GAGASAN PENGATURAN HUKUM PEMERIKSAAN PERSEROAN TERBATAS (Suatu Evaluasi Normatif terhadap Pasal 138 - Pasal 141 Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas)
Muhammad Syaifuddin
Fakult as Hukum Universit as Sriwij aya E-mail : syaif uddin_unsri@yahoo. co. id
Abst r act
Law No. 40 Year 2007 obl i ge good cor por at e gover nance. Pr act i cal l y, t her e i s a chance t o do wr ongf ul act whi ch cause bad cor por at e gover nance. Law No. 40 Year 2007 have some l egal i nconsi st encies, so t hat cause uncer t ai nt y and unused legal pr act i cal l y. The i dea of r egul at i ng on i nvest igat ing of a company in f or war d has t o develop of st r engt hening of l egal cer t aint y pr i nci pl e and l egal ut i l it y pr i nci pl e (besi des legal j ust i ce pr inci pl e) whi ch concr et e i n posi t i ve l egal nor ms about per f or mi ng, gover ni ng, i nvest i gat ing and post -i nvest i gat i ng of a l imi t ed company by shar es as a syst em. Then, t he r evi sing of posi t i ve l egal nor ms about i nvest i gat i ng of a l i mi t ed company by shar es consi st ent l y, whi ch r ef er s t o t he logi cs of l egal r ul es.
Keywor ds: t he i nvest i gat i ng, l imi t ed company by shar es, nor mat i ve eval uat i on, l egal inconsi st ency.
Abst rak
UU No 40 Tahun 2007 mewaj ibkan good cor por at e gover nance, namun secara prakt is, ada kesempat an unt uk melakukan t indakan yang salah yang menyebabkan cor por at e gover nance yang buruk. UU No 40 Indonesia Tahun 2007 memiliki beberapa inkonsist ensi hukum, sehingga menyebabkan ket idakpast ian hukum dan ket idakmanf aat an hukum prakt is. Gagasan unt uk mengat ur penyelidikan perusahaan pada masa mendat ang harus mengembangkan dan menguat kan prinsip kepast ian hukum dan prinsip kemanf aat an hukum (selain prinsip keadilan hukum) yang konkrit dalam norma-norma hukum posit if t ent ang melakukan, mengat ur, menyelidiki dan pasca-menyelidiki sebuah perusahaan dibat asi oleh saham sebagai sebuah sist em. Kemudian merevisi norma hukum posit if t ent ang menyelidiki sebuah perusahaan dibat asi oleh saham, yang mengacu pada logika at uran hukum.
Kat a kunci: penyelidikan, pembat asan perusahaan oleh saham, evaluasi normat if , inkonsist ensi hukum.
Pendahuluan
UU No. 40 Tahun 2007 t elah memuat pe- Perseroan t erbat as (selanj ut nya disingkat
ngat uran hukum pengelolaan perusahaan yang PT), adalah badan hukum yang merupakan per-
baik, yang lebih dikenal dengan ist ilah good sekut uan modal, didirikan berdasarkan perj an-
cor por at e gover nance (disingkat GCG). 2 Namun, j ian, melakukan kegiat an usaha dengan modal dasar yang seluruhnya t erbagi dalam saham dan
garan Dasar Perseroan Terbat as” , Reper t or i um, Vol . 1
memenuhi persyarat an yang dit et apkan dalam
No. 1 Mei -Sept ember 2010, hl m. 50; Habib Adj ie, “ Tanggung Jawab Sosi al Perusahaan” ,
Jur nal Hukum
UU No. 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Ter-
Bi sni s, Vol . 27-No. 1-Tahun 2008, hl m. 60; dan M. Yahya
bat as sert a perat uran pelaksanaannya ( vi de Pa-
Harahap, “ Separ at e Ent i t y, Li mi t ed Li abi l i t y, dan Pi er ci ng t he Cor por at e Vei l ” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol .
sal 1). 1
2 26-No. 3-Tahun 2007, hl m. 44. GCG, menurut The Or gani zat i on f or Economi c Cor por a- t i on and Devel opment , adal ah sist em pengendal i an per -
Lihat dan bandingkan pengert i an PT ini dengan bebe- usahaan, mencakup pembagi an t ugas, hak dan kewaj ib- rapa pendapat yang berkait an dengan masi ng-masing
an mereka yang berkepent ingan t erhadap perusahaan, unsur yang ada di PT, pada Ridwan Khairandy, “ Perse-
t ermasuk para pemegang saham, dew an pengurus, par a roan Ter bat as sebagai Badan Hukum” ,
manaj er, dan semua anggot a t he st akehol der non- Bi sni s, Vol . 26 No. 3 Tahun 2007, hl m. 5; Yuniart i, “ Ke-
Jur nal Hukum
pemegang saham. Lihat dal am Camel i a Mal ik, “ Impl i - wenangan Not ar is Membuat Akt a Ri sal ah Rapat Umum
kasi Adanya Komi sar is Independen dal am Per seroan Pemegang Saham Luar Biasa t ent ang Perubahan Ang-
Berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007” , Jur nal Hukum
274 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 2 Mei 2011
secara prakt ikal, t erbuka kesempat an unt uk Secara dogmat ik, UU No. 40 Tahun 2007 t erj adinya prakt ik penyimpangan, yang dapat
seharusnya t idak memuat norma-norma hukum
yang inkonsist en dan mendua, sehingga t idak makna t idak t ransparan, t idak akunt abel, t idak
menj adikan pengelolaan PT 3 t idak baik (dalam
menghambat spirit menj amin kepast ian hukum adil, dan t idak responsibel), sehingga UU No. 40
(sert a keadilan dan kemanf aat an) dalam peme- Tahun 2007 t elah mengat ur pemeriksaan t er-
riksaan PT. Oleh karena it u, pent ing dikaj i: hadap PT, khususnya dalam Pasal 138 sampai
per t ama, bagaimanakah pengat uran hukum pe- dengan Pasal 141, sebagai bent uk dan meka-
meriksaan PT dalam UU No. 40 Tahun 2007 dal- nisme pengawasan represif -ekst ernal t erhadap
am upaya mewuj udkan pengelolaan perusahaan pengelolaan PT.
yang baik?; kedua, apakah ada at au t idak ada Pemeriksaan PT berdasarkan UU No. 40
inkonsist ensi dan kemenduaan hukum sebagai Tahun 2007 dalam spirit menj amin kepast ian
wuj ud kelemahan pengat uran hukum pemerik- hukum, sehingga seharusnya t idak ada norma-
saan PT dalam UU No. 40 Tahun 2007 yang da- norma hukumnya yang inkonsist en, karena inko-
pat menj adi hambat an ( const r ai n) dalam upaya nsist ensi hukum, menurut M. Isnaeni, menam-
mewuj udkan pengelolaan perusahaan yang baik pakkan cit ra yang t idak past i, sehingga sulit
t ersebut ?; ket i ga, bagaimanakah gagasan pe- mencipt akan kepast ian hukum sebagai sendi
ngat uran hukum ideal pemeriksaan PT sebagai ut ama dari at uran hukum selain keadilan, yang
upaya mewuj udkan pengelolaan perusahaan berkait -an erat dengan ef isiensi ekonomi, yang
yang baik di masa yang akan dat ang. seringkali menggunakan j asa hukum dalam pel-
bagai t ransaksi ekonominya. 4 Selain it u, peme-
Pembahasan
riksaan PT menurut UU No. 40 Tahun 2007 j uga
Alasan dan Tuj uan Pemeriksaan Perseroan
seharusnya mengeliminasi kemenduaan hukum,
Terbat as
karena hukum – menurut Sat j ipt o Rahardj o – se- Menurut Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Ta- ringkali mengandung kemenduaan ( ambi guit y)
hun 2007, alasan pengaj uan permohonan pe- sebagai cacat logisnya, yait u: per t ama, kemen-
meriksaan PT kepada pengadilan, adalah t erda- duaan semant ik, karena kat a-kat a yang diru-
pat ” dugaan” ( ver moeden, pr esumpt ion): Per - muskan secra umum ( open t ext ur e); kedua, ke-
t ama, PT melakukan perbuat an melawan hu- menduaan sint akt ik, karena kat a-kat a ” at au” ,
kum sebagai bent uk penyimpangan yang sif at - ” dan” , ” semua” , dan sebagainya; dan ket i ga,
nya melanggar norma larangan dan/ at au t idak kemenduaan karena pernyat aan maksud pem-
melaksanakan norma kewaj iban dalam UU No. buat undang-undang sendiri t idak dikonsep-
40 Ta-hun 2007, perat uran hukum posit if lain- t ualisasikan secara j elas. 5 nya, dan anggaran dasar, yang menimbulkan kerugian bagi pemegang saham at au pihak ke-
t iga; at au kedua, anggot a direksi at au dewan Bi sni s, Vol ume 26-No. 3 Tahun 2007, hl m. 31. Ban-
dingkan pul a dengan Jimmy E. Al i as, “ Per an Manaj emen
komisaris sebagai personel (individual) dari or-
Risiko St r at egik dal am Mendukung Good Cor por at e Gover nance” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol ume 23-No. 3-
gan-organ PT melakukan perbuat an melawan
Tahun 2004, hl m. 52.
hukum yang merugikan PT at au pemegang sa-
Ist il ah “ pengel ol aan PT” ber makna l uas, mencakup pe- ngarahan PT (yang mer upakan wewenang RUPS), pengu-
ham at au pihak ket iga. Dengan demikian, t er-
rusan PT (yang merupakan wewenang direksi), dan pe-
dapat nya dugaan t erj adinya perbuat an mela-
ngawasan PT (yang mer upakan wewenang dewan komi - sari s. Lihat dal am Nindyo Pramono, “ Tanggung Jawab
wan hukum sebagai bent uk penyimpangan da-
Dan Kew aj i ban Pengurus PT (Bank) Menurut UU No. 40
lam pengelolaan PT yang dilakukan oleh “ kar-
Tahun 2007 Tent ang Perseroan Terbat as ” , Bul et i n Hukum Per bankan dan Kebangsent r al an, Vol . 05 Nomor
yawan yang t idak t ermasuk organ PT at au per-
03, Desember 2007, hl m. 20-25.
sonel (individual) dari organ-organ PT” , misal-
M. Isnaeni, “ Hak Tanggungan sebagai Lembaga Jaminan dal am Ker angka Tat a Hukum Indonesia” ,
Jur nal Hukum
Ekonomi , Edisi V, Agust us 1996, hl m. 2.
De Jur e, Jur nal Syar i ah dan Cit ra Adit ya Bakt i, Bandung, hl m. 98. ; Muhammad
Sat j i pt o Rahardj o, 2000,
Il mu Hukum, Bandung: PT.
Invest asi di Indonesi a” ,
Hukum, Vol . 02 Nomor 01, Juni 2010, hl m. 29. Syai f uddin, “ Perspekt if Gl obal Penyel esai an Sengket a
Gagasan Pengat uran Hukum Pemeriksaan Perseroan Terbat as . . . 275
nya orang yang bekerj a di bagian administ rasi dari direksi at au dewan komisaris sebagai organ dan keuangan, t idak dapat dij adikan alasan pe-
PT) waj ib menggant i kerugian kepada peme- ngaj uan permohonan pemeriksaan PT, karena
gang saham at au pihak ket iga at au bahkan ke- UU No. 40 Tahun 2007 t idak mengat ur penyele-
j aksaan yang hak at au kepent ingannya dirugi- saian hukum individual dan konkrit nya.
kan. Alasan pengaj uan permohonan pemerik- ” Perbuat an melawan hukum” yang di-
saan PT kepada pengadilan menurut Pasal 138 lakukan oleh organ-organ PT, dalam hal ini
ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 pada dasarnya
adalah suat u ” kepent ingan hukum” 11 at au posi- cara organisasional (organ PT) maupun indivi-
RUPS, 6 direksi 7 dan dewan komisaris, 8 baik se-
t a yang berisi ” alasan hukum” 12 yang mendasari dual (personel dari direksi at au dewan komisa-
” permohonan” (bukan gugat an) pemeriksaan PT ris sebagai organ PT), sebagai bent uk penyim-
oleh pemegang saham dan pihak ket iga. pangan dalam pengelolaan PT sebagaimana di
Tuj uan pemeriksaan PT dinyat akan sec- maksud Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun
ara sumir dalam UU No. 40 t ahun 2007. Ber- 2007, adalah perbuat an melawan hukum ( on-
dasarkan t af sir t eleologis at as kalimat ” . . . -de- r echt mat i gedaad) menurut Pasal 1365 Kit ab
ngan t uj uan unt uk mendapat kan dat a at au ke- Undang-Undang Hukum Perdat a (selanj ut nya
t erangan dalam hal t erdapat dugaan. . . ” dalam disingkat KUH Perdat a) dan Yurisprudensi Ar-
norma hukum pada Pasal 138 ayat (1) UU No. rest Lindenbaum-Cohen t ahun 1919 H. R. 31
40 Tahun 2007, dapat dipahami bahwa peme- Januari, 9 yait u perbuat an yang bert ent angan
riksaan PT bert uj uan menemukan dan mene- dengan UU No. 40 Tahun 2007 dan perat uran
rang benderangkan kebenaran (mengungkapkan hukum posit if lainnya, sert a perbuat -an yang
kebe-naran menj adi t erang-benderang) yang melanggar ket ert iban umum dan kesusi-laan.
didukung oleh dat a at au ket erangan sebagai Selain it u, j uga mencakup perbuat an yang ber-
bukt i yang bersif at langsung ( dir ect evi dence)
yang mampu membukt ikan t erj adinya perbuat - merupakan bagian dari isi akt a pendirian PT
t ent angan dengan anggaran dasar PT, 10 yang
an melawan hukum sebagai bent uk penyim- ( vi de Pasal 8 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007),
pangan dalam pengelolaan PT. yang memuat norma-norma hukum posit if yang
Secara met odelogis, upaya menemukan waj ib dipat uhi oleh RUPS, direksi dan dewan
dan menerang-benderangkan kebenaran harus komisaris, baik secara organisasional (organ PT)
menggunakan penalaran hukum yang mengikut i maupun individual (personel dari organ PT). Ji-
prinsip-prinsip logika yang disebut si l ogi sme. 13 ka dugaan t erj adinya perbuat an melawan hu-
Ini berart i bahwa upaya menemukan dan me- kum t erbukt i, maka berdasarkan RUPS, direksi
nerangkan kebenaran harus didasarkan at as dan/ at au dewan komisaris, baik secara organi-
f akt a-f akt a hukum ( pr emis mi nor / st at ement of sasional (organ PT) maupun individual (personel
f act ) yang diperoleh selama proses pemerik- saan PT dilakukan. Jika f akt a-f akt a hukum yang
dit emukan memenuhi unsur-unsur perbuat an
Lihat penj el asan l ebih l anj ut t ent ang RUPS i ni pada Fred B. G. Tumbuan, Tugas dan Wewenang Organ Per -
melawan hukum sebagai bent uk penyimpangan
seroan Terbat as Menurut Undang-Undang Tent ang Per -
dalam pengelolaan PT sebagaimana dimaksud
seroan Terbat as, PPH New sl et t er s, Nomor 70, Sept em- ber 2007, hl m. 17-18 7 Lihat dan bandingkan pembahasan t ent ang direksi
dal am Nindyo Pramono,
Baca mengenai makna kepent ingan hukum pada Sudikno 8 Lihat mengenai pembahasan dewan direksi ini dal am
op. ci t , hl m. 15-18.
Hukum Acar a Per dat a Indonesi a, 9 Fred B. G. Tumbuan, op. cit , hl m. 22-24.
Mert okusumo, 2006,
Yogyakart a: Libert y, hl m. 82-84; dan Radi an Sal man, Baca l ebih l anj ut mengenai Arrest Lindenbaum-Cohen
SH, LL. M, Mahkamah Konst it usi dan Pol it ik Hukum di ini pada Mar iam Darus Badruzzaman, 2001,
Jur nal Konst i t usi , Vol . II, No. Hukum Per i -kat an, Bandung: PT. Cit ra Adit ya Bakt i ,
Kompi l asi
Bidang Pemil ihan Umum,
1, Juni 2009, hal 91.
10 hl m. 106-107; dan Fred B. G. , op. ci t , hl m. 21. Lihat mengenai maksud dari al asan hukum pada M. Lihat penj el asan t ent ang anggaran dasar PT pada Mu-
op. ci t . , hl m. 532. hammad Syaif uddin, ” Tanggung Jawab Sosi al Per usaha-
Yahya Harahap.
13 Penj el asan l ebi h l anj ut mengenai sil ogi sme dapat an: Perkembangan Teori dan Rel evansi nya dengan Tuj u-
di baca pada Johnny Ibr ahim, 2005, Teor i dan Met ode an Hukum Perusahaan” ,
Penel i t i an Hukum Nor mat i f , Mal ang: Bayu Medi a XI, Mei 2006, hl m. 232.
Si mbur Cahaya, No. 31 Tahun
Publ ishing, hl m. 196.
276 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 2 Mei 2011
oleh Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 secara lebih konkrit asas-asas hukum GCG da- ( pr emis may-or / st at ement of l aw), maka hasil
lam perat uran int ernal perusahaan ( sel f r egul a- pemeriksaannya harus menegaskan bahwa be-
t i on) dan menerapkannya dalam prakt ik t erbaik nar t erj adi perbuat an melawan hukum sebagai 15 ( best pr act i ces) sesuai dengan keadaan dan
bent uk penyimpangan dalam pengelolaan PT budaya perusahaannya ( cor por at e cul t ur e). 16 ( concl usi on). Jika sebaliknya, maka hasil peme- riksaannya harus menegaskan bahwa t idak be-
Persyarat an, Prosedur Hukum, dan Ruang
nar t erj adi perbuat an melawan hukum sebagai
Lingkup Pemeriksaan Perseroan Terbat as
bent uk penyimpangan dalam pengelolaan PT. Norma-norma hukum dalam Pasal 138 Tuj uan pemeriksaan PT yang dinyat akan
ayat (2) j o. Pasal 139 ayat (1) UU No. 40 Tahun dalam Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun
2007 mengharuskan pemeriksaan PT berdasar- 2007, adalah t uj uan khusus at au mikro, yang
kan penet apan pengadilan negeri, sesuai de- secara sist emik dapat mendukung t uj uan umum
ngan f ungsi pengawasan lembaga peradilan 17 at au makro dari pemeriksaan PT, yait u me-
dalam melindungi RUPS, direksi dan/ at au de- wuj udkan asas-asas hukum GCG dalam UU No.
wan komisaris, baik secara organisasional (or-
40 Tahun 2007. 14 Asas-asas it u meliput i per - gan PT) maupun individual (personel dari organ t ama, asas t ransparansi, yang mengharuskan
PT), dari perbuat an-perbuat an pemegang sa- inf ormasi perusahaan j elas, konsist en, dan da-
ham dan/ at au pihak ket iga yang sewenang-we- pat diperbandingkan, agar pihak-pihak yang
nang at au ” t indakan menghakimi sendiri” ( ei - berkepent ingan dapat memerhit ungkan dampak
genr i cht i ng). 18 Perkara pemeriksaan PT adalah risiko bert ransaksi dengan perusahaan (Pasal
perkara perdat a umum yang t ermasuk wewe- 66-Pasal 99); kedua, asas akunt abilit as, yang
nang at au kompet ensi absolut peradilan umum. mengharuskan agency pr oblem ant ara direksi
Oleh karena it u, pengadilan yang berwenang dan pemegang saham, didasarkan pada sist em
(kompet ensi relat if ) menet apkan dapat at au t i-
i nt er nal checks and bal ances yang mencakup dak dapat nya dilakukan pemeriksaan PT adalah prakt ik audit yang sehat dan pengawasan ef ek-
pengadilan negeri yang daerah hukumnya meli- t if berdasarkan keseimbangan ant ara pemegang
put i t empat kedudukan PT.
saham, komisaris, dan direksi (Pasal 120-Pasal 121); ket i ga, asas keadilan, yang mengharuskan
perlindungan hak-hak pemegang saham minori-
Menurut Col in Law & Pat ri ci a Wong, GCG memuat prin-
t as dari keput usan direksi at au pemegang sa- si p-pr insi p t ransparansi, akunt abil it as, keadil an, dan
pert anggungj awaban yang di prakt ikkan dengan kombi -
ham mayorit as yang merugikan kepent ingannya
nasi ant ara perat ur an hukum, undang-undang non l egisl a-t if ,
best pr act i ces, dan sel f r egul at i on. Col in
at au kepent ingan secara keseluruhan (Pasal
Law & Pat r icia Wong, “ Corporat e Governance: A Com-
61); dan keempat , asas responsibilit as, yang
par at i ve Anal ysis Bet ween The UK and China” , Int er na- t i onal Company and Commer ci al Law Revi ew, Vol . 16
mengharuskan perusahaan mempunyai t ang-
16 (9), 2005, hl m. 350,
gung j awab memat uhi hukum yang berlaku
GCG mempromosikan et ika bi sni s yang mengar ahkan
(Pasal 2). Unt uk mencapai manf aat yang opt i- peng-el ol a perusahaan unt uk mengel i mi nasi budaya
korupsi , suap-menyuap dan peril aku curang l ainnya.
mal, pengelola perusahaan perlu menj abarkan
Perhat ikan. Meri a Ut ama, “ The Impl ement at ion of Good Corporat e Governance in Indonesian Company” ,
Cahaya, No. 44 Tahun XVI Januar i 2011, hl m. 2285.
Si mbur
Lihat penj el asan mengenai asas-asas GCG ini pada Mu- 17 Tugas l embaga peradil an dil akukan ol eh haki m di pe- hammad Syaif uddin, ” Wewenang Dewan Komi sar is Me-
ngadil an yang memberikan keput usan hukum yang akan ngurus Perseroan Terbat as: Anal i si s Rasio dan Impl ikasi
berl aku sebagai kai dah hukum, yang berpoj ak pada ko- Hukum Pasal 118 dal am Kait annya dengan Pasal 1 angka
ridor hukum, berdasarkan real it as sosi al dan menj un- 6 dan Pasal 108 Undang-Undang PT No. 40 Tahun 2007” ,
j ung t inggi perikemanusiaan. Cermat i, Abdul Haki m Ga- Si mbur Cahaya, No. 41 Tahun XV, Januar i 2010, hl m.
ruda Nusant ara, “ Kual i t as Put usan Pengadil an Ni aga” , 1458; Pari purna P. Sugar da, ” Pengel ol aan Perusahaan
Jur nal Hukum Bi sni s, Vol ume 22-No. 4-Tahun 2003, yang Baik: Apakah Hanya Et ika Bisnis at au j uga
hl m. 23.
Persyar at an Hukum?” , Jur nal Hukum Bi sni s, Vol ume 14, 18 Lihat penj el asan t ent ang ei genr i cht i ng pada Sudikno Jul i 2001, hl m. 61; dan Subihart a, “ Ul t ra Vires” dan
op. ci t . , hl m. 2 dan 3; dan Agus Sudar yan- Good Corporat e Governance” dal am Perspekt if UU
Mert okusumo.
t o, “ Fenomena Penghakiman Massa Dal am Perspekt i f Nomor 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Terbat as” ,
Mi mbar Hukum, Vol . X Nomor Var i a Per adi l an, Tahun XXV No. 294 Mei 2010, hl m. 86.
Hukum Dan Ekonomi ” ,
36, Tahun 2000, hal 108.
Gagasan Pengat uran Hukum Pemeriksaan Perseroan Terbat as . . . 277
Lalu, siapakah yang dapat mengaj ukan pemeriksaan PT. 20 Wewenang kej aksaan yang di permohonan pemeriksaan PT ke pengadilan
berikan oleh UU No. 40 Tahun 2007 adalah ben- negeri? Menurut Pasal 138 ayat (3) UU No. 40
t uk dan isi “ wewenang lain” selain di bidang Tahun 2007, sat u orang pemegang saham saj a
penun-t ut an sebagaimana diat ur dalam Pasal 2 mempunyai l egal st andi ng, sehingga boleh me-
ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 ngaj ukan permohonan pemeriksaan PT dalam
t ent ang Kej aksaan (selanj ut nya disingkat UU kapasit asnya mewakili para pemegang saham
No. 16 Tahun 2004). Selanj ut nya, menurut Pa- lainya, dengan syarat mewakili paling sedikit
sal 30 UU No. 16 Tahun 2004, di bidang perdat a 1/ 10 (sat u persepuluh) bagian dari j umlah selu-
dan t at a usaha negara, kej aksaan dengan kuasa ruh saham dengan hak suara. Selain it u, bebe-
khusus dapat bert indak baik di dalam at au di rapa pemegang saham j uga boleh mengaj ukan
luar peng-adilan unt uk dan at as nama negara permohonan pemeriksaan PT dengan syarat , ya-
at au pemerint ah, sehingga kej aksaan sebagai it u dalam kapasit asnya memenuhi bat as mini-
advokat negara/ pemerint ah harus berdasarkan mal kepemilikan saham sebagaimana dit ent u-
surat kuasa khusus j ika akan bert indak di depan kan dalam Pasal 138 ayat (3) UU No. 40 Tahun
pengadilan negeri sebagai pemint a pemeriksaan 2007 t ersebut di at as. Selanj ut nya, pihak lain
PT. Konsekuensi logisnya, adalah kej aksaan ha- j uga mempunyai l egal st andi ng at au hak me-
rus akt if memant au dan mengawasi pengelola- ngaj ukan permohonan pemeriksaan PT dalam
an seluruh PT-PT di Indonesia unt uk menge- kapasit asnya sebagai ” pribadi” , dengan syarat :
t ahui ada at au t idak adanya perbuat an mela- perat uran perundang-undangan sendiri yang
wan hukum yang dilakukan oleh PT-PT it u yang memberikan hak it u kepada yang bersangkut an;
menimbulkan kerugian bagi kepent ingan bangsa at au berdasarkan perj anj ian ant ara pihak lain
dan negara dan/ at au masyarakat . it u dengan PT, di mana dalam sat u di ant ara
Pent ing diperhat ikan bahwa permohonan sej umlah klausula dalam perj anj ian it u, mem-
pemeriksaan PT, menurut Penj elasan at as Pasal berikan wewenang kepadanya unt uk mengaj u-
138 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007, hanya da- kan permohonan pemeriksaan PT. Berikut nya,
pat diaj ukan set elah pemohon t erlebih dahulu kej aksaan j uga mempunyai l egal st andi ng at au
memint a secara langsung dat a at au ket erangan hak mengaj ukan permint aan pemeriksaan PT
yang dibut uhkannya yang harus didasarkan at as dalam kapasit asnya mewakili ” kepent ingan
” alasan yang waj ar” dan ” it ikad baik” kepada umum” , dalam makna ” kepent ingan bang-sa
PT dalam RUPS, t et api PT t idak memberikan dan negara dan/ at au kepent ingan masyara-
dat a at au ket erangan t ersebut . Ini berart i bah- kat ” . 19 Dengan demikian, UU No. 40 Tahun 2007
wa j ika pemohon t elah memperoleh dat a at au t idak memberikan l egal st andi ng at au hak me-
ket erangan dari PT yang dimint a oleh pemohon ngaj ukan permohonan pemeriksaan PT kepada
yang menguat kan dugaan t erj adinya perbuat an anggot a direksi at au dewan komisaris, kecuali anggot a direksi it u pemegang saham, sehingga
dia berhak mengaj ukan permohonan pemeriksa- Seharusnya, dal am perkara per mohonan pemeriksaan
PT, pemegang saham dan pihak ket iga yang berkepen-
an PT dalam st at usnya sebagai pemegang sah-
t ingan di sebut dengan “ pemohon” , sedangkan kej aksa-
am, bukan dalam kapasit asnya sebagai anggot a an disebut “ pemint a, karena kedudukan hukum kej ak-
saan dal am perkar a pemeriksaan PT adal ah mewakil i
direksi at au dewan komisaris.
kepent ingan umum, yang mencakup kepent ingan bangsa
Pasal 138 ayat (3) huruf c UU No. 40 Ta- dan negar a dan/ at au masyar akat , sehingga sej aj ar at au
bukan subordinasi dari pengadil an negeri at au l embaga
hun 2007 memberikan wewenang kepada ke-
penegak hukum l ainnya dal am penegakan hukum, t er -
j aksaan sebagai “ pemint a” (bukan pemohon) masuk hukum keper dat aan. Bandingkan dengan penye-
but an kej aksaan dengan i st il ah “ pemint a” dan pihak PT di sebut dengan ist il ah “ t er mint a” dal am perkara peme-
riksaan yayasan sesuai dengan Pasal 53 ayat (3) UU No.
16 Tahun 2001 j o. UU No. 28 Tahun 2004 t ent ang 19 Lihat penj el asan mengenai makna ” kepent ingan umum”
Yayasan. Cermat i Muhammad Syai f uddi n, “ Pemeriksaan pada Y. Warel l a, Kepent i ngan Umum dan Kepent ingan
Yayasan: Pengat ur an, Inkonsi st ensi , dan Kemenduaan Perseor angan,
“ Di al ogue” JIAKP, Vol . 1, No. 3, Hukumnya dal am UU No. 16/ 2001 j o. UU No. 28/ 2004” , Sept ember 2004, Hal 382-386.
Si mbur Cahaya, No. 39 Tahun XIV Mei 2009.
278 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 2 Mei 2011
mela-wan hukum sebagai bent uk penyimpangan dalam pengelolaan PT sebagaimana dimaksud oleh Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, maka pemohon t idak dapat lagi mengaj ukan permohonan pemeriksaan PT. Sebaliknya, j ika pemohon belum pernah mengaj ukan permint a- an secara langsung kepada PT mengenai dat a at au ket erangan yang dibut uhkannya, maka t ert ut up hak pemohon mengaj ukan permohon- an pemeriksaan PT. Syarat f ormil yang dit ent u- kan dalam Pasal 138 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007 hanya berlaku dan dit erapkan kepada pe- megang saham, sehingga t idak berlaku kepada pihak ket iga at au kej aksaan. Oleh karena it u, pihak lain at au kej aksaan dapat langsung me- ngaj ukan permohonan at au permint aan peme- riksaan PT t anpa harus t erlebih dahulu melaku- kan upaya memohon at au memint a secara langsung dat a at au ket erangan dari PT.
Menurut M. Yahya Harahap, permohonan pemeriksaan PT yang diaj ukan oleh pemohon (dalam hal ini: pemegang saham) yang me- langgar syarat f ormil yang dit ent ukan dalam Pasal 138 ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007, ada- lah permohonan yang mengandung cacat f or- mil. Dit inj au dari segi t eknis yudisial, permo- honan it u dikat egori sebagai permohonan yang ” premat ur” yang mengakibat kan permohonan t idak dapat dit erima ( niet ont vankel i j k ver - kl aar d, t o decl ar e i nadmi ssabl e).
Berikut nya, Pasal 138 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 mengharuskan permohonan pemeri- ksaan PT diaj ukan secara t ert ulis ( ver zoekschr i -
f t ), bukan secara lisan (mondel i ng, ver bal ). Ke- pent ingan hukum ( posit a) yang menj adi alasan hukum permohonan pemeriksaan PT menurut Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, yait u t erdapat nya dugaan perbuat an melawan hukum sebagai bent uk penyimpangan dalam pengelola- an PT yang dilakukan oleh PT, anggot a direksi at au dewan komisaris yang merugikan PT, pe- megang saham at au pihak ket iga.
Selain it u, permohonan pemeriksaan PT j uga harus menguraikan secara t egas, j elas dan konkrit pet it um 21 yang relevan dengan per-
Lihat penj el asan mengenai Pet i t um at au t unt ut an, pada Sudikno Mert okusumo,
op. ci t . , hl m. 55; dan Yudhi Se-
mohonan it u sendiri. Berdasarkan alasan yang dihubungkan dengan t uj uan permohonan peme- riksaan PT menurut Pasal 138 UU No. 40 Tahun 2007, sert a memerhat ikan pasal-pasal lainnya dalam UU No. 40 Tahun 2007 yang mengat ur pemeriksaan PT ( vi de Pasal 139, Pasal 140 dan Pasal 141), maka pet i t um yang relevan dengan it u adalah: Per t ama, memint a agar pengadilan negeri menerbit kan penet apan pemeriksaan t erhadap PT; kedua: memint a agar pengadilan mengangkat 1 (sat u) at au 3 (t iga) orang ahli melakukan pemer-iksaan PT; ket i ga: memint a agar j angka wakt u pemeriksaan oleh ahli, pa- ling lama 30 (t iga puluh) at au 60 (enam puluh) hari, sert a memerint ahkan ahli melaporkan ha- sil pemeriksaan paling lambat dalam j angka wakt u t ersebut ; keempat : memerint ahkan se- t iap anggot a direksi, anggot a dewan komisaris dan karyawan PT memberi segala ket erangan yang diperlukan dalam pelaksanaan pemerik- saan; kel i ma: membebankan segala biaya pe- meriksaan kepada PT.
Surat permohonan pemeriksaan PT set e- lah didaf t arkan di kepanit eraan pengadilan ne- geri, akan diperiksa oleh hakim dalam persi- dangan yang t erbuka unt uk umum. Pemegang saham at au pihak ket iga yang berkepent ingan sebagai pemohon dan kej aksaan sebagai pemin- t a waj ib membukt ikan dalil-dalil dugaannya. Sebaliknya, pihak PT dan/ at au anggot a direksi at au dewan komisaris sebagai t ermohon at au t ermint a j uga waj ib membukt ikan dalil-dalil sanggahannya. Selanj ut nya, pengadilan negeri akan memberikan put usan dalam bent uk pene- t apan dengan memert imbangkan alat -alat bukt i dan f akt a-f akt a hukum yang t erungkap di per- sidangan. Jika permohonan at au permint aan pemeriksaan PT dikabulkan oleh ket ua peng- adilan negeri, maka ket ua pengadilan negeri, berdasarkan Pasal 139 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007, dalam penet apannya harus memuat dik- t um, yait u: mengangkat paling banyak 3 (t iga) ” orang yang ahli” sebagai ” pemeriksa” unt uk melakukan pemeriksaan PT unt uk mendapat -
t iaw an dan Boedi Dj at miko Hadiat modj o, Cacat Yuri di s Dal am Prosedur Sebagai Al asan Pembat al an Sert i f ikat Hak At as Tanah Ol eh Pradil an Tat a Usaha Negara, Jur nal Equal i t y, Vol . 13 Nomor 1, Februari 2008, hal 4.
Gagasan Pengat uran Hukum Pemeriksaan Perseroan Terbat as . . . 279
kan dat a at au ket erangan yang diperlukan; me- dasarkan Pasal 1365 KUH Perdat a kepada PT, net apkan j angka wakt u pemeriksaan paling
anggot a direksi at au dewan komisaris j ika ber- lambat 90 (sembilan puluh) hari t erhit ung sej ak
dasarkan hasil pemeriksaan cukup f akt a t en- t anggal pengangkat an; memerint ahkan ahli
t ang t erj adinya perbuat an melawan hukum membuat dan menyampaikan Laporan Hasil Pe-
yang menimbulkan kerugian bagi pemegang sa- meriksaan kepada Ket ua Pengadilan dalam
ham, pihak ket iga at au kepent ingan umum. j angka wakt u yang t idak boleh lebih dari 90
Selain it u, pemohon (pemegang saham at au pi- (sembilan puluh) hari; menet apkan at au me-
hak ket iga) at au pemint a (kej aksaan) harus me- nent ukan biaya pemeriksaan. Kemudian, ahli
laporkan kepada kepolisian j ika menurut hasil (pemeriksa) yang t elah dit et apkan berdasarkan
pemeriksaan it u t erdapat unsur-unsur t indak penet apan hakim pengadilan negeri sesuai de-
pidana penggelapan berdasarkan Pasal 372 KUH ngan Pasal 139 ayat (3) UU No. 40 Tahun 2007,
Pidana at au penipuan berdasarkan Pasal 378 waj ib melakukan pemeriksaan PT. Dalam rang-
KUH Pidana.
ka melaksanakan t ugas pemeriksaan PT, UU No. Ket ua pengadilan negeri, menurut Pasal
40 Tahun 2007 memberikan wewenang kepada 139 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007, berwenang orang yang ahli sebagai pemeriksa PT unt uk
menolak permohonan pemeriksaan PT yang memeriksa semua dokumen dan kekayaan PT
diaj ukan oleh pemohon (pemegang saham at au yang dianggap perlu ( vi de Pas-al 139 ayat (5))
pi-hak ket iga) at au permint aan pemeriksaan PT dan memeriksa set iap anggot a direksi, anggot a
ya-ng diaj ukan oleh pemint a (kej aksaan). Me- dewan komisaris dan semua karyawan PT yang
nurut M. Yahya Harahap, j ika prinsip hukum dianggap perlu oleh ahli sebagai pemeriksa ( vi -
pembukt ian dikait kan dengan Pasal 139 ayat
de Pasal 139 ayat (6)). (2), berart i penolakan permohonan oleh Ket ua Tahap akhir, berdasarkan Pasal 140 UU
pengadilan negeri, karena pemohon t idak dapat No. 40 Tahun 2007, ahli (pemeriksa) waj ib me-
membukt ikan adanya dugaan perbuat an mela- nyampaikan laporan hasil pemeriksaan PT kep-
wan hukum yang dilakukan oleh PT, anggot a di- ada ket ua pengadilan negeri dalam j angka wak-
reksi at au dewan komisaris. Sebaliknya, Ket ua t u sebagaimana dit ent ukan dalam penet apan
Pengadilan Negeri menemukan f akt a at au dapat pengadilan negeri unt uk pemeriksaan PT paling
membukt ikan, permohonan yang diaj ukan dise- lambat 90 (sembilan puluh) hari t erhit ung sej ak
lubungi dengan it ikad t idak baik ( t e kwader t anggal pengangkat an orang yang ahli sebagai
t r ouw, bad f ai t h). Misalnya, permohonan diaj u- pemeriksa PT t ersebut . Berikut nya, ket ua peng-
kan unt uk mengganggu kegiat an PT. Jadi, ket ua adilan negeri memberikan salinan laporan hasil
pengadil-an negeri berwenang menolak permo- pemeriksaan PT kepada pemegang saham at au
honan at au permint aan pemeriksaan PT yang pihak ket iga yang berkepent ingan sebagai pe-
diaj ukan oleh pemohon (pemegang saham at au mohon at au kej aksaan sebagai pemint a. Jadi,
pihak ket iga), at au pemint a (kej aksaan) berda- pengadilan t idak campur t angan lagi t erhadap
sarkan at as pert imbangan, yait u: permohonan hasil pemeriksaan PT it u, karena pengadilan
t idak didasarkan at as alasan yang waj ar dan/ bersikap pasif , dalam art i t idak berwenang
at au t idak dilakukan dengan it ikad baik. memberikan penet apan lebih lanj ut at au reko- mendasi kepada pemohon (pemegang saham
Inkonsist ensi dan Kemenduaan Hukum seba-
at au pihak ket iga) at au pemint a (kej aksaan)
gai Wuj ud Kelemahan Pengat uran Hukum Pe-
unt uk melakukan t indakan hukum at au upaya
meriksaan Perseroan Terbat as
hukum t ert ent u yang berkait an dengan hasil Ide normat if Pasal 139 ayat (3) UU No. 40 pemeriksaan PT. Ini berart i bahwa laporan hasil
Tahun 2007 yang mengharuskan pemeriksaan pemeriksaan PT it u berupa bahan bagi pemo-
PT berdasarkan penet apan pengadilan negeri, hon at au pemint a unt uk menent ukan sikap apa-
karena penet apan pengadilan negeri it u merup- kah dia akan mengaj ukan gugat an perdat a ber-
akan keput usan hukum at as dasar permohonan
280 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 2 Mei 2011
dari pemohon (pemegang saham at au pihak ke- meriksaan PT, karena t idak ada dasar hukum- t iga) at au permint aan (kej aksaan). Namun, se-
nya dalam UU No. 40 Tahun 2007. Jadi, peme- cara mat ril penet apan pengadilan negeri hanya
riksaan PT sangat t ergant ung kepada it ikad baik semat a-mat a unt uk menent ukan orang yang
dari set iap anggot a direksi, anggot a dewan ko- ahli yang diangkat sebagai pemeriksa PT, se-
misaris, dan semua karyawan PT yang bersang- hingga t id-ak memut uskan bersalah at au t idak
kut an.
bersalahnya PT at au anggot a direksi at au de- Kemenduaan hukum berupa norma kabur wan komisaris yang diduga melakukan perbuat -
( vague nor m) j uga t erdapat dalam prosedur hu- an melawan hukum sebagai bent uk penyim-
kum pascapemeriksaan PT, karena orang yang pangan dalam pengelolaan PT sebagaimana di-
ahli sebagai pemeriksa PT, set elah melakukan maksud oleh Pasal 138 ayat (1) UU No. 40 Ta-
pemeriksaan PT, t idak diberikan wewenang hun 2007.
yang j elas dan konkrit oleh UU No. 40 Tahun UU No. 40 Tahun 2007 t idak menent ukan
2007 unt uk menyat akan benar at au salah krit eria ” ahli” , t et api hanya menj elaskan seca-
dugaan t erj adinya perbuat an melawan hukum ra umum bahwa yang dimaksud dengan ” ahli”
sebagai bent uk penyimpangan pengelolaan PT adalah ” Orang yang mempunyai keahlian dalam
sebagaimana dimaksud oleh Pasal 138 ayat (1) bidang yang akan diperiksa” ( vi de Penj elasan
UU No. 40 Tahun 2007. Selain it u, UU No. 40 at as Pasal 139 ayat (3)). Selain it u, Pasal 139
Tahun 2007 j uga t idak mengat ur kekuat an me- ayat (4) UU No. 40 Tahun 2007 hanya memuat
ngikat laporan hasil pemeriksaan PT t erhadap ket en-t uan larangan bagi set iap anggot a direk-
pemegang saham at au pihak ket iga yang ber- si, anggot a dewan komisaris, karyawan PT,
kepent ingan sebagai pemohon dan kej aksaan konsult an, dan akunt an publik yang t elah dit un-
sebagai pemint a, sert a pihak PT at au anggot a j uk oleh PT t idak dapat diangkat sebagai ahli” .
direksi at au dewan komisaris sebagai t ermohon Jadi, t erdapat kemenduaan hukum berupa nor-
at au t ermint a.
ma t erbuka ( open t ext ur e) t ent ang krit eria ahli Norma hukum dalam Pasal 138 ayat (7) dalam Pasal 139 ayat (3) UU No. 40 Tahun
UU No. 40 Tahun 2007 mewaj ibkan orang yang 2007, yang dapat menimbulkan kemenduaan
ahli sebagai pemeriksa PT unt uk merahasiakan dalam penerapan hu-kumnya.
hasil pemeriksaan PT kepada pihak lain. Jadi, Secara yuridis, set iap anggot a direksi,
a cont r ar io, dapat dit af sirkan bahwa or- anggot a dewan komisaris, dan semua karyawan
secara
ang yang ahli sebagai pemeriksa PT dilarang ol- PT ” diharuskan” oleh Pasal 139 ayat (6) UU No.
eh Pasal 138 ayat (7) UU No. 40 Tahun 2007 Pa-
40 Tahun 2007 unt uk memberikan dat a at au ke- sal 138 ayat (7) UU No. 40 Tahun 2007 unt uk t erangan yang diperlukan unt uk pemeriksaan
mengumumkan at au memberit ahukan hasil pe- PT kepada orang yang ahli sebagai pemeriksa
meriksaan PT kepada pihak lain. Namun, ket en- PT. Namun, UU No. 40 Tahun 2007 t ernyat a t i-
a cont r ar io dapat dak mengat ur sanksi hukumnya kepada mereka
t uan imperat if ini (secara
pula disebut ket ent uan larangan) t ernyat a t idak yang menolak memberikan dat a at au ket erang-
dise-rt ai dengan sanksi hukum t erhadap orang an dimaksud, sehingga inkonsist en dengan asas
yang ahli sebagai pemeriksa PT yang melakukan manf aat , karena norma-norma hukum dalam
pela-nggaran t erhadap kewaj iban hukumnya Pasal 139 ayat (5) dan ayat (6) UU No. 40 Tahun
a cont r ar io dapat pula disebut melaku- 2007 t idak mempunyai daya kerj a normat if , se-
(secara
kan pela-nggaran t erhadap ket ent uan larangan- bab orang yang ahli sebagai pemeriksa PT t idak
nya).
mempunyai upaya hukum apapun dan t idak Berikut nya, UU No. 40 Tahun 2007 mem- dapat memint a bant uan hukum kepada polisi,
berikan t ugas administ rat if (nonyust isial) se- j aksa dan hakim unt uk memaksa set iap anggot a
bagai ” t ugas t ambahan” kepada ket ua peng- direksi, anggot a dewan komisaris, dan semua
adilan negeri di t empat kedudukan PT, unt uk karyawan PT agar kooperat if selama proses pe-
menerima laporan hasil pemeriksaan PT yang
Gagasan Pengat uran Hukum Pemeriksaan Perseroan Terbat as . . . 281
harus disampaikan oleh orang yang ahli sebagai pemeriksa PT paling lambat 90 (sembilan pu- luh) t erhit ung sej ak t anggal pengangkat an orang yang ahli sebagai pemeriksa PT. Kemudi- an, berdasarkan Pasal 140 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007, ket ua pengadilan negeri memberi- kan salinan laporan hasil pemeriksaan PT it u baik kepada pemegang saham at au pihak ket iga yang berkepent ingan sebagai pemohon dan ke- j aksaan sebagai pemint a maupun pihak PT at au anggot a direksi at au dewan komisaris sebagai t ermohon at au t ermint a dalam j angka wakt u paling lambat 14 (empat belas) hari t erhit ung sej ak t anggal laporan hasil pemeriksaan PT dit erima. Norma hukum dalam Pasal 140 ayat (2) UU No. 40 Tahun 2007 isinya berlebihan ( over bodi g), karena set elah pemeriksaan PT se- lesai dilakukan, masih memerlukan int ervensi (campur t angan) ket ua pengadilan negeri unt uk menerima dan memberikan hasil pemeriksaan PT kepada pihak-pihak yang berkepent ingan. Selain it u, j uga t erdapat inkonsist ensi, karena ket ent uan limit at if ini t ernyat a t idak mengat ur akibat hukum dan upaya hukum yang dapat di- lakukan oleh pihak-pihak yang dirugikan (ut a- manya pemohon at au pemint a pemeriksaan PT, sert a orang yang ahli sebagai pemeriksa PT) at au mungkin sanksi hukum yang dapat dit erap- kan kepada ket ua pengadilan negeri yang lalai at au t idak melakukan at au t erlambat melaku- kan kewaj iban hukumnya memberikan salinan laporan hasil pemeriksaan PT dalam j angka wa- kt u yang t elah dit ent ukan oleh undang-undang, baik kepada pemegang saham at au pihak ket iga yang berkepent ingan sebagai pemohon dan ke- j aksaan sebagai pemint a maupun pihak PT at au anggot a direksi at au dewan komisaris sebagai t ermohon at au t ermint a.
Gagasan Pengaturan Hukum Ideal Pemeriksa- an Perseroan Terbat as di Masa yang Akan Dat ang
Pemeriksaan PT berdasarkan UU No. 40 Tahun 2007 yang mengandung banyak inkonsist - ensi dan kemenduaan hukum t idak akan dapat
menj amin kepast ian hukum, 22 sehingga t idak akan dapat bermanf aat secara prakt ikal. Ideal- nya, harus ada perbaikan pengat uran hukum
pemeriksaan PT dalam UU No. 40 Tahun 2007 23 dalam upaya mewuj udkan pengelolaan perusa- haan yang baik di masa yang akan dat ang, yang prinsip-prinsipnya mencakup beberapa hal.
Per t ama, adalah penguat an asas kepast i- an hukum dan asas kemanf aat an (selain asas keadilan) sebagai dasar f ilosof is pendirian dan pengelolaan PT, t ermasuk pemeriksaan PT yang harus dinyat akan secara t egas dalam sat u pasal khusus, unt uk kemudian dikonkrit isasi hukum (dij abarkan secara normat if ) dalam pasal-pasal lainnya dalam suat u sist em hukum PT. Asas hu- kum bukan norma hukum yang dapat dipakai la- ngsung dalam prakt ik, sehingga isinya perlu di
bent uk lebih konkrit . 24 Art inya, asas kepast ian hukum dan asas manf aat (selain asas keadilan) dirumuskan secara abst rak dan umum, kemudi- an dikonkrit isasi hukum menj adi norma hukum posit if , sehingga dapat digunakan dalam prakt ik
hukum di pengadilan. 25
Kedua, adalah Perbaikan (mencakup: pe- rubahan dan penambahan) norma-norma huk- um pemeriksaan PT yang mengacu kepada logi- ka-logika at uran hukum, ant ara lain, (a) Jika suat u at uran hukum memberikan wewenang t ert ent u kepada subj ek hukum t ert ent u, maka harus ada kej elasan wewenang dan krit eria konkrit subj ek hukum t ert ent u yang diberikan wewenang. Logika at uran hukum ini harus men-
Kepast ian hukum, menurut Shi dart a ber int ikan predik- t abil it as, yakni kemampuan memer sepsikan ” an i ndi vi - dual ought t o behave i n cer t ai n way” . Shidart a, ” Minosmer dal am Nomenkl at ur Posit ivisme hukum” , Er a Hukum, No. 2 TH. 11/ -Januar i 2004, hl m. 2.
23 Lihat penj el asan t ent ang membangun undang-undang yang ideal pada M. Laica Marzuki, ” Membangun Undang-
Undang yang Ide-al ” ,
Jur nal Legi sl asi Indonesi a, Vol . 4
24 No. 2-Juni 2007, hl m. 1.
Mahadi, 1989,
Fal saf ah Hukum Suat u Pengant ar , Bandung: PT. Cit ra Adit ya Bakt i , hl m. 119. Bandingkan dengan Pet er Mahmud Marzuki, “ Bat as-bat as Kebebasan Berkont rak” , Yur -i di ka, Vol . 18, No. 3, Mei 2003.
25 Menurut Erman Raj agukguk, Undang-Undang PT yang dapat
mencipt akan
pr edi ct abi l i t y, st abi l i t y, dan f ai r ness adal ah syarat mut l ak unt uk ber perannya Undang-Undang i ni dal am mendorong pembangunan ekonomi. Er man Raj agukguk, “ Pengel ol aan Perusahaan yang
Baik:
Tanggung
Jawab Pemegang Saham,
Komi sar is, dan Dir-eksi” ,
Jur nal Hukum Bi sni s, Vol ume
26-No. 3-Tahun 2007, hl m. 30.
282 Jurnal Dinamika Hukum
Vol . 11 No. 2 Mei 2011
j adi acuan dalam merumuskan norma hukum yang t egas dan konkrit sebagai dasar hukum pemberian wewenang kepada orang yang ahli sebagai pemeriksa PT unt uk menyat akan benar at au t idak benar dugaan t erj adinya perbuat an mela-wan hukum sebagai bent uk penyimpang- an dalam pengelolaan PT yang dilakukan oleh RUPS, direksi dan/ at au dewan komisaris, baik secara organisasional (organ PT) maupun indivi- dual (personel dari organ PT), dan penent uan krit eria konkrit ” orang yang ahli” yang berwe- nang melakukan pemeriksaan PT berdasarkan pen-et apan pengadilan (perbaikan norma hu- kum dalam Pasal 139 ayat (3)). Krit eria dasar ahli sebagaimana dit egaskan oleh M. Yahya Ha- rahap dapat dij adikan t it ik t olak dalam menen- t ukan krit eria ahli, yait u: memiliki kompet ensi khusus yang t idak dimiliki orang biasa ( or di nar y peopl e), berupa kecakapan (ski l l ) yang diper- oleh dari hasil pendidikan ( educat ion), lat ihan ( t r ai ni ng) maupun pengalaman (exper ience); (b) Jika suat u at uran hukum mengharuskan ada- nya prosedur hukum t ert ent u, maka harus ada j angka wakt u pelaksanaan, akibat hukum, upa- ya hukum, bahkan sanksi hukum at as pelang- garan prosedur hukum t ert ent u t ersebut . Logi- ka at uran hukum ini harus menj adi acuan dalam merumuskan norma hukum yang j elas dan kon- krit yang menent ukan akibat hukum dan upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang dirugikan (ut amanya pemohon at au pe- mint a pemeriksaan PT, sert a orang yang ahli sebagai pemeriksa PT), bahkan mungkin sanksi hukum (administ rat if ) yang dapat dit erapkan kepada ket ua pengadilan negeri yang lalai at au t erlambat melakukan at au t idak melakukan ke- waj iban hukumnya memberikan salinan laporan hasil pemeriksaan PT it u, baik kepada peme- gang saham at au pihak ket iga yang berkepen- t ingan sebagai pemohon dan kej aksaan sebagai pemint a maupun pihak PT at au anggot a direksi at au dewan komisaris sebagai t ermohon at au t ermint a (perbaikan norma hukum dalam Pasal 140 ayat (2)); (c) Jika suat u at uran hukum me- waj ibkan subj ek hukum t ert ent u melakukan perbuat an hukum t ert ent u dalam hubungan- hubungan hukum t ert ent u pula, maka harus ada