis Pengaruh
Faktor-faktor Bauran Pemasaran
Terhadap Volume Eksport Biji Kakao
Pada Para Eksportir di Kota Palu.
Tesis Tidak di Terbitkan Makasar :
Program Pasca Sarjana. Agribisnis,
Universitas Hasanudin
KEDELAI DI DESA NIPA KALEMOAN KECAMATAN BUALEMO
KABUPATEN BANGGAI
Trianto Enteding¹, Hj. Hadayani dan Rosida P. Adam²
[email protected] / Handphone : 085824033005
¹(Mahasiswa Program Studi Magister Agribisnis, Pascasarjana Universitas Tadulako)
²(Dosen Program Studi Magister Agribisnis, Pascasarjana Universitas Tadulako)
Abstract
This research aims to identify the soybean commodity marketing, analyze the environmental
strategies and determine the development strategy of soybean commodity development strategies at
Nipa Kalemoan Village Bualemo Sub-district Banggai Regency. The data collection method is
using simple random sampling and to determine alternative strategies using SWOT analysis. The
results of this research showed that the income received by the respondent an average of Rp
9.233.844.41/1,81 ha/planting season, or an average of Rp 5.099.287,21/ha/planting season, there
are two channels soybean marketing. The margin earned on a single channel of 1.625 / Kg and an
efficient level of 1,79 %, while the margin earned two channels of 3.083 / Kg and efficient level of
2,78 %. Through of SWOT analysis method implementation in the forms of programming are
implemented is 1). Doing outreach to farmers about the development of commodity soybeans by
maximizing the use of land to expand the soybean farming. 2). Doing technical training or study
visits to farmers' groups to the development of commodity soybean area is to improve the skills of
farmers to increase production of commodity soybeans. 3). Promote the provision of access to
market information in order to meet market demand. 4). Works toward improving the
infrastructure to facilitate the farmers to do farming and distribution or marketing of soybean
production. 5). To strive for capital to finance soybean farming. 6) Do counseling about the
introduction of soy and soy cultivate a good way. 7). Doing coaching skills in processing soybeans
into processed products or an increase in value of the commodity soybeans.
8). Conduct
counseling on agribusiness opportunities for commodity soybeans.
Keywords: marketing analysis da soybean commodity development strategies
nasional yang mencapai.2.600.000 ton/tahun,
tingginya permintaan kedelai dipasar dalam
negeri dimana tingkat konsumsi masyarakat
akan kedelai sangatlah besar, sementara disisi
lain produksi dalam negeri belum mampu
untuk memenuhinya.
Daerah yang melakukan usahatani
kedelai di Indonesia salah satunya adalah
Sulawesi Tengah, tingkat konsumsi kedelai
Sulawesi Tengah sebesar 4,2 kg/ kap/ tahun.
Hal ini, masih dibawah standar konsumsi
kedelai nasional yang mencapai 10 – 12 kg/
kap/ tahun.
Tingkat produktivitas tanaman kedelai
Sulawesi Tengah baru berkisar 1-1,5 ton per
hektar. Produksi kedelai baru sekitar 5.000
Kedelai merupakan
salah satu
komoditi yang sangat diminati masyarakat
dan telah menjadi kebutuhan pokok dalam
kehidupan
sehari-hari
bagi
sebagian
masyarakat.
Selain itu, kedelai juga
merupakan salah satu komoditi pangan utama
setelah padi dan jagung yang mengandung
protein nabati yang sangat tinggi nilai
gizinya, mengandung zat anti oksidan yang
tinggi sehingga sangat bermanfaat bagi
kesehatan dan banyak dikonsumsi oleh
penduduk.
Pada Tahun 2012 produksi kedelai
nasional mencapai 843.153 ton, rendahnya
produksi kedelai dalam negeri tidak
berimbang dengan tingkat konsumsi kedelai
11
12 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
ton dari target sebanyak 11.000 ton. Adapun
Data mengenai perkembangan Luas Panen,
Produksi
dan
Produktivitas
Kedelai
ISSN: 2089-8630
dibeberapa Kabupaten di Sulawesi Tengah
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kedelai dibeberapa
Kabupaten di Sulawesi Tengah, Tahun 2012.
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
No
Kabupaten/Kota
(ha)
(ton)
(ton / ha)
1
Banggai Kepulauan
1
1
1,00
2
Banggai
1624
2712
1,67
3
Morowali
424
394
0,93
4
Poso
178
202
1,13
5
Donggala
138
181
1,31
6
Toli-toli
5
6
1,20
7
Buol
1,25
64
80
8
Parigi Moutong
1,69
926
1572
9
Tojo Una-una
1,35
2261
3055
Jumlah
5621
8202
Rata-rata
295,84
431,68
1,45
Sumber Data : Badan Pusat Statistik Sulawesi Tengah, Tahun 2014.
Tabel 1 menunjukkan bahwa luas
panen usahatani kedelai di Sulawesi Tengah
adalah 5.621 ha, menghasilkan produksi
mencapai 8.202 ton dengan rata-rata
perhektar atau produktivitas sebesar 1,45
ton/ha yang tersebar dibeberapa Kabupaten
yang ada di Sulawesi Tengah. Salah satu
Kabupaten penghasil kedelai di Sulawesi
Tengah adalah Kabupaten Banggai yang
memiliki areal usahatani kedelai yang luas
dan menempati urutan kedua setelah
Kabupaten Tojo Una-una dengan Luas panen
1.624 ha yang menghasilkan produksi
mencapai 2.712 ton.Terbatasnya kemampuan
petani dalam mengakses informasi pasar dan
ketergantungan
petani
terhadap
para
pedagang tengkulak masih sangat besar,
sehingga posisi petani sebagai produsen
dalam memasarkan produknya sebagai price
taker atau penerima harga dan bukan penentu
harga jual dari produksi yang mereka
hasilkan, kondisi demikian mengakibatkan
petani
sulit
merencanakan
besarnya
keuntungan yang mereka peroleh.
Tingginya tingkat konsumsi kedelai
merupakan salah satu peluang untuk
peningkatan usahatani kedelai, peningkatan
produksi komoditi kedelai dapat dilakukan
dengan penentuan strategi guna peningkatan
pendapatan petani
METODE
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskriptif
kualitatif
yang
dilakukan
pengumpulan data dan informasi dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran secara
sistematis dan akurat mengenai fakta atau
karakteristik responden.
Data yang telah dikumpul disusun,
dianalisis dan dijelaskan sehingga diperoleh
gambaran mengenai keadaan pemasaran dan
untuk mengidentifikasi faktor internal dan
faktor eksternal yang berpengaruh terhadap
pengembangan komoditi kedelai di Desa
Nipa Kalemoan
Lokasi penelitian ditentukan secara
sengaja (Purposive) yakni di Desa Nipa
Kalemoan Kecamatan Bualemo Kabupaten
Banggai, dengan pertimbangan bahwa Desa
Nipa Kalemoan merupakan sentra produksi
kedelai di Kecamatan Bualemo Kabupaten
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 13
Banggai. penelitian ini dilaksanakan pada
Bulan Nopember sampai dengan bulan
Januari Tahun 2015.
Populasi dalam penelitian ini adalah
petani kedelai yang bermukim di Desa Nipa
Kalemoan sebanyak 185 orang, berdasarkan
penjajakan pedagang pengumpul I sebanyak
4 orang, pedagang pengumpul II sebanyak 3
orang, aparat terkait 2 orang dan aparat Desa
sebanyak 3 orang, sehingga total populasi
sebanyak 197 orang.
Penentuan sampel responden yang
ditentukan secara acak sederhana dengan
total responden sebanyak 49 orang atau 20%
dari total populasi responden, dengan
merujuk apa yang dikatakan oleh Arikunto
(2002), bahwa jika populasi kurang dari 100
orang maka sebaiknya semua anggota terpilih
menjadi responden sehingga merupakan
penelitian sensus. Jika populasi lebih dari
100 orang maka dapat diambil sampel acak
sederhana dengan taraf kesalahan 10%, 15% ,
20% atau lebih dari jumlah populasi.
Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh
langsung dari Responden yang menjadi
objek dalam penelitian ini baik melalui
wawancara dan pengisian kuesioner
penelitian. Kuesioner (daftar pertanyaan)
berisi satu set pertanyaan yang secara logis
berhubungan dengan masalah penelitian, dan
setiap pertanyaan merupakan jawaban yang
mempunyai
makna
dalam
pengujian
hipotesis, oleh karena itu kuesioner yang
dibuat merupakan alat bantu dalam
pengumpulan data dari satuan-satuan
populasi yang berjumlah besar, beraneka
ragam dan letaknya tersebar. (Mohar, 2005)
Dari data ini secara garis besarnya meliputi
identitas responden, umur responden,
tingkat pendidikan dan kepemilikan lahan
oleh responden yang memiliki nilai penting
dari pemasaran komoditi kedelai dan faktorfaktor pengembangan komoditi kedelai,
sedangkan data sekunder diperoleh dari studi
pustaka dan sumber pustaka serta sumber-
sumber lainnya yang berkaitan dengan materi
penelitian tentang komoditi kedelai.
Analisis data yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan adalah
dengan menggunakan model analisis.
Pendapatan usahatani merupakan selisih
antara penerimaan dan semua biaya
(Soekartawi, 1995). Untuk mengetahui
pendapatan usahatani kedelai menggunakan
rumus :
Pd = TR – TC
TR = Y . P
TC = FC + VC
Wijaya
(2003)
mengemukakan
pemasaran sebagai suatu kegiatan bertujuan
untuk memperlancar arus barang dan jasa
dari produsen ke konsumen dengan cara
paling efisien dengan maksud menciptakan
permintaan efektif. Untuk menghitung
besarnya margin pemasaran menggunakan
rumus :
M = Hp - Hb
Dimana :
M = Margin pemasaran
Hp = Harga Penjualan
Hb = Harga Pembelian
Soekartawi (2001) menyatakan bahwa
terjadinya efisiensi pemasaran jika biaya
pemasaran dapat ditekan dan nilai produk
yang diterima lebih besar dan pemasarna
tidak efisien jika biaya pemasaran lebih besar
dari nilai produk.
Untuk mengetahui
efisiensi pemasaran komoditi kedelai dari
produsen atau pedagang pengumpul ke
pedagang pengecer menggunakan rumus :
Eps = (TB / TNP ) x 100 %
Teknik analisis SWOT digunakan
untuk mendapatkan dan mengetahui strategi
pengembangan komoditi kedelai di Desa
Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo
Kabupaten Banggai. Analisis SWOT
dipengaruhi oleh lingkungan yang bersifat
strategis yakni kondisi wilayah, situasi,
keadaan dan mempengaruhi perkembangan
dari waktu ke waktu.
Secara struktur
lingkungan strategis yaitu faktor kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weaknesesses)
14 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
dan berupa lingkungan eksternal yang terdiri
atas dua faktor strategis yaitu peluang
(Opportunities) dan ancaman (Threats).
Perumusan strategi pengembangan
kedelai dengan analisis SWOT dilakukan
melalui tahapan sebagai berikut :
Data
yang
telah
dikumpulkan
diidentifikasi selanjutnya dianalisis untuk
menentukan faktor internal dan eksternal
berdasarkan
tingkat urgensi terhadap
pengembangan usahatani kedelai. Faktor
internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan,
faktor eksternal berupa peluang dan ancaman
yang berpengaruh pada upaya pengembangan
komoditi kedelai
Faktor internal yang telah dianalisis
dan terdiri atas kekuatan dan kelemahan
kemudian dimasukkan ke dalam tabel IFAS
(Internal
Strategic
Faktor
Analysis
Summary) dan faktor eksternal yang terdiri
atas peluang dan ancaman
dimasukkan
dalam tabel EFAS (Eksternal Strategic
Faktor Analysis Summary) untuk dilakukan
pembobotan dan pemberian rating.
Untuk menentukan bobot dapat
digunakan rumus sebagai berikut :
1
βi =
x (Ri + 1)
(n + TR)
Keterangan : βi = Bobot setiap rating
n = Jumlah aktivitas
TR = Total rating
Ri = Rating setiap aktivitas
Tabel
ISSN: 2089-8630
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Desa Nipa Kalemoan terletak di
Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai
Sulawesi Tengah. Desa Nipa kalemoan
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Laut (Teluk Tomini)
Sebelah Selatan : Perkebunan Sawit
Sebelah Timur : Desa Malik Makmur
Sebelah Barat : Desa Bualemo A
Luas wilayah Desa Nipa Kalemoan
adalah 56 Km² dengan jarak antara ibu kota
kabupaten sejauh kurang lebih 133 Km dan
jarak antara ibu kota Kecamatan sejauh kurng
lebih 3 Km. Penduduk Desa Nipa Kalemoan
berjumlah 726 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk sebesar 12 jiwa/Km², mata
pencaharian penduduk Desa Nipa Kalemoan
pada umumnya adalah sebagai petani. Iklim
merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi
pertumbuhan
tanaman
khususnya dalam menentukan jenis komoditi
yang akan ditanam. Iklim suatu daerah
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, angin,
kelembaban udara, dan intensitas penyinaran
sinar matahari
Karakteristik Petani Responden
Umur Responden
Umur petani responden usahatani
kedelai di Desa Nipa Kalemoan yaitu umur
30 tahun hingga umur 50 tahun, dengan
demikian petani responden di Desa Nipa
Kalemoan merupakan usia kerja yang
produktif adapun Data mengenai tingkat
umur responden tertera pada Tabel 2 berikut :
2. Umur Petani Responden Usahatani kedelai di Desa Nipa Kalemoan, 2014.
Umur responden
Jumlah Responden
Persentase
No
(Tahun)
(Orang)
(%)
1
30 - 36
5
13,51
2
37 - 43
17
45,95
3
44 - 50
15
40,54
Jumlah
37
100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah,2015
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 15
Tingkat Pendidikan Responden
Sebagian
besar
responden
berpendidikan SLTA sebanyak 25 orang
(56,82%), SLTP sebanyak 12 orang
(27,17%), dan SD sebanyak 7 orang
(15,91%).
Jumlah Tanggungan Keluarga
Sebagian besar responden memiliki jumlah
tanggungan keluarga rata-rata sebanyak 1 – 4
orang, dengan jumlah responden sebanyak 23
orang (52,27%), terdiri dari petani 21 orang,
pedagang pengumpul 1 orang, pedagang
pengumpul II sebanyak 1 orang. Jumlah
tanggungan keluarga 5 – 7 orang sebanyak 21
orang (47,73%).
Pengalaman Berusahatani
Sebagian besar responden memiliki
pengalaman berusahatani 17-24 tahun dengan
persentase sebesar 54%, dengan jumlah
responden sebanyak 20 orang, kemudian
pengalaman berusahatani 25-32 tahun dengan
persentase sebesar 24%, dengan jumlah
responden berjumlah 9 orang, sedangkan
pengalaman berusahatani 9-16 tahun
berjumlah 8 orang dengan persentase sebesar
22 %.
Luas Lahan
Luas lahan yang digunakan petani
kedelai di Des a Nipa Kalemoan bervariasi
antara 1 ha hingga 3 ha dengan status lahan
yang diolah milik sendiri. Lahan merupakan
salah satu modal kerja dan faktor produksi
yang sangat penting dalam pengelolaan
usahatani kedelai, dimana semakin luas lahan
yang dimiliki, petani akan lebih memiliki
potensi yang leluasa untuk mengembangkan
usahataninya. Responden dengan jumlah 8
orang memiliki luas lahan 1 ha dengan
persentase 21,62 %, petani responden yang
memiliki luas lahan 2 ha berjumlah 28 orang
dengan persentase 75,68 %, dan petani
responden yang memiliki luas lahan 3 ha
berjumlah 1 orang dengan persentase 2,70 %.
luas lahan yang dikelola petani responden
untuk komoditi kedelai adalah berjumlah 67
ha dengan rata-rata 1,81 ha/petani
55,22 %.
atau
Analisis Penerimaan
Penerimaan marupakan hasil yang
diterima petani dari hasil kali antara jumlah
produksi dengan harga produksi yang
dinyatakan
dalam
rupiah,
sehingga
penerimaan sangat ditentukan oleh besar
kecilnya produksi yang dihasilkan dan harga
dari produksi tersebut.
Tingkat harga yang diterima oleh
petani responden usahatani kedelai rata-rata
adalah sebesar Rp 6.000/Kg dengan jumlah
produksi yang diperoleh petani responden
dari usahataninya rata-rata sebanyak 3.168,92
Kg/1,8 ha/musim tanam atau 1.750
Kg/ha/musim tanam, sehingga rata-rata
penerimaan petani kedelai adalah sebesar Rp
19.013.513,51/1,81 ha/musim tanam atau
Rp 10.500.000/ha/musim tanam.
Biaya Usahatani
Kegiatan usahatani yang dilakukan
oleh petani responden tidak terlepas dari
beban biaya yang harus dikeluarkan dan
diperhitungkan.
Total biaya tetap yang
dikeluarkan oleh petani responden dalam
mengusahakan usahatani kedelai diperoleh
dari total biaya pajak lahan rata-rata sebesar
Rp 21.729,73/1,81 ha/musim tanam, biaya
sewa lahan sebesar Rp 1.358.108,11/1,81
ha/musim tanam, dan total biaya penyusutan
rata-rata sebesar Rp 20.398,84/1,81 ha,
sehingga total biaya tetap diperoleh rata - rata
sebesar Rp 1.400.236,68/1,81 ha atau sebesar
Rp 773.265,03/ha. Total biaya variabel yang
dikeluarkan oleh petani responden usahatani
kedelai diperoleh dari total biaya penggunaan
benih rata-rata sebesar Rp 1.014.054,05/1,81
ha/musim tanam, total biaya penggunaan
pupuk rata-rata sebesar Rp 733.378,38/1,81
ha/musim tanam, total biaya pengangkutan
rata-rata sebesar Rp 181.081,08/1,81
ha/musim tanam, total biaya penggunaan
pestisida
rata-rata
sebesar
Rp
847.459,46/1,81 ha/musim tanam, total biaya
16 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
tenaga kerja sebesar Rp 5.778.918,92/1,81
ha/musim tanam, sehingga total biaya
variabel
rata-rata
sebesar
Rp
8.379.432,43/1,81 ha/musim tanam atau Rp
4.627.447,76/ha/ musim tanam.
Total biaya atau beban yang
dikeluarkan oleh petani responden usahatani
kedelai dalam melakukan usahataninya
adalah sebesar Rp 9.779.669,11/1,81 ha
/musim
tanam
atau
sebesar
Rp
5.400.712,79/ha/musim tanam.
Analisis Pendapatan
Pendapatan merupakan selisih antara
penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan
pada kegiatan usahatani Kedelai oleh petani
responden atau besarnya penerimaan
dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan
(Soekartawi, 1995). pendapatan yang
diterima oleh petani responden pada
usahatani
kedelai
rata-rata
sebesar
Rp 9.233.844,41/1,81 ha/ musim tanam, atau
rata-rata sebesar Rp 5.099.287,21/ ha /musim
tanam.
Analisis Pemasaran
Saluran Pemasaran
Pemasaran merupakan proses aliran
barang dari petani responden sampai kepada
konsumen akhir. Proses penyaluran hasil
produksi dari produsen ke konsumen
merupakan aktifitas yang menjadi kunci
pembangunan pertanian sebab tanpa adanya
pasar, produksi pertanian tidak akan
dinikmati oleh masyarakat luas.
Adapun lembaga yang terlibat pada
pemasaran hasil pertanian khususnya kedelai
yaitu pedagang pengumpul 1 dan pedagang
pengumpul 2. Pada saluran pertama,
produsen atau petani menjual hasil
produksinya kepada pedagang pengumpul 1,
selanjutnya pedagang pengumpul 1 menjual
kembali ke konsumen. Pada saluran
pemasaran ke dua petani atau produsen
menjual hasil produksinya kepada pedagang
pengumpul 2 Kecamatan kemudian pedagang
ISSN: 2089-8630
pengumpul 2 Kecamatan menjual kepada
konsumen pedagang besar Kabupaten.
Analisis biaya
Kedelai
dan margin
pemasaran
Biaya pemasaran merupakan korbanan
yang dikeluarkan pada proses pergerakan
barang dari tangan produsen ke tangan
konsumen yang meliputi biaya transportasi,
pengepakan/penyortiran,
retribusi,
pengangkutan. Margin pemasaran merupakan
selisih harga yang dibayar konsumen dan
harga yang diterima petani responden yang
sering dipandang dari sisi harga. Selisih
antara harga yang dibayarkan konsumen
dengan harga yang diterima oleh petani pada
tiap-tiap saluran pemasaran (Sudiyono,
2002).
Harga penjualan kedelai oleh petani
responden ke pedagang pengumpul 1 ratarata Rp 6.375/Kg, keuntungan yang diperoleh
sebesar Rp 1.510,72/Kg. Proses pembelian
kedelai oleh pedagang pengumpul 1 ke petani
yaitu dengan cara mendatangi langsung
petani, kemudian pedagang pengumpul 1
menjual kedelai ke konsumen dengan harga
Rp 8.000/Kg, harga yang ditawarkan oleh
pedagang pengumpul 1 ke konsumen
mengalami kenaikan harga hal ini disebabkan
adanya biaya-biaya yang harus dikeluarkan
oleh pedagang pengumpul 1 hingga komoditi
kedelai sampai ketangan konsumen dan
margin yang diperoleh sebesar Rp 1.625/Kg,
sedangkan rata-rata harga kedelai dari petani
sebesar Rp 5.917/Kg, pembelian kedelai
yang dilakukan oleh pedagang pengumpul 2
dengan cara mendatangi petani dengan biaya
yang dikeluarkan oleh pedagang pengumpul
2 meliputi biaya transportasi sebesar
Rp 71,43/Kg, biaya pengepakan
sebesar
Rp 35,71/Kg, biaya tenaga kerja sebesar
Rp 14,29/Kg, dan biaya retribusi sebesar
Rp 42,86/Kg, sehingga total biaya yang
dikeluarkan pedagang pengumpul 2 sebesar
Rp 164,29/Kg, harga penjualan Rp 9.000/Kg,
dengan keuntungan yang diperoleh sebesar
Rp 2.918,71/Kg.
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 17
Efisiensi pemasaran
Efisiensi
pemasaran
merupakan
perbandingan atau nisbah antara total biaya
dengan total produk yang dipasarkan,
sehingga sistem pemasaran dikatakan efisien
apabila biaya pemasaran dapat ditekan
sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih
tinggi, namun persentase perbedaan harga
yang dibayarkan konsumen dan produsen
tidak terlalu tinggi.
Efisien pemasaran kedelai pada saluran
pertama yaitu dari Petani ke Pedagang
Pengumpul 1 sampai ke konsumen lebih
efisien dari pada saluran dua hal ini
disebabkan oleh nisbah antara biaya
pemasaran yang dikeluarkan dengan total
nilai produksi pada saluran satu lebih kecil
dibanding saluran dua yaitu sebesar 1,79 %,
sedangkan saluran pemasaran kedua yaitu
dari Petani ke Pedagang Pengumpul 2
Kecamatan sebesar 2,78%.
Analisis Identifikasi Faktor Lingkungan
Strategis.
Analisis identifikasi faktor lingkungan
strategi dalam penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi lingkungan
internal dan eksternal pada usahatani kedelai
di Desa Nipa Kalemoan
Internal Factor Evaluation (IFE)
Analisis lingkungan internal dilakukan
untuk mengidentifikasi berbagai kekuatan
(strength) dan kelemahan (weakness) dalam
pengembangan usahatani kedelai. Gambaran
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki untuk
pengembangan
usahatani
memberikan
keunggulan kompetitif bagi usahatani
tersebut.
Kekuatan (Strengths)
diperoleh akan semakin banyak dan lebih
terampil, sehingga dalam pelaksanaan
pengambilan keputusan akan lebih berhatihati dan lebih bijaksana sehingga dapat
mengurangi resiko kegagalan usahatani
kedelai.
Dukungan Kelompok Tani
Keberadaan Kelembagaan kelompok
tani kedelai di Desa Nipa Kalemoan yang
dirikan pada bulan November 2014 dengan
jumlah kelompok tani sebanyak 11
kelompok,
mendapat
dukungan
dari
Pemerintah Daerah melalui bantuan benih.
Diharapkan dengan adanya kelompok tani
dapat mengurangi biaya tenaga kerja dan
komitmen yang dimiliki akan terus berupaya
melakukan pengembangan usahatani kedelai
berjalan.
Menurut Arifin (2013) bahwa melalui
kelompok tani para anggota bisa menyerap
beberapa informasi ataupun tukar pikiran
sesama anggota kelompok tani dan juga
sebagai tempat bermusyawarah antar sesama
anggota apabila terdapat suatu permasalahan
di dalam kelompok tani.
Ketersedian Lahan
Pengelolaan usahatani tidak terlepas dari
adanya lahan garapan yang akan dikelolah
untuk melaksanakan usahatani, dimana
dengan adanya asumsi bahwa semakin luas
lahan garapan maka akan semakin besar
jumlah
produksi
yang
dihasilkan.
Berdasarkan Data identitas petani pada
lampiran 1 menunjukkan bahwa rata-rata luas
lahan garapan petani responden sebesar 1,8
ha dengan status kepemilikan lahan milik
sendiri, dengan tersedianya sumberdaya
lahan yang belum terolah merupakan potensi
yang dimiliki petani.
Pengalaman berusahatani
Pengalaman berusahatani merupakan
salah satu faktor yang dapat mendorong dan
mendukung proses pelaksanaan usahatani.
Semakin lama petani mengelola usahataninya
maka pengetahuan dan pengalaman yang
Usia kerja produktif
Tingkat kemampuan petani dalam
mengelola usahataninya pada umumnya
sangat dipengaruhi oleh umur petani
terutama kemampuan fisik dan dalam hal
18 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
pengambilan keputusan yang akan dilakukan.
Petani yang berumur relatif lebih muda
memiliki kemampuan fisik dan mental yang
kuat serta cepat menerima hal-hal yang baru,
sedangkan petani yang berumur tua kondisi
kemampuan fisik dan mental mulai
berkurang tetapi petani yang berumur tua
memiliki
banyak
pengalaman
dalam
mengelola usahatani, sehingga setiap
bertindak
selalu
berhati-hati
dalam
mengambil keputusan terhadap pengelolaan
usahataninya.
Adanya permintaan pasar
Pertumbuhan permintaan kedelai pada
saat ini sangat meningkat pesat namun belum
mampu diimbangi oleh produksi didaerah.
Komoditi kedelai memiliki banyak manfaat
guna
pemenuhan
kebutuhan
pangan
masyarakat, kedelai banyak diolah untuk
berbagai macam bahan pangan, seperti:
tauge, susu kedelai, tahu, kembang tahu,
kecap, tempe dan lain-lain. Selain itu, juga
banyak dimanfaatkan sebagai bahan pakan
ternak. Beragamnya produk olahan kedelai
yang dapat dilakukan, hal ini merupakan
salah satu pertimbangan guna melakukan
pengembangan dan peningkatan produksi
kedelai untuk memenuhi kebutuhan bahan
baku.
Kelemahan (Weaknesses)
Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan petani responden
dan pedagang sangat berpengaruh terhadap
kemampuan dan keterampilan serta cara
berfikir
untuk
mengelolah
dan
mengembangkan usahataninya yang dapat
berimplikasi
terhadap
peningkatan
pendapatan petani. Tingkat pendidikan yang
dimiliki responden bervariasi mulai dari SD,
SLTP, dan SLTA. Tingkat Pendidikan sangat
menentukan kualitas sumberdaya manusia.
Petani responden menyadari bahwa tinggi
rendahnya tingkat pendidikan formal maupun
non formal seseorang akan mempengaruhi
cara berfikir yang semakin baik. Dalam
ISSN: 2089-8630
penelitian ini pendidikan yang dimaksud
adalah tingkat pendidikan formal tertinggi
yang dicapai responden.
Penerapan teknologi masih rendah
Teknologi merupakan salah satu yang
berpengaruh
terhadap
pengembangan
usahatani baik dari budidaya guna
peningkatan produksi hingga penanganan
pasca panen dan menjadi olahan bahan baku.
Perkembangan teknologi dan informasi
terhadap usahatani kedelai merupakan salah
satu hal yang akan menambah kemauan
petani untuk mengembangkan kedelai,
dengan teknologi dan informasi yang baru
dibidang pengembangan usahatani kedelai
petani responden akan memperoleh produksi
yang lebih maksimal sehingga dapat
meningkatkan pendapatan mereka.
Keterbatasan modal
Salah satu faktor penting dalam
melakukan usahatani adalah ketersediaan
modal untuk kelangsungan usahatani. Modal
yang digunakan dapat diperoleh dari modal
sendiri dan modal dari pihak lain berupa
pinjaman, kemitraan, dan lain-lain. Saat ini
modal yang digunakan oleh petani responden
masih terbatas sehingga petani responden
melakukan pinjaman ke tengkulak yang
menyediakan kebutuhan dan keperluan
usahatani dengan berupa pinjaman yang
dibayarkan setelah panen. Hal ini merupakan
salah satu kelemahan yang memerlukan
perhatian.
Akses pemasaran masih rendah
Pemasaran merupakan suatu kegiatan
ekonomi yang berfungsi membawa dan
menyampaikan barang dari produsen ke
konsumen melalui aturan permainan yang
dijalankan oleh pasar. Kurangnya akses dan
informasi pasar tentang komoditi kedelai di
Desa Nipa Kalemoan menyebabkan pasar
dikuasai oleh para tengkulak, sehingga petani
responden tidak dapat menentukan harga
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 19
penjualan tetapi berdasarkan harga yang
ditawarkan oleh tengkulak.
peluang dan meminimalkan ancaman dalam
melakukan usahatani.
Pendapatan Petani masih rendah
Peluang (Opportunities)
Pendapatan merupakan selisih antara
penerimaan dari hasil penjualan produksi
yang kemudian dikurangi biaya. Pendapatan
yang diterima oleh petani kedelai di Desa
Nipa Kalemoan sebesar Rp 5.099.287,21
/ha/musim tanam atau sebesar Rp 849.881,20
/bulan selama 6 bulan, dengan kisaran
tanggungan keluarga oleh petani berkisar 4
orang dengan standarisasi konsumsi sebesar
2 dolar/hari/orang, maka pendapatan petani
kedelai masih rendah. Hasil analisis Internal
Factor Analysis Summary (IFAS), terlihat
faktor kekuatan (Strenghts) memilikii
pengaruh atau tingkat kepentingan relatif
tertinggi dalam pengembangan komoditi
kedelai di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan
Bualemo dengan nilai sebesar 1,66 yang
terdiri dari : (a) Pengalaman berusahatani
sebesar 0,33 (b) dukungan kelompok tani
0,52 (c) ketersediaan lahan sebesar 0,33 (d)
usia kerja produktif sebesar 0,30 dan (e)
adanya permintaan pasar 0,18 sedangkan
kelemahan (Weakness) memiliki nilai sebesar
1,05 yang terdiri dari : (a) tingkat pendidikan
petani rendah sebesar 0,18 (b) penerapan
teknologi masih rendah 0,33 (c) keterbatasan
modal usaha sebesar 0,18 (d) akses
pemasaran masih rendah sebesar 0,18 dan (e)
Tingkat pendapatan petani masih rendah
sebesar 0,18. Nilai ini dapat di artikan bahwa
pengembangan usahatani kedelai di Desa
Nipa Kalemoan memiliki kekuatan yang
lebih besar, yaitu sekitar 54% di bandingkan
dengan kelemahan sebesar 0,47%, sehingga
masih memiliki peluang yang sangat baik
untuk dilaksanakan.
Adanya dukungan kebijakan pemerintah
External Factor Evaluation (EFE)
Analisis lingkungan external dilakukan
untuk mengidentifikasi berbagai peluang
(opportunities) dan ancaman (threat) dalam
pengembangan usahatani kedelai, sehingga
petani responden dapat memanfaatkan
Aspek dukungan pemerintah dalam
kebijakan guna upaya mensejahterakan
masyarakat, kebijakan pemerintah daerah
mempunyai peran dan pengaruh yang sangat
besar dalam seluruh pembangunan pada
umumnya. Pemerintah Kabupaten Banggai
sangat
menaruh
perhatian
terhadap
pembangunan pertanian dan perkebunan.
Peningkatan produksi masih terbuka
Penggunakan sistem budidaya yang
masih tradisional, dimana salah satunya
belum melakukan pengolahan tanah secara
sempurna serta adanya ketersediaan lahan,
kemungkinan produksi kedelai di Desa Nipa
Kalemoan masih dapat ditingkatkan.
Adanya pembinaan dari PPL
Peran penyuluh pertanian merupakan
salah satu faktor penting dalam melakukan
dan kelangsungan usahatani.
Pertemuan
antara penyuluh dan petani setiap sebulannya
sebanyak 16 kali pertemuan yang diharapkan
pembinaan dari PPL lebih mengutamakan
pengembangan
potensi
pertanian
diperdesaan, sehingga peran penyuluh
pertanian sebagai salah satu fasilitator
pemerintah yang diperbantukan diperdesaan
yang memiliki peran sebagai pemberi
informasi tentang pertanian mulai dari
budidaya hingga penanganan pasca panen
serta informasi lain.
Terbukanya peluang agribisnis
Beragamnya produk olahan kedelai
yang dapat dilakukan maka pengembangan
industri pengolahan kedelai akan mampu
memberikan nilai tambah kepada petani.
Selain itu, dengan melihat peluang pasar
petani tidak hanya menjadi produsen yang
hanya bertumpu pada budidaya tetapi mampu
mengembangkan produksi menjadi bahan
20 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
olahan sehingga dapat meningkatkan nilai
tambah terhadap peningkatan pendapatan
petani.
Motivasi petani
Pentingnya motivasi bukan saja dilihat
dari segi luas lahan atau modal yang besar,
tetapi juga dilihat dari segi lain, motivasi
yang dimiliki oleh seorang petani akan turut
mempengaruhi hasil dan pendapatan yang
diperoleh.
Motivasi petani haruslah
diimbangi dengan memberikan penyuluhan
yang dilakukan oleh pemerintah yang
menjadi mitra petani, dengan melihat kondisi
pengalaman berusahatani yang tergolong
cukup
berpengalaman
serta
adanya
ketersediaan lahan dan menjadi salah satu
sumber pendapatan petani.
Ancaman/ Tantangan (Threats)
Gangguan hama dan penyakit
Pertumbuhan tanaman kedelai yang
optimal tidak akan mempunyai produksi
yang tinggi bila hama dan penyakit tidak
dikendalikan dengan baik. Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam melakukan
usahatani
salah
satunya
adalah
penanggulangan hama
dan penyakit.
Gangguan hama yang terjadi di Desa Nipa
Kalemoan dilakukan oleh serangga dan ulat.
Infrastruktur belum memadai
Keberadaan
infrastruktur
sangat
penting untuk menjamin akses keluar-masuk
transportasi ke kawasan sehingga produk
dapat tersalurkan keluar kawasan dengan
baik. Aspek sarana & prasarana sangat
penting dan menentukan kualitas produk
hortikultura yang dihasilkan. Kriteria yang
menjadi dasar penetapan kawasan budidaya
hortikultura menurut Permentan No: 41
Tahun
2009
salah
satunya
adalah
mempunyai akses dan prasarana transportasi
jalan dan pengangkutan yang mudah, dekat
dengan pusat pemasaran dan pengumpulan
produksi (Setiono, 2011).
ISSN: 2089-8630
Upah tenaga kerja cukup tinggi
Upah tenaga kerja merupakan salah
satu kendala dalam melakukan usahatani,
adanya peningkatan upah tenaga kerja
berpengaruh sangat besar dan menjadi
kendala bagi para petani, dimana rata-rata
petani di Desa Nipa Kalemoan dalam
melakukan usahataninya hanya dengan
menggunakan modal yang terbatas serta
sangat bergantung kepada para tengkulak.
Persaingan dengan kedelai impor dan
kedelai lokal lainnya
Kurangnya ketersediaan kedelai untuk
kebutuhan masyarakat terhadap bahan baku
tahu dan tempe merupakan peluang yang
besar bagi petani, namun dengan adanya
kedelai lokal lainnya serta masuknya kedelai
impor
untuk
mencukupi
kebutuhan
masyarakat, maka hal ini menjadi ancaman
bagi para petani, dimana petani diharuskan
lebih memperbaiki kualitas produk dan
memiliki akses informasi pasar.
Kondisi iklim/cuaca.
Perubahan iklim dan Curah Hujan juga
sangat berpengaruh pada besar kecilnya nilai
produksi pada kedelai. Tanaman kedelai
sangat peka terhadap perubahan faktor
lingkungan tumbuh, khususnya tanah dan
iklim. Kebutuhan air sangat tergantung pada
pola curah hujan yang turun selama
pertumbuhan dan pengelolaan tanaman, jika
semakin tinggi nilai curah hujan maka
produksi kedelai juga semakin tinggi hal ini
dikarenakan kedelai juga merupakan salah
satu tanaman yang sangat membutuhkan air
untuk pertumbuhannya. Hasil analisis
Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS),
terlihat faktor Peluang (Opportunities)
memilikii pengaruh atau tingkat kepentingan
relatif tertinggi dalam pengembangan
komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan
Kecamatan Bualemo dengan nilai sebesar
1,23 yang terdiri dari : (a) adanya dukungan
pemerintah 0,18 (b) peningkatan produksi
masih terbuka 0,18 (c) adanya pembinaan
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ………… 21
dari PPL 0,36 (d) terbukanya peluang
agribisnis 0,18 dan (e) adanya motivasi
petani 0,33, sedangkan Ancaman/ Tantangan
(Threats) memiliki nilai sebesar 0,87 yang
terdiri dari : (a) gangguan hama dan penyakit
sebesar 0,09 (b) infrastruktur belum memadai
sebesar 0,09 (c) upah tenaga kerja cukup
tinggi sebesar 0,11 (d) persaingan dengan
kedelai impor dan kedelai lokal lainnya
sebesar 0,09 dan (e) kondisi iklim/ cuaca
sebesar 0,09. Dari total skor tertimbang
sebesar 2,28 dapat di artikan bahwa
pengembangan usahatani kedelai di Desa
Nipa Kalemoan memiliki peluang yang lebih
besar, yaitu sebesar 1,23 atau memiliki
peluang yang lebih besar sekitar 50% di
bandingkan dengan kelemahan sebesar 1,05
atau sekitar 47%, sehingga masih memiliki
peluang
yang
sangat
baik
untuk
dilaksanakan.
Tabel 3.
Alternatif
strategi
pengembangan
komoditi kedelai Desa Nipa Kalemoan
Kecamatan Bualemo.
Untuk menentukan alternatif strategi
pengembanngan komoditi kedelai dilakukan
dengan Perumusan alternatif strategi dengan
analisis SWOT yang dilakukan dengan
penggabungan/ kombinasi antara kedua
faktor internal (kekuatan dan kelemahan)
dengan faktor eksternal (peluang dan
ancaman), hasil skoring faktor internal dan
faktor eksternal, perolehan nilai tertinggi
terdapat pada strategi SO (StrengthsOpportunities) sebesar 2,89, strategi ST
(Sterngths-Treats) sebesar 2,71, Strategi WO
(Weaknesses-Opportunities) sebesar 2,28,
sedangkan yang terendah terdapat pada
strategi WT (Weaknesses- Threats) sebesar
1,10.
Analisis SWOT yang merupakan
lanjutan dari analisis IFAS dan EFAS
digunakan. Untuk lebih jelasnya hasil analisis
matriks SWOT dalam perumusan strategi
alternatif dapat dilihat pada Tabel 2, sebagai
berikut :
Hasil Skor Faktor Internal dan Faktor Eksternal Komoditi Kedelai
IFAS
EFAS
Peluang (Opportunities)
Kekuatan (Strengths)
Strategi ( SO )
Kelemahan (Weaknesses)
Strategi ( WO )
1,66 + 1,23 = 2,89
1,05 + 1,23 = 2,28
Startegi ( ST )
Strategi ( WT )
1,66 + 1,05 = 2,71
1,05 + 1,05 = 1,10
Ancaman (Threats)
Faktor Kekuatan (Strengths)
1,66
Faktor Kelemahan (Weaknesses)
1,05
Faktor Peluang (Opportunities)
1,23
Faktor Ancaman (Threats)
1,05
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
Berdasarkan matriks IFAS dan EFAS serta diagram analisis SWOT, maka dapat dirumuskan
asumsi-asumsi strategis. Untuk lebih jelasnya rumusan asumsi-asumsi strategi dapat dilihat pada
Tabel 4 sebagai berikut :
22 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
Tabel 4.
ISSN: 2089-8630
Matriks SWOT dalam perumusan alternatif strategi pengembangan komoditi
kedelai di Desa Nipa Kalemoan Kecamatan Bualemo
Kekuatan
(Strengths) = S
IFE
EFE
Peluang
(Opportunities) = O
1.Adanya
dukungan
pemerintah
2.Peningkatan
produksi masih
terbuka
3.Adanya
pembinaan PPL
4.Terbukanya
peluang
agribisnis
5.Motivasi petani
Ancaman
(Threats) = T
1.Gangguan hama
dan penyakit
2.Infrastruktur
belum memadai
3.upah tenaga
kerja cukup
tinggi
4.Persaingan
dengan kedelai
impor dan
kedalai lokal
lainnya
5.kondisi iklim/
cuaca
Kelemahan
(Weaknesses) = W
1.Pengalaman berusahatani
2.Dukungan kelompok tani
3.Ketersediaan lahan
4.Usia kerja produktif
5. Adanya permintaan pasar
1.Tingkat pendidikan petani rendah
2.Penerapan teknologi masih rendah
3.Keterbatasan modal usaha
4.Akses pemasaran masih rendah
5.Pendapatan petani masih rendah
Strategi S – O
Strategi W – O
1. Meningkatkan peran pemerintah
dalam peningkatan pengembangan
kedelai dengan memanfaatkan
potensi yang ada
(O1,S1,S2,S3,S4,O5)
2. Meningkatan motivasi petani
mengingat adanya permintaan pasar
dan masih terbukanya peluang
peningkatan produksi
(O2,S5,O3)
3. Meningkatkan pembinaan oleh PPL
dalam peningkatan produksi dan
transformasi kedelai sehingga
terbukanya peluang agribisnis oleh
petani.
(O4,O2,O3,O5,S5)
Strategi S – T
1. memanfaatkan pengalaman dan
dukungan kelompok tani untuk
mengendalikan dan penanggulangan
hama dan penyakit.
(S1,S2,T1)
2. memanfaatkan dukungan kelompok
tani guna meminimalisir upah tenaga
kerja untuk menunjang pendapatan
petani.
(T2,T3,S5).
3. Memanfatkan potensi yang dimiliki
dalam peningkatan produksi dan
kwalitas kedelai untuk
mengantisipasi persaingan.
(S1,S2,S3,S4,T1,T2,T5).
1. Mengupayakan pengetahuan dan
ketrampilan petani melalui pembinaan
PPLdalam peningkatan dan
pengembangan komoditi kedelai.
(W1,W2,O1,O3)
2. Mengupayakan bantuan modal
usahatani melalui program pemerintah.
(W5,W3,O1,O4,O5)
3. Mengupayakan akses informasi pasar
guna memenuhi permintaan pasar dan
adanya peluang pengembangan
agribisnis
(W4,O4,O5)
Strategi W – T
1. Mengupayakan informasi pasar guna
menekan persaingan dengan kedelai
impor dan kedelai lokal lainnya
(W4,T4)
2. Mengupayakan akses bantuan
pembiayaan dari pemerintah maupun
pihak swasta untuk menanggulangi upah
tenaga kerja.
(W3,W5,T3)
3. Mengupayakan peningkatan teknologi
dan infrastruktur guna meningkatkan
akses pemaran untuk meningkatkan
pendapatan.
(W2,W4,W5,T2,T4,T5)
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015.
Penyusunan dan Penetapan Rencana
Program Strategis.
Jumlah
skor
yang
diperoleh
berdasarkan evaluasi faktor internal dan
eksternal diketahui bahwa skor tertinggi
berada pada kuadran I mendukung strategi
Agresif dengan nilai skor 2,89 yang berarti
usaha pengembangan komoditi kedelai di
Desa Nipa Kalemoan berada dilingkungan
internal yang sangat baik, dimana memiliki
Trianto Enteding, dkk. Analisis Pemasaran dan Strategi Pengembangan Komoditi Kedelai di Desa Nipa ……… 23
faktor kekuatan berupa pengalaman
berusahatani, dukungan kelompok tani,
ketersediaan lahan, usia kerja produktif, dan
adanya permintaan pasar.
Selain itu,
memiliki faktor eksternal peluang yang
berupa adanya dukungan pemerintah,
peningkatan produksi masih terbuka, adanya
pembinaan PPL, terbukanya peluang
agribisnis dan adanya motivasi petani.
Adapun beberapa program yang diusulkan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan peran pemerintah dalam
peningkatan
pengembangan
kedelai
dengan memanfaatkan potensi yang ada
melalui kegiatan :
a. Melakukan penyuluhan kepada petani
tentang
pengembangan
komoditi
kedelai
dengan
memaksimalkan
penggunaan lahan untuk memperluas
usahatani kedelai.
b. Melakukan pelatihan teknis atau studi
banding kepada kelompok tani ke
Daerah
pengembangan
komoditi
kedelai
untuk
meningkatkan
keterampilan
petani
terhadap
peningkatan
produksi
komoditi
kedelai.
2. Meningkatkan motivasi petani mengingat
adanya permintaan pasar dan masih
terbukanya
peluang
peningkatan
produksi.
a. Mengupayakan penyediaan akses
informasi pasar guna memenuhi
permintaan pasar
b. Mengupayakan perbaikan infrastruktur
untuk mempermudah petani dalam
melakukan
usahatani
dan
pendistribusian
atau
pemasaran
produksi kedelai.
c. Mengupayakan
bantuan
modal
usahatani untuk pembiayaan usahatani
kedelai.
3. Meningkatkan pembinaan oleh PPL
dalam
peningkatan
produksi
dan
transformasi kedelai sehingga terbukanya
peluang agribisnis oleh petani.
a. Melakukan
penyuluhan
tentang
pengenalan
kedelai
dan
cara
membudidayakan kedelai yang baik.
b. Melakukan pembinaan keterampilan
dalam mengolah kedelai menjadi
produk olahan atau peningkatan nilai
lebih terhadap komoditi kedelai.
c. Melakukan
penyuluhan
tentang
peluang agribisnis terhadap komoditi
kedelai.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
a. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan
pemasaran yang terjadi di Desa Nipa
Kalemoan adalah :
1) Pendapatan yang diterima oleh petani
responden pada usahatani kedelai
sebesar
Rp 9.233.844,41/1,81 ha/
musim tanam, atau rata-rata sebesar
Rp 5.099.287,21/ ha /musim tanam.
2) Saluran pemasaran dari petani/
produsen sampai ke konsumen akhir
terdapat dua saluran pemasaran
kedelai yaitu :
Saluran I :
Produsen/petani
Pedagang
Pengumpul 1
Konsumen (Bahan
Baku UKM)
Saluran II :
Produsen/petani
Pedagang
Pengumpul 2
Konsumen
(Pedagang Besar Kabupaten)
3) Hasil perhitungan efisiensi pemasaran
menunjukkan
bahwa
pemasaran
kedelai pada saluran satu lebih efisien
dengan nilai sebesar 1,79 %,
dibandingkan
dengan
pemasaran
kedelai pada Saluran II diperoleh
efisiensi pemasaran sebesar 2,78 %.
b. Berdasarkan hasil analisis SWOT strategi
yang tepat dalam upaya pengembangan
komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan
Kecamatan Bualemo Kabupaten Banggai
pada posisi strategi atau kuadran I yaitu
mendukung strategi agresif yaitu strategi
24 Jurnal Sains dan Teknologi Tadulako, Volume 5 Nomor 3, Agustus 2016 hlm 11-24
S-O (Strengths - Opportunities) dengan
skor yang diperoleh sebesar 2,89 dengan
program
yang diusulkan diantaranya
adalah sebagai berikut :
a. Meningkatkan
peran
pemerintah
dalam peningkatan pengembangan
kedelai dengan memanfaatkan potensi
yang ada.
b. Meningkatkan
motivasi
petani
mengingat adanya permintaan pasar
dan masih terbukanya peluang
peningkatan produksi.
Meningkatkan pembinaan oleh PPL
dalam peningkatan produksi dan
transformasi
kedelai
sehingga
terbukanya peluang agribisnis.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh maka dapat
disarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Upaya peningkatan pendapatan, petani
kedelai
diharapkan
dapat
mengoptimalkan lahan yang tersedia dan
adanya usaha peningkatan nilai lebih
terhadap komoditi kedelai, dalam
menyalurkan atau memasarkan hasil
usahatani, petani responden sebaiknya
menggunakan saluran pemasaran satu.
2. Diperlukan perhatian dari pemerintah
Kabupaten Banggai guna pengembangan
komoditi kedelai di Desa Nipa Kalemoan
Kecamatan Bualemo baik dari segi
pembinaan dan pelatihan maupun fasilitas
infrastruktur.
3. Membangun
kerja
sama
dengan
perguruan tinggi maupun instansi lain
yang terkait dengan penelitian ini guna
pengembangan komoditi kedelai sangat
diperlukan. Bagi peneliti yang tertarik
dengan topik ini, penelitian ini juga dapat
dijadikan sebagai referensi.
ISSN: 2089-8630
DAFTAR RUJUKAN
Arifin Z., 2013. Potensi Pengembangan
Dan Strategi Usaha Agribisnis Buah
Durian Di Desa Tebul Timur
Kecamatan Pegantenan Kabupaten
Pamekasan.
Jurnal
Manajemen
Agribisnis, Volume 13, No. 2, Juli
2013
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Rineka Cipta,
Jakarta.
BPS. Provinsi Sulawesi Tengah, 2014.
Perkembangan Luas Panen, Produksi
dan Produktivitas Kedelai. Sulawesi
Tengah
Mohar, 2005. Metode Penelitian Sosial
Ekonomi. Bumi Aksara, Jakarta.
Setiono, 2011. Konsep dan Strategi
Pengembangan Kawasan Hortikultura .
Blog spot.com, Berbagi Ilmu dari
Sahabat Ke Sahabat. Soekartawi,
1995.
Analisis Usahatani. Universitas Indonesia
Press, Jakarta.
_________, 2001. Agribisnis, teori dan
aplikasinya . Rajawali Pers, Jakarta
Wijaya.S.H., 2013, Analisis Pengaruh
Faktor-faktor Bauran Pemasaran
Terhadap Volume Eksport Biji Kakao
Pada Para Eksportir di Kota Palu.
Tesis Tidak di Terbitkan Makasar :
Program Pasca Sarjana. Agribisnis,
Universitas Hasanudin