Konsep Ketuhanan dalam Islam dan Taoisme

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuhan setidaknya hingga kini, masih merupakan soal penting dalam
sejarah umat manusia. Nietzsche, yang diklaim sebagai gembong gerakan ateisme,
dengan teriakan lantangnyatentang kematian Tuhan, sebetulnya ia sedang
menggugat persepsi tentang Tuhan yang dikonstruksi Gereja pada saat itu yang
tidak memberikan sikap kebebasan bagi kreativitas manusia. Nietzsche
menyangkal adanya Tuhan bukan berdasarkan pertimbangan filosofis-rasional,
tetapi karena persepsi Tuhan ala Gereja saat itu tidak melihat ruang bagi
pengembangan diri manusia. Sebenarnya, penegasian Nietzsche itu sesungguhnya
tidak berpengaruh terhadap keberadaan Tuhan. Karena keberadaan-Nya tidak
ditentukan oleh persepsi manusia. Menjadi demikian penting makna keberadaaan
Tuhan bagi kehidupan umat manusia, sehingga persepsi-persepsi tentang-Nya
menjadi kajian yang tidak peraah usai
Sebetulnya ide mengenai Tuhan telah menjadi sejarah yang panjang.
Mungkin sepanjang dari proses kehidupan dunia manusia sejak awal. Realitas
dalam hidup ini menunjukkan bahwa manusia (secara individual), tidak pernah
merancang dan terlibat secara pribadi, sendirian menciptakan dan melahirkan
dirinya dari yang tidak ada menjadi ada. Juga tidak ikut merancang bentuk
wajahnya, warna kulit, jenis rambut, alat kelamin dan lain sebagainya. Hal ini

berlaku kepada setiap orang, tidak pandang bulu. Orang tidak bisa memilih atau
bahkan meminta. Sebab kalau bisa memilih dan meminta, seseorang, misalnya,
tentu ingin dilahirkan dari kandungan orang yang terhormat, pandai dan kaya
raya, sehingga secara "struktural" akan mendapatkan fasilitas hidup yang
memadai. Tulisan ini dengan perspektif teologi ingin mengupas tentang
pandangan ketuhanan dari agama Islam dan Taoisme. Ini menjadi penting, karena
Taoisme secara genealogis mempunyai sumber yang berbeda dengan Islam; tidak
seperti Kristen atau Yahudi yang diklaim sebagai agama samawi.

1

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas maka pada tulisan ini
hendak mencari jawaban terhadap pertanyaan:
1.
2.
3.
4.

Apa Pengertian Dari Ketuhanan?

Apa Pengertian Konsep Ketuhanan Dalam Pandangan Islam?
Apa Pengertian Konsep Ketuhanan Dalam Pandangan Taoisme?
Apa Perbedaan Ketuhanan Antara Pandangan Islam Dan Taoisme ?

1.3. Batasan Masalah
Membatasi permasalahan membahas Ketuhanan dalam pandangan Islam
dan Taoisme serta perbedaan pandangan antara keduanya.
1.4. Tujuan Penulisan
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui Pengertian Konsep Ketuhanan
2. Mengetahui Pengertian Ketuhanan Dalam Pandangan Islam
3. Mengetahui Pengertian Ketuhanan Dalam Pandangan Taoisme
4. Mengetahui Perbedaan Pengertian Konsep Ketuhanan Antara Islam Dan Taoisme
1.5. Manfaat Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah sebagaimana diuraikan
di atas, maka maksud dari tujuan penelitian ini:
1) Bagi pengembangan ilmu untuk menambah khazanah dalam bidang
kajian Ilmu Tafsir
2) Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam kebijakannya
mengurusi keagamaan di negara

3) Bagi tokoh-tokoh agama sebagai referensi dalam pembinaan umat
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan
Menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan.

2

BAB II Pembahasan
Menguraikan tentang tinjauan teoritis dan pembahasan mengenai
pengertian ketuhanan menurut Islam dan Taoisme serta perbedaan pandangan
antara keduanya
BAB III Penutup
Menguraikan kesimpulan dan saran.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1Pembahasan Umum
3


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tuhan adalah sesuatu yang di
yakini, di puja, di sembah oleh manusia, sebagai yang Maha Kuasa, Maha Perkasa
dan lain sebagai nya. Kalimat Tuhan dapat di pergunakan untuk apa saja yang di
puja dan di sembah oleh manusia. Baik persembahan yang benar atau yang salah.
2.2 Pembahasan Khusus
Para filosof juga mempunyai pandangan tentang konsep ketuhanan, dari
zaman dulu hingga kini konsep ketuhanan merupakan kajian yang tidak pernah
berhenti dari zaman ke zaman. Berikut ini adalah pandangan beberapa filsuf
tentang Tuhan.
·
Socrates (469-399 SM)
Socrates adalah murid dari Phytagoras, yang membahas masalah ketuhanan
dengan logika akademik yang simpel dengan menetapkan wujud Tuhan yang
disembah. Ajaran yang terkenal dari Socrates adalah Gnoti Seauton yaitu
kenalilah dirimu sendiri. Bagi Socrates dengan mengenali diri sendiri, akan dapat
lebih mengenal Tuhan. Socrates mempercayai adanya keabadian roh, yang tidak
akan rusak atau mati dengan kematian badan. Ia percaya bahwa roh akan kembali
·


