Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008 T1 152008003 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Departemen

Pendidikan

Nasional

RI

(2003:5)

mendefinisikan

pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar

dan


proses

pembelajaran

mengembangkan potensi

agar

dirinya untuk

peserta
memiliki

didik

secara

aktif

kekuatan spiritual,


pengendalian diri, kepribadian dan akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan oleh dirinya, masyarakat dan bangsa. Berdasarkan definisi
pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional tersebut, nampak bahwa
pendidikan merupakan proses pembelajaran untuk menghasilkan manusia
yang terdidik secara intelektual, moral serta kepribadian dan menekankan
pada perubahan sikap nilai-nilai kebudayaan yang dapat berperan aktif dan
strategis dalam mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Apabila suatu bangsa tidak mengembangkan sumber daya manusianya,
maka bangsa tersebut tidak akan dapat mengembangkan sistem politik, aparat
pemerintahan yang cakap dan bersih, angkatan perang yang tangguh, ataupun
perekonomian yang makmur bagi seluruh rakyat (Oteng Sutrisna, 1977: 41).
Pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia ini diupayakan melalui
pendidikan yang akan bermanfaat bagi kemajuan dan kemakmuran suatu
bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai pendidikan yang
berkualitas.

1

Upaya perbaikan pendidikan di Indonesia pada masa kolonial Belanda

dilakukan melalui progam Politik Etis. Pada 17 September 1901 Ratu Belanda
yang bernama Ratu Wilhelmina baru saja naik tahta, dan saat pembukaan
parlemen Belanda Ratu Wilhelmina menegaskan bahwa pemerintah Belanda
memiliki hutang budi (een eerschuld) dan panggilan moral terhadap rakyat
pribumi di Hindia Belanda. Oleh karena itulah pemerintah Belanda
mengeluarkan kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias
Van Deventer yang meliputi:
1. Irigasi (pengairan) membangun dan memperbaiki pengairanpengairan dan bendungan untuk keperluan pertanian
2. Edukasi yakni memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan
3. Emigrasi yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi.
Sejak pemerintah Belanda menerapkan Politik Etis tersebut di Indonesia
banyak dibangun irigasi di daerah-daerah pertanian atau perkebunan,
menyelenggarakan transmigrasi bagi daerah yang padat penduduknya dan
memberikan pendidikan bagi bangsa Indonesia. Khusus bagi pendidikan
dengan adanya Politik Etis ini banyak membawa perubahan penyelenggaraan
pendidikan di berbagai daerah di Indonesia.
Pelaksanaan Politik Etis di Indonesia mempunyai pengaruh positif dan
negatif bagi rakyat Indonesia. Pengaruh positifnya antara lain dibangunnya
sekolah-sekolah di seluruh daerah Indonesia. Pengaruh negatifnya adalah
adanya penyimpangan-penyimpangan didalam kebijakan Politik Etis. Salah

satu penyimpangannya terjadi pada kebijakan Edukasi yaitu Pemerintah

2

Belanda

membangun

sekolah-sekolah.

Pendidikan

ditujukan

untuk

mendapatkan tenaga administrasi yang cakap dan murah ( Muhammad Rifai,
2011: 73-74).
Salah satu dampak positif Politik Etis dalam penyelenggaraan
pendidikan berpengaruh pula di Salatiga. Tanah di Salatigapun juga banyak

memberikan manfaat bagi perusahaan milik orang Eropa dan Timur Asing
dibandingkan dengan penduduk pribumi. Banyak orang Eropa yang tinggal
menetap di Salatiga dan hanya sekedar ingin beristirahat atau berekreasi yang
biasanya dilakukan pada hari Sabtu sampai Minggu atau akhir bulan (Emy
Wuryani, 2006: 76).
Orang-orang Eropa yang menetap di Salatiga biasanya membawa
keluarganya (istri dan anaknya). Namun, ada pula orang-orang Eropa yang
sudah pensiun dan tidak ingin kembali ke Eropa tetapi menikah dengan wanita
pribumi kemudian menetap di Salatiga. Beberapa perempuan Eropa dan Indo
Eropa yang ada di Salatiga juga mengikuti suami mereka yang bekerja di
perkebunan, pemerintahan, dan misi-misi kristen. Maka dari sinilah timbul
sekolah-sekolah Missi atau sekolah-sekolah Zending yang didirikan oleh
orang-orang Eropa untuk kebutuhan pendidikan formal dan pendidikan agama
bagi anak-anak mereka yang ikut tinggal dengan orang tuanya di Salatiga.
Sekolah bagi anak-anak orang Eropa tersebut berperan untuk menyebarkan
agama.
Salah satu sekolah Missi yang dibangun oleh orang Eropa adalah
Yayasan Kanisius. Pada tahun 1927 Yayasan Kanisius didirikan yang

3


didalamnya berkarya para suster dan para Bruder. Yayasan tersebut
mendirikan sejumlah sekolah dan asrama di daerah Jogyakarta, Magelang,
Semarang dan Salatiga. Sekolah yang ada dinaungan Yayasan Kanisius yang
didalamnya juga berkarya para Bruder Fratres Imaculate Congrulation (FIC)
ini bertambah banyak sehingga mengalami kesulitan finansial.
Sekolah-sekolah dan asrama yang didirikan menjadi tanggung jawab
kongresi FIC. Setelah berada di bawah naungan Yayasan Kanisius selama
kurang lebih

satu tahun maka sekolah-sekolah seperti Sekolah Dasar

Kanisius, Sekolah Menengah Pertama Kanisius yang dibangun oleh Bruder ini
akhirnya melepaskan diri dari yayasan tersebut dan berada dibawah naungan
Yayasan Pangudi Luhur.
Para Suster juga membangun sekolah sama halnya dengan para Bruder.
Sekolah yang dibangun adalah sekolah Seminari Stella Matutina di Salatiga.
Sekolah tersebut awalnya bernama Sekolah Menengah Pertama Kanisius.
Kesulitan dibidang finansial juga mengakibatkan sekolah yang dibangun
suster ini memisahkan diri dari Yayasan Kanisius dan bergabung dengan

Yayasan Pangudi Luhur. Sekolah yang didirikan oleh Bruder FIC disebut
Pangudi Luhur Putra sedangkan yang didirikan oleh para Suster Ordo Santo
Fransiskus (OSF) disebut Sekolah Pangudi Luhur Putri atau Sekolah
Menengah Pertama Stella Matutina. Orang-orang lebih mengenal sekolah ini
dengan Sekolah Menengah Pertama “Pangudi Luhur Putri“. Kepala sekolah di
Sekolah Menengah Pertama ini adalah seorang suster dari Belanda pada saat
sekolah ini didirikan, selain itu guru-guru yang mengajar di Sekolah Pangudi

4

Luhur Putri ini adalah guru-guru putri. Pada tahun 1981 Sekolah Menengah
Pertama ini memisahkan diri dari Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur
dan berdiri sendiri. Faktor yang mempengaruhi “Pangudi Luhur Putri”
memisahkan diri dari Pangudi Luhur Putra adalah kebijakan dan psikologi
yang diterapkan oleh para suster dan bruder (Media Informasi Sekolah
Menengah Pertama Stella Matutina, 2012:2). Kebijakan dan psikologi inilah
yang menarik untuk dilakukan penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian

1. Bagaimana Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina
Salatiga?
2. Apa faktor yang mempengaruhi Sekolah Menengah Pertama Stella
Matutina memisahkan diri dari Pangudi Luhur?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan Sejarah berdirinya Sekolah Menengah Pertama Stella
Matutina Salatiga.
2. Mengetahui faktor yang diterapkan oleh suster dalam Sekolah Menengah
Pertama Stella Matutina Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
a. Menjadi bahan refensi bagi mata kuliah sejarah pendidikan.

5

b. Memberi pemahaman tentang sejarah sekolah katolik, khususnya
Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga.
2. Manfaat Praktis
a. Menambah wawasan pengetahuan tentang sejarah Sekolah Menengah
Pertama Stella Matutina bagi masyarakat Salatiga.

b.

Memberi sumbangan bahan penelitian lebih lanjut tentang sejarah
Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina di Salatiga dan bagi
kehidupan masyarakat di bidang pendidikan.

6

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga (1949-1975) T1 152009011 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kemandirian Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Stella Matutina Salatiga T1 202009010 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kemandirian Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Stella Matutina Salatiga T1 202009010 BAB II

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kemandirian Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Stella Matutina Salatiga T1 202009010 BAB IV

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kemandirian Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Stella Matutina Salatiga T1 202009010 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008 T1 152008003 BAB II

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008 T1 152008003 BAB IV

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008 T1 152008003 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008

0 0 21