REKONSTRUKSI POLA PIKIR HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA KORUPSI BERBASIS HUKUM PROGRESIF

REKONSTRUKSI POLA PIKIR HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA KORUPSI BERBASIS HUKUM PROGRESIF*

M. Syamsudin

Fakult as Hukum Universit as Islam Indonesia Yogj akart a E-mail: m. syamsudin@f h. uii. ac. id;

Abst r act

Thi s st udy ai ms t o r eveal and t hen r econst r uct t he mi ndset of j udges i n deci di ng cor r upt i on cases based Pr ogr essive Law. Academi c quest ion posed is whet her t he condi t i on of exi st i ng as t he mindset of j udges in deci di ng cases of cor r upt i on and how t o bui l d a new const r uct i on mi ndset of j udges based on t he pr i nci pl es of Pr ogr essive Law. Thi s r esear ch i s cl assi f ied i n t he t r adit i on of non- doct r i nal l egal r esear ch wit h sosiol egal appr oach. Dat a col l ect ed by i nt er view, obser vat ion and document st udy and t hen anal yzed f ol l owi ng t he int er act i ve model of Mat t ew B. Mi l es and A. Mi chael Haber man. The r esul t s of st udy i ndi cat e t he need f or new const r uct i on mi ndset of j udges based pr ogr essive l aw. Thi s i s based on t he empir i cal r eal i t y t hat t he j udge handl i ng t he case of cor r upt ion by many exper i enced det er ior at ion and f ai l ur e t o br i ng t he l aw i n a f ai r , usef ul and pr ot ect t he i nt er est s of societ y. The mi ndset of t he j udge who f i gur ed posi t ivi st i c needs t o be r eor gani zed under t he new pr ogr essive mi ndset i n deci di ng t he var ious l egal pr obl ems t hat emer ged r ecent ly t hat t he mor e compl ex and compl i cat ed, especi al l y i n deci di ng t he case of cor r upt ion. Judges at al l l evel s of educat ion and envi r onment al j ust i ce needs t o be impr oved f or t he j udge abl e t o r esol ve var i ous l egal issues pr oper l y, f ai r l y and wi sel y.

Key wor ds: r econst r uct i on, t he mi ndset of j udges, cor r upt ion cases, pr ogr essive l aw

Abst rak

St udi ini bert uj uan unt uk mengungkap dan kemudian merekonst ruksi pola pikir hakim dalam memut uskan perkara korupsi berbasis Hukum Progresif . Pert anyaan akademik yang diaj ukan adalah sepert i apakah kondisi exist ing pola pikir hakim dalam memut uskan perkara korupsi dan bagaimanakah membangun konst ruksi baru pola pikir hakim berdasarkan prinsip-prinsip Hukum Progresif . Penelit ian ini t ergolong dalam t radisi penelit ian hukum non-dokt rinal dengan pendekat an sosiolegal. Dat a dihimpun dengan wawancara, observasi dan st udi dokumen dan kemudian dianalisis mengikut i model int erakt if dari Mat t ew B. Miles dan A. Michael Haberman. Validasi dat a dilakukan dengan t riangulasi sumber dan met ode. Hasil pembahasan menunj ukkan perlunya konst ruksi baru pola pikir hakim berbasis hukum progresif . Hal ini didasarkan pada realit as empirik bahwa penanganan perkara korupsi oleh hakim banyak mengalami kemerosot an dan kegagalan unt uk menghadirkan hukum yang adil, bermanf aat dan melindungi kepent ingan masyarakat . Pola pikir hakim yang bercorak posit ivist ik perlu dit at a ulang berdasarkan pola pikir baru yang progresif dalam memut uskan berbagai problem hukum yang muncul akhir-akhir ini yang semakin kompleks dan rumit , t erut ama dalam memut uskan perkara korupsi. Pendidikan hakim di semua t ingkat an dan lingkungan pengadilan perlu dit ingkat kan agar hakim mampu memecahkan berbagai permasalahan hukum secara t epat , adil dan bij aksana. Muat an hukum progresif perlu dielaborasikan dalam pendidikan calon hakim dan isnt it usi pendidikan hukum pada umumnya

Kat a kunci: rekonst ruksi, pola pikir hakim, perkara korupsi, hukum progresif

Pendahluan

Art ikel ini merupakan bagian kedua dari hun 2010 yang berj udul “ Membangun Budaya penelit ian mul t i year s Hibah Bersaing Dikt i t a-

Hukum Hakim dalam Proses Memut uskan Per- kara Korupsi Berbasis Hukum Progresif ” . Hasil

 Art ikel ini merupakan hasil penel it ian mult i years Hibah Bersai ng yang di bi ayai ol eh DP2M Dikt i Kement r ian

t emuan penelit ian pada t ahap pert ama menun-

Pendi dikan Nasional RI, anggaran t ahun 2010.

j ukkan adanya dua kecenderungan pola pikir

12 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 1 Januari 2011

hakim dalam menangani perkara korupsi, yait u Hasil penelit ian menemukan dua t ipe hakim pert ama pola pikir hakim yang bercorak posi-

dalam memaknai korupsi yait u ” t ipe hakim t ivist ik dan kedua pola pikir hakim yang ber-

t ekst ual” dan ” t ipe hakim kont ekst ual” . Pe- corak non-posit ivist ik. Pola pikir hakim dengan

maknaan t ekst ual yait u penaf siran sempit yang corak yang pert ama sangat menekankan pada

hanya mengacu pada t eks undang-undang yang ukuran-ukuran f ormal t eks at uran (at uran sen-

berlaku, sedangkan pemaknaan kont ekst ual yai- t ris) dalam menggali kebenaran hukum, sedang-

t u penaf siran luas yang selain mengacu pada kan pola pikir dengan corak yang kedua meng-

bunyi t eks hukum j uga mengait kan dan elaborasikan t eks at uran hukum dengan kont eks

memperhat ikan f akt or-f akt or sosiolegal yang sosiolegal 1 dalam menggali kebenaran hukum. 2 ada. Dalam prakt ik, pola pikir hakim dengan

Kecenderungan pola pikir hakim t ersebut t ipologi pemaknaan t ekt ual masih mendominasi t idak dapat dilepaskan dari sist em penge-

paradigma hakim dalam menaf sirkan ket ent uan t ahuan yang dimiliki hakim dan kemudian dari

perundang-undangan korupsi. Implikasinya ha- sist em penget ahuan yang dimilikinya it u me-

kim menj adi sulit at au dapat dikat akan gagal nent ukan corak at au karakt er pemikirannya

membukt ikan unsur-unsur t indak pidana korup- dalam memut uskan suat u perkara di pengadil-

si, sehingga banyak melahirkan put usan bebas. 4 an. Dalam prakt ik t erdapat kecenderungan

Hasil penelit ian j uga mengungkapkan umum ( mainst r eam) para hakim mengikut i pola

bahwa orient asi hakim dalam menj alankan berpikir l egal posi t i vi sm dan j arang sekali di-

hukum j uga sangat menent ukan keberhasilan t emukan hakim yang mengikut i cara berpikir

hakim dalam memut uskan perkara korupsi di non-posit ivist ik dalam memut uskan perkara.

pengadilan. Ada t iga t ipologi orient asi hakim Corak berpikir posit ivist ik ini sebenarnya lahir

dalam menj alankan hukum yait u ada yang dari paham hukum yang diikut i hakim selama

berorient asi mat erialis disebut t ipe hakim ini yait u paham posit ivisme hukum. Paham

mat erialis, ada yang berorient asi pragmat is di posit ivisme hukum ini melahirkan pola pikir

sebut hakim pragmat is, dan ada yang ber- hakim yang bercorak posit ivist ik dalam me-

orient asi idealis disebut hakim idealis. Hakim mut uskan perkara. 3 mat erialis adalah hakim yang suka menj adikan

Pola pikir yang bercorak posit ivist ik dan kasus sebagai sumber komodit i unt uk men- yang non-posit ivist ik pada t at aran praksisnya

dapat kan keunt ungan mat eri. Hakim pragmat is melahirkan kecenderungan hakim yang berbeda

adalah hakim yang selalu mengikut i arah angin dalam melakukan pemaknaan at au penaf siran

dan sit uasi yang mengunt ungkan dirinya baik hukum dalam memut uskan perkara korupsi.

secara mat eriil maupun immat eriil. Hakim idealis adalah hakim yang mempunyai idealisme

unt uk mewuj udkan t uj uan hukum yait u ke-

Kont eks sosiol egal di sini dimaksudkan bahwa dal am me-

mahami hukum para pengkaj i t er sebut ber upaya

adilan dan selalu menolak pemberian apapun

mengait kan dengan f akt or-f akt or sosi al , budaya dan sebaginya yang bersif at int erdisipl iner. Baca Sul i st yo-

dari pihak-pihak yang berkepent ingan.

wat i Ir iant o & Shi dart a (ed), 2009,

Met ode Penel i t i an

Dalam prakt ik t erekam pula bahwa akt i-

Hukum Konst el asi dan Ref l eksi . Jakar t a: Yayasan Obor Indonesi a . hl m.

vit as hakim dalam menangani suat u perkara,

Compar at i ve Law i n a Gl obal Cont ext , The Legal Sys- t ems of Asi a and Af r i ca. Second Edit ion. New York:

2 Cambri dge Univer si t y Press. hl m. 161-162.

4 M. Syamsudin, “ Kecenderungan Paradigma Ber pikir M. Syamsudi n, Pemaknaan Haki m t ent ang Korupsi dan

Hakim dal am Memut uskan Korupsi” , Jur nal Medi a Impl ikasinya

Hukum FH UMY, Vo. 15 No. 2. Des 2008. hl m. 188; Ban- Hermeneut ika Hukum” ,

t erhadap

Put usan:

St udi

Perspekt i f

dingkan dengan Koesnoe yang membagi dua f aham Vol . 22. No. 4. Okt ober 2010. hl m.

Jur nal Mi mbar Hukum FH UGM,

hukum dal am menaf sirkan suat u ket ent uan hukum, dengan Al . Wisnubrot o, “ Upaya Mengembal ikan Keman-

510. Bandingkan

yai t u f aham j ur idisme posi t ivist i s dan j uri di sme i dea- dir ian Haki m Mel al ui Pemahaman Real it as Sosi al nya” ,

l ist is. Baca l ebih l anj ut pada Moh. Koesnoe. “ Apa Jurnal Hukum Pro Just i t i a, Tahun XX No. 1 Januar i

Art i nya Yuri di s it u? Kaj i an Ukur an dan Per soal annya 2003, hl m. 9-23.

Var i a Per adi l an. No. 118 Edi si Jul i 1995. 3 M. Syamsudin,

Dewasa i ni ”

op. ci t . hl m. 511. Bandingkan dengan t u- hl m. 35. Bandi ngkan pul a dengan Adol f Heuken, ” Te- l isan Faisal A. Rani , “ Haki m Sebagai “ Quasi Legi sl at or” ,

l adan Haki m yang Bij aksana, Tegas, dan Memperhat ikan Jur nal Hukum Pr o Jusi t i a, Tahun Ke 20 No. 2 Apr il

Jur nal Keadi l an, Vol . 2 No. 1, Tahun 2002, 2002, hl m. 24-35.

Sit uasi ” ,

hl m. 32-33.

Konst ruksi Pol a Pikir Haki m dal am Memut us Perkara Kor upsi Ber basis Hukum Progresif 13

banyak sekali godaannya t erut ama godaan yang bangun konst ruksi baru sebagai hasil dari re- bersif at mat erial. 5 Dalam kont eks ini, pena-

konst ruksi at as kondisi exist ing hasil penelit ian. nganan suat u perkara dapat dimaknai sebagai

Rekonst ruksi sendiri dimaknai sebagai proses sumber komodit i unt uk mendapat kan keunt ung-

membangun kembali at au mencipt akan kembali an secara mat erial. Singkat kat a, akt ivit as ha-

at au melakukan pengorganisasian kembali at as kim dalam memut uskan perkara sangat rent an

sesuat u. 7 Sesuat u yang dimaksudkan adalah dengan prakt ik-prakt ik korupt if (baca: suap

pola pikir hakim. Jadi, rekonst ruksi pola pikir menyuap). 6 hakim berbasis hukum progresif dimaksudkan proses membangun kembali pola pikir hakim

Permasalahan

dalam menangani suat u perkara (korupsi) yang Berdasarkan hasil-hasil t emuan penelit ian

didasarkan pada asumsi-asumsi, konsep-konsep sepert i yang t elah dipaparkan t ersebut , dimun-

dan prinsip-prinsip hukum progresif dalam rang- culkan pert anyaan akademik bagaimanakah

ka mewuj udkan nilai-nilai hukum dalam me- membangun konst ruksi baru pola pikir hakim

mut uskan perkara. 8 Nilai-nilai hukum it u t er- yang progresif dalam memut uskan perkara

simpan dan j uga t ersimbolkan dalam j udul korupsi sehingga mampu mewuj udkan put usan

(irah-irah) di set iap put usan hakim yait u: ” DEMI yang adil, bermanf aat dan melindungi hak-hak

KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG dan kepent ingan masyarakat ?

MAHA ESA” . 9 Pent ingnya suat u konst ruksi baru pola

Met ode Penelitian

pikir hakim bert olak dari kondisi exist ing (hasil Penelit ian ini t ergolong dalam t radisi pe-

st udi) at as penanganan perkara (korupsi) oleh nelit ian hukum nondokt rinal dengan pendekat -

hakim di pengadilan saat ini banyak mengalami an sosiolegal. Subj ek penelit ian adalah hakim

kemerosot an at au dapat dibilang kegagalan yang didukung oleh inf orman dan nara sumber.

unt uk menghadirkan hukum yang adil, ber- Dat a dihimpun dengan met ode wawancara,

manf aat dan melindungi kepent ingan masya- observasi dan st udi dokumen. Dat a dianalisis

rakat ( soci al j ust i ce). Pola pikir hakim yang mengikut i model int erakt if , yang t erdiri dari

bercorak posit ivist ik perlu dibangun kembali kegiat an pengumpulan dat a, reduksi dat a, pe-

(dit at a ulang) berdasarkan pola pikir baru yang nyaj ian dat a, dan penarikan simpulan/ verif i-

progresif dalam menyelesaikan problem hukum kasi. Unt uk menj amin validit as, obj ekt ivit as

yang muncul akhir-akhir ini yang semakin kom- dan ket erandalan dat a dit empuh pemeriksaan t riangulasi. Dalam penelit ian ini digunakan t riangulasi sumber dan met ode. Triangulasi

Baca Bryan A. Garner, 1999,

Bl ack’ Law Di ct i onar y. Edisi

sumber dan met ode dilakukan dengan cara

ke-7. ST. Paul Minn: West Group. hl m. 1278. Recon- st r uct i on i s t he act or pr ocess of r ebui l di ng, r ecr ea-

melakukan cek silang ant ara sumber dat a dan

t i ng, or r eor gani zi ng somet hi ng.

met ode yang sat u dengan dat a lainya, baik 8 Bandingkan dengan rumusan nil ai-nil ai hukum ol eh

Radbruch yait u ni al i keadil an, kepast ian, dan kegunaan.

yang diperoleh lewat met ode wawancara,

Gust av Radbruch dal am The Legal Phi l osophi es of Lask,

observasi, st udi dokument asi/ pust aka maupun

Radbr uch, and Dabi n. Cambr idge. Massachuset t s, Har - vard Univer sit y Pr ess. hl m. 107-108. Bandingkan dengan

cat at an lapangan.

t ul isan Ri dwan, ” Memuncul kan Karakt er Hukum Progre- sif dari Asas-asas Umum Pemer int ahan yang Baik Sol usi Pencari an dan penemuan Keadil an Subst ant if ” , Jur nal

Pembahasan

Hukum Pr o Just i t i a, Vol . 27 No. 1 Apr il 2009, hl m. 67-

Uraian pembahasan ini pada int inya hen-

9 Judul (irah-ir ah) t er sebut harus di cant umkan di set iap

dak menganalisis t ent ang pola pikir hakim di-

put usan haki m dan j ika t i dak dicant umkan ber dasarkan

dasarkan pada prinsip-prinsip hukum progresif .

Pasal 197 ayat (1) KUHAP put usan bat al demi hukum. Lihat j uga Pasal 2 ayat (1) UU No. 48 t ahun 2009 t ent ang

Tuj uan analisis diorient asikan unt uk mem-

Kekuasaan Kehaki man: peradil an dil akukan “ DEMI KEA- DILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” . Ju-

ga l ihat Pasal 8 ayat (3) UU Kej aksaan No. 16 Tahun

6 Wawancar a dengan kode AA. Haki m Agung RI. 2004: Demi keadil an dan kebenar an berdasarkan Ket u- Wawancar a dengan kode SS. Mant an hakim di PN

hanan Yang Maha Esa, j aksa mel akukan penunt ut an Jogj akart a .

dengan keyakinan ber dasarkan al at bukt i yang sah.

14 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 1 Januari 2011

pleks dan rumit , t erut ama dalam memecahkan Paham posit ivisme hukum menj adikan masalah korupsi.

at uran sebagai acuan dan sumber sat u-sat unya Pola pikir hakim yang progresif diperlu-

bagi hakim dalam mengadili korupsi. Hakim kan karena berdasarkan hasil st udi dit emukan

hanyalah diposisikan sebagai corong undang- adanya kesulit an at au dapat dikat akan kegagal-

undang dan hanya boleh menerapkan undang- an hakim dalam menangani korupsi disebabkan

undang secara mekanis dan prosedural. At uran karena hakim masih mengikut i pola pikir yang

hukum dit empat kan sebagai pusat dan t uj uan

dalam dirinya sendiri, t anpa memperhat ikan diikut i secara dominan oleh para hakim di pe-

bercorak posit ivist ik. 10 Cara berpikir ini masih

dimensi-dimensi lain di luar at uran. Kej uj uran ngadilan. Dalam pandangan posit ivisme hukum,

dan kearif an dalam menj alankan hukum, j ust ru hukum dikonsepkan sebagai l awyer ’ s l aw,

t erabaikan. Akibat nya, kepekaan, empat i, sert a dalam art i hukum it u ident ik dengan undang-

dedikasi unt uk menghadirkan keadilan dan ke- undang, proses hukum harus berj alan menurut

benaran t ert inggal j auh di belakang. Kebenaran prinsip ‘ at uran dan logika’ ( r ul es and logi c),

dan keadilan hanya menj adi persoalan legal- dan undang-undanglah yang dianggap paling

f ormal belaka. Cara berpikir ini sangat meng- mampu menert ibkan masyarakat . Pandangan

ut amakan nilai kepast ian hukum dibandingkan ini melihat hukum sebagai suat u inst it usi pe-

dengan nilai keadilan dan kegunaan. Cara ber- ngat uran yang linier, mekanik, dan dit erminis-

pikirnya lazimnya bersif at dedukt if dalam me- t ik t erut ama unt uk kepent ingan prof esi hukum

nemukan kebenaran hukum dengan meng- sendiri. Paham ini melihat hukum sebagai se-

ut amakan logika f ormal (silogisme). 13 suat u yang rasional, logis, penuh kerapian dan

Karakt er t eknisit as t ersebut menggiring ket erat uran. Tegasnya hukum adalah sebuah

hukum pada posisi yang siap ” direkayasa” . Bagi order yang dit erapkan kepada manusia dan

orang yang menguasai hukum dan t eknik hukum karena manusia harus t unduk kepadanya. 11 yang t inggi, akan t et api rendah moralit asnya,

Paham ini menempat kan hukum t idak akan dapat memanf aat kan hukum dengan se- unt uk manusia melainkan manusia dipaksa

baik-baiknya unt uk memenangkan kasus yang menyesuaikan dengan f ormat undang-undang

sedang dit anganinya. Bahkan j ika memiliki ke- dan prosedur t eknis. Inst it usi hukum yang f or-

cenderungan senang berkolaborasi dengan pi- malist ik, birokrat is, sent ralist ik dibangun unt uk

hak yang melakukan kej ahat an, maka baginya melayani hukum yang demikian. Sudah barang

hukum sewakt u-wakt u dapat diubah sebagai t ent u keadaan ini hanya dapat diakses oleh

alat kej ahat an ( l aw as a t ool of cr ime). Per- mereka yang memiliki kelebihan ekonomi, po-

buat an j ahat dengan hukum sebagai alat nya lit ik, dan mampu akses unt uk mengikut i segala

merupakan kej ahat an yang sempurna, sulit t at a cara/ prosedur yang dit et apkan. 12 dilacak, karena diselubungi hukum dan berada

di dalam hukum.

Paham ini l ahir dari basis f il saf at hukum moder n yang merupakan produk sosi al , ekonomi, dan kul t ur barat ,

Kuat nya cara berpikir legal posit ivism di

khususnya Eropa, yang memil iki t ipe l i ber al , kapit a-

kalangan hakim Indonesia menj adi penyebab

l ist ik, dan individual i st ik. Menurut Rahar dj o cara ber- hukum dengan t i pe sepert i it u sudah di t anamkan kepa-

ut ama korupt or t erlepas dari j erat an hukum.

da mahasi swa sej ak duduk di bangku kul i ah di f akul t as

Berbagai prakt ik korupsi dilakukan begit u mas-

hukum di Indonesi a. Baca Sat j i pt o Rahardj o, 2009.

Hu-

sif dan t elanj ang, t et api semua it u sulit dit in-

kum Pr ogr esi f sebuah Si nt esa Hukum Indonesi a.

Jogj akart a: Gent a Publ i shing. hl m. 141. Lihat j uga Sa-

dak, hal ini disebabkan karena aparat penegak

t j i pt o Rahar dj o, “ Hukum Progresif : Hukum Yang Mem- bebaskan” ,

hukum, t erut ama hakim hanya berpegang pada

Jur nal Hukum Pr ogr esi f , Vol . 1 No. 1, Apr il

bunyi t eks perat uran hukum secara eksplisit

Sat j i pt o Rahar dj o, “ Konst it usional dari Dua Sudut Pan- dang” ,

Kompas, 7 Sept ember 1998, hl m. 4.

Esmi War assih, “ Hukum Progresif Jawaban Al t ernat i f 13 Baca “ Hukum it u Manusia, bukan Mesin” dal am Sat j i pt o Menuj u Pembangunan Hukum Indonesia Menghadapi

Rahardj o, 2007, “ Bi arkan Hukum Mengal ir Cat at an Kri t i s Maf ia Peradil an” ,

Makal ah di sampaikan pada Seminar t ent ang Pergul at an Manusi a dan Hukum” , Jakar t a: Kom- Nasional Menembus Kebunt uan Legal Formal Menuj u

pas. hl m. 91.

Pembangunan Hukum dengan Pendekat an Hukum pro- 14 Tb. Ronny R Ni t i baskara, “ Hukum sebagai Al at Kej ahat - gresif , FH Undip 19 Desember 2009. hl m. 3.

an” ,

Kompas, 16 Okt ober, 2000. hl m. 4.

Konst ruksi Pol a Pikir Haki m dal am Memut us Perkara Kor upsi Ber basis Hukum Progresif 15

dan sempit sert a t idak berupaya mencari mak- set iap preskripsi undang-undang. Hakim mo- na dalam menaf sirkan at uran hukum it u secara

dern yang t erdidik unt uk melayani kebut uhan lebih luas at au progresif . Di sisi lain, pengalam-

hukum masyarakat yang berkult ur maj emuk, an selama ini menunj ukkan bahwa pemberan-

bukanlah kepanj angan t angan badan legislat if . t asan korupsi t idak j arang j ust ru dihambat at au

Hakim yang bert ugas di daerah-daerah amat dikalahkan oleh penggunaan asas dan dokt rin

diharapkan dapat memainkan peran sebagai t ert ent u yang masuk dalam ranah ilmu dan t eo-

agen yang mampu mengant ar hukum undang- ri hukum. Dalam prakt ik apa yang dilakukan

undang yang diproduksi di pusat dit ransf ormasi oleh aparat penegak hukum (polisi, j aksa, ad-

ke dalam suat u ekspresi kearif an dan keadilan vokat , hakim) sangat dit ent ukan oleh mi ndset

yang bisa dit erima oleh warga masyarakat at au paradigma yang ada di kepala-kepala

set empat . 16

mereka. Paradigma menent ukan bagaimana Hukum progresif mencoba membogkar mereka membaca dan memaknai hukum yang

cara-cara berhukum yang t elah mengakar t er- digunakan. Perat uran yang sama dapat dibaca

sebut dengan kat a kunci hukum unt uk manusia secara berbeda oleh orang-orang dengan para-

bukan sebaliknya manusia dipaksa-paksa unt uk digma yang berbeda. 15 t unduk pada hukum. Hukum progresif adalah

Problem yang bersif at paradigmat is t er- hukum yang membebaskan, hukum yang mem- sebut sungguh t idak mamadai j ika hanya di-

bahagiakan, hukum yang memuat moral ke- selesaikan melalui proses hukum yang seder-

manusiaan, dan hukum yang merupakan sebuah hana dan biasa-biasa saj a. Oleh karena it u

proses yang t idak pernah f inal. Hukum progresif perlu dicarikan alt ernat if paradigma baru yang

bukan sekedar menerapkan at uran dan hanya mampu menyelesaikan permasalahan t ersebut

unt uk memenuhi prosedur melainkan hukum secara memadai. Dengan kat a lain diperlukan

yang harus dilihat sebagai persoalan manusia perubahan paradigma dari paradigma legal

secara ut uh. Hukum progresif adalah hukum posit ivism ke paradigma progresif . Di sinilah

yang diperlukan unt uk manusia baik dalam aksi- relevansi paradigma Hukum Progresif dit awar-

int eraksi dengan sesama manusia, maupun kan.

manusia dengan alam semest a yait u lingkungan Dalam hal ini, Wignyosoebrot o menya-

sosial dan alam sekit arnya. Hukum progresif rankan agar paradigma kerj a hakim di negeri-

adalah hukum yang pada hakikat nya mengat ur negeri berkembang yang berkult ur maj emuk

perilaku manusia melalui norma-norma hukum sepert i Indonesia sudah wakt unya berubah dan

yang dicipt akan yang lebih mengut amakan ke- diubah. Hakim bukan lagi sebat as bereksist ensi

adilan dan kebahagiaan yang hakiki bagi ke- sebagai mulut yang membunyikan kalimat -ka-

hidupan. 17

limat undang-undang ( l e j uge est uni quenment Agenda perubahan paradigma meliput i l a bouche qui pr ononce l e mot s de l oi s). Hakim

perubahan asumsi dasar at au asumsi f ilosof is- j uga bukan pirant i yang dirancang unt uk ber-

t eoret is yang dij adikan sumber nilai, kerangka logika dan bekerj a secara mekanik, melainkan

pikir, orient asi dasar, asas, t olak ukur, para- manusia seut uhnya yang punya kepekaan pada

met er, sert a arah dan t uj uan dari suat u per- ihwal kemanusiaan dan kepedulian sosial. Kalaupun hakim it u harus membaca bunyi kat a-

Soet andyo Wignyosoebrot o, 2010, ” Mempersoal kan Ke-

kat a yang t ert era secara t ekst ual di buku un-

adil an dal am Amar Put usan Haki m ” dal am Waj ah Haki m

dang-undang, diapun harus pula belaj ar dan

dal am Put usan, St udi at as Put usan Haki m Ber di mensi Hak Asasi Manusi a. Yogyakart a: PUSHAM UII. hl m. 141-

pandai membuat int erpret asi yang t idak harf iah

142. Lihat j uga Niken Savit r i, “ Tugas Hakim dan Penaf -

(konot at if ), agar mampu mengungkap norma-

siran At as KUHP” , Jur nal Hukum Pr o Jut i t i a, Vol . 25 No. 4 Okt ober 2007, hl m. 339-350.

norma sosial yang secara kont ekst ual melat ari

op. ci t . Lihat j uga Suadamar a Ananda, “ Hukum dan Moral it as” ,

17 Sat j i pt o Rahardj o,

Jur nal Hukum Pr o Just i t i a, Vol . 24 No. 3 Jul i 2006, hl m. 301-307; dan

Frans H. Winat a, “ Pencapai an Supremasi Hukum yang sa Hukum Indonesi a. Jogj akart a: Gent a Publ ishing, hl m.

Sat j i pt o Rahardj o, 2009.

Hukum Pr ogr esi f sebuah Si nt e-

Jur nal Hukum Pr o Just i t i a, 137-138.

Beret ika dan Ber moral ” ,

Tahun XX No. 1 Januari 2003, hl m. 3-8.

16 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 1 Januari 2011

kembangan, perubahan dan proses dalam bi- ont ologis yakni t erkait dengan hakikat hukum dang t ert ent u, t ermasuk dalam pembangunan,

yang dit et apkan, apakah hukum dimaknai se- gerakan ref ormasi maupun dalam proses pen-

bagai asas keadilan dan kebenaran, at au hukum didikan. Dengan demikian, paradigma menem-

sebagai norma hukum posit if dalam sist em pat i posisi dan f ungsi yang st rat egis dalam

perundang-undangan, at au hukum sebagai peri- set iap proses kegiat an, t ermasuk kegiat an

laku sosial dalam skala makro dan mikro, dan penegakan hukum. Suat u perencanaan, proses

set erusnya. Kedua dimensi aksiologis, yakni t u- pelaksanaan, dan hasil-hasilnya dapat diukur

j uan yang ingin dicapai oleh hukum, yait u dengan paradigma t ert ent u yang diyakini

apakah keadilan, kepast ian hukum, dan keman- kebenarannya. 18 f aat an ( ger echt i gkei t , r echt ssi cher hei t , und Paradigma di sini dimaksudkan sebagai

zweckmaai gkeit ) at au ket iga-t iganya. Ket i ga, pola at au kerangka berpikir hakim dalam me-

dimensi epist emologis yait u t ent ang met ode nangani perkara. 19 Kerangka berpikir t ersebut

at au pendekat an yang digunakan si subj ek da- didasarkan pada penalaran hakim dalam meng-

lam berhubungan dengan obj ek t elaahnya. Da- konst ruksi put usan at as suat u kasus konkrit .

lam kont eks epist emologi ini, penalaran hukum Penalaran hukum merupakan kegiat an berpikir

t idak hanya menggunakan rasio sebagai sat u- problemat is t ersist emat isasi dari subj ek hukum

sat unya modalit as yang dipakai si subj ek dalam (manusia, hakim t ambahan penulis) sebagai

mendekat i obj ek. Ada modalit as lain di luar makhluk individu dan sosial di dalam lingkungan

rasio, sepert i indera dan int uisi. Kenyat aannya kebudayaanya. Disebut problemat is karena pe-

bahwa para subj ek it u t idak sepenuhnya mah- nalaran hukum merupakan penalaran prakt is

luk rasional, t api j uga makhluk et is dan poli- sebagai konsekuensi dari karakt er keilmuan

t is. 21

hukum sendiri (sebagai ilmu prakt is) yang Berpikir rasional dalam penalaran hukum diabdikan unt uk mencari put usan bagi penyele-

memang sangat diperlukan, t et api j elas bukan saian kasus-kasus konkrit . Disebut t ersist ema-

penalaran hukum. t isasi karena argument asi dan put usaan yang

sat u-sat unya

modalit as

Hampir seluruh kasus yang dihadapi hakim dihasilkan harus dit empat kan dalam kerangka

berst rukt ur sangat kompleks, sehingga akhirnya hukum sebagai sist em (t at anan). 20 penalaran hukum j uga harus bersinggungan de-

Dalam kegit an penalaran hukum it u t er- ngan mor al r easoni ng. Ini merupakan keunikan kait dengan subj ek dan obj ek penalaran yang

penalaran hukum. Jika penalaran hukum hanya mengandung 3 (t iga) dimensi, yakni ont ologis,

dibat asi pada akt ivit as rasional sepert i dikenal aksiologis dan epist emologis. Per t ama, dimensi

dalam ilmu-ilmu past i, maka konsekuensinya

adalah f ungsi ut ama hakim t idak lain sekedar

Sugit o dkk, 2002, Pendi di kan Pancasi l a. Semar ang: UPT MKU UNNES, hl m. 178. Bandingkan dengan Dodo SDW,

sebagai penerap hukum ( l aw enf or cer ), menaf i-

” Asas Negara Hukum Menurut Paham Pancasil a” ,

Jur nal

kan yang lain sebagai pencipt a hukum ( l aw

19 Keadi l an, Vol . 2 No. 1, Tahun 2002, hl m. 34-40. Makna par adigma mel iput i : model dal am t eor i il mu

cr eat or ; l aw maker ). Fenomena ini sangat kuat

penget ahuan, ker angka ber pikir, daf t ar semua bent uk-

t erasa dalam t at a hukum Indonesia yang berada

an dari sebuah kat a yang memperl ihat kan konj ungsi dan dekl inasi kat a t er sebut . Baca Erl yn Indart i, 2010,

dalam keluarga sist em civil law. Dapat dit ebak

Di s-

kr esi dan Par adi gma Sebuah Tel aah Fi l saf at Hukum,

bahwa f ungsi hakim yang diposisikan sepert i it u

Pi dat o Pengukuhan Jabat an Guru Besar dal am Fl saf at Hukum pada FH Undi p. hl m. 13-14. Lihat j uga Indart i ,

akan mudah mengarah pada menguat nya cara

Erl yn. “ Legal Const ruct i vi sm: Par adigma Baru Pendi -

berpikir ala aliran legal posit ivism, dan ekst rim-

dikan Dal am Rangka Pembangunan Masyarakat Madani” , dal am Maj al ah Il mi ah Masal ah-Masal ah Hukum, Vol .

nya legisme. 22

XXX, No. 3, Jul i – Sept ember 2001, hl m. 139-154 dan

Agenda Hukum Progresif menawarkan pa-

Suparl an, Parsudi, “ Par adigma Nat ural ist ik dal am Penel i t i an Pendidikan: Pendekat an Kual it at if dan

radigma baru dalam cara berhukum yang se-

Penggunaannya” , Maj al ah Ant r opol ogi Indonesi a No.

lama ini didominasi oleh paham hukum yang

53, Vol . 21 – 1997, di t erbit ka ol eh FISIP UI Jakart a. 20 Shidart a, 2006, ” Fil osof i Penal aran Hukum Haki m Kons-

legal posit ivism. Lahirnya hukum progresif di

t it usi dal am Masa Transi si Konst it usional it as” .

Jur nal

Hukum Jent er a, Edisi 11-t ahun III, Januari-Maret 2006.

Ibi d.

hl m. 6.

22 Ibi d. hl m. 8.

Konst ruksi Pol a Pikir Haki m dal am Memut us Perkara Kor upsi Ber basis Hukum Progresif 17

lat arbelakangi oleh ket idakpuasaan kinerj a pe- kum progresif disat ukan dalam sat u komit men. negakan hukum dalam set t ing Indonesia akhir

Tanpa kesat uan komit men, langkah pembaruan abad ke-20, berupa keprihat inan at as kualit as

yang t erarah sulit diwuj udkan, bahkan t idak penegakan hukum di Indonesia. Dalam kont eks

must ahil, inisiat if individual seorang pelaku Indonesia, pent ingnya hukum progresif didasar-

hukum dapat menj adi liar dan sewenang-we- kan pada pengalaman ant ara lain gagalnya hu-

nang. L. Tanya mengaj ukan t iga pert imbangan kum membawa korupt or ke penj ara oleh pene-

per t ama, bahwa hukum progresif gak hukum (hakim). Kegagalan it u disebabkan

pemikiran,

berusaha menolak keadaan st at us quo, mana- oleh sif at submisif t erhadap kelengkapan hu-

kala keadaan t ersebut menimbulkan dekadensi, kum yang ada, sepert i prosedur, dokt rin dan

suasana korup, dan semangat merugikan kepen- asas. Akibat nya hukum j ust ru menj adi saf e

t ingan rakyat ; kedua, dalam hukum progresif heaven bagi para korupt or. Dilihat dari sudut

melekat semangat perlawanan dan pemberon- hukum Progresif , maka cara-cara dan prakt ek

t akan unt uk mengakhiri kelumpuhan hukum berhukum sepert i it u sudah t ergolong kont ra-

melalui aksi kreat if dan inovat if para pelaku progresif . 23 (akt or) hukum; dan ket i ga, hukum progresif

Hukum progresif menawarkan bent uk pe- membut uhkan kehadiran sebuah exemplar at au mikiran dan penegakan hukum yang t idak sub-

cont oh/ model, yang akan dapat menyat ukan misif (t unduk sepenuhnya) t erhadap sist em

kekuat an-kekuat an hukum progresif pada suat u yang ada, t et api lebih af irmat if . Af irmat if art i-

plat f orm aksi. Exemplar it u menyediakan t iga nya memerlukan keberanian unt uk melakukan

perangkat lunak yang dibut uhkan sebuah gerak- pembebasan dari prakt ik konvensional dan

an, yakni per t ama, landasan ideologis yang menegaskan penggunaan cara yang lain. Lang-

mendasari gerakan yang diperj uangkan; kedua, kah af irmat if t ersebut akan menimbulkan t e-

masalah yang dianggap relevan dan pent ing robosan-t erobosan at au sering disebut

unt uk diperj uangkan dan dikerj akan; dan ke- br eaking. Hukum progresif mengaj ukan mak-

r ul e-

t i ga, Met ode at au prosedur yang t epat dan sim, ” hukum unt uk manusia at au rakyat dan

ef ekt if unt uk menyelesaikan masalah dimaksud. bukan sebaliknya” . Ini dapat diperluas menj adi

Kej elasan t iga hal t ersebut , per-t eori, akan me- asas dan dokt rin unt uk rakyat bukan sebalik-

rekat kan kekuat an-kekuat an pot ensial hukum nya. Dengan paradigma ini, maka apabila rak-

progresif dalam sat u agenda dan garis per- yat menghadapi at au didera oleh suat u per-

j uangan. Dengan begit u harapan bersat unya ke- soalan, maka bukan rakyat yang disalahkan,

kuat an hukum progresif sepert i diserukan Ra- melainkan harus dicari j alan keluarnya at as hu-

hardj o lebih mudah t erwuj ud. 25 kum yang ada, t ermasuk meninj au asas, dok-

Di ant ara sekian model yang ada, Int er es- t rin, subt ansi, sert a prosedur yang berlaku. 24 senj ur ispr udenz merupakan sat u model yang Penat aan ulang yang dit awarkan hukum

nampak lebih sesuai dengan semangat hukum progresif t ent unya membut uhkan sebuah model

progresif . Searah dengan hukum progresif alir- at au kerangka kerj a yang dapat memandu un-

an ini menganut prinsip melayani kepent ingan t uk menj alankan hukum progresif t ersebut .

dan memenuhi kebut uhan manusia merupakan Tanpa panduan at au model yang j elas yang

t uj uan ut ama dari hukum. Upaya mencapai t u- berf ungsi sebagai pl at f or m sulit kekuat an hu-

j uan t ersebut t idak bisa hanya dengan meng- andalkan penerapan at uran hukum secara hi-

t am-put ih. Pembangunan Il mu Hukum Indonesia” . Dal am Buku: 26 Menggagas Hukum Pr ogr essi f Indonesi a, Penyunt i ng:

Sat j i pt o Rahar dj o. “ Hukum Progresif sebagai Dasar

Ahmad Gunaw an dan Muammar Ramadhan, Yogyakart a:

Hukum, Pol i t i k dan KKN. Pust aka Pel aj ar, hl m. 2-3. Surabaya: Sr ikandi . hl m. 39. Baca pul a Sat j ipt o Rahar - 24 Sat j i pt o Rahar dj o, 2009.

Bernard L. Tanya, 2005,

Progresi f ” , Kompas, 6 dan bandingkan dengan Theresia Anit a Chr ist i ani ,

op. ci t . hl m. 141-142. Lihat

pul a Yohanes Suhar din, ” St udi Hukum Berdasarkan Perkembangan Par adigma

Sept ember

Lihat

“ Paradigma Rul e Breaking dal am Penegakan Hukum Pemikir an Hukum Menuj ur Met ode Hol i st ik” ,

Jur nal Hukum Pr o Just i t i a, Vol . 26 Hukum Pr o Just i t i a, Vol . 26 No. 4 Okt ober 2008, hl m.

Jur nal

yang Berkeadil an” ,

No. 3 Jul i 2008, hl m. 282-291.

347-358.

26 Ibi d.

18 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 1 Januari 2011

Kepent ingan-kepent ingan manusia sangat nyelenggaraan/ penegakan hukum; keempat , beragam, dan biasanya unik menurut ruang dan

kearif an manusia (aparat penegak hukum) men- wakt u. Oleh karena it u aparat penegak hukum

j adi kat a kunci pencapaian keadilan; dan ke- dit unt ut unt uk sedapat mungkin mengambil po-

l i ma, t idak ant i perat uran, akan t et api ber- sisi seakan-akan ia mengalami sendiri kasus

usaha t erus-menerus memberi makna baru yang sedang dit angani. Inilah yang oleh Arist o-

dalam ruang dan wakt u yang t epat . 29 t eles disebut apiekei a. Dengan cara ini keadilan

Selain memerlukan exemplar baru, hu- bisa dit emukan, sebab harus diakui bahwa ke-

kum progresif j uga membut uhkan pelaku-pe- adilan t idak bisa secara langsung dit emukan

laku hukum yang arif dan kreat if unt uk meng- lewat proses logis-f ormal. Keadilan j ust ru di-

garapnya karena kunci perubahan t erlet ak pada peroleh lewat int uisi. 27 penaf siran kont ekst ual t erhadap hukum. Hukum

Aliran yang muncul di Jerman sekit ar progresif sepert i j uga Int er ssenj ur i spr udenz, dekade awal Abad ke-20 it u, mengandalkan pe-

t idak sekali-kali menaf ikan perat uran yang ada meriksaan yang cermat dan serius at as kepen-

f r ei r echt l ehr e. t ingan-kepent ingan yang dipert aruhkan dalam

sebagaimana dianj urkan aliran

Meski begit u hukum progresif t idak sepert i suat u kasus konkrit , berikut kont eksnya yang

legisme yang memat ok perat uran sebagai harga relevan. Kemudian dengan menimbang dan me-

mat i. Hukum progresif j uga t idak sepert i ana- nyelami bobot dari kepent ingan-kepent ingan

l yt i cal j ur i spr udence yang hanya berkut at pada yang dipert aruhkan it u, diambilah keput usan

proses logis-f ormal. Hukum progresif merangkul yang mendukung kepent ingan yang lebih ut a-

baik perat uran maupun kenyat aan/ kebut uhan ma. Int er essenj ur ispr udenz t egas-t egas meno-

sosial sebagai dua hal yang harus dipert im- lak pert imbangan yuridis yang legalist ik yang

bangkan dalam t iap keput usan. 30 dilakukan secara pasang-j arak ( di si nt er es-

Memadukan perat uran dan kenyat aan se- t edness), det ached dan in-abst r act o. Aliran ini

cara adil bukanlah pekerj aan yang mudah. Sua- t idak memulai pemeriksaan dari bangunan

t u kenyat aan yang biasanya bersif at spesif ik, perat uran secara hit am put ih, melainkan dari

t idak selalu bias dipasang secara t epat dalam kasus khusus di luar narasi t ekst ual at uran it u

bingkai suat u at uran yang biasanya sangat sendiri. Cara ini merupakan siasat unt uk

umum. Lagi pula kenyat aan yang t ersodor, menut up ket erbat asan at uran dan t eks-t eks

acapkali bukanlah kenyat aan hit am-put ih. Ti- hukum yang mungkin t idak mengat ur secara

dak j arang dalam dunia riil , harus menghadapi eksplisit mengenai suat u persoalan. Di sini

kenyat aan dan keadaan di mana pert imbangan- dipegang t eguh prinsip ” keadilan t idak bisa

pert imbangan benar-salah berdasarkan at uran dikorbankan hanya lant aran ket erbat asan nor-

hukum t idak selalu menolong. Kenyat aan at au ma dan t eks-t eks hukum yang ada” . Karena it u

keadaan di mana keput usan harus diambil de- argumen-argumen legal dicari sesudah keadilan

ngan amat memperhit ungkan kont eks yang ada. dit emukan unt uk membingkai secara yuridis-

Begit u kompleknya kenyat aan sehingga hampir

f ormal keput usan yang diyakini adil t ersebut . 28 must ahil memperoleh keput usan yang adil ha- Dari uraian di at as dapat dit emukan t u-

nya dengan mengandalkan pert imbangan lega- j uan dan semangat yang sama ant ara hukum

list ik semat a.

progresif dengan

i nt er essenj ur i spr udenz, se- Oleh karena it u, kehadiran pelaku hukum t idak-t idaknya dalam lima hal, yait u per t ama,

yang arif dan kreat if , mut lak perlu unt uk me- semangat menempat kan kepent ingan dan ke-

mandu penaf siran yang luas dan kreat if t er- but uhan manusia/ rakyat sebagai t uj uan ut ama

hadap at uran-at uran yang demikian it u. Se- dari hukum; kedua, kehendak menyelenggara-

orang pelaku hukum progresif berusaha mencari kan hukum secara kreat if ; ket i ga, pent ingnya

dan menemukan keadilan dalam bat as dan di kepekaan, empat i, sert a dedikasi dalam pe-

t engah ket erbat asan kaidah-kaidah hukum yang

28 Ibi d. 29 Ibi d. Ibi d. 30 Ibi d.

Konst ruksi Pol a Pikir Haki m dal am Memut us Perkara Kor upsi Ber basis Hukum Progresif 19

ada. It u pula sebabnya, kecerdikan dan ke- arif an pelaku hukum menyelami roh sebuah perat uran, sert a kemampuan menent ukan se- cara t epat keut amaan suat u kepent ingan/ ke- but uhan sosial yang harus dilayani oleh hukum, merupakan kekuat an kinci dari hukum pro- gresif .

Oleh karena it u prakt ik hukum progresif lebih mengandalkan kebij aksanaan para pelaku hukum, yait u hakim, polisi, j aksa, dan advokat dalam memaknai hukum kini dan di sini. Hakim, polisi, j aksa dan advokat lah yang progresif lah yang sebenarnya menj adi uj ung t ombak per- j uangan hukum progresif . Unt uk mewuj udkan hukum mereka harus bert indak sebagai

a cr e-

at i ve l awyer . Dari merekalah diharapkan lahir keput usan yang berkualit as ’ yurisprudensial’ (keput usan bermut u yang layak menj adi ruj u- kan) unt uk memandu perubahan hukum secara progresif . Tanpa panduan it u hukum progresif akan sulit t erwuj ud. Di t engah kebanyakan orang (t ermasuk aparat penegak hukum) dikua- sai sikap pragmat is-naif , bisa saj a kebebasan yang diberikan hukum progresif it u disalahguna- kan unt uk menabrak hukum it u sendiri demi sebuah kemungkaran.

Agenda paradigma Hukum progresif j uga t idak dapat melepaskan diri dari ” pabrik j u- rist ” . Lembaga pendidikan hukum sebagai pen- cet ak ahli hukum menj adi inst it usi yang st ra- t egis dalam sosialisasi Hukum Progresif . Agenda yang cukup mendesak di ranah pendidikan t ing- gi hukum adalah dengan melakukan ref ormasi kurikulum di bidang hukum. Sebagaimana disebut kan di muka bahwa agenda paradigma ut ama hukum progresif adalah menempat kan manusia sebagai sent ralit as ut ama dari seluruh perbincangan t ent ang hukum. Filosof i dan para- digma hukum progresif adalah ” hukum unt uk manusia” . Dengan bingkai pemahaman yang de- mikian maka sesungguhnya kurikulum pendidik- an t inggi hukum niscaya memperbincangkan manusia dan kemanusiaan sebagai wacana awal dalam hukum. Jadi urut anya, manusia dulu

baru kemudian disusul dengan hukum dengan segala at ribut dan permasalahnnya. 31 Di sit u bukan berart i set elah menunt as- kan pembicaraan manusia kemudian dit ut up unt uk pindah ke pembicaraan t ent ang hukum. Tidak demikian. Perbincangan t ent ang hukum unt uk t ahap berikut nya t idak akan menut up pint u bagi isu manusia dan kemusiaan. Hukum progresif t idak membuat bat as sepert i it u. Masalah manusia dan kemanusiaan akan t erus mengalir memasuki hukum. Maka menj adilah bahwa hukum it u bukan unt uk dirinya sendiri, melainkan unt uk mengabdi dan melest arikan manusia dengan segala perbincangan t ent ang kebenaran dan keadilan di dalamnya. Dengan kurikulum yang demikian maka akan menawar- kan lulusan yang siap unt uk menegakkan mar- t abat manusia, menolong yang susah, ber- semangat menyanyangi dan memberi garansi alumniya t idak akan pernah berkolaborasi de- ngan pelaku kej ahat an unt uk merekayasa hu-

kum unt uk alat kej ahat an. 32 Pada saat f akt or manusia dan kemanu- siaan menj adi pusat perbincangan hukum pro- gresif , maka f akt or et ika dan moralit as dengan sendirinya akan ikut t erseret masuk di dalam- nya. Oleh karena it u hukum progresif t idak bisa lepas dari membicarakan keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan. Jadi dengan t egas hukum progresif menolak pendapat yang memisahkan hukum dari f akt or kemanusiaan dan moralit as. Di sinilah f akt or pencerahan yang dilakukan oleh hukum progresif .

Bert olak dari pembahasan yang t elah di- uraikan di at as, dapat diperoleh skema t ent ang proses rekonst ruksi pola pikir hakim berbasis hukum progresif sebagai nampak pada bagan di bawah ini.

Penut up Simpulan

Konst ruksi baru pola pikir hakim berbasis hukum progresif sangat dibut uhkan hakim da- lam proses memut uskan perkara korupsi. Hal ini

Sat j i pt o Rahardj o, ” Kemanusiaan, Hukum dan Tekno- krasi ” ,

Makal ah pada Program Dokt or Il mu Hukum 32 Undip 2005. Ibi d.

20 Jurnal Dinamika Hukum

Vol . 11 No. 1 Januari 2011

didasarkan pada pengalaman empirik pena- nganan kasus-kasus korupsi oleh hakim di pe- ngadilan banyak mengalami kemerosot an dan kegagalan unt uk menghadirkan hukum yang adil, bermanf aat dan melindungi kepent ingan masyarakat . Pola pikir hakim yang bercorak po- sit ivist ik perlu dit at a ulang berdasarkan pola pikir baru yang progresif dalam menyelesaikan problem hukum yang muncul akhir-akhir ini yang semakin kompleks dan rumit , t erut ama dalam memecahkan masalah korupsi.

Saran

Pendidikan hakim di semua t ingkat an dan lingkungan pengadilan perlu dit ingkat kan agar hakim mampu memecahkan berbagai per- masalahan hukum secara t epat , adil dan bij ak- sana. Muat an hukum progresif perlu dielabo- rasikan dalam pendidikan calon hakim agar prinsip-prinsip hukum progresif t ersosialisasikan sej ak awal kepada para calon hakim. Di sisi lain inst it usi pendidikan hukum t erut ama f akult as hukum, harus memasukkan mat eri dan muat an hukum progresif dalam kurikulum pendidikan- nya, sehingga nilai-nilai hukum progresif dapat t ersosialisasi sej ak dini t erhadap mahasiswa.

Daft ar Pust aka

Ananda, Suadamara. “ Hukum dan Moralit as” , Jur nal Hukum Pr o Just i t ia. Vol. 24 No. 3 Juli 2006. Bandung: FH Unpar;

Christ iani, Theresia Anit a. ” St udi Hukum Ber- dasarkan Perkembangan Paradigma Pemi- kiran Hukum Menuj ur Met ode Holist ik” . Jur nal Hukum Pr o Just i t ia. Vol. 26 No. 4 Okt ober 2008. Bandung: FH Unpar;

Garner, Bryan A. 1999. Bl ack’ Law Di ct ionar y. Edisi ke-7. ST. Paul Minn: West Group;

Gunawan, Ahmad dan Muammar Ramadhan (ed). Menggagas Hukum Pr ogr essi f Indo- nesi a. Yogyakart a: Pust aka Pelaj ar;

Heuken, Adolf . ” Teladan Hakim yang Bij aksana, Tegas, dan Memperhat ikan Sit uasi” . Jur nal Keadi l an, Vol. 2 No. 1, Tahun 2002;

Indart i, Erlyn. “ Legal Const ruct ivism: Para- digma Baru Pendidikan Dalam Rangka Pembangunan Masyarakat Madani” . Maj a- l ah Il mi ah Masal ah-Masal ah Hukum. Vol.

XXX, No. 3. Juli – Sept ember 2001; -------. 2010. Di skr esi dan Par adigma Sebuah

Tel aah Fi l saf at Hukum, Pidat o Pengu- kuhan Jabat an Guru Besar dalam Flsaf at Hukum pada FH Undip. Semarang: Undip;

Mel ahirkan Tipol ogi Haki m

Progresi f

 Cenderung berpikir posit ivist ik  Cenderung memaknai hukum

secara sempit (t ekst ual ),  Ada yang berorient asi mat erial (mat eri al i s dan pragmat is) dan sedikit yang ideal i s

Konst ruksi Exi st ing Pol a Pikir Haki m

Konst ruski Bar u Pol a Pikir Haki m

 Berpikir hukum non-

posi t ivist ik  Memaknai hukum secara l uas (kont ekst ual )  Orient asi unt uk mewuj udkan hukum yang adil (i deal is)

Ref l eksi Fil osof is

Mel ahirkan Tipol ogi Haki m Konvensional

Sebel um

Bagan: Proses Rekonst ruksi Pola Pikir Hakim Berbasis Hukum

Progresif

Konst ruksi Pol a Pikir Haki m dal am Memut us Perkara Kor upsi Ber basis Hukum Progresif 21

Iriant o, Sulist yowat i & Shidart a (ed). 2009.

2 No. 1. Tahun 2002; Met ode Penel i t i an Hukum Konst el asi dan

Shidart a. 2006. ” Filosof i Penalaran Hukum Ha- Ref l eksi . Jakart a: Yayasan Obor Indone-

kim Konst it usi dalam Masa Transisi Kons- sia; t it usionalit as” . Jur nal Hukum Jent er a, E-

Koesnoe, Moh. “ Apa Art inya Yuridis it u? Kaj ian disi 11-t ahun III, Januari-Maret 2006; Ukuran dan Persoalannya Dewasa ini” .

Sugit o dkk. 2002. Pendi di kan Pancasi l a. Sema- Var i a Per adi l an. No. 118 Edisi Juli 1995.

rang: UPT MKU UNNES; Jakart a: IKAHI; Suhardin, Yohanes. “ Paradigma Rule Breaking Menski, Werner. 2006. Compar at i ve Law in a

dalam Penegakan Hukum yang Berkeadil- Gl obal Cont ext , The Legal Syst ems of

an” . Jur nal Hukum Pr o Just i t i a. Vol. 26 Asi a and Af r i ca. Second Edit ion. New

No. 3 Juli 2008. Bandung: FH Unpar; York: Cambridge Universit y Press;