kepada sumbernya yang pertama yang bersih dan suci dari unsur kebendaan
Plato (427-347 SM)
Plato menggambarkan Tuhan sebagai Demeiougos (sang pencipta) dari alam
ini dan sebagai Ide Tertinggi dari alam ide. Ide tertinggi ini menurut Plato adalah
Ide Kebaikan. Menurut Plato segala keadaan di dunia ini tidaklah kekal dan selalu
berubah karena itu dunia yang ditempati manusia ini adalah dunia bayangan yang

·

dilawankan dengan dunia ide yang bersifat kekal dan tidak mengalami perubahan.
Aristoteles (384-322 SM)
Konsep Aristoteles tentang Tuhan didasarkan pada latar belakang ilmu
pengetahuan, tidak didasarkan pada suatu religi tertentu. Bagi Aristoteles Tuhan
sebagai substansi yang bersifat eternal terpisah dari dunia konkrit, tidak bersifat
materi, tidak memiliki potensi; Tuhan adalah “Aktus Murni” yang hanya
memperhatikan dirinya sendiri. Sebagai Aktus Murni, aktifitas Tuhan tidak lain
kecuali melalui berpikir. Tuhan adalah “pemikiran yang sedang berpikir diatas

·


pemikiran
Al Kindi (801-873)

4

Tuhan digambarkan oleh al Kindi sebagai sesuatu yang bersifat tetap,
tunggal, ghaib dan penyebab sejati gerak. Al kindi dengan menggunakan konsep
teori pencipta creatio ex nihilo mengatakan bahwa penciptaan dari ketiadaan
merupakan hal istimewa yang dimiliki Tuhan. Tuhan adalah satu-satunya Dzat
yang sungguh-sungguh mampu mencipta dari ketiadaan dan Dia merupakan sebab
yang sesungguhnya dari seluruh realitas yang ada didunia ini.
Al Kindi mensifati Tuhan dengan istilah-istilah baru. Tuhan adalah yang
benar. Ia bukan materi, tak berbentuk, tak berjumlah, tak berkualitas, tak
terhubung. Ia tek berjenis, tak terbagi dan tak berkejadian, ia abadi oleh karena itu
Ia Maha Esa (wahdah), selain-Nya berlipat.

·

Baruch Spinoza (1632-1667)
Spinoza termasuk pemikir yang revolusionir pada zamannya, ia adalah

pemikir yang paling ambisius dan tak kenal kompromi. Dialah filsuf modern yang
dengan lantang mengajarkan “Tuhan imanensi dan dinamis” menggantikan ide
tentang “Tuhan transenden yang statis”. Spinoza menyimpulkan bahwa hanya ada
satu substansi, apakah itu disebut Tuhan, atau disebut alam, oleh sebab itu tidak
ada kemungkinan interaksi antar substansi. Substansi yang hanya satu ini dapat
merupakan asal-usul dari yang tampak sebagai bukan individu sejati, tetapi hanya
bentuk dari substansi tunggal.
2.2.1 Konsep Ketuhanan Dalam Pandangan Islam
2.2.1.1 Pengertian Agama Islam
Agama Islam tergolong dalam kategori agama semitik. Islam memiliki arti
berserah diri kepada Allah. Muslim menerima Al Quran sebagai ucapan Allah,
perintah Allah yang disampaikan kepada Rasul Allah Muhammad SAW yang
kemudian disampaikan kepada umatnya. Islam menyatakan bahwa di sepanjang
zaman Allah mengutus rasul-rasulNya guna menyampaikan pesan mengenai
keEsaan Allah serta tentang hari kemudian, kehidupan setelah kematian dimana

5

segala amal perbuatan selama hidup di dunia akan dipertanggungjawabkan kepada
Allah.

Agama Islam lahir di bawa oleh Muhammad, seorang pemuda yang
dikenal sangat jujur di dataran Arabia, sekitar tahun 610 M. Nabi Muhammad
menghabiskan banyak waktunya untuk berkontemplasi di gua Hira, di luar kota
Makkah. Dari proses batiniah pengalaman religiomoral ini Muhammad mencapai
puncaknya dengan turunnya wahyu Tuhan kepadanya Banyak penulis modern
yang menulis tentang asal usul dan misi Muhammad ini dengan mengajukan
beberapa spekulasi. Ada yang merujuk pada kenyataan historis, bahwa sebelum
Islam muncul, negeri Arab telah mengalami proses fermentasi religius yang
disebabkan pengaruh Judea-Kristiani.
Padahal persepsi ketuhanan antara keduanya sangatlah berbeda. Meskipun
terminologi Allah sudah dikenal jauh sebelum Islam, namun persepsi di dalamnya
yang dibangun oleh Islam ternyata berbeda. Orang paganis Arab mengenal Allah,
dalam persepsi sebagