View of PEMBELAJARAN SAINS ANAK USIA DINI DALAM MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK DI TK NEGERI DHARMA WANITA PENEROKAN KABUPATEN BATANG HARI

  4 PEMBELAJARAN SAINS ANAK USIA DINI DALAM MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK DI TK NEGERI DHARMA WANITA PENEROKAN KABUPATEN BATANG HARI

Oleh: Yennizar.N*

  • *Dosen Tetap Prodi Pendidikan Agama Islam Pada STAI Muara Bulian

  yenni.agus@gmail.com

  Abstract This studydiscusses the process about science learning in Early Childhood children in the children’scognitive development of Dharma Wanita Penerokan kindergarten.Background of this research is science learning that is done is not optimal and not realy suitable with the level of kindergarten children 5-6 years old cognitive (science) development achievement standards based on ministerial regulation No.58 year 2009. The purpose of the research is to find: (1) teacher’s planning in science teaching learning process to build kindergarten children’s cognitive aspects; (2) The implementation of science teaching and learning process to build children’s cognitive , and (3) Teachers evaluation in the science teaching and learning process implementation.The method usedin this studyisqualitative. Data was collected bymeansof observation, interview and documentation. The data analysis conducted with data reduction, data displayand conclusion. Checking the validity ofthe datathrough theextension of participation, accuracyof observation, triangulation, the availability of reference and consultation supervisor.The result showed in this research are: First, There is no specific planning in science teaching and learning process. Second, The implementation of science teaching and learning process is alone altogether with another main lesson. Third, product is more priority than the process in evaluation implementation Keys : Learning sains, Cognitif Development, Childhood

  Abstrak

  Dalam penelitian ini membahas pembelajaran sains anak usia dini dalam Pengembangan kognitif anak di TK Negeri Dharma Wanita Penerokan. Yang dilatar belakangi bahwa pembelajaran sains yang dilakukan belum optimal dan belum sepenuhnya sesuai dengan

  Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

   71

  • Yennizar. N

  Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif yaitu pengetahuan umum dan sains Anak TK usia 5-6 Tahun dalam Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009.Penelitian ini bertujuan menemukan : (1) Perencanaan yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran sains untuk mengembangkan kognitif anak TK; (2) Pelaksanaan pembelajaran sains dalam pengembangan kognitif anak TK; dan (3) Evaluasi yang dilakukan guru dalam pelaksanaan pembelajaran sains tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisa data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Pengecekan keabsahan data melalui perpanjangan keikutsertaan, ketelitian pengamatan, triangulasi, tersedianya referensi dan konsultasi pembimbing. Temuan Penelitian ini adalah: Pertama, tidak adanya perencanaan khusus dalam pembelajaran sains,

  Kedua, Pelaksanaan pembebelajaran sains bersamaan dengan

  kegiatan inti lainnya. Ketiga, evaluasi yang dilakukan mengutamakan produk dari pada proses. Kata Kunci : Pembelajaran sains, perkembangan kognitif, Anak

  Usia Dini Pendahuluan

  Pendidikan pada usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat fundamental dalam memberikan kerangka dasar terbentuk dan berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak. Keberhasilan proses pendidikan pada masa dini tersebut menjadi dasar untuk proses pendidikan selanjutnya.

  Pendidikan Anak Usia Dini sebagai strategi pembangunan sumber daya manusia haruslah dipandang sebagai titik sentra dan sangat fundamental serta strategis mengingat bahwa Usia Dini merupakan masa keemasan ( the golden age) namun sekaligus periode yang sangat kritis

  1

  dalam tahap perkembangan manusia. Pada masa ini anak usia dini membutuhkan pendampingan yang tepat dan cukup dari orang-orang 1 dewasa disekitar mereka, sehingga mereka dapat menumbuhkan dan

  

Direktorat PAUD, Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain (Jakarta:

  72 At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 70 - 93

  mengembangkan semua aspek perkembangan mereka seoptimal mungkin.

  Pendidikan usia dini dalam perspektif pendidikan Islam adalah usaha membantu anak agar fitrah.Pendidikan masa kanak-kanak sangat menentukan keberhasilan secara keseluruhan dimasa mendatang. Pada masa kanak-kanak sangat menentukan keberhasilan secara keseluruhan dimasa mendatang. Pada masa kanak-kanak inilah sebagai fondasi awal mendidik anak. Hal ini dikarenakan fitrah anak masih terjaga. Di jelaskan dalam Al Qur’an Surat Ar-Rum ayat 30:

  2             

              

  Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui

  (Q.S. Ar-Rum : 30) Sedangkan dalam hadis rasulullah SAW menekankan bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi anak. Karena pendidikan itulah yang akan menentukan arah dan tujuan bagi anak-anak.

  Nabi Muhammad S.A.W bersabda :

  نْ مَ مِ مِ مَ مِ مَ لُ لُا مَ مَ مَ مَمالاَّ مِممَ مِ مَ نْ مِل نْ مَ مَ لُ مَ نْ لُ لاَّ مِ دٍ نْ لُ نْ مَا نْ مِاممَا مَ دٍ صمَ لُ مِ مِ ممَس مِ جمَالُ نْ مَ مِ مِ

  

( م سا ا )

Artinya: ”Tidaklah seorang anak itu dilahirkan, kecuali dalam keadaan fitrah (kesucian agama sesuai dengan naluri), 2 Depag RI. 2004, Al- Qur’an dan terjemahannya. Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an,

  Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

   73

  • Yennizar. N

   Sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan ia

  3 beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Muslim).

  Agama Islam juga mengatakan bahwa bahwa pendidikan merupakan hal yang sangat penting, yang dijelaskan dalam Al- Qur’an Surat An Nisa Ayat 9 berikut ini:

  

         

      Artinya:.Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.(Q.S.

4 An Nisa :9)

  Selanjutnya dinyatakan secara tegas dalam UU Nomor 20 Tahun jenjang pendidikan dasar, dan PAUD dapat diselenggarakan dalam jalur pendidikan formal (seperti Taman Kanak-kanak, Raudhatul Athfal atau bentuk lain yang sederajat), jalur pendidikan non formal (seperti Taman Panitipan Anak, Kelompok Bermain, atau bentuk lain yang sederajat), serta jalur pendidikan informal (seperti PAUD dalam keluarga atau yang

  5

  diselenggarakan oleh lingkungan). Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah, yaitu pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Usaha ini dilakukan agar anak usia 4-6 tahun lebih siap mengikuti pendidikan 3 selanjutnya.

  

Abu Abdullah Muhammad bin Ismal Al-Bukhari, Shokhih Bukhari. (Bairut : Bahrunnai)

4 Jilid II, Hlm. 458 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Departemen Agama 5 RI, 2005), Hlm.301-302

  At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 70 - 93

  74

  Hakekat anak usia dini dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 adalah kelompok manusia yang berusia 0-6 tahun. Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motor kasar dan halus), kecerdasan (daya pikir, daya cipta), sosial emosional, bahasa dan komunikasi.karena keunikan dalam tingkat pertumbuhan dan perkembangannya, maka anak usia dibagi dalam tiga tahapan perkembangan yaitu: masa bayi, usia lahir 0-12 bulan, masa toddler (batita) usia 1-3 tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun dan masa kelas

  6 awal SD usia 6-8 tahun.

  Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah. Menurut Yeni Rachmawat i, “Pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. Usaha ini

  7 selanjutnya.

  Menurut Piaget (1972) dalam Slamet Suyanto, perkembangan kognitif anak usia TK (5-6) tahun sedang beralih dari fase praoperasional ke fase konkret operasional. Cara berpikir konkret berpijak pada pengalaman, bukan berdasarkan pengetahuan atau konsep-konsep

  8

  abstrak (Wolfinger, 1994). Selanjutnya teori Piaget tentang Re-Invent pada 1977 bahwa knowledge yang dibangun di pikiran anak adalah

  9 6 melalui activeconstruction bukan passive copying. Dengan kata lain,

Diana Mutiah, Psikologi Bermain Anak UsiaDini, (Jakarta, Kencana Prenada Media

7 Group, 2010), Hlm. 7

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada anak usia

  Taman Kanak-Kanak, (Jakarta, Depdiknas Dirjen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan dan Tenaga pendidikan dan Ketenagaan Perguruan 8 Tinggi, 2005), Hlm. 1

Slamet Suyanto, Strategi Pendidikan Anak, (Yogyakarta, Hikayat Publishing, 2008),

9 Hlm. 4-5

Siti khodijah dan Wismiarti, Sentra Seni, (Jakarta Timur, Pustaka Al Falah,2010), Hlm.

  Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

   75

  • Yennizar. N

  seluruh konsep yang ingin dibangun pada pikiran anak harus ditemukan sendiri oleh anak.

  Oleh karenanya pendidik dapat memfasilitasinya melalui kegiatan yang memberikan kesempatan karena anak-anak senang mengenal dan mengidentifikasi benda-benda yang berada dilingkungan sekitarnya, maka pendidik juga perlu memfasilitasinya dengan alur atau petunjuk-petunjuk yang sifatnya sederhana dan khusus, untuk dapat memfasilitasi anak dengan sebaik-baiknya, pendidik perlu membuat rancangan pengelolaan kegiatan secara sistematik, efektif dan efisien.

  Berdasarkan Permendiknas Nomor 58 tahun 2009, lingkup perkembangan anak usia dini dikelompokkan menjadi lima yaitu (1) Nilai- nilai agama dan moral, (2) Sosial, emosional, kemandirian, (3) kognitif, (4)

10 Bahasa, (5) Fisik/motorik.

  Tingkat Pencapaian Perkembangan Kelompok Usia 4-6 Tahun, salah satu lingkup perkembangannya adalah kognitif, yang mencakup tiga pengetahuan umum dan sains, pengembangan kognitif yang berkaitan dengan konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, serta pengembangan kognitif yang berkaitan dengan konsep bilangan, lambang bilangan dan

  11

  huruf. Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Oleh karena itu proses pembelajaran di TK harus mengacu kepada kelima hal tersebut.

  Salah satu potensi perkembangan anak adalah kemampuan kognitif sains. Kemampuan kognitif anak usia TK (5-6 tahun) berkaitan dengan konsep pengetahuan umum dan sains menurut Permendiknas No.

  12

  58 Tahun 2009 adalah: 10

  1. Mengklasifikasi benda berdasarkan fungsi

  

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas RI) Nomor

11

  58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) 12 Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009

  At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 70 - 93

  76

  2. Menunjukkan aktifitas yang bersifat eksploratif dan menyelidik (seperti: apa yang terjadi ketika air ditumpahkan).

  3. Menyusun perencanaan kegiatan yang akan dilakukan.

  4. Mengenal sebab akibat tentang lingkungannya.

  5. Menunjukkan inisiatif dalam memilih tema permainan 6. Memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

  Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sains di TK dapat dilaksanakan melalui model pembelajaran atau pendekatan yang ada di TK, diantaranya, dengan menggunakan kelompok, area, sudut dan sentra. Kegiatan sains dilakukan sesuai dengan model pembelajaran yang digunakan pada TK tersebut. Kegiatan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan sains pada anak usia dini, hendaknya menggunakan komponen-komponen perencanaan pengembangan pembelajaran sains diantaranya: rumusan tujuan, material yang dibutuhkan, penyiapan anak dan setting lingkungan, pengembangan

  13 kegiatan, penguatan/penghargaan dan tindakan pengayaan.

  Sains pada hakikatnya sudah dapat ditanamkan sejak usia dini. kegiatan sains, belajar untuk mengobservasi pertanyaan, menggali dan melakukan percobaan/eksperimen, memprediksi dan keterampilan memecahkan masalah.Bekal kemampuan dan kreativitas yang tinggi akan mampu memfasilitasi dan menemukan cara-cara yang produktif dalam mendongkrak pengenalan dan penguasaan sains pada anak usia dini, yang akan menghasilkan sesuatu yang positif bagi pembelajaran sains.

  Kehidupan anak tidak dapat lepas dari sains.Makan. Minum, menggunakan berbagai benda yang ada dirumah seperti radio, TV, dan lainnya tidak lepas dari sains dan teknologi.pengenalan sains untuk anak usia dini hendaknya dilakukan secara sederhana sambil bermain. Kegiatan sains memungkinkan anak melakukan eksplorasi terhadap berbagai benda hidup maupun benda tak hidup yang ada 13 disekitarnya.Sains bagi anak-anak adalah segala sesuatu yang

  

Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Bandung:

  Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

   77

  • Yennizar. N

  menakjubkan, sesuatu yang ditemukan dan dianggap menarik serta memberi pengetahuan atau merangsangnya untuk mengetahui dan menyelidikinya.

  Sains juga melatih anak menggunakan lima inderanya untuk

  14

  mengenal berbagai gejala benda dan gejala peristiwa. Anak dilatih untuk melihat, meraba, membau, merasakan dan mendengar. Semakin banyak keterlibatan indera dalam belajar, anak semakin memahami apa yang dipelajari.

  Kegiatan pengenalan sains untuk anak TK lebih menekankan

  15

  proses dari pada produk. Menurut pandangan Jerome Brunner mengatakan, dua hal penting terkait dengan sains yakni : 1) sains yang diperoleh manusia melalui proses aktif; dan 2) manusia aktif membangun pengetahuannya melalui hubungan informasi yang diperoleh ke dalam

  16

  frame psikologisnya. Jadi sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan, saat ini dikenal dengan sebutan metode ilmiah (scientificmethod).

  Secara umum terdapat dua pendekatan dalam pembelajaran sains yaitu pendekatan yang berorientasi pada guru (teacher centered) adalah otoritas dan dominasi aktivitas, interaksi, dan komunikasi dalam pembelajaran cenderung dikuasai guru, sedangkan pendekatan student

  

centered, adalah sistem pembelajaran memberikan porsi dan lahan yang

  17

  luas kepada peserta didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Dalam pengembangan pembelajaran sains untuk anak usia dini, hendaknya para pendidik tertuju pada pendekatan yang berbasis anak, yang memberi kesempatan dan menyediakan ruang yang lebar pada anak untuk terlibat 14 dalam proses pembelajaran.

  

Slamet Suyanto, Strategi Pendidikan Anak, (Yogyakarta: HIKAYAT Publishing, 2008),

15 Hlm.75 16 Ibid, Hlm. 75

Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Bandung, JIL

17 SI Foundation), Hlm.75

  At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 70 - 93

  78

  Pada aspek perkembangan kognitif, kompetensi dan hasil belajar yang diharapkan pada anak adalah anak mampu dan memiliki kemampuan berpikir secara logis, berfikir kritis, dapat memberi alasan, mampu memecahkan masalah dan menemukan hubungan sebab akibat dalam memecahkan masalah yang dihadapi.Dalam pandangan piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan individu dalam memahami dunia, yaitu: pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia kita masuk akal maka kita perlu mengorganisasikan

  18 pengalaman-pengalaman kita.

  Rasa ingin tahu anak usia dini sangat tinggi. Rasa ingin tahu tersebut perlu difasilitasi oleh orang dewasa sehingga akan mendatangkan mamfaat bagi dirinya dan masyarakat disekitarnya. Sebagaimana kata- kata bijak “teach less learn more” yang maksudnya agar pendidik tidak perlu mengajar banyak untuk memenuhi rasa ingin tahu anak. Cukup dengan memberikan kesempatan bagi anak untuk terus

  19

  tahu anak. Guru dalam pendidikan anak usia dini harus memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai berbagai hal sehingga akan mampu memberikan jawaban terhadap berbagai pertanyaan anak.

  Menurut teori konstruktivime bahwa pengetahuan akan dibangun secara aktif oleh anak melalui persepsi dan pengalaman langsung dengan lingkungannya atau dengan kata lain anak dapat membelajarkan dirinya

  

20

  sendiri melalui pengalamannya. Sehingga anak yang banyak bersentuhan dengan alam akan lebih baik memaknai dunia mereka yang akan membuat mereka secara aktif terus menerus mendapatkan 18 pengetahuan.

  

Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan Pendidikan Anak Usia Dini

19 (Jakarta: Gaung Persada, 2010), Hlm. 150

Luluk Asmawati, dkk, Pengelolaan kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini, (Jakarta,

20 UT ,2010) Hlm: 10.27

Martini Jamaris, Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, (Jakarta, Yayasan

  Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

   79

  • Yennizar. N

  Secara umum pembelajaran sains di TK bertujuan agar anak mampu secara aktif mencari informasi tentang apa yang ada disekitarnya. Seluruh kegiatan pembelajaran berfokus pada anak sebagai subyek pembelajar, sedangkan pendidik lebih banyak berperan sebagai motivator

  21

  dan fasilitator dengan memberikan pijakan-pijakan (Scaffolding). Dan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan tema. Tema yang diambil

  22 adalah tema yang dekat dengan kehidupan anak.

  Ada empat metode yang digunakan dalam pembelajaran sains

  23 anak usia dini adalah bernyanyi, bermain, bereksperimen, dan bercerita.

  Untuk memenuhi rasa keingintahuannya melalui eksplorasi dibidang sains

  24 melalui pengamatan, penyelidikan dan percobaan atau eksperimen.

  Salah satunya melalui eksperimen merupakan keterampilan yang banyak dihubungkan dengan sains (ilmu pengetahuan). Eksperimen dilakukan melalui berbagai percobaan yang dilakukan anak bersama guru dan pada akhirnya anak dapat melakukannya secara mandiri tanpa diperintahkan oleh guru.

  Menurut Piaget (1972) dalam Siti Khadijah bahwa anak-anak harus mampu melakukan sendiri eksperimen mereka dan penelitian mereka sendiri. Guru, tentu saja, dapat membimbing mereka dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat. Namun hal yang penting adalah bahwa dalam rangka untuk anak dapat memahami sesuatu, ia harus

  25 membangun itu sendiri, dan ia harus menemukan kembali.

  Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah dalam 21 penelitian ini yakni “ Bagaimana pelaksanan pembelajaran sains anak

  

Retno Soendari dan Wismiarti, Sentra Persiapan, (Jakarta Timur, Pustaka Al-Falah,

22 2010), Hlm.5

Lilis Madyawati, Permainan dan Bermain Anak, (Jakarta: Preanada Media Group,

23 2012), Hlm.18

Sri Yunita, Bermain Sains, Metode Pembelajaran Sains Anak Usia Dini, (Jakarta,

24 Sahabat Cahaya, 2012), Hlm 3

Yuliani Nurani Sujiono, dkk, Metode Pengembangan Kognitif, Jakarta, UT, 2005, Hlm:

25

12.9 Siti khodijah, Wismiarti, Panduan pendidikan Sentra Untuk PAUD, (Jakarta: Pustaka

  At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 70 - 93

  80

  usia dini dalam mengembangkan kognitif anak di TK Negeri Dharma Wanita Penerokan. Dengan permasalahan itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahi : (1) Perencanaan pembelajaran sains anak TK, (2) Pelaksanaan pembelajaran sains anak usia dini, dan (3) Penilaian Pembelajaran sains untuk TK.

  Metode Penelitian

  Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimamfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemamfaatan

  26 dokumen. .

  Ciri-ciri utama penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (1) peneliti terlibat secara langsung dengan latar (setting) social penelitian; (2) bersifat deskriptif: (3) menekankan pada makna proses dari pada hasil penelitian: (4) menggunakan pendekatan analisis induktif: dan (5) peneliti

  27

  28 Subjek penelitian haruslah yang bisa mewakili apa yang diteliti.

  Dalam penelitian kualitatif, populasi dan sampel dikenal dengan istilah

  29

  subjek penelitian.Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Subjek penelitian meliputi seluruh pembelajaran yang berhubungan dengan sains. Secara umum, subjek penelitian ini terdiri dari 8 orang Personel TK Negeri Dhama Wanita Penerokan yaitu 1 kepala Sekolah, 7 guru kelas, dan anak Kelompok B1, B2, dan B3. Selanjutnya yang dijadikan key

  

informan adalah guru kelas kelompok B1,B2, dan B3, sedangkan kepala

sekolah, guru yang lain dan peserta didik sebagai informan tambahan.

  Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang terdiri dari 26 kepala TK, pendidik dan siswa di TK Negeri DW Penerokan. Sumber data

  

Lexy J. Moleong, Metodologi PenelitianKualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

27 2010).Hlm .5 28 Ibid , Hlm,191

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif)

29 (Jakarta, Gaung Persada Press, 2009), Hlm. 177

  Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

   81

  • Yennizar. N

  juga diperoleh dari data-data prota, promes, RKM dan RKH. Kehadiran dan keterlibatan peneliti dilapangan harus diutamakan dalam penelitian kualitatif, karena peneliti merupakan intrumen penelitian utama yang harus hadir dilapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan .

  Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data dilakukan pada

  

natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer dan teknik

  pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview),

  30

dokuments dan Audiovisual materials. Proses pengambilan informasi

  melalui pengumpulan data dan membandingkannya dengan kategori yang

  31 muncul disebut metode komparatif konstan (constan comparative).

  32 Secara umum terdapat tiga macam teknik pengumpulan data, yaitu : observasi, Wawancara dan Dokumentasi.

  Data penelitian ini, proses pengumpulan dan analisis data berpedoman pada langkah-langkah analisis data kualitatif yang

  33

  reduksi data, (b) penyajian data ( display data), dan (c) penarikan Kesimpulan (verivikasi). Validitas data dalam penelitian ini menggunakan Triangulasi.

  Hasil Dan Pembahasan

  

1. Perencanaan Pembelajaran Sains Anak Usia Dini Dalam

Pengembangan Kognitif

  Perencanaan merupakan hal penting untuk pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, karena memungkinkan anak diberi kesempatan terbaik 30 untuk memperoleh kemajuan dalam perkembangan dan belajar.Guru

  

John W. Creswell, Educational Research Planning, Conducting and Evaluating

Quantitative and Qualitative Research (Pearson Education,Inc Boston,2012) 31 Hlm.212

Emzir, metodologi penelitian pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif, (Jakarta: Raja

32 Grafindo persada, 2013), Hlm.210

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan kuantitatif, Kualitatif, dan R&D)

33 (Bandung: Alfabeta,2007), Hlm. 308

  At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 70 - 93

  82

  dapat memahami peranannya dan tugas-tugas yang harus dicapai anak untuk berkembang dan belajar. Guru menyediakan sumber-sumber belajar untuk mendukung proses belajar.

  Dari hasil pengamatan dan wawancara serta dokumentasi, penulis menyimpulkan bahwa guru-guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sains, dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan inti lainnya. Sehingga kegiatan sains tidak direncanakan secara khusus, seharusnya pembelajaran sains dilaksanakan dalam satu hari. Kegiatan sains yang direncanakan hendaknya menggunakan komponen-komponen format perencanaan diantaranya : merumuskan tujuan, material yang dibutuhkan, penyiapan anak dan setting lingkungan, pengembangan kegiatan, penguatan dan penghargaan dan tindakan pengayaan. Sehingga pembelajaran sains yang direncanakan lebih optimal dalam mengembangkan aspek kognitif anak.

  Anak di TK Negeri Dharma Wanita Penerokan

a. Model Pembelajaran Sains

  Dari wawancara tersebut dapat disimpulkan pembelajaran sains di TK Negeri Dharma Wanita Penerokan menggunakan model pembelajaran kelompok. Pembelajaran kelompok dilaksanakan dengan tiga kegiatan anak sesuai dengan tema hari itu yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Adapun kegiatan sains yang merupakan lingkup dari perkembangan kognitif anak di laksanakan pada kegiatan inti bersamaan dengan dua kegiatan lainnya. Dan juga pada pembelajaran kelompok di dalam kelas disediakan sudut pengaman. Kegiatan pengaman ini dimaksudkan agar anak-anak yang telah menyelesaikan tugas terlebih dahulu dalam kelompok diperbolehkan bermain disudut pengaman , sehingga anak tersebut tidak mengganggu teman lain.

  Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

   83

  • Yennizar. N

  Dalam pembelajaran sains, pembelajaran dilaksanakan hendaknya berpusat pada anak. Dan sejak tahun 2006 sudah dikenalkan pembelajaran melalui pendekatan BCCT ( Beyond Centers And Circle Time) yaitu pembelajaran melalui sentra dan saat lingkaran atau saat ini dikenal dengan sebutan pembelajaran sentra, adapun salah satu sentra yang digunakan adalah sentra bahan alam (sains). Melalui pembelajaran sentra, sains lebih optimal karena densitas dan intensitas belajar melalui bermain terpenuhi. Namun TK Negeri Dharma Wanita Penerokan dalam pembelajarannya masih menggunakan model pembelajaran kelompok.

b. Kegiatan Pembelajaran Sains

  Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan guru tersebut, bahwa hambatan guru TK Negeri Dharma Wanita Penerokan terhadap pelaksanaan pembelajaran sains, salah satunya guru belum sepenuhnya memahami tentang pembelajaran sains anak usia dini dan jenis-jenis kegiatan sains yang akan dilaksanakan dalam membangun kognitif anak usia Taman Kanak-Kanak.

  c. Metode Pembelajaran Sains Analisis peneliti, berdasarkan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang dilaksanakan di kelas kelompok B 1, kelompok B2 dan kelompok B3. Dapat disimpulkan Pertama, dilihat dari 3 RKH yang ada dengan tema alat komunikasi, hanya pada RKH kelompok B2 saja kegiatan sains yang dilaksanakan sesuai dengan tema, sedangkan kelompok B1 dan B3, kegiatan sains yang dilakukan “Pencampuran warna” Kedua, cara atau metode yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran sains ditiap kelompok hampir sama.

  Pembelajaran tidak berpusat pada anak, anak tidak bermain sains sendiri, tidak menemukan hasil sendiri, gagasan maupun ide dalam bereksperimen selalu dari guru. contohnya warna yang akan dicampur oleh anak, guru yang menentukan, bukan atas inisiatif anak sendiri.

  At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 70 - 93

  84

  Seharusnya peran guru adalah guru dapat menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, anak-anak harus membangun sendiri dan ia harus menemukan sendiri.

d. Alat / Bahan dan Pemanfaatan Lingkungan Sekitar.

  Dari beberapa kali pengamatan pembelajaran sains di TK Negeri Dharma Wanita Penerokan yang dilaksanakan masing- masing kelompok B tersebut. Alat maupun bahan yang digunakan diantaranya kertas warna, pasta, kertas air, magnet, balon dan lain-lain. Penulis tidak menemukan anak-anak di bawa keluar kelas untuk bereksplorasi di lingkungan sekolah. Pembelajaran yang dilaksanakan selalu di dalam kelompok di kelas.

  Dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah penulis lakukan sebelumnya, di Taman Kanak-Kanak Negeri Penerokan tentang pembelajaran sains dalam mengembangkan aspek kognitif anak dalam menyebabkan pelaksanaan pembelajaran sains belum optimal dalam membangun aspek kognitif anak. adapun faktor-faktor penghambatnya antara lain:

  1. Masih kurangnya pemahaman guru terhadap Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif anak TK (Usia 5-6 tahun).

  2. Minimnya pengetahuan guru tentang kegiatan sains yang akan di laksanakan.

  3. Model pembelajaran yang digunakan belum efektif

  4. Ruang kelas masih kurang

  

e. Upaya yang dilakukan agar pembelajaran sains dalam

pengembangan kognitif anak lebih optimal

  1) Meningkatkan pemahaman guru terhadap tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak TK (usia 5-6 tahun), melalui diklat, seminar, workshop, dan penyediaan buku-buku tentang pembelajaran sains. 2) Meningkatkan pengetahuan guru tentang kegiatan pembelajaran sains anak TK.

  Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

   85

  • Yennizar. N

  Untuk dapat meningkatkan pemahaman guru terhadap perencanaan pembelajaran sains seperti yang telah di katakan oleh guru sebelumnya bahwa pemahaman guru terhadap konsep sains masih kurang. Untuk itu diperlukan suatu perencanaan yang matang dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sains tersebut, dan kegiatan yang akan dilaksanakan berdasarkan tema yang ada, diantaranya:

  Pertama, guru sebagai perencana, guru harus menrencanakan

  suatu pengalaman yang baru agar anak-anak terdorong untuk mengembangkan minat dan kemampuannya. Kedua, Pendayagunaan Lingkungan dan alam sekitar sebagai sumber belajar . Ketiga, memperkenalkan konsep sains pada anak dilakukan dengan konsep bermain dan bernyanyi. 3) Mengembangkan beberapa model pembelajaransains

  Dari hasil wawancara tersebut, guru akan berupaya untuk sentra. Menurut penulis, itu merupakan solusi terbaik, karena melalui sentra, anak-anak akan dirangsang untuk aktif belajar melalui kegiatan bermain. Seluruh kegiatan berfokus pada anak sebagai subyek pembelajar, sedangkan pendidik lebih banyak berperan sebagai motivator dan fasilitator dengan memberikan pijakan-pijakan (scaffolding).

  4) Pemanfaatan halaman sekolah Dari hasil pengamatan penulis, halaman TK negeri Dharma Wanita

  Penerokan cukup luas. Salah satu upaya untuk mengatasi ruang belajar yang sempit dan kurang dengan memanfaatkan halaman sekolah tersebut. Apalagi pada kegiatan sains yang memanfaatkan bahan alam dan lingkungan sebagai sumber belajar.Misalnya dalam kegiatan mengamati jenis tanaman, baik itu bentuknya, daunnya ataupun cara menanamnya. Semua itu merupakan kegiatan sains anak.

  At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 70 - 93

  86

  Selanjutnya, bila dihubungkan dengan Akreditasi yang dimiliki ole TK Negeri Dharma Wanita Penerokan. Berdasarkan temuan lapangan yang peneliti lakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, bahwasanya TK Negeri Dharma Wanita terakreditasi A, namun ditemukan dalam pembelajaran sains yang dilaksanakan belum optimal. Dalam hal ini mungkin sewaktu akreditasi tidak terdeteksi oleh tim asesor atau penilaian pembelajaran dilaksanakn secara umum saja disesuaikan dengan perencanaan pembelajaran yang digunakan. Dapat juga dikatakan, karena akreditasi yang dilaksanakan 3 (tiga) tahun yang lalu pada tahun 2011, sedangkan yang dinilai adalah pelaksanaan pembelajaran 3 (tiga) sebelumnya. Hal ini juga merupakan tantangan bagi para pendidik TK Negeri Dharma Wanita Penerokan untuk mengadakan pembaharuan dalam model pembelajaran, untuk melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada anak yaitu melalui pembelajaran sentra, dimana pada model pembelajaran sentra tersebut ingin tahu anak dan seluruh konsep yang ingin dibangun pada pikiran anak dapat ditemukan sendiri oleh anak.

  

3. Evaluasi Pembelajaran Sains Anak Usia Dini Dalam

Pengembangan Kognitif Anak TK

  Dari hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa penilaian yang dilakukan masing guru kelompok B tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk dapat melihat hasil perkembangan yang didapat oleh anak selama mengikuti pembelajaran. Sehingga untuk pembelajaran sains yang dilakukan, guru TK Negeri Dharma Wanita Penerokan melakukan penilaian melihat dari hasil (produk) dari kegiatan sains yang dilaksanakan dibandingkan dengan bagaimana proses sains itu dilaksanakan oleh setiap anak.

  Selanjutnya kegiatan evaluasi sains hendaklah selalu dilaksanakan pada saat anak sedang dalam kegiatan, saat itulah yang tepat guru

  Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

   87

  • Yennizar. N

  mengetahui apa yang dilakukan, apa yang diselesaikan, apa yang dipikirkan bahkan apa yang dihayalkan anak terkait dengan kegiatan sains yang dilaksanakannya. Sehingga dengan kegiatan sains tersebut perkembangan kognitif anak menjadi lebih optimal. Evaluasi hasil pembelajaran sains diarahkan untuk penelusuran dan penentuan tingkat keberhasilan pembelajaran sains, sehingga diketahui upaya-upaya selanjutnya.

  Penilaian hasil belajar anak didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan dan penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada guru agar dapat menyempurnakan proses pembelajaran.

  Kesimpulan

  Simpulan peneliian ini menunjukkan bahwa dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sains belum sepenuhnya sesuai dengan standar tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun pada Permendiknas Nomor 58 tahun 2009, diantaranya tentang pengembangan kognitif yang berkaitan dengan pengetahuan umum dan sains. Untuk pengembangan kognitif lebih cenderung melaksanakan pengembangan kognitif yang berkaitan dengan konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, serta pengembangan kognitif yang berkaitan dengan konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf, kegiatan sains masih jarang di laksanakan. Selanjutnya dalam perencanaan pembelajaran sains belum dilaksanakan sesuai dengan komponen-komponen pembelajaran sains diantaranya: Rumusan tujuan, material yang dibutuhkan, penyiapan anak dan setting lingkungan, pengembangan kegiatan, penguatan dan penghargaan, serta tindakan pengayaan.

  Pelaksanaan Pembelajaran Sains Dalam Pengembangan Kognitif Anak di TK Negeri Dharma Wanita Penerokan menggunakan model pembelajaran kelompok yaitu: Pertama, . Kegiatan sains kurang efektif karena dilakukan tidak dengan waktu tersendiri bergabung dengan dua

  At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 70 - 93

  88

  kegiatan inti lainnya. Ini menyebabkan anak-anak kekurangan waktu untuk berekplorasi dan bereksperimen. Alat dan bahan yang disediakan juga terbatas, lalu segala kegiatan dilakukan focus didalam kelas, guru tidak memanfaatkan teras sekolah maupun halaman sekolah. Kedua, ditemukan dalam Rencana Kegiatan Harian, kegiatan sains yang dilaksanakan, belum adanya keseimbangan dalam lingkup pengembangan Kognitif anak TK antara (1) pengetahuan dan sains, (2) Konsep bentuk, warna, ukuran, pola dan waktu, (3) Konsep bilangan, lambang bilangan dan huruf. Pelaksanaan lebih cenderung ke point 2 dan 3, sedangkan sains agak terabaikan. Begitu juga dengan metode yang digunakan belum sesuai dengan metode yang ada pada pembelajaran sains yaitu bercerita, bernyanyi, bermain dan eksperimen. Pembelajaran tidak berpusat pada anak, anak tidak bermain sains sendiri, tidak menemukan hasil sendiri, gagasan maupun ide dalam bereksperimen selalu dari guru. Ketiga, kegiatan sains yang dilaksanakan focus dalam media maupun sumber belajar bagi anak usia dini. Keempat, kendala yang didapati dalam pelaksanaan pembelajaran sains antara lain: masih kurangnya pemahaman guru terhadap tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak TK, minimnya pengetahuan guru tentang sains, model pembelajaran yang digunakan belum efektif, dan ruang kelas masih kurang. Kelima, upaya guru untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan mengikuti diklat, seminar, workshop serta kegiatan GUGUS,

  IGTKI, dan HIMPAUDI, mengembangkan model pembelajaran serta pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.

  Kegiatan evaluasi merupakan suatu kesempatan untuk merefleksikan pengalaman anak serta sebagai alat untuk mengetahui kemajuan proses maupun hasil belajar yang telah dicapai oleh anak. Penilaian yang dilaksanakan di kelompok B1, B2 dan B3 terdapat dalam Rencana Kegiatan Harian sesuai dengan alat penilaian yang digunakan diantaranya: observasi, hasil karya, penugasan, percakapan, unjuk kerja

  Pembelajaran Sains Anak Usia Dini

   89

  • Yennizar. N

  dan anecdok yang terkenal dengan buku 6. Dua kelas yaitu B1 dan B2 dengan menggunakan bulat penuh (O) untuk anak yang mampu dan bulat kosong(untuk anak yang belum mampu), sedangkan pada kelompok B3 dengan menggunakan gambar bintang (*) yaitu : **** (untuk anak yang sangat menonjol), *** (untuk anak yang menonjol), ** (untuk anak yang sedang) dan * (untuk anak yang kurang). Namun intinya penilaian yang dilakukan tersebut dengan tujuan yang sama untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan anak didik.

  Dalam observasi serta dokumentasi peneliti dapat menemukan dokumen-dokumen seperti hasil karya, porto folio dan catatan anecdok anak-anak dalam satu semester. Kemudian dimasukkan dalam rapor anak sebagai laporan perkembangan anak selama satu semester.

  Selanjutnya tidak ditemukan penilaian yang khusus terhadap pembelajaran sains, karena kegiatan sains yang dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan inti lainnya. Sehingga penilaian yang dilaksanakan lebih Sedangkan menurut teori kegiatan sains seharusnya lebih mengutamakan proses dari produk, dari proses tersebut membuat anak melakukan eksplorasi, menemukan sendiri dan membangun daya pikir (kognitif) anak tersebut.

  Bibiliografi

  Asmawati, Luluk,dkk, Pengelolaan Kegiatan Pengembangan Anak Usia

  Dini Jakarta: : Universitas Terbuka, 2010

  Abu Abdullah Muhammad bin Ismal Al-Bukhari, Shokhih Bukhari. (Bairut : Bahrunnai) Jilid II

  Al-Ghazali, Ihya Ulum al-Din , Terj. Ismail Ya’qub, Semarang: Faizan Barret Sam, Boolootian Richard A, Boydston Theodore, Brown Karen, dkk,

  Physical Science, Glencoe/McGraw-Hill, Amerika 2005

  Beaty, Janice J, terj. Observasi Perkembangan Anak usia Dini, Jakarta: Kencana prenadamedia Group, 2013

  At-Tasyrih, Volume 2, Nomor 2, Maret 2017 : 70 - 93

  90

  Bobbi De Porter & Mike Hernacki, Quantum Learning, Bandung: KAIFA, 2005

  Creswell , John W., Educational Research Planning, Conducting and

  Evaluating Quantitative and Qualitative Research Pearson

  Education,Inc Boston,2012 Cruckshank, Donald R, Deborah Bainer Jenkins, and Kim. K Metealf, The

  Act Of Teaching, Boston: Mc. Graw Hill, 2006

  Denzin, Norman K dan Lincoln, Yvonna S, terj., Qualitative Research, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009

  Dimyati, Johni, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasinya Pada

  PAUD, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013

  Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013

  Essa. Eva L, Introduction to: Early Childhood Education, Canada: University of Nevada, 2005

  Galinsky Ellen, Mind On The Making The Seven Essensial Life Skills

  Every Child Needs , New York: William Morrow, 2010

  Hafzi dan Nandan Lima Krisna, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Deepublish, 2012

  Hildayani, Rini, dkk, Psikologi Perkembangan Anak, Jakarta: Universitas Terbuka, 2005

  Hirsh- Pasek, Kathy and Golinkoff Roberta Michnick with Diane Eyer,

  Einstein Never Used Flash Cards, Amerika, 2004

  Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: GP Press, 2009 Jamaris, Martini, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: