MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN UMUM

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN UMUM
BERDASARKAN AL OUR'AN (2)
Oleh : lrfan Darwis
Apabila kita ingin membangun ilmu pengetahuan umum berdasarkan Al Qur'an dan Hadits, ilmu
Barat yang ada harus dipelajari dahulu, mencari dasarnya di dalam Al Qur'an dan Hadits,
kemudian baru dibangun ilmu baru. Memplajari Al Qur'an dan hadits yang ditujukan sebagai
dasar ilmu pengetahuan umum, tidak cukup lagi seperti selama ini, sebab selama ini ayat-ayat Al
Qur'an dan Hadits yang dipelajari baru ditujukan untuk memahami ilmu agama. Untuk
membangun ilmu pengetahuan umum ayat-ayat dan hadits yang dipelajari adalah ayat-ayat dan
hadits mengenai dasar ilmu pengetahuan umum. Yang dipelajari selama ini baru kelompok
pertama dan sedikit kelompok kedua. Pada masa depan, kelompok kedua mengenai akhlak harus
diintensifkan mempelajarinya
dan kelompok ketiga mengenai ayat-ayat ilmu pengetahuan umum juga dipelajari.
Karena pada masa depan tidak ada lagi batas yang tajam antara ilmu pengetahuan agama dengan
ilmu pengetahuan umum, yang ada adalah spesialisasi, yang satu mempelajari spesialis ilmu
agama dan lebih spesialis lagi ilmu tafsir misalnya, yang lain mempelajari ilmu pengetahuan
umum seperti saat ini, tetapi dasar ilmu adalah Al Qur'an dan Hadits, maka kerjasama keilmuan
antara berbagai cabang keilmuan itu harus juga dibina. Pada saat itu kemajuan ilmu berdasarkan
Al Qur'an dan Hadits akan bertambah pesat dan penetrasi ilmu, terutama kebudayaan barat dapat
dihambat.
4. Potensi ekonomi ilmu

Ilmu ekonomi bertujuan untuk memakmurkan umat. Ayat yang sering disitir oleh para ulama
dalam mencapai kemakmuran adalah firman Allah yang mengatakan: "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. 14:7). Ayat ini adalah ayat dasar,
bukan ilmu terapan atau teknologi yang dapat mensejahterakan umat. Ilmu ekonomi terapan
antara lain bemama ekonomi syari'ah yang
dibangun berdasarkan Al Qur'an dan Hadits. Karena umat Islam pada masa yang tidak
menjabarkan ayat-ayat ilmu pengetahuan umum menjadi teknologi, maka bukan nikmat yang
didapat, tetapi azab yang pedih, seperti dikatakan dalam ayat itu. Inilah yang dirasakan umat
Islam saat ini.
Potensi ekonomi itu tidak hanya dijumpai di dalam ilmu ekonomi konvensional, seperti
pertanian, perdagangan, industri, perbankan, termasuk perbankan syari'ah, tetapi juga di dalam
akhlak, ilmu pengetahuan, pertanahan dll. sama sekali belum pernah disinggung selama ini.
Dalam akhlak misalnya, agama itu akhlak kata Rasulullah. Barang siapa yang berakhlak pasti
tidak melakukan KKN. Kehancuran perekonomian Indonesia adalah karena rendahnya akhlak
bangsa, terutama pemimpin dan pengusaha. Yang melakukan KKN itu juga banyak melakukan
shalat, berzakat, naik haji, puasa, tetapi semua ibadah itu tidak mencegahnya dan melakukan
perbuatan tercela, bahkan mereka bangga naik haji dengan hasil korupsi. Ini artinya, bila
pemahaman agama dimantapkan, bangsa Indonesia terbebas dan KKN dan akan makmur. Dulu
di zaman Orde Baru, Prof Dr. Soemitro Djojohadikoesoemo mengatakan, dana pembangunan

yang dikorup mencapai 30%. Ini artinya sebanyak 30% dana yang disediakan untuk
membangun tidak dimanfaatkan atau hasil pembangunan berkurang 30 %. Bila akhlak bangsa
ditingkatkan,

apakah melalui penegakan hukum atau cukup dengan pendidikan saja, efesensi dana
pembangunan meningkat 30 %.
Potensi ekonomi yang terbesar terletak di dalam penemuan ilmu dan teknologi unggul. Contoh
yang paling nyata adalah. Bill Gates, penemu software microsoft, menjadi orang terkaya di
dunia dan hasil penemuan-penemuannya. Contoh lain apa yang dikemukakan Adi Prima
Pasaribu dan Departemen Kelautan dalam tulisannya Harian Republika tanggal 11 Oktober 2003
dan hasil laut. Cina yang mempunyai luas perairan 8,8 % dari perairan Indonesia, menghasilkan
15 juta ton, sedang Indonesia, 3,6 juta ton. Thailand yang garis pantainya 2.600 km dibanding
Indonesia yang 81.000 km, menghasilkan 340 ribu ton sedang Indonesia hanya 120 ton.
Kemampuan Indonesia dibanding Cina dalam mengelola laut 36 :400 dan dengan Thailand
dalam mengelola pantai 12:1054. Hal ini disebabkan karena teknologi dan modal penangkapan
ikat di Cina dan Thailand jauh lebih baik dari Indonesia. Dengan hamparan pantai yang lebih
pendek dan perairan yang lebih sempit, mereka dapat menghasilkan ikan yang lebih banyak.
Drs. Ari Ginanjar Agustian membangun ilmu ESQ. Waktu ilmu diperkenalkan kepada beberapa
karyawan pabrik, menunjukan peningkatan hasil kerja yang lebih memuaskan, padahal ESQ ini
sebenarnya cara berdakwah biasa yang dikemas dengan ilmu, yang kebetulan ilmu ini dia yang

menemukan. Dan contoh-contoh diatas, bukan saja ilmu mengandung potensi ekonomi, bahkan
menyimpan uang di bank syariah yang tidak diberi bungapun dapat mendatangkan keuntungan
berkat ilmu. Bagaimanakah kita akan menolak ilmu padahal ayat-ayatnya di dalam Al Qur'an
sangat banyak.
Ilmu ekonomi pertanahan banyak cabangnya. Yang mula-mula tumbuh adalah perkebunan besar
pada zaman kolonial dengan lahirnya Agiarische Wet. Dalam tempo 20 tahun, Belanda menjadi
makmur berkat hasil perkebunan besar di Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, walaupun
udang-undang pertanahan bemama Undang-Undang Pokok Agraria, meniru nama Agrarisch
Wet, namum perkebunan besar tidak tumbuh pesat. Di zaman modern negara yang bangkit
dengan perkebunan besar adalah Malaysia. Karena mereka kekurangan tenaga kerja, maka
tenaga kerja Indonesialah yang mengerjakannya. Walaupun Indonesia mempunyai tanah
pertanian jauh lebih luas dari Malaysia, namun dalam bidang kelapa sawit dan karet, Malaysia
yang unggul. Indonesia bukan dalam bidang ini saja ketinggalan, bahkan dalam menghasilkan
beras, gula, bawang putih dll. Coba bayangkan, semua produk pertanian modalnya sama-sama
tanah, pupuk, obat anti hama dan teknologi, tetapi harga hasil pertanian impor dimana biaya
produksi sudah ditambah dengan ongkos angkut dan keuntungan pedagang, masih lebih murah
dan produksi dalam negeri. Ini menunjukan ada masalah di dalam negeri, apakah di sektor
pertanahan, perdagangan dll. Kalau dalam bidang pertanian harga tanah masih murah, Indonesia
kalah bersaing, bagaimana pula dalam bidang industri dan jasa dimana harga tanah jauh lebih
tinggi.

Untuk melihat potensi ekonomi di dalam tanah, mari kita meninjau ke luar negeri. Kemenangan
komunisme Rusia berkat dukungan kaum buruh, di Asia Mou Ce Tung membangun komunisme
berbasis kaum tani karena industri di Cina belum tumbuh. Cemas petani Jepang akan dirayu
kaum komunis, Mac Athur, penguasa Jepang setelah kalah perang, cepat-cepat memperkenalkan
landreform kepada petani Jepang. Jepang bangkit berkat landreform yang kemudian ditiru
Taiwan dan Korea Selatan. Demikian makmurnya mereka, sehingga rakyat tidak sabar
pemerintah membangun jalan agar dapat dilalui mobil atau melewatkan traktor ke sawah-sawah,
maka rakyat berinisiatif membangun sendiri jalan-jalan secara swadaya dengan teknologi yang
bernama konsolidasi. Indonesia juga melaksanakan landreform, tetapi nama itu hilang ditelan
Orba dan konsolidasi malah ditakuti. Lembaga yang mempeloporinya yang berhasil membangun

jalan dengan swadaya dilikwidasi. Lembaga pengganti tidak melakukannya lagi, kecuali sekedar
nama. Konsolidasi yang paling berhasil dilaksanakan di Padang. Untuk membangun jalan
sepanjang 20 km tanahnya didapat secara gratis dari pemilik tanah yang memberikan secara
gratis mendapat untung berlipat-lipat, karena yang diberikan maksimum 1/3 dari luas tanah dan
yang 2/3 harganya naik berlipat-lipat.
Untuk melihat besarnya potensi ekonomi yang terdapat di dalam tanah, kita lihat dari
wawancara Prof. Dr. B.J. Habibie selaku Direktur Utama Industri Pesawat Terbang Nurtanio
sepulangnya dari Amerika Serikat. Untuk merakit pesawat N 250 di Amerika Serikat, ia ditawari
tanah seharga Rp. $ 0,50 atau kira-kira Rp. 1.150,- per m2 saat itu. Kalau pabriknya diperluas di

Bandung, harga pembebasan Rp. 20.000,- termurah dan Rp. 200.000,- termahal. Ini artinya
untuk membangun pabrik di Bandung harus mengeluarkan dana besar untuk pengadaan tanah.
Di sekiar Jakarta banyak berdiri kota-kota baru. Bila kita selidiki, harga pembebasan tanahnya di
bawah Rp. 1.000,- per m2
Dimanakah kesalahan kebijaksanaan pertanahan Indonesia ?
Kesalahan pertama dan utama pada intansi Pajak Bumi dan Bangunan. Di Amerika ada negara
bagian yang prosentase pajak tanah tahunannya (PBB) 7% dan harga tanah, Taiwan dan Jepang
1,5%, India 14%, tetapi di Indonesia tarif pajak 0,5%, nilai jual obyek pajak (NJOP) 20 %, maka
PBB efektif O.1 %. Artinya, pemerintah negara bagian di Amerika Serikat memperoleh
pendapatan 70/1.000 dari harga tanah, Jepang dan Taiwan 15/1.000, India 140/1.000 dan
Indonesia 1/1.000. Peibandingan penerimaan dana dari tanah 70:140:15:1. Bila pemerintah
membeli tanah, di Amerika hanya membayar 100/7 kali pajak yang dibayar, di Jepang dan
Taiwan 15/1.000, di India 14/100 dan di Indonesia 1.000/1. Perbandingan pengeluaran untuk
membeli tanah 0,07 : 0,15 : 0,014 : 1.000. Artinya Indonesia menerima pendapatan dari pajak
tanah sangat kecil dan membayar harga pembelian tanah sangat besar. Kondisi ini yang
menyebabkan harga tanah naik tanpa kendali, biaya pembangunan meningkat dan spekulasi
tanah dan bangunan marak dimana-mana. Banyak bangunan itu yang tidak dimanfaatan sampai
saat ini, sedang cicilan dan bunga bank harus dibayar. Dana yang digunakan untuk spekulasi
tanah dan bangunan banyak yang berasal dari luar negeri lumayan besarnya, bahkan dalam
bentuk pinjaman jangka pendek. Pada saat cicilan hutang tidak mampu dibayar, nilai rupiah

dijatuhkan. Para ahli mengatakan hal itu akibat konyungtur yang merupakan ciri dari
pembangunan ekonomi karena mereka menganut paham Falsafah Barat. Selama sistim tarif
pajak PBB saat ini belum direvisi, selama itu harga tanah tidak bisa dikendalikan dan biaya
pembangunan di Indonesia akan tetap tinggi.
Bagaimana kalau prosentase pajak diluar negeri ditetapkan di Indonesia untuk meningkatkan
pemasukan uang dari tanah dan menurunkan belanja negara untuk pengadaan tanah?
Untuk itu yang harus direvisi adalah pasal 5 UU PBB dan PP No. 46 Tahun 1985. Karena
hanya satu pasal dan / atau satu PP, waktu yang dibutuhkan tidak lama. Yang mungkin dirugikan
adalah kreditor yang tanahnya dijaminkan ke bank. Kerugian ini sepantasnya diganti oleh
negara. Yang meningkat tajam sesudah itu permintaan akan rumah.
Masalah lain yang menjadi penyebab tidak tergalinya, instansi BPN terlalu lambat mendaftaran
seluruh bidang tanah sehingga instansi PBB tidak mengetahui semua bidang tanah yang
menjadi obyek PBB. Dalam penelitian di Kota Semarang, temyata 1/3 dari bidang tanah tidak
dibayar pajaknya karena intansi pajak tidak mengetahuinya. Kalau di Jawa saja, dalam kota lagi,
keadaannya seperti itu, apalagi di luar Jawa. Kelambatan ini disebabkan karena pengaruh sistim
pendaftaran tanah kolonial dengan ketelitian yang sangat tinggi sehingga membutuhkan waktu
yang sangat lama untuk mendaftarkan sebidang tanah. Bila tingkat ketelitian pengukuran

diturunkan, prosesnya dapat dipercepat. Untuk itu konsepsi pertanahan hukum yang dianut BPN
harus dirobah menjadi pertanahan ekonomi, sehingga tidak mempunyai alasan lagi kenapa

pendaftaran tanah lambat: Secara ekonomi, lebih besar kebutuhan pemerintah didaftarkannya
setiap bidang tanah dari kebutuhan pemilik tanah. Oleh karena itu selayaknya pendaftaran tanah
itu dilaksanakan secara gratis untuk mendapatan data pertanahan tsb. Anehnya, kalau dalam
penyusunan UUPBB hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya tidak dijadikan dasar untuk
menyusun peraturan, begitu juga hasil penelitian pendaftaran tanah di Semarang tidak dijadikan
dasar untuk menyusun peraturan pedaflaran tanah. Sebagai gantinya dipakai teknologi
pendaftaran Australia. Pendaftaran tanah Australia sangat terkenal di dunia dengan nama
Pendaftaran Tanah Torrens. Cirinya, sistim pendaftaran positif, jual beli tanah dapat dilakukan
dimana saja secara langsung dengan minta data pertanahan ke kantor pendaftaran tanah
walaupun menggunakan telegraf saat itu, kalau sekarang tentu bisa menggunakan fax, ada dana
asuransi untuk mengganti kerugian yang diderita pemilik kalau terjadi kekeliruan. Semua ciriciri yang terdapat pada pendaftaran tanah Australia tidak dijumpai pada sistim pendaftaran tanah
Indonesia.
5. Masalah dari segala masalah
Bangsa Indonesia terbelakang dalam hal-hal yang positif dan unggul dalam hal-hal yang negatif,
seperti korupsi, pronografi dll. Kekayaan alam yang dikaruniakan Allah kepada Bangsa
Indonesia tidak membawa manfaat, malah sebaliknya membawa kepada kehancuran. Dalam hal
ini kita teringat kepada peringatan Allah yang sangat keras dalam
Surat al Ma'un sbb.:
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. ltulah orang yang menghardik anak yatim,
dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang

yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dan shalatnya, orang-orang yang
berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna" (QS. 107:1-7).
Yang membedakan seorang muslim dengan non muslim adalah shalatnya. Kalau orang yang
shalat saja dikatakan Allah orang yang mendustakan agama, ini menunjukan bahwa intinya
agama bukan terletak pada ibadah, walaupun ibadah itu wajib. Akan lebih jelas lagi bahwa inti
agama bukan pada ibadah kalau seorang wanita lacur yang memberi anjing yang kehausan
minum akan masuk surga. Hal ini baru kita pahami kalau kita baca pada akhir surat yang dikutip
diatas Allah mengatakan orang yang mendustakan agama itu, "enggan (menolong dengan)
barang berguna". Si pelacur tidak enggan menolong anjing kehausan dengan air, sebab air itu
barang yang berguna bagi si anjing. Kalau dengan air seteguk saja mampu membawa si pelacur
masuk surga, bagaimana kalau yang diberikan itu air kehidupan yaitu ilmu dan teknologi sebab
Allah itu juga bernama Al Aliim. Untuk memahami ilmu Allah, pedomannya adalah Al Qur'an.
Membaca Al Qur'an tidak ada manfaatnya kalau tidak dipahami. Kalau dipahami tidak ada
artinya kalau tidak dipikiri. Inilah yang dilupakan selama ini dan inilah yang harus kita
dakwahkan untuk membangun umat. (Habis)
Penulis adalah Peneliti Agama dan Budaya
Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 14 2004