MAJALAH RISTEKDIKTI EDISI 1 2017.. page1

Vol.7.I.2017

1

2

Vol.7.II.2017

Salam Redaksi

Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi
Vokasi Pasti!

Pembaca yang budiman, tak disangka dan dinyana
waktu terasa sangat cepat, hingga tak kira kini
majalah Ristekdikti sudah terbit lagi dengan edisi
ke-1 di tahun 2017 ini. Kesinambungan ini tak lepas
dari antusiasme pembaca yang menginginkan
dan mengharapkan bahwa majalah ini akan terus
muncul untuk berbagi mengenai informasi yang
ada di bidang Riset, Teknologi, dan Pendidikan

Tinggi di Indonesia.
Tema pada edisi kali ini akan mengangkat
mengenai “Revitalisasi Pendidikan Tinggi Vokasi”.
Munculnya rencana program revitalisasi pendidikan
tinggi vokasi diawali karena pihak industri
seringkali mengeluh karena lulusan dari perguruan
tinggi belum cukup relevan dengan kebutuhan
industri, baik dari segi kompetensi, maupun
jumlahnya yang masih dianggap kurang.
Program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi
sendiri menjadi program prioritas dari Kementerian
Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di tahun
2017 dalam rangka mendukung pemenuhan
kebutuhan industri dan pemantapan program
Nawacita yang digadang oleh Pemerintah. Tujuan
akhirnya jelas, yaitu semua lulusan vokasi itu

harus mendapatkan pekerjaan sesuai dengan
kompetensinya. Tidak boleh ada yang menganggur
dan tidak boleh mendapatkan pekerjaan tetapi

tidak sesuai kompetensinya. Industri harus
mendapatkan pasokan tenaga kerja yang
kompeten.
Maka pada edisi ke-1 tahun 2017 ini, redaksi akan
coba mengupas tuntas, sebenarnya bagaimana
program revitalisasi pendidikan tinggi vokasi akan
dijalankan. Redaksi akan mengupas satu-persatu
alasan mengapa program ini menjadi begitu
penting baik dari sisi kebijakan maupun dari
sisi pengguna lulusan pendidikan tinggi vokasi,
ataupun opini dari sosok-sosok yang juga banyak
berpengalaman di bidang vokasi.
Mengutip pernyataan Presiden Amerika Serikat
ke-16 Abraham Lincoln, “Kalau kita tidak
merencanakan masa depan karena kita hidup
pada jaman sekarang, maka kita akan tetap berada
di masa lalu”, maka revitalisasi pendidikan tinggi
vokasi ini adalah investasi. Investasi Sumber
Daya Manusia Indonesia di masa depan. Selamat
membaca.

Vol.7.I.2017

3

Daftar Isi
RUBRIK

Volume 7 | I | 2017

Pelindung

Mohamad Nasir

Pembina

Ainun Na`im

Penanggung Jawab
Nada Marsudi


Pimpinan Redaksi
Wawan Bayu Prasetya

Kabar

Smartphone Rakyat
Indonesia

6

Redaktur Pelaksana
Doddy Zulkili

Penyunting Naskah

Dinna Handini, Yoggi Herdani, Firman Hidayat

Sepuluh Politeknik Negeri
Tandatangani Perjanjian Kerja
Sama dengan Industri


Penulis

Satya Herlina, Suryo Boediono,
Lalang Saksono, Indriyani

Distribusi

Tinjau Progres Pesawat N219
Tingkatkan Sinergi Ristekdikti
Melalui Rakernas
Indonesia-Inggris Sepakati 10
Proyek Penelitian Kolaboratif,
Memperkuat Kerjasama Riset
dan Inovasi
Yuk Intip Vlog Pertama
Menristekdikti, Mohamad Nasir
Bareng Dubes Inggris

8


Tokoh
Bet El Silisna Lagarense, Srikandi
Pariwisata Indonesia

10

M.S Fajri

7

Fotografer

Fatimah Larasti
Ifan F. Harijanto
Ardian Syaputra

Kontributor

Syarief Obaidillah

Citra Larasati
S. Sundari
Neneng Zubaidah
Rini Suryati

Sekretariat

Winda, Nita Nurita, Wicky B.P

Alamat Redaksi

Bagian Publikasi dan Dokumentasi
Biro Kerjasama dan Komunikasi Publlik
Setjen Kemenristekdikti
Gedung. D Lt.8, Jl. Jendral Sudirman,
Pintu 1 Senayan, Jakarta

Laporan Utama
Tidak Boleh Ada Lulusan
Politeknik Yang Menganggur

Pendidikan Tinggi Vokasi
diharapkan dapat Cetak Guru
Vokasi yang Handal

16

Lulusan Manufaktur yang Sukses
Mendirikan Pabrik

Aktual
Politeknik Tidak Boleh Hanya
Melamun

4

Vol.7.II.2017

Layout dan Grais

Boni Agusta, Widiasmi Pangestika,

Ageng Prasetyo
Nomor ISSN : 2502-7344
SK ISSN : 0005.25027344/Jl.3.1/SK.ISSN/2017.03

Daftar Isi
Ragam

18

Lulusan Poliseni Yogyakarta,
Belum Lulus Sudah Diminati Industri

Feature

22

Menelisik Lebih dalam
Universitas Mataram
Untad Siap Mengejar
Mimpi Jadi PTN WCU

Geliat Amikom menjadi Percontohan
di NTB

30

Opini
Melahirkan Lulusan Siap Kerja dan
Mandiri
Revitalisasi Politeknik, Membangun
Kemandirian dan Peradaban

34

Etalase
Memajukan Pendidikan Tinggi Indonesia
Dengan Program World Class Professor

36

Rana

Politeknik Negeri Medan

42

Sosok
Inovator Mentok Mengejar Paten dan
Publikasi
Pengembangan dan PembinaanPerguruan
Tinggi Swasta Bidang Vokasi

Infograis

46

Updating jumlah PTN/vokasi/jumlah
dosen/jumlah mahasiswa
Updating Jumlah Publikasi Internasional

Inovasi

50

Buat Tanaman Berbicara
Mobil Berbahan Bakar Air, Mengapa Tidak?

52

Alat Pendeteksi Dini Penyakit Jantung

54

Vol.7.I.2017

5

Kabar

Smartphone Rakyat Indonesia
CIKARANG – Peneliti Indonesia telah mampu menciptakan
smartphone yang sebentar lagi akan diproduksi perdana
secara massal. Produk ini dikembangkan oleh Institut
Teknologi Bandung (ITB). Kemenristekdikti, Melalui skema
pendanaan inovasi perguruan tinggi di industri, pada
tahun 2016 memberikan pendanaan kepada ITB untuk
mengembangkan dan menghilirisasikan produk smartphone
4G.
Menristekdikti, Mohamad Nasir, di sela-sela kunjungannya
ke PT. VS Technology Indonesia, Rabu (11/1), mengatakan
riset-riset yang dihasilkan anak bangsa jangan sampai hanya
berhenti di perspustakaan, tetapi harus dikomersialisasikan
sehingga manfaatnya dapat dirasakan masyarakat. Dirinya
merasa bangga dan berharap produk ini bisa mengambil
pasar, bisa kompetitif, punya nilai tambah, dan menjadi
kebanggaan.

Sepuluh Politeknik Negeri Tandatangani
Perjanjian Kerja Sama dengan Industri
YOGYAKARTA - Sebagai wujud nyata pelaksanaan program
revitalisasi pendidikan tinggi vokasi, 10 politeknik negeri
menandatangani kerja sama dengan mitra industri dalam
bidang energi, ketahanan pangan, dan perhubungan.
Penandatanganan kerja sama tersebut dilaksanakan
bersamaan dengan Rakernas Kemristekdikti Tahun
2017 di UGM Yogyakarta dan disaksikan langsung oleh
Menristekdikti dan jajaran pejabat Kemristekdikti.
Pada kerja sama bidang energi ditandatangani perjanjian
antara Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dengan
PT LEN Industri (Persero) dan Politeknik Negeri Banjarmasin
dengan PT Trakindo Utama. Pada bidang ketahanan pangan
ditandatangani perjanjian kerja sama antara Politeknik
Pertanian Negeri Pangkep dengan PT Nusa Indah Kalimantan
Plantations, Politeknik Negeri Jember dengan PT Benih
Citra Asia, dan Politeknik Negeri Malang dengan PT Labtech
International LTD.

Tinjau Progres Pesawat N219
BANDUNG – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir menyampaikan
apresiasi kepada segenap personil PT Dirgantara Indonesia
yang telah bersusah payah mengembangkan pesawat
karya anak negeri. Hal ini disampaikan Menristekdikti pada
saat meninjau kemajuan proses produksi Pesawat N219
di Hanggar PT Dirgantara Indonesia, Bandung pada senin
(27/2).
Kemajuan proses produksi prototype Pesawat N219 saat ini
memasuki fase basic airframe dan basic system installation.
Setelah fase tersebut, N219 akan melakukan berbagai
macam uji fungsi (functional test) untuk memastikan setiap
komponen berfungsi dengan baik. Selain itu, pada saat ini
juga tengah berlangsung pengujian wing static test.

6

Vol.7.II.2017

Kabar

Tingkatkan Sinergi Ristekdikti Melalui
Rakernas
YOGYAKARTA – Dalam rangka memperkuat sinergi antara
Pendidikan Tinggi, Pusat Penelitian, Industri, dan lembaga
terkait lainnya, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi (Kemenristekdikti) menyelenggarakan Rapat Kerja
Nasional (Rakernas) Kemenristekdikti 2017 pada senin (30/1)
di Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada (UGM)
Yogyakarta.
Membuka acara tersebut, Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir menyatakan
tujuan utama kegiatan Rakernas tahun ini adalah untuk
memperkuat sinergi antara Kemenristekdikti dengan
Perguruan Tinggi, Lembaga Pemerintah Non Kementerian
(LPNK), Balitbang Kementerian, dan lembaga terkait lainnya.

Indonesia-Inggris Sepakati 10 Proyek
Penelitian Kolaboratif, Memperkuat
Kerjasama Riset dan Inovasi
Jakarta – Menandai ulang tahun ke-1 Newton UK-Indonesia
Science & Technology Fund di 2017, Pemerintah Indonesia
dan Inggris mengumumkan 10 proyek penelitian kolaboratif
baru dalam berbagai topik yang memiliki relevansi dengan
pembangunan sosial ekonomi Indonesia. Acara yang
dihadiri oleh Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
Mohamad Nasir dan Duta Besar Inggris untuk Indonesia,
ASEAN, dan Timor Leste Moazzam Malik, diselenggarakan di
Ruang Auditorium gedung D Kemenristekdikti pada Rabu
(5/4).
Pada kesempatan tersebut, Menristekdikti menyatakan
bahwa ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi memaikan
peran penting dalam mendukung pembangunan ekonomi
masyarakat yang berbasis pengetahuan (knowledge based
society).

Yuk Intip Vlog Pertama Menristekdikti
Mohamad Nasir Bareng Dubes Inggris
Internet dan media sosial semakin penting dalam
mengkomunikasikan ide dan kebijakan pemerintah kepada
masyarakat. Data Techinasia menyebutkan per Januari 2017
ada 132 juta pengguna internet di Indonesia dan 106 juta
diantaranya merupakan pengguna aktif media sosial. Artinya,
sosialisasi kebijakan publik melalui media sosial menjadi
sarana komunikasi publik yang efektif dan eisien.
Lewat akun Youtube Mohamad Nasir, Menristekdikti
Mohammad Nasir mengunggah video blog (vlog)
pertamanya untuk menyapa dan lebih dekat dengan
para netizen. Dalam vlog berdurasi 2 menit 20 detik ini,
Menristekdikti dan Dubes Inggris mengumumkan kerjasama
bidang riset dan inovasi antara pemerintah Indonesia dan
Inggris. Vlog ini berlangsung dalam acara UK-Indonesia
Science & Teknology Fund Anniversary 2017, bertempat
di Ruang Auditorium Gedung D Kemenristekdikti, Jakarta
(05/04). (BiroKKP/Ristekdikti)
Vol.7.I.2017

7

Tokoh

Bet El Silisna Lagarense,
Srikandi Pariwisata Indonesia
Oleh : Indriyani
Foto : Indriyani

Indonesia sebagai negara Kepulauan, tidak dapat dipungkiri
memiliki lokasi-lokasi wisata yang menarik untuk didatangi
oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Dampak positif
dari kedatangan para wisatawan selain meningkatkan
perekonomian juga memperkenalkan beragam budaya
dan kesenian selain keindahan Indonesia. Namun, dampak
negatif terhadap pertumbuhan pariwisata juga harus
menjadi perhatian pemerintah, terutama terhadap keasrian
lingkungan hidup di sekitarnya seperti menurunnya kualitas
air, kualitas tanah, terganggunya ekosistem lora dan
fauna serta memberikan pengaruh terhadap budaya dan
lingkungan sosial budaya pada masyarakat setempat.
Hal-hal itu menjadi perhatian dari seorang wanita berdarah
Manado, tepat di usianya yang telah mencapai setengah

abad, telah berhasil mencapai jenjang akademik tertinggi
sebagai Guru Besar Pariwisata Pertama di Indonesia dan juga
Guru Besar Pertama untuk Politeknik di Indonesia.
Melalui orasi ilmiahnya mengenai “Model Pembangunan
Pariwisata Berkelanjutan dengan Pendekatan Pentahelix
Berbasis Digital” pada saat inaugurasi pengukuhannya
menjadi Guru Besar, Prof. Dr. Bet El Silisna Lagarense
menyampaikan konsep pembangunan pariwisata
berkelanjutan memiliki keseimbangan antara 3 (tiga) dimensi
yaitu aspek lingkungan, aspek ekonomi, dan aspek sosial
budaya. Banyak penelitian bidang ilmu kepariwisataan yang
telah dilakukan terutama tentang perkembangan industri
pariwisata, produk pariwisata, pemasaran dan promosi
pariwisata serta sistem informasi pariwisata.
“Program pengembangan pariwisata Indonesia, prinsipprinsip berkelanjutan hingga saat ini belum dapat
diimplementasikan secara maksimal dikarenakan masih
lemahnya koordinasi dan integritas dari semua pemangku

“Pariwisata sudah saatnya
menjadi industri penting,
sektor strategis dalam
meningkatkan ekonomi
negara yang harus dikelola
sungguh-sungguh dengan
sumber daya manusia
profesional”
- Prof. Bet

kepentingan sehingga pengembangan pariwisata dilakukan
secara sektoral saja,” demikian ditekankan oleh Prof. Bet.
Penelitian yang menjadi perhatian Prof. Bet selama
melakukan disertasi dengan memfokuskan pada
model pengembangan pariwisata berkelanjutan
dengan pendekatan pentahelix adalah sebagai upaya

8

Vol.7.II.2017

Tokoh

Sumber Foto : Google

untuk mengakselerasi pembangunan kepariwisataan.
Menurutnya bukan hanya tanggung jawab Pemerintah
saja, akan tetapi menjadi tanggung jawab semua
elemen dalam sistem pentahelix, dan bertujuan untuk
mengoptimalkan pengembangan pariwisata berkelanjutan
yang diimplemtasikan untuk percepatan pembangunan
kepariwisataan Indonesia.

Dengan prestasi ini, Prof. Bet telah memberikan inspirasi,
motivasi dan semangat bagi Dosen-Dosen Politeknik lainnya
untuk dapat berani melangkahkan kaki melompat menuju
batu loncatan yang lebih jauh lagi untuk menghasilkan
karya yang berguna tidak hanya bagi anak didiknya, namun
juga menjadi jawaban atas permasalahan yang terjadi di
masyarakat.

Melalui peluncuran bukunya “Tourism and Waterfront
Development”, dirinya juga menekankan akan pentingnya
pengendalian terhadap lingkungan perairan dan kelautan
yang juga menjadi sektor pariwisata yang terpenting di
Manado.

Sumbangsih Prof. Bet pada bidang ilmu pariwisata selain
memicu motivasi bagi para akademisi, juga menjadi
dukungan program Pemerintah dalam menaikkan target
kunjungan wisatawan sebanyak 20 juta wisatawan asing
ke Indonesia atau menaikkan pertumbuhan sebanyak 8 %
hingga tahun 2019. Dimana hingga saat ini, sektor pariwisata
yang telah menjadi salah satu program prioritas Pemerintah
telah memberikan kontribusi sebesar 4 % dari total
perekonomian Indonesia.

Prestasi besar yang di raih oleh wanita ini menarik perhatian
seorang jurnalis senior Reymoond ‘Kex’ Mudami untuk
menuliskan buku Biograi tentang dirinya “Melintasi
Tantangan Meraih Anugerah”. Betapa tidak, prestasi dan kerja
keras yang telah diraih oleh Prof. Bet membuktikan bahwa
seorang wanita juga dapat meraih gelar akademik Profesor,
gelar yang selama ini dianggap hanya menjadi tantangan
dan permasalahan, sanggupkah para Dosen terutama
mereka yang mengajar pada Politeknik untuk meraihnya.

Vol.7.I.2017

9

Laporan Utama

10

Vol.7.II.2017

prodi Profesi Guru. Inputnya bisa dari lulusan prodi Keguruan
Poltek dan Teknik dari Universitas atau Institut Teknologi.
Sebab untuk menjadi Guru Vokasi itu mereka harus memiliki
pengalaman atau Pendidikan Vokasi yang baik,” terangnya.
Selain itu Pemerintah juga akan menggandeng pihak swasta
untuk pengembangan dan Revitalisasi Pendidikan Tinggi
Vokasi ini. Hal ini berkaca dari Negara maju yang sudah
melibatkan industri kedalam Pendidikan Vokasi. Maka mulai
sekarang, katanya, Pemerintah akan mendorong supaya
industri mempunyai kepedulian dan keterlibatan dalam
Vokasi.

Patdono menjelaskan, untuk perusahaan yang sudah
berskala besar akan didorong untuk mendirikan Politeknik.
Kemenristekdikti pun akan turun tangan dengan membantu
menyusun kurikulum, penyediaan dosen melalui Recognition
Prior Learning (RPL) dan pendampingan pada saat
penyusunan proposal.
Menurutnya, sosialisasi sudah dilakukan dan mendapat
apresiasi yang bagus dari industri. Dia mengungkapkan,
dalam waktu dekat akan beroperasi Politeknik industri
smelter di Morowali, Sulawesi Tengah. Lalu Petrokimia
Gresik juga akan mendirikan Politeknik yang spesiik di
bidangnya. Dia menyatakan, jika Kampus yang dikelola
secara profesional dan langsung dari ahlinya pasti akan
menghasilkan lulusan yang kompetensinya tinggi. “Jika
indutri bergabung dalam Revitalisasi Pendidikan Tinggi
Vokasi ini tentu akan meningkatkan Angka Partisipasi
Kasar (APK) juga karena jumlah mahasiswa Vokasi akan
bertambah,” katanya.

Laporan Utama

Pendidikan
Tinggi
Vokasi
Diharapkan
Dapat Cetak
Guru Vokasi
yang Andal
Oleh : Syarief
Foto : Ardian

12

Vol.7.II.2017

Laporan Utama

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla dalam
salah satu programnya ingin menggenjot Pendidikan
bidang Vokasi, yang bertujuan untuk mencetak sumber
daya manusia yang siap bekerja pada sektor-sektor
pembangunan. Dalam kaitan ini, Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mengimplementasikan
programnya dengan memacu Pendidikan Vokasi antara lain
dengan mencetak Guru-guru Vokasi yang andal.
“Untuk mencetak siswa yang dapat memiliki kemampuan
kompetensi tinggi, maka Gurunya harus memiliki
kompetensi yang lebih baik dari siswanya. Untuk itu kami
mendorong Pendidikan Politeknik agar dapat masuk ke
LPTK atau Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan,”
kata Direktur Pembelajaran Kemenristekdikti, Paristiyanti
Nurwardani di kantornya beberapa waktu lalu.
Para calon Guru ini mengikuti Pendidikan Politeknik atau
LPTK dan setelah lulus pada jenjang Diploma Empat (D4),
mereka menjalani uji kompetensi, maka otomatis mereka
memiliki sertiikat kompetensi, sehingga ketika mereka
mengajar pada jenjang SMK mesti lebih unggul dari
siswanya. Arahnya agar siswa memiliki keterampilan, dan
Gurunya juga bisa mengajar dengan terampil. “Artinya
kita tidak berharap bahwa nantinya lulusan SMK memiliki
kompetensi, namun ternyata Gurunya tidak kompeten,”
cetusnya.
Nah, untuk mendukung ini pada Pendidikan Politeknik, maka
jenjang pendidikan Diploma juga di dorong dengan model
pembelajaran tipe 3-2-1 yaitu sebanyak tiga semester
berkuliah di Politeknik, dua semester melakukan magang di
Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), lalu satu semester

Paristiyani

mereka kembali ke Kampus lagi. Sedangkan untuk tingkat
SMK sendiri, mereka menempuh Pendidikan satu tahun di
sekolah, satu tahun magang, dan satu tahun kembali lagi
untuk ujian.
“Yang jelas lulusan Diploma harus memiliki uji kompetensi
yang lebih tinggi dari lulusan SLTA, terutama mereka yang
diperuntukan menjadi Guru,” ujar Paristiyanti yang sempat
menjabat sebagai Atase Pendidikan KBRI di Manila, Filipina
ini.
Kemudian dalam pelaksanaan kegiatan, lanjutnya, disini
juga mendorong tentang perubahan kurikulum, diantaranya
Pendidikan Politeknik tersebut. Sebab menurutnya tidak
semua LPTK memiliki kemampuan bidang studi yang
dibutuhkan para siswa di SMK, sehingga mau tidak mau
diperlukan disiplin ilmu seperti yang ada di beberapa
Politeknik.
“Kalau di LPTK sebagian sudah melakukan, yang jelas
Politeknik itu kita harapkan setidaknya lulusan D3, kalau
mereka lulus, mendalami uji kompetensi berarti mereka
dapat memiliki sertiikat kompetensi level 5.Tapi kalau
yang Diploma 4, mereka lulus dan mereka melakukan
uji kompetensi, mereka akan memiliki sertiikat level 6,”
terangnya.

Kementerian juga mengupayakan agar nanti di Perguruan
Tinggi, terutama yang terkait dengan Vokasi atau Politeknik,
hal pertama yang harus dilakukan minimal adalah
menerapkan Standar Nasional Perguruan Tinggi (SNPT).
Kedua, harus diupayakan memenuhi Kerangka Kualiikasi
Nasional Indonesia (KKNI).
“Kami bersama tim mensosialisasikan hal tersebut agar
Perguruan Tinggi, terutama Politeknik, secara struktur
mampu memenuhi dan bahkan melebihi standar minimal
tersebut. Tetapi hal ini memiliki kekhususan sendiri.
Adapun kekhususan dan keunggulan bisa terlihat dari
karakter, dari prestasi, dan lain-lain. Maka kita lakukan
sosialisasi ke Perguruan Tinggi, kita berharap Pendidikan
Vokasi ini menjadi pilihan dari segmen yang berbeda.
Sehingga kebutuhan industri bisa di penuhi. Ke depannya
nanti dalam rangka pengembangan kurikulum kita akan
melibatkan industri-industri,” terangnya.
Kedepan lanjut Paris, Kementerian akan membantu
Politeknik memiliki sarana dan prasarana yang baik. “Kita
bantu Politeknik itu bisa memiliki teaching factory yang
dapat dipergunakan siswa. Arahnya adalah selain sebagai
uji coba juga mengarah kepada bisnis. Jadi mungkin
dengan mata rantai ini, kerja sama dengan industri
akan ditingkatkan, sehingga nanti Pendidikan
bidang Vokasi memiliki model teaching factory yang
terintegrasi dengan baik, yakni pembelajaran industri
yang ada di Kampus dapat dilakukan,” tukasnya.

Vol.7.I.2017

13

Laporan Utama

Marlin Siagian,
Lulusan Polman
Bandung yang
Sukses Mendirikan
Pabrik Pengecoran
Logam
Oleh : Doddy, Neneng
Foto : Yoggi

Marlin Siagian, Direktur PT Coppal Utama Indomelt datang
terlambat ke kantornya di kawasan Gedebage, Bandung
untuk sesi wawancara. Dia meminta maaf karena harus
mengantar anaknya ke sekolah. Sebelumnya, Marlin
mempercayakan supir untuk antar anak-anaknya ke sekolah.
Tumben, adalah kalimat yang anaknya lontarkan ketika
Marlin awal pertama mengantar. Kalimat sederhana yang
membuatnya tersentak karena telah lalai memperhatikan
keluarganya demi membesarkan pabrik pengecoran
logamnya. Kini Marlin bertekad ingin berinvestasi sumber
daya manusia untuk perusahaanya setelah dia sekian lama
menginvetasikan hatinya, hartanya, pikiran dan raganya
untuk perusahaannya itu.
Marlin hanyalah seorang anak tentara pensiunan rendahan
yang tidak ada niatan menjadi pengusaha pengecoran
logam terkenal seperti saat ini. Marlin remaja tak mau
menjadi tentara, dia ingin jadi pengusaha, hingga lulus
SMA dia nekat ingin kuliah. Sampai pada akhirnya dirinya
mendaftar di Politeknik Manufaktur Negeri Bandung
(Polman) karena hanya di politeknik yang biayanya bisa
dijangkau keluarganya. Tidak hanya disitu kenekatannya, dia
juga memilih jurusan yang tidak ngetrend pada jamannya,
Pengecoran Logam.
“Saya milih jurusan yang ngga saya mengerti. Kalau teknik
mesin itu sudah banyak kompetitornya. Dulu saya angkatan
pertama tahun 1988 di jurusan saya. Disaat mahasiswa
jurusan lain mempelajari mesin, kami disuruh pasang mesin.
Mesinnya gede-gede. Kita bangun dari awal. Sekarang tuh
saya dan teman-teman saya terkenal di Polman karena mesin
yang ada disana yang masang itu ya kami,” katanya.
Marlin tiada menyangka jika praktik pasang mesin selama
1,5 tahun itu menjadi modal dasar pekerjaannya saat ini.
Marlin mengaku pengusaha kere. Mesin yang kini dipakainya
bahkan dia beli bekas dari Denmark. Dia mengungkapkan,
membeli mesin bekas dan ditambah dana bongkar pasang

14

Vol.7.II.2017

menghabiskan dana seharga Rp. 15 Miliar. Bandingkan
dengan harga unit barunya Rp. 60 Miliar. Beli mesin barupun
belum termasuk rogohan kocek senilai USD 2.000 perhari
untuk membayar staf dari Denmark untuk pasang mesin.
Marlin mengaku pernah bangkrut hingga dua kali. Bahkan
istrinya yang seorang anak Guru Besar IPB pun pernah
minta dipulangkan ke orangtuanya karena hidup sengsara
dengan Marlin. Awalnya dia menyambi bekerja sambil buka
workshop kecil-kecilan di Bandung. Tangga keberhasilan
dia tapaki ketika ditawari satu perusahaan besar di Jakarta
untuk membuat cetakan plafon (headlining) mobil salah
satu merk ternama Jepang dan Jerman di medio 1999 lalu.
Perusahaan itu sudah keliling Jawa namun tidak ada yang
mampu membuat cetakan alumunium yang ketika dicor
alumuniumnya tetap mencair dengan bagus. Waktu itu,
katanya, untuk satu cetakan diperlukan 2,4 ton alumunium.
Marlin pun didesak apakah bisa mengerjakan, dirinya
menjawab bisa namun dia jujur tidak tahu bagaimana
caranya.
Saya pun mengajukan penawaran harga. Saya combine
teknologi jerman dengan teknologi orang yang ngga punya
uang. Waktu itu dengan standar teknologi Jerman harus
ada modal Rp. 3 Miliar. Saya darimana modal sebanyak itu.
Workshop saya saja ruangnya hanya 3x4. Lalu saya beri
sketsa mesin yang saya buat, dan juga saya minta DP 80
%. Meski awalnya skeptis tapi saya pun dipercaya untuk

Laporan Utama

”Industri saya ini
bertumbuh besar
seperti saat ini karena
konsep dasarnya kita
yakin bisa dulu meski
tidak tahu caranya
bagaimana”

membuat cetakan headlining itu,” katanya yang pernah
meminjam uang dari lintah darat ini sebagai modal usaha.
Menurut bos yang mempekerjakan sekitar 200 orang
ini, kesuksesannya bukan hanya dari kepiawaiannya
memasang mesin namun juga dari pemasaran. Perihnya
bangkrut hingga dua kali membuatnya mengevaluasi
diri bahwa kejatuhannya karena dia tidak jago menjual.
Marlin rela melepas jabatannya sebagai kepala gudang
yang bergelimang fasilitas menjadi marketing produk di
PT Kawan Lama Sejahtera. Rutenya Glodok-Tangerang dia
susuri dengan motor. Penolakan demi penolakan dia alami
selama berbulan-bulan. Sampai akhhirnya dia dinobatkan
menjadi karyawan terbaik di perusahaanya. Dia mengaku
salut dengan rekan-rekannya yang sudah mengajarkan
bagaimana teknik dalam pemasaran.
Lalu apa saja produk molding yang dia hasilkan dengan
modal ilmu mesin dan pemasaran yang dia dapat. Marlin
mengaku, selain headlining mobil dia juga memproduksi
molding untuk cetakan jok mobil, lalu molding untuk jok
sepeda motor, sparepart untuk industri semen, kelapa sawit,
pertambangan hingga rokok dan baru saja teken MoU untuk
membuat rumah lampu LED untuk penerangan jalan di
Gedebage, serta sparepart eskavator.

Sebenarnya kapasitasnya bisa dinaikkan sampai 500 tapi
karena ini mesin bekas saya tidak mau geber karena takut
rusak,” ungkapnya sambil menuturkan banyak pekerjanya
yang direkrut dari Polman.
Berkaca dari pengalamannya, Marlin berharap pemerintah
bisa membantu para pengusaha lokal untuk bisa merajai
pasar lokal. Pertama alihkan dana riset yang hanya
dialokasikan ke Perguruan Tinggi ke industri. Sebab
Pemerintah bisa memaksa industri untuk melakukan riset
ke tahap produksi dan penjualan. Bukan hanya menjadi
prototipe saja yang terjadi saat ini.
Dukungan kebijakan pendidikan untuk pendidikan vokasi
menurutnya sudah bagus namun yang lebih penting ialah
Pemerintah harus mendukung modal kerja dan keleluasan
untuk bisa berperan dalam membangun Indonesia. Dia
mencontohkan, kebijakan Tingkat Komponen Dalam Negeri
(TKDN) bisa menjadi solusi dimana perusahaan disektor
BUMN harus dipaksa untuk memakai produk lokal.
Dia bercita-cita Merah Putih harus bisa berkibar di negeri
sendiri tapi dia pesimis idealismenya itu bisa terwujud
apabila masih banyak perusahaan yang memilih produk
impor, daripada mempercayakan produk lokal sebagai
komponen pendukungnya.

“Produk kita sudah banyak sekali. Kapasitas mesin yang saya
punya itu untuk proses pengecoran logam 120 mold/jam.
Vol.7.I.2017

15

Aktual

Politeknik
Tidak Boleh Hanya
Melamun
Oleh : Rini
Foto : Ardian

16

Vol.7.II.2017

Aktual
Lulusan Politeknik harus menghasilkan produk inovatif yang
eisien, murah, kuat dan aman serta siap masuk ke pasar.
Kalimat itu merupakan kalimat pertama yang diucapkan
oleh Kokok Haksono Dyatmiko yang saat ini ditugaskan
sebagai Pelaksana Ketua Pendirian dan Pengembangan
Politeknik Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan
Tinggi, saat tim Majalah Ristedikti menyambangi kantornya
di kawasan Melawai, Jakarta.
Karena kita tahu, Vokasi adalah Pendidikan yang menyiapkan
mahasiswa menjadi profesional dengan keterampilan dan
kemampuan kerja yang tinggi, ujar dosen yang mengajar
Teknik Pemeliharaan Mesin di Politeknik Manufaktur Negeri
Bandung itu dengan lugas.
Bahkan kini menurutnya Pendidikan Vokasi kini bisa
ditempuh hingga jenjang Magister (S-2) dan Doktor terapan
(S-3). Hal itu paparnya sudah tercantum dalam UU Nomor
12/ 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 22 ayat 1
dan Perpres No 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualiikasi
Nasional Indonesia (KKNI).
”Jalur Pendidikan Vokasi dapat ditempuh melalui Pendidikan
SMK, Diploma satu hingga Diploma empat yang sama
dengan Sarjana, Pendidikan Profesi, Magister, dan Doktor
terapan,” ujarnya.
Berdasarkan dua peraturan tersebut, penyelenggara
Pendidikan Magister terapan dapat dilakukan oleh
Politeknik. Namun untuk saat ini masih difokuskan pada
Magister Sains dan Teknik, karena lulusannya masih sangat
dibutuhkan, jelas dosen yang mengambil Pendidikan S-1 di
Jerman itu.

secara profesional dalam keahlian tertentu. Politeknik
memberikan pengalaman belajar dan latihan yang cukup
untuk membentuk kemampuan profesional dan terampil di
bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tambah salah satu
tokoh Politeknik ini.
Kokok menyarankan sebaiknya Politeknik memiliki sistem
seperti Politeknik yang ada di Jerman. “Disana dual system
itu benar-benar menghasilkan seorang ahli,” terangnya.
Jika terlambat masuk kuliah atau ketika magang di industri,
maka keterlambatan tadi harus digantikan dengan hari
berikutnya. Artinya disiplin seperti Negara itu sebaiknya
dicontoh, selain itu lulusan Politeknik harus bisa membuat,
merekayasa, mengelola produk iptek, dan juga harus bisa
mengembangkan secara kreatif, sehingga produk iptek
menjadi lebih sempurna.
Dengan kata lain, tuturnya, bahwa Politeknik tidak boleh
hanya melamun, hanya paparan konsep dan produk berupa
jurnal, tapi juga harus menghasilkan produk inovatif yang
eisien, murah, kuat dan aman serta siap masuk ke pasar.
“Tidak hanya kesiapan teknologi saja, tetapi juga harus
bergerak secara cepat mengembangkan pasar, menyiapkan
organisasi dan tata-kelola, memperluas jaringan pasar,
jaringan inovasi dan klaster industri, mengembangkan
kerjasama serta mempu mengelola manajemen resiko.
Kemampuan teknopreneurship juga menjadi faktor penting
mendongkrak kapasitas Politeknik,” pungkasnya.

”Program ini diperuntukkan bagi lulusan program Sarjana
terapan atau sederajat agar mampu mengembangkan dan
mengamalkan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
melalui penalaran dan penelitian ilmiah,” katanya.
Pendidikan Kejuruan Jerman Jadi Model di Negara Lain
Kokok menjelaskan bahwa beberapa Negara Uni Eropa
mencoba menerapkan sistem Pendidikan kejuruan Jerman
untuk memerangi pengangguran kaum muda. Contohnya
adalah salah satu pabrik mobil di Spanyol mencoba
menerapkan ”dual system”, dimana Pendidikan di Kampus
akan berkolaborasi erat dengan industri, dan praktik di
industri akan lebih mendapat porsi lebih dari teori yang
diberikan.
Menurut Kokok, Indonesia bisa mencontohnya. Jika
menerapkan Pendidikan Vokasi seperti Negara Eropa
tersebut, maka masyarakat Indonesia bukan masyarakat
pencari kerja, bukan masyarakat pencipta lapangan kerja
(employee society) saja, atau masyarakat pewirausaha
(entrepreneurship society) saja, tetapi masyarakat yang
siap kerja dan kompeten.
Kita tahu Politeknik adalah penyelenggara
Pendidikan Tinggi dengan bidang pengetahuan
khusus, bertujuan agar lulusannya dapat bekerja

Kokok Haksono

Vol.7.I.2017

17

Oleh : Rini
Foto : Ardian

“Rata-rata lulusan politeknik dari mulai waktu tunggu
kelulusan sampai mendapat pekerjaan hanya dibutuhkan
waktu tiga bulan, bahkan banyak yang di’ijon’,” ungkap
Direktur Poliseni Yogyakarta Drs. Sardi, M.pd.
Sardi mengungkapkan bahwa daya serap lulusan Poliseni
Yogyakarta di dunia kerja cukup tinggi. Keterampilan para
mahasiswa lulusan Poliseni Yogyakarta sangat diunggulkan.
Pada perkuliahan, persentase praktek mencapai 60 persen
dan teori maksimal 40 persen.

“Pada semester enam, mahasiwa politeknik akan
mendapatkan training atau PKL ke berbagai perusahaan
selama tiga bulan,” papar Sardi. 80 persen lulusan Poliseni
Yogyakart telah bekerja di dunia Industri atau usaha. 10
persen menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sisanya
bekerja BUMN.
Selama menempuh studi di Poliseni Yogyakarta, mahasiswa
wajib menerima pelajaran 40 jam per minggu dan mengikuti
peraturan akademik. Para mahasiswa juga lebih difokuskan
pada implementasi teknologi terapan sehingga tidak ada
jurang antara ilmu dan teori yang dipelajari dengan apa yang
dibutuhkan dunia kerja.
“Poliseni Yogyakarta didirikan tahun 2001 atas inisiatif
para senior Kami di Pusat Pengembangan Penataan Guru
Kesenian Yogyakarta bersama para dosen di Fakuktas
Seni Rupa Institut Teknologi Bandung,” kata Sardi. Kala itu,
langsung dilakukan studi kelayakan. Akhirnya, didirikan
yayasan dan Poliseni Yogyakarta.
Kala itu, Program Studi (Prodi) yang dibuka adalah Desain
Kriya dan Desain Komunikasi Visual (DKV). Kini terdapat
lima Prodi, yaitu DKV Advertising, Animasi, Game Tech,
Kriya Logam, dan Kriya Kayu. Setiap lulusan Poliseni
Yogyakarta diharapkan menjadi pribadi yang terbuka
dan tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu

Ragam

pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Selain itu, mereka
juga harus menemukan solusi berbagai masalah yang
dihadapi masyarakat khususnya yang berkaitan dengan
pelayanan langsung dalam bidang keahliannya dan memiliki
kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
kesenian dalam bidang tertentu.
Lulusan Prodi DKV dipersiapkan mampu mandiri dan
bekeria sesuai kompetensinya, baik pada industri periklanan,
penerbitan, percetakan, studio komunikasi visual, rumah
produksi, dan studio animasi. Sedangkan lulusan Prodi

“Mahasiswa politeknik
dituntut disiplin yang
cukup ketat, agar
mereka terbiasa dengan
aturan-aturan yang
diterapkan di dunia
industri”

Kriya Kayu dipersiapkam untuk bekerja pada perusahaan
mebel atau membuka wirausaha mandiri. Prodi Kriya
Logam dipersiapkan bekerja sesuai kompetensinya pada
perusahaan jewelry.
Ke depan, Poliseni Yogyakarta akan membuka program
desain interior, karena peluangnya sangat menjanjikan.
Poliseni Yogyakarta sudah bekerja sama dengan Perguruan
Tinggi Negeri (PTN), sehingga lulusannya bisa langsung
melanjutkan ke S-1 Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta
ataupun D-4 Fakultas Seni Rupa dan Design (FSRD) Institut
Teknologi Bandung (ITB).
Kini, peminat Poliseni Yogyakarta semakin banyak. Hal ini
juga membuat Poliseni Yogyakarta berencana membuka
Prodi D-3 Angklung. Angklung dipilih karena berkaitan
dengan kriya seni dan kayu. Mahasiswa diharapkan mampu
membuat angklung dan memainkannya.

- Sardi.

Vol.7.I.2017

19

Ragam

Irwansyah Rachmatullah Dwi Putra

Disiplin Pada Ilmu dan
Olahraga
Oleh : Sundari
Foto : Fatimah

MAHASISWA Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang ini
memiliki prestasi di bidang olahraga, terutama bulutangkis.
Irwan sudah bermain bulu tangkis sejak 2006. Saat itu ia
masih duduk di kelas 5 SD. “Saya bermain bulu tangkis
karena dorongan dari orang tua. Kalau dihitung saya sudah
bermain bulu tangkis hampir 15 tahun hingga sekarang ini,”
terang Irwan.

Dengan berlatih awalnya lima kali dalam seminggu,
kini ditingkatkan menjadi delapan hingga 10 kali dalam
seminggu. Irwan sempat berhenti bermain bulu tangkis saat
kelas dua SMP akibat cedera dan harus menjalani perawatan
selama satu tahun.
Namun ia bangkit lagi dengan meningkatkan latihan hingga
dua kali lipat karena ingin mendapatkan juara. “Pascacedera
saya akhirnya bisa memenuhi keinginan menjadi juara 1.
Saya kemudian mengikuti banyak kejuaraan baik tingkat
kota maupun sekolah. Bahkan Saya sudah dipercaya untuk
mengikuti kejuaraan di tingkat regional yakni di Kota Malang
sampai tingkat provinsi Jawa Timur. Prestasi bisa saya
pertahankan hingga saya masuk kuliah,” jelasnya.
Prestasi di bidang bulutangkis ini menjadi modal bagi Irwan
untuk masuk ke Politeknik Negeri Malang. Saat menjadi
mahasiswa, latihan bulutangkis menjadi terganggu karena
padatnya kuliah. “Waktu latihan menurun. Pada 2014 saya
ditunjuk mewakili kampus untuk mengikuti kejuaraan
bulutangkis tingkat nasional di Pontianak. Persiapannya
hanya tiga bulan, saya pulang membawa medali emas.
Dan pada 2016 saya dikirim ke Manado untuk mengikuti
kejuaraan yang sama, sayangnya hanya runner up karena
cedera,” ungkapnya.
Seluruh kejuaraan bulutangkis yang ia ikuti adalah kategori
tunggal pria. Meski membawa prestasi di bidang olahraga,
menurutnya apresiasi atau penghargaan dari Kampus
memang tidak besar. Irwan selama ini menempuh kuliah
ditopang oleh beasiswa karena nilai Indeks Prestasi Kumulatif
(IPK) di atas rata-rata. “Apresiasi di bidang non akademik
masih kurang. Saat saya juara di Pontianak mendapat hadiah
dari kampus Rp. 2,1 juta. Sedangkan di Manado, saya tidak
mendapatkan apa-apa,” tuturnya.

Irwansyah

Diakuinya hampir semua Politeknik Negeri baik di Jakarta,
Medan, Bandung, dan Jember masih minim memberikan
apresiasi kepada mahasiswa berprestasi di bidang olahraga.
Di Amerika Serikat, mahasiswa yang unggul di bidang
olahraga selain mendapat penghargaan juga beasiswa.
“Kalau bisa ditingkatkan agar memacu munculnya bibit-bibit
baru di bidang olahraga,” harapnya.
Di bidang akademik, Irwan menilai Pendidikan Vokasi
sebagai Pendidikan yang komplit. Alasannya selain
memperoleh ilmu, ia juga langsung mempraktikkan ilmunya.
“Saya benar-benar dibimbing untuk menguasai teori di
setiap mata kuliah dan siap bekerja di lapangan,” kata Irwan.
Pendidikan Vokasi, lanjutnya juga sangat membantu
membentuk kepribadian seorang mahasiswa lebih
bertanggung jawab. “Selain tugas banyak, jam kuliah mirip
dengan orang bekerja. Saya terbiasa menyesuaikan diri
dalam Pendidikan Vokasi ini terutama pola kedisplinan. Dan
ini juga cocok dengan saya yang juga atlet. Menjadi atlet itu
kuncinya pada kedisiplinan.Saat kuliah ini saya malah bisa
mengembangkan banyak hal selain olahraga. Keilmuan saya
pun berkembang,” tambahnya.

20

Vol.7.II.2017

Ragam

Arrayan Firdaus

Menggagas Akuntasi
Berwajah Pancasila
MAHASISWA jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Malang
ini menggagas pentingnya Akuntasi berlandaskan Pancasila.
Model pengembangan Akuntasi seperti itu disebut juga
Akuntansi multiparadigma. Menurutnya Akuntansi yang
selama ini berjalan dan dilakukan banyak akuntan, hanya
mencatat dan menghitung keuangan. Di dunia Akuntansi,
uang satu perak pun memiliki arti. “Saya mencoba membuat
sebuah paradigma bahwa Akuntansi itu bisa humanis,
spiritual, dan tidak egois maupun individualis,” kata Arrayan.
Bapak Akuntansi dunia, Luca Pacioli atau biasa disebut
Paciolo dahulunya menciptakan ilmu Akuntansi dengan
sentuhan keagamaan. Pacioli seorang biarawan dan pakar
matematika. Biarawan Fransiskan asal Italia ini menuliskan
buku Summa de Aritmetica, yang menggambarkan tentang
pengeluaran dan pemasukan atau kredit dan debit.
Ilmu itu dipakai para pedagang Venesia pada waktu itu
untuk menghitung untung rugi. Hingga kini rumusan itu
menjadi pegangan para akuntan. “Pacioli menciptakan ilmu
Akuntansi sebagai sebuah seni. Matematika itu memiliki seni.
Ada jiwa atau roh di dalamnya. Ada semangat spiritualnya.
Apalagi dia seorang biarawan. Nah dalam perkembangannya
sekarang ini tidak seperti itu,” terang Arrayan.
Yang muncul adalah Akuntasi itu egois, individualis, bahkan
tidak berperikemanusiaan. “Pengaruh kapitalisme Barat
ini yang mempengaruhi perkembangan ilmu Akuntansi
saat ini. Saya ingin mengembalikan lagi seperti dilakukan
oleh Pacioli, bahwa Akuntansi itu sebuah karya seni yang
ditujukan kepada Tuhan. Itulah saya sebut sebagai Akuntasi
Pancasila. Saya lebih menekankan pada praktik ilosoi
keuangan yang lebih humanis seperti tertuang pada sila-sila
pada Pancasila,” ujarnya.
Dia mencontohkan laporan Akuntansi yang humanis adalah
saat akuntan membuat laporan keuangan, dicantumkan
kata-kata yang menyinggung kejujuran, integritas dan
menyebut nama Tuhan.

sosial yang digarap dengan beberapa temannya. “Gendong
ini lahir dengan tujuan untuk menjadi tempat memecahkan
persoalan-persoalan seputar bullying yang belakangan ini
banyak menimpa anak-anak di sekolah,” terang Arrayan.
Gendong memiliki tiga program utama yakni Gendong
Dongengin Taman, Gendong #goesto, dan Gebyar Dongeng.
Dalam beraktivitas, Gendong memanfaatkan ruang publik
yang banyak dikunjungi orangtua dan anak-anak.
“Saya juga aktif mempromosikan Gendong imi ke dunia
internasional. Alhamdulillah pada 2016 saya berhasil
memperkenalkan Gendong lewat program ASEM (Asia
and Europe Meeting) First Youth Entrepreneurial Meeting
: Passion-Preneurs Challenge towards 20 Years of ASEM,”
terang Co-founder sekaligus Chief Financial Oicer Gendong
ini.
Dalam pertemuan ASEM 2016 ini, Gendong masuk dalam
20 proyek sosial terbaik. “Tahun ini saya akan berangkat
ke Chicago, tepatnya di Northwestern University untuk
memperkenalkan Gendong ke dunia internasional pada
acara Global Engagemet Summit 2017,” ujar Arrayan bangga.
Dalam waktu dekat, Arrayan juga akan mengembangkan
social enterprises yakni bisnis sosial berbasis teknologi
dengan fokus penitipan barang, yang dikenal dengan nama
Nitipdongs. “Konsep ini seperti ojek online. Kalau ojek
online itu menjemput penumpang. Sedangkan Nitipdongs
ini, kami menjemput barang bawaan baik milik warga atau
mahasiswa. Misalnya mahasiswa mau pindah kos, kami
sediakan jasa Nitipdongs ini. Ada kurir yang akan membantu
membawa barang-barang yang dititipkan,” jelas Arrayyan.
Demikian juga di daerah-daerah wisata, Arrayan bersama
teman-temannya menyediakan loker yang menggunakan
koin. Para turis ingin menitipkan barang cukup disimpan di
loker berkoin tersebut.
Hingga saat ini aplikasi
Nitipdongs ini masuk dalam
12 top inalis di ajang proyek
sosial bernama Opportunity
Desk Impact Challenge 2016,
sekaligus mewakili Indonesia.
”Proyek ini berhak maju ke
tahap Top 3 Best Social Project
Category,” pungkasnya.
Arrayyan

Pemikiran tentang Akuntansi Pancasila ini sudah dituangkan
oleh Arrayan dalam dalam enam paper. Paper-paper
tersebut mendorong Arrayyan untuk melanjutkan studi S2 di
Wollongong University atau di Manchester Business School
karena kedua Perguruan Tinggi ini memiliki beberapa periset,
yang membangun konsep Akuntansi multiparadigma. “Saya
bermimpi kedua Universitas ini akan mampu mewujudkan
saya sebagai founder of Pancasila Accounting,” harapnya.
Selain di bidang akademik, Arrayan juga aktif di komunitas
Gendong (Gerakan Mendongeng). Ini merupakan proyek
Vol.7.I.2017

21

Feature

Menelisik Lebih
Dalam Universitas
Mataram

Oleh : Doddy, Fatimah
Foto : Ardian, Widiasmi

Lombok salah satu tujuan utama
wisatawan mancanegara untuk
berlibur di Indonesia. Hal tersebut
berdampak pada tumbuhnya
industri wisata. Permintaan bahan
baku konsumsi sehari-hari pun kian
bertambah. Universitas Mataram
(Unram) sebagai salah satu
Perguruan Tinggi Negeri (PTN),
merasa bertanggung jawab untuk
meningkatkan dan mengakomodir
permintaan tersebut. Inovasipun
dilakukan. Simak juga kiat-kiat
UNRAM untuk menapak jejak
menjadi World Class University
(WCU) dalam wawancara antara
Tim Majalah Ristekdikti (MR)
dengan Rektor Unram (UNR) Prof.
Ir. H. Sunarpi, Ph.D berikut ini.

22

Vol.7.II.2017

Feature

MR: Bagaimana perjalanan UNRAM dari mulai berdiri
hingga kini?
UNR: Unram mulai beroperasi tahun 1963. Namun demikian,
Keputusan Presiden (Kepres-red) yang dikeluarkan Soekarno
pada saat itu, mengaktifkannya pada 1 Oktober 1962, saat
tersebut Kita jadikan patokan sebagai hari lahirnya UNRAM.
Dalam Kepres 1962, Unram didirikan dengan empat fakultas,
Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Pertanian, dan
Fakultas Peternakan serta Kedokteran Hewan.
Kemudian Fakultas Peternakan dan Kedokteran Hewan
hilang, walaupun pada Kepres awal, Fakultas Peternakan dan
Kedokteran Hewan ada. Dalam perjalanannya, kini fakultas
bertambah banyak dan Program Pascasarjana berkembang
dengan 12 Program, dan di tahun 2017 direncanakan akan
bertambah lagi. Di Fakultas Peternakan bahkan sudah ada
Program Magister yaitu Manajemen Peternakan (Terakreditasi
A).
MR: Dari sekian banyak Fakultas, mana yang menjadi
unggulan? Mana yang paling berkontribusi bagi
masyarakat NTB?
UNR: Kalau Kita kaitkan dengan Sumber Daya Manusianya, Fakultas Ekonomi. Kira-kira ada 18 Doktor lulusan

Fakultas Ekonomi. Sehingga bisa Saya katakan, keunggulan
yang ditonjolkan di ekonomi, dan termasuk fakultas yang
cukup ketat masuknya karena peminatnya sangat banyak,
khususnya Prodi Manajemen. Kemudian di Fakultas
Hukum yang dari Program S-1 memiliki Akreditasi A, jadi
konsentrasinya ada pada hukum-hukum adat/lokal, di
Lombok ini banyak persoalan tanah adat dan sebagainya,
oleh karena itu lebih berkonsentrasi pada itu. Untuk
Fakultas Pertanian, yang menjadi persoalan besar di NTB
adalah lahan kering. Karena sebagian besar di Sumbawa
lahannya kering sehingga Kami buat center untuk kajian
lahan kering termasuk di Lombok Utara, Bima dan sekitarnya
yang sudah banyak risetnya dan mengarah pada riset lahan
kering, termasuk untuk Program S-2 yang Kami buat, yaitu
pengelolaan sumber daya lahan kering, itulah yang menjadi
konsentrasi di Fakultas Pertanian.
MR: Dari banyaknya riset yang telah dilakukan, adakah
produk inovasi yang sudah diaplikasikan?
UNR: Yang sudah ada dari riset terkait pengelolaan lahan
kering ini adalah bagaimana sistem pengairan tetes dengan
membangun sumur-sumur bor yang masing-masing ada di
lahan kering, yang dikembangkan di lahan utara. Kemudian
diteruskan oleh proyek yang namanya Innovative Agriculture
Vol.7.I.2017

23

Feature
Production. Program ini bekerja sama dengan Unram mulai
dari tahun 2016, sasarannya yaitu bagaimana Lombok Utara
bisa men-supply bahan baku perhotelan, semua bahan
baku mulai dari telur, beras, sayur-sayuran, dan buahbuahan yang tidak ada di Lombok Utara. Maka fokus kami
untuk mengembangkan sistem pertanian tetes dengan
mencoba sumur bor sehingga pertanian eisien untuk
masyarakat. Masyarakat akhirnya bisa menanam sayur dan
buah-buahan. Ini yang sudah lama Kami kembangkan. Kami
sudah membangun proyek yang bekerja sama dengan New
Zealand dengan target 1.000 Kepala Keluarga yang Kami
naikkan income-nya pada tahun 2016-2019.
MR: Prestasi apa yang paling membanggakan yang pernah
diraih Unram?
UNR: Prestasi yang paling menonjol Unram ada di bidang
kedokteran. Kami sudah lama mengetahui di NTB ini banyak
yang memiliki penyakit hepatitis, karenanya kemudian
yang paling menonjol adalah produksi Vaksin Hepatitis B
yang sudah diperjualbelikan tidak hanya di dalam negeri,
tetapi sampai ke luar negeri dalam bentuk obat antibodi,
yang diinisiasi oleh Prof. Mulyanto. Laboratorium Kami
sendiri mengembangkan vaksin itu yang mulai bergeser
pada beberapa tahun terakhir ini mencoba memproduksi
kit untuk deteksi malaria dan juga vaksin monogclonal
antibodi untuk malaria, jadi ada pergeseran yang tadi pada
penyakit hati (hepatitis) yang menghasilkan vaksin, menjadi
monogclonal antibodi untuk malaria.
MR: Terkait riset ini, bagaimana kerja samanya dengan
industri?
UNR: Sudah sampai ke industri, dan bekerja sama dengan
Perusahaan Kobe di Jepang. Kemudian untuk lokalnya kami
memakai laboratorium hepatika untuk penjualan keluar.
Selain itu kerjasama antara Unram dengan Pemerintah
Daerah yang penjualannya bahkan sudah sampai Benua
Afrika dan Amerika Latin.
Itu yang Kami kira sangat menonjol, dan kemudian dalam
bidang peternakan, sudah ada 11 tahun membangun
kerja sama yang cukup kuat
dalam bidang peternakan
dengan perusahaan
di Brisbane,
Australia
(Sis

24

Vol.7.II.2017

Aero), sasarannya adalah bagaimana menyiapkan sperma
beku untuk membuat inseminasi buatan yang unggul.
Dengan BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional-red) juga
sudah sering melakukan riset yang berkesinambungan
untuk teknologi itu, bahkan sekarang sudah dipakai oleh
peternakan di Timor Leste sehingga ada kerja sama antara
Unram dengan Timor Leste untuk membantu itu. Kemudian,
bagaimana mencari bibit-bibit unggul peternakan dan juga
bagaimana usaha penggemukan sapi, karena NTB salah satu
punya unggulan utama dalam Proyek “Pijar” (Sapi, Jagung,
dan Rumput Laut).
Pada pola penggembalaan sapi juga Kami sedang
kembangkan, dahulu sistemnya memerlukan kawasan
yang luas dan diberikan pagar, sekarang Kami
kembangkan dengan kawasan yang kecil dan tidak perlu
dipagar, kemudian juga Kami berfokus pada penelitian
penggemukan sapi, terutama sapi Bali. Kami juga membuat
lima pusat pembelajaran untuk masyarakat di Dompu yang
masing-masing pusat pembelajaran itu untuk 50 peternak.
Ada sekitar 25 peternak dalam percontohan yang Kami sebut
sebagai “Pengembangan Pertanian Petani Terpadu Berbasis
Jagung dan Pakan”, untuk kami coba membuat pakan-pakan
yang awet.
MR: Bagaimana Unram menatap keinginan untuk menjadi
World Class University?
UNR: Terus terang, yang kami lakukan sekarang itu berawal
dari kondisi yang sangat berat. Sejak Saya dilantik jadi Rektor
pada 2009 lalu, Kami dihadapkan pada banyak sekali Prodi
yang habis masa berlakunya. Akreditasi Prodi Kami yang
menurun menjadi masalah terbesar Unram saat itu. Masa
Prodi yang hampir melewati masa tenggang (lima tahun),
yang artinya sudah tidak bisa lagi mengeluarkan ijazah
sesuai peraturan waktu itu juga menjadi pokok persoalan
Kami.
Mulai 2010, Saya fokus untuk membenahi Unram ke arah
yang lebih baik lagi, Kami perbaiki sarana dan prasarana
UNRAM, visi-misi universitas juga Kami buat sederhana
sehingga masing-masing akademika menjadi
tahu Unram ingin dibawa kemana, sehingga
dalam benak Kami semua sudah ditanamkan
tentang visi misi Unram menjadi “Lembaga
Pendidikan Tinggi yang Berbasis Riset
Internasional pada 2025” pada 2010
lalu. Kami buat target agar Program
Studi juga bertambah kualitasnya.
Indikatornya adalah dari 54 Program
Studi ini, minimal
80% Prodi di
Unram

Feature
harus terakreditasi B, kemudian institusi juga harus punya
akreditasi B. Pada tahun 2014 lalu, akhirnya target bisa Kami
capai, institusi Kami mendapatkan akreditasi B.
Kemudian dalam rangka penguatan ke tingkat Asia dan
kiat-kiat yang Kami lakukan adalah Kami perbaiki terus
akreditasinya, sehingga tadinya akreditasinya B menjadi A.
Komitmen ini yang Kami tanamkan pada semua Program
Studi yang sekarang sudah sampai tahapan tim percepatan
akreditasi Prodi dan akreditasi institusi dari B ke A. 2017 awal,
Kami akan submit tentang pengurusan perbaikan akreditasi
Prodi.

MR: Bagaimana dengan publikasi internasional Unram?

Penguatan WCU yang menjadi penting adalah bagaimana
penguatan-penguatan riset yang berskala internasional.
Sekaligus Kami bekerja sama dengan Perguruan Tinggi di
luar negeri untuk joint research atau Guru Besar dari luar
negeri ikut mengajar di Unram, sehingga transfer ilmu
dapat berjalan baik. Untuk yang dosen muda di Unram
dan belum mempunyai pangkat tinggi, maka Kami akan
belajarkan lagi hingga ke luar negeri, baik itu magang dan
sebagainya ke Jepang, Korea, dan negara lainnya yang
berdurasi mulai dari tiga sampai enam bulan. Harapan Kami,
ini akan mempercepat mereka untuk bisa mempunyai gelar
Ph.D disana. Dan disamping itu Unram juga menyiapkan
insentif-insentif untuk membiayai paper-paper mereka yang
sudah terbit dan tidak dikenakan biaya, setelah itu Kami
juga memberikan insentif bagi mereka yang sudah berhasil
mempublikasikan jurnalnya. Ini adalah cara-cara Kami untuk
meningkatkan jumlah publikasi ilmiah internasional di
Unram.

MR: Bagaimana harapan Unram dengan melihat sinergi
Kemenristekdikti dan daerah?

UNR: Baru ada sekitar 100-an publikasi, masih jauh dari yang
Kami targetkan. Ini karena semenjak Saya menjadi Rektor di
sini, dosen Unram 60% hanya menjadi seperti gu