3. bappenas hilirisasi dan pendan struktur kemenprin 16feb2016
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
Leonard Tampubolon
Deputi Bidang Ekonomi
Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Tahun 2016
Jakarta, 16-17 Februari 2016
HILIRISASI DAN PENDALAMAN STRUKTUR
INDUSTRI MANUFAKTUR
(2)
OUTLINE
1. PENGANTAR
2. KONDISI UMUM DAN TANTANGAN
3. RPJPN 2005-2025
4. RPJMN 2015-2019
5. HILIRISASI DAN PENDALAMAN STRUKTUR MELALUI PENUMBUHAN
INDUSTRI BARU (POPULASI
(3)
PEMBANGUNAN INDUSTRI:
KONDISI UMUM DAN TANTANGAN
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
(4)
Pertumbuhan Pertumbuhan Peran Ek. Nasional Ind. Pengolahan Ind. Pengolahan
(%) (%) (%)
2000 4,9 6,0 27,75
2001 3,6 3,3 29,05
2002 4,5 5,3 28,72
2003 4,8 5,3 28,25
2004 5,0 6,4 28,07
2005 5,7 4,6 27,41
2006 5,5 4,6 27,54
2007 6,3 4,7 27,05
2008 6,0 3,7 27,81
2009 4,6 2,2 26,36
2010 6,2 4,7 24,80
2011 6,5 6,1 24,34
2012 6,3 5,7 23,96
2013 5,7 5,6 23,69
2014 5,1 4,9 23,71
0,0 1,0 2,0 3,0 4,0 5,0 6,0 7,0
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
(p e rs e n ) Tahun Pertumbuhan Ekonomi Nasional dan Industri Pengolahan
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00
1998 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016
(p e rs e n ) Tahun
Kontribusi Industri Pengolahan Terhadap PDB Nasional
PERKEMBANGAN
(5)
EKSPOR IMPOR KARET DAN BARANG KARET
1. Pada tahun 2012, dari 2,96 juta ton karet hasil dalam negeri, 2,45 juta ton diekspor, artinya yang diserap oleh industri dalam negeri hanya sekitar 15%.
2. Dengan kondisi demikian ekspor barang karet Indonesia adalah sebesar USD 2,28 Miliar.
3. Dengan demikian, bila jumlah karet yang diolah di dalam negeri ditingkatkan, maka nilai ekspor juga akan meningkat tajam.
(6)
MINYAK SAWIT (CPO)
Margarin SITC 9101 Shortening; Sabun; Kosmetik,dll CPO SITC 151110Asam Lemak; Soap; Stock; Lipase; Es Krim;
Gliserida; Protein Sel Tunggal
Stearin
Kerotin; Vitamin A&E PFAD ; Asam Amino
Olein
IMPOR
EKSPOR
17,66 17,54 19,32 20,78
21,15
2007 2008 2009 2010 2011
Produksi Kelapa Sawit Juta Ton
5,70
7,90 9,57 9,44 8,42 7,25
Juta Ton
1,02 0,96 1,01 0,90
1,52 1,52
2007 2008 2009 2010 2011 2012
Ratus Ribu Ton
(7)
ALUMINIUM
$ 190 M441 Ribu T
$ 956 M 379 Ribu T
$ 424 M 126 Ribu T $ 335 M
140 Ribu T
SITC 28731 Al Ore
SITC 28732 Alumina
SITC 6841 Al & Al Alloy
Unwrought IMPOR
(dalam Ribu Ton)
EKSPOR 2011
M = Million T = Ton
SITC 6842 Al & Al Alloy
Worked
SITC 69X Other Mfg Prod of Al
$ 522 M 168 Ribu T
Refining Smelting Extrusion
Rolling Casting Fabricating J u ta T o n
(8)
TEMBAGA
$ 107 M 33 Ribu T
$ 484 M 77 Ribu T $ 686 M
75 Ribu T
$ 1,042 M 110 Ribu T $ 2,544 M
131 Ribu T
SITC 2871 Cu Ore and Concentrate
SITC 6821 Cu & Cu Alloys IMPOR 2011
EKSPOR 2011
M = Million T = Ton
SITC 6822 Cu & CU Alloys
J
u
ta
T
o
(9)
STRUKTUR PEMASOK OEM
(10)
STRUKTUR PEMASOK OEM
(11)
INDUSTRI KOMPONEN ELEKTRONIKA
Core Problems of Electronics Industry in Indonesia :
1. Few Numbers of Supporting Industry, Shallow Industrial Structures 2, Raw Materials, Parts Component and Devices Imported from Japan
(12)
POSTUR POPULASI INDUSTRI
STATISTIK INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 2012
Skala Usaha
Jumlah Usaha (unit)
Mikro (<5 orang)
2.812.787
Kecil (5-20 orang)
405.296
Sedang (20-100 orang)
16.591
Besar (>100 orang)
7.001
Jumlah
3.241.675
Sumber: BPS 2014, diolah
• Jumlah industri mikro dan kecil berkontribusi 99% dari total
• Namun, kontribusi kedalam total nilai tambah nasional hanya 8%.
• Industri mikro dan kecil sangat penting sebagai asal mula industri sedang dan besar.
• Profil pengusaha usaha mikro dan kecil dengan gelar pendidikan tinggi (Diploma – S1, S2, dan S3) hanya 2% dari total.
• Gambar di atas menunjukkan kapasitas dari usaha mikro dan kecil untuk menyerap
pengetahuan dan mengimplementasikan, sangat terbatas.
(13)
This image cannot currently be displayed.
"Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil
Bumi dan Lumbung Energi Nasional"
"Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung
Energi Nasional"
''Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan Nasional''
Koridor Sulawesi
''Pintu Gerbang Pariwisata Nasional dan
Pendukung Pangan Nasional'' "Pendorong Industri dan
Jasa Nasional"
"Pengolahan Sumber Daya Alam yang Melimpah dan SDM yang
Sejahtera" Koridor Bali Nusa Tenggara
Koridor Maluku Papua
SEBARAN INDUSTRI TIDAK MERATA
(JUMLAH USAHA INDUSTRI BESAR&SEDANG TIMPANG)Sumber: BPS 2014, diolah
2.132 2.064 2.792 2.402 2.453
2003 2005 2007 2011 2012
16.607 16.996 16.968
19.440 19.554
2003 2005 2007 2011 2012
398 499 504 371 394
2003 2005 2007 2011 2012
587 569 740 560 567
2003 2005 2007 2011 2012
92 86 87 80 99
2003 2005 2007 2011 2012
508 515 808
517 525
(14)
RPJPN 2005-2025
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
(15)
ARAH PEMBANGUNAN EKONOMI - 2025
Transformasi Perekonomian:
•
Mengembangkan perekonomian domestik yang kuat, berorientasi dan berdaya saing
global.
•
Transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif menjadi
perekonomian berkeunggulan kompetitif, dengan prinsip dasar:
–
Mengelola peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi dan penguasaan
iptek.
–
Mengelola kelembagaan ekonomi yang melaksanakan praktek terbaik dan
kepemerintahan yang baik secara berkelanjutan.
–
Mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan
Struktur Perekonomian:
•
Sektor industri sebagai motor penggerak perekonomian, yang didukung oleh pertanian,
kelautan, pertambangan, serta jasa-jasa pelayanan.
•
Menerapkan praktik-praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar terwujud ketahanan
ekonomi yang tangguh.
•
Pengembangan iptek diarahkan untuk mendukung daya saing nasional.
•
Kebijakan pasar kerja diarahkan untuk terciptanya pasar kerja yang fleksibel, hubungan
industrial yang harmonis, keselamatan kerja yang memadai, penyelesaian industrial yang
memuaskan.
(16)
ARAH PEMBANGUNAN
INDUSTRI MANUFAKTUR
Mewujudkan industri yang berdaya saing dengan
struktur industri yang
sehat dan berkeadilan
, yaitu:
–
Dalam hal penguasaan usaha
, struktur industri disehatkan dengan
meniadakan praktek-praktek monopoli dan berbagai distorsi
pasar;
–
Dalam hal skala usaha
, struktur industri akan dikuatkan dengan
menjadikan IKM sebagai basis industri nasional yaitu terintegrasi
dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri berskala
besar;
–
Dalam hal hulu-hilir
, struktur industri akan diperdalam dengan
mendorong diversifikasi ke hulu dan ke hilir membentuk rumpun
industri yang sehat dan kuat.
(17)
TAHAPAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
(18)
RPJMN 2015-2019
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
(19)
STRATEGI PEMBANGUNAN
NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA
TIGA (3) DIMENSI PEMBANGUNAN
QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA DIMENSI PEMBANGUNAN
MANUSIA
DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN
DIMENSI PEMERATAAN & KEWILAYAHAN
KONDISI PERLU
Kepastian dan Penegakan Hukum
Keamanan dan
Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB
Pendidikan Kesehatan Perumahan Antarkelompok Pendapatan Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3)
Luar Jawa, (4) Kawasan Timur
Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi &
Ketenagalistrikan Kemaritiman Pariwisata dan Industri
1) Membangun untuk manusia dan masyarakat;
2) Upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar;
3) Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan mene-ngah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan.
4) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem
(20)
KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN
Quick Wins Bidang Ekonomi
No. Program
1. Pembangunan 14 Kawasan Industri di luar Jawa kerja sama Pemerintah dan Swasta 2. Re-disain Road Map Industrialisasi sejalan dengan Trisakti dan Nawa Cita
3. Hilirisasi Hasil Tambang ke produk dan jasa industri
4. Hilirisasi produk-produk pertanian menjadi produk agroindustri
5. Expo dan pemberian penghargaan terhadap inovasi produk-produk industri
6. Kampanye sistematis dan kreatif untuk menumbuhkan apresiasi terhadap kegiatan industri dalam negeri
7. Peningkatan pendidikan dan skill terutama berkaitan dengan operasionalisasi barang modal dan mesin-mesin
8. Pembentukan tim yang bertugas mengatasi perjanjian-perjanjian internasional yang telah ditandatangani.
9. Pengklasifikasian industri komersial (industri ringan) dan industri non-komersial (indsutri dasar)
10. Pengembalian industri strategis kepada negara (BUMN)
11. Pengurangan rezim impor
Quick Wins Bidang Sarana dan Prasarana
No. Program
(21)
SASARAN PEMBANGUNAN INDUSTRI
Sasaran 2014
(Baseline) 2015 2016 2017 2019
1. Sasaran Pertumbuhan
Industri (%) - RPJMN (Realisasi dan Proyeksi)
4,70 (4,63)
6,10 (4,25)
6,90 (5,40)
7,40 (6,50)
8,60 (8,00)
Kontribusi dalam PDB (Realisasi dan Proyeksi)
20,70 (21,01)
20,80 (20,84)
21,00 (20,95)
21,10 (21,35)
21,60 (21,76)
(22)
ARAH KEBIJAKAN:
AKSELERASI PERTUMBUHAN INDUSTRI
1
•PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI
• Wilayah Pengembangan Industri • Kawasan Peruntukan Industri • 14 Kawasan Industri di luar P Jawa • 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah
2
•PENUMBUHAN POPULASI INDUSTRI9.000 industri besar / sedang • Hilirisasi bahan tambang, hasil pertanian, hasil hutan, dan hasil laut • Industri bahan baku, industri barang modal, industri padat karya, • Penumbuhan IKM
• Partisipasi dalamGlobal Production Network
3
•PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING
• Industri bernilai tambah tinggi –> industri kreatif, industri hijau • Pembaharuan mesin / proses produksi
• Kemampuan disain produk • Keterampilan tenaga kerja
(23)
HILIRISASI DAN PENDALAMAN STRUKTUR
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
(24)
PENGERTIAN DASAR
K
on
s
u
m
e
n
S
u
m
b
er
A
lam
Material Industri Komponen Barang Setengah Jadi Barang JadiHilirisasi
1
Pendalaman Struktur Industri2
Pengembangan industri yang dimulai dari perakitan barang jadi ke industri penghasil barang setengah jadi ke industri penghasil komponen hingga ke industri penghasil material industri. Umumnya dilakukan pada
assembled products
Pengembangan industri yang mengolah Pengembangan industri yang mengolah sumber daya alam (hasil pertanian, hasil pertambangan, serta minyak dan gas bumi) menjadi material industri,
komponen, barang setengah jadi, dan barang jadi
(25)
HILIRISASI MELALUI
PENUMBUHAN INDUSTRI BARU
(PENINGKATAN POPULASI INDUSTRI)
1. Hilirisasi industri prioritas Berbasis Agro
•Industri Pangan, Bahan Penyegar, pakan, Oleokimia dan Kimurgi, pengolahan hasil hutan dan perkebunan.
2. Hilirisasi industri prioritas Berbasis Mineral Hasil Tambang
•Industri Pengolahan dan Pemurnian Besi Baja dasar, Pengolahan dan Pemurnian Bukan Besi, Pembentukan Logam (Metal Forming), Logam untuk industri strategis, Pengolahan Logam Tanah Jarang (Rare Earth Metal) dan PGM
3. Hilirisasi industri prioritas Berbasis Migas dan Petrokimia
•Industri Petrokimia Hulu, Kimia Organik, Pupuk, Garam, Semen, Resin Sintetik Dan Bahan Plastik, Karet Sintetik, Serat Tekstil, Kimia Penunjang Pertahanan, Plastik Dan Karet Hilir, Farmasi Dan Obat-Obatan
4. Industri prioritas berbasis SDM dan Teknologi
•Industri Mesin – Permesinan, Tekstil dan Produk Tekstil, Alat Uji dan Kedokteran, Alat Transportasi, Kulit dan Alas Kaki, Alat Kelistrikan, Elektronika dan Telematika
5. Integrasi keGlobal Production Network
•Subsidiary, Contract Manufacturing, Independent Supplier
6. Pembinaan IKM & Industri Kreatif sebagaibasis Penumbuhan IBS
•Integrasi ke OEM sebagai pemasok intermediate goods •Memasok kebutuhan barang konsumsi bernilai tambah tinggi
(26)
PENDALAMAN STRUKTUR
SUPPLIER TIER 2 / 3 SUPPLIER TIER 1 OEM = Original Equipment
Manufacturer FINAL PRODUCT
Sub Assembly Components / Subcomponents Components / Subcomponents Sub Assembly Components / Subcomponents C O M P O N E N T S U P P LI E R D E V E LO P M E N T P R O G R A M
• Penumbuhan usaha pemasok bagi OEM (Original Equipment Manufacturer).
• Usaha Pemasok harus dapat memenuhi kinerja operasional OEM yaitu dalam biaya produksi, kualitas, dan jadwal penyerahan ( quality, cost, delivery time, QCD).
• Pembinaan pemasok untuk memenuhi kinerja operasionaldisebut Component Supplier Development Program (CSDP) diutamakan untuk IKM supaya mempunyai kemampuan sebagai supplier tier 2 dan tier 3
(27)
U.S. CHINA
KOREA
GERMANY
FRANCE
JAPAN
ROW
Inputs: $24.63
Final good: $194.04 (factory gate price)
Inputs: $3.25
US TRADE
BALANCE WITH CHINA KOREA GERMANY FRANCE JAPAN
REST OF WORLD
WORLD TOTAL
GROSS -$169.41 0 0 0 0 0 -$169.41
VALUE ADDED -$6.54 -$80.05 -$16.08 -$3.25 -$0.70 -$62.79 -$169.41
(28)
INTEGRASI KE JARINGAN PRODUKSI GLOBAL
(GLOBAL PRODUCTION NETWORK, GPN)
TIPE 1
TIPE 2
TIPE 3
TIPE 4
TIPE 5
PEMILIK ASING DOMESTIK ASING DOMESTIK DOMESTIK
CAKUPAN PERAKITAN PERAKITAN MANUFAKTUR MANUFAKTUR DESIGN-MFG
OUTPUT PRODUK PRODUK INTERMEDIATE INTERMEDIATE INTERMEDIATE
KEMANDIRIAN USAHA DOMESTIK MAKIN TINGGI
Tipe 1: MNC pemanfaat “Cheap Labour” (Contoh: Panasonic Indo) Tipe 2: Tukang Jahit Dalam Negeri Contract Manufacturer (CM)
Tipe 3: MNC Component Supplier (Contoh: Chemco Indonesia) Tipe 4: Global Workshop, design oleh pemesan OEM MNC CM Tipe 5: Independent Component Supplier
• Pembinaan Supplier Domestik dalam halQuality, Cost, Delivery Time;
• Pembangunan Sarana dan Prasarana Pengukuran, Standardisasi, Pengujian, dan Kualitas (MSTQ);
• Memanfaatkan sebanyak mungkin Tipe 1, 2, dan 3.
• Mendorong tumbuhnya supplier Tipe 4 dan 5.
PROGRAM KETERANGAN
(29)
RANTAI PENCIPTAAN NILAI TAMBAH
HAMPIR SEMUA INDUSTRI NASIONAL HANYA TAHAP INI
1. Memaksimalkan penguasaan teknologi produksi, sehingga kesempatan 20% untuk menentukan nilai barang dapat secara optimal dimanfaatkan.
2. Mendorong industri nasional melakukan pengembangan produk baru (New Product Development, NPD)
• Pembangunan pusat-pusat disain produk
• Inovasi / adopsi teknologi untuk mendukung pengembangan produk baru
Perancangan dan Pengembangan
Produk Baru
Produksi / Manufaktur
Marketing dan Penjualan
Buang/Daur Ulang
70 % 20% 10% Tidak Signifikan
TAHAPAN
Pengaruh Terhadap Nilai Barang
(30)
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
(1)
HILIRISASI MELALUI
PENUMBUHAN INDUSTRI BARU
(PENINGKATAN POPULASI INDUSTRI)
1. Hilirisasi industri prioritas Berbasis Agro
•Industri Pangan, Bahan Penyegar, pakan, Oleokimia dan Kimurgi, pengolahan hasil hutan dan perkebunan.
2. Hilirisasi industri prioritas Berbasis Mineral Hasil Tambang
•Industri Pengolahan dan Pemurnian Besi Baja dasar, Pengolahan dan Pemurnian Bukan Besi, Pembentukan Logam (Metal Forming), Logam untuk industri strategis, Pengolahan Logam Tanah Jarang (Rare Earth Metal) dan PGM
3. Hilirisasi industri prioritas Berbasis Migas dan Petrokimia
•Industri Petrokimia Hulu, Kimia Organik, Pupuk, Garam, Semen, Resin Sintetik Dan Bahan Plastik, Karet Sintetik, Serat Tekstil, Kimia Penunjang Pertahanan, Plastik Dan Karet Hilir, Farmasi Dan Obat-Obatan
4. Industri prioritas berbasis SDM dan Teknologi
•Industri Mesin – Permesinan, Tekstil dan Produk Tekstil, Alat Uji dan Kedokteran, Alat Transportasi, Kulit dan Alas Kaki, Alat Kelistrikan, Elektronika dan Telematika
5. Integrasi keGlobal Production Network
•Subsidiary, Contract Manufacturing, Independent Supplier
6. Pembinaan IKM & Industri Kreatif sebagaibasis Penumbuhan IBS
•Integrasi ke OEM sebagai pemasok intermediate goods •Memasok kebutuhan barang konsumsi bernilai tambah tinggi
(2)
PENDALAMAN STRUKTUR
SUPPLIER TIER 2 / 3 SUPPLIER TIER 1 OEM = Original Equipment
Manufacturer FINAL PRODUCT
Sub Assembly Components / Subcomponents Components / Subcomponents Sub Assembly Components / Subcomponents C O M P O N E N T S U P P LI E R D E V E LO P M E N T P R O G R A M
• Penumbuhan usaha pemasok bagi OEM (Original Equipment Manufacturer).
• Usaha Pemasok harus dapat memenuhi kinerja operasional OEM yaitu dalam biaya produksi, kualitas, dan
jadwal penyerahan ( quality, cost, delivery time, QCD).
• Pembinaan pemasok untuk memenuhi kinerja operasionaldisebut Component Supplier Development
(3)
U.S. CHINA
KOREA
GERMANY
FRANCE
JAPAN
ROW
Inputs: $24.63
Final good: $194.04 (factory gate price)
Inputs: $3.25
US TRADE
BALANCE WITH CHINA KOREA GERMANY FRANCE JAPAN
REST OF WORLD
WORLD TOTAL
GROSS -$169.41 0 0 0 0 0 -$169.41
VALUE ADDED -$6.54 -$80.05 -$16.08 -$3.25 -$0.70 -$62.79 -$169.41
JARINGAN PRODUKSI GLOBAL: KASUS I-PHONE4
(4)
INTEGRASI KE JARINGAN PRODUKSI GLOBAL
(GLOBAL PRODUCTION NETWORK, GPN)
TIPE 1
TIPE 2
TIPE 3
TIPE 4
TIPE 5
PEMILIK ASING DOMESTIK ASING DOMESTIK DOMESTIK
CAKUPAN PERAKITAN PERAKITAN MANUFAKTUR MANUFAKTUR DESIGN-MFG
OUTPUT PRODUK PRODUK INTERMEDIATE INTERMEDIATE INTERMEDIATE
KEMANDIRIAN USAHA DOMESTIK MAKIN TINGGI
Tipe 1: MNC pemanfaat “Cheap Labour” (Contoh: Panasonic Indo) Tipe 2: Tukang Jahit Dalam Negeri Contract Manufacturer (CM)
Tipe 3: MNC Component Supplier (Contoh: Chemco Indonesia) Tipe 4: Global Workshop, design oleh pemesan OEM MNC CM Tipe 5: Independent Component Supplier
• Pembinaan Supplier Domestik dalam halQuality, Cost, Delivery Time;
• Pembangunan Sarana dan Prasarana Pengukuran, Standardisasi, Pengujian, dan
Kualitas (MSTQ);
• Memanfaatkan sebanyak mungkin Tipe 1, 2, dan 3.
• Mendorong tumbuhnya supplier Tipe 4 dan 5.
PROGRAM KETERANGAN
(5)
RANTAI PENCIPTAAN NILAI TAMBAH
HAMPIR SEMUA INDUSTRI NASIONAL HANYA TAHAP INI
1. Memaksimalkan penguasaan teknologi produksi, sehingga kesempatan 20% untuk
menentukan nilai barang dapat secara optimal dimanfaatkan.
2. Mendorong industri nasional melakukan pengembangan produk baru (New Product
Development, NPD)
• Pembangunan pusat-pusat disain produk
• Inovasi / adopsi teknologi untuk mendukung pengembangan produk baru
Perancangan dan Pengembangan
Produk Baru
Produksi / Manufaktur
Marketing dan Penjualan
Buang/Daur Ulang
70 % 20% 10% Tidak Signifikan
TAHAPAN
Pengaruh Terhadap Nilai Barang
RANTAI NILAI PRODUK MANUFAKTUR
(6)