Adat dan Kebudayaan Masyarakat Jeneponto

NAMA

:

MIRNAWATI

NIM

:

A21116028

PRODI

:

MANAJEMEN

ADAT DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT JENNEPONTO

A. PENGANTAR

Indonesia dikenal sebagai negara maritim yang kaya akan berbagai potensi
sumberdaya laut maupun perbendaharaan kultur yang menjadi bagian terpenting dalam
sebuah masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari para saintis yang bergelut dalam
dunia maritim, Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah
pulau ± 17.507 buah pulau.
Selain perairan yang subur dan mengandung sumberdaya biotik yang melimpah hingga
dapat dieksploitasi 6,7 juta ton per tahun tanpa membahayakan kondisi keberlangsungan
sumberdayanya, kekayaan negeri ini juga tergambar dari berbagai potensi sosial budaya
yang menjadi bagian terpenting dari kehidupan masyarakat. Perbendaharaan kultur
masyarakat bahari secara sederhana sering diistilahkan sebagai sebuah wujud kearifan
lokal. 1 (Lampe, 2008: 5).
Social capital masyarakat bahari yang terwujud dalam berbagai tadisi ataupun
perbendaharaan kultur manusia Indonesia dapat kita temukan di berbagai daerah

di

Indonesia termasuk di belahan Selatan pulau Sulawesi. Pulau yang disebut dengan istilah
Celebes ini menyimpan berbagai potensi budaya yang sarat akan makna dan nilai terhadap
penganutnya. Potensi budaya tersebut terwujud dalam berbagai bentuk, salah satu
diantaranya adalah pelaksanaan upacara adat yang terkadang menjadi ciri khas dari sebuah

masyarakat, tak terkecuali bagi masyarakat yang ada di Kabupaten Jeneponto, khususnya

. 1 (Lampe, 2008: 5).

mereka yang bermukim di sekitar desa Balang Loe Tarowang (Baltar), Kecamatan
Tarowang.2
Eksistensi sebuah ritual kebudayaan yang sering disebut sebagai upacara adat
masyarakat bahari di Desa Baltar yang disebut sebagai acara je’ne’-je’ne sappara menjadi
suatu hal yang mutlak dan mesti dilestarikan oleh masyarakat setempat dari tahun ke tahun.
Teezzi, Marchettini, dan Rosini dalam Ridwan (2007: 3), mengatakan bahwa akhir dari
sedimentasi modal sosial (social capital) ini akan mewujud menjadi tradisi. Berdasar pada
pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa je’ne’- je’ne’ sappara sebagai sebuah
tradisi dan adat masyarakat bahari di Desa Baltar merupakan suatu wujud modal sosial
(social capital) yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat hingga saat ini. Dan ini
merupakan hal yang mereka harus hadiri dan saksikan.3
Kondisi ini telah dikemukan oleh beberapa informan. Salah satuya adalah AP
bahwa ;“Kalau masukmi bulan Safar, pasti semua orang yang ada darah turatea atau
disebut sossoranna tau Tarowanga akan kembali kesini untuk merayakan acara ini. Mau
tidak mau mereka pasti datang selama mereka mampu. Kalaupun mereka tidak datang,
selalu saja ada sumbangsinya yang ia berikan misalnya dengan mengirim dana untuk

membantu pelaksanaan acara ini. Jadi tidak heran kalau acaranya berlangsung, selalu
tong ada itu orang dari Jawa, Kalimantan, Sumatera bahkan dari Negeri seberang”
(Wawancara, 05 April 2012).4
Selain AP, pengakuan tentang fungsi solidaritas sosial yang lahir sebagai efek
adanya perayaan acara je’ne’- je’ne’ sappara

ini juga dikemukakan oleh informan yang

tidak lain adalah informan kelahiran Jeneponto, 14 Mei 1952 dan merupakan putra dari
Raja Tarowang XIV yakni AS. Beliau berpendapat sebagai berikut :
“Betul-betul acara je’ne’- je’ne’ sappara ini punya fungsi yang sangat baik.
Bayangkan saja, setiap tahun itu rumah-rumah penduduk disini akan penuh
karena banyaknya keluarga yang dating dari berbagai daerah. Jadi bagusnya

