S IND 1003231 Chapter1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Sastra anak dipandang sangat penting dan berpengaruh pada pola pikir
anak, yang bermula dari bacaan mereka. Sastra anak merupakan media untuk
membangun kecintaan anak pada kebiasaan membaca yang harus dipupuk sejak
dini. Sastra anak dalam penelitian ini mengacu pada pengertian karya sastra yang
dibuat oleh orang dewasa dan diperuntukkan bagi kalangan pembaca anak-anak
(Trimansyah, 1999:20)
Karya sastra anak juga harus mewakili kehidupan yang dekat dengan
kehidupan anak. Lewat sastra anak, seorang anak akan melihat seorang tokoh
berperilaku dalam hidupnya dan mengatasi masalah yang tokoh alami. Melalui
karya sastra anak inilah, seorang anak akan mengalami proses peniruan karakter
tokoh pada karya sastra dengan kehidupan sehari-harinya yang disebut dengan
proses identifikasi. Proses identifikasi ini diharapkan sesuai dengan pandangan
bahwa laki-laki dan perempuan memiliki peran yang sama sehingga memberikan
pelajaran pada anak akan kesetaraan gender dalam bersikap di dalam masyarakat.
Karya sastra juga merupakan sebuah kritik sosial terhadap sebuah
peristiwa dalam masyarakat. Dunia anak yang penuh dengan imajinasi dan impian
harus diarahkan pada suatu pola pikir kritis. Ini bisa diperoleh seorang anak yang

membiasakan dirinya membaca karya sastra. Tujuan penulisan sastra anak juga
harus disesuaikan dengan usia, dan kemampuan anak.
Tidak beda dengan sastra pada umumnya sastra anak juga berbicara
tentang kehidupan manusia baik itu laki-laki ataupun perempuan. Baik sastra yang
ditulis oleh laki-laki maupun perempuan. Sayangnya, secara historis kita terbiasa
membaca dan menerima karya sastra yang ditulis dengan kaca mata maskulin.
Secara tradisional sastra lebih mengutamakan sifat dan ciri kelelakian daripada
dengan ciri keperempuanan. Salah satu faktor yang harus diakui bahwa kita
dibesarkan

dengan

dongeng-dongeng

yang

merajakan

1
Inayah Hikmahwati, 2014

Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

laki-laki

dan

2

menghambakan perempuan. Begitu pula dengan karya sastra anak yang
memberikan stereotipe laki-laki atau perempuan secara tradisional dengan
perempuan sebagai penderita sehingga melahirkan ketidakadilan gender dalam
sastra anak (Sunarto, 2009, hlm. 15-16).
Karya sastra anak juga tidak lepas dari pemikiran tradisional tentang
penggambaran seorang laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Tampilan
media yang cenderung memposisikan perempuan pada kecenderungan yang
menempatkan perempuan lebih baik banyak peran gender reproduktif (sektor
domestik) dibandingkan dengan peran gender produktif (di sektor publik)
dikarenakan adanya dominasi laki-laki dalam kehidupan kita. Ini menyebabkan
adanya batasan yang membedakan kaum laki-laki maupun perempuan dalam

perlakuan yang berbeda berdasarkan gendernya, baik itu secara biologis, budaya,
agama maupun ekonomi yang menyudutkan kaum perempuan. Konsep gender
dalam hal ini yaitu suatu sikap yang melekat pada kaum laki-laki maupun
perempuan yang diskontruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya saja
penggambaran perempuan sebagai sosok yang dikenal lembut, cantik, emosional
ataupun keadilan sedangkan laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa
(Fakih, 2008, hlm. 8)
Pandangan

masyarakat

mengenai

gender

sekian

lama

terbentuk


berdasarkan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Pembedaan ini bukan
hanya berdasarkan perbedaan jenis kelamin dan faktor biologis. Pembedaan yang
dimaksud mengandung arti konstruksi laki-laki dan perempuan yang dibentuk
oleh masyarakat ketika melekatkan karakteristik tertentu, baik secara fisik,
kepribadian, maupun kognitif.
Ketidakadilan yang terjadi baik pada kaum laki-laki ataupun perempuan
seharusnya dapat dihindari dengan pemahaman akan kesetaraan gender sejak dini
melalui karya sastra anak. Ketidakadilan ini terlihat dari peran gender yang
digambarkan dalam cerpen yang memposisikan perempuan ataupun laki-laki.
Adanya peran perempuan yang menyudutkan posisinya dan menjadikan kaum
laki-laki yang mendominasi.

