MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN UMUM

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN UMUM
BERDASARKAN AL OUR'AN
Oleh : lrfan Darwis
1. Pendahuluan
llmu pengetahuan umum yang sudah diterima dan dibanggakan oleh umat Islam adalah
bank syari'ah. Ajaran Islam tidak mengenal bank. Dalam membangun ilmu dan teknologi
bank syari'ah, ilmu dan teknologi perbankan konvensional dipelajari dan disusun baru
berdasarkan kepada ajaran Islam, maka lahirlah ilmu teoritis dan ilmu terapan / teknologi
bank syari'ah. Ilmu dan teknologi yang lain juga dapat dibangun seperti membangun
bank syari'ah. Ilmu apapun ada dasarnya di dalam Al Qur'an dan Hadits. Apabila ilmuilmu itu dipelajari dan disusun ilmu dan teknologi baru seperti yang dilakukan pada bank
syari'ah, maka dalam waktu singkat ilmu dan teknologi akan bercorak keislaman akan
lahir. Karena ilmu dan teknologi adalah sumber daya ekonomi paling hulu dari semua
sumber daya ekonomi, maka pada saat itu perekonomian umat Islam akan bangkit dan
kita tidak tergantung lagi kepada bantuan modal dari luar negeri. Pada saat itu kita akan
melihat mukjizat Al Qur'an. Dalam ujicoba yang dilakukan terhadap beberapa ilmu dan
teknologi, hasilnya sangat mengagumkan, bahkan kehancuran politik dan pembangunan
ekonomi Orba telah diprediksi jauh sebelumnya. Karena dianggap akan meruntuhkan
Orba bukan sumbangan untuk mempercepat lajunya pembangunan, pengembangannya
dimatikan.
Bila Kitab Allah dinamakan Al Qur'an, fungsinya untuk dibaca. Membaca Al Qur'an
yang menekankan kepada kiraat dan tajuwid sangat penting bagi yang mengerti Bahasa

Arab untuk mendalami ilmu agama, tetapi membangun ilmu pengetahuan umum
berdasarkan Al Qur'an, yang penting memahami isinya walau yang dibaca
terjemahannya. Allah menurunkan Al Qur'an dalam bahasa Arab agar dipahami oleh
Nabi Muhammad saw. (12:2, 19;97), karena Bahasa yang dipahami Nabi adalah bahasa
Arab. Agar mudah memahami isinya, maka Al Qur'an harus dibaca dengan sebenarbenar bacaan (2:121). Membaca dengan sebenar-benar bacaan, kita akan mengetahui
bahwa isinya bukan hanya dasar ilmu agama, juga ilmu pengetahuan umum. Ayat ini
biasanya diselipkan diantara ayat-ayat ilmu agama. Misalnya ayat tentang mata air yang
keluar dari batu, disamarkan dengan kekerasan kepala orang Yahudi yang dikatakan:
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu / bumi, bahkan lebih keras lagi.
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya
dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya (QS.
2:74). Andaikan ayat-ayat ilmu pengetahuan umum diungkapkan secara terang-terang
dalam juz khusus, mungkin ditolak oleh umat pada zaman Nabi karena tidak mampu
ditangkap dengan ilmu yang ada pada masa itu seperti umat sebelumnya menolak
sebagian ayat-ayat Kitab Allah dan menggantinya.
Karena ayat-ayat Al Qur'an sangat banyak, untuk menghayatinya, harus diingat-ingat
atau dizikirkan dan Allah menamai Al Qur'an dengan Adz Dzikra (16:44), Kitab Allah
untuk diingat-ingat. Zikir atau mengingat-ingat Allah dapat berupa bertashbih, zikir
dalam arti sempit, zikir pada tingkat awal untuk membersihkan hati. Hati adalah salah
satu alat yang diberikan Allah kepada manusia untuk memahami ayat-ayatNya. Alat yang

lain untuk memahami ayat Allah adalah akal. Akal akan bekerja sempurna bila hati
bersih. Orang yang tidak bersih hatinya, hasil kerja akalnya bisa menjadi negatif.
Lihatlah nenek moyang kita dahulu, mereka tidak pintar, karena belum ada sekolah pada

masa itu, tetapi dengan hatinya yang bersih mereka mewariskan berbagai karya yang
mengagumkan seperti candi Borobudur, kapal yang bisa mengarungi samudra dll.
Tokoh-tokoh Orba pintar-pintar, tetapi kepintaranya mengakibatkan kehancuran bangsa.
Sekolah yang dibangunnya hancur bersamaan dengan kehancurannya. Bila berzikir
dengan seluruh ayat Al Qur'an, bukan hanya hati yang bersih, ayat-ayat itu akan mengisi
otak dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan, baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan
umum. Pada saat itu Kitab Allah berfungsi sebagai Al Hikmah, sebagai sumber ilmu
pengetahuan (36:2), bukan untuk dibaca untuk orang yang meninggal, tetapi pedoman
berilmu bagi yang hidup.
2. Metode menjelaskan ayat-ayat Al Qur'an
Di dalam Surat Al Baqarah ayat 185 dikatakan: "bulan Ramadhan, bulan yang di
dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu". Jadi ada dua yang diturunkan Allah.
Pertama "permulaan Al Qur'an" sebagai petunjuk dan kedua "penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu". Bila penjelasan / tafsir Al Qur'an juga diturunkan, artinya tafsir
itu berupa wahyu. Karena himpunan wahyu adalah Al Qur'an, maka penjelasan resmi Al

Qur'an ada di dalam Al Qur'an. Penjelasan itu akan kita jumpai kalau kita ketahui bahwa
ayat-ayat Al Qur'an itu diturunkan berulang-ulang dengan nuansa berbeda-beda. Dengan
menghimpun ayat-ayat yang diturunkan berulang-ulang, maka perbedaan yang sedikit
pada masing-masing ayat menjadi saling melengkapi dan menjelaskan. Ayat yang saling
menjelaskan ini akan lebih jelas lagi bila ditambahkan hadits. Dan akan lebih lengkap
bila disertai riwayat sahabat. Setelah itu barulah dikomentari / ditafsirkan. Tafsir yang
demikian tidak akan mampu diselipi oleh tafsir israiliat dan tafsir yang dicari-cari
takwilnya (3:7) yang menyebabkan perbedaan pendapat yang ditoleransi oleh ajaran
Islam menjadi pertentangan pendapat yang melahirkan perpecahan di kalangan umat
Islam. Bila Al Qur'an dipandang sebagai Al Furqan yang menghendaki ayat-ayat Al
Qur'an dibedakan / dibandingan dengan isi kitab lain dan dianalisis akan lahir ilmu baru.
Ayat-ayat yang bersamaan bila dihimpun, dengan sendirinya akan saling mengelompok.
Seluruh ayat-ayat Al Qur'an terbagi atas tiga kelompok besar. Pertama ayat-ayat
keagamaan seperti yang dikenal selama ini. Kedua ayat-ayat tentang sifat-sifat manusia
atau tentang akhlak yang baik dan tidak baik. Ketiga ayat-ayat ilmu pengetahuan umum.
Ayat ilmu pengetahuan umum ini terdiri lagi dan ayat tentang pola pikir sebagai alat
analisis ilmu, ayat-ayat dasar ilmu pengetahuan alam dan ayat-ayat dasar ilmu
pengetahuan sosial dan budaya. Ayat-ayat yang disadari selama ini baru ayat-ayat ilmu
agama dan sedikit ayat-ayat tentang akhlak. Ayat-ayat ilmu agama merupakan ilmu siap
pakai, tidak boleh ditambah dan dikurangi. Buku-buku tentang ilmu agama yang ada saat

ini kebanyakan memuat satu dua ayat dan hadits, pada hal setiap suatu masalah ayat dan
haditsnya sangat banyak. Berbeda penulis, berbeda pula ayat dan hadits yang dimuat,
berbeda nuansa yang dibahas. Hal inilah yang menimbulkan perbedaan pendapat /
mazhab diantara pembaca buku yang berbeda. Jangankan antara ayat dan hadits yang
berbeda, antara ayat dan hadits yang samapun bisa berbeda pendapat. Abu Bakar r.a.
sering berbeda pendapat dengan Umar bin Khaththab r.a. dalam mengamalkan ayat dan
hadits. Hanya saja tidak ada sahabat yang membangun mazhab Abu Bakar atau Umar.
Orang bisa saja berpeadapat lain atau beribadah dengan cara lain dalam soal agama
seperti Abu Bakar dan Umar atau seperti imam mazahab, tapi tidak boleh mengatakan
pendapatnya atau imamnya yang paling benar. Kita boleh mengikuti pendapat imam,

tetapi tidak wajib beriman kepadanya. Ayat-ayat tentang akhlak yang dikenal baru yang
dipakai untuk sopan santun pergaulan. Fungsi akhlak yang lebih besar adalah sebagai
dasar ilmu pengetahuan sosial dan budaya. Hal itu belum disadari dan kita menggunakan
ilmu sosial barat yang dasar utamanya adalah peribahasa Yunani, "zoon politicon",
manusia makhluk sosial. Oleh karena ada falsafah sebagai ibu ilmu pengetahuan dan
logika sebagai alat analisisnya, walaupun peribahasa Yunani itu amat sederhana, dari
padanya telah lahir beberapa ilmu pengetahuan sosial. Akhlak walaupun jauh lebih valid
dari peribahasa Yunani sebagai dasar ilmu pengetahuan sosial dan budaya, karena pola
pikir di dalam ajaran Islam sebagai alat untuk menganalisisnya belum dikembangkan,

bahkan ditolak menggunakan akal dalam beragama, sampai saat ini akhlak itu belum
menjadi dasar ilmu pengetahuan sosial dan budaya. Pola pikir yang terdapat di dalam Al
Qur'an daya analisisnya jauh lebih tajam dari Falsafah Yunani. Sayangnya belum disadari
keberadaanya. Bila suatu masa disadari keberadaan pola pikir ini dan dijadikan alat
untuk meganalisis ayat serta hadits yang menjadi data ilmu pengetauan sosial, maka
pada masa depan umat Islam mampu melahirkan ilmu pengetahuan umum yang
kualitasnya lebih tinggi dari ilmu pengetahuan umum Barat saat ini. Walaupun demikian
kita tidak dapat membuang sama sekali ilmu pengetahuan sosial dan budaya Barat,
apalagi sains dan teknologi.
Menurut pola pikir yang terdapat di dalam Al Qur'an, ilmu pengetahuan pada tahap
pertama harus dianalisis dengan hati yang bersih atau niat karena Allah. Membuat hati
yang bersih dengan keimanan dan ibadah. Dalam hal ini zikir dalam arti sempit sangat
membantu. Tahap selanjutnya dilakukan zikir dalam arti luas, dengan semua ayat Al
Qur'an untuk mendapatkan ayat sebagai dasar ilmu. Dengan cara ini akan dijumpai ayatayat tentang sunnatullah / hukum alam. Sunnatullah ini hanya mampu dipahami oleh
orang menggunakan akalnya. Banyak orang yang melihat air mengalir, tetapi yang
mendapatkan ilmu dari padanya hanyalah orang yang memikirkannya. Dengan
memperhatikan perubahan yang terjadi pada alam akan diperoleh ilmu dan teknologi
baru. Ayat-ayat yang menyuruh memperhatikan tanda-tanda Allah pada alam raya ini
sangat banyak di dalam Al Qur'an. Teknologi baru yang diperoleh akan lebih bermutu
kalau sunnatulah itu diperhatikan, dipikiri, difurqankan dengan ilmu yang terdapat di

dalam buku-buku lain selain Al Qur'an, setelah itu diujicobakan, kalau berhasil
diamalkan, bukan hanya disebut-sebut saja. Ayat-ayat Allah berupa sunnahtulah atau
hukum alam ini kita lupakan selama ini sehingga ilmu dan teknologi tidak lahir di
kalangan umat Islam, bahkan sampai hari ini masih banyak yang menentang ilmu
pengetahuan umum dan teknologi bukan bagian dari ajaran Islam. Orang-orang ini
adalah orang yang membacca Al Qur'an dari segi kearaban, bukan keislamannya.
K.H.A. Wahid Hasyim dalam kata sambutan terjemahan Shahih Bukhari oleh H.
Zainuddin Hamidy cs. menasehatkan agar membedakan antara segi kearaban dan
keislaman.
Dalam memahami ayat dan hadist dicontohkan disini hadist tentang makan sebelum
lapar dan berhenti sebelum kenyang. Sering ulama menjelaskan hadits ini, tapi karena
mereka bukan ahli gizi, maka penjelasannya tidak menjadi petunjuk. Dalam analisis ilmu
kesehatan, terbukti makan sebelum lapar mencegah terjadinya penyakit maag dan
berhenti sebelum kenyang mencegah penyakit diabetes / kencing manis dan asam urat.
Ini membuktikan bahwa Al Qur'an dan Hadits tidak bisa diborong penafsirannya dan
satu disiplin ilmu saja seperti selama ini. Harus dari semua disiplin ilmu. Ahli ilmu

pengetahuan umum harus mencari ayat-ayat yang sesuai dengan ilmunya untuk
dikembangkan.
3. Membangun ilmu pengethuan umum berdasarkan Al Qur'an

Di atas dikatakan, ayat-ayat Al Qur'an terbagi atas tiga kelompok besar, yaitu ayat-ayat
ilmu keagamaan, akhlak dan ilmu pengetahuan umum. Ayat ilmu pengetahuan umum
terdiri lagi atas ayat pola pikir, dasar ilmu pengetahuan sosial dan dasar ilmu
pengetahuan alam. Apabila tafsir yang ada saat ini kita kelompokkan ke dalam tiga
kelompok besar tersebut, tafsir atau komentar itu hanya menafeirkan atau mengomentari
kelompok pertama mengenai ilmu agama dan sedikit kelompok kedua. Ayat-ayat yang
dikomentari ini kalau dikelompokkan, maka tafsirnya makin jelas. Disamping itu akan
dirasakan pengulangan penafsiran atas ayat-ayat yang bersamaan yang dapat ditafsirkan
sekali saja. Ayat yang lain cukup dicatat saja. Kelompok kedua tentang, tafsirnya baru
sebatas untuk mengindahkan pergaulan, sedang akhlak sebagai dasar ilmu pengetahuan
sosial dan budaya, belum dilakukan. Kelompok ketiga mengenai ayat dasar ilmu
pengetahuan umum sama sekali belum ditafsirkan atau dikomentari. Ilmu dan teknologi
sudah dikenal dunia, hanya saja sumbernya dari Falsafah Yunani. Ilmu dan teknologi
tentang bank syari'ah, merupakan ilmu pengetahuan umum berdasarkan Al Qur'an.
Contoh lain ilmu pengetahuan umum yang dibangun berdasarkan Al Qur'an, Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Seri Tafsir Al Qur'an Bil Ilmi oleh Prof. Achmad Baiquni,
M.Sc., Ph.D. mengenai kejadian bumi. Bila setiap ilmu lahir ilmu yang didasarkan
kepada al Qur'an seperti ini, maka lahirah ilmu pengetahuan umum berdasarkan Al
Qur'an.
Apabila kita ingin membangun ilmu pengetahuan umum berdasarkan Al Qur'an dan

Hadits, ilmu Barat yang ada harus dipelajari dahulu, mencari dasarnya di dalam Al
Qur'an dan Hadits, kemudian baru dibangun ilmu baru. Memplajari Al Qur'an dan hadits
yang ditujukan sebagai dasar ilmu pengetahuan umum, tidak cukup lagi seperti selama
ini, sebab selama ini ayat-ayat Al Qur'an dan Hadits yang dipelajari baru ditujukan untuk
memahami ilmu agama. Untuk membangun ilmu pengetahuan umum ayat-ayat dan
hadits yang dipelajari adalah ayat-ayat dan hadits mengenai dasar ilmu pengetahuan
umum. Yang dipelajari selama ini baru kelompok pertama dan sedikit kelompok kedua.
Pada masa depan, kelompok kedua mengenai akhlak harus diintensifkan mempelajarinya
dan kelompok ketiga mengenai ayat-ayat ilmu pengetahuan umum juga dipelajari.
Karena pada masa depan tidak ada lagi batas yang tajam antara ilmu pengetahuan agama
dengan ilmu pengetahuan umum, yang ada adalah spesialisasi, yang satu mempelajari
spesialis ilmu agama dan lebih spesialis lagi ilmu tafsir misalnya, yang lain mempelajari
ilmu pengetahuan umum seperti saat ini, tetapi dasar ilmu adalah Al Qur'an dan Hadits,
maka kerjasama keilmuan antara berbagai cabang keilmuan itu harus juga dibina. Pada
saat itu kemajuan ilmu berdasarkan Al Qur'an dan Hadits akan bertambah pesat dan
penetrasi ilmu, terutama kebudayaan barat dapat dihambat.
4. Potensi ekonomi ilmu
Ilmu ekonomi bertujuan untuk memakmurkan umat. Ayat yang sering disitir oleh para
ulama dalam mencapai kemakmuran adalah firman Allah yang mengatakan:
"Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,

dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"

(QS. 14:7). Ayat ini adalah ayat dasar, bukan ilmu terapan atau teknologi yang dapat
mensejahterakan umat. Ilmu ekonomi terapan antara lain bemama ekonomi syari'ah yang
dibangun berdasarkan Al Qur'an dan Hadits. Karena umat Islam pada masa yang tidak
menjabarkan ayat-ayat ilmu pengetahuan umum menjadi teknologi, maka bukan nikmat
yang didapat, tetapi azab yang pedih, seperti dikatakan dalam ayat itu. Inilah yang
dirasakan umat Islam saat ini.
Potensi ekonomi itu tidak hanya dijumpai di dalam ilmu ekonomi konvensional, seperti
pertanian, perdagangan, industri, perbankan, termasuk perbankan syari'ah, tetapi juga di
dalam akhlak, ilmu pengetahuan, pertanahan dll. sama sekali belum pernah disinggung
selama ini. Dalam akhlak misalnya, agama itu akhlak kata Rasulullah. Barang siapa yang
berakhlak pasti tidak melakukan KKN. Kehancuran perekonomian Indonesia adalah
karena rendahnya akhlak bangsa, terutama pemimpin dan pengusaha. Yang melakukan
KKN itu juga banyak melakukan shalat, berzakat, naik haji, puasa, tetapi semua ibadah
itu tidak mencegahnya dan melakukan perbuatan tercela, bahkan mereka bangga naik
haji dengan hasil korupsi. Ini artinya, bila pemahaman agama dimantapkan, bangsa
Indonesia terbebas dan KKN dan akan makmur. Dulu di zaman Orde Baru, Prof Dr.
Soemitro Djojohadikoesoemo mengatakan, dana pembangunan yang dikorup mencapai
30%. Ini artinya sebanyak 30% dana yang disediakan untuk membangun tidak

dimanfaatkan atau hasil pembangunan berkurang 30 %. Bila akhlak bangsa ditingkatkan,
apakah melalui penegakan hukum atau cukup dengan pendidikan saja, efesensi dana
pembangunan meningkat 30 %.
Potensi ekonomi yang terbesar terletak di dalam penemuan ilmu dan teknologi unggul.
Contoh yang paling nyata adalah. Bill Gates, penemu software microsoft, menjadi orang
terkaya di dunia dan hasil penemuan-penemuannya. Contoh lain apa yang dikemukakan
Adi Prima Pasaribu dan Departemen Kelautan dalam tulisannya Harian Republika
tanggal 11 Oktober 2003 dan hasil laut. Cina yang mempunyai luas perairan 8,8 % dari
perairan Indonesia, menghasilkan 15 juta ton, sedang Indonesia, 3,6 juta ton. Thailand
yang garis pantainya 2.600 km dibanding Indonesia yang 81.000 km, menghasilkan 340
ribu ton sedang Indonesia hanya 120 ton. Kemampuan Indonesia dibanding Cina dalam
mengelola laut 36 :400 dan dengan Thailand dalam mengelola pantai 12:1054. Hal ini
disebabkan karena teknologi dan modal penangkapan ikat di Cina dan Thailand jauh
lebih baik dari Indonesia. Dengan hamparan pantai yang lebih pendek dan perairan yang
lebih sempit, mereka dapat menghasilkan ikan yang lebih banyak. Drs. Ari Ginanjar
Agustian membangun ilmu ESQ. Waktu ilmu diperkenalkan kepada beberapa karyawan
pabrik, menunjukan peningkatan hasil kerja yang lebih memuaskan, padahal ESQ ini
sebenarnya cara berdakwah biasa yang dikemas dengan ilmu, yang kebetulan ilmu ini
dia yang menemukan. Dan contoh-contoh diatas, bukan saja ilmu mengandung potensi
ekonomi, bahkan menyimpan uang di bank syariah yang tidak diberi bungapun dapat

mendatangkan keuntungan berkat ilmu. Bagaimanakah kita akan menolak ilmu padahal
ayat-ayatnya di dalam Al Qur'an sangat banyak.
Ilmu ekonomi pertanahan banyak cabangnya. Yang mula-mula tumbuh adalah
perkebunan besar pada zaman kolonial dengan lahirnya Agiarische Wet. Dalam tempo 20
tahun, Belanda menjadi makmur berkat hasil perkebunan besar di Indonesia. Setelah
Indonesia merdeka, walaupun udang-undang pertanahan bemama Undang-Undang
Pokok Agraria, meniru nama Agrarisch Wet, namum perkebunan besar tidak tumbuh
pesat. Di zaman modern negara yang bangkit dengan perkebunan besar adalah Malaysia.

Karena mereka kekurangan tenaga kerja, maka tenaga kerja Indonesialah yang
mengerjakannya. Walaupun Indonesia mempunyai tanah pertanian jauh lebih luas dari
Malaysia, namun dalam bidang kelapa sawit dan karet, Malaysia yang unggul. Indonesia
bukan dalam bidang ini saja ketinggalan, bahkan dalam menghasilkan beras, gula,
bawang putih dll. Coba bayangkan, semua produk pertanian modalnya sama-sama tanah,
pupuk, obat anti hama dan teknologi, tetapi harga hasil pertanian impor dimana biaya
produksi sudah ditambah dengan ongkos angkut dan keuntungan pedagang, masih lebih
murah dan produksi dalam negeri. Ini menunjukan ada masalah di dalam negeri, apakah
di sektor pertanahan, perdagangan dll. Kalau dalam bidang pertanian harga tanah masih
murah, Indonesia kalah bersaing, bagaimana pula dalam bidang industri dan jasa dimana
harga tanah jauh lebih tinggi.
Untuk melihat potensi ekonomi di dalam tanah, mari kita meninjau ke luar negeri.
Kemenangan komunisme Rusia berkat dukungan kaum buruh, di Asia Mou Ce Tung
membangun komunisme berbasis kaum tani karena industri di Cina belum tumbuh.
Cemas petani Jepang akan dirayu kaum komunis, Mac Athur, penguasa Jepang setelah
kalah perang, cepat-cepat memperkenalkan landreform kepada petani Jepang. Jepang
bangkit berkat landreform yang kemudian ditiru Taiwan dan Korea Selatan. Demikian
makmurnya mereka, sehingga rakyat tidak sabar pemerintah membangun jalan agar
dapat dilalui mobil atau melewatkan traktor ke sawah-sawah, maka rakyat berinisiatif
membangun sendiri jalan-jalan secara swadaya dengan teknologi yang bernama
konsolidasi. Indonesia juga melaksanakan landreform, tetapi nama itu hilang ditelan
Orba dan konsolidasi malah ditakuti. Lembaga yang mempeloporinya yang berhasil
membangun jalan dengan swadaya dilikwidasi. Lembaga pengganti tidak melakukannya
lagi, kecuali sekedar nama. Konsolidasi yang paling berhasil dilaksanakan di Padang.
Untuk membangun jalan sepanjang 20 km tanahnya didapat secara gratis dari pemilik
tanah yang memberikan secara gratis mendapat untung berlipat-lipat, karena yang
diberikan maksimum 1/3 dari luas tanah dan yang 2/3 harganya naik berlipat-lipat.
Untuk melihat besarnya potensi ekonomi yang terdapat di dalam tanah, kita lihat dari
wawancara Prof. Dr. B.J. Habibie selaku Direktur Utama Industri Pesawat Terbang
Nurtanio sepulangnya dari Amerika Serikat. Untuk merakit pesawat N 250 di Amerika
Serikat, ia ditawari tanah seharga Rp. $ 0,50 atau kira-kira Rp. 1.150,- per m2 saat itu.
Kalau pabriknya diperluas di Bandung, harga pembebasan Rp. 20.000,- termurah dan
Rp. 200.000,- termahal. Ini artinya untuk membangun pabrik di Bandung harus
mengeluarkan dana besar untuk pengadaan tanah. Di sekiar Jakarta banyak berdiri kotakota baru. Bila kita selidiki, harga pembebasan tanahnya di bawah Rp. 1.000,- per m2
Dimanakah kesalahan kebijaksanaan pertanahan Indonesia ?
Kesalahan pertama dan utama pada intansi Pajak Bumi dan Bangunan. Di Amerika ada
negara bagian yang prosentase pajak tanah tahunannya (PBB) 7% dan harga tanah,
Taiwan dan Jepang 1,5%, India 14%, tetapi di Indonesia tarif pajak 0,5%, nilai jual
obyek pajak (NJOP) 20 %, maka PBB efektif O.1 %. Artinya, pemerintah negara bagian
di Amerika Serikat memperoleh pendapatan 70/1.000 dari harga tanah, Jepang dan
Taiwan 15/1.000, India 140/1.000 dan Indonesia 1/1.000. Peibandingan penerimaan dana
dari tanah 70:140:15:1. Bila pemerintah membeli tanah, di Amerika hanya membayar
100/7 kali pajak yang dibayar, di Jepang dan Taiwan 15/1.000, di India 14/100 dan di
Indonesia 1.000/1. Perbandingan pengeluaran untuk membeli tanah 0,07 : 0,15 : 0,014 :
1.000. Artinya Indonesia menerima pendapatan dari pajak tanah sangat kecil dan

membayar harga pembelian tanah sangat besar. Kondisi ini yang menyebabkan harga
tanah naik tanpa kendali, biaya pembangunan meningkat dan spekulasi tanah dan
bangunan marak dimana-mana. Banyak bangunan itu yang tidak dimanfaatan sampai
saat ini, sedang cicilan dan bunga bank harus dibayar. Dana yang digunakan untuk
spekulasi tanah dan bangunan banyak yang berasal dari luar negeri lumayan besarnya,
bahkan dalam bentuk pinjaman jangka pendek. Pada saat cicilan hutang tidak mampu
dibayar, nilai rupiah dijatuhkan. Para ahli mengatakan hal itu akibat konyungtur yang
merupakan ciri dari pembangunan ekonomi karena mereka menganut paham Falsafah
Barat. Selama sistim tarif pajak PBB saat ini belum direvisi, selama itu harga tanah
tidak bisa dikendalikan dan biaya pembangunan di Indonesia akan tetap tinggi.
Bagaimana kalau prosentase pajak diluar negeri ditetapkan di Indonesia untuk
meningkatkan pemasukan uang dari tanah dan menurunkan belanja negara untuk
pengadaan tanah?
Untuk itu yang harus direvisi adalah pasal 5 UU PBB dan PP No. 46 Tahun 1985.
Karena hanya satu pasal dan / atau satu PP, waktu yang dibutuhkan tidak lama. Yang
mungkin dirugikan adalah kreditor yang tanahnya dijaminkan ke bank. Kerugian ini
sepantasnya diganti oleh negara. Yang meningkat tajam sesudah itu permintaan akan
rumah.
Masalah lain yang menjadi penyebab tidak tergalinya, instansi BPN terlalu lambat
mendaftaran seluruh bidang tanah sehingga instansi PBB tidak mengetahui semua
bidang tanah yang menjadi obyek PBB. Dalam penelitian di Kota Semarang, temyata 1/3
dari bidang tanah tidak dibayar pajaknya karena intansi pajak tidak mengetahuinya.
Kalau di Jawa saja, dalam kota lagi, keadaannya seperti itu, apalagi di luar Jawa.
Kelambatan ini disebabkan karena pengaruh sistim pendaftaran tanah kolonial dengan
ketelitian yang sangat tinggi sehingga membutuhkan waktu yang sangat lama untuk
mendaftarkan sebidang tanah. Bila tingkat ketelitian pengukuran diturunkan, prosesnya
dapat dipercepat. Untuk itu konsepsi pertanahan hukum yang dianut BPN harus dirobah
menjadi pertanahan ekonomi, sehingga tidak mempunyai alasan lagi kenapa pendaftaran
tanah lambat: Secara ekonomi, lebih besar kebutuhan pemerintah didaftarkannya setiap
bidang tanah dari kebutuhan pemilik tanah. Oleh karena itu selayaknya pendaftaran
tanah itu dilaksanakan secara gratis untuk mendapatan data pertanahan tsb. Anehnya,
kalau dalam penyusunan UUPBB hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya tidak
dijadikan dasar untuk menyusun peraturan, begitu juga hasil penelitian pendaftaran tanah
di Semarang tidak dijadikan dasar untuk menyusun peraturan pedaflaran tanah. Sebagai
gantinya dipakai teknologi pendaftaran Australia. Pendaftaran tanah Australia sangat
terkenal di dunia dengan nama Pendaftaran Tanah Torrens. Cirinya, sistim pendaftaran
positif, jual beli tanah dapat dilakukan dimana saja secara langsung dengan minta data
pertanahan ke kantor pendaftaran tanah walaupun menggunakan telegraf saat itu, kalau
sekarang tentu bisa menggunakan fax, ada dana asuransi untuk mengganti kerugian yang
diderita pemilik kalau terjadi kekeliruan. Semua ciri-ciri yang terdapat pada pendaftaran
tanah Australia tidak dijumpai pada sistim pendaftaran tanah Indonesia.
5. Masalah dari segala masalah
Bangsa Indonesia terbelakang dalam hal-hal yang positif dan unggul dalam hal-hal yang
negatif, seperti korupsi, pronografi dll. Kekayaan alam yang dikaruniakan Allah kepada
Bangsa Indonesia tidak membawa manfaat, malah sebaliknya membawa kepada
kehancuran. Dalam hal ini kita teringat kepada peringatan Allah yang sangat keras dalam

Surat al Ma'un sbb.:
"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. ltulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi
orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dan shalatnya, orang-orang yang
berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna" (QS. 107:1-7).
Yang membedakan seorang muslim dengan non muslim adalah shalatnya. Kalau orang
yang shalat saja dikatakan Allah orang yang mendustakan agama, ini menunjukan bahwa
intinya agama bukan terletak pada ibadah, walaupun ibadah itu wajib. Akan lebih jelas
lagi bahwa inti agama bukan pada ibadah kalau seorang wanita lacur yang memberi
anjing yang kehausan minum akan masuk surga. Hal ini baru kita pahami kalau kita baca
pada akhir surat yang dikutip diatas Allah mengatakan orang yang mendustakan agama
itu, "enggan (menolong dengan) barang berguna". Si pelacur tidak enggan menolong
anjing kehausan dengan air, sebab air itu barang yang berguna bagi si anjing. Kalau
dengan air seteguk saja mampu membawa si pelacur masuk surga, bagaimana kalau yang
diberikan itu air kehidupan yaitu ilmu dan teknologi sebab Allah itu juga bernama Al
Aliim. Untuk memahami ilmu Allah, pedomannya adalah Al Qur'an. Membaca Al
Qur'an tidak ada manfaatnya kalau tidak dipahami. Kalau dipahami tidak ada artinya
kalau tidak dipikiri. Inilah yang dilupakan selama ini dan inilah yang harus kita
dakwahkan untuk membangun umat.
Penulis adalah Peneliti Agama dan Budaya

Sumber:
Suara Muhammadiyah
Edisi 07-2002