3
4

Teezzi, Marchettini, dan Rosini dalam Ridwan (2007: 3),
AP (Wawancara, 05 April 2012). 4


karena kita bisa kembali dipertemukan dengan keluarga dan berkumpul
kembali. An asal kita tau, mereka yang jauh pasti akan datang untuk merayakan
acara ini. Biarpun mungkin aparat desa tidak rayakan acara ini, mereka akan
datang dan rayakan sendiri karena dianggap warisan orang tua yang harus
dijaga” (Wawancara, 10 April 2012)
B. ADAT DAN KEBUDAYAAN MASYARAKAT JENEPONTO
Kebudayaan adalah hasil manusia baik yang bersifat materi, maupun yang
nonmateri. Seperti detailnya bahwa kebudayaan itu mempunyai tujuh unsur, yakni
sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), peralatan hidup (tehnologi), ilmu
pengetahuan, sistem social, bahasa, kesenian, dan sistem religi. Jika dihubungkan
dengan sejarah, maka kebudayaan sangat erat kaitannya karena sejarah adalah suatu
ilmu yang selalu membahas ketujuh unsur kebudayaan dilihat dari segi waktunya.
Jadi detailnya jika kita melihat kebudayaan dari kaca mata sejarah, berarti dalam
pembahasannya kita akan mencoba membahas sejumlah peninggalan-peninggalan
kebudayaan Kabupaten Jeneponto.5Di jenneponto memiliki berbagai aneka ragam
adat ,
Salah satu adat masyarakat di beberapa kota/kabupaten di sulawesi selatan adalah
mandi safar atau yang orang lebih kenal dengan sebutan je'ne sappara,suatu adat budaya
yang sebenarnya telah kurang di ekspos maupun dikerjakan,namun dibeberapa daerah
budaya ini masih terjaga,sebut saja Je'neponto,Bone,dan Pangkep.6dan seperti halnya

upacara adat masyarakat bahari di Desa Baltar yang disebut sebagai acara je’ne’-je’ne
sappara menjadi suatu hal yang mutlak dan mesti dilestarikan oleh masyarakat setempat
dari tahun ke tahun. eeTzzi, Marchettini, dan Rosini dalam Ridwan (2007: 3), mengatakan
bahwa akhir dari sedimentasi modal sosial (social capital) ini akan mewujud menjadi
tradisi. Berdasar pada pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa je’ne’- je’ne’
5

6

Wednesday, September 28, 2011Yusran Dante

http://rezkirasyak.blogspot.co.id/2012/04/jene-jene-sappara-safar.html

sappara sebagai sebuah tradisi dan adat masyarakat bahari di Desa Baltar merupakan suatu
wujud modal sosial (social capital) yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat hingga
saat ini. Dan ini merupakan hal yang mereka harus hadiri dan saksikan.7

7 - Dec - 2014 | 23:03 | by: Admin1 Jeneponto, beritakotaonline – Melihat antusiasme
ribuan pengunjung yang datang, baik masyarakat lokal maupun luar daerah. bahkan dari
luar Provinsi pun datang mengahadiri acara adat tahunan, jene jene sappara tentunya

sebagai ikon tersendiri untuk datang ke jeneponto jelas Bupati jeneponto Drs H iksan
iskandar yang disambut dengan pengalungan Sarung sutera oleh gadis Balangloe Tarowang
, juga hadir kadis PPKAD H Basyir Bohari Asisten iI H Arifin Kulle Kadis kesehatan dr H
Syafruddin Nurdin. kabag Humas H Din Hajad Kurniawan Camat Tarowang H syahrul
kades Balangloe Satria Dukka serta ribuan pengunjung jene jene sappara di Pantai
Baltar pada hari minggu (7/12/14).8

7

8

eeTzzi, Marchettini, dan Rosini dalam Ridwan (2007: 3),
7 - Dec - 2014 | 23:03 | by: Admin1 Jeneponto, beritakotaonline

Lanjut

Iksan

iskandar


katakan

bahwa

saya

sangat

senang

dengan

pelestarian budaya jene – jene sappara ini adalah suatu bentuk budaya turun temurun dari
Karaeng karaeng Tarowang sebagai pendahulu kita yang perlu di lestarikan . Hal ini
sebagai bentuk kesyukuran masyarakat Tarowang . Makanya saya sebagai Bupati jeneponto
bermaksud membantu infrastuktur baik gedung,kolam renang dan lainnya.Hanya satu
permintaan yang perlu kita sepakati yaitu menjaga kenyamanan dan keamanan agar touris
lokal dan internasional datang didaerah ini untuk melihat budaya seperti assempa a olle dan
lainnya yang tidak ada duanya ditempat manapun makanya perlu dilestariakan jelas H Iksan
Iskandar.Sementara Kades Balangloe Tarowang Satria Dukka katakan bahwa pelaksanaan

jene – jene sappara dilakasanakan setiap tahun. bulan syafar kebutulan jatuh pada hari
ini,yang dimana pestival kesenian balangloe seperti lomba pasempa,a,olle dan lainnya
sebagai bentuk kesyukuran masyarakat Tarowang melakukan jene jene Sappara, juga
sebagai bentuk silaturahmi antara masyarakat yang ada di daerah ini dengan masyarakat
balangloe Tarowang yang bermukin diluar daerah jelas Satria Dukka ( Sul ).