Inayah Hikmahwati, 2014
Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Banyaknya penulis dan pengarang perempuan yang memperjuangkan

haknya sebagai manusia tanpa dibedakan dalam tulisanya menimbulkan
munculnya gerakan feminisme. Gerakan feminisme ini bertujuan untuk menuntut
kesetaraan hak perempuan yang sering kali dikesampingkan dalam masyarakat.
Melalui sastra anak, kesetaraan gender diterapkan sejak dini kepada anak.
Pengetahuan akan kesetaraan gender yang tidak didapatkan melalui pendidikan
non formal menjadikan sastra anak sebagai media pembelajaran kesetaraan
gender pada anak.
Kehidupan masyarakat modern pada era ini mulai memudarkan patriarki,
khususnya dalam peran gender perempuan yang sebelumnya hanya bekerja pada
sektor domestik. Peran perempuan yang mulai terlihat pada sektor produktif
seperti bekerja di kantor dan berkarir.
Pergeseran peran perempuan yang tak lagi bekerja pada faktor domestik,
mulai berpengaruh dengan perkembangan karya sastra yang banyak mengangkat
mengenai kasetaraan gender ini. Seperti halnya pada karya sastra dewasa, sastra
anak sebagai media pengenalan sastra kepada anak juga terpengaruh dengan
adanya pandangan baru akan kesetaraan gender ini.
Perjuangan untuk kesetaraan diperjuangkan dari zaman Kartini sudah sejak
abad ke 18. Perjuangan akan kesetaraan perempuan harus terus dilakukan sebab
masih banyak perempuan yang masih terbelenggu oleh patriarki dalam
masyarakat. Kepedulian dunia akan hak perempuan terealisasi melaui konferensi

Perserikatan

Bangsa-Bangsa

(PBB)

untuk

penghapusan

segala

bentuk

diskriminasi terhadap perempuan (CEDAW).
Sidang yang dilaukan CEDAW terhadap negara anggotanya termasuk
Indonesia pada sidang ke 52 pada tahun 2012 menemukan bertambahnya jumlah
peraturan daerah yang mendiskriminasikan perempuan. Ada 282 kebijakan
pemerintah di seluruh daerah yang mendiskriminasikan hak-hak konstitusional
perempuan (Kompas, 8 Juli 2012).

Adanya Perda yang mendeskriminasikan perempuan seperti yang terjadi di
Aceh misalnya mengenai pelarangan perempuan menggunakan celana saat
mengendarai sepeda motor merupakan sebuah bentuk diskrimanasi terhadap
Inayah Hikmahwati, 2014
Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

perempuan dimana perempuan mendapatkan kerugian dan acaman bahaya ketika
mengguakan rok saat berkendara. Disamping masih adanya Perda yang
mendiskriminasikan perempuan, pemerintah Indonesia dalam pengusutan gender,
dan atas upayanya menghalang kerjasama dengan para pemangku kepentingan
termasuk komnas HAM dan Komnas perempuan mendapat penghargaan.
Keberhasilan memajukan kesetaraan gender dalam berbagai peraturan,
dalam bidang ekonomi dintaranya program Desa Prima (Perempuan Indonesia
Maju Mandiri) yang memberikan advokasi pelatihan praktis bagi perempuan
untuk meningkatkan ekonomi kaum perempuan. Di bidang politik, UU No.8
tahun 2012, Pemilihan Umum dan UU No. 25 tahun 2011, tentang kesetaraan
gender dalam poliik yaitu memberi mandat untuk melibatan 30 persen perempuan

sebagai dewan ekseutif tingkat daerah maupun nasional (Jurnas.com).
Bacaan anak dianggap sebagai media yang dapat menjadi alat untuk
memahamkan kesetaraan gender. Majalah Bobo adalah salah satu bacaan anak
yang memberikan wawasan dan mencerdaskan anak, dengan rubrik yang sangat
bermacam-macam. Majalah Bobo terbit pertama kali pada tanggal 14 April 1973.
Majalah ini adalah versi lain dari aslinya, yang berasal dari Belanda.Edisi bahasa
Indonesianya diterbitkan sekali dalam seminggu, sedangkan di Belanda
diterbitkan dua minggu sekali. Konstribusi Majalah Bobo pada bacaan anak-anak
sudah terbukti dan terpercaya kualitas dan kuantitasnya dalam sastra anak dengan
lamanya majalah ini hadir 40 tahun, mewarnai dunia sastra anak.Alasan inilah
yang membuat penulis menetapkan pilihan pada Majalah Bobo sebagai sampel
untuk mewakili karya sastra anak.
Salah satu rubrik yang paling diminati dalam majalah ini adalah cerpen.
Cerpen (dalam Kamus Istilah Sastra ) merupakan kisahan yang memberi kesan
tuggal yang dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi dramatik,
salah satu genre karya sastra yang mudah didapatkan dan banyak diciptakan untuk
anak.Cerpen dalam Majalah Bobo hadir dengan mendominasi isi majalah, dengan
3 hingga 4 cerpen setiap terbitnya. Melalui cerpen anak yang memberikan
pengetahuan mengenai kesetaraan gender sangat dibutuhkan oleh seorang anak.


Inayah Hikmahwati, 2014
Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

Kesadaran masyarakat akan hak-ha perempuan melalui kesetaraan kedudukannya
dengan laki-laki mulai muncul ditengah masyarakat.
Majalah Bobo tahun 2012 dipilih sebagai tahun dimana mulai munculnya
kembali kepedulian terhadap hak-hak perempuan. Setelah tahun 90an era Kartini
memperjuangkan emansipasi perempuan, setelah rentang yang panjang isu
kesetaraan mulai muncul pada sastra anak. Tahun 2012 diambil sebagai sampel
pandangan masyarakat saat ini mengenai kedudukan perempuan di masyarakat.
Pemilihan tahun 2012 ini juga didasarkan pada penemuan cerpen anak, yang
mengangkat tentang kesetaraan gender dimana banyak peraturan pemerintah
tentang kesetaraan gender dalam poliik yaitu memberi mandat untuk melibatan
30 persen perempuan sebagai dewan ekseutif dan mulai tumbuhnya kesadaran
masyarakat akan kesetaraan gender pada perempuan.
Pemilihan cerpen yang dijadikan sampel penelitian dilakukan berdasarkan
isu kesetaraan gender yang ada dalam majalah Bobo tahun 2012. Empat cerpen

yang mengangkat isu kesetaraan diantaranya cerpen yang berjudul ”Memilih
Cita-Cita”, “Piring Baru”, “Celemek Raka”, dan “Bersahabatlah Denganku”.
Kesetaraan akan gender juga terlihat pada cerpen anak majalah Bobo.
Misalkan saja dalam cerpen Majalah Bobo berjudul Piring Baru yang
memposisikan perempuan pada pekerjaan domestik seperti mencuci piring dan
membersihkan rumah akan tetapi terdapat pandangan kesetaraan dengan
memposisilkan laki-laki juga yang tak beda dengan perepuan untuk mencuci
piring. Begitu juga dengan beberapa cerpen majalah Bobo tahun 2012 yang sduah
mengangkat kesetaraan gender di dalamnya.
Melalui kajian kritik sastra feminis ideologis pembaca diajak untuk
memahami dan menafsirkan teks yang melibatkan pembaca perempuan. Adanya
pandang baru masyarakat menegenai kesetaraan gender dalam sastra anak menjadi
angin segar bagi perempuan dalam peranya dalam masyarakat.
Penelitian sebelumya dilakukan oleh Suharyani (1993) pada majalah anakanak Bobo dan Ananda periode tahun 1980-an menemukan adanya pencitraan
perempuan yang marginal dan senantiasa berada di pinggiran dinamika sosial
yang terdapat pada cerpen, cergam maupun feature. Dalam cerpen anak ini dapat
Inayah Hikmahwati, 2014
Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


6

terlihat dari penggambaran tokoh pada cerpen yang masih menggunakan sudut
pandang patriarki.Contohnya saja penggambaran sosok laki-laki yang cenderung
pada sosok heroik dan perempuan sebagai penderita ataupun sebagai sampingan.
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan mengenai Nilai Kesetaraan
Gender dalam Lagu Tak Lelo Lelo Lelo Ledhung oleh Yulianeta dalam sebuah
seminar makalah. Hasil dari penelitian, bahwa Lagu Tak Lelo Lelo Lelo Ledhung
merupakan warisan budaya Jawa yang sangat kental dengan ideologi patriarki,
menyimpan artefak budaya yang memiliki nilai kearifan dan kesetaraan dalam
memandang posisi, peran, dan kedudukan laki-laki dan perempuan. Adapun
penelitian mengenai Analisis Wacana Ideologi Gender pada Media Anak-Anak
juga pernah dilakukan oleh Sunarto, yang menemukan adanya ideologi gender
yang ada pada bacaan anak-anak.
Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu, yaitu terletak pada
objek kajian yang menggunakan objek kekinian yaitu Majalah Bobo tahun 2012
sebagai cermin masyarakat modern saat ini, yang sudah mulai menggangkat
mengenai kesetaraan gender. Kesetaraan gender yang mulai berkembang di
masyarakat mulai berpengaruh pada sastra anak. Cerpen Majalah Bobo tahun
2012 yang akan dijadikan sampel karya sastra anak. Penelitian akan difokuskan
pada kesetaraan gender yang terlihat dari peran gender dalam masyarakat.
Penggalian akan peran gender dalam cerpen anak bertujuan untuk membangkitkan
kembali akan kesadaran dan kesetaraan akan gender pada generasi muda.
Pandangan

masyarakat

yang

meletakkan

perbedaan

karakteristik-

karakteristik pada laki-laki dan perempuan memunculkan peran gender dalam
memposisikannya dalam bermasyarakat baik secara emosional, fisik maupun
kognitif. Mulai berkembangnya simpati akan

persamaan hak perempuan di

masyarakat.
Mulai bergesernya ideologi patriarki dalam masyarakat, memunculkan
harapan dan pandangan akan kesetaraan yang mulai disadari oleh masyarakat,
melaui cerpen anak yang memberikan arahan mengenai persamaan gender dan
kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan.

Inayah Hikmahwati, 2014
Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Penelitian ini sangat penting dilakukan untuk mendeskripsikan bahwa
mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat mengenai kesetaraan gender yang dapat
terlihat dari cerpen anak majalah Bobo yang mulai mengangkat akan isu
kesetaraan gender.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengajukan
rumusan masalah penelitian dengan tujuan agar permasalahan dalam penelitian
menjadi jelas. Rumusan masalah dimaksud sebagai berikut:
1. Bagaimana

struktur

yang

membangun

cerpen

“Piring

Baru”,

Bersahabatlah Denganku”, “Memilih Cita-Cita”, dan “Celemek Raka”?
2. Bagaimana peran gender dalam cerpen “Piring Baru”, Bersahabatlah
Denganku”, “Memilih Cita-Cita”, dan “Celemek Raka”?
3. Bagaimana pandangan akan kesetaraan gender yang ada dalam cerpen
“Piring Baru”, Bersahabatlah Denganku”, “Memilih Cita-Cita”,

dan

“Celemek Raka”?
1.3. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masalah yang dimunculkan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan struktur yang membangun cerpen “Piring Baru”,
Bersahabatlah Denganku”, “Memilih Cita-Cita”, dan “Celemek Raka”.
2. Medeskripsikan peran gender pada cerpen “Piring Baru”, Bersahabatlah
Denganku”, “Memilih Cita-Cita”, dan “Celemek Raka”.
3. Mendeskripsikan pandangan akan kesetaraan gender yang ada dalam
cerpen “Piring Baru”, Bersahabatlah Denganku”, “Memilih Cita-Cita”,
dan “Celemek Raka”.

Inayah Hikmahwati, 2014
Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca dan penulis
khususnya sastra anak, baik yang bersifat teoretis maupun yang bersifat
praktis. Manfaat penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah sumbangan khasanah
ilmu kesusastraan khususnya adanya kesetaraan gender pada sastra anak.
Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna sebagai sumber referensi dan
rujukan bagi para pembaca, terutama informasi mengenai peran gender pada
cerpen Majalah Bobo yang mangangkat akan kesetaraan gender.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan hasil dari penelitian ini berguna bagi para pembaca baik secara
langsung maupun tidak langsung untuk menambah tingkat apresiasi terhadap
karya sastra anak, khususnya cerpen anak.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk para penulis dan
pembaca sastra anak akan pemahaman gender pada anak.
Diharapkan hasil dari penelitian ini cerpen Majalah Bobo,digunakan oleh
masyarakat untuk media pembelajaran mengenai kesetaraan gender yang tidak
didapatkan anak dalam pendidikan formal.

Inayah Hikmahwati, 2014
Kesetaraan Gender Dalam Empat Cerpen Majalah Bobo Tahun 2012
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu