MENGINGAT KEMBALI PERAN HUTAN BAGI KEHID

MENGINGAT KEMBALI PERAN POHON DAN HUTAN BAGI KEHIDUPAN
Ahmad Junaedi, S.Si, M.Sc*
ABSTRACT
Tree and forest has much role to livelihood. Those role are reduce global climate change
impact, produce fresh and healthy air, water and nutrient reservoir, livelihood protect from
natural disaster and source of biodiversity. According to those roles, tree and forest must be
seriously maintained by human. However, it has been not enough, due to forest degradation
and deforestation have been high, the some activities of tree planting and forest
establishment must be done as the response to bring back tree and forest roles.
Key words : Tree, forest, livelihood and forest establishment

PENDAHULUAN
Peringatan hari bumi telah dihelat Tanggal 22 April 2016 yang lalu. Sejak
diperingati pertama kalinya pada tahun 1970, menjelang 5 tahun menuju peringatannya
yang ke-50, tema yang telah diangkat pada peringatan 2016 sangat menarik. Ada pun tema
yang dimaksud adalah “Trees for The Earth” (Pepohonan untuk bumi). Sebuah tema yang
menyiratkan akan pentingnya keberadaan pohon untuk kelangsungan bumi dan
penghuninya.
Hari bumi 2016 yang lalu bukan momen pertama dan terakhir yang mengangkat
isu pentingnya pohon dan hutan. Berbagai peringatan dan aksi serupa, kerap diperingati dan
dilakukan tiap tahunnya. Beberapa di antaranya diorganisir oleh Kemen LHK seperti hari

bakti Rimbawan (16 Maret) dan hari menananam pohon Indonesia (28 November). Dalam
praktiknya, keberhasilan gerakan-gerakan ini antara lain perlu didukung secara masif
(secara besar-besaran) oleh berbagai informasi atau pun publikasi yang mengingatkan,

menyadarkan dan mendorong masyarakat agar lebih bergairah dalam menanam dan
menjaga pohon sekaligus lebih semangat dalam membangun, memelihara dan menjaga
hutan. Publikasi ini antara lain menyangkut peran pohon dan

hutan bagi kehidupan.

Informasi mengani peran pohon dan hutan ini terutama akan menarik dan cenderung lebih
informatif apabila diungkap menurut pendekatan nilai ekonomi (uang). Informasi tersebut
diharpkan juga bisa melengkapi beberapa informasi ynag telah banyak disampaikan
mengenai fungsi (produksi, konservai dan linndung) dan manfaat (ekonomi, ekologi dan
social) hutan.

PERAN POHON DAN HUTAN
Pohon sebagaimana kelompok tumbuhan tingkat tinggi lainnya,

memiliki


kemampuan istimewa dibandingkan hewan, manusia atau organisme tingkat rendah (jamur,
virus, bakteri dll). Keistimewaannya adalah dapat memroduksi makanan sendiri melalui
fotosintesis. Fotoseintesis yang merupakan proses kimiawi yang memanfaatkan
energi/cahaya matahari dan gas karbondioksida untuk menghasilkan biomassa dan oksigen.
Namun demikian, dibandingkan tumbuhan tingkat tinggi lainnya, pohon memiliki
keistimewaan lebih. Keistimewaanya terletak pada perawakan (habitus) yang lebih besar;
baik pada organ yang di atas tanah semisal batang, cabang, daun dan buah; juga organ di
bawah permukaan tanah yakni perakarannya. Keistimewaan ini pun akan bertambah dan
bahkan menjadi luar biasa; jika pohon berada dalam komunitasnya, atau hidup dan tumbuh
bersama pohon lainnya menjadi sebuah persekutuan utuh yang dikenal dengan nama hutan.
Sehingga adalah keniscayaan mencermati arti penting pohon bersamaan dengan arti penting
hutan, begitupun sebaliknya.

Pohon dan hutan telah dikenal mempunyai peran vital bagi kelangsungan bumi dan
penghuninya. Pohon dan hutan dipercaya berperan mengurangi dampak perubahan iklim,
menghadirkan udara yang lebih segar, sumber mata air dan hara, menjaga habitat manusia
agar tidak rentan bencana serta sumber biodiversitas. Pohon dan hutan pun mempunyai
peran ekonomi yakni sebagai sumber produksi. Tidak sedikit penduduk bumi
menggantungkan kehidupannya pada pohon/hutan, baik terhadap kayu dan non kayu yang

dipanen atau berupa ekowisata.
Hasil riset yang telah dilakukan oleh peneliti Badan Litbang dan inovasi (BLI)
kementerian LHK menunjukkan bahwa sebatang pohon mampu menyerap sekitar 18 – 72
kg CO2/tahun (Retnowati, 1998 dalam Junaedi, 2008; Heriansyah & Mindawati, 2005
dalam Junaedi, 2008). Jika pohon tersebut ada dalam luasan 1 ha, potensi serapnnya adalah
20 - 28 ton CO2/tahun. Sehingga jika sekitar 24 juta ha lahan kritis (Kemen LHK, 2015)
akan direhabilitasi dengan menanam pohon maka potensi jumlah CO 2 yang akan diserap
sebesar 480 – 672 juta CO2/tahun. Besaran serapan ini mungkin tidak mampu membendung
kenaikan suhu global yang diperkirakan para ahli kenaikannya mencapai 1,7 oC tiap 1 triliun
ton CO2 yang diemisikan (www.phys.org, 2016); tetapi setidaknya memperlambat tingkat
kenaikannya. Selain itu, walaupun masih jauh dari kenyataan, konon harga serapan CO 2 per
ton bisa mencapai 5 US$ (Mantung, 2014) . Dengan demikian jika diuangkan nilai karbon
yang diserap dari aktivitas rehabilitasi tersebut dapat mencapai 1,7 - 2,9 miliar US$/tahun,
atau setara dengan 22,1 – 37,7 triliun rupiah/tahun. Sebuah nilai uang yang tidak sedikit.
Helmenstine (2016), seorang ahli kimia internasional menyebutkan bahwa sebatang
pohon dapat melepas oksigen rata-rata sebanyak 117 kg/tahun atau setara 102 liter/tahun .
Jika harga rerata gas oksigen di pasaran sekitar 25 ribu/liter, maka dari oksigen yang

dihasikannya saja, sebatang pohon bernilai 2,55 juta/tahun. Kemudian, jika terdapat
sekitar 400 pohon/ha, maka hanya ditinjau dari produktivitas oksigen, 1 ha hutan bernilai

1,02 miliar. Sebuah nilai yang sangat besar.
Pohon dan hutan merupakan reservoir air dengan kualitas dan kuantitas yang
memadai. Sudah banyak industri pemroses dan pengemas air yang menggantungkan
usahanya pada keberadaan pohon dan hutan. Contoh industri ini adalah PT Aqua Golden
Mississipi Tbk (AQUA) yang dilaporkan memperoleh pendapatan bersih pada tahun 2009
mencapai 2,73 triliun (kabarbisnis.com, 2010)
Junaedi, peneliti BP2TSTH Kemen LHK pada tahun 2014 menemukan bahwa
jumlah hara NPK yang dikembalikan pada 1 ha lahan yang ditanami jenis pohon lokal
lahan gambut di Riau, seperti mahang dan geronggang mencapai 97,21 kg NPK/tahun. Jika
harga pupuk NPK saat in adalah Rp.5,000/kg, maka 1 ha hutan dapat dinilai sebagai
penghasil hara sebesar 486 ribu rupiah/tahun. Nilai uang dari input hara ini memang tidak
besar. Namun adanya kemampuan pohon dan hutan sebagai reservoir hara yakni sebagai
pemompa, penyimpan dan pelepas hara ke tanah maka pohon/hutan mempunyai nilai yang
sangat penting. Jika tidak ada tegakan pohon, hara yang ada di tanah kemungkinan besar
akan tercuci/terlindi dan hilang, sehingga lahan akan lebih cepat kehilangan kesuburannya,
dan sangat mungkin diikuti oleh proses penggurunan (desertifikasi) yang dipercepat, atau
setidaknya akan meninggalkan lahan-lahan kritis atau tandus. Lahan tandus atau marginal
ini akan sangat sulit apabila akan dipulihkan kembali, seandainya pun bisa akan
memerlukan biaya (investasi) yang sangat besar.
Kejadian bencana berupa longsor, kekeringan, banjir dan kabut asap telah menyita

perhatian. Jumlah dana yang dikeluarkan untuk merespon bencana ini tidak sedikit,

triliunan uang telah dikeluarkan. Pada tahun 2015, BNPB menyebutkan dan yang
dikeluarkan

pemerintah

untuk

penanggulangan

bencana

mencapai

15

triliun

(www.tempo.co, 2015). Nilai uang yang sangat besar. Padahal, bisa jadi jika ada hutan

yang terjaga, dana tersebut bisa digunakan untuk membiayai sektor-sektor kehidupan yang
lebih bedaya guna.
Banyak penemuan-penenuan fenomenal baik di bidang pangan, industri, kesehatan,
berasal dari materi yang ditemukan di hutan yang terjaga biodiversitasnya. Banyak dari
bahan obat-obatan yang berasal dari mikroorganisme semisal bakteri, virus, jamur hanya
dapat tumbuh dan berkembang jika hidup berasosiasi dengan pohon. Bahan serat untuk
industri kertas, pakaian bahkan industri otomotif, awalnya berasal dari ditemukannya jenisjenis pohon atau tanaman lainnya di hutan yang terjaga biodiversitasnya. Jika sekarang
industri serat kertas dan rayon mengembangkan pohom Eucalyptus, maka sebelumnya
induk pohon ini berasal dari hutan belantara yang terjaga diversitasnya.

PENUTUP
Tidak terbantahkan bahwa pohon/hutan mempunyai nilai yang tinggi, dan bisa
dinilai atau disetarakan pada jumlah uang tertentu. Sehingga satu pohon yang masih hidup
atau satu batang bibit pohon yang akan ditanam tersimpan harapan padanya. Namun, terlalu
naif jika hanya memandang pohon dan hutan sebagai materi yang bermanfat atau bernilai
materi (uang) semata. Cara pandang seperti adalah cara pandang kapitalis, yang
menempatkan manfaat (materi) di atas segalanya.
Sesungguhnya, menanam dan menjaga pohon; membangun dan menjaga hutan,
tidak bisa disandarkan pada cara pandang kapitalis. Karena, akan ada alasan untuk


menghabisi pohon/hutan, ketika dianggap ada hasil lain yang lebih menguntungkan dari sisi
materi (uang). Padahal, sejatinya pohon, hutan dan bumi adalah amanah besar bagi
manusia sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga, pengelolaan bumi berikut pohon/hutan
yang ada di dalamnya harus dipandang sebagai ibadah atau perintah dari yang Maha
Pencipta. Manusia harus secara sadar dan sungguh-sungguh menjalankan peran ini. Dengan
demikian, hakikatnya menanam dan memelihara pohon bukan lah sekedar euforia sesaat
yang hanya hadir ketika hari bumi, bakti rimbawan atau menanam pohon indonesia. Namun
seyogiyanya dianggap sebagai ladang amal ibadah yang terus-menerus diupayakan. Karena,
pada satu pohon yang ditanam, dirawat dan dijaga; jika pohon ini terus hidup dan memberi
manfaat, maka akan ada aliran pahala yang terus mengalir. Aliran pahala yang tidak bisa
dihitung atau disetarakan dengan uang.

DAFTAR PUSTAKA
Helmenstine.
2016.
How
Much
Oxygen
Does
http://chemistry.about.com/. Diakses 18 Mei 2016.


One

Tree

Produces?

Junaedi. 2008. Kontribusi Hutan Sebagai Rosot Karbondioksida. Info Hutan 5 (1) : 1-7.
Junaedi. 2014. Pertumbuhan Tegakan dan Produktivitas Serta Laju Dekomposisi Seresah
Jenis Pohon Lokal pada Lahan Gambut di Kabupaten Pelalawan, Riau. Tesis.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Kemen LHK. 2015. Data dan Statistik Kehutanan 2014. Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, Jakarta.
Mantung. 2014. Potensi Karbon Tersimpa dan Penyerapan Karbondioksida Hutan Pinus
mercusii di HPT Batualu. Tesis. Universitas Hasanuddin. Makasar.
www.hys.org. 2016. A new study puts temperature increases caused by CO2 emissions on
the map. Diakses 22 April 2016.
www.kabarbisnis.com. 2010. Aqua Bidik Pendapatan Rp. 3,08 Triliun pada 2010. Diakses
18 Mei 2016.


www.tempo.co. 2015. Proposal Dana Bencana Rp 30 Triliun per Tahun, Realisasinya?
Diakses 22 April 2016.
*) = Peneliti Muda pada Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat
Tanaman Hutan (BP2TSTH) Kuok. (email : ajunaedi81@yahoo.co.id &
ajunaedi2016@gmail.com , HP = 082388473525)