THE ROLE OF REGENT R.A.A WIRATANUNINGRAT IN DEVELOPMENT OF TASIKMALAYA REGENCY 1908-1937
TASIKMALAYA 1908-1937
THE ROLE OF REGENT R.A.A WIRATANUNINGRAT IN DEVELOPMENT OF
TASIKMALAYA REGENCY 1908-1937
Aam Amaliah Rahmat
Jurusan Ilmu Sejarah UNPAD Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21 J atinangor
e-mail: amlira49@yahoo.com
Naskah Diterima: 25 Juli 2017
Naskah Direvisi:26 Oktober 2017
Naskah Disetujui:22 November 2017
Abstrak
Tulisan ini membahas tentang peranan Bupati R.A.A. Wiratanuningrat dalam membangun Kabupaten Tasikmalaya. Perkembangan tersebut meliputi bidang pendidikan, infrastruktur, agama, pertanian, dan ekonomi. Ada tiga hal yang dipersoalkan yaitu (1) bagaimana kondisi sosial, ekonomi dan pemerintahan sebelum R.A.A. Wiratanuningrat memerintah? (2) siapakah R.A.A. Wiratanuningrat? (3) bagaimana kondisi ekonomi, sosial, dan pemerintahan ketika R.A.A. Wiratanuningrat memerintah? Adapun metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut yaitu menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Kabupaten Tasikmalaya memang pada mulanya bernama Kabupaten Sukapura. Perpindahan ibukota dari Manonjaya ke Tasikmalaya boleh dikatakan sebagai tonggak awal untuk melakukan pembangunan di Tasikmalaya walaupun memang perpindahan ini tidak terjadi pada masa Wiratanuningrat memerintah. Meskipun Bupati R.A.A. Wiratanuningrat bukan keturunan langsung dari dinasti “wiradadaha” tetapi R.A.A. Wiratanuningrat dapat memperlihatkan kemajuan di Kabupaten Tasikmalaya baik dari segi fisik maupun nonfisik sehingga sampai sekarang dikenal sebagai bapak pembangunan dan bapak irigasi.
Kata kunci: R.A.A. Wiratanuningrat, Tasikmalaya, Bupati, Kabupaten.
Abstract
This paper discusses the role of Regent of R.A.A. Wiratanuningrat in building Tasikmalaya Regency. These developments include education, infrastructure, religion, agriculture, and economics. There are three points in question, namely (1) how social, economic and governance conditions before R.A.A. Wiratanuningrat ruled? (2) who is R.A.A. Wiratanuningrat? (3) how the economic, social, and governance conditions when R.A.A. Wiratanuningrat ruled? The method used to answer the question are using historical method consisting of heuristics, criticism, interpretation and historiography. Tasikmalaya Regency was originally named Sukapura Regency. The transfer of capital from Manonjaya to Tasikmalaya may be regarded as an early milestone for development in Tasikmalaya although indeed this movement did not occur during the reign of Wiratanuningrat. Although the R.A.A. Regent Wiratanuningrat is not a direct descendant of the dynasty "wiradadaha" but R.A.A. Wiratanuningrat can show a progress in Tasikmalaya Regency both physically and non-physically, so well known as the father of development and the father of irrigation.
Keywords: R.A.A. Wiratanuningrat, Tasikmalaya, Regent, Regency.
344 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 343 - 358
peneliti adalah daerah yang kini dikenal Kedudukan bupati pada zaman dengan sebutan Tasikmalaya, yang semula pemerintahan Hindia Belanda mengalami bernama Sukapura tahun 1913. Artinya perubahan, yang mulai diberlakukan sejak perubahan tersebut terjadi pada masa Daendels menjadi Gubernur Jenderal pemerintahan
A. PENDAHULUAN
Bupati R.A.A. (1808-1811). Perubahan tersebut yakni, Wiratanuningrat (1908-1937). Hal ini sebagai pegawai Hindia Belanda yang menjadi daya tarik bagi penulis untuk diangkat oleh Gubernur Jenderal, yang mengkaji kepemimpinan bupati R.A.A. ditandai dengan diberikannya gaji berupa Wiratanuningrat melalui penelitian dengan uang (Yulifar, 2014: 19, Hardjasaputra, judul
Bupati R.A.A. 2002: 40). Hal ini dilatarbelakangi oleh Wiratanuningrat dalam Pembangunan keinginan
Peranan
Tasikmalaya 1908-1937. menegakkan kekuasaannya di tanah Adapun
pihak
kolonial
untuk Kabupaten
permasalahan pokok dari jajahan melalui pemerintahan secara penelitian ini adalah bagaimanakah rekam langsung (direct rule). Tetapi, karena jejak R.A.A. Wiratanuningrat sebagai kuatnya tatanan pemerintahan tradisional, bupati Kabupaten Sukapura-Tasikmalaya dengan
bupati sebagai
pemimpin tahun 1908-1937?
kharismatis yang di mata rakyatnya, maka Buku yang membahas tentang upaya Hindia Belanda tersebut sebenarnya Wiratanuningrat tidak ada, akan tetapi ada tidak pernah berhasil secara utuh bahkan laporan penelitian yang membahasnya. Di pada akhirnya gagal. Karena itu, peran dan sini penulis menggunakan buku-buku yang posisi bupati pada saat ini mengalami bahasannya tentang bupati meskipun tidak dualisme, yakni pemimpin yang legal- secara
langsung membahas rasional
(pegawai
kolonial)
dan Wiratanuningrat.
tradisional-kharismatis. Pertama , buku berjudul Bupati di Kendati
keinginan Daendels Priangan karya A. Sobana Hardjasaputra. (Pemerintah Kolonial)
menjelaskan mengenai pemerintahan seiring dengan berbagai cara
menginginkan Buku
ini
pembukaan Rawalakbok tahun 1925 oleh untuk mengurangi kekuasaan bupati. Maka Wiratanuningrat. Dalam buku ini didapat berbagai cara dilakukan di antaranya informasi mengenai perjuangan Bupati melalui intervensi terhadap pergantian Wiratanuningrat
dalam pembukaan bupati,
dalam Lakbok yang tadinya merupakan daerah menghapuskan jabatan yang diwariskan, yang terendam banjir, Wiratanuningrat kemudian melakukan reorganisasi wilayah, akan menjadikan Lakbok sebagai areal menghadirkan jabatan patih, kontroleur, pertanian demi meningkatkan ekonomi dan lain-lain. Namun demikian, kekuasaan masyarakat. bupati pada kabupaten yang dipimpinnya
bahkan
berupaya
Peranan R.A.A. tetap besar, karena rakyat tunduk dan Wiratanuningrat
Kedua,
sebagai Bupati patuh pada bupati sebagai pemimpin Pembangunan Awal Abad ke-20 di tradisional yang berakar pada struktur Tasikmalaya yang merupakan laporan sosial yang tersusun berdasar kelahiran penelitian. Laporan penelitian ini diketuai (keturunan), kekayaan, dan status sosial oleh Itje Marlina. Isinya membahas (Kartodirdjo,
dan keadaan daerah Tasikmalaya dilihat dari Mangunhardjana Sj, 1976: 18 dalam aspek geografis, demografi, sosial- Yulifar 2014: 23).
ekonomi, serta Kabupaten Sukapura- Peran dan posisi bupati yang Tasikmalaya di bawah Pemerintahan dualisme tersebut, antara lain terjadi di Wiratanuningrat. wilayah Priangan, baik di Priangan Barat
Ketiga, buku karya Nina Herlina maupun Timur. Salah satu wilayah Lubis yang berjudul Kehidupan Kaum Priangan Timur yang menarik perhatian Ménak Priangan 1800-1942 . Buku ini
Peranan Bupati R.A.A Wiratanuningrat …(Aam Amaliah R.) 345 membahas tentang peranan para bupati
Tahap ketiga yaitu interpretasi, yang pada mulanya diangkat oleh Raja memaknai atau memberikan penafsiran Mataram dan setelah dikuasai oleh VOC terhadap fakta-fakta yang diperoleh dengan diangkat oleh Gubernur Jenderal.
cara menghubungkan satu sama lainnya Keempat , buku berjudul Sejarah untuk memperoleh fakta sejarah mengenai Kota Tasikmalaya 1820-1942 yang ditulis hal tertentu. Lalu melakukan koroborasi oleh Miftahul Falah. Di dalam buku ini suatu data dari s uatu sumber sejarah dibahas
Kota dengan sumber lain (dua atau lebih). Tasikmalaya yang komprehensif dilihat Menurut Herlina interpretasi yaitu tahapan dari aspek perubahan sosial. Buku ini atau kegiatan menafsirkan fakta-fakta serta memberikan
mengenai
sejarah
informasi mengenai menetapkan makna dan saling hubungan perbedaan Kabupaten Tasikmalaya, Kota dari fakta-fakta yang diperoleh (Herlina, Tasikmalaya sehingga penulis tidak 2014:15). kebingungan antara kedua istilah tersebut.
Tahap keempat adalah historiografi. Kelima, buku Sejarah Kota-Kota Dalam bahasa Inggris Historiografi Lama di Jawa Barat yang ditulis oleh Nina didefinisikan sebagai pengkajian tentang
H. Lubis dkk. Di dalamnya terdapat bab penulisan sejarah (Barnes, 1963 dalam yang ditulis oleh Ietje Marlina mengenai Herlina, 2009: 9). Sedangkan menurut Sukapura
(Tasikmalaya). Dalam Gottschalk historiogarfi diartikan sebagai tulisannya, Ietje menjelaskan mengenai rekonstruksi imajinatif dari masa lampau kedudukan Ibu Kota Sukapura sebelum berdasarkan data yang diperoleh dengan berkedudukan
di
Tasikmalaya dan menempuh proses.
menjelaskan mengenai awal mula asal kata Tasikmalaya
sampai
perkembangan
C. HASIL DAN BAHASAN
Sukapura yang pada akhirnya berganti
1. Kabupaten Sukapura 1901-1908
menjadi Tasikmalaya. Paruh pertama abad ke-17 sampai awal abad ke-20 (1908) dikenal dengan
B. METODE PENELITIAN
kepemimpinan para bupati Sukapura yang Metode yang digunakan dalam oleh sementara orang dianggap sebagai
penelitian ini adalah metode sejarah yang keturunan atau „dinasti‟ Wiradadaha, yang terdiri dari empat tahap, yaitu heuristik, memerintah sekitar tahun 1641 dimulai kritik, interpretasi, dan historiografi. Tahap dari Wiradadaha I (1641-1674) sampai pertama yang dilakukan dalam metode dengan Wiradadaha XII yang mendapat sejarah adalah heuristik yang merupakan sebutan Dalem Bintang (1875-1901). sebuah tahapan atau kegiatan menemukan Periode berikutnya, Kabupaten Sukapura dan menghimpun sumber, informasi, jejak dipegang oleh Dalem Bogor bernama R.T. masa lampau (Herlina, 2014: 7-15).
Wiraadiningrat, yang memerintah dari Tahap kedua adalah kritik yaitu tahun 1901 sampai dengan 1908. Di
memilah dan memilih juga menyaring bawah kepemimpinan bupati inilah pusat keotentikan sumber-sumber yang telah kota Kabupaten Sukapura dari Manonjaya ditemukan. Pada tahap ini peneliti dipindahkan ke Tasikmalaya. Dia bupati melakukan pengkajian terhadap sumber- pertama yang mendapat gelar aria, sumber yang didapat untuk kebenaran sehingga terkenal dengan sebutan Dalem sumber. Ada dua hal yang perlu dilakukan Aria.
wilayah afdeeling pertama meneliti otentisitas sumber atau Mangunreja menjadi bawahan Sukapura,
Setelah
keaslian sumber disebut kritik eksternal. dan afdeeling Cikajang menjadi bawahan Kedua meneliti kredibilitas sumber yang Kabupaten Limbangan, sedangkan Distrik disebut kritik internal (Kuntowijoyo, 2013: Malangbong dibagi dua, yakni sebagian 77-78).
bawahan Limbangan dan sebagian bawahan Sumedang, sejak itulah, Sukapura berubah nama menjadi Tasikmalaya.
346 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 343 - 358 Pada awalnya daerah yang disebut luasnya ratusan bahkan ribuan bau.
Sukapura itu bernama Tawang atau Pendapatan Bupati Priangan cukup Galunggung. Sering juga disebut Tawang- mencolok bila dibandingkan dengan Galunggung. Tawang berarti „sawah‟ atau bupati-bupati di daerah lain. Misalnya „tempat yang luas terbuka‟. Penyebutan Bupati Semarang dan Surabaya, masing-
Tasikmalaya muncul untuk pertama kali masing hanya menerima gaji f 14.000 dan setelah Gunung Galunggung meletus tunjangan f 2.400 per tahun. sehingga wilayah Sukapura berubah
Data tentang penghasilan Bupati menjadi Tasik „danau, laut‟ dan malaya Sukapura tersebut menunjukkan bahwa dari (ma)layah bermakna „ngalayah Bupati Priangan walaupun kedudukannya
(bertebaran)‟ atau „deretan pegunungan di telah dipojokkan menjadi pegawai yang pantai Malabar (India)‟. Tasikmalaya tidak memiliki kekuatan dalam sistem mengandung arti „keusik ngalayah‟, administrasi pemerintahan, tetapi tetap
maksudnya banyak pasir di mana-mana. memiliki fungsi dan peranan penting Setelah
R.A. Wiraadegdaha sebagai pengatur produksi agraria dalam diturunkan dari jabatannya, sebagai eksploitasi kolonial Belanda. Faktor inilah penggantinya adalah adiknya R. Demang yang menyebabkan posisi Bupati Priangan Danukusumah, patih Manonjaya. Setelah berbeda dengan bupati di daerah lain menjadi bupati namanya menjadi R.T. (Hardjasaputra, 1985: 45). Wirahadiningrat, bupati Sukapura ke-12,
Walaupun para bupati Priangan memerintah dari tahun 1875-1901. R.T. umumnya memiliki tanggungan keluarga Wirahadiningrat adalah bupati terakhir dalam jumlah besar, tetapi karena yang tinggal di Manonjaya. Pada tahun penghasilan tinggi dan kaya akan harta 1893 ia diberi gelar adipati, tahun 1898 benda, mereka dapat hidup berkecukupan mendapat Payung Kuning, dan pada tahun (Sutherland, 1979: 22). 1900 ia mendapat bintang Oranye Nassau.
Pada masa Gubernur Jenderal W. Itulah
dikeluarkan peraturan/ Wirahadiningrat mendapat sebutan Dalem keputusan No. 218 tertanggal 10 Agustus Bintang. R.T. Wirahadiningrat terkenal 1900, yaitu tentang penghapusan batas sabar, adil, dipercaya pemerintah kolonial keresidenan, kabupaten, afdeeling, distrik dan mencintai keluarganya.
sebabnya
Bupati
R.T. Rooseboom
dan onder distrik serta peraturan Sebagai ganti atas hak-hak bupati, pembagian
keresidenan dan para bupati kembali menerima surat kabupaten yang baru. pengangkatan dari Gubernur Jenderal
batas
tahun 1901 Kabupaten sebagai pegawai pemerintah (Besluit Sukapura mendapat perubahan besar yaitu Gubernur Jenderal 5 Mei dan 20 Juni afdeeling Mangunreja dan Tasikmalaya 1871). Berdasarkan besluit itu para Bupati dihilangkan serta bawahannya diperintah Priangan menerima gaji (pertahun) cukup langsung oleh bupati, tapi tidak semuanya. tinggi dengan tunjangan cukup besar pula. Dari afdeeling Mangunreja yang masuk ke Contohnya Bupati Sukapura mendapat gaji Sukapura ialah distrik-distrik: Mangunreja, sebesar f 20.000. Di samping gaji tetap Deudeul, Taraju, Sukaraja, Karang, dan yang dibayar tiap bulan, bupati juga Parung.
Pada
yaitu Cikajang, mendapat bagi hasil dari kopi sebesar f 1 Batuwangi, Kandangwesi, dan Nagara per pikul dengan ketentuan tidak lebih dari dimasukkan
Sisanya
ke
dalam Kabupaten
Sukapura Limbangan. Dari afdeeling Tasikmalaya (Martanegara, 1923: 21 dalam Marlina, yaitu Ciawi, Indihiang dan Singaparna, 1988: 34).
f 6.000 untuk
Bupati
sedangkan distrik Malangbong dibagikan Pendapatan para bupati itu ditambah kepada kedua kabupaten yaitu sebagian ke lagi
dengan hasil sawah-lungguh Kabupaten Limbangan dan sebagian lagi (kalungguhan) atau sawah carik yang ke Sumedang. Mulai saat itu distrik-distrik
Peranan Bupati R.A.A Wiratanuningrat …(Aam Amaliah R.) 347 bawahan
yang karena aspek kestrategisan daerah itu. dihilangkan atau disatukan dengan Delapanbelas tahun kemudian, setelah kabupaten lain. Pada tahun 1910 yang Tasikmalaya dijadikan ibu kota Kabupaten berada di bawah kekuasaan Kabupaten Sukapura, Manonjaya menjadi sebuah Sukapura hanya tinggal 14 distrik lagi.
Sukapura
banyak
(Regeering almanak voor Bupati yang memerintah dari tahun Nederlandsch-Indie , 1919). 1901-1908
Wiratanuwangsa. Setelah menjadi bupati 2. Kabupaten Tasikmalaya di Bawah
namanya diganti
menjadi
R.T.
Kepemimpinan R.A.A.
Prawiraadiningrat, Bupati Sukapura ke-13.
Wiratanuningrat
Pada era kepemimpinannya perpindahan Kanjeng R.A.A. Wiratanuningrat ibu kota dari Manonjaya ke Tasikmalaya lahir pada 19 Februari 1878. R.A. dilaksanakan.
Wiratanuningrat merupakan putra Bupati Pada tanggal 22 November 1901 Sukapura sebelumnya yaitu Tumenggung Pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Aria Prawira Adiningrat. Ayahandanya Besluit No. 33 yang isinya menetapkan tersebut adalah anak Raden Adipati bahwa sejak tanggal 1 Desember 1901, Wiraadegdaha pensiunan Bupati Sukapura Kota
Tasikmalaya menggantikan yang tinggal di Karangpucung. Buyut dari Manonjaya sebagai Ibu kota Kabupaten Kanjeng Dalem Tumenggung Danuningrat Sukapura (Besluit 22 Nopember 1901 (Bupati
Dengan demikian, No.33 Staatsblad van Nederlansch Indie).
ke-9).
Wiratanuningrat adalah bupati yang Ada dua pendapat mengenai penyebab memiliki darah (warisan) dari bupati perpindahan Ibu Kota Kabupaten Sukapura sebelumnya yang berasal dari Dalem dari Manonjaya ke Kota Tasikmalaya. Bogor dengan nama sebelum menjadi Pertama, alasan ekonomi yaitu terkait bupati adalah R. Rangga Wiratanuwangsa dengan proses penanaman, penyimpangan, (Marlina 2000: 106). Dengan demikian, dan pengiriman nila (tarum). Penanaman Wiratanuningrat
adalah Bupati di nila dilaksanakan di daerah Gunung Sukapura, sebagaimana ayahnya, yang Galunggung dan gudang penyimpanannya bukan dari Dinasti Wiradadaha. terletak di daerah Pataruman, Kota
R.A. Wiratanuningrat menikah Tasikmalaya. Oleh karena penanaman nila dengan Raden Ayu Rajapamerat, puteri menjadi tanggung jawab bupati, proses Raden Jayadiningrat seorang jaksa di
pengawasan akan mengalami kesulitan Landraad Cianjur. Isterinya tersebut karena jarak dari Manonjaya ke adalah cucu perempuan dari Raden Adipati Galunggung cukup jauh. Kedua, alasan 1 Aria Martanegara . Karena perkawinannya
geografis karena pada kenyataannya Kota ini Bupati Wiratanuningrat memiliki Tasikmalaya memiliki tanah datar yang hubungan dengan semua bupati di jauh lebih luas daripada Manonjaya. Priangan, Rangkasbitung, dan patih Manonjaya terletak di sebuah dataran Sukabumi. sempit yang berbukit-bukit sehingga sulit
Pendidikan formalnya diperoleh dari untuk dikembangkan. Berbeda dengan sekolah Belanda di Sukabumi selama 2 Kota Tasikmalaya yang memiliki dataran tahun, kemudian dipindahkan ke sekolah yang sangat luas sehingga dipandang lebih Belanda di Bogor. Setelah 2 tahun lamanya cocok untuk dijadikan sebagai ibu kota belajar di sekolah tersebut, ketika umur 12 kabupaten (Marlina, 2007: 92-93; Falah, tahun ia masuk ke sekolah ménak 2010: 60).
(Hoofden School) di Bandung sampai Dengan demikian maka alasan perpindahan ibu kota bukan hanya karena 1 R. Ayu Radjapamerat lahir 3 Januari 1893, semata-mata masalah kondisi morfologi
ibunya bernama R. Ayu Tedjapamerat
tanah Kabupaten Tasikmalaya tetapi juga
(Wirahadi Soeria, tt: 15).
348 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 343 - 358 tahun 1896. Sekolah ménak adalah sekolah
Terkait lamanya masa karier menuju untuk mendidik calon pegawai pangreh Bupati, Lubis (1998: 104) menjelaskan praja (sekarang: Pegawai Negeri). Calon bahwa „masa tunggu‟ yang paling singkat murid yang akan masuk ke sekolah ini
Galuh R.A.A. harus memenuhi syarat berikut: telah Kusumasubrata dari jabatan sebagai Mantri duduk di kelas 7 HIS atau kelas 6 ELS dan Kabupaten (1883) menuju kepada jabatan harus bisa berbahasa Melayu di samping bupati hanya dalam tempo 3 tahun tanpa bahasa daerahnya sendiri. Selain itu umur mengalami dulu menjadi wedana atau tidak boleh lebih dari 15 tahun dan patih. Sedangkan yang paling lama adalah diutamakan anak kaum ménak (Lubis, R.A.A. Martanegara, selama 32 tahun 1998: 214).
diperoleh
Bupati
untuk menjadi Bupati Bandung (1893). Menurut surat Keputusan Residen Menurut Lubis (1998: 106), hal ini terjadi tanggal 5 April 1897, No. 2932/8, R.T. disebabkan faktor keturunan langsung dan Wiratanuningrat ditugaskan sebagai Joeroe tidak merupakan keturunan langsung dari Serat Controluer Bandung Utara. Dia bupati yang digantikannya (sehingga lama bertugas di wilayah tersebut kurang lebih dalam menempuh jenjang karier menuju
3 tahun lamanya. Berdasarkan surat bupati). Keputusan Residen tertanggal 5 Oktober
R.A.A Wiratanuningrat 1901, No. 123-97/8, R.T. Wiratanuningrat
Bupati
memiliki empat istri, satu garwa padmi dan menerima pengangkatan menjadi Asisten
3 selir (Marlina, 1988). Istrinya yang Wedana di Andir, wilayah Ujung Berung pertama (garwa padmi) bernama Raden Barat.
Ayu Rajapamerat. R.A.A. Wiratanuningrat Setelah kurang lebih 7 tahun dari pernikahannya tersebut memiliki 19 memegang jabatan tersebut di atas, orang putera dan puteri. Bupati ini berdasarkan surat keputusan pemerintah mendapat sebutan Aom Soleh. Sebutan ini tertanggal 12 Februari 1908, No. 26, ia disebabkan dia taat pada agama, bersikap menerima pengangkatan sebagai wedana di baik dan berpembawaan tenang, walaupun wilayah Ciheulang daerah Sukabumi. cenderung pendiam sehingga berkesan Setelah 7 bulan menjabat di Ciheulang, tertutup (Conduitestaat 1925 Agustus No dengan keputusan pemerintah yang telah 745/26). Tentang pribadi yang baik dan dijanjikan dalam pembangunan, mengolah pendiam tersebut juga digambarkan dalam serta mengatur urusan pemerintahan, maka Conduitestaat Tahun 1913 No. 1715/14. berdasarkan surat keputusan pemerintah Sikap
tersebut menurut tertanggal 23 Agustus 1908, No. 2 R.T. conduitestaat berupaya ditutupi dengan Wiratanuningrat diangkat menjadi Bupati bersikap riang (ramah?), dan bertindak di Sukapura. Gelar Adipati diperolehnya bijaksana, serta berhati-hati di dalam setiap pada tanggal 1 Agustus 1920 No.1 mengambil keputusan. Pribadi bupati yang (Conduitestaat, 1925). Oleh karena itu, seperti itu membuat dia dicintai rakyatnya. jabatan bupati yang diperolehnya melalui Kemudian
pendiam
dijelaskan bahwa jika sebuah proses yang cukup panjang (11 berhadapan dengan orang-orang Eropa tahun) dan berjenjang, yang dimulai dari (Belanda) dia bersikap sangat sopan, tetapi jabatan juru tulis kontroleur, asisten tegas kepada pihak pribumi yang berada di wedana (sekarang: camat), dan wedana. bawah kepemimpinannya. Oleh karena itu, Menilik portofolionya tersebut, bupati bupati R.A.A. Wiratanuningrat bukan tersebut cukup punya pengalaman dalam hanya dicintai oleh aparat dan rakyatnya, memegang sebuah wilayah yang cukup juga
kepercayaan dari bergengsi. Demikian juga bupati-bupati di Pemerintah Kolonial. Namun demikian, daerah yang lain pada umumnya memiliki riwayat pernikahannya yang memiliki pengalaman jabatan yang rata-rata dimulai lebih dari satu istri, dikritisi pihak kolonial dari strata bawah.
mendapat
sebagai sebuah catatan tentang konditenya
Peranan Bupati R.A.A Wiratanuningrat …(Aam Amaliah R.) 349 dalam
berhubungan dengan kaum memerintah (Pandji Poestaka No. 69, 29 perempuan. Tidak mengherankan, sebab Agustus 1933). mereka mengenal perkawinan dalam konsep monogami.
Hampir semua Bupati di abad ke-19 melakukan poligami, mempunyai istri utama, raden ayu atau padmi, yang derajatnya setara dengan sang Bupati dan biasanya putri dari bupati lain. Kemudian terdapat istri-istri kedua yang disebut selir atau ampeyan. Anak-anak dari istri-istri kedua mempunyai status yang lebih rendah daripada anak-anak dari istri padmi (Sutherland, 1983: 60).
Sebagai bupati,
R.A.A.
Wiratanuningrat memiliki dua gelar yaitu
2 gelar kebangsawanan 3 dan gelar jabatan
yang menurut Kartodirdjo (1987: 27)
Gambar 1. R.A.A. Wiratanuningrat
dipakai di depan nama, bahkan nama itu
dengan Istrinya Raden Ayu Rajapamerat
sendiri sering
mengidentifikasikan
Sumber: Koleksi KITLV. Diakses dari
kebangsawanan dan jabatannya pada
http://media-kitlv.nl/all-
pemerintahan.
media/indeling/detail/form/advanced/start/226
Karena jasa-jasanya,
Bupati
?q_searchfield=tasikmalaja , Tanggal 16 Juni
Wiratanuningrat mendapat penghargaan
2017, Pukul 19.32 WIB.
dari pemerintah,
berdasarkan surat
keputusan pada tanggal 21 Agustus 1920 3. Kiprah R.A.A. Wiratanuningrat
No. 1 mendapat gelar adipati. Pada 24
pada Sepuluh Tahun Terakhir Masa
Agustus 1922 No. 39 mendapat bintang
Pemerintahannya
Offisier der Orde van Oranje Nassau . Di bawah kepemimpinan R.A.A. Berdasarkan besluit tertanggal 21 Agustus Wiratanuningrat, Kabupaten Sukapura
1926 No. 13 ia mendapat Gale Songsong. mengalami kemajuan yang sangat pesat. Kemudian, mendapatkan Bintang Mas Pembangunan di segala bidang telah Besar, sebagai penghargaan atas jasa- berhasil dengan baik, sehingga mendapat jasanya kepada „negeri‟ yang diberikan tanggapan yang positif dari pemerintah bersamaan dengan perayaan 25 tahun dia kolonial. Oleh karena itu, bupati ini
mendapatkan banyak penghargaan dari pemerintah kolonial,
dan dicintai
2 Gelar kebangsawanan merupakan gelar yang
masyarakat Sukapura yang merasakan
diturunkan secara turun-temurun seperti
langsung kemajuan pada berbagai bidang
raden, pangeran. Selain itu, ada gelar yang
selama bupati tersebut memerintah.
diperoleh karena perkawinan dengan wanita
Melalui
kiprahnya tersebut,
dari kalangan bangsawan. Dalam hal ini,
diketahui bahwa dalam pengembangan
gelar yang diperoleh bisa diwariskan secara
Tasikmalaya, Bupati Wiratanuningrat lebih
turun-temurun dan akhirnya menjadi gelar
berperan dalam kedudukannya sebagai
kebangsawanan (Lubis, 1998: 153).
kepala daerah, karena pengembangan pusat
Gelar jabatan merupakan gelar yang diperoleh
kabupaten adalah tanggung jawab bupati.
karena jasa atau
Wiratanuningrat dalam
pemerintah yang biasanya menyertai suatu promosi jabatan seperti adipati, tumenggung,
menyampaikan
instruksi pemerintah
rangga, ngabehi, dan demang (Lubis, 1998:
kolonial
kepada
rakyat mampu
memanfaatkan
kebijakan pemerintah tersebut untuk kepentingan pemerintah
350 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 343 - 358 kolonial, tetapi ia juga memperhatikan oleh manusia, kini setelah dijadikan areal
kepentingan dan kesejahteraan rakyatnya. persawahan oleh Bupati Wiratanuningrat, Usaha-usaha
Bupati Wiratanuningrat yang kemudian melahirkan kampung- dalam memajukan kesejahteraan rakyat kampung kecil di sekitarnya. Karena itu yaitu di bidang: agama, pendidikan, tidak mengherankan jika masyarakat di pembangunan fisik, transportasi, ekonomi sekitarnya menganggap tempat „keramat‟, dan pertanian.
bahkan dikenal dengan sebutan „onom Pada masa pemerintahan Bupati Rawa Lakbok” (mahluk halus yang
Wiratanuningrat di Tasikmalaya, bidang menguasai Rawa Lakbok). Bahkan, pertanian sangat mendapat perhatian. dipercaya sebagian masyarakat bagaimana Bupati ini melakukan pembangunan pada “onom” tersebut „menjadi tuah” bagi para berbagai bidang dalam rangka memajukan bupati yang berkuasa di Galuh (Ciamis). kehidupan ekonomi dan sosial-budaya.
Beberapa “besotan” dan saluran air Karena mata pencaharian rakyatnya adalah digali untuk membuang air rawa ke
bertani, maka bidang ini sangat Cilisung, Ciseel, Citanduy terus ke lautan diperhatikan dengan serius. Misalnya Hindia. Pohon-pohon ditebang dan dengan jalan memperluas lahan pertanian belukar-belukar dibabat, kegiatan ini pada tanah atau lahan yang tadinya tidak dipimpin oleh bupati sendiri dibantu oleh terpakai (ekstensifikasi). Di dalam upaya rakyat yang terus menerus bekerja dengan pembukaan lahan baru tersebut dia giat. Tak berapa lama rawa yang tadinya melibatkan rakyatnya, dan berhasil dengan hanya menjadi sarang malaria dan ular, gemilang. Hal ini menjadikan bupati telah berubah menjadi sumber penghasilan tersebut dikenal berhasil dalam memajukan bagi beribu-ribu petani. Desa-desa sekitar pertanian
sehingga Kabupaten Rawa Lakbok yang terbilang besar yaitu di Tasikmalaya bertambah maju. Salah satu antaranya Pataruman, Ciawitali dan contohnya
ialah pembukaan
hutan Sindangangin.
Gagayunan menjadi lahan pertanian, dan Sepuluh tahun kemudian, wilayah ngabukbak (membuka lahan) Rawa rawa yang tadinya merupakan rimba yang Lakbok pada tahun 1923.
lebat dan belum pernah diinjak oleh Salah satu jasa yang paling terkenal manusia, kini menjelma menjadi lahan dari R.A.A. Wiratanuningrat adalah pertanian dan tumbuh desa-desa di sekitar membuka rawa-rawa menjadi areal Rawa
Desa-desa tersebut pesawahan, yang dikenal dengan istilah terbilang besar, di antaranya Pataruman, ngabukbak Lakbok (Membuka lahan di Ciawitali, dan Sindangangi. Seiring dengan daerah Lakbok, saat ini menjadi bagian itu, peningkatan dalam bidang pertanian dari wilayah administratif Kota Banjar).
Lakbok.
sangat signifikan. Karena itu tidak Rawa Lakbok terdiri dari dua bagian yaitu mengherankan jika jumlah penduduk di Lakbok Utara dan Lakbok Selatan, luasnya Lakbok tahun 1933 menjadi berjumlah ± Lakbok Utara kurang lebih 5931 ha dan 20.944 orang dan terus bertambah pada Lakbok Selatan 600 ha. Sampai tahun tahun-tahun berikutnya, sehingga lima 2583 (1923) tanah-tanah datar tersebut di tahun kemudian berada pada angka Pada atas masih rawa yang dipenuhi oleh tahun 2598 (1938) bertambah menjadi tanaman-tanaman serta belukar dengan 30.078. Mereka mendapatkan sumber udara yang tidak sehat. Tujuan pembukaan penghidupannya dari pertanian dan lahan ini adalah menjadikan daerah yang perikanan. Dengan demikian, sebagai awalnya tidak produktif menjadi produktif bupati, R.A.A. Wiratanuningrat telah sehingga menjadi penghasil beras yang berhasil membangun masyarakatnya ke potensial.
arah yang lebih sejahtera sesuai dengan Rawa yang asalnya merupakan potensi sumber daya alam dan sumber rimba yang lebat dan belum pernah diinjak daya manusianya. Artinya, dia memiliki
Peranan Bupati R.A.A Wiratanuningrat …(Aam Amaliah R.) 351 jiwa kepemimpinan dan kemampuan padi karena kekurangan air. Oleh karena
menejerial sebagai
daerah, itu, pertanian di daerah ini terkadang bisa sekaligus pemimpin tradisional.
kepala
surplus, atau sebaliknya. Ketika panen Hal
ini diperlihatkan oleh berhasil, ribuan orang datang dari mana- kemahirannya di dalam mengembangkan mana untuk mencari pekerjaan sebagai sebuah lahan yang memiliki luas dengan “pembawon” (pemotong padi). Mereka lebarnya tanah yang sudah dapat yang datang ternyata banyak yang dikerjakan sebagai sawah kira-kira 6300 ha berperan sebagai para tengkulak yang sedangkan yang sudah dijadikan tegalan datang untuk membeli padi lalu dibawa ke dan huma 4600 ha. Menurut tinggi rendah tempat penggilingan-penggilingan beras letaknya, sawah-sawah
atas milik orang Tionghoa. Seringkali padi beberapa golongan yaitu sawah gogo yang dipotong belum begitu masak betul ranca , sawah biasa, sawah ledok, dan akibatnya harga padi menjadi rendah sawah embel. Sebagian dari Rawa Lakbok sekali. Kelompok yang diuntungkan dari dapat ditanami padi cere dan gadu dua kali rekayasa potensi Lakbok bukan lagi petani setahunnya, tetapi sawah embel hanya melainkan tengkulak-tengkulak dan para dapat dikerjakan pada saat musim hujan pemilik
dibagi
heleur atau yang punya saja.
Hal ini disebabkan
dalam penggilingan beras.
pengerjaannya yang terburu-buru karena Pada musim kemarau sawah-sawah khawatir keburu datang banjir, di samping yang tidak terlalu kering ditanami dengan bibitnya memang bukan berasal dari jenis padi gadu dan palawija, terong, lombok, bibit unggul.
kacang, tembakau dan lain-lain. Tanah Penghasilan dari embel gitak rata- yang agak tinggi dan kering dengan rata hanya 15 kuintal per hektarnya. Tetapi singkong dan jagung. Singkong tersebut sebenarnya
hanya dapat dijual ke pabrik-pabrik aci di memperoleh hasil panen padi saja, sebab Bantardawa dan Cisaar.
rakyat
bukan
Artinya, mereka menanami bagian tertentu dari pemahaman terhadap morfologi tanah sawah yang ketika musim kering, ada digunakan untuk menentukan pengelolaan bagian yang masih tergenang air. Sawah- tanah tersebut. Sehingga, akan terjadi sawah yang ditanami ketika musim hujan, optimalisasi pemanfaat Sumber daya Alam tanpa ada teknologi irigasi disebut sawah (SDA). tadah hujan.
Sayangnya, pada perkembangan Permasalahan yang dihadapi Rawa berikutnya, ribuan bau tanaman singkong Lakbok adalah manakala musim hujan di lereng-lereng gunung sudah tidak volume air hujan tinggi yang membuat dipelihara lagi, karena penuh dengan sungai Ciseel dan Citanduy meluap. alang-alang dan belukar. Sebenarnya jika Akibatnya terjadi banjir, sementara air tanah-tanah ini tidak dibiarkan tetapi untuk dikonsumsi susah diperoleh. Akibat dicoba direkayasa dengan sistem-sengked, banjir tersebut bukan hanya merusak kemudian ditanami tanaman palawija tanaman, terutama padi, tetapi juga seperti kacang kedelai atau jenis merendam rumah-rumah penduduk. Lebih tumbuhan lain maka persediaan makanan jauh lagi, dampak banjir akan berakibat akan banyak. Di sinilah perlunya seorang kepada menurunnya kesehatan masyarakat. pemimpin yang kreatif. Kondisi sebaliknya pada musim kemarau,
Bukan hal yang mudah ketika tanah ini menjadi kering dan iklimnya mereka dihadapkan pada masalah banjir di menjadi bersuhu tinggi sehingga udaranya satu sisi, dan kekurangan air di sisi lain- terasa panas. Hal ini disebabkan oleh yang timbul pada musim yang berbeda – tingginya yang hanya 10 m dari permukaan benar-benar merupakan kondisi yang laut. Oleh sebab itu, hampir setengahnya ekstrem. Belum lagi permasalahan yang dari persawahan yang tidak dapat ditanami ditimbulkan oleh hama semacam hama
352 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 343 - 358 merah dan hama dari binatang pengerat dan Rancakole akan mendapat air dari
(tikus). Citanduy juga dengan saluran lain yang Pada bulan Agustus-September tidak memakai bendungan. orang beramai-ramai menangkap ikan
Jika pengairan sudah teratur 4/5 dari gabus, lele, betok dan belut di rawa-rawa sawah-sawah Lakbok di musim kemarau terutama di Panglelean dan Rawa Sumur di akan dapat ditanami dengan padi gadu. wilayah Lakbok Selatan. Ikan-ikan Sekarag hanya setengah yang dapat tersebut ada yang dijual hidup-hidup ada diambil hasilnya di musim kemarau.
yang dibikin “lauk garang” dan dikirim ke Diharapkan dengan adanya saluran-saluran Bandung, Banjar, Tasikmalaya, dan ke pengairan, rawa-rawa yang masih dalam seluruh Priangan. Oleh semacam Dinas dapat dialiri dengan air Citanduy yang Perikanan dianjurkan untuk menanam mengandung banyak lumpur hingga lama
ikan “sepat siem”. Oleh karena itu, setiap kelamaan akan tertutup dan dapat tahun menurut catatan-catatan tidak kurang dijadikan sawah. Kesehatan rakyat akan
dari 240.000 kg ikan yang ditangkap dapat lebih baik lagi karena sarang malaria dijual dengan harga f 35.000 – 40.000.
menjadi berkurang. Penanaman padi dapat Genangan air pada musim kemarau diatur
bersama-sama, membuat penduduk Lakbok senantiasa pemberantasan hama tikus dan hama diserang oleh penyakit “muriang” (malaria merah akan lebih mudah.
secara
sawah) yang setiap tahun memakan Tidak diketahui sejak kapan korban. Tempat yang paling baik untuk masyarakat
mulai memiliki menternakkan nyamuk-nyamuk bukan keterampilan dalam menghasilkan barang- rawa-rawa yang seringkali kebanjiran barang kerajinan yang penuh dengan tetapi rawa-rawa kecil dan kolam-kolam di kreatifitas. Yang jelas, pada masa antara bukit-bukit yang ada di sekitar pemerintahan R.A. Wiratanuningrat, rakyat Lakbok. Air di rawa-rawa terlalu keruh Tasikmalaya dikenal sebagai penghasil bagi jentik-jentik Anopheles. Berikut ini industri kerajinan yang memiliki daya tarik beberapa hal yang memperlambat majunya yang tinggi. Kerajinan tangan yang Rawa Lakbok, yaitu:
Tasik
dihasilkan adalah barang anyaman, kain
a. Banjir di musim hujan; batik, tikar, topi, tempat bunga, kursi, dan
b. Kekurangan air di musim kemarau; barang-barang lain dari bambu, kayu dan
c. Hama tikus dan hama merah; tempurung. Anyaman yang jadi bahan
d. Terputusnya perhubungan antara bakunya bisa dari bahan agro yang terdiri desa-desa, oleh karena terendamnya dari pandan yang banyak ditanam petani jalan-jalan;
lokal, bambu, dan rotan.
e. Penyakit malaria. Pada awal abad ke-20, industri batik Sawah-sawah di Lakbok dan di di Tasikmalaya tersebar di beberapa sentra sekitar Banjar dan Rancakole semuanya antara lain Burujul, Buniagara, Cipedes, sawah tadah hujan. Oleh karena itu Gudang Jero, Gudang Pasantren, Bojong sebagian besar pada musim kemarau tidak Kaum, Panglayungan, dan Sayuran. dapat dikerjakan karena kekurangan air. Berdasarkan data dari sumber sekunder, Buat
mengairi Lakbok dirancang kegatan membatik di Tasikmalaya dimulai mengambil air dari Citanduy. Kira-kira 20 sekitar akhir abad XVII dan awal abad km dari arah hilir daerah Banjar dekat XVIII (Falah, 2010: 162). Perkembangan Desa Leuwikeris akan dibuat bendungan seni membatik kemudian menjadi sebuah yang besar, yang akan mengalirkan airnya industri rumah tangga bahkan menjadi kurang lebih pada lahan 11.531 ha sawah. salah satu komoditas penting dalam Sawah-sawah tadah hujan dekat Banjar perdagangan di Tasikmalaya.
Peranan Bupati R.A.A Wiratanuningrat …(Aam Amaliah R.) 353 berkumpul di rumah Raden Kartadibrata.
Pertemuan para pengusaha batik itu berhasil membentuk sebuah koperasi yang kemudian diberi nama Pangroyong. Meskipun mendapat dukungan dari Bupati R.A.A.
Wiratanuningrat, keberadaan
Koperasi
Pangroyong tidak dapat mengatasi kesulitan yang dihadapi oleh industri batik Tasikmalaya.
Di sisi lain, Pemerintah Hindia Belanda merasa terancam oleh ekspansi ekonomi Jepang yang produksi industrinya
Gambar 2. Pengrajin Batik (1925)
mulai dapat diterima oleh penduduk
Sumber: Koleksi Tropenmuseum.nl. Diakses
pribumi. Departement van Economische
dari
Zaken memandang bahwa ekspansi
http://collectie.wereldculturen.nl/default.aspx?l
ekonomi Jepang itu dapat diatasi apabila
ang=en , Tanggal 16 Juni 2017, Pukul 08.10
pemerintah dapat bekerja sama dengan
WIB.
para Pengusaha. Tahun 1934, pengusaha batik Tasikmalaya menuntut kepada
Foto di atas memperlihatkan perajin Pemerintah Hindia Belanda agar mereka batik di Kabupaten Tasikmalaya, yang dapat membeli kain mori langsung dari sudah menggunakan teknik membatik importir. Tetapi tuntutan tersebut ditolak berupa alat dalam bentuk cap. Karena itu, oleh Departement van Economische memungkinkan dikerjakan oleh kaum laki- Zaken . laki. Karena, perajin batik tulis biasanya
Sejalan dengan itu, pada akhir tahun kaum perempuan. Penggunaan alat berupa 1930-an, jenis usaha koperasi sedang cap tersebut akan mengakibatkan kapasitas gencar disosialisasikan oleh Pemerintah produksi yang dihasilkan akan jauh lebih Hindia Belanda. Untuk keperluan itu, banyak dibanding dengan batik yang tahun 1938 Pemerintah Hindia Belanda dibuat dengan cara ditulis. Dimungkinkan, menempatkan
R.S.A. Kosasih di pada tahun-tahun tersebut, kabupaten ini Tasikmalaya dengan tugas membina sektor
memiliki pasar yang luas, sehingga akan koperasi di daerah tersebut. Kehadirannya membuka lapangan kerja dan pendapatan dimanfaatkan oleh para pengusaha batik masyarakatnya meningkat.
melalui Koperasi Mitra Batik untuk melobi Tahun 1930 pengusaha batik di para pejabat di Departement van Tasikmalaya terkena imbas Krisis Economische Zaken di Jakarta agar Ekonomi Dunia (Malaise) karena daya memberikan izin kepada mereka untuk masyarakat menjadi lemah. Selain itu juga dapat membeli kain mori dan bahan-bahan para
kesulitan pembatikan lainnya langsung dari importir. mendapatkan kain mori (cambrics) sebagai Berkat upaya dari Koperasi Mitra Batik bahan baku pembuatan batik, hal ini terjadi serta atas bantuan R.S.A. Kosasih, karena para pedagang Cina tidak mau Pemerintah Hindia Belanda pada akhirnya menjual kain mori secara tunai tetapi mengeluarkan
pengusaha
batik
kebijakan yang dengan cara kredit yang bunganya sangat mengizinkan pada Koperasi Mitra Batik tinggi. Oleh karena itu, para pengusaha membeli kain mori langsung dari importir. batik yang memiliki modal kecil banyak Keberhasilan ini membuat pedagang Cina yang gulung tikar.
Tasikmalaya mengalami Untuk mengatasi permasalahan kemunduran
di
Kota
karena tidak mampu tersebut dan menyelematkan industri batik menghadapi konsolidasi para pengusaha Tasikmalaya,
beberapa
pengusaha batik
yang
semakin kuat pasca
354 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 343 - 358 didirikannya Koperasi Mitra Batik. Para
6. Jembatan bambu beralas besi di pedagang
Mangunjaya (sangat disayangkan mengonsolidasikan di antara mereka
jembatan ini tidak sampai selesai sehingga mereka berjalan sendiri-sendiri
karena diterjang banjir kali Ciseel) (Falah, 2010: 168-169).
(Wirahadisoeria. tt. Sejarah Sukapura. Meski demikian, sejak pertengahan Tidak diterbitkan
dan (Hoofcomite abad ke-19, barang kerajinan dari Kota Pangeling-ngeling 300 Taun Ngadegna Tasikmalaya sudah mendapatkan reputasi Kabupaten Sukapura, 1932: 41). yang luas, terutama di kalangan orang-
Sampai dengan berakhirnya masa orang Eropa, sehingga tidak heran penjajahan Belanda, ulama di Indonesia sebagian dari barang tersebut diekspor ke terbagi atas dua kelompok yaitu ulama Eropa. Di antara barang kerajinan yang dependen dan ulama independen. Para paling diminati adalah anyaman pandan ulama yang independen merupakan dan bambu. Berikut ini salah satu aktivitas benteng
yang menolak penduduk Kabupaten Tasikmalaya yang kolonialisme. Mereka terang-terangan memproduksi topi Panama. Penamaan
rakyat
menolak untuk kerja sama dengan atau brand Panama boleh jadi mengambil pemerintah kolonial, bahkan secara terang- model topi tersebut dari topi-topi produksi terangan pula mengadakan gerakan Panama (Amerika Latin) yang sat itu perlawanan. Itulah sebabnya pemerintah
sedang “trend”. Karena itu, kemungkinan k olonial mencap ulama sebagai “si topi tersebut dibuat atas dasar pesanan pembuat rusuh” (trouble makers). orang-orang Belanda (Eropa) sehingga
Sejak terjadinya peristiwa Cilegon produksi kerajinan yang awalnya hanya pendidikan agama Islam dan gerak langkah sebagai barang seni menjadi memiliki para ulama diawasi oleh pemerintah fungsi, mengingat tradisi Eropa yang kolonial, bahkan di Pulau Jawa terjadi menjadikan topi sebagai barang fashion, “pemburuan terhadap guru agama”. Gerak sekaligus melindungi mereka dari cuaca langkah guru dan pengajar agama Islam panas.
dibatasi oleh peraturan yang disebut Untuk memperlancar kehidupan Ordonansi Guru yang dikeluarkan pada ekonomi
masyarakat, Bupati tahun 1905. Dalam ordonansi itu antara Wiratanuningrat membangun jalan-jalan lain disebutkan bahwa guru-guru agama dan
jembatan-jembatan sehingga Islam harus mendapat surat izin dari memperlancar arus transportasi. Selain pemerintah (bupati) sebelum mereka membangun fasilitas publik seperti jalan melakukan
tugasnya. Bila mereka dan jembatan. Seperti yang diungkap melanggar ketentuan tersebut akan Wirahadi Soeria bahwa untuk keperluan dikenakan hukuman kurungan maksimal rakyat agar memudahkan dan melancarkan delapan hari atau denda f 25. Pada waktu hubungan mata pencahariannya, Bupati itu para bupati ditugaskan oleh pemerintah R.A.A.
Wiratanuningrat membangun kolonial untuk mengawasi kegiatan- beberapa jembatan, yaitu:
kegiatan terutama kegiatan para kiai. Agar
1. Jembatan Gantung Kawat jalan ke para bupati dapat melaksanakan kewajiban Ciwarak
tersebut dengan baik, pengaruh para bupati
2. Jembatan Gantung Kawat jalan ke dalam bidang keagamaan tidak diganggu Linggasari
bahkan sebagian dari penghasilan mereka
3. Jembatan Gantung Kawat jalan ke pun berasal dari bidang keagamaan, Talegong
misalnya dari zakat fitrah (Alisyahbana,
4. Jembatan Gantung Kawat jalan ke 1981: 8). Untuk mengadakan pendekatan Leuwi Budah – Tanjung
dengan para alim ulama maka Bupati
5. Jembatan Gantung Kawat jalan ke Wiratanuningrat mendirikan perkumpulan Cigugur
para alim ulama yang disebut “Idharu
Peranan Bupati R.A.A Wiratanuningrat …(Aam Amaliah R.) 355 Baitil Mulukki Wal Umaro ” yang artinya
Sekolah teknik atau vokasional “Tuhu ka Ratu, tumut ka pamarentah sudah mulai muncul di kabupaten
nagara ”. Tasikmalaya. Sekolah tersebut ditujukan Mendirikan rumah fakir miskin untuk menghasilkan lulusan yang terampil Islam yang biayanya sebagian dari hasil dalam bidang skill tertentu. Salah satu zakat fitrah untuk fakir miskin. Biasanya contohnya adalah Sekolah Pertukangan. hasil itu diberikan langsung setiap tahun Berikut ini adalah Gedung Sekolah Teknik kepada yang berhak menerima, tetapi pada tahun 1930-an. karena kurang memberi manfaat untuk
Paguyuban Pasundan mengadakan seterusnya, maka Bupati Wiratanuningrat kongres pada tahun 1925 untuk mendirikan berpendapat lebih baik mendirikan rumah sekolah lanjutan yakni MULO (Meer penampungan
miskin Uitgebreid Lager Ounderwijs ). Peserta (Hoofcomite Pangeling-ngeling 300 Taun kongres memberikan wewenang penuh Ngadegna Kabupaten Sukapura , 1932: kepada Bale Pawulangan Pasundan. 44).
bagi
fakir
Sebagai tindak lanjut setelah kongres, Bale Pendidikan yang dijalankan oleh Pawulangan Pasundan mengajukan izin pemerintah kolonial pada dasarnya operasional kepada pemerintah kolonial bertujuan untuk menjadikan warganegara dan tiga tahun kemudian pemerintah yang mengabdi pada kepentingan penjajah. kolonial
mengabulkan permohonan Dengan kata lain, pendidikan dimaksudkan tersebut. Sejak tahun 1928 di Tasikmalaya untuk mencetak tenaga-tenaga yang dapat berdiri sekolah lanjutan yang bernama digunakan sebagai alat untuk memperkuat MULO Pasundan. kedudukan penjajah, mengabdi kepada
Jika saat ini Tasikmalaya dikenal kepentingan pemerintah kolonial. Politik sebagai Kota Santri, secara historis Etis telah mengubah pandangan dalam didukung oleh berdirinya pesantren- politik kolonial sehingga pemerintah pesantren di kabupaten ini dari mulai Belanda beranggapan bahwa Indonesia tempat belajar yang paling sederhana (di tidak lagi sebagai “wingewest” (daerah Goa) sampai kepada pesantren yang sudah yang menguntungkan) tetapi menjadi dalam bentuk pondok (kobong). Pesantren daerah yang perlu dikembangkan sehingga tua
yang terdapat di Kabupaten dapat memenuhi keperluannya, dan budaya Tasikmalaya adalah Pesantren Syekh rakyatnya ditingkatkan.
Abdul Muhyi, melalui pesantrennya di Pamijahan yang berbasis di goa-goa. Kemudian
Pesantren Suryalaya, Cintawana, Sukamanah, dan Cipasung. Pesantren Suryalaya didirikan pada 5 September 1905 oleh K.H. Abdullah Mubarak atau Abah Sepuh yang diawali dengan pendirian sebuah masjid yang dijadikan tempat mengaji dan mengajarkan Tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah yang kemudian diberi nama Patapan Suryalaya Kajembaran Rahmaniyah sebagai cikal
bakalnya (Lubis, dkk, 2011: 50). Pesantren
Gambar 3. Sekolah Teknik di Tasikmalaya
ini pada perkembangan berikutnya menjadi
(Ambachtsschool) Tahun 1933
pesantren yang mengatasi ketergantungan
Sumber: Koleksi Tropenmuseum.nl. Diakses dari
obat, hingga memiliki cabang sampai ke
http://collectie.wereldculturen.nl/default.aspx?l
Brunei dan Malaysia.
ang=en , Tanggal 19 Juni 2017. Pukul 06.30
Pesantren tua yang ada di
WIB.
Tasikmalaya adalah pesantren Condong
356 Patanjala Vol. 9 No. 3 September 2017: 343 - 358 ( Riyadlul Ulum Wadda’wah) yang terletak sistem pendidikan sendiri, yakni pesantren.
di kampung Condong, Desa Condong, Mencermati uraian di atas, diketahui Kecamatan Cibeureum. Pesantren ini bahwa perkembangan pesantren di didirikan sekitar awal abad ke-19 oleh Tasikmalaya ditentukan oleh beberapa Kyai Nawawi yang berasal dari Rajapolah. faktor. Faktor pertama berkaitan dengan Tanah
penduduk di Kabupaten mendirikan pesantren itu, merupakan Tasikmalaya sebagai pemeluk agama wakaf dari Pangeran Kornel, Bupati Islam. Bagi umat Islam, mencari ilmu Sumedang. Dari pesantrennya itu, Kyai merupakan sebuah kewajiban, dan di kota Nawawi menyebarkan ajaran Islam ini lahir banyak kiai yang dianggap sehingga
yang dipergunakan
untuk jumlah
di mumpuni dalam menyebarkan agama Kampung Condong menjadi dikenal oleh Islam. Faktor kedua adanya anggapan masyarakat Kota
keberadaan
pesantren
Tasikmalaya dan bahwa sekolah formal yang dikenalkan sekitarnya. Ketika didirikan, pesantren oleh Pemerintah Hindia Belanda adalah tersebut belum diberi nama Riyadlul Ulum „haram‟ karena dikembangkan oleh orang Wadda’wah. Oleh masyarakat sekitarnya, „kafir‟. Hal ini menjadi semacam fatwa pesantren ini dinamai Pesantren Condong, yang kemudian ditaati oleh masyarakat sesuai dengan nama kampung tempat kabupaten ini. Sehingga, untuk mencari pesantren itu berdiri (Falah, 2010: 195- ilmu mereka lebih memilih pesantren 196).