PERIMBANGAN PUSAT DAN DAERAH Pertemuan 3

PERIMBANGAN PUSAT DAN DAERAH
PERTEMUAN KE 3

PPIM FE Unimal

PRINSIP PERIMBANGAN (HUBUNGAN)
KEUANGAN PUSAT-DAERAH
Per tama, hubungan keuangan har us dapat memasti kan
terjadinya distribusi kewenangan yang rasional diantara
susunan (ti ngkat) pemerintahan – yakni pemer intah pusat,
provinsi, dan kabupaten/ kota.
Distr ibusi kewenangan ini mencakup kewenangan untuk
memperoleh maupun menggunakan (membelanjakan)
sumber daya publik.
Meskipun tidak ada kriteria yang pasti seberapa jauh
wewenang pemerintah provinsi atau kabupaten/ kota dalam
mengalokasikan uang, misalnya, untuk sektorper tanian atau
pendidikan

PPIM FE Unimal


Kedua, sistem perimbangan keuangan pusat-daerah harus bisa
memasti kan bahwa pemerintah daerah mendapat bagian
pendanaan yang cukup untuk menjalankan fungsinya, baik fungsi
pelayanan maupun pembangunan. Meskipun ti dak mudah
menetapkan berapa dana yang cukup bagi daerah untuk
menjalankan fungsinya, namun biasanya kita dapat dengan mudah
melihat tanda-tanda bahwa alokasi kepada daerah ti dak memadai,
misalnya adanya ketimpangan yang besar antara pelayanan publik
oleh pemerintah daerah dengan pelayanan publik oleh daerah,
atau kondisi infrastr uktur daerah yang kurang memadai dan tidak
ter ur us

PPIM FE Unimal

Ketiga, sistem yang ada har us sejauh mungkin mengupayakan
pemerataan antar daerah. Konsentrasi pembangunan pada daerah
ter tentu telah mengakibatkan keter ti nggalan daerah lainnya.
Demikian pula, adanya keti mpangan sumber daya daerah
mengakibatkan daerah yang miskin sumber daya hanya dapat
memberikan pelayanan publik yang jauh terbelakang jika

dibanding daerah lain yang memiliki sumber daya yang memadai.
Sistem hubungan keuangan yang dikembangkan har us ber usaha
memperbaiki keti mpangan ini dan mengutamakan untuk
menyetarakan pelayanan-pelayanan dasar ter tentu, misalnya
pendidikan dan kesehatan.

PPIM FE Unimal

Yang keempat, pengenaan pajak maupun retribusi oleh
pemer intah daerah har us mematuhi prinsip distr ibusi total
beban pajak yang seimbang bagi masyarakat.
Dalam membayar pajak, masyarakat hanya peduli pada
besar nya beban pajak yang har us mereka tanggung.
Masyarakat tidak peduli apakah pajak yang mereka bayar
masuk ke rekening kas pemer intah pusat atau daerah

PPIM FE Unimal

DANA PERIMBANGAN
Dana per imbangan mer upakan transfer dar i pemerintah pusat

kepada daerah yang ber tujuan antara lain untuk mengurangi
ketimpangansumber pendanaan antara pemerintah pusat
dengan pemer intah daerah, ser ta untuk mengurangi
kesenjangan pendanaan antar berbagai pemer intah daerah.
Konsekuensi dari kesenjangan pendanaan pemer intah pusat
dan daerah, maupun antar pemerintah daerah, ser ingkali
terlihat dalam bentuk adanya perbedaan (keti mpangan)
yangmenonjol dalam pelayanan publik dan penyediaan
infrastr uktur.

PPIM FE Unimal

Dana per imbangan, yang mer upakan bentuk transfer antara
pemer intah pusat-daerah, yang terdir i atas:
Dana Bagi Hasil (DBH),
Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK)

PPIM FE Unimal


1 . Dana bagi hasil
Dana bagi hasil adalah dana yang mer upakan pendapatan
APBN yang dibagi hasilkan kepada daerah dengan persentase
ter tentu. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber
daya alam

PPIM FE Unimal

a. Dana bagi hasil dari pe ne rimaan
pajak
Dana bagi hasil yang bersumber dari pajak yaitu hasil Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atasTanah dan Bangunan
(BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21, PPh Pasal 25 dan 29
wajib pajak orang pribadi dalam negeri. Pemerintah daerah menerima
90% dana bagi hasil dari penerimaan PBB, yang dibagi sebagai berikut:
(i) pemerintah provinsi menerima 16,2%,
(ii) pemerintah kabupaten/ kotamenerima 64,8%, dan
(iii) 9% sisanya digunakan sebagai upah pemungutan.
Bagian pemerintah pusat dari PBB (sebesar 10%) pada akhir nya
dibagikan kepada daerah kabupaten/ kota. Enampuluh lima persen dari

dana ini dibagi secara merata kepada seluruh kabupaten/ kota,
sedangkan 35% sisanya dibagikan sebagai insenti f atas realisasi
penerimaan PBB tahun sebelumnya
PPIM FE Unimal

Berkenaan dengan BPHTB, pemer intah daerah mendapat
bagian 80% dari selur uh pener imaan. Daerah provinsi
mendapat 16%, sementara daerah kabupaten/ kota penghasil
mendapat 64% pener imaan BPHTB. Seper ti halnya dalam
PBB, bagian pemer intah pusat dari BPHTB (sebesar 20%)
pada akhir nya juga dibagikan kepada selur uh
kabupaten/ kotadengan porsi yang sama besar

PPIM FE Unimal

Berkenaan dengan PPh Pasal 21 dan Pasal 25/ 29 W P orang
pribadi dalam neger i, pemerintah daerah hanya mendapat
20% dari selur uh pener imaan. PPh Pasal 25/ 29 yang
dibayarkan oleh W P per usahaan (badan) maupun W P di luar
negeri sepenuhnya diter ima oleh pemer intahpusat (tidak

dibagikan kepada pemerintah daerah)

PPIM FE Unimal

b. Dana bagi hasil dari sumbe r daya
alam
Dana bagi hasil yang bersumber dari sumber daya alam berasal
dari kehutanan, per tambangan umum, perikanan,
per tambangan minyak bumi, per tambangan gas bumi, dan
per tambangan panas bumi.
Pener imaan dar i sektor kehutanan terdir i atas pener imaan Iuran
Hak Pengusahaan Hutan (IHPH), Provisi Sumber Daya Hutan
(PSDH), dan Dana Reboisasi. Untuk IHPH dan PSDH, daerah
mendapatkan 80% dari selur uh pener imaan.
Sementara untuk dana reboisasi, daerah mendapatkan 40%.
Bagian daerah ter sebut masih dibagi lagi antara pemer intah
provinsi dan kabupten/ kota
PPIM FE Unimal

Pener imaan perikanan dilakukan secara nasional (ti dak

dikelompokanper daerah).
Delapan puluh persen dar i pener imaan perikanan ini dibagikan
kepada selur uh daerah kabupaten/ kota. Berkaitan dengan
per tambangan, pemerintah daerah menerima bagian yang
berbeda-beda tergantung kelompok jenis barang yang
ditambang.
Untuk per tambangan umum dan per tambangan panas bumi,
pemerintah daerah mendapat 80%.
Untuk per tambangan minyak bumi dan gas bumi, pener imaan
yang dibagikan kepada daerah adalah pener imaan yang telah
dikurangi dengan komponen pajak dan pungutan lainnya.
Dalam hal ini, pemerintah daerah mendapatkan masing-masing
15,5% (untuk minyak bumi) dan 30,5% (untuk panas bumi)
PPIM FE Unimal

2 . Dana alo kasi umum
Dana alokasi umum (DAU) ber tujuan untuk pemerataan
kemampuan keuangan antar-daerah. Dengan semangat
mengatasi ketimpangan kemampuan keuangan daerah,
transfer (alokasi) dari pemer intah pusat dalam bentuk DAU

ini diber ikan dengan memperhati kan gap antara kebutuhan
keuangan suatu daerah dengan kemampuan daerah ter sebut
dalam memperoleh pendapatan

PPIM FE Unimal

a.Ce lah fiskal (fisc al gap)
Pada prinsipnya, DAU untuk suatu daerah ditentukan berdasarkan
besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) daerah tersebut.
Celah fiskal adalah selisih antara kebutuhan fiskal (fi scal need,
pengeluaran daerah) dengan kapasitas fi skal daerah (fi scal capacity,
kemampuan daerah untuk mendapatkan pendapatan).
Daerah yang potensi fi skalnya besar tetapi kebutuhan fi skalnya kecil
akan memperoleh alokasi DAU yang relati f kecil.
Sebaliknya, daerah yang potensi fi skalnya kecil, namun kebutuhan fi
skalnya besar akan memperoleh alokasi DAU relati f besar.
Secara implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai
faktor pemerataan kapasitas fi skal.
PPIM FE Unimal


Kebutuhan fiskal (fiscal needs) mer upakan kebutuhan pembiayaan
daerah untuk melaksanaan fungsi pelayanan umum yang mendasar.
Pelayanan umum yang mendasar antara lain adalah penyediaan
layanan kesehatan dan pendidikan, penyediaan infrastr uktur, dan
pengentasan masyarakat dari kemiskinan.
Kapasitas fi skal (fi scal capacity) mer upakan sumber pendanaan
daerah yang berasal dari pendapatan asli daerah (PAD) dan dana
bagi hasil (DBH).

PPIM FE Unimal

b. Alo kasi dasar
Selain per timbangan celah fiskal, komponen lain yang
dimasukkan dalam DAU adalah alokasi dasar.
Alokasi dasar mer upakan alokasi yang didasarkan pada jumlah
gaji pegawai neger i sipil daerah. Jumlah gaji ini mencakup
gaji pokok ditambah dengan tunjangan keluarga dan
tunjangan jabatan

PPIM FE Unimal


c . Pe rhitungan DAU
DAU yang akan dibagikan kepada suatu daerah adalah sebesar
celah fi skal ditambah dengan alokasi dasar.
Daerah yang memiliki celah fi skal nol, yakni dimana semua
kebutuhan pengeluarannya dapat dibiayai dengan kemampuan
fi skalnya sendiri (fi scal needs = fi scal capacity), akan
memperoleh DAU sebesar alokasi dasar saja

PPIM FE Unimal

Daerah yang memiliki celah fiskal positif (kebutuhan lebih besar
dari kemampuan), akan menerima DAU sebesar celah fiskal
ditambah alokasi dasar. Daerah yang memiliki celah fiskal negatif
(kebutuhan lebih kecil dari kemampuan) akan memperoleh DAU
sebesar alokasi dasar dikurangi dengan surplus celah fiskal yang
dimiliki. Apabila surplus yang terjadi melebihi alokasi dasar, maka
daerah ter sebut tidak menerima DAU

PPIM FE Unimal


3 . Dana Alo kasi Khusus
Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk membantu
membiayai
kegiatan-kegiatan khusus di daerah ter tentu yang merupakan
ur usan
daerah dan sesuai dengan prior itas nasional. Utamanya, dana
alokasi
khusus ini adalah untuk membiayai kebutuhan sarana dan
prasarana
pelayanan dasar masyarakat yang belum mencapai standar
ter tentu
atau untuk mendorong percepatan pembangunan daerah.
PPIM FE Unimal

Berbeda dengan DAU (yang dibagikan kepada hampir semua
daerah), DAK hanya diberikan kepada daerah ter tentu, sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan seti ap tahun. Dengan
demikian ti dak semua daerah mener ima DAK. Daerah yang
menerima DAK wajib menyediakan dana pendamping
sekurang-kurangnya 10% dari jumlah DAK yang
dialokasikan. Dana pendamping ini har us dianggarkan dalam
APBD

PPIM FE Unimal

C. PERTIMBANGAN DANA ALOKASI
Dari sisi Pemer intah Pusat, persepsi yang melekat adalah
bahwa DAU mer upakan instr umen horizontal imbalance
untuk pemerataan (equality) atau mengisi fi scal gap di dalam
str uktur keuangan daerah. Sementara dari sisi Pemer intah
Daerah, umumnya berpandangan bahwa DAU sesungguhnya
dibutuhkan untuk mencukupi selur uh pembiayaan.

PPIM FE Unimal

Per masalahan lain, adalah berkaitan dengan perhitungan alokasi
DAU yang didasarkan atas pendekatan fi scal gap yang sampai
tahun in belum bisa dilaksanakan secara opti mal, karena;
• Adanya keterbatasan data,
• Belum adanya Standar Pelayanan Minimum (SPM),
• Belum adanya sistem penganggaran yang didasarkan pada Standar
Analisa Belanja (SAB) atau Standard Spending Assesment (SSA).

PPIM FE Unimal

Per ti mbangan lainnya dalam implementasi desentralisasi adalah
mengukur derajat desentralisasi atau ti ngkat otonomi fi skal
daerah yang dihitung dari proporsi pener imaan daerah
dibandingkan dengan transfer dar i pemerintah pusat. Namun
derajat ini sesungguhnya ti dak member i ar ti apa-apa selama
kontrol sumber-sumber penerimaan terletak pada pemerintah
pusat. Meskipun bentuk transfer pemer intah pusat terdir i dari
block grant yang pengelolaannya diserahkan kepada
pemerintahan daerah (maksimum otonomi). Di lain pihak, tetap
ada transfer yang jenis penggunaannya telah ditetapkan oleh
pemer intah pusat (maksimum kontrol pemer intah pusat

PPIM FE Unimal

Transfer pembiayaan pembangunan dapat diimplementasikan
dengan berbagai variasi atau pola. Transfer ter sebut, baik yang
dalam bentuk block grant (DAU) maupun yang sifatnya
spesifi k (DAK) memerlukan per umusan yang lebih
transparan agar dapat berjalan efekti f

PPIM FE Unimal

Penggunaan for mula member i pedoman yang lebih baik
untuk pemanfaatan anggran oleh pemerintah pada seti ap ti
ngkatan. For mula ini har us dapat mengedepankan
transparansi dengan menggunakan berbagai kriteria yang
secara obyekti f sulit untuk dimanipulasi. Berbagai variable
yang dapat mewakili adalah:
o Variabel wilayah,
o Variabel ekonomi,
o Variabel sosial, ser ta
o berbagai variabel lainnya
PPIM FE Unimal

Mekanisme pola transfer ini sehar usnya diupayakan agar dapat
dimanfaatkan untuk mendorong kompeti si antara publik dan
penyedia swasta, dan pada akhir nya dapat menghasilkan kualitas
ser ta efekti fi tas pembiayaan pembangunan.
Desentralisasi pada akhir nya juga akan diperhadapkan pada
pilihan apakah program diletakkan pada pemerintahan daerah
atau pada komunitas secara langsung

PPIM FE Unimal

D. TUJUAN SISTEM PERIMBANGAN
KEUANGAN
Str uktur pembiayaan daerah (local budget) memiliki peran
sangat penti ng dalam pelaksana otonomi daerah.
Terdapat beberapa per ubahan dalam komposisi keuangan
daerah dalam sistem desentralisasi.
Secara teoretik Negara yang melaksanakan desentralisasi
maka sistem dana perimbangan (intergover nmental transfer)
digunakan untuk sejumlahtujuan, seper ti

PPIM FE Unimal

1 . Ke c ukupan Pe ndapatan
Tujuan dari kecukupan pendapatan adalah seti ap ti ngkatan
pemerintahan diharapkan memiliki kemampuan untuk mencapai
tingkat kecukupan pembiayaan untuk melaksanakan sejumlah
kewenangan dasar yang dimilikinya, yang sesungguhnya sangat
sulit untuk mencapai kesesuaian antara kewenangan dengan
kemampuan pembiayaan.
Meskipun disadar i bahwa uang selalu mengikuti kewenangan, dan
hal ter sebut ti dak hanya berkaitan dengan tehnis keuangan tapi
juga terkait dengan keputusan politik.

PPIM FE Unimal

2 . Ke adilan dalam Pe mbagian
Keadilan dan distribusi yang baik mer upakan salah satu tujuan yang
ingin dicapai antar wilayah maupun antar personal.
Kesempatan yang sama untuk seti ap individu untuk memperoleh akses
terhadap pelayanan dasar mer upakan tanggung jawab pemerintah.
Dalam ar ti an seti ap pemerintahan seyogyanya dapat menjamin
ketersediaan akses tersebut.
Keadilan antar daerah ini dibatasi oleh kenyataan bahwa setiap daerah
memiliki kemampuan sumber daya maupun kebutuhan yang berbeda
antar satu daerah dengan daerah lainnya, sesuai dengan kondisi dan
karakteristi k daerah masing masing.
Oleh karenanya disain dana perimbangan memegang perananan yang
sangat penti ng untuk mencapai keadilan antar daerah
PPIM FE Unimal

3 . Efi sie nsi
Keti ka preferensi penduduk antar daerah berbeda, maka
pemerintah daerah sehar usnya dapat melaksanakan pelayanan
publik sesuai dengan preferensi masyarakatnya.
Transfer dana antar pemer intah (dana per imbangan)
sehar usnya dapat menciptakan efisiensi di masing masing
daerah

PPIM FE Unimal

Untuk distribution of income yang lebih baik, maka tugas
desentralisasi yang dibiayai melalui APBD har us lebih
ditingkatkan, dengan cara melakukan penataan kembali sumbersumber pembiayaan, menghindari penumpukan sumber-sumber
keuangan yang gemuk hanya untuk pemer intah pusat (seper ti
PPN dan PPH) dengan menyisakan sumbersumber yang sangat
kur us untuk pajak daerah.
Selain itu sehar usnya diupayakan pengurangan dana
dekonsentrasi melalui pemindahan ke dalam Dana Alokasi
Khusus (DAK) secara ber taha

PPIM FE Unimal

Dalam implementasi desentralisasi perlu dihindari kemungkinan
keti mpangan khususnya bagi daerah-daerah yang ti dak memiliki
SDA, di mana fungsi pemer intah khususnya dalam menjaga
distr ibusi pendapatan dan stabilisasi cender ung mer upakan
tanggung jawab pemerintah pusat.
Hal tersebut dapat diatasi dengan penjabaran kewenangan dan
pengelolaan keuangan (aspek penerimaan dan pengeluaran) yang
lebih baik.
Namun hingga kini penjabaran dalam bentuk peraturan
pemerintah agak sulit dibuat oleh karena kemauan politik
Presiden sehubungan dengan otonomi daerah bukan mer upakan
prioritas, sehingga masing-masing depar temen masih ber tahan
dalam masalah pelimpahan wewenang. Di samping itu, perbedaan
persepsi yang ti mbul antar depar temen mer upakan masalah lain
lagi.
PPIM FE Unimal

otonomi daerah. Jika masalahnya adalah rendahnya pelayanan
publik dan atau infrastr uktur di pedesaan yang menyebabkan
pembangunan masyarakat sangat lambat dan akhir nya pendapatan
perkapita rendah, maka sebaiknya pada daerah kabupaten.
Tetapi jika kemampuan keuangan sangat terbatas untuk
melaksanakan otonomi, maka mungkin bisa dilaksanakan secara
ber tahap dari propinsi ke kabupaten

PPIM FE Unimal

Dalam kaitan dengan pembiayaan untuk menetapkan
perimbangan keuangan antara Pusat dan Daerah, ada beberapa
variabel yang dapat digunakan antara lain:
• kebutuhan daerah,
• tingkat pendapatan masyarakat atau indeks kemiskinan,
• keadaan geografis, presentase jumlah penduduk yang tidak
mampu,
• luas wilayah, ti ngkat pendidikan,
• dan indeks infrastr uktur ser ta kemampuan fi skal daerah ter sebut
yang dikoreksi dengan ‘ disability factor

PPIM FE Unimal

Variabel-variabel ter sebut perlu menggambarkan kondisi obyekti f
daerah dengan variasi yang cukup besar.
Namun yang lebih penti ng adalah strategi dalam per umusan
for mula tersebut.
For mula ini seyogyanya disusun bersama oleh daerah-daerah
dengan prinsip kesetaraan (par ti sipasi) sehingga hasilnya
mer upakan komitmen sosial ekonomi masing-masing daerah di
Indonesia, bukan oleh pemer intah pusat dengan pengesahan
for mal dari daerah-daerah (sentralistik).

PPIM FE Unimal

Dana per imbangan ter sebut tetap didasarkan pada fungsi
desentralisasi, yaitu dekonsentrasi, perbantuan dan desentralisasi.
Selain itu, untuk menyelesaikan per soalan realokasi, regulasi,
redistribusi, maka hal ter sebut mer upakan tugas pemer intah
daerah.
Dalam kaitan ini, isi/ materi peraturan pemerintah yang
mendukung UU No. 33 tahun 2004 akan sangat menentukan.
Dalam Pasal yang berkaitan dengan sumber daya memungkinkan
adanya kesenjangan antar daerah dalam sumber ‘ Bagian Daerah”
(PBB, BPHTB dan SDA) karena akan sesuai dengan potensi daerah
masing-masing.
Namun keti mpangan ini akan terkoreksi dengan Dana Alokasi
Umum (DAU), asalkan for mula yang digunakan mencer minkan
aspek kebutuhan, pemerataan dan kemampuan daerah.
PPIM FE Unimal

Oleh karena itu desentralisasi bukan
sekadar penekanan pada pemer intah daerah
saja, tetapi bagaimana mendorong agar
terjadi penyeimbangan antara pemerintah
daerah dan pelaku ekonomi (swasta),
sehingga pengembangan dan pemanfaatan
SDM dan sumber daya budaya dapat
optimal.
PPIM FE Unimal

Undang-undang juga telah memberikan batas bawah, yaitu
sekurangkurangnya 26 %.
Hal ini memberi jaminan minimum bahwa terdapat kemauan
politi k pemer intah untuk melaksankan desentralisasi.
Derajat desentralisasi yang dilaksanakan oleh pemerintah
ter sebut akan ditentukan oleh realisasi jumlah DAU dibandingkan
dengan total anggaran pembangunan.

PPIM FE Unimal

Sesungguhnyapembagian dengan jumlah atau presentase seper ti itu
amat tergesa-gesa.
Pembagian tersebut seyogyanya ti dak didasarkan pada angka-angka
saja, tetapi pada pola pendekatan yang digunakan, apakah dengan
pendekatan kebutuhan atau pendekatan lainnya karena otonomi daerah
bukan sekadar melibatkan pembagian, tetapi lebih dari itu.
Yang lebih penting lagi adalah, otonomi daerah tidak seyogyanya hanya
dilihat dari sisi SDA, tetapi kemungkinan daya cipta dan kreasi
masyarakat lokal yang justru lebih menentukan masa depan bangsa.
Hal ini didasari oleh pemikiran kecenderungan masa depan yang lebih
berbasis sumber daya buatan dan kemampuan daya cipta keti mbang
SDA.
Kemungkinan pemerintah pusat mengalami persoalan teknis
implementasi sehingga memerlukan per ti mbangan dimensi waktu,
baik jangka pendek maupun jangka panjang
PPIM FE Unimal

Pada hakekatnya, jika desentralisasi atau otonomi daerah
dilaksanakan secara penuh, maka semua daerah sudah menjadi isti
mewa, karena telah mengakui keragaman daerah dalam budaya
dan agama.
Dalam kaitan ini, yang diperlukan adalah adanya fungsi dan
kewenangan masingmasing pemer intahan agar desentralisasi
ter sebut bisa dilaksanakan, diper tanggung jawabkan dan
dikontrol.
Otonomi daerah ber makna penguatan yang dinamis sampai pada
ti ngkatan individu

PPIM FE Unimal

Walaupun terdapat dana perimbangan yang terdiri dari DAU dan
DAK, tetapi hal ter sebut sangat ditentukan oleh sejauh mana
‘ for mula’ yang digunakan mencer minkan warna daerah, keadilan,
dan pemerataan.
Masalahnya adalah sejauh mana daerah dilibatkan dalam proses
per umusan ter sebut, ser ta apakah for mula mur ni (tanpa ada
per timbangan politik; alokasi dasar) dapat diterapka

PPIM FE Unimal

Dalam jangka pendek orientasi pengelolaan keuangan yang
selama ini diti ti k beratkan pada sisi penerimaan seyogyanya
mengalami per ubahan dengan orientasi sikap penyeimbangan
antara kemampuan manajemen sisi penerimaan dengan sisi
pengeluaran atau alokasi dana pembangunan secara opti mal
(Pareto optimal har us dapat dicapai).
Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki hubungan antara
policy making, perencana dengan penganggaran dalam sebuah
sistem yang terintegrasi

PPIM FE Unimal

Dalam jangka pendek orientasi pengelolaan keuangan yang
selama ini dititik beratkan pada sisi penerimaan seyogyanya
mengalami per ubahan dengan orientasi sikap penyeimbangan
antara kemampuan manajemen sisi penerimaan dengan sisi
pengeluaran atau alokasi dana pembangunan secara optimal
(Pareto opti mal har us dapat dicapai).
Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki hubungan antara
policy making, perencana dengan penganggaran dalam sebuah
sistem yang terintegrasi.

PPIM FE Unimal

Mengembangkan berbagai insti tusi lokal yang sesuai dengan
karakter masyarakat, mencakup pula insti tusi pajak dengan
member i keluwesan pada daerah untuk mengembangkan jenis
pajak yang potensial dan sesuai karakteristik kehidupan
ekonomi wilayah tanpa menimbulkan distorsi dalam
perekonomian daerah maupun nasional.
Pada saat yang sama fungsi pengawasan seper ti yang telah
dituangkan dalam UU No. 32 har us diimplementasikan dengan
baik, dengan memfungsikan DPRD, dan lembaga-lembaga
publik lainnya untuk mengontrol pelaksanaan dan alokasi dana
untuk pembangunan.

