Majalah Senakatha Edisi 33 1

ffiryruffiffiffiffiffiil ffiffiffiwffiffi
MUilIT

,,$'
ii.,,ii, !fii ,l;:
.irn.ff'lirqFi;.
tu*
.:d.t

lililtfft
I""

tI t i
,fi ,B 'ri:iE €,

ih.1k

rtr

s ;**.


E

I
:,

i.

ffiH

ffi

E A&;-';

i

iIffiI ffi&r

ffi]itr n

#*


#Ir:

ffi*
.ri

.

r[

-

,

i

Y,ffi

'+f$i,. fflsffiill'11*1611
_

,,+r.:...8

-.

JenderaI Mayor T.B, Simatupang
mantan KSAP, pada tahun 1954 menulis buku
yang dipersembahkan bagi pemuda-pemuda lndonesia,

a

Laskar Hisbullah sedang berpawai.

diberijudul Pelopar dalam Perang, Pelopor dalam Damai.
a'

Oleh : Dr. Saleh A. Djamhari
uku ini diterbitkan ulang pada

Tentara Revolusi


wanya ke iumah dekat asrama tentara

Proklamasi kemerdekaan yang
diucapkan oleh tokoh nasional lr.
Soekarno yang didampingi oleh Drs.

Peta di Rengasdengklok daerah
Karawang. (CindyAdams, 1965, 210-

'1981, yang menurutnya sebagai

Mohammad Hatta, pada hakekatnya

215, Ahmad Soebardjo, 1978, 310,
A.H. Nasution, '1976, 232). falkala

surat wasiat dari seorang KSAP

adalah "hasil desakan" para kelompok


berada di Rengasdengklok Soekarno-

yang terakhir, perwira militer yang
mewakili dari generasi'45. Pada kata
pengantarnya, ia menulis kata-kata
persembahannya yang bertujuan

pemuda Jakarta. Sejak mereka mendengar berita Jepang telah menyerah

menggugah kesadaran dan semangat

juang pemuda sebagai pelopor perjuangan bangsa.

"Pemuda-pemuda lndonesia
yang telah memelopori perjuangan
kemerdekaan rakyat lndonesia dan
yang sekarang sedang memelopori

perjuangan untuk menegakkan
masyarakat yang adil, makmur, dan

berbangsa di bawah pemerintahan

dari rakyat oleh rakyat dan untuk
rakyat. Sekarang mereka harus
menjadi pelopor dalam damai".
Kata persembahan (yang mewakili
suara hati nurani Generasi '45) kiranya

masih relevan bagi generasi muda
masa kini maupun masa yang akan
datang, karena "nasib bangsa" menjadi

tanggungjawab para pemuda, suatu
generasi bangsa penerus.
SENAKATHA,

No. 33/ september 2oo7

terhadap Sekutu dan kedatangan
Soekarno-Hatta dari Markas Besar

Marsekal Terauchi pada 15 Agustus
1945. Para pemuda yang dipimpin
oleh Soekarni, Chairul Saleh, Wikana,
Asmarahadi, Harsono Tjokroaminoto,

yang semula bergabung dalam
Gerakan Angkatan Baru "meragukan"

keberanian Soekarno-Hatta untuk
memproklamasikan kemerdekaan
pada momentum yang amat menentukan itu, karena kedekatannya
dengan pemerintah pendudukan

Hatta berhasil meyakinkan para
pemuda bahwa ia akan segera memproklamasikan kemerdekaan. Kedua
pemimpin ini dijemput oleh Soebardjo
kembali ke Jakarta, dengan pengawasan yang ketat. Soebardjo mengarahkan ke tempat yang aman, rumah

Laksamana Maeda. Di tempat itu
Soekarno-Hatta merumuskan teks

Proklamasi. Rumah Laksamana
Maeda "dikepung" pemuda tatkala
naskah proklamasi dirumuskan. Para

pemuda "menjaga" proses perumusannya, karena masih meragukan

"keberanian" Soekarno-Hatta, yang

Jepang. Pembicaraan dengan pemerintah militer dinilai tidak berguna lagi.
Mereka memutuskan untuk melaku-

sejak semula dicap sebagai penakut
dan takut mengambil resiko. Setelah

kan suatu tindakan radikal menjauhkan
Soekarno-Hatta dari pengaruh Jepang.

Proklamasi, Soekarno-Hatta mem-

Di mata pemuda, Soekarno seorang

yang lemah dan penakut. Kelompok
pemuda "menekan" Soekarno-Hatta
dengan cara "menculik" dan memba-

dan hadirin lain, para anggota PPKI
yang diundang. Soekarno menawar-

berhasil merumuskan draft teks
bacakannya di hadapan para pemuda

kan, draft teks Proklamasi ditandatangani bersamakah? Kemudian kelom

G&,,',,.1,

mampu membakar semangat prajurit
TNI untuk berjuang dan bertahan hidup
dalam kondisi apapun. Bagi TNI Pang-

mampu mencari solusi guna menyelesaikan masalah dan mer,riliki kehidupan spiritual yang cukup baik.


Pendidikan formal Sudirman

Sudirman pun ditunjuk untuk mengikutipelatihan Peta angkatan kedua di
Bo$or.',.Selesai men g kuti pendidika n
i

dimulai Hollandsch lnlandsche School

hasil rienjad i Daidancho (Danypry)'yang:bo;rkedudukan di Kroya,

laraskan antara ucapan dan perbuatan.

(HlS) di Cilacap pada usia +'7 tahun

Banyumas.

Dalam kondisi darurat dan begitu pelik

dan berhasil menyelesaikan pada


pada suasana revolusi, Panglima
Besar Sudirman dapat meyakinkan

tahun 1930. la melanjutkan sekolah ke

lima Besar Sudirman adalah tokoh
panutan prajurit yang dapat menye-

dan didengar suaranya tidak saja oleh

TKR (TNl) yang sarat dengan persaingan antara KNIL dan PETA, tapi
juga oleh kelompok-kelompok ber-

Meer Uitgebreid Legere Onderwijs
(MULO) setingkat SLP pada tahun
1932. Setahun kemudian Sudirman

:brbe.T

'

Setetah':tridoneeia merdeka,

Sudirman mendirikan BKR Banyumas.
Upaya perebutan senjata dari Jepang
berjalan tanpa pertumpahan darah dan
BKR Banyumas berhasil memperoleh

banyak senjata. Setelah keluarnya
Maklumat Pemerintah, ieRtang pem-

senjata diluarTNl yang berada di bawah

pindah ke Wiworo Tomo dan menamatkan pelajarannya pada 1935. Karena
orang tua angkatnya telah meninggal

bentukan TKR pada tanggal 5 Oktober

pengaruh partai-partai. Puncak per-

dan kekurangan biaya pendidikan

juangannya adalah aksi gerilya yang
begitu terkenal dan monumental pada
saat Agresi Militer Belanda ll, tidak

untuk melanjutkan sekolah, ia memu-

tuskan menjadi guru HIS Muham-

1945, Sudirman diangkat menjadi
Komandan Divisi V TKR Banyumas
dengan pangkat Kolonel. Pada kon-

madiyah di Cilacap, setelah sebelum-

ferensi TKR di Yogyakarta tanggal 12

saja hanya dikenang oleh TNltapijuga
oleh bangsa lndonesia.
Pada kenyataannya falsafah per-

nya sempat mengecap pendidikan
sekolah guru di Perguruan Muhammadiyah di Solo selama setahun.

November 1945, Sudirman terpilih
menjadi Panglima TKR dan baru
dilantik pada tanggal '18 Desember

juangan, sepak terjang maupun
prestasi di bidang militer Panglima

Tidak lama setelah menjadi guru pada

'1945 oleh Presiden Soekarno dengan

tahun 1936, Sudirman memasuki

pangkat Jenderal.

hidup baru dan menikah dengan Siti

Prestasi yang menonjol sebagai
Komandan Divisi TKR Banyumas
adalah pertempuran Ambawara melawan Sekutu (lnggris) pada pertengahan Desember 1945. Dalam
pertempuran ini TKR yang dipimpin
Sudirman bersama rakyat berhasil

Besar Sudirman, telah jadi ciri khas
tersendiri bagi TNI dan menjadi pedoman bagi generasi TNI selanjutnya
untuk terus mengabdi dan berdarma
bhakti'bagi..negara, bangsa dan TN
sendiri; ltulah's+bdbnya men gapa TN I
tidak rnemiliki tradisi berkuasa secara
tidak'sah {kudeta}. '
I

.Fanglima,Easar Sudirman
-'dilahirkan
., '.r Sudinn
didesa Bodas.karangjd;:.Xeca mata n Re m ba n g,
f{ab-$peteriPu rbal

i

ng

ga J awa

Te n g a

h,

Eai#.tang$a[-24,' nuari 1916, dari

pa@artawiraji

dan Siyem yang berasaldari Purwo-

Alfiah, puteri dari Sasroatmodjo
berasal dari Cilacap, yang dikenalnya
sewaktu bersekolah di Parama Wiworo

Tomo. Dari perkawinan itu mereka
dikaruniai putra putri sejumlah tujuh
orang.

Ketika sekolah Muhammadiyah
tempatnya mengajar ditutup oleh
Jepang, Sudirman dengan berbagai
upaya berjuang sampai sekolah itu
dibuka kembali. Selain itu, ia juga aktif
di bidang perkoperasian dan berhasil
menyatukan perkoperasian se-daerah
Cilacap. Di masa pendudukan Jepang,
daerah Cilacap juga mengalami ke-

mengalahkan lnggris. Palagan Amba-

rawa dikenal dan dikenang sebagai
suatu peristiwa yang heroik dan
diperingati sebagai hari lnfanteri atau
hari Juang Kartika. Satu hal yang

menarik dari peristiwa ini adalah
digunakannya satu taktik militer yaitu
supit urang, padahal TKR dan rakyat
yang bertempur adalah gabungan dari

sulitan terutama di bidang pangan, beberapa pasukan dan laskar yang
.sehingga banyak rakyat yang men- belum pernah latihan bersama. Atas
.:d€rita karenanya. Keadaan ini men- prestasinya ini makin meyakinkan
nembAn$r F{tg'.tYieruPs&f
,,.{prong Sudirman untuk aktif pula Soekarno, bahwa Sudirman memang
b b i S lid,irm_an Keh idqpaB
.@mbina suatu Badan Pengurus pantas terpilih menjadi Panglima TKR.
Dedikasi dan loyalitas Sudirman
s e s u n gg'u,hnyar,.siasgaib
;l,Makanan Rakyat yang dikelola oleh
:,,'masyarakat sendiri, bukan rekayasa
pada bangsa dan negara tidak diragupemerintah pendudukan Jepang. kan.Idbi, hal ini tampak pada pelanorang tua angkafhya
tkannya sebagai Panglima Besar TKR
Wedana, namun Sudirman m6fnper- Aktivitasnya itu telah menjadikan
oleh didikan yang penuh disiplin, dirinya sebagai salah seorang
i:'pada tanggal 25 Mei 1946. Ketika itu,
Sudirman atas nama pimpinan tentara
sederhana, serta etika priyayi Jawa
dihadapan Presiden Soekarno, mengutradisional dari ibu angkatnya. Kelak
capkan sumpah setia kepada bangsa
di kemudian hari hasildidikan iniakan
i

:r:

menjadikan Sudirman seorang tokoh
yang dapat diterima berbagai kalangan.

Sejak muda Sudirman sudah punya

bakat untuk memimpin, bersikap
demokratis, tahan uji (tabah), serta
SENAKATHA,

No. 33/ september 2oo7

sidenan (Syu Sangikai) dari daerah
Cilacap. Ketika pemerintah pendudukan Jepang mengumumkan terbentuknya Peta dibulan Oktober 1943,

dan neffi$'..:}eng mendapat sambutan
meriah dari hadirin. Setelah pelantikan,

Sudirman menyampaikan amanatnya
yang pertama, diantaranya tentang
kesetiaan, tekad, maupun perintah

Kondisi nyata yang sedemikian itu

di Yogyakarta saja, karena kondisi

membuat tugas Panglima Besar

kesehatan Panglima Besar yang tidak
mendukung untuk bergerilya. Namun
Panglima Besar Sudirman menolak
dan tetap akan melanjutkan rencana
perlawanannya. Hal ini disebabkan

Sudirman semakin bertambah berat.
Beliau menjadi prihatin dan sempat
menghentikan proses rasionalisasi,
yaitu dengan memerintahkan pembatalan pembentukan divisi baru dan
meneruskan yang lama dengan nama
Komando Pertempuran. Tindakan pe-

nundaan rasionalisasi dilakukan
dengan pertimbangan bahwa menghadapi ancaman Belanda lebih penting

kekhawatiran Sudirman terhadap
nasib NKRI, mengingat kekosongan
pimpinan pemerintahan jika Presiden
dan para Menteri ditangkap Belanda.
Selain itu juga beliau khawatirterhadap
nasib TNI apabila pimpinan TNI pun

tersebut, karena pengalaman selama
ini menunjukkan bahwa hasil perundingan dengan Belanda tidak dapat
dipercaya. Panglima Besar Sudirman

kini menjadi "single fighter" dan
tumpuan harapan rakyat, khususnya
TNI dalam melanjutkan perjuangan.
Tidak ada lagi elite politik maupun
tokoh yang benar-benar dapat diharapkan bantuannya, kecuali Sri Sultan

HB lX yang tidak ikut ditangkap oleh
Belanda. Janji-janji politik yang pernah

pada saat itu. Tindakan Panglima
Besar Sudirman terlihat sebagai jalan

tengah untuk mengalihkan perhatian
pimpinan tentara yang pro dan kontra
terhadap Rera, sekaligus upaya mencegah perpecahan dalam tubuh TNl.
Sebagai realisasi, ia mengeluarkan
Perintah Siasat No.1 yang disusun oleh

ffiry

F
'€-!

*?

*"

s

q*r

Nasution. Perintah Siasat adalah
perintah bagi anggota TNI tentang taktik

dan strategi dalam menghadapi
Belanda, kalau menyerang NKRI. Pada

akhirnya konflik politik tersebut
berujung pada meletusnya pemberontakan PKI Madiun dibulan September 1948. Peristiwa ini tentu saja
sangat merugikan NKRldan menguras
energi yang sebenarnya diperlukan
guna menghadapi Belanda di kemudian hari.
Permasalahan besar lain yang

harus dihadapi Panglima Besar Sudirman adalah ketika Belanda melakukan Agresi Militer kedua, pada bulan

ffi
.i:'

1ffi.

'.ffi

k& ffi

Jenderal Soedirman berpidato di depan pasukan yang akan mengadakan latihan militer di
sekitar Candi Borobudur, oktober 1946.

ikut ditangkap Belanda, maka tidak ada

diucapkan pimpinan pemerintah

lagi komando yang akan mengatur

sebelum serangan Belanda tidak ditepati. Rakyat pada umumnya dan
prajurit TNI khususnya nyaris kehilangan kepercayaan dan semangat
perjuangan. Bagi mereka berjuang
adalah dengan mengangkat senjata,
bukan dengan berunding seperti yang
selama inidilakukan oleh elite politik.

Desember 1948, padahal Rl baru saja

para prajurit. Dengan rasa berat dan

menghadapi pemberontakan PKI
Madiun pimpinan Muso. Saat itu

kondisi fisik yang memprihatinkan
Panglima Besar Sudirman harus

Belanda berhasil menduduki lbukota
Rldan menahan Presiden beserta para
Menteri. Sebenarnya Presiden telah
berjanji kalau Belanda menyerang,
maka ia akan mengungsi ke luar kota
bersama TNl, karena itu TNI telah
menyiapkan pengawalan dan tempattempat khusus bagi pimpinan pemerintahan yang bergerilya. Akan tetapi
rencana tersebut tidak dapat dilaksanakan, Presiden dan para Menteri
berubah pikiran. Mereka merasa lebih
aman jika tetap berada di Yogyakarta,

"

melakukan perlawanan gerilya, demi

janjinya untuk tetap berada di tengah
anak buah dalam situasi apapun.
Keputusan untuk melakukan aksi

gerilya ini ternyata sangat tepat,

Tugas yang harus dipikul Panglima

karena mampu mengembalikan ke-

Besar Sudirman benar-benar terasa

percayaan rakyat yang hampir lenyap
kepada pemerintah. Disamping itu, aksi
gerilya inipun telah membuat Belanda

berat, berbulan-bulan beliau bergerilya

salah perhitungan. Sesungguhnya
Belanda hendak melumpuhkan Rl

bersama anak buah dengan kondisi
fisiknya yang begitu lemah, sampai
harus ditandu dan digendong serta

dengan sekali pukul, yaitu menangkap
pimpinan pemerintahan dan pimpinan

harus kehilangan satu paru-parunya.
Walaupun demikian, Panglima Besar
Sudirman masih mampu mengontrol

karena Belanda tidak akan berani

militer sekaligus, sehingga tidak ada

dan mengendalikan komando terhadap

mencelakai, mengingat adanya

TNI dalam melakukan perjuangan.

juga telah menyaran,kan kepada

lagi perlawanan yang signifikan terhadap keinginan Belanda untuk berkuasa
kembali di lndonesia. Panglima Besar

tidak sia-sia dan berhasil dengan baik

Panglima Besar Sudirman untuk tetap

Sudirman menyadari tujuan Belanda

memulihkan kepercayaan dan harga

pantauan dunia intemasional. Presiden

Perlawanan gerilya tersebut ternyata

SENAKATHA,

No. 33/ September 2oo7

diri sebagai bangsa. Belanda terpaksa

berunding dengan Rl serta melepaskan

pimpinan pemerintahan yang ditangkap. TNI dan rakyat semakin yakin
dengan kekuatan dan kemampuan
yang dimiliki, bahwa mereka akan
sanggup menghadapi setiap masalah
yang timbul bagaimanapun beratnya.
Kisah perjuangan gerilya Panglima
Besar Sudirman bersama anak buah
yang begitu dramatis, telah menjadi
legenda dan akan selalu diperingati
oleh generasi penerus kelak, khususnya generasi penerus TNl.
Setelah perundingan tercapai dan
Panglima Besar Sudirman kembali ke
Yogyakarta bukan berarti masalah
selesai. Bagi pribadi Panglima Besar
kejadian ini menjadi pelajaran dan

kesetiaan yang paling puncak dari
seorang warga negara kepada tanah
airnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa
apa yang telah dilakukan Sudirman
adalah kebanggaan bagi TNI dan
generasi penerusnya serla yang harus

tidak sama sekali. Apa gunanya kita
berdemokrasi kalau kita tidak memiliki

negara yang berdaulat dan tidak
menjadisatu bangsa yang merdeka.
Bukankah semenjak kelahirannya, TN I
selalu menjadi rebutan elite politik atau

dilakukan oleh seseorang yang

elite partai, bahkan sampai saat

mengabdikan dirinya sebagai TNl. Dari

sekarang ini. Dapat dipahamijika elite
politik akan selalu berupaya menarik
militer ke dalam orbitnya, mengingat
militer adalah organisasi bersenjata
yang memiliki disiplin tinggi dan dapat
diandalkan untuk meraih kekuasaan.

peristiwa sejarah sepanjang revolusi
fisik (1945-1949) dapat diambil suatu
pelajaran, bahwa Sudirman bukanlah
seorang yang ambisius yang ingin
kekuasaan. Kalau saja Sudirman berlaku layaknya seperti elite politik dia

TNI adalah power yang dapat

akan mendapatkan kekuasaan itu,
karena beliau punya kesempatan
untuk melakukannya. Namun pada
kenyataannya, Sudirman adalah seorang militer sejati, TNI sejati bukan

diandalkan dalam meraih kekuasaan

sekaligus pengalaman pahit yang

seorang politikus oportunis.

harus diterimanya. Sebagai seorang
pejuang, patriot, dan ksatria yang
mencintai bangsa, negara serta loyal
kepada pimpinan nasional, dia harus

Apa yang digambarkan dalam
sepak terjang Sudirman selama
pengabdiannya, dapat digenerali-

karenanya beliau sangat menekankan
agar TNI tidak berpolitik. Politik tentara

tunduk pada putusan politik yang
diambil Presiden, walaupun hal itu
tidak berkenan dihatinya. Pada dasar-

nya beliau tidak setuju dengan jalan
perundingan yang ditempuh pemerintah, tapi sebagai seorang loyalis

d

ia

harus menerimanya. Jika Sudirman
mau, ia dapat saja mengambil alih

kekuasaan \tang lowong karena
Presiden dan para menteri sudah
ditangkap Belanda, sedan gkan rakyat

sudah tidak punya harapan lagi
terhadap pemerintah. Pertentangan
batin,ini hampir rnembuat Panglima
Besar nrengundurkan diri' dari jabat-

sasikan pula sebagai sepak terjang
TNI yang nyata dan bukan rekayasa
guna memperoleh legitimasi kekuasaan dari elite politik sipil di belakang

negara.

Panglima Besar Sudirman sangat

memahami akan keberadaan TNI
sebagai salah atu komponen bangsa,

adalah politik negara, bukan politik
partai. TNI adalah alat negara bukan
alat partai, karenanya TNltidak boleh
berubah dan tidak bisa dibeli. TNI
telah terikat sumpah untuk meniaga
dan mempertahankan NKRI dengan

hari. Ada sementara pihak meng-

segala resikonya. Sumpah inilah yang

anggap keputusan bergerilya adalah
pembangkangan Sudirman terhadap

diucapkan Sudirman ketika dilantik

Presiden Soekarno. Anggapan ini
mungkin benar, jika kita tidak memahami konteks peristiwa dan latar
belakang sejarahnya. Akan tetapi

25 Mei 1946 dihadapan Presiden

anggapan itu keliru, naif, dan tendensius jika kita memahamidan mengerti
konteksnya. Karenanya, sampai saat

menjadi Panglima Besar pada tanggal

Soekarno dan sumpah ini juga dilakukan oleh tiap warga negara yang
diangkat menjadi prajurit sampai saat
ini. Untuk itu diperlukan pemahaman
yang komperehensif dari elite politik,
agar konflik yang terjadi pada masa

ini TNI tidak pernah berniat dan

lalu tidak terulang kembali dan TNI

saran bawahannya (A.H. Nasution,

melakukan kudeta kepada pemerintah
yang sah, walaupun kesempatan itu
ada. TNI tidak 'haus darah" dan "haus

pengundura0 dit'i ini

kekuasaan", karena Panglima Besar

tidak lagi menjadi kambing hitam dari
kegagalan elite politik, dalam meraih
kekuasaan maupun kegagalan dalam
mengambil suatu kebijakan. TNI
adalah salah satu kekuatan negara

annya. Akan tetapi setelah menerima
TB. $imatupartg)

tt

tidak jadi: dilaksana&an" :Beliau' tqr.

Sudirman tidak pernah memberi

nyatar lebih,rnementingkan,kepen
tingan TNI dan rakyat pada umumnya
da ri pada kepehtingan, prllaol .t {ali|l

contoh kepada TNI untuk melakukan

menggambalkan kepada krtA,,,S hwa

17 Oktober 1952 maupun Soeharto
pada tahun 1966, adalah akibat dari

Sudirman bukanlah seoran$'prajurit
TNI yang haus kekuasaan dan mau
berbuat nista demi kepentingan pribadi.

Kesetiaan Sudirman adalah
Kesetiaan TNI

Mencermati sepak terjang Sudirman selama perluangan dan dharma

bhaktinya kepada bangsa dan negara
adalah bukti dari persembahan serta
SENAKATHA, No 33/september2oo7

kudeta terhadap pemerintah. Apa yang
dilakukan Nasution cs pada peristiwa

yang harus dimanfaatkan dengan baik
dan benar demi kesejahteraan bangsa,

bukan malah dipinggirkan karena
alasan demokrasi dan atas nama
,HAM. Untuk itu perlunya elite politik
pertentangan atau konflik yang terjadi 'memiliki pengetahuan sejarah yang
antar elite politik sipil yang berakibat benar tentang keberadaan TNl, agar
memiliki pandangan yang bijaksana
padal, tgraqchm nya persatuan..,da n

kesatu.an'bangsa. Jadi apapufl .yang
dilakukan TNI pada saat itu demi
keselamatan dan keutuhan NKRI,

dalam menyikapi dinamika yang terjadi
dalamlubUh TNl. Tanpa rakyat TNI
bukan apa-apa, dan tanpa TNl, NKRI

bukan semata-mata pelanggaran
terhadap kehidupan berdemokrasi.

dalam bahava..t
'

Lebih baik berbuat dan salah dari pada

(Penulis saat ini merupakan
Staf Dinas Dokumentasi Pusjarah TNI,
berpangkat Mayor Caj.)

Kmmwffiffiffigffi

J *J

_.}
#r

di rt,ut

,h

ffi

h

#

*,

frpf

$,

';;

?,

&

E]

Usaha Belanda untuk berkuasa
kembalidi lndonesia telah
E
"h
memanfaatkan tentara Sekutu

sn.

Seorang prajurit TKR difront Ambarawa, Desember 1945.

Oleh : Dra. Sutrisminingsih

ementara itu pengambil alihan
kekuasaan dari tangan Jepang,

belum selesai seluruhnya,
Sekutu telah melakukan tindakantindakan yang menyinggung perasaan

bangsa lndonesia. Bangsa lndonesia

yang baru saja menyatakan kemerdekaannya itu harus menghadapi
percobaan-percobaan yang amat
berat, antara lain berupa insideninsiden kecil yang sporadis yang
kemudian meluas menjadi pertempuran-pertempuran besar yang sering

dinamakdn Palagan. Dari sekian
banyak pertempuran, diantaranya
adalah yang terjadi di Ambarawa, Jawa

Tengah. Di daerah tersebut tentara
Sekutu mendapat pukulan hebat dari
rakyat.

Kedatangan tentara Sekutu ke
Magelang pada sekitar bulan November 1945 bermaksud untuk membebaskan orang-orang Belanda yang
ditawan oleh Jepang. Tetapi ternyata
kedatangan mereka di kota tersebut
menimbulkan kekacauan-kekacauan

terutama dengan adanya anggota-

anggota Netherland lndies Civil Administration (NICA) yang ikut mem-

a. Batalyon ldibawah pimpinan Mayor

bonceng sengaja membuat kerusuhan-

Batalyon lldibawah pimpinan Mayor
Kusen

kerusuhan untuk dapat menarik
perhatian tentara lnggris demi kepen-

tingan Belanda. Tindakan-tindakan

Suryosumpeno

c. Batalyon lll dibawah

mereka setelah dibebaskan berusaha
untuk menempati kembali kedudukan-

d. Batalyon lV dibawah

nya semula adalah jelas melanggar
kedaulatan bangsa lndonesia. Perbuatan mereka itulah yang menjadi

e. Batalyon V dibawah

sebab timbulnya kemarahan rakyat.

pimpinan

MayorA. Yani
pimpinan

Mayor Suwito Haryoko

pimpinan

MayorWagiman

Di samping itu di daerah Kedu
Tengah juga terdapat kekuatan yang

Sekutu dipukul Mundur

terdiri dari badan-badan kelaskaran,

di Magelang
Sebelu m pertempu ran Ambarawa
meletus, di Magelang telah terjadi per-

tempuran, di mana pasukan Sekutu
menderita kekalahan dalam pertempuran tersebut. Hal itulah yang kemudian menyebabkan tentara Sekutu

diantaranya Barisan Pemuda Republik
lndonesia (BPRI), Pesindo, Hisbullah,
Sabilillah, Angkatan Pemuda lndonesia (APl), Barisan Banteng, Kesatuan

Rakyat lndonesia Sulawesi (KRIS),
Polisi lstimewa (Pl) dan lain-lain.

Ketika keadaan kota Magelang
menjadi genting akibat perbuatan

dibawah pimpinan Brigadir Bethell
pada tanggal 21 November 1945

serdadu-serdadu Sekutu yang selalu

mundur dan memusatkan pertahanannya diAmbarawa. Dalam pertempuran

berusaha memancing kerusuhan serta
mengabaikan kekuasaan Republik ln-

di Magelang tentara Sekutu

ber-

hadapan dan dikepung oleh Resimen
Kedu Tengah di bawah pimpinan Letkol

M. Sarbini yang berkekuatan lima
batalyon, yaitu

:

donesia, maka pertempuran menjadi
semakin seru karena datangnya berbagai bantuan dari kesatuan Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) dan laskarlaskar bersenjata. Bantuan tersebut
SENAKATHA,

No. 33/ September 2oo7

merupakan satu bukti betapa tinggisemangat para pejuang untuk membela
tanah air dan sekaligus menunjukkan
persatuan dan rasa setia kawan, rasa

senasib sepenanggungan, sebagai
spontanitas untuk membantu kawan
seperjuangan dalam menghadapi
tentara Sekutu yang secara terangterangan mau berkuasa kembali di
tanah air kita. Kemudian dengan semangat yang berkobar-kobar mulailah

diatur siasat untuk melaksanakan

Akibat dari posisi yang terkepung

barawa. Dengan mundurnya pasukan

rapat, maka pihak Sekutu meminta

Sekutu ini, maka dengan segera

bantuan pimpinan pemerintah Rl untuk

pasukan kita mengadakan pengejaran.

mengadakan perundingan. Pada
tanggal 2 November 1945 sebagai hasil
dari perundingan antara Pemerintah Rl

dan Sekutu di Magelang tercapailah
kesepakatan untuk mengadakan peng-

hentian tembak-menembak, yang
terdiri atas 12 pasal antara lain berbunyi sebagai berikut:
a. Pasal 2, Sekutu akan menem-

Kemenangan di Ambarawa
Mundurnya Sekutu dari kota
Magelang pada tanggal2l November
'1945 terjadi kira-kira pukul 09.00 di
bawah kawalan pesawat udara menuju
kota Ambarawa. Dalam gerakan ini

serdadu-serdadu Sekutu melakukan
teror terhadap penduduk desa Pingit.
Teror serdadu Sekutu inilah yang

penggempuran terhadap musuh.
Sementara itu kesatuan-kesatuan
TKR dan laskar-laskar bersenjata dari
seluruh pelosok berdatangan untuk

patkan pasukan-pasukan secukupnya di Magelang untuk melakukan

kewajibannya, yaitu melindungi,
memberi makan dan mengurus

secara serempak bersatu melawan

bersama-sama berjuang mengusir
musuh darikota Magelang. Bantuanbantuan tersebut menambah sema-

evakuasi Recovery of Allied Pris-

Sekutu, maka mulailah Palagan Am-

oners of War and lnternees

barawa. Batalyon-batalyon Suryo-

(RAPWI). Besarnya pasukan ini

sumpeno, A. Yani, Kusen, di bawah
pimpinan Letkol M. Sarbini segera

menjadi pemicu awal terbukanya
Palagan Ambarawa. Para prajurit kita

ngat perjuangan rakyat kota Magelang

ditetapkan oleh Panglima Sekutu,

untuk lebih gigih mempertahankan

jumlah ini tidak akan lebih besar

mengadakan pengejaran terhadap

kampung halamannya dari seranganserangan musuh. Bantuan tersebut
adalah TKR yang berkekuatan dua

daripada apa yang oleh Panglima

musuh yang mengundurkan diri dari
Magelang tersebut.

Batalyon bersenjata lengkap yaitu

Sekutu dipandang perlu untuk

b.

Batalyon I lmam Androngi dan Batalyon
Gabungan Wijayakusuma yang dipim-

pin oleh Mayor Sugeng Tirtosewoyo.
Kedua Batalyon tersebut dipimpin oleh

Letkollsdiman, Komandan Resimen
Divisi V Purwokerto. Dari Divisi lll

I

Yogyakarta dikirim pasukan-pasukan
yang berkekuatan dua Batalyon, yaitu
Batalyon 10 yang dipimpin oleh Mayor
Soeharto dan Batalyon 8 pimpinan
Mayor Sardjono. Kedua Batalyon ini
dipimpin oleh Letkol Palaldari Resimen

ll

c.

menjalankan pekerjaannya.
Pasal 5, jalan raya Magelang sampai Ambarawa dan termasuk juga
daerah lnggris, akan terbuka baik
untuk lalu lintas Sekutu maupun
lalu lintas lndonesia.
Pasal B, Panglima Sekutu menegaskan, bahwa tidak akan mengakui sesuatu kegiatan NICA dalam
badan-badan yang ada di bawah
pemerintahannya. Setiap orang

rakyat, antara lain Tentara Rakyat
Mataram (TRM) yang dipimpin oleh
Soetardjo, Polisi lstimewa (Pl) yang
dipimpin oleh Onie Sastroatmodjo.
Adapun pasukan-pasukan TKR
yang digerakkan tersebut merupakan
pasukan pilihan yang terdiridari bekas
Pembela Tanah Air (PETA), Heiho,

Kaygun Heiho, Koninklijk Nederlandsch lndisch Leger(KNIL), dan para
pejuang lainnya yang telah mengalami

penggemblengan dan latihan kemiliteran. Pasukan-pasukan tersebut
mempunyai persenjataan yang cukup
kuat sebagai hasil perebutan senjata

dari tangan bala tentara Jepang di
daerahnya masing-masing.
SENAKATHA,

No. 33/ september 2oo7

Purwokerto), pada tanggal 22 Novem-

ber 1945, membuka serangan fajar
dengan lindungan mortir-mortir dari
batalyonnya. Setelah diketahui bahwa

pasukan Sekutu sudah tidak berada
di Pingit lagi, maka batalyon ini segera

NICA akan dikeluarkan dari ten-

mengarahkan gerakannya ke Ambarawa. Sekitar pukul '16.00 WIB
mereka memasuki desa Tempuran.
Disini terjadi pertempuran sengit,

taranya.

setelah lebih kurang satu jam tembak-

yang terbukti menjalankan kegiatan

dan Letkol Umar Slamet dari

Resimen I secara bergiliran. Di samping itu juga bergerak laskar-laskar

Sementara itu batalyon lmam
Androngi (batalyon bantuan dari
Resimen Wijayakusuma, Divisi V/

Persetujuan untuk penghentian
tembak-menembak antara pasukan
kita dengan Sekutu tersebut, justru
dikhianati sendiri oleh pihak Sekutu.
Dalam hal ini pertama-tama Sekutu
mendatangkan bala bantuan dari
Semarang ke Magelang berupa ke-

menembak, desa Tempuran dapat
diduduki. Menyusul batalyon lmam
Androngi, bergerak pula Batalyon
Gabungan Wijayakusuma dari Purwokerto lainnya dengan kekuatan lima

kompi riil menuju medan Ambarawa.
Demikian pula Tentara Laskar Mataram

satuan-kesatuan tempur dan meriammeriam. Maka semakin tampak jelas

(TRM) di bawah pimpinan Sutardjo
segera bergerak menuju medan
Ambarawa dan menggabungkan diri

kelicikan pihak Sekutu, memanfaatkan

dengan batalyon Sugeng Tirtosewoyo

kesempatan penghentian tembakmenembak untuk memusatkan kekuatannya di Magelang, sehingga
keadaan di kota Magelang semakin
bertambah genting dan tegang.
Pada malam hari tanggal 2'1 November 1945, secara diam-diam pasukan Sekutu pergi meninggalkan kota
Magelang dan mundur ke jurusanAm-

(Batalyon Wijayakusuma) yang menyatukan diridengan Batalyon lmam
Androngi di desa Tempuran. Dari desa

Tempuran ini Mayor lmam Androngi
satu kompi, yakni Kompi Sudja'l bergerak menyusur Jalan Sidatan (Zij
Weg)menuju Banyubiru.
Pada tanggal 23 November 1945
lebih kurang pukul 05.00 wib, pasukan

yang sudah berkumpul di Tempuran
tersebut melanjutkan perjalanan untuk
mengejar musuh. Batalyon lmam Androngi melalui jalan desa, sedangkan
Batalyon Soegeng Tirtosewojo dan
pasukan Tentara Rakyat Mataram
(TRM) melintas di kiri dan kanan jalan

besar. Pada saat menjelang fajar
pasukan tersebut telah tiba di desa
Sumber. Sementara itu datang pula
menyusul Batalyon 10 Divisi lll Yogyakarta di bawah pimpinan Mayor
Soeharto dan Batalyon B Divisi lll yang

dipimpin oleh Mayor Sardjono.
Ketika matahari mulai terbit, mulai-

lah tembak-menembak dengan pasukan Sekutu yang berstelling di
kompleks Gereja dan kuburan Belanda

yang terletak di jalan Margoagung
dalam jarak + 300 meter. Batalyon
lmam Androngi mengambil kedudukan

di sebelah kiri jalan. Batalyon Soeharto dan Batalyon Sardjono bersama
dengan Batalyon Soegeng Tirtosewojo

sebelah kanan jalan. Pertempuran
berlangsung dengan seru, dimana
masing-masing pihak berusaha mem-

pertahankan kedudukanya. Mortir
Sekutu kita balas dengan mortir,
bouwitzer kita balas dengan meriam.
Dengan penuh keberanian pasukanpasukan kita sebelah kanan jalan di

bawah pimpinan Mayor Suharto,
Mayor Sardjono dan Mayor Sugeng
Tirtosewojo menyerbu dan merebut

PrajuritTKR di belakang senapan mesin difrontAmbarawa, Desember 1945.

Yogyakarta dibawah pimpinan Onie
Sastroatmodjo, juga Barisan Macan

Bambang Sugeng di desa Ungaran.
Kesulitan pihak Sekutu ini kemudian

yang terdiri dari para narapidana yang

dimanfaatkan secara baik oleh Kolonel
Sudirman (Komandan Divisi V/Pururo-

dipersenjatai, pasukan dari Salatiga,
Sunggingan, Boyolali dan Surakarta
yang mengambil stelling medan/front
timur. Di front timur ini terkenal artileri
Solo pimpinan Mayor Suwarto yang
berkedudukan di Lopait dan gunung
Sewukulo. Di kota Ambarawa sendiri
bertempurlah Batalyon Suwarto dari
Divisi V Jatikusumo. Dengan bertambahnya kekuatan di pihak TKR, maka

kerto) yang kemudian mengajukan
konsepsi strategi militernya. Maka
tampillah Kolonel Sudirman mengun-

dang komandan-komandan sektor
TKR dan laskar-laskar berkumpul
untuk memperbincangkan, memutuskan, serta merencanakan serangan

umum guna membebaskan kota
Ambarawa dari pendudukan Sekutu.

pasukan Sekutu terkepung dari segala

Dalam pertemuan yang diadakan pada

penjuru. Untuk lebih melancarkan
pergelaran perang di medan Ambarawa, maka diadakan pertemuan di
Jambu yang kemudian dilanjutkan di

tanggal 11 Desember 1945, pada
sekitar pukul 18.00 WIB Kolonel
Sudirman memberikan penjelasan

peluru dan bom-bom dari atas kedudukan kita (TKR), tetapi hal ini tidak

berhasil membentuk Markas Pimpinan

Pertempuran (MPP) yang bermarkas

tentang perlunya tentara Sekutu diusir
secepalcepatnya dari kota Ambarawa
agar Sekutu tidak menjadikan kota
Ambarawa sebagai pangkalan untuk
merebut Jawa Tengah. Petunjuk dan

membuat hati prajurit-prajurit kita

di Jalan Jendralan Magelang. Sesudah

saran Kolonel Sudirman diterima

menjadi gentar. Pihak Sekutu menge-

itu medan Ambarawa dibagi dalam
sektor-sektor Utara, Selatan, Timur,
dan Barat. Dari sini mulailah konso-

dengan baik oleh para komandan pasukan. Adapun strategi yang telah
disetujui tersebut adalah :

stelling musuh di pekuburan Belanda.
Serangan udara musuh menghujani

rahkan pasukan-pasukan Jepang
tawanannya untuk menyusup ke

Magelang dibawah pimpinan Kolonel
Holan lskandar. Dalam pertemuan itu

kedudukan-kedudukan TKR dengan
dikawal oleh tanknya yang mengan-

lidasi pasukan-pasukan.

cam kedudukan pasukan TKR dari arah

Benteng Banyubiru ditinggalkan oleh
musuh karena mereka tidak mampu
mempertahankannya lebih lama lagi.
Bantuan udara musuh pun juga terputus, akibat telah jatuhnya lapangan

c. Pasukan-pasukan dari Badanbadan Perjuangan sebagai barisan
belakang.
Serangan dimulai langgal 12

belakang. Keadaan ini tentu saja
sangat membahayakan bagi pasukan-

pasukan TKR, sehingga segera dipu-

tuskan untuk meninggalkan kedu-

Pada tanggal 5 Desember 1945

bantuan-bantuan dari segala jurusan

terbang Kalibanteng Semarang ke
pihak kita pada tanggal 9 Desember
1945. Keadaan yang demikian itu

terus datang mengalir, diantaranya

menyebabkan sulitnya pendorongan

Batalyon I Divisi llYogyakarta dibawah

logistik musuh, karena pengiriman
lewat darat selalu mengalami penghadangan dari pasukan-pasukan

dukan yang terancam dari belakang itu

menuju Bedono. Sementara itu

pimpinan Mayor Pranoto Reksosamodro, Polisi lstimewa (Pl) dari

a. Siasat yang diterapkan

adalah
pendadakan serentak di semua

sektor pada titik yang sama.
penyerangan dipegang
oleh para Komandan Sektor TKR.

b. Komando

d.

Desember 1945 pada pukul 4.30

e.

WIB tepat.
Komando menembak pada pukul
4.30 WIB tepat.
SENAKATHA,

No. 33/ September 2007

!*ri*i:

I

i.t.Irl

It

tJlt

rtr

{rf "(,1'1 i"'.u
-J3J;JJ:il>2

* **ui*.*i* ff j*.-, i- *J*i; **

##ffi

d*

ffiFmyme#$x

ffiw$w*

Pada awal Proklamasi Kemerdekaan Republik lndonesia
yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 hampir
di seluruh persada tanah air lndonesia terjadi perlawanan atau

pertempuran melawan kekuatan lnggris dan Belanda yang kemudian
didalam referensi buku-buku sejarah terutama Sejarah TNI disebut
dengan'Pertempuran Awal' mempertahankan Kemerdekaan lndonesia.
Oleh : Drs. Sutanto

ninggal tahun 1929 saat Toha masih
berusia 2 tahun. Sepeninggal ayahnya,

ertempuran-pertempuran yang
terjadi pada awal kemerdekaan

Toha menjadi anak yatim dan dibesarkan oleh ibunya di Suniaraja Bandung.

antara lain pertempuran lima hari
di Semarang, pertempuran lima hari di

la tidak mengenyam pendidikan
yang tinggi, namun hanya tamat se-

Palembang, Medan Area, Pertem-

kolah dasar yang ditempuhnya selama

puran Surabaya, Bandung LautanApi

tiga tahun. Pada masa pendudukan

dan Puputan Margarana serta per-

Jepang, Mohamad Toha yang sudah
memasuki usia remaja telah mulai
belajar menyetir mobil dan kemudian
bekerja di bengkel kendaraan militer
Jepang. Di awal Proklamasi Kemerdekaan lndonesia, pemuda Toha bergabung dengan Badan Perjuangan
Barisan Benteng Republik lndonesia
(BBRI) wilayah Priangan jabatannya
sebagai Komandan, Seksi I bagian
penggempur. Markas BBRi wilayah
priangan berada di Banceuy. Ketika
terjadi peristiwa Bandung Lautan Api
(BLA)tanggal24 s.d 26 Maret 1946,
pasukannya ikut meninggalkan Bandung menuju arah selatan (route Skall)

tempuran-pertempuran berskala kecil
yang hampir terjadi di seluruh wilayah
Republik lndonesia. Dari kancah pertempuran mempertahankan dan mene-

gakkan proklamasi kemerdekaan
Republik lndonesia melahirkan yang
tampil sebagai pemimpin atau pelopor
dalam peristiwa pertempuran tersebut,

Bagi rakyat Jawa Barat lebih spesifik lagi masyarakat Kabupaten Bandung mengenal seorang tokoh pejuang

bernama Mohamad Toha. Mohamad
Toha adalah seorang pemuda bukan

keturunan ningrat atau orang kaya,
melainkan berasal dari rakyat kecil
keturunan orang biasa tetapi mempu-

dan bermarkas di daerah 'Kulalet'

nyai keberanian yang luar biasa karena

sekarang sungai Citarum di Dayeuh
Kolot, ikut bertempur melawan NICA.
Pasukannya dibawah komando Markas Perjuangan Pertahanan Priangan

dengan gagah berani ia telah meledakkan gudang amunisi Belanda di
Dayeuh Kolot.

Mengenat Mohamad Toha
Mohamad Toha atau lebih sering
dipanggil Toha, Iahirdi Suniaraja, Ban-

dung pada tahun 1927 . lbunya rakyat
biasa bernama Nariah berasal dari
Kedung Halang Bogor. Ayahnya me-

Gambar:

(MP3) dibawah pimpinan Letkol
Sutoko yang bermarkas di Ciparay
Bale Endah dengan tugas mempertahankan daerah Dayeuh Kolot dan

risan Banteng Republik lndonesia
(BBRI) yang merupakan salah satu
dari sekitar 20-an organisasi kelaskaran atau badan perjuangan yang ada
di Bandung. Jadi disatu pihak ada TRI
(tentara resmi) dan dilain pihak ada
Badan Perjuangan.

Untuk menjaga agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam pengendalian
atau rantaikomando, maka pada tang-

gal '15 September 1945 dibentuklah
Majelis Dewan Perjuangan Priangan
(MDPP) dan kemudian pada tanggal
14 Desember 1945 berubah menjadi
Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3). Selanjutnya MP3 menjadi
pusat komando dari seluruh kekuatan

Badan Perjuangan dan Pengaturan
aktivis perjuangan di Bandung. Badan

Perjuangan ini disusun dalam bebe-

rapa tingkatan yaitu dari tingkat
Resimen sampai ketingkat Batalyon
dan dibagi sampai tingkatan terkecil
yaitu tingkatan kompidan regu.

Peristiwa Sabotase
Gudang Amunisi Belanda
Di Dayeuh Kolot
Dua harisetelah peristiwa Bandung
Lautan Api Belanda/NlCAdari Brigade

V KNIL dibawah pimpinan Kolonel
Moer mengambil alih komando setelah

sekitarnya yang ketika itu merupakan
garis pertahanan terdepan.

ada penyerahan dari pasukan lnggris
dengan tugas melakukan penjagaanpenjagaan di dalam kota Bandung.

Mohamad Toha berasal dari Ba-

Mulai Brigade V KNIL dengan kekuatan

Mohamad Toha (1927-1946) gox. Euis satanah, 2005)
Gudang mesiu di Dayeuh Kolot diledakkan oleh Mohamad Toha, 11 Juli 1946.10ok. H.

SENAKATHA,

No. 33/ September 2oo7

Tatans Endan)

fr,re

buah kampung didekatnya.
Mohamad Toha gugur dalam peristiwa tersebut dan

menewaskan sekitar 20
orang tentara Belanda.
Pengorbanan Mohamad
Toha yang telah berjuang
sampai tetes darah penghabisan susah dicari tan-

a.-t

dingannya.
Diperkirakan mesiu yang

nitipkan jam tangan dan pakaian

mandan BPRI, Pangeran Papak terluka karena terkena peluru mitraliur. la
terjebak dalam perangkap musuh dan

ditangkap lalu dibawa ke markas
Belanda untuk diinterogasi. Pangeran

Papak tidak mau memberikan keterangan atau tutup mulut mengenai

Dayeuh Kolot untuk wilayah selatan.
Untuk wilayah timur garis pertahanan
Belanda ada di Bojong Koneng sampai

meledak lebih kurang 1100

ke Ujung Berung. Di sebelah Barat

ton/18.000 ton. Sebagai
penghargaan atas jasa-

Belanda membuat garis pertahanannya di Cimahi sampai dengan Padalarang. Sebelah Utara garis pertahanan Belanda ada di sekitar Dago.

jasanya Mohamad Toha dan
pada tangKunjungan Laksamana Mountbatten ke Bandung pada Ramdhan, maka
gal
1946, ber8
September
25 Maret 1946.1toto: Bandoeng, beeld van een stad, 1996)

hitamnya kepada temannya yang telah
berangkat meninggalkannya.
Dalam pertempuran tersebut Ko-

Pengaruh Peledakan
Gudang Amunisi Dayeuh Kolot
Oleh Mohamad Toha
Bagi Kepentingan Belanda
Setelah Belanda mengambil alih
kota Bandung dari lnggris, Belanda
memperkuat kedudukannya dengan
membuat garis pertahanan di Distrik

Penyimpanan gudang amunisi terbesar

tempat di Garut, Menteri
Pertahanan Amir Syarifuddin mem-

ada di Bojong Koneng dan Dago.
Sedangkan di Distrik Dayeuh Kolot

berikan tanda penghargaan berupa dua

diarahkan untuk menghadapi pasukan
TRI dan Laskar Perjuangan yang ada

bilah pedang sebagai gambaran semangat yang membara terhadap sifat
kesatria kedua tokoh tersebut.
Pengabdian kedua tokoh ini juga

di wilayah Bandung Selatan karena
memang sebagian besar pasukan TRI
dan Badan Pequangan terkonsentrasi

diabadikan menjadi nama sebuah jalan

di wilayah Bandung Selatan.

di Bandung Selatan. Demikian juga
dengan para pahlawan yang gugur
sebagai akibat peristiwa tersebut,

Distrik Dayeuh Kolot sudah barang

Akibat peledakan gedung mesiu di

hidup. Akhirnya ia dibuang ke Sabang.

mereka diabadikan dalam bentuk

Ditengah berkecamuknya pertempuran itu, sekitar jam 12.30 WIB terdengar ledakan dahsyat yang menggetarkan alam sekitar. Gudang mesiu
TK ll itu telah hancurdan rata dengan

sebuah monumen diatas sebuah bukit

tentu menghambat dukungan logistik
wilayah terutama dukungan amunisi
pasukan Belanda di garis pertahanan
Belanda di Distrik Dayeuh Kolot yang
berhadapan langsung dengan TRI di

di Bale Endah. Tempat bekas terjadi-

wilayah Bandung Selatan. Keuntungan

keadaan Mohamad Toha yang masih

tanah. Lidah api membakar kendaraan

truck-truck disekitarnya berikut dua

bersama-sama dengan pahlawan Ramdhan dan Mohamad Toha, nama-nama

nya ledakan mesiu juga didirikan

bagi kita adalah dengan meledaknya

monumen Pahlawan Mohamad Toha
yang terletak di Jalan Mohamad Toha
disamping markas Batalyon Zipur-3
Dam lll/Siliwangi.

gudang amunisi Belanda di Dayeuh
Kolot tersebut memberikan ruang

Bekas-bekas pembakaran pada peristiwa Bandung Lautan Api. (sitaresmi, 2002:

gerakyang lebih luas bagi pasukan TRI
dan Badan-Badan Perjuangan untuk

104)

Warga Kota Bandung mengungsi ke pedesaan di kala peristiwa Bandung Lautan Api. (Kunto,1986:891)

SENAKATHA, No

33/ september 2oo7

pendi dikan formal ", demikian

iung-

karena kelalaian kita sendiri. Bahwa

kapkan oleh Prof. Matulada dari Uni-

mereka yang alfa mengan5il pelajaran

but

versitas Hasanuddin. Ada yang menga-

dari pengalaman masa lampaunya,
akan dipaksa oleh sejarah itu untuk

is continuity, and we are all la-

d

takan, bahwa bangsa adalah suatu
produk sejarah, dan hanya dengan
mengerti sejarahlah kita akan mengerti

bangsa itu, termasuk apa bangsa lndonesia itu. Sebagai produk dari sejarah, kita harus menguasaidengan teliti
setiap tonggak sejarah yang penting,
memahami kekuatan-kekuatan serta
kelemahan-kelemahan kita.
Di negara lain kesadaran kesejarahan ini dipelihara sebagai bagian
integral dari program pendidikan generasi muda. Setiap waktu kelompokkelompok generasi muda ini mendatangi situs-situs sejarah bangsanya
dan museum-museum dimana benda-

benda sejarah yang merekam perkembangan suatu bangsa itu disimpan
dan dipelihara.

Bagi bangsa lndonesia, betapa
banyaknya tempat dan benda-benda
bersejarah yang ditinggalkan, ratusan
prasasti, monumen maupun bangunan
serta naskah-naskah yang bisa kita

pelajari kembali. Alangkah baiknya
bila generasi muda sejak usia dini
sampai perguruan tinggi menda-

tangi museum-museum nasional
yang ada, mendatangi sifus-sifus
tem pat te rj ad i nya peri stiwa sej a ra h
bangsa, agar kita dapat menghayati
perj ala nan sejarah ba ngsa, seh i ngga
timbul rasa cinta terhadap tanah air

dan bangsa sebagai wujud nyata
dari patriotisme. Tanpa kesadaran
sejarah, ke-lndonesiaan kita akan
merupakan wadah yang hampa, bila
tidak hati-hati akan hancur berantakan

men g u lang i kekel i rua n-kekel i ruan nya

dengan harga yang sangat tinggi,
demikian dikatakan oleh para sejarawan senior.

Sangat menarik untuk disimak,
sebuah kalimat di ruang dalam pintu

masuk Museum Waspada Purbawisesa yang berada di areal Museum
Satriamandala yang bunyinya sebagai

berikut '. "Dengan mengunjungi
museum ini kita dapat mengambil
pelajaran berharga, betapa kepentingan politik yang diperjuangkan
melalui pemberontakan akan
menimbulkan luka yang dalam
bagipersada lbu Pertiwi". Sedangkan dilembar sebaliknya tertulis,
"Rekaman peristiwa sejarah ini
untuk membangkitkan tekad agar
penderitaan yang pernah terjadi
sebagai akibat dari pemberontakan
tidak akan pernah terulang lagi di

persada lbu Pertiwi yang kita
cintai". Betapa dalam pesan dan
makna daritulisan tersebut jadi benar
rupanya apa yang dikatakan oleh
sejarawan lnggris John Seeley yang
pernah mengatakan bahwa "Kita
belajar sejarah, agar arif dan bijaksana menghadapi masa depan",
dalam bahasa aslinya dia berkata
"We study History that we my be
wese before the event". Dan yang
paling mengharukan adalah salam
perpisahan yang dituliskan pada pintu

gerbang keluar Museum Sejarah
Perjuangan Nasional Mexico yang
bunyinya sebagai berikut

berikut

:

"Kita meninggalkan museum,
akan tetapi tidak meninggalkan
sejarah oleh karena sejarah berjalan

terus dengan penghidupan kita.
Tanah tumpah darah merupakan
suatu kelangsungan, dan kita semua

adalah karyawan yang bekerja
untuk kebesarannya. Dari zaman
lampau kita menerima kekuatan
yang dibutuhkan untuk zaman
sekarang, dari zaman lampau kita
menerima niat dan dorongan huat
haridepan. Marilah kita menyadari
rasa tanggungjawab yang bersangkutan dengan kemerdekaan agar
kita makin patut menerima kehormatan bersama warga bangsa
Mexico".
Presiden Sukarno mengaku sangat

terharu tatkala membaca tulisan
tersebut pada waktu beliau mengun-

jungi museum di Mexico City, dan
pada tanggal 1 TAgustus 1 961 diungkapkan kembali dalam pidatonya yang
berjudul Re-So-Pim.

Judul tulisan ini terinspirasi oleh
kalimat yang tercantum pada pintu

MeskiD,,n

juangan Nasional Mexico tersebut,
semoga bermanfaat.t'

,,-

#*
r:ii':ri

bourers toiling for it greatness. Out
of the pastwe receive the strenght
required for the present, out of the
pastwe receive the purpose and the
encouragement for the future. Let
us then realise the responsibilities
for freedom, in order to deserve
more and more the honour of being Mexicans".
Terjemahannya adalah sebagai

gerbang keluar Museum Sejarah Per-

#*
#*

:

"We leave the museum behind,
not hi story, because hrb tory continues with our life. The motherland

tfr

_l

Suasana pemakaman
AKBp (purn.)Sukitman

diTMp Kalibata Jakafta,
pada Senin 1 3 Agustus 2007

empat dari lima bersaudara ini menjadi
yatim sejak umur empat tahun. Dalam

kehidupannya yang cukup mempri-

hatinkan, Sukitman hanya mampu
memiliki ijasah Sekolah Rakyat.
Meskipun ia sempat memasuki
Sekolah Pendidikan Guru yang hanya
bertahan selama enam bulan karena
tidak ada yang membiayai, sehingga

sekolah tersebut pada akhirnya
ditinggalkan.

1961, Sukitman berangkat ke
Jakarta untuk mengikuti kakaknya
yang sudah bekerja di pegadaian

Salemba. Saat usianya menginjak .lg
tahun Sukitman mencoba mendaftar
polisi di SPN Kramatjati Jakarta Timul

atas kehendak Yang Maha Kuasa
semua beqalan lancar. Hal itu dika-

.

takan demikian karena saat Sukitman

datang ke SPN Kramatjati ternyata
nomor pendaftaran sudah habis, tetapi

Sukitman segera menyampaikan
alasannya untuk dapat diterima. Berkat kepolosannya, Sukitman mampu
meluluhkan panitia penerimaan.
Meskipun pada awal pendaftaran
Sukitman berada pada urutan terakhir,
akan tetapitest dan wawancara dapat
dilampaui dengan baik. Sehinga pada

pengumuman lanjutan Angkatan Vlll
SPN Kramatjati, Sukitman menduduki

urutan 72. Pendidikan SpN dilatui
dengan mulus hingga selesai pada 1
Januari 1963 yang akhirnya dilantik
menjadi agen Polisi TK lt oleh pangdak Vll Jaya Mayjen Polisi Drs Subroto
Brotodirdjo SH, kemudian mendapat

penempatan pertama sebagai anggota

Kesatuan Perintis / Sabhara Seksi Vll

Kebayoran, Jakarta Selatan yang
bermarkas di Jl. Wijaya Jakarta.
Dua tahun kemudian ketika terjadi

peristiwa G 30 S/PK| tahun 1965,
yakni ketika PKI melancarkan penculikan dan pembunuhan keji terhadap

beberapa perwira tinggi pimpinan TNI

AD serta menguburkannya dalam
sebuah sumur tua di desa Lubang
Buaya, Jakarta Timur maka Sukitman-

lah yang telah berjasa menemukan
sumur Iubang buaya tesebut.
RUJUKAN
Aminudin Kasdi dan G. Ambarwulan, G
30 S/PKI tahun 1965 Bedah Caesar
Dewan Revolusi lndonesia, Java
Pustaka, 2005.
Antonie CA Dake, Sukarno File (Berkasberkas Sukarno 1965-1967) Krono_

logi Suatu Keruntuhan,

Aksara

Karunia, Jakarta 2005.

Aristides Katoppo dkk, Menyingkap
Kabut Halim 1965, pustaka Sinar

*
I

ffi

I

X

Harapan, 2000.
Soemarno Dipodisastro, Drs, Kesaksian
Sukitman Penemu Sumur Lubang
Buaya, Yayasan Sukitman, Jakarta
Maret 2006.

Sri Mulyani Sugiyarto dan Dispen polri,
Peranan Anggota PolriAgen polisi TK

ll Sukitman Dalam

penemuan

Lubang Buaya dan penumpasan

G3OS/PK|, Dinas penerangan polri,
September, 1995.
Victor M. Fic, Kudeta 1 Oktober 1965,
Sebuah Studi Tentang Konspirasi,
Yayasan Obor lndonesia. Jakarta

2005.n

Tetap ikhlas dan tabah melepas pejuang Bangsa ke pangkuan
tbu pertiwi

(Penutrs saat rni rneniabat sebaoai
Waka Pusjarah TNl. berpangxar'Koronel SJsT
S

ENAKATHA,

No. 33/ september 2oo7

i ii l;11-:

ffir iil
t

'i:: i i--r-.-J-i ij i: i,J

K.lF-

Para pemikir strategi yang besar
selalu menggali kearifannya dari
sejarah. Demikian juga dengan
panglima perang tersohor di
dunia yang bertabur dan
berhiaskan panji-panji
kemenangan yang harum, mereka
sangat mengenal sejarah, baik
sejarah bangsanya sendiri
maupun sejarah lawannya
berperang. Mereka selalu belajar
dari sejarah, baik sejarah
kemenangan maupun sejarah
kekalahan dan kesalahan, Mereka
mengambil kearifan dari sejarah
atau peristiwa masa lalu.

komandan satuan. Mereka berpendapat bahwa sejarah adalah sarana
yang baik untuk membina mental
prajurit, meningkatkan moril dan jiwa
korsa juga mengantarkannya ke dalam

tradisi juang untuk kesatuannya.
Pernyataan itu bersifat universal, oleh
karena itu berlaku juga bagiprajuritTNl
kita.

Sejarah dapat mengembangkan

moril, esprit de corps (jiwa korsa),
integrasi, mental, semangat juang
prajurit. Selain itu, sejarah juga berfungsi sebagai sarana sosialisasi,
penyampaian nilai-nilai juang kepada
masyarakat luas umumnya, khususnya kepada generasi muda. Melalui

sejarah inilah diharapkan generasi
muda akan lebih mengenalTNl yang
lahir dalam kancah perjuangan mem-

bahwa fungsi dan guna sejarah juga

dapat dijadikan media pembentuk
pendapat umum yang efektif, alat
politik yang ampuh, sebagai pembenaran tingkah laku politik dalam
tanda petik, yang artinya sejarah itu
amat sangat besar perannya dalam
suatu bangsa dan negara, sehingga
jangan sampai di salah gunakan.
Dalam konteks Negara Kesatuan
Republik lndonesia yang berdasarkan
pada Pancasila dan UUD 1945, maka

fungsi sejarah haruslah mengacu
kepada komitmen-komitmen kebangsaan kita tersebut. Untuk itu Menko
Hankam/Kasab Jenderal DR. A.H.
Nasution mengeluarkan perintah untuk

menulis sejarah. Deputy l/Kasab
Mayjen TNI A.J. Mokoginta diperintah
untuk membentuk Tim penulisan seja-

ila sejarah penting bagi ahli
strategi dan para panglima,

pertahankan kemerdekaan.
Oleh sebab itu, TNI yang menjadi

rah, khususnya sejarah Perjuangan

demikian juga bagi komandan-

milik rakyat adalah pralurit pejuang dan

pelaksanaan dari perintah tersebut,
maka Mayjen Mokoginta merekrut

pejuang prajurit yang pada
awalnya mempunyai fungsi

para sejarawan dari Angkatan/Polri dan

sebagai kekuatan Hankam dan

dari Universitas lndonesia yang