PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT NEGARA. docx

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Pancasila merupakan dasar falsafah dari negara Indonesia. Pancasila telah diterapkan
dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari. Pancasila lahir 1 Juni 1945 dan ditetapkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 bersama-sama dengan UUD 1945. Sejarah Indonesia telah
mencatat bahwa tokoh yang merumuskan pancasila ialah Mr MohammadYamin, Prof. Mr.
Soepomo, dan Ir. Soekarno. Jika pancasila dilihat dari aspek historis maka disini bisa dilihat
bagaimana sejarah pancasila yang menjiwai kehidupan dan perjuangan bangsa Indonesia dan
bagaimana pancasila tersebut dirumuskan menjadi dasar Negara.
Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh
warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa
yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang
untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap
meyakini Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.
I.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka penulis merumuskan masalah-masalah
yang akan di bahas diantaranya:
1. Bagaimana hakikat Pancasila sebagai Filsafat hidup bangsa dan apa
nilai – nilai yang terkandung di dalamnya?

2. Apa Fungsi utama filsafat pancasila bagi bangsa dan Negara?
3. Mengetahui Makna dari Nilai yang terkadung dalam masing-masing
sila pancasila?

I.3 Kerangka pembahasan
BAB I

Pendahuluan
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, konsep
1

BAB II

BAB III

teori (kerangka pembahasan) dan maksud dan tujuan penulisan.
Pembahasan Dan Analisa
Bab ini menjelaskan tentang pengertian filsafat, tujuan filsafat,
rumusan kesatuan sila-sila pancasila sebagai satu sistem, kesatuan silasila pancasila sebagai suatu sistem filsafat, pancasila sebagai nilai
fundamental bagi bangsa dan negara republik indonesia.

Penutup
Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan, saran.

I.4 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dari pembuatan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
kita terhadap pancasila sebagai filsafat negara kita.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa memahami konsep filsafat
2. Mahasiswa memahami pancasila sebagai sistem filsafat
3. Mahasiswa memahami makna nilai-nilai pancasila

BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISA

2

II.1

Pengertian Filsafat


Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa yunani yaitu “philos/ philein” yang
berarti cinta,suka atau mencintai sedangkan kata “Shopos/ Shopia“ yang berarti hikmah,
kebijaksanaan atau wisdom. Jadi secara harfiah istilah filsafat mengandung makna cinta
kebijaksanaan. Adapun arti dari filsafat menurut para ahli sebagai berikut :
1. Menurut Aristoteles Filsafat ialah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang
di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, retorika, logika, etika, ekonomi, politik
dan estetika (filsafat keindahan).
2. Menurut Darji Darmodihardjo Filsafat ialah pemikiran manusia dalam usahanya
mencari kebijaksanaan dan kebenaran yang sedalam-dalamnya sempai keakar-akarnya
( radikal,radik =akar ), teratur (sistematis) dan menyeluruh (universal).


Ada dua cakupan dari pengertian filsafat, yaitu:
1. Filsafat sebagai produk yang mencakup pengertian
a. Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep, pemikiran-pemikiran dari para
filsuf pada jaman dahulu yang lazimnya merupakan suatu aliran atau sistem
filsafat tertentu. Misalnya rasionalisme, materialisme, pragmatisme dan lain
sebagainya.
b. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil
dari aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari

persoalan yang bersumber pada akal manusia.
2. Filsafat sebagai suatu proses.
a. Dalam hal ini filsafat diartikan dalam bentuk suatu aktivitas berfilsafat, dalam
proses pemecahan suatu permasalahan degan menggunakan suatu cara dan metode
tertentu yang sesuai dengan objeknya.
b. Suatu sistem pengetahuan yang bersifat dinamis.
c. Filsafat dalam pengertian ini tidak lagi hanya merupakan suatu kumpulan dogma
yang hanya diyakini, ditekuni dan dipahami sebagai suatu nilai tertentu tetapi lebih
merupakan suatu aktivitas berfilsafat. Suatu proses yang dinamis dengan
menggunakan suatu metode tersendiri.

3



Cabang-cabang filsafat yang pokok adalah sebagai berikut :
1. Metafisika : yang membahas tentang hal-hal yang berekstensi di
balik

fisis,


antropologi.
2. Epistemologi

yang
:

meiputi
yang

bidang-bidang,antologi,kosmologi

berkaitan

dengan

persoalan

dan


hakikat

pengetahuan.
3. Metodologi : yang berkaitan dengan persoalan hakikat metode
dalam ilmu pengetahuan.
4. Logika : yang berkaitan dengan persoalan filsafat berfikir, yaitu
rumus-rumus dan dalil-dalil berfikir yang benar.
5. Etika : yang berkaitan dengan moralitas,tingkah laku manusia.
6. Estetika : yang berkaitan dengan persoalan hakikat keindahan.

II.2

Tujuan Filsafat

Berfilsafat mengandung tujuan dan tujuan filsafat ini dapat dibedakan kedalam 2 macam
yaitu :
1. Tujuan yang teoritis
Dalam hal ini filsafat berusaha untuk mencapai kenyataan, atau untuk
mencapai hal yang nyata.
2. Tujuan Praktis

Dalam hal ini mempergunakan hasil daripada filsafat yang teoritis
tersebut untuk memperoleh pedoman-pedoman hidup, guna di
praktikan dan dijadikan pedoman dalam praktik kehidupan. Tujuan
yang

praktis

inilah

yang

umumnya

dianut

oleh

dunia

timur,


teramasuk oleh negara indonesia.

II.3

Rumusan Kesatuan sila-sila pancasila sebagai satu sistem
Pancasila yang teridiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan suatu sistem filsafat.

Pengertian sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan,saling
bekerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan
yang utuh. Suatu sistem lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri
3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4

4. Keseluruhannya

dimaksdudkan


untuk

mencapai

suatu

tujuan

tertentu (tujuan sistem )
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks ( shore dan voich
1974) .
II.3.2 Susunan kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat organis
Sila-sila pancasila itu merupakan suatu kesatuan dan keutuhan yaitu setiap sila
merupakan unsur bagian yang mutlak dari pancasila. Maka pancasila merupakan suatu
kesatuan yang majemuk tunggal. Konsekuensinya setiap sila tidak dapat berdiri sendirisendiri terlepas dari sila-sila lainnya serta diantara sila satu dan yang lainnya tidak saling
bertentangan.
Kesatuan sila-sila pancasila yang bersifat organis tersebut pada hakikatnya secara
filosofis bersumber pada hakikatnya dasar ontologis manusia sebagai pendukung dari inti. Isi
dari sila-sila pacasila yaitu hakikat manusia ‘Monopluralis’ yang memiliki unsur susunan
kodrat jasmani rohani ,sifat kodrat individu makhluk sosial, dan kedudukan kodrat sebagai

pribadi berdiri sendiri makhluk Tuhan yang Maha Esa. Unsur-unsur tersebut merupakan suatu
kesatuan yang bersifat organis dan harmonis. Setiap unsur memiliki fungsi masing-masing
namun saling berhubungan. Oleh karena sila-sila pancasila merupakan penjelmaan hakikat
manusia ‘monopluralis’ yang merupakan kesatuan organis maka sila-sila pancasila juga
memiliki kesatuan yang bersifat organis pula.
II.3.3 Susunan Pancasila yang bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal
Pengertian matematis piramidal digunakan untuk menggambarkan hubungan
hierarkhis sila-sila pancasila dalam urutan-urutan luas dan juga dalam hal isi sifatnya
(kwalitas).
Berdasarkan hakikat yang terkandung dalam sila-sila pancasila dan pancasila sebagai
dasar filsafat negara, maka segala hal yang berkaitan dengan sifat dan hakikatnya negara
harus sesuai dengan landasan sila-sila pancasila. Hal itu berarti hakikat dan inti sila –sila
pancasila adalah sebagai berkut : sila pertama ketuhanan adalah sifat-sifat dan keadaan negara
sesuai dengan hakikat tuhan. Sila kedua kemanusiaan adlah sifat-sifat dan keadaan negara
yang harus sesuai dengan hakikat manusia. Sila ketiga persatuan adalah sifat-sifat dan
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat satu. Sila keempat adalah kerakyataan adalah
keadaan negara harus sesuai dengan hakikat rakyat. Sila kelima keadilan adalah sifat-sifat dan
keadaan negara yang harus sesuai dengan hakikat adil (Notonagoro,1975:50).

5


Kesesuaian yang dimaksud adalah kesesuaian antara hakikat nilai-nilai sila-sila
pancasila dengan negara. Dalam pengertian sebab akibat. Makna kesesuaian tersebut adalah
sebagai berikut, bahwa hakikat manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa (sebagai
sebab) (hakikat sila I,dan II) yang membentuk persatuan mendirikan negara dan persatuan
manusia dalam suatu wilayah disebut rakyat (hakikat sila III dan IV ) yang ingin mewujudkan
suatu tujuan bersama yaitu suatu keadilan dalam suatu persekutuan hidup masyarakat negara
(keadilan sosial) (hakikat sila V).
II.3.3.1Rumusan pancasila yang bersifat hierarkhis berbentuk piramidal
1. Sila pertama : ketuhanan yang maha esa adalah meliputi dan menjiwai
sila sila yang lainnya
2. Sila kedua : kemanusiaan yang adil dan beradab adalah diliputi dan
dijiwai oleh sila pertama. Meliputi dan menjiwai sila kedua,ketiga,
keempat dan kelima.
3. Sila ketiga : persatuan indonesia adalah diliputi dan dijiwai sila
pertama dan kedua, meliputi dan menjiwai sila keempat dan kelima.
4. Sila keempat : kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan adalah diliputi dan dijiwai oleh sila
pertama,kedua dan ketiga serta meliputi dan menjiwai sila kelima
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia dalah diliputi dan dijiwai
oleh sila-sila yang lainnya.
II.3.4 Rumusan hubungan kesatuan sila-sila pancasila yang saling mengisi dan
saling mengkualifikasi.
Kesatuan sila-sila pancasila yang majemuk tunggal, hierarkhis piramidal juga
memiliki sifat saling mengisi dan saling mengkualifikasi. Hal ini dimaksudkan bahwa dalam
setiap sila terkandung nilai kempat sila yang lainnya. Atau dengan lain perkataan dalam
setiap sila senantiasa dikualifikasi oleh keempat lainnya.
II.4

Kesatuan sila-sila pancasila sebagai suatu sistem filsafat
Selain kesatuan sila-sila pancasila itu hierarki dalam hal kuantitas juga dalam hal isi

sifatnya yaitu menyangkut makna serta hakikat sila-sila pancasila. Kesatuan yang demikian
ini meliputi kesatuan dalam hal dasar ontologis, dasar epistemologis serta dasar aksiologis
dari sila sila pancasila (lihat Notonagoro.1984:61 dan 1975:52,57). Secara filosofis pancasila
sebagai suatu kesatuan sistem filsafat memiliki dasar ontologis,dasar epistemologis dan dasar
aksiologis

sendiri

yang

berbeda

dengan

sistem

filsafat

yang

lainnya

misalnya

materialisme,liberalisme, pragmatisme,komunisme,idealisme dan lain paham filsafat di dunia.
6

II.4.1 Dasar Antropologis sila-sila pancasila
Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat
mutlak monopluralis. Oleh karena itu, hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar
antropologis. Subjek pendukung pokok sila-sila pancasila adalah manusia. demikian juga
jikalau kita pahami dari segi filsafat negara bahwa pancasila adalah dasar filsafat negara.
Adapun pendukung pokok negara adalah rakyat dan unsur rakyat adalah manusia itu sendiri.
Sehingga tepatlah jikalau dalam filsafat pancasila bahwa hakikat dasar antropologis sila-sila
pancasila adalah manusia.
Manusia sebagai pendukung pokok sila-sila pancasila secara ontologis memiliki halhal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa jasmani dan rokhani, sifat
kodrat manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta kedudukan kodrat
manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa.
Oleh karena kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk Tuhan inilah maka secara hierarkhis sila pertama ketuhanan yang Maha Esa
mendasari dab menjiwai keempat sila-sila pancsila yang lainnya.
Hubungan kesesuaian antara negara dengan landasan sila-sila pancasila adalah berupa
hubungan sebab akibat yaitu negara sebagai pendukung hubungan dan tuhan,manusia, satu,
rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan landasan sila-sila pancasila yaitu tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil adalah sebagai sebab adapun negara adalah sebagai akibat.
II.4.2 Dasar Epistemologis sila-sila pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan suatu sistem
pengetahuan. Dalam kehidupan sehari-hari pancasila merupakan pedoman atau dasar bagi
bangsa indonesia dalam memandang ralitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan
negara tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi dalam hidup dan kehidupan.
Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu: pertama tentang
sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga
tentang watak pengetahuan manusia. (titus. 1984:80)
Sumber pengetahuan pancasila adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa indonesia
sendiri, bukan berasal dari bangsa lain. Susunan pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan
bersifat hierarkhis dan berbentuk piramidal, dimana sila pertama mendasari dan menjiwai sila
yang lainnya, sila kedua mendasari sila pertama serta menjiwai sila yang lainnya, begitu
7

sampai seterusnya. Demikianlah maka susunan sila-sila pancasila memiliki sistem yang logis
baik yang menyangkut kualitas maupun kuantitasnya. Susunan isi arti pancasila meliputi tiga
hal yaitu isi arti pancasila yang umum universal ini merupakan inti sari atau essensi pancasila
sehingga merupakan pangkal tolak derivasi baik dalam pelaksanaan pada bidang kenegaraan
dan tertib hukum indonesia serta dalam realisasi praktis dalam bidang kehiupan kongkrit.
Kedua isi arti pancasila yang umum kolektif yaitu isi arti pancasila sebagai pedoman kolektif
negara dan bangsa indonesia terutama dalam tertib hukum indonesia. Ketiga isi arti pancasila
bersifat khusus dan kongkrit yaitu isi arti pancasila dalam realisasi praktis dala berbagai
bidang kehidupa sehingga memiliki yang khusus kongkrit serta dinamis (Notonagoro
1975:36:40).
II.4.3 Dasar aksiologis sila-sila pancasila
Sila-sila sebagai suatu sistem filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologisnya
segingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu
kesatuan.
Menurut notonagoro pandangan dan tingkatan nilai dibedakan menjadi tiga macam :
yang pertama nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani seseorang. Yang
kedua nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu
aktifitas atau kegiatan. Yang ketiga nilai-nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna
bagi rokhani manusia yang dapat dibedakan atas empat tingkatan sebagai berikut : pertama
nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada akal,rasio,budi atau cipta manusia. kedua,
nilai keindahan atau estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia. ketiga, nilai
kebaikan atau nilai moral, yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak(will,wollen,karsa)
manusia. empat, nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan bersifat mutlak.
II.4.3.1Nilai nilai pancasila sebagai suatu sistem
Hakikat pancasila adalah merupakan nilai, adapun sebagai sebagai pedoman negara
adalah merupakan norma adapun aktualisasi atau pengamal-annya adalah merupakan realisasi
kongkrit pancasila. Subtansi pancasila dengan kelima silanya yang terdapat pada
ketuhanan,kemanusiaan, persatuan,kerakyatan dan keadilan merupakan suatu sistem nilai.
Nilai-nilai yang terkadung dalam sila pertama sampai sila kelima merupakan cita-cita harapan
dan dambaan bangsa indonesia yang akan diwujudkannya dalam kehidpuannya.

8

II.5

Pancasila sebagai nilai fundamental bagi bangsa dan negara republik indonesia
II.5.1 Dasar Filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia

pada hakikatnya merupakan suatu nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu sila-sila
Pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hirarkhis dan sistematis. Dalam pengertian
itu maka Pancasila merupakan suatu sistem filsafat sehingga kelima silanya memiliki esensi
makna yang utuh.
Dasar pemikiran filosofisnya adalah sebagai berikut : Pancasila sebagai filsafat bangsa
dan negara Republik Indonesia mempunyai makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan
kebangsaan, kemasyarakatan serta kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Titik tolaknya pandangan itu adalah
negara adalah suatu persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyarakatan manusia.


Nilai-nilai obyektif Pancasila dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri sebenarnya, hakikatnya,
maknanya yang terdalam menunjukkan

adanya sifat-sifat yang

umum, universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
b. Inti dari nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia dan mungkin juga

pada bangsa lain

dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam
kehidupan keagamaan.
c. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, menurut
ilmu hukum memenuhi syarat sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental sehingga merupakan suatu sumber hukum positif di
Indonesia. Oleh karena itu, dalam hierarkhi tata tertib hukum
Indonesia berkedudukan

sebagai tertib hukum tertinggi dan tidak

dapat diubah secara hukum sehingga terlekat pada kelangsungan
hidup negara.
Sebaliknya nilai-nilai subyektif Pancasila dapat diartikan bahwa keberadaannya
bergantung dan atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Hal itu dijelaskan sebagai berikut:
a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa
Indonesia sebagai kausa materialis. Nilai-nilai itu sebagai hasil
pemikiran, penilaian kritik serta hasil refleksi filosofis bangsa
Indonesia.
9

b. Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa
Indonesia sehingga merupakan jati diri bangsa, yang diyakini
sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan
kebijaksanaan

dalam

bernegara.
c. Nilai-nilai Pancasila
kerokhanian

yaitu

hidup

bermasyarakat,

didalamnya
nilai-nilai

terkandung
kebenaran,

berbangsa

dan

ketujuh

nilai-nilai

keadilan,

kebaikan,

kebijaksanaan, estetis dan religius yang manifestasinya

sesuai

dengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada
kepribadian bangsa.
Nilai-nilai Pancasila tersebut bagi bangsa menjadi landasan, dasar serta motivasi atas
segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan kenegaraan.
Dengan kata lain, bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan “das sollen” atau cita-cita tentang
kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau “das sein”

.
II.5.2 Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Fundamental Negara
Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan nafas humanisme. Oleh
karena itu, Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Meskipun Pancasila
mempunyai nilai universal tetapi tidak begitu saja dengan mudah diterima oleh semua bangsa.
Perbedaannya terletak pada fakta sejarah bahwa nilai Pancasila secara sadar dirangkai dan
disahkan menjadi satu kesatuan yang berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moral
bangsa. Dengan kata lain, bahwa Pancasila milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus
menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 secara yuridis memiliki
kedudukan sebagai pokok kaidah negara yang fundamental. Adapun Pembukaan UUD 1945
yang didalamnya memuat nilai-nilai Pancasila mengandung empat pokok pikiran

yang

merupakan derivasi atau penjabaran dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri.
Pokok pikiran pertama menyatakan bahwa negara Indonesia adalah negara persatuan,
yaitu negara yang melindungi segenap bangsa

dan seluruh tumpah darah Indonesia,

mengatasi segala paham golongan maupun perseorangan. Hal ini merupakan penjabaran sila
ketiga.
10

Pokok pikiran kedua menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu keadilan
sosial bagi

seluruh rakyat Indonesia. Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkan

kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pokok
pikiran ini adalah penjabaran dari sila kelima.
Pokok pikiran ketiga menyatakan bahwa negara berkedaulatan rakyat, berdasarkan atas
kerakyatan dan permusyawaratan/perwakilan. Pokok pikiran ini menunjukkan bahwa negara
Indonesia demokrasi, yaitu kedaulatan ditangan rakyat. Hal ini sesuai dengan sila keempat.
Pokok pikiran keempat menyatakan bahwa negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang
Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran ini sebagai
penjabaran dari sila pertama dan kedua.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa Pancasila dan Pembukaan UUD 1945
dapat dinyatakan sebagai pokok-pokok kaidah negara yang fundamental, karena di dalamnya
terkandung pula konsep-konsep sebagai berikut.
a. Dasar-dasar pembentukan negara, yaitu tujuan negara, asas politik
negara (negara Indonesia republik dan berkedaulatan rakyat) dan
asas kerohanian negara (Pancasila).
b. Ketentuan diadakannya Undang – Undang Dasar 1945, yaitu,
”.....maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam
suatu

Undang-Undang

Dasar

Negara

Indonesia.”

Hal

ini

menunjukkan adanya sumber hukum.
Nilai dasar yang fundamental dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang
tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengan jalan hukum apa pun tidak mungkin lagi
untuk diubah. Berhubung Pembukaan UUD 1945 memuat nilai-nilai dasar yang fundamental,
maka Pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terdapat Pancasila tidak dapat diubah secara
hukum. Apabila terjadi perubahan berarti pembubaran Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.
Dalam pengertian seperti itulah maka dapat disimpulkan bahwa Pancasila merupakan
dasar yang fundamental bagi negara Indonesia terutama dalam pelaksanaan dan
11

penyelenggaraan negara. Di samping itu, nilai-nilai Pancasila juga merupakan suatu landasan
moral etik dalam kehidupan kenegaraan. Hal itu ditegaskan dalam pokok pikiran keempat
yang menyatakan bahwa negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa berdasar atas
kemanusiaan yang adil dan beradab. Konsekuensinya dalam penyelenggaraan kenegaraan
antara lain operasional pemerintahan negara, pembangunan negara, pertahanan-keamanan
negara, politik negara serta pelaksanaan demokrasi negara harus senantiasa berdasarkan pada
moral ketuhanan dan kemanusiaan.
II.5.3 Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat bangsa dan negara Republik Indonesia merupakan nilai
yang tidak dapat dipisah-pisahkan dengan masing-masing silanya. Hal ini dikarenakan apabila
dilihat satu per satu dari masing-masing sila, dapat saja ditemukan dalam kehidupan bangsa
lain. Makna Pancasila terletak pada nilai-nilai dari masing-masing sila sebagai satu kesatuan
yang tidak dapat diputarbalikkan letak dan susunannya. Namun demikian, untuk lebih
memahami nilai-nilai yang terkandung dalam masing-masing sila Pancasila, maka berikut ini
kita uraikan :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila
lainnya. Dalam sila ini

terkandung nilai bahwa negara yang didirikan

adalah

pengejawantahan tujuan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha esa.
Konsekuensi yang muncul kemudian adalah realisasi kemanusiaan terutama dalam
kaitannya dengan hak-hak dasar kemanusiaan (hak asasi manusia) bahwa setiap warga negara
memiliki kebebasan untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan keimanan
dan kepercayaannya masing-masing. Hal itu telah dijamin dalam Pasal 29 UUD. Di samping
itu, di dalam negara Indonesia tidak boleh ada paham yang meniadakan atau mengingkari
adanya Tuhan (atheisme).
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kemanusian berasal dari kata manusia yaitu mahluk yang berbudaya dengan memiliki
potensi pikir, rasa, karsa dan cipta. Potensi itu yang mendudukkan manusia pada tingkatan
martabat yang tinggi yang menyadari nilai-nilai dan norma-norma. Kemanusiaan terutama
12

berarti hakikat dan sifat-sifat khas manusia sesuai dengan martabat. Adil berarti wajar yaitu
sepadan dan sesuai dengan hak dan kewajiban seseorang. Beradab sinonim dengan sopan
santun, berbudi luhur, dan susila, artinya,

sikap hidup, keputusan dan tindakan harus

senantiasa berdasarkan pada nilai-nilai keluhuran budi, kesopanan, dan kesusilaan. Dengan
demikian, sila ini mempunyai makna kesadaran sikap dan perbuatan yang didasarkan kepada
potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kesusilaan umumnya,
baik terhadap diri sendiri, sesama manusia, maupun terhadap alam dan hewan.
Hakikat

pengertian

diatas

sesuai

dengan

Pembukaan

UUD

1945

Alinea

Pertama :”bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan ...”. Selanjutnya dapat dilihat penjabarannnya dalam Batang Tubuh UUD.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan berasal dari kata satu artinya tidak terpecah-pecah. Persatuan mengandung
pengertian bersatunya bermacam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.
Persatuan Indonesia dalam sila ketiga ini mencakup persatuan dalam arti ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya dan keamanan. Persatuan Indonesia ialah persatuan bangsa yang
mendiami seluruh wilayah Indonesia. Yang bersatu karena didorong untuk mencapai
kehidupan kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang merdeka dan berdaulat.
Persatuan Indonesia merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan bangsa Indonesia dan
bertujuan melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia, memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, serta mewujudkan perdamaian
dunia yang abadi.
Persatuan Indonesia adalah perwujudan dari paham kebangsaan Indonesia yang dijiwai
oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, serta kemanusiaan yang adil dan beradab. Oleh karena itu,
paham kebangsaan Indonesia tidak sempit (chauvinistis), tetapi menghargai bangsa lain.
Nasionalisme Indonesia mengatasi paham golongan, suku bangsa serta keturunan. Hal ini
sesuai dengan alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi, ” Kemudian daripada itu
untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia...”. Selanjutnya dapat dilihat penjabarannya
dalam Batang Tubuh UUD 1945.
4. Kerakyatan

Yang

Dipimpin

Oleh

Permusyawaratan/Perwakilan
13

Hikmat

Kebijaksaaan

dalam

Kerakyatan berasal dari kata rakyat yaitu sekelompok manusia yang berdiam dalam satu
wilayah negara tertentu. Dengan sila ini berarti bahwa bangsa Indonesia menganut sistem
demokrasi yang menempatkan rakyat di posisi tertinggi dalam hirarki kekuasaan.
Hikmat kebijasanaan berarti penggunaan ratio atau pikiran yang sehat dengan selalu
mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa, kepentingan rakyat dan dilaksanakan
dengan sadar, jujur dan bertanggung jawab serta didorong dengan itikad baik sesuai dengan
hati nurani. Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk
merumuskan atau memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak rakyat sehingga tercapai
keputusan yang bulat dan mufakat. Perwakilan adalah suatu sistem, dalam arti, tat cara
mengusahakan turut sertanya rakyat mengambil bagian dalam kehidupan bernegara melalui
lembaga perwakilan.
Dengan demikian sila ini mempunyai makna bahwa rakyat dalam melaksanakan tugas
kekuasaanya ikut dalam pengambilan keputusan-keputusan. Sila ini merupakan sendi asas
kekeluargaan masyarakat sekaligus sebagai asas atau prinsip tata pemerintahan Indonesia
sebagaimana dinyatakan dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi :”...
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang berkedaulatan rakyat ...”

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan, baik materiil maupun spiritual. Seluruh rakyat Indonesia berarti untuk setiap orang
yang menjadi rakyat Indonesia.
Pengertian itu tidak sama dengan

pengertian sosialistis atau komunalistis karena

keadilan sosial pada sila kelima mengandung makna pentingnya hubungan antara manusia
sebagai pribadi dan manusia sebagai bagian dari masyarakat. Konsekuensinya meliputi :
a. Keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara
dan warganya dalam arti pihak
keadilan

dalam

bentuk

negara

negaralah yang wajib memenuhi

keadilan

membagi,

dalam

bentuk

kesejahteraan, bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup
bersama yang didasarkan atas hak dan kewajiaban.

14

b. Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara
terhadap negara, dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib
memenuhi keadilan dalam bentuk mentaati peraturan perundangundangan yang berlaku dalam negara
c. Keadilan komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga atau
dengan lainnya secara timbal balik. Dengan demikian, dibutuhkan
keseimbangan dan keselarasan diantara keduanya sehingga tujuan
harmonisasi

akan

dicapai.

Pembukaan

UUD

1945

Hakikat

yaitu

:”dan

sila

ini

dinyatakan

perjuangan

dalam

kemerdekaan

kebangsaan Indonesia ... Negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur”.

BAB III
PENUTUP
III.1

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di bab sebelumnya maka berfilsafat ialah berfikir secara

mendalam atau radikal. Radikal disini berarti akar. Maka berfikir secara radikal berarti
berfikir sampai keakar-akarnya, dan sungguh-sungguh terhadap hakikat sesuatu.

15

Pancasila yang terdiri atas bagian-bagian yaitu sila-sila pancasila, setiap sila-sila pada
hakikatnya merupakan suatu asas sendiri,fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan
merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
Kesatuan sila-sila pancasila ada yang bersifat organis, hierarkhis dan berbentuk
piramidal, dan hubungan kesatuan sila-sila pancasila saling mengisi dan saling
mengkualifikasi.

III.2
-

Saran
kami menyarankan kepada pembaca agar ikut peduli dalam
mengetahui sejauh mana pembaca mempelajari tentang filsafat

-

Pancasila
Semoga dengan makalah ini para pembaca dapat menambah
cakrawala ilmu pengetahuan

16

DAFTAR PUSTAKA

H.Subandi Al-Marsudi, S. M. (2006). Pancasila Dan UUD'45 Dalam Paradigma Reformasi.
PT. Rajagrafindo Persada.
Kaelan. (2003). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.