PPIM FE Unimal

Peletakkan otonomi pada ti ngkatan pemerintahan ter tentu
sebaiknya ti dak hanya dilihat dari aspek dekonsentrasi,
perbantuan dan devolusi, akan tetapi seyogyanya dilihat dari
aspek yang lebih kompleks menyangkut aspek politik,
administrasi, dan elemen fiskal.
Keuntungan otonomi ter sebut tergantung kepada manfaat yang
dapat dinikmati oleh masyarakat, antara lain peningkatan akses
terhadap berbagai pelayanan publik di mana pelayanan publik
tersebut menjadi efisien dan efektif.
Keuntungan jika otonomi pada ti ngkat kabupaten adalah
pelayanan akan lebih dekat dan pemerintah kabupaten lebih
memahami kebutuhan masyarakat.
Kelemahannya, banyak kebutuhan publik yang sifatnya memiliki
ekster nalitas r uang (antar daerah)
PPIM FE Unimal

Str uktur pemerintahan yang desentralistik lebih efisien sehingga
sangat kondusif untuk mendorong per tumbuhan ekonomi.
Namun sejumlah hasil peneliti an sebelumnuya telah
menunjukkan bahwa ada gejala desentralisasi mengganggu
perdagangan domesti k antar daerah menunjukkan bahwa
desentralisasi akan berdampak negatif pada pembangunan jika
otonomi diletakkan pada ti ngkat propinsi (Justi n Lin, 1997).
Dari per timbangan ini dapat ditar ik kesimpulan bahwa, aspek
akuntabilitas suatu pemerintahan kepada masyarakatnya yang
menentukan apakah otonomi itu akan berhasil (baik pada
pemer intahan propinsi maupun kabupaten).
Di samping itu, akuntabilitas sangat ditentukan oleh kuatnya legiti
masi pemerintahan ter sebut atau antar pulau, dengan
implementasi kebijakan fi skal daerah yang salah, utamanya dari
sisi kebijakan pengembangan pendapatan asli daerah dengan
memperluas berbagai jenis pajak maupun retribusi.
PPIM FE Unimal

jangka menengah penguatan staf dan middle-manager, khususnya
dalam bidang perencanaan dan keuangan perlu mendapat
perhatian.
Kesesuaian keahlian dengan bidang tugas dalam pemerintahan
sudah har us dibenahi agar profesionalisme dapat tercapai yang
pada akhir nya akan menciptakan efisiensi dan efekti vitas.
Dalam jangka panjang desentralisasi administrasi, politik dan fiskal
diharapkan dapat mendorong desentralisasi pasar melalui
pengembangan jar ingan infrastr uktur yang mendorong
mekanisme pasar dan jar ingan interkoneksitas antar daerah.

PPIM FE Unimal

Secara keselur uhan, dapat dikatakan bahwa desentralisasi akan
sangat ber manfaat karena menawarkan alter natif cara untuk
mendorong pembangunan.
Dengan demikian, desentralisasi seyogyanya dilihat dari dimensi
efisiensi dan efektivitas, bukan hanya dar i dimensi politik dan
kemampuan dalam menyediakan pelayanan terhadap masyarakat.
Beberapa hal dapat diper ti mbangkan dalam implementasi
desentralisasi, antara lain: kemampuan untuk meningkatkan
akses dan par ti sipasi masyarakat dalam pembangunan, kualitas,
efi siensi dan kemampuan untuk membiayai pembangunan.
Untuk mencapainya, asistensi teknis dalam meningkatkan
kemampuan dalam implementasi desentralisasi akan sangat
dibutuhkan
PPIM FE Unimal

Desentralisasi pembangunan ter sebut membutuhkan sumber
pembiayaan (fiskal) yang terdesentralisasi untuk menutupi
pembiayaan penyediaan dan pelayanan publik pada daerah
kota dan kabupaten.
Tiga sumber utama pembiayaan adalah sumber PAD, dana
perimbangan dan pinjaman.
Dibutuhkan refor masi model perpajakan yang ada selama ini
guna memperkuat potensi penerimaan daerah, seper ti
dengan melakukan ‘ piggy backing’ untuk pph dan PBB
dijadikan pajak daerah.

PPIM FE Unimal