Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008 T1 152008003 BAB IV

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Letak geografis Salatiga

Salatiga terletak di daerah sebelah pedalaman Jawa Tengah, berada di kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil lainnya. Di sebelah selatan terdapat Gunung Merbabu yang kakinya langsung berpadu dengan pegunungan Telomoyo dan pegunungan Gajah Mungkur. Perpaduan kaki kedua gunung tersebut membentuk batas Barat Daya Salatiga. Di sebelah utara terdapat pegunungan Payung dan Rong dan di sebelah barat berbatasan dengan Rawa Pening sehingga dapat dikatakan bahwa Salatiga merupakan dataran sekaligus lereng dari gunung dan pegunungan yang mengelilingi Salatiga (Pemerintahan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga,1995:13-14).

Kotamadya Salatiga dibatasi oleh desa-desa di wilayah kecamatan yang termasuk Kabupaten Dati II Semarang sebagai berikut:

a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang.

b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tengaran, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang

c. Sebalah Timur : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Tengaran, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang.

d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan wilayah Kecamatan Getasan dan Kecamatan Tuntang, Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang.


(2)

B.Salatiga pada masa Pemerintahan Kolonial

Perkembangan pemerintahan di Salatiga tidak lepas dari tuntutan orang-orang Eropa yang semakin banyak tinggal di Salatiga untuk dapat memperoleh fasilitas yang lebih baik dan mendapat kewenangan yang lebih luas dalam mengelola daerahnya. Mereka menuntut pada pemerintah Belanda agar Salatiga diberi status gementee (Emy Wuryani, 2006:56). Gementee didefinisikan sebagai daerah kota otonom yang merupakan kota besar dengan sifat kebaratan. Sifat kebaratan yang dimaksud adalah banyaknya penduduk bangsa Eropa yang tinggal di kota tersebut dan di sekitar kota terdapat onderneming-ondermening (perkebunan) gula, kopi atau yang lainya, sehingga otonomi yang diberikan terutama hanya dapat dinikmati golongan masyarakat Eropa. Di dalam perkembangannya, gementee menunjukan kehidupan yang lebih baik dan subur daripada Daerah Otonom Karesidenan (Proyek dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah, 1983:8).

Usulan ditetapkannya Salatiga sebagai gementee disampaikan berhubung dengan adanya kebijakan pemerintah Belanda dalam upaya memperluas desentralisasi di Hindia Belanda ( Emy Wuryani, 2006:57). Alasannya sebagai berikut:

1. Orang-orang Eropa yang tinggal di Hindia Belanda menuntut agar pemerintahannya memberikan otonomi yang luas kepada daerah untuk menyelenggarakan pemerintahannya karena bantuan dari pusat hanyalah sedikit.


(3)

2. Pengaruh Perang Dunia I yang membawa kesulitan bagi pemerintahan Belanda.

Salatiga ditetapkan sebagai gementee oleh Kerajaan Belanda pada tanggal 25 Juni 1917 dalam bentuk Surat Keputusan Staatblod tahun 1917 No. 266 yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Gemetee Salatiga dipimpin oleh seorang Burgemeester atau walikota yang ditunjuk langsung oleh pemerintah pusat atau Gubernur Jenderal. Berdirinya gemetee di Salatiga ini mendorong pemerintah melakukan perbaikan dalam berbagai bidang terutama untuk meningkatkan sumber-sumber ekonominya guna membiayai operasional pemerintahannya dan memenuhi kebutuhan warganya. Beberapa sarana, prasarana dan fasilitas yang segera diperbaiki dan dibangun antara lain berupa:

a. Gedung pemerintahan b. Kantor pos dan telegraf c. Lembaga pendidikan d. Kantor kas negara

e. Rumah sakit pemerintah dan swasta f. Tangsi militer

g. Gudang kopi h. Pasar

i. Tempat-tempat hiburan dan taman rekreasi

j. Menambah jumlah dokter umum, dokter hewan, tenaga kesehatan dan notaris


(4)

k. Sarana air bersih dan penerangan jalan

l. Penataan wilayah untuk perumahan (Emy Wuryani, 2006:61).

Mulai abad XIX Salatiga muncul sebagai salah satu tempat basis militer tentara Hindia Belanda untuk keamanan jalur utama Semarang-Surakarta dan salah satu pusat Zending di Pulau Jawa. Keberadaan tentara Hindia Belanda dengan tangsi-tangsinya ini membawa citra dan identitas Salatiga sebagai basis militer yang cukup melekat sampai periode pertengahan abad XX. Pada awal abad XX Salatiga tidak hanya sebagai pusat militer dan agama saja tetapi bertambah menjadi tempat peristirahatan, tempat rekreaksi, dan pusat pendidikan. Banyaknya orang Eropa dan Cina yang berada di Salatiga mendorong munculnya sekolah-sekolah. Sekolah- sekolah yang dibangun sebagai berikut:

1. Sekolah Eropa

1.1. Eerste Europeesche Lagere School (ELS): Sekolah Dasar Eropa Pertama dan Tweede Europeesche Lagere School ( ELS): Sekolah Dasar kedua. Sekolah ini khusus untuk anak-anak Eropa.

1.2. Meisjes Europeesche Lagere School merupakan ELS putri satu-satunya di Hindia Belanda.

1.3. Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO): Sekolah Menegah

Pertama. Pendidikan Dasar yang diperluas.

1.4. Hollandsch-Inlandsche School (HIS): Sekolah Belanda- Indonesia. 1.5. Hollandsch Chinese School (HCS): Sekolah Belanda-Cina, Sekolah


(5)

2. Sekolah Pribumi; 2de Klasse School (Sekolah Kelas Dua)

Sekolah Kelas Dua merupakan sekolah umum bagi seluruh rakyat yang mempunyai kurikulum sederhana meliputi pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Namun, dengan didirikannya Sekolah Desa maka Sekolah Kelas Dua hanya menjadi lembaga pendidikan untuk minoritas rakyat saja. Sekolah ini mempersiapkan berbagai pegawai rendah untuk kantor pemerintahan dan perusahaan swasta. Akhirnya sekolah ini berfungsi untuk mempersiapkan guru bagi Sekolah Desa (Nasution,2008:61-62).

3. Sekolah Desa

Sekolah Desa didirikan tanpa biaya pendidikan dari pemerintah dan menjadi bagian integral dari masyarakat desa sehingga selain diberikan pelajaran membaca, menulis dan berhitung dalam bahasa Jawa, juga diajarkan pekerjaan tangan membuat keranjang, pot, genteng dan sebagainya. Lama pendidikan Sekolah Desa adalah 3 tahun (Nasution, 2008:77-81).

4. Sekolah Kejuruan:

1.1 Normaal School dan Kweekschool (Sekolah Calon Guru

Perempuan). Lama pendidikan Normaal School selama 4 tahun dan menerima murid dari lulusan Sekolah Kelas Dua. Sedangkan Kweekschool menerima murid dari lulusan HIS (Hollandsch-Inlandsche School). Lama belajarnya selama 6 tahun tetapi


(6)

kemudian berubah menjadi 5 tahun dan akhirnya menjadi 4 tahun (I.Djumhur dan H.Danasuparta, 1976:140).

1.2 Kursus Guru Sekolah Desa. Cursus Volks-Onderwijzer (CVO) merupakan kursus untuk memehuni kebutuhan guru diSekolah Desa. Lama pendidikannya selama 2 tahun dan menerima murid dari lulusan sekolah Vervolg atau Sekolah Kelas Dua(I.Djumhur dan H.Danasuparta, 1976:139).

Selain itu masih ada sekolah-sekolah yang dibangun oleh para Zending atau Missi berupa Inlandsche school, dan Sekolah Guru Pribumi, HCS, HIS Katolik dan 1 sekolah Cina yang diusahkan oleh Tiong Hoa Hwee Kwan. Penduduk pribumi hanya diijinkan masuk sekolah yang dikhusukan untuk pribumi dan melanjutkan di HIS, Sekolah Guru maupun sekolah-sekolah yang didirikan oleh para Zending atau Missi. Kesempatan mengenyam pendidikan ini dimanfaatkana penduduk pribumi untuk menyekolahkan anak-anaknya (Emy Wuryani, 2006:91-92).


(7)

C.Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga

Banyaknya orang-orang Eropa yang ada di Salatiga mendorong para biarawan dan biarawati untuk berkarya atau menjalankan missi mereka di Salatiga dan orang-orang Eropa ini membutuhkan pelayanan rohani baik Kristen maupun Katolik. Maka dari itu di Salatiga tumbuh komunitas-komunitas gereja. Karena banyaknya orang-orang Eropa yang tinggal bersama keluarganya di Salatiga mendorong para biarawan dan biarawati untuk mendirikan sekolah dan sekaligus menyebarkan agama Katolik.

Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina didirikan pada tanggal 1 Juli 1953 adalah sekolah yang didirikan oleh para suster. Sebelumnya bernama Sekolah Menengah Pertama Kanisius. Sejak berdirinya sekolah ini dikelola oleh para suster-suster OSF, namun masih bergabung dengan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur. Sehingga masyarakat lebih mengenal Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini dengan sebutan Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur putri (Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 2).

Sekolah Menengah Pertama ini adalah Sekolah Menengah Pertama bersubsidi. Dimana dari segi keuangan masih mendapat bantuan dari pemerintah, selain itu guru-gurunya kebanyakan guru yang diperbantukan dan kepala sekolah adalah seorang Suster atau Bruder Missi dari Eropa. Pada waktu itu kondisi masyarakat sangat sulit. Sebagai pegawai saja hanya mengandalkan gaji Rp. 1200 tetapi dari pihak Yayasan memberikan subsidi bagi para pegawainya (Wawancara dengan Slamet pada tanggal 31 Mei 2012).


(8)

Pada saat itu Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur putri ini merupakan sekolah favorit. Dengan murid yang rata-rata paling banyak dan beragama campuran. Para murid Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur putri ini berasal dari etnis Jawa dan etnis Cina.

Pada tahun 1985 tepatnya tanggal 31 Desember, pada saat pelaksanaan Akreditasi sekolah, sekolah Menengah Pertama Stella Matutina memperoleh status “ Diakui”. Pada Akreditasi berikutnya pad tanggal 31 Desember 1990 status sekolah meningkat menjadi “Disamakan” dan Terakreditasi A. Bahkan mulai tahun pelajaran 2007/2008 berhasil dipercaya oleh Pemerintah sebagai Sekolah Standar Nasional (SSN) dan masih Terakreditasi A hingga sekarang (Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 2). 1. Visi dan Misi

Visi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga pada tahun 1970 yaitu, mewujudkan manusia berkualitas dan berkepribadian untuh yang mencintai alam ciptaan Allah, sesama dan bangsa. Pada tahun 2006 terjadi perkembangan yaitu, keunggulan dalam:

a. Hidup rohani b. Prestasi akademik

c. Moral emosional/sikap dan perilaku d. Kegiatan keolahragaan

e. Kegiatan kesenian

f. Kenyamanan lingkungan sekolah yang kondusif g. Kepercayaan terhadap masyarakat.


(9)

Misi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga, yaitu: a. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut

dan mencintai Tuhan serta sesama ciptaanNya.

b. Menyelenggarakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif untuk mengoptimalkan potensi akademik siswa (Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 3).

2. Arti dan Lambang Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina

Simbol-simbol:

a. Bintang melambangkan Maria bintang fajar

b. Bunga Lily melambangkan kemurnian dan kesucian

c. Merpati dalam kelopak bunga melambangkan Roh Kudus yang memberikan semangat sebagai sumber daya dan inspirasi bagi seluruh perangkat sekolah.

d. Warna hijau pada tangkai dan daun melambangkan para siswa sebagai tunas-tunas muda yang penuh harapan masa depan.

e. Tulisan Marsudirini melambangkan sekolah ini bernaung di bawah Yayasan Marsudirini.


(10)

f. Bagan luar melambangkan dasar Pendidikan Pancasila. g. Warna dasar biru melambangkan damai dan kesederhanaan. Nama Stella Matutina sendiri memiliki arti Bintang Fajar.

3. Kegiatan Belajar-Mengajar

Pada tahun 1971 kegiatan belajar- mengajar di Sekolah Menengah Pertama “Pangudi Luhur Putri” dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 13.00, tetapi setelah itu para siswa mengikuti kegiatan pengembangan diri yang diadakan oleh sekolah yaitu kegiatan ekstrakurikuler atau program pengembangan minat dan bakat siswa. Kegiatan tersebut antara lain kegiatan kulintang, karawitan dan pramuka (wawancara dengan Sumarni pada tanggal 30 Mei 2012). Selain kegiatan ekstrakurikuler, kulintang dan karawitan juga ada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah ini yakni tari kreasi yang diajarkan oleh Didik dari sanggar Purbasari. Pada saat itu ekstrakurikuler drumband belum ada (wawancara dengan Adi Astuti pada tanggal 22 Juni 2012).

Seiring kemajuan jaman dan tuntutan jaman, maka pada tahun 2005 pendidikan untuk progam pengembangan diri bagi siswa-siswi yang ada di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga ini mengalami perkembang dengan tujuan untuk membentuk karakter kepribadian siswa. Kegiatan pengembang diri di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini dibagi menjadi dua yaitu:

1. Character Building di bawah bimbingan guru Bimbingan


(11)

untuk mengenali diri sendiri, orang lain dan lingkungan melalui dinamika kelompok dan pelajaran Kemarsudirinian, yaitu:

a. Merupakan pelajaran wajib bagi sekolah-sekolah Yayasan Marsudirini.

b. Memberikan bekal budi pekerti, pengenalaan lingkungan dan pemahaman diri yang berorientasi pada teladan Santo Fransiskus Assisi dan Ibu Magdalena Daemen yang memiliki nilai-nilai, antara lain: cinta kasih, rendah hati, pertobatan, hidup sederhana, pelayanan, kepedulian, bersyukur, peduli dan menghargai sesama.

2. Ekstrakurikuler yaitu program pengembangan minat dan bakat siswa, kegiatan tersebut antara lain: drumband, Paskibar, basket, voli, band, bina vokal, bulu tangis, barongsai, kir mipa, kir sosial, pramuka, KKR, speaking english, teather dan seni lukis. Para siswa hanya boleh mengikuti satu atau dua jenis kegiatan ekstrakurikuler (Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 29-30).

Kegiatan belajar mengajar Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga pada tahun 2005 hingga sekarang ini dimulai pada pukul 07.00 sampai 13.30 hari Senin dan Selasa. Hari Rabu dan Kamis dimulai pukul 07.00 sampai 12.50, sedangkan hari Jumat pukul 07.00 sampai 11.55 dan hari Sabtu dimulai pukul 07.00 sampai 10.35. Khusus hari Sabtu


(12)

kegiatan diawali dengan senam bersama (Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 10).

Sumarni menuturkan bahwa pada tahun 1971 tidak hanya siswanya yang putri saja tetapi gurunya pun juga putri dan uniknya ada salah satu guru yang masih memakai jarik dan berkonde yaitu guru mata pelajaran bahasa daerah. Tidak hanya kegiatan belajar mengajar di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putri ini juga diadakan acara gereja seperti misa untuk memperingati pesta santo pelindung. Misa dilakukan setiap Minggu pertama dan biasanya misa diadakan di Gereja Paulus Miki atau di Kapel (wawancara dengan Adi Astuti pada tanggal 22 Juni 2012).

Pada tahun 1970 misa diadakan setiap Minngu petama, masih dilakukan hingga saat ini. Selain itu juga diadakan ibadah kelas setiap Senin kelima, Pendalaman Iman Remaja (PIR) setiap Sabtu keempat, Doa Malaikat Tuhan setiap hari pukul 12.00 dan doa pagi dengan menggunakan Bahasa Indonesia (Senin, Rabu, Sabtu), Bahasa Inggris (Kamis), Bahasa Jawa (Jumat), selain itu juga diadakannya Rekoleksi setaip tahun atau sesuai kebutuhan (Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 30).

Pada tahun 2008 di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina para siswa-siswinya dibiasakan untuk doa pagi dan siang dengan menggunakan bahasa yang sudah diatur jadwalnya, doa Malaikat Tuhan pada pukul 12.00, piket halaman tiap minggu sesuai jadwal, berbaris dengan


(13)

tertib/disiplin sebelum masuk kelas dan memberikan salam (sambil bersalaman) kepada guru pengampu jam pelajaran pertama.

Pada tahun 1970 kegiatan ujian atau test biasanya Pangudi Luhur Putri bercampur dengan Pangudi Luhur Putra dan pada saat itu tidak pernah diadakan kelas meeting seperti sekarang ini (wawancara dengan Sumarni pada tanggal 30 Mei 2012). Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan tempat. Selain kegiatan ujian atau test biasanya Pangudi Luhur putri dan putra tidak bercampur karena pada jaman dulu di Pangudi Luhur putri para siswinya sangat dijaga dengan baik (wawancara denga Endang pada tanggal 28 Juni 2012). Alasan jarang ada kegiatan campur adalah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Endang menuturkan bahwa pada tahun 1970 di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putri ini, para siswinya dituntut untuk datang lebih awal karena mereka harus melakukan piket perkelas terlebih dahulu, piket perkelas tersebut sebagai berikut: menyapu halaman, membersihkan kamar mandi, membersihkan kandang ayam dan kandang kelinci.

Kegiatan piket halaman ini masih berlangsung hingga sekarang. Tapi bedanya, para siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina tidak piket membersihkan kandang ayam dan kandang kelinci lagi, karena tempat yang dulunya dibuat kandang tersebut kini sudah menjadi lab bahasa dan ruang membatik.


(14)

4. Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina 4.1 Mata pelajaran

Mata pelajaran yang diajarkan di Pangudi Luhur putri pada tahun 1970 dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok dasar, kelompok cipta, kelompok rasa/ karya yang meliputi (lihat lampiran 1, hal 54):

a. Kelompok Dasar

1. Kewargaan Negara

Mata Pelajaran Kewargaan Negara mengajarkan tentang rasa nasionalisme warga negara Indonesia terhadap bangsanya.

2. Bahasa Indonesia

Mata Pejalaran Bahasa Indonesia mengajarkan tentang tata bahasa, kesusastraan, pantun, mengarang cerita dan lain sebagainya.

3. Sejarah Kebangsaan

Mata pelajaran Sedjarah Kebangsaan mengajarkan tentang sejarah Bangsa Indonesia dan guru sejarahnya mengajar menggunakan metode bercerita.


(15)

4. Ilmu Bumi Indonesia

Mata pelajaran Ilmu Bumi Indonesia mengajarkan tentang kejadian alam sekitar terutama di Indonesia (wawancara dengan Dyah Tri pada tanggal 11 Juli 2012). 5. Pendidikan Agama/ Budi pekerti

Mata pelajaran agama diajarkan kepda seluruh siswa yang beragama Katolik ataupun non Katolik. Agar para siswa memiliki budi pekerti yang luhur dan santun (wawancara dengan Dyah Tri pada tanggal 11 Juli 2012 ). 6. Pendidikan Djasmani/ Kesehatan

b. Kelompok Cipta 7. Bahasa Daerah

Mata pelajaran Bahasa Daerah, tembang jawa mengajarkan struktur (unggah-ungguh) bahasa Jawa, tulisan bahasa Jawa, nembang jawa dan lain-lain (wawancara dengan Dyah Tri pada tanggal 11 Juli 2012).

8. Bahasa Inggris

Mata pelajaran Bahasa Inggris mengajarkan struktur Bahasa.

9. Aljabar

Mata pelajatan Aljabar ini sama seperti dengan mata pelajaran matematika di jaman sekarang. (wawancara dengan Sumarni pada tanggal 30 Mei 2012).


(16)

10.Ilmu ukur

Mempelajari masalah geologi yang sekarang disebut sebagai mata pelajaran geografi.

11.Ilmu Alam

Endang menuturkan bahwa materi pelajaran ilmu Alam tentang gaya, rotasi, revolusi dan lain-lain. Saat ini ilmu ini dinamakan sebagai mata pelajaran IPA atau Ilmu Pengetahuan Alam.

12.Ilmu Hayat

Ilmu hayat mengajarkan tentang tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, dan ilmu Kimia. Dalam perkembangan pendidikan sekarang disebut sebagai mata pelajaran Biologi.

13.Ilmu Bumi

Ilmu Bumi mengajarakan tentang kejadian alam sekitar. Kejadaian alam sekitar dapat berupa bencana alam seperti tanah longsong, gempa bumi dan lain sebagainya. (wawancara dengan Adi Astuti pada tangggal 22 Juni 2012) 14.Sejarah Umum

Mata pelajaran sejarah Umum mempelajari tentang sejarah Umum di seluruh dunia dan mengenal tokoh-tokoh sejarah terkenal di dunia.


(17)

15.Administrasi

Mata pelajaran Administrasi ini mempelajari tentang surat menyurat.

c. Kelompok karsa atau karya 16.Menggambar

Siswa dalam pelajaran ini diberi tugas untuk menulis latin dan tulisan itu harus rapi, memperhatikan tebal tipisnya huruf, bentuk huruf dan sebagainya. (wawancara dengan Ani pada tanggal 25 Juli 2012). Dalam perkembangan pendidikan menulis yang memperhatikan tebal dan tipisnya diajarkan ketika sekolah dasar pada sebuah buku halus. Sedangkan pada mata pelajaran menggambar termasuk dalam seni rupa.

17.Kesenian

Siswa pada mata pelajaran ini diajarkan untuk dapat menyanyikan lagu perjuangan dan lagu rohani

18.Pendidikan Kesejahteraan Keluarga

Ani menuturkan pada mata pelajaran ini siswa diajarkan untuk menyulam, menjahit, dan memotong-motong bahan untuk pakaian santai. Dalam perkembangan jaman, pendidikan PKK tidak diajarkan lagi tetapi para


(18)

wanita bisa mengikuti kegiatan tersebut setelah mereka menikah.

Hasil nilai tersebut semua ditulis di buku induk, tapi sayangnya buku induk tersebut tidak dapat diperoleh karena sekarang ini pemerintah menyusun kebijakan jika dokumen lebih dari 25 tahun dihanguskan.

Namun sistem pendidikan mengalami perkembangan dari tahun ke tahun, terutama mata pelajaran lebih disederhanakan dan ada juga mata pelajaran yang dihapuskan. Mata pelajaran yang disederhanakan antra lain: Ilmu Bumi, Sejarah dan Administrasi disederhanakan menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Hayat, Ilmu Alam, Ilmu Ukur disederhanakan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menggambar, Kesenian dan Prakarya disederhanakan menjadi Seni Budaya dan masuk dalam pelajaran Mulok atau Muatan Lokal termasuk didalamnya Bahasa Daerah atau Bahasa Jawa. Ada juga yang mengalami berubahan nama, yaitu Ilmu Aljabar menjadi Matematika.

Pada tahun 2008 sampai sekarang mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, meliputi:

1. Religiusitas

Mata pelajaran ini mempelajari tentang agama terutama agama Katolik.

2. Pendidikan Kewarganegaraan

Mata pelajaran ini mempelajari tentang rasa Nasionalisme terhadap Bangsa dan Negara.


(19)

3. Bahasa Indonesia

Mata pelajaran ini mempelajari tentang pantun, puisi dan tata bahasa.

4. Bahasa Inggris

Mata pelajaran ini mempelajari tentang vokep dan tata bahasa.

5. Matematika

Mata pelajaran ini mempelajari tentang aljabar, pecahan, tambahan-tambahan, perkalian, pembagian, akar dan bangun ruang.

6. IPA (Fisika, Biologi, Kimia)

Mata pelajaran ini terdiri dari tiga mata pejaran yaitu, Kimia mempelajari tentang molekul, Fisika mempelajari tentang mass benda, berat benda, Biologi mempelajari tentang mahluk-mahluk hidup.

7. IPS (Geografi, Ekonomi, Sejarah, Sosiologi)

Mata pelajaran ini terdiri dari empat mata pelajaran yaitu, Geografi mempelajari tentang tanah dan bumi, Ekonomi mempelajari tentang sistem-sistem perekonomian, Sejarah mempelajari tentang sejarah-sejarah dunia, Sosiologi mempelajari tentang hubungan sosial masyarakat.


(20)

8. Seni budaya ( Seni rupa, Seni musik)

Mata pelajaran ini terbagi menjadi dua yaitu, Seni Rupa mempelajari tentang teknik menggambar, Seni Musik mempelajari tentang teknik bermain alat musik dan bernyanyi.

9. Pendidikan Jasmani, Olah Raga, Kesehatan

Mata pelajaran ini mempelajari tentang teknik dasar bermain basket, senam, teknik dasar bermain voli.

10. Teknik Informatika dan Komunikasi (TIK)

Mata pelajaran ini mempelajari tentang teknik-teknik mengetik, menggunakan rumus dengan ms office excel dan pengenalan internet.

11.Bahasa Jawa Muatan Lokal (Mulok)

Mata pelajaran ini mempelajari tentang aksara jawa, unggah-ungguh bahasa dan tembang jawa.

12.Elektronika Muatan Lokal (Mulok)

Mata pelajaran ini mempelajari tentang teknik menyolder, teknik membuat rangkaian radio.

13.Membatik Muatan Lokal (Mulok) 14.Seni tari Muatan Lokal (Mulok)


(21)

15.Kemarsudirinian

Mata pelajaran ini mempelajari tentang Santo Fransiskus Asisi dan Ibu Magdalena Daemen (lihat lampiran 2, hal 55).

Di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putri pada tahun 1970 mata pelajaran yang diujikan meliputi semua mata pelajaran yaitu : Pendidikan Agama, Pendidikan Kewargaan Negara, Bahasa Indonesia, Olah raga, Bahasa Daerah, Bahasa Inggris, Ilmu Aljabar, Ilmu Ukur, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Mengambar, Administrasi, Kesenian, Prakarya, Pendidikan Kesejahteraan Keluaraga (PKK) (lihat lampiran 3, hal 56). PPK ini dipergunakan jika para siswa tidak meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Namun Mata Pelajaran yang diujikan sekarang ini meliputi 4 Mata Pelajaran, yaitu: Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA (lihat lampiran4, hal 57).

Pada tahun 2000 ujian hanya dilaksanakan ujian nasional saja. Tetapi, sekarang ini ujian dilakukan dua kali yaitu Ujian Sekolah dan Ujian Nasional, ujian Sekolah dibagi menjadi dua yaitu ujian tertulis dan ujian praktik. Mata pelajaran yang termasuk dalam ujian sekolah tertulis meliputi: Religiusitas, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), IPS, Seni Budaya, Bahasa Jawa, Elektronika. Sedangkan ujian sekolah praktik meliputi: Religiusitas, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, Pendidikan Jasmani, Seni Budaya, TIK, Bahasa Jawa, Elektronika (Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 15).


(22)

Pada tahun 1970 di Pangudi Luhur putri ini selain diajarkan tentang pelajaran para siswa juga diajarkan tentang budi pekerti, dan biasanya para siswa juga diajarkan untuk merawat kebun, teknik cara membuat telur ayam menjadi besar dengan memberikan makanan pada ayam menggunakan cangkang telur yang dihaluskan, memelihara ayam dan kelinci yang merupakan milik susteran, Ani mengatakan bahwa para siswi-siswi juga diajarkan untuk mengisi jimpitan kelas dengan beras supaya para siswi memahami arti kata prihatin. Selain itu para siswa juga diajarkan kursus bahasa Belanda dan belajar mengenal kehidupan para suster di susteran, selain itu murid-muridnya diajarkan untuk menyulam dan memasak dalam hal ini termasuk di pelajaran PKK (wawancara dengan Ani pada tanggal 25 Juli 2012).

5. Fasilitas

Pertama kali sekolah ini didirikan kelas untuk etnis Jawa dan etnis Cina dipisahkan. Dengan jumlah kelas yang terdiri dari 6 kelas yang terdiri dari kelas 1 A-B, kelas 2 A-B, kelas 3 A-B. Pada waktu itu kelas satu masih bergabung dengan SD Marsudirini 77 dan satu kelasnya berisi 30 orang (wawancara dengan Endang pada tanggal 28 Juni 2012). Pada saat itu kelas untuk etnis Jawa dan etnis Cina di pisah dengan porsi di kelas A untuk etnis Jawa dan kelas B untuk etnis Cina (wawancara dengan Suster Yuanita pada tanggal 4 Juli 2012).

Gedung kelasnya hanya di bagian atas saja dan yang bagian bawah menuju jalan Seruni dulunya adalah kebun, selain itu yang sekarang yang


(23)

menjadi kantin dulunya ada tempat parkir sepeda. Secara fisik bangunan mengalami renovasi dan penambahan gedung tanpa merubah struktur bangunan.

Pada tahun 1973 kelas yang semula hanya 6 menjadi 9 kelas. Bahkan semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap Sekolah Menengah Pertama Stella maka pada tahun 1993 jumlah kelasnya bertambah menjadi 12 ruangan dan pada tahun 1996 sampai sekarang jumlah kelas meningkat menjadi 15 ruangan (Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 2).

Adi Astuti menuturkan bahwa seragam yang dipakai oleh para siswi di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur putri ini kotak-kotak merah dengan atasan putih.

Perabot, buku dan alat pengajaran belum lengkap, tetapi pada tahun 1977 perabot, buku dan alat pengajaran sudah dilengkapi perpustakaan. Sekarang ini selain perpustakaan juga ada lab bahasa, lab komputer, dan ruang membatik.

Bangunan terbuat dari batu bata dan atap genteng. Lokasi tenang dekat dengan jalan raya, Gereja dan Biara atau Susteran. Pekarangan luas dan ditanami pohon-pohan yang rindang.

6. Peserta didik 6.1 Murid

Peserta didik terdiri dari Etnis Pribumi dari golongan menengah ke atas dan Etnis Cina dari golongan rendah baik kristiani maupun


(24)

non kristiani. Pada tahun 1975 Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini dibuks untuk umum baik dari segi Etnis maupun Jenis Kelamin. Para siswa yang akan masuk di Sekolah Menengah Pertama ini harus memiliki Nem yang baik dan harus lulus SD, pada saat itu siswa dibartasi karena jumlah kelasnya terbatas.

Sekarng ini para siswa-siswi yang akan mendaftar di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina selain lulus Sd dan memiliki Nem yang baik, juga harusmengikuti tes akademik dan tes wawancara dengan orang tuanya. Waktu pendaftaranya pun dibagi menjadi empat gelombang yang terdiri dari gelombang pertama, gelombang kedua, gelombang ketiga dan reguler. Tetapi sekarang-sekarang ini jumlah siswa yang mendaftar di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini meningkat dilihat dari jumlah siswa tiap kelasnya.

7. Pengajar

Guru di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina terdiri dari guru-guru putri. Guru-guru yang mrngajar di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini harus lulus dari pendidikan SGB, satu guru mengampu satu mata pelajaran.

Pada tahun 1975 di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini menerima guru laki-laki, dan guru laki-laki tersebut mengajar mata pelajaran olahraga, dan guru harus memiliki syarat sebagai berikut pengetahuan, kepribadian baik, sikap baik dan cara berpikir baik.


(25)

D.Faktor-faktor penyebab Pangudi Luhur Putri Memisahkan diri dari Pangudi Luhur Putra

1. Faktor Psikologi

Pada dasarnya manusia itu makhluk sosial, oleh karena itu maka manusia membutuhkan orang lain. Dalam dunia pendidikanpun demikian bahwa para siswapun juga membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi terhadap lingkungannya.

Sosialisasi tersebut terjadi tidak hanya dengan sesama jenis, bahkan juga terjadi dengan lawan jenis. Oleh karena itu sebenarnya tidak begitu baik bila dalam proses pendidikan laki-laki dan perempuan terpisah.

Bila dalam proses pendidikan laki-laki dan perempuan terpisah maka yang akan timbul adalah rasa tidak percaya diri dan kurangnya rasa solidaritas. Dilihat secara psikologi laki-laki lebih bisa bersikap dewasa dibandingkan perempuan (wawancara dengan Suster Angelita pada tanggal 7 Juni 2012).

Faktor yang lebih utama adalah terjalinnya interaksi dan sikap gotong-royong antara laki-laki dan perempuan. Namun dalam sekolah misi yang dikembangkan oleh para suster dan bruder sangat berbeda dengan hal-hal tersebut. Para suster dan bruder tersebut memilih untuk memisahkan diri dengan alasan faktor psikologis mereka karena pada dasarnya antara bruder dengan suster secara psikologis mereka harus mematikan perasaannya pada lawan jenisnya. Secara tidak langsung mereka wajib menjaga kesuciannya masing-masing. Oleh karena itu


(26)

mereka tidak mau menjadi satu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Secara kebijakan

Secara kebijakan para suster dengan burder diberikan wewenang masing-masing. Para suster diberi wewenang untuk mengelola yayasan Marsudirini, sedangkan para bruder diberi wewenang untuk membawahi yayasan Pangudi Luhur sampai sekarangpun hal tersebut masih diberlakukan. Para suster dengan bruder pada masa hindia Belanda sendiri hanya mengikuti perintah dari pemerintah Hindia Belanda. Mereka menuruti semua prosedur yang ada.

3. Secara politik

Dalam sekolah misi yang didirikan tersebut diajarkan sesuai dengan kepemimpinan mereka seperti para suster yang memimpin berdasarkan kesusteran mereka begitu juga para bruder. Mereka berharap dari siswa yang diajarkan ada yang tertarik atau terpanggil untuk menjadi suster atau bruder. Hal tersebut terlihat salah satu murid marsudirini yang terpanggil menjadi seorang suster yaitu Suster Yuanita yang akhirnya bekerja di SMP Matutina itu sendiri sebagai administrasi.


(1)

15.Kemarsudirinian

Mata pelajaran ini mempelajari tentang Santo Fransiskus Asisi dan Ibu Magdalena Daemen (lihat lampiran 2, hal 55).

Di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Putri pada tahun 1970 mata pelajaran yang diujikan meliputi semua mata pelajaran yaitu : Pendidikan Agama, Pendidikan Kewargaan Negara, Bahasa Indonesia, Olah raga, Bahasa Daerah, Bahasa Inggris, Ilmu Aljabar, Ilmu Ukur, Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Mengambar, Administrasi, Kesenian, Prakarya, Pendidikan Kesejahteraan Keluaraga (PKK) (lihat lampiran 3, hal 56). PPK ini dipergunakan jika para siswa tidak meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Namun Mata Pelajaran yang diujikan sekarang ini meliputi 4 Mata Pelajaran, yaitu: Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan IPA (lihat lampiran4, hal 57).

Pada tahun 2000 ujian hanya dilaksanakan ujian nasional saja. Tetapi, sekarang ini ujian dilakukan dua kali yaitu Ujian Sekolah dan Ujian Nasional, ujian Sekolah dibagi menjadi dua yaitu ujian tertulis dan ujian praktik. Mata pelajaran yang termasuk dalam ujian sekolah tertulis meliputi: Religiusitas, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN), IPS, Seni Budaya, Bahasa Jawa, Elektronika. Sedangkan ujian sekolah praktik meliputi: Religiusitas, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, Pendidikan Jasmani, Seni Budaya, TIK, Bahasa Jawa, Elektronika (Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 15).


(2)

Pada tahun 1970 di Pangudi Luhur putri ini selain diajarkan tentang pelajaran para siswa juga diajarkan tentang budi pekerti, dan biasanya para siswa juga diajarkan untuk merawat kebun, teknik cara membuat telur ayam menjadi besar dengan memberikan makanan pada ayam menggunakan cangkang telur yang dihaluskan, memelihara ayam dan kelinci yang merupakan milik susteran, Ani mengatakan bahwa para siswi-siswi juga diajarkan untuk mengisi jimpitan kelas dengan beras supaya para siswi memahami arti kata prihatin. Selain itu para siswa juga diajarkan kursus bahasa Belanda dan belajar mengenal kehidupan para suster di susteran, selain itu murid-muridnya diajarkan untuk menyulam dan memasak dalam hal ini termasuk di pelajaran PKK (wawancara dengan Ani pada tanggal 25 Juli 2012).

5. Fasilitas

Pertama kali sekolah ini didirikan kelas untuk etnis Jawa dan etnis Cina dipisahkan. Dengan jumlah kelas yang terdiri dari 6 kelas yang terdiri dari kelas 1 A-B, kelas 2 A-B, kelas 3 A-B. Pada waktu itu kelas satu masih bergabung dengan SD Marsudirini 77 dan satu kelasnya berisi 30 orang (wawancara dengan Endang pada tanggal 28 Juni 2012). Pada saat itu kelas untuk etnis Jawa dan etnis Cina di pisah dengan porsi di kelas A untuk etnis Jawa dan kelas B untuk etnis Cina (wawancara dengan Suster Yuanita pada tanggal 4 Juli 2012).

Gedung kelasnya hanya di bagian atas saja dan yang bagian bawah menuju jalan Seruni dulunya adalah kebun, selain itu yang sekarang yang


(3)

menjadi kantin dulunya ada tempat parkir sepeda. Secara fisik bangunan mengalami renovasi dan penambahan gedung tanpa merubah struktur bangunan.

Pada tahun 1973 kelas yang semula hanya 6 menjadi 9 kelas. Bahkan semakin tingginya kepercayaan masyarakat terhadap Sekolah Menengah Pertama Stella maka pada tahun 1993 jumlah kelasnya bertambah menjadi 12 ruangan dan pada tahun 1996 sampai sekarang jumlah kelas meningkat menjadi 15 ruangan (Media Informasi Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina, 2012: 2).

Adi Astuti menuturkan bahwa seragam yang dipakai oleh para siswi di Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur putri ini kotak-kotak merah dengan atasan putih.

Perabot, buku dan alat pengajaran belum lengkap, tetapi pada tahun 1977 perabot, buku dan alat pengajaran sudah dilengkapi perpustakaan. Sekarang ini selain perpustakaan juga ada lab bahasa, lab komputer, dan ruang membatik.

Bangunan terbuat dari batu bata dan atap genteng. Lokasi tenang dekat dengan jalan raya, Gereja dan Biara atau Susteran. Pekarangan luas dan ditanami pohon-pohan yang rindang.

6. Peserta didik 6.1 Murid

Peserta didik terdiri dari Etnis Pribumi dari golongan menengah ke atas dan Etnis Cina dari golongan rendah baik kristiani maupun


(4)

non kristiani. Pada tahun 1975 Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini dibuks untuk umum baik dari segi Etnis maupun Jenis Kelamin. Para siswa yang akan masuk di Sekolah Menengah Pertama ini harus memiliki Nem yang baik dan harus lulus SD, pada saat itu siswa dibartasi karena jumlah kelasnya terbatas.

Sekarng ini para siswa-siswi yang akan mendaftar di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina selain lulus Sd dan memiliki Nem yang baik, juga harusmengikuti tes akademik dan tes wawancara dengan orang tuanya. Waktu pendaftaranya pun dibagi menjadi empat gelombang yang terdiri dari gelombang pertama, gelombang kedua, gelombang ketiga dan reguler. Tetapi sekarang-sekarang ini jumlah siswa yang mendaftar di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini meningkat dilihat dari jumlah siswa tiap kelasnya.

7. Pengajar

Guru di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina terdiri dari guru-guru putri. Guru-guru yang mrngajar di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini harus lulus dari pendidikan SGB, satu guru mengampu satu mata pelajaran.

Pada tahun 1975 di Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina ini menerima guru laki-laki, dan guru laki-laki tersebut mengajar mata pelajaran olahraga, dan guru harus memiliki syarat sebagai berikut pengetahuan, kepribadian baik, sikap baik dan cara berpikir baik.


(5)

D.Faktor-faktor penyebab Pangudi Luhur Putri Memisahkan diri dari Pangudi Luhur Putra

1. Faktor Psikologi

Pada dasarnya manusia itu makhluk sosial, oleh karena itu maka manusia membutuhkan orang lain. Dalam dunia pendidikanpun demikian bahwa para siswapun juga membutuhkan orang lain untuk bersosialisasi terhadap lingkungannya.

Sosialisasi tersebut terjadi tidak hanya dengan sesama jenis, bahkan juga terjadi dengan lawan jenis. Oleh karena itu sebenarnya tidak begitu baik bila dalam proses pendidikan laki-laki dan perempuan terpisah.

Bila dalam proses pendidikan laki-laki dan perempuan terpisah maka yang akan timbul adalah rasa tidak percaya diri dan kurangnya rasa solidaritas. Dilihat secara psikologi laki-laki lebih bisa bersikap dewasa dibandingkan perempuan (wawancara dengan Suster Angelita pada tanggal 7 Juni 2012).

Faktor yang lebih utama adalah terjalinnya interaksi dan sikap gotong-royong antara laki-laki dan perempuan. Namun dalam sekolah misi yang dikembangkan oleh para suster dan bruder sangat berbeda dengan hal-hal tersebut. Para suster dan bruder tersebut memilih untuk memisahkan diri dengan alasan faktor psikologis mereka karena pada dasarnya antara bruder dengan suster secara psikologis mereka harus mematikan perasaannya pada lawan jenisnya. Secara tidak langsung mereka wajib menjaga kesuciannya masing-masing. Oleh karena itu


(6)

mereka tidak mau menjadi satu untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Secara kebijakan

Secara kebijakan para suster dengan burder diberikan wewenang masing-masing. Para suster diberi wewenang untuk mengelola yayasan Marsudirini, sedangkan para bruder diberi wewenang untuk membawahi yayasan Pangudi Luhur sampai sekarangpun hal tersebut masih diberlakukan. Para suster dengan bruder pada masa hindia Belanda sendiri hanya mengikuti perintah dari pemerintah Hindia Belanda. Mereka menuruti semua prosedur yang ada.

3. Secara politik

Dalam sekolah misi yang didirikan tersebut diajarkan sesuai dengan kepemimpinan mereka seperti para suster yang memimpin berdasarkan kesusteran mereka begitu juga para bruder. Mereka berharap dari siswa yang diajarkan ada yang tertarik atau terpanggil untuk menjadi suster atau bruder. Hal tersebut terlihat salah satu murid marsudirini yang terpanggil menjadi seorang suster yaitu Suster Yuanita yang akhirnya bekerja di SMP Matutina itu sendiri sebagai administrasi.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Pangudi Luhur Salatiga (1949-1975) T1 152009011 BAB IV

0 0 24

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kemandirian Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Stella Matutina Salatiga T1 202009010 BAB I

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kemandirian Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Stella Matutina Salatiga T1 202009010 BAB II

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kemandirian Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Stella Matutina Salatiga T1 202009010 BAB IV

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tingkat Kemandirian Belajar Matematika Siswa Kelas VII SMP Stella Matutina Salatiga T1 202009010 BAB V

0 0 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008

0 1 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008 T1 152008003 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008 T1 152008003 BAB II

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008 T1 152008003 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella Matutina Salatiga Tahun 1970-2008

0 0 21