VARIBEL PENENTU PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN USAHA KOPERASI SIMPAN PINJAM DALAM RANGKA PENINGKATAN KINERJA Sri Widiyati
VARIBEL PENENTU PENGUATAN KELEMBAGAAN DAN USAHA
KOPERASI SIMPAN PINJAM DALAM RANGKA PENINGKATAN KINERJA
1) 1)
Sri Widiyati ,Th. Tyas Listyani
1 Jurusan Akuntansi, Politeknik Negeri Semarang, Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang
Kota Semarang, 50275 e-mail :[email protected], [email protected]
Abstract
In 2015 at Semarang recorded 121 pasive cooperatives.Based on health assessment there
are 39 credits unions, 6 cooperatives are healty and 33 cooperatives are healty
enough.Performance of cooperatives are still far from the expectation of society as well as
the reputation. To revitalize the institution and the cooporative efforts accordance with the
regulation of the State Minister of Cooperatives and SMEs no.1 2013 is a need.The study
aims to inventory determinant variables for strengthening the institutional and cooperative
efforts and explain the effect of variable determinant towards strengthening the institutional
and cooperative efforts.The respondents were 100 members taken from 6 healty
cooperatives and 6 healty enough cooperatives.The samples were drawn by using purposive
sampling. A questionnaire was used to collect the data, which were then analyzed by using
linier regression.The results shows that competence management and member participation
are significantly influence but relationships with financial institutions and government
facilities found unsignificantly influence.Keys words : cooperative,participation,competence,institution, efforts.
Abstrak
Tahun 2015 di kota Semarang tercatat 121 koperasi tidak aktip dan berdasarkan penilaian
kesehatan koperasi terdapat 39 Koperasi Simpan Pinjam, 6 Koperasi dikategorikan
Koperasi sehat dan 33 dikategorikan Koperasi cukup sehat. Kinerja koperasi yang masih
jauh dari harapan masyarakat serta citra koperasi kurang baik mengharuskan koperasi
untuk melakukan revitalisasi dalam kelembagaan maupun usaha koperasi sesuai Peraturan
Menteri Negara Koperasi dan UMKM no.1 tahun 2013. Tujuan studi ini untuk
menginventarisasi variable penentu penguatan kelembagaan dan usaha koperasi serta
menjelaskan pengaruh variable penentu terhadap penguatan kelembagaan dan usaha
koperasi.Responden penelitian sebanyak 100 orang berasal dari 6 koperasi Simpan Pinjam
dengan kategori sehat dan 6 koperasi cukup sehat. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dengan kuestioner dan analisis data
menggunakan analisis regresi. Hasil penelitian menunjukan variable penentu penguatan
kelembagaan dan usaha koperasi adalah kerjasama antar lembaga keuangan, peran
pemerintah, kompetensi pengelola serta partisipasi anggota.Hasil analisis regresi
memperlihatkan diantara empat variable penentu hanya dua yang signifikan secara statistic
yaitu kompetensi pengelola dan partisipasi anggota.Kata Kunci : koperasi, partisipasi, kompetensi, kelembagaan,usaha PENDAHULUAN
Keberadaan koperasi di Indonesia masih dari harapan masyarakat.Hal ini terlihat dari kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar 2 % sementara BUMN sebesar 20 % dan sektor swasta termasuk perusahaan asing sebesar 78 % ; pelaku koperasi yang kurang atau bahkan tidak memahami mengenai jati diri koperasi, citra koperasi yang buruk menjadi fokus pemberitaan oleh media massa ( Sri Edi Swasono: 2012). Citra koperasi yang buruk dikarenakan SDM koperasi yang belum kompeten, pengurus koperasi belum bekerja secara optimal sehingga muncul banyaknya kasus penyelewengan pada koperasi (Sukijo:2008). Berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan, dukungan koperasi masih sangat rendah (Johnny W.Situmorang dan Saudin Sijabat : 2011 ; Sri Widiyati,2012). Dilihat dari sisi kesehatan koperasi, sampai akhir triwulan 1 tahun 2015, di Kota Semarang terdapat 81 koperasi yang telah mendapat penilaian kesehatan koperasi. Dari 81 koperasi tersebut, 42 koperasi memiliki Unit Simpan Pinjam dan 39 Koperasi Simpan Pinjam. Diantara 39 Koperasi Simpan Pinjam, 6 Koperasi dikategorikan Koperasi sehat dan 33 dikategorikan Koperasi cukup sehat
Penguatan kelembagaan dan usaha koperasi merupakan hal yang perlu dilakukan. Hal ini seiring dengan munculnya Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM no.1 tahun 2013 tentang revitalisasi koperasi. Revitalisasi Koperasi dimaknai sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menata kembali kelembagaaan dan memperkuat usaha koperasi sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip Koperasi. Tujuan yang ingin dicapai adanya revitalisasi koperasi adalah memperkokoh kedudukan koperasi sehingga menjadi badan usaha yang sehat,kuat,mandiri dan tangguh untuk menghimpun dan menggerakan potensi ekonomi,sosial dan budaya ( Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM :2013) sehingga permasalahan studi ini adalah bagaimana upaya memperkuat kelembagaan dan usaha koperasi .
Penguatan kelembagaan dan usaha koperasi tidak lepas dari factor eksternal dan internal koperasi. Faktor eksternal yang mendukung kelembagaan dan usaha koperasi antara lain kerjasama dengan lembaga keuangan lain serta peran pemerintah. Keterbatasan likuiditas maupun permodalan dapat dipenuhi melalui kerjasama antar lembaga keuangan. Adanya modal bersama yang dipinjamkan antar sesama mereka dengan tujuan produktip dan kesejahteraan anggotanya. Tujuan produktip dan kesejahteraan berarti berarti bahwa pinjaman hanya diberikan untuk memenuhi kebutuhan anggota yang digunakan untuk tujuan produktip dan tidak konsumtip.Bank sebagai penyaluran dan koperasi akan memediasi antara bank dengan pihak nasabah. Kerjasama tersebut akan saling menguntungkan dan saling memperkuat. Hipotesa yang diajukan (Ha) adalah hubungan kerjasama dengan lembaga keuangan (X1) berpengaruh terhadap penguatan kelembagaan dan usaha koperasi (Y).
Peran pemerintah dapat diwujudkan dalam lima hal yakni selalu stabilisator, selaku innovator (sumber hal
- –hal baru), selaku modernisator ( menggiring masyarakat menuju kehidupan modern), selaku role of model, selaku pelaksana kegiatan (Siagian :2012).Sedangkan pemerintah daerah berperan pertama, dalam implementasi, elaborasi dan koordinasi dari kebijakan pemerintah pusat. Kedua, formulasi dan imlementasi kebijakan pemerintah daerah berkaitan dengan pembangunan KUMK. Ketiga, koordinasi program dan aktivitas pengembangan (Tambunan :2002). Bentuk-bentuk fasilitas yang diberikan pemerintah dalam rangka penguatan kelembagaan dan usaha koperasi adalah pendidikan dan latihan, konsultasi, bantuan pengaksesan permodalan, bantuan mengembangkan jaringan kerjasama. Hipotesa yang diajukan (Ha) adalah fasilitas pemerintah (X2) berpengaruh terhadap penguatan kelembagaan dan usaha koperasi (Y).
Faktor internal yang berperan dalam pengelolaan koperasi adalah tingkat partipasi anggota (Rahayu,WP :2005; Setyadi,D :2008 ;Setiaji K :2009).Hal ini mengingat kedudukan anggota koperasi yang sangat unik yakni sebagai pemilik koperasi sekaligus pelanggan koperasi. Sebagai pemilik koperasi maka anggota harus mendukung manajemen organisasi serta pemodalan koperasi sementara sebagai pelanggan, maka anggota harus mampu memanfaatkan potensi dan usaha koperasi.Usaha koperasi memang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan anggota dan dengan demikian apabila anggota sebagai konsumen tidak berpartisipasi pada koperasi maka usaha koperasi tidak akan memiliki nilai ekonomis. Kuatnya lembaga serta usaha koperasi sangat bergantung pada sejauh mana dukungan anggota maka hipotesa yang diajukan (Ha) adalah Partisipasi anggota (X3) berpengaruh terhadap penguatan kelembagaan dan usaha koperasi (Y).
Faktor internal antara lain SDM. SDM memegang peran penting dalam organisasi apapun (Bhatnagar, J dan A Sharma :2005; Kaplan, RS dan D Norton :2006).Organisasi bisnis semakin menyadari bahwa SDM sebagai faktor penting dalam rangka meningkatkan daya saing dan kinerja bisnis secara keseluruhan. Hogan et al. (2002) dan Kaplan dan Norton (2006) menyebutkan bahwa pada era knowledge-based
global economy , hampir dari 80% nilai dalam sebuah perusahaan berasal dari
intangible assets seperti human capital. Bahwa, setiap organisasi yang ingin tetap
mampu berkiprah di dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif, harus juga memiliki SDM yang tangguh, kompeten dan hebat (Anoraga, 2007) maka hipotesa yang diajukan ( Ha) adalah Kompetensi pengelola (X4) berpengaruh terhadap penguatan kelembagaan dan usaha koperasi (Y).
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah SDM koperasi yaitu pengurus, manager , karyawan dan anggota koperasi Simpan Pinjam yang ada di kota Semarang. Berdasarkan laporan hasil penilaian kesehatan Koperasi /USP Tingkat Propinsi triwulan empat Tahun 2015 dari Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Jawa Tengah jumlah koperasi tercatat 81 unit dan tersebar di semua kecamatan di Kotamadia Semarang. Pengambilan sampel dilakukan secara bertahap dengan menggunakan metode purposive sampling dan stratified sampling. Purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu sehingga sampel terpilih relevan dengan rancangan penelitian. Stratified samping adalah pengambilan sampel atas dasar strata yang ada. Tahapan pengambilan sampel nasabah sebagai berikut : a.
Menentukan koperasi. Dari 81 koperasi yang ada di Semarang maka koperasi yang terpilih adalah koperasi Simpan Pinjam , berbadan hukum yang telah beroperasi 5 tahun. Dasar kriteria tersebut adalah kontiunitas usaha.
b.
Koperasi yang dipilih adalah koperasi dengan kategori sehat dan kategori cukup sehat ( 50 % koperasi kategori sehat dan 50 % kategori koperasi cukup sehat).
c.
Menentukan nasabah koperasi dari koperasi yang terpilih pada no.b. Pemilihan
nasabah koperasi tersebut didasarkan atas lama menjadi anggota minimal 2 tahun dan pengelola telah bekerja minimal 3 tahun.
d.
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 100 responden. Menurut Uma Sekaran (2006), ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan penelitian. Untuk penelitian korelasional jumlah minimal sampel untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30 dan untuk penelitian multivariate (termasuk regresi berganda) ukuran sampel sebaiknya 25 kali lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan kuestioner, wawancara dengan responden dan observasi. Data dianalisis dengan analisis validitas, reliabilitas, uji asumsi klasik ( normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas) , uji t dan uji F dari persamanaan regresi berganda.
HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Responden Mayoritas responden berjenis kelamin perempuan dengan status maril kawin.
Dilihat dari usia, usia terendah 25 tahun dan usia tertinggi 65 tahun. 65 % responden berusia 45 tahun ke atas dan 40 % termasuk dalam usia produktip. Pendidikan sebagian besar responden adalah SLTA dan mereka yang termasuk pendidikan tinggi sebanyak 38 %. Responden banyak yang bekerja sebagai pegawai swasta. Dilihat dari lama menjadi anggota, 71 % responden telah bergabung dengan koperasi lebih dari 5 tahun.
Sedangkan untuk pengelola koperasi masing-masing koperasi diambil tiga orang sebagai sampel dengan alasan rata-rata pengurus koperasi adalah 3 orang. Adapun deskripsi responden sebagai berikut : dilihat dari posisi responden, jumlah staf koperasi sebanyak 22 orang (61,11 %) manager 8 orang ( 22,22 % ) dan pengurus 6
- – orang ( 16,67 %). Dilihat dari tingkat pendidikan mayoritas telah berpendidikan D3 S1 yaitu sebanyak 32 orang ( 88,88 %) orang dan hanya 4 orang ( 12,12 %) berpendidikan SMA. Lama bekerja responden dikategorikan menjadi : 3 tahun
- – 5 tahun sebanyak 4 orang; 5 tahun -10 tahun sebanyak 26 orang dan sisanya 6 orang telah bergabung dengan koperasi lebih dari 10 tahun.
Dilihat dari produk koperasi yang dikonsumsi, bahwa para nasabah merupakan nasabah aktip sebagai pengguna produk-produk koperasi tampak dari banyaknya anggota yang mengkonsumsi tabungan, simpanan berjangka serta kredit lebih dari 50 %. Alasan yang menarik untuk mengkonsumsi produk diantaranya persyaratan administrasi, tingkat bunga yang ditawarkan, maupun pelayanan yang diberikan. Hadiah yang ditawarkan bukan merupakan daya tarik utama karena responden yang memilih alasan tersebut di bawah 50 %. Alasan penggunan tabungan, simpanan berjangka maupun kredit adalah peningkatan asset rumah tangga seperti untuk pembelian perabot rumah tangga, pembelian asset bergerak maupun untuk renovasi rumah.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Sah atau valid tidaknya kuestioner perlu dilakukan pengujian . Alat uji yang digunakan adalah uji validitas. Kuestioner dikatakan valid jika pertanyaan/pernyataan pada kuestioner mampu mengungkap sesuatu yang akan diukur. Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-masing skor indicator dengan total skor indicator konstruk. Hasil pengolahan data memperlihatkan bahwa korelasi antara masing-masing indicator ( Y1; Y2; Y3; Y4; Y5) terhadap total skor konstruk (Y) menunjukan hasil yang signifikan ( < 0.05). Jadi masing-masing indicator pernyataan adalah valid. Korelasi antara nasing-masing indicator terhadap total skor konstruk (X1; X2; X3 ; X4) menunjukan hasil yang signifikan ( < 0.05) sehingga indikator tersebut dinyatakan valid dan diproses untuk analisis selanjutnya.
Tabel 1 Hasil Uji Reliabilitas
___________________________________________________ Variabel
Cronbach’s Status Alpha ____________________________________________________ Kelembagaan dan Usaha Koperasi 0,606 Reliabel Hubungan antar Lembaga Keuangan 0,610 Reliabel Peran Pemerintah 0,608 Reliabel Partisipasi Anggota 0,619 Reliabel Kompetensi Pengelola 0,601 Reliabel _____________________________________________________ Sumber : Data Primer diolah,2016 Nilai Cronbach’s Alpha variable penelitian di atas 0,6 berarti semua variable bersifat reliable.
Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variable penggangu memiliki distribusi normal. Uji statistic yang akan digunakan untuk menguji normalitas adalah uji t statistic non parametric Kolmogorov-Smirnov (Ghozali : 2009). Hasil olah data memperlihatkan tingkat signifikansi sebesar 0.251 di atas 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa data residual berdistribusi normal.
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji ada tidaknya korelasi antar variable bebas pada model regresi. Untuk menguji ada tidaknya multikolinieritas dipakai kriteria nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 maka tidak ada multikolinieritas (Ghozali:2009).
Hasil olah data memperlihatkan bahwa nilai tolerance variable independent (X1,X2 ,X3 dan X4) tidak ada yang kurang dari 0.10 berarti tidak ada korelasi antar variable bebas. Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga memperlihatkan hal yang sama yaitu tidak ada satu variable independent yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Jika mengacu pada Ghozali (2012) maka tidak terdapat multikolinieritas pada model dalam penelitian ini, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi kelembagaan dan usaha koperasi yang kuat berdasarkan masukan variabel hubungan antar lembaga keuangan, peran pemerintah ,partisipasi anggota ,kompetensi pengelola. Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Uji yang akan digunakan adalah uji Glejser. Berdasarkan uji Glejser jika nilai probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5 % maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali:2009). Hasil uji Glejser pada memperlihatkan tidak ada satupun variable independent yang signifikan secara statistic mempengaruhi variable abres1. Nilai signifikansi variable X1,X2 ,X3dan X4 masing- masing adalah 0,131; 0,416; 0,078 dan 0.474 dan semuanya di atas 0,05. Dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
Analisis Regresi dan Uji Hipotesa
Tabel 2 Hasil Analisis Regresi
Keterangan Koefisien t-Test Sig Constan 2.313 3.938 0.000 X1 0.012 0.141 0.884 X2 0.090 0.935 0.352 X3 0.222 2.580 0.011 X4 0.191 2.108 0.038 F-Test 3.144 0.018 R- Squred 0,117
Sumber : Data Primer diolah,2016
2 Koefisien determinasi (R ) mengukur besarnya kemampuan model menerangkan
2
variasi variable dependen. Pada table di atas terlihat nilai adjusted R adalah 0.117 yang berarti besarnya pengaruh variable hubungan antar lembaga keuangan , fasilitas pemerintah,pelayanan prima dan kompetensi SDM Koperasi sebesar 11,7 % terhadap kelembagaan dan usaha koperasi yang kuat sedangkan koefisien non determinasi besarnya 88,3 %. Hal ini memperlihatkan variable lain yang tidak diteliti yang memiliki pengaruh terhadap kelembagaan dan usaha koperasi yang kuat sebesar 88,3 %.
Dari uji F test terlihat nilai hitung F sebesar 3.144 signifikansi 0.018 dan hal ini jauh lebih kecil dari 0.05. F test signifikan secara statistic maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kelembagaan dan usaha koperasi yang kuat . Dengan kata lain variable independen hubungan antar lembaga keuangan, fasilitas pemerintah, partisipasi anggota dan kompetensi pengelola yaitu secara bersama-sama berpengaruh terhadap kelembagaan dan usaha koperasi yang kuat.
Pengujian Hipotesis (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel Hubungan antar Lembaga Keuangan, Fasilitas Pemerintah, Partisipasi Anggota dan Kompetensi Pengelola terhadap Kelembagaan dan Usaha Koperasi pada Koperasi Simpan Pinjam di Semarang. Berikut ini hasil pengolahan dengan batuan SPSS 20.00. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa variabel Hubungan dengan Lembaga Keuangan dan Fasilitas Pemerintah tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kelembagaan dan usaha koperasi pada Koperasi Simpan Pinjam di Semarang. Hal ini ditunjukkan dengan nilai probabilitas lebih besar dari 0.05 yaitu sebesar 0,888 dan 0,352 sehingga menerima H o dan menolak H a . Variabel Partisipasi Anggota dan Kompetensi Pengelola mempunyai pengaruh signifikan terhadap kelembagaan dan usaha koperasi pada Koperasi Simpan Pinjam di Semarang. Hal ini ditunjukkan denga nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05 yaitu sebesar 0,011 dan 0,038 sehingga menolak H dan menerima
o H a .
Pengaruh Hubungan dengan Lembaga Keuangan terhadap Penguatan
Kelembagaan dan Usaha KoperasiPesaing baik sesama koperasi maupun lembaga keuangan yang lain merupakan hal yang harus dihadapi oleh koperasi. Keberadaan lembaga keuangan lain seperti perbankan, pegadaian, leasing dan sebagainya yang lebih agresip dalam mencari nasabah potensial merupakan pesaing yang perlu mendapat perhatian koperasi. Berbagai cara dilakukan untuk menyikapi agar koperasi tetap survive dan berkembang dengan cara kemitraan dengan lembaga keuangan maupun peningkatan partisipasi masyarakat.
Keterbatasan modal biasanya tidak dapat dipenuhi oleh para anggota koperasi melalui simpanan pokok, simpanan wajib serta simpanan suka rela. Diperlukan kerjasama antar koperasi maupun antara Lembaga keuangan lain. Hasil uji t memperlihatkan bahwa hubungan antara lembaga keuangan lain tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penguatan kelembagaan dan usaha koperasi. Kondisi ini memperlihatkan bahwa koperasi belumlah memanfaatkan kerjasama antar lembaga keuangan secara optimal serta pemilik koperasi memiliki usaha lainnya yang dapat saling mengisi kebutuhan finansial.
Pengaruh Fasilitas Pemerintah terhadap Penguatan Kelembagaan dan Usaha
KoperasiPemerintah berperan sebagai regulator, fasilitator dan stimulator dalam rangka pengembangan koperasi. Sebagai regulator, pemerintah menetapkan UU Koperasi no.25 tahun 1992, ataupun Permen Koperasi dan UMKM no.1 tahun 2013 tentang Revitalisasi Koperasi dan masih banyak regulasi yang dikeluarkan dalam rangka mengatur operasional koperasi serta menunjang perkembangan koperasi. Dinas Koperasi harus mampu mengawasi jalannya kegiatan koperasi, memberikan bantuan pada koperasi yang belum kuat dan tidak terlalu mencampuri kehidupan koperasi. Dinas Koperasi memiliki program pendidikan dan pelatihan bagi SDM koperasi untuk meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan.
Hasil uji t memperlihatkan bahwa fasilitas pemerintah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penguatan kelembagaan dan usaha koperasi. Kondisi ini memperlihatkan bahwa koperasi belumlah memanfaatkan fasilitas yang diberikan pemertintah secara optimal. Program pendidikan dan latihan yang merupakan peluang bagi koperasi seringkali tidak digunakan. Hasil interview terhadap beberapa pengelola koperasi berkaitan dengan peluang pendidikan dan latihan yang tidak digunakan antara lain karena materi pelatihan kurang sesuai dengan kebutuhan dan juga keterbatasan waktu para pengelola.
Pengaruh Partisipasi Anggota terhadap Penguatan Kelembagan dan Usaha
Koperasilam permodalan serta mengkonsumsi layanan koperasi.Partisipasi anggota yang ideal digambarkan keikutsertaan anggota dalam pengambilan keputusan,penetapan kebijakan dan arah, pengawasan terhadap jalannya usaha, ikut serta dalam layanan koperasi. Sebagai pelanggan,pelayanan prima yang dilakukan dalam upaya untuk memberikan rasa puas dan menumbuhkan kepercayaan terhadap nasabah. Pelayanan prima terhadap nasabah dilakukan untuk menghadapi persaingan, merespon kebutuhan atau keinginan nasabah sehingga nasabah merasakan
peduli pada pelanggan,
diperhatikan. Hal yang penting dalam pelayanan prima adalah
melayani dengan tindakan terbaik, dan memuaskan pelanggan dengan berorientasi pada standar
layanan tertentu.Menurut Vincent Gespersz, kualitas pelayanan memiliki dimensi-dimensi seperti:kecepatan waktu pelayanan, akurasi/ketepatan pelayanan, kesopanan dan keramahan pelaku usaha, tanggung jawab dalam menangani komplain pelanggan, jumlah petugas yang melayani dan fasilitas pendukung lainnya, kualitas pelayanan yang berkaitan dengan lokasi pelayanan, ketersediaan informasi, dan petunjuk / panduan lainnya, kualitas pelayanan yang berhubungan dengan kenyamanan, fasilitas, dan teknologi, dan lain-lain.
Hasil uji t memperlihatkan bahwa partisipasi anggota berpengaruh secara signifikan terhadap penguatan kelembagaan dan usaha koperasi. Hal ini terlihat dari pelayanan yang telah diberikan koperasi terhadap anggota dan ditunjukan dengan besarnya tingkat partisipasi anggota koperasi. 79 % responden telah bergabung dengan koperasi lebih dari 5 tahun dan hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat kaitan antara lama menjadi anggota dengan tingkat partisipasi anggota.
Salah satu indikator tingkat partisipasi anggota adalah seberapa sering anggota mengkonsumsi produk-produk yang disediakan koperasi.Hasil análisis deskripsi memperlihatkan bahwa selama menjadi anggota, mayoritas anggota memiliki tabungan ( 89 %) dan 63 % anggota yang menabung secara rutin; 85 % anggota pernah mengambil kredit dan 42 % yang membayar angsuran tepat waktu; 78 % anggota koperasi pernah mengkonsumsi deposito.
Pengaruh Kompetensi Pengelola terhadap Penguatan Kelembagaan dan Usaha
KoperasiKompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat yang memuaskan di tempat kerja, juga menunjukkan karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh setiap individu yang memampukan mereka untuk melakukan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas professional dalam pekerjaan. Sedangkan, Covey, Roger dan Merrill dalam Mangkunegara (2005:112) mengatakan bahwa kompetensi mencakup:
a. Kompetensi teknis: pengetahuan dan keahlian untuk mencapai hasil-hasil yang
telah disepakati, kemampuan untuk memikirkan persoalan dan mencari alternatif-alternatif baru.
b.
Kompetensi konseptual: kemampuan untuk melihat gambar besar, untuk menguji berbagai pengandaian dan pengubah perspektif.
c. Kompetensi untuk hidup dalam saling ketergantungan yakni kemampuan secara
efektif dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk mendengar, berkomunikasi, mendapat alternatif ketiga, menciptakan kesepakatan menang- menang, dan berusaha mencapai solusi alternatif ketiga, kemampuan untuk melihat dan beroperasi secara efektif dalam organisasi atau sistem yang utuh.
Hasil uji t memperlihatkan bahwa kompetensi pengelola berpengaruh secara statistic terhadap penguatan kelembagaan dan usaha koperasi pada tingkat kesalahan 5 %. Kondisi ini menunjukan bahwa unsur kompetensi yang meliputi pengetahuan, ketrampilan serta sikap kerja pengelola koperasi adalah kompeten. Mereka memiliki pendidikan akhir adalah rata-rata tingkat pendidikan pengelola koperasi adalah D3-S1 dan pengalaman kerja rata-rata 5 tahun -10 tahun. Tingkat pendidikan dan pengalaman telah menjunjang kompetensi yang dibutuhkan. Hasil penelitian juga memperlihatkan adanya kesempatan untuk pengembangan SDM yang dilakukan oleh koperasi yang bersangkutan menjadi salah satu penyebab kompetensi SDM koperasi. Salah satu bukti kompetensi SDM adalah pemilikan manager yang telah bersertifikasi kompetensi.
SIMPULAN
Dari paparan di atas dapat simpulkan, pertama bahwa variable ekstren koperasi yakni hubungan dengan lembaga keuangan lain serta fasilitas pemerintah tidak berpengaruh secara statistic terhadap penguatan kelembagaan usaha koperasi pada tingkat α (kesalahan) lima persen. Kondisi ini memperlihatkan bahwa koperasi belumlah memanfaatkan kerjasama antar lembaga keuangan secara optimal serta pemilik koperasi memiliki usaha lainnya yang dapat saling mengisi kebutuhan finansial. Sementara fasilitas pemerintah belum dimanfaatkan sepenuhinya karena pengelola keterbatasan waktu untuk mengikuti pelatihan dan juga materi pelatihan seringkali kurang sesuai dengan kebutuhan. Kedua, partisipasi anggota serta kompetensi pengelola berpengaruh terhadap penguatan kelembagaan dan usaha koperasi. Tingkat participasi anggota terlihat dari frekuensi anggota mengkonsumsi layanan koperasi.Mayoritas anggota mengkonsumsi produk yang disediakan koperasi yaitu tabungan, deposito dan pinjaman. Hal ini berdampak pada penguatan usaha koperasi. Berkaitan dengan kompetensi pengelola, pada umumnya pengelola memiliki pendidikan akhir adalah D3-S1 dan pengalaman kerja rata-rata 5 tahun - 10 tahun. Tingkat pendidikan dan pengalaman telah menjunjang kompetensi yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P. 2007. Pengantar Bisnis: Pengelolaan Bisnis dalam Era Globalisasi.
Rineka Cipta: Jakarta. Bhatnagar, J dan A Sharma .2005.
“The Indian perspective of strategic HR roles and organizational learning capability.
” Int. J. Hum. Res. Manage., Vol. 16, No. 9, pp. 1711 – 1739. Kaplan, RS dan D Norton .2006. The Balance Scorecard: Translating Into Action, Harvard Business School Pres: Boston.
Rahayu,WP.2005.Pengaruh Partisipasi Anggota terhadap Keberhasilan KPRI Harum Kecamatan Punung Kabupaten Pacitan.Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol 6 no.3 Oktober .
Siagian,Sondang.2012.Administrasi Pembangunan Konsep,Dimensi dan Strateginya.
Bumi Aksara.Jakarta. Setiaji,K.2009. Pengaruh Partisipasi Anggota dan Lingkungan Usaha terhadap Keberhasilan KPRI Kapas Kecamtan Susukan Kabupaten Banjarnegara.JEJAK Vol.
2 no.1 Maret. Setyadi,D.2008. The Influence of Organizational Commitment, Work Culture,
Competitive Strategy and Economically Members Participation to Work Motivation and Cooperative Performance in East Kalimantan Province. Disertations.
Surabaya: Post Graduade Airlangga Univercity. Situmorang,Johnny W dan Saudin Sijabat.2011. Koperasi dan Penanggulangan
Kemiskinan di Indonesia. Tinjauan Probability Tingkat Keanggotaan Koperasi dan Kemiskinan Propinsi. Jurnal Pengkajian Koperasi dan UMKM Vol 6 September. Sukijo.Membangun Citra Koperasi Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Pendidikan.Vol 5 no.2D. Swasono,Sri Edi.2012. Kooperativisme dan Revitalisasi Koperasi. Warta KUMKM.
Edisi 1F Tambunan,Tulus T.H.2002.Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia. Beberapa isu penting.Salemba Empat. Jakarta. Widiyati,Sri.Analisis .2012. Peluang Koperasi Dalam Pengetasan Kemiskinan.Jurnal Keuangan dan Bisnis .Vol 1 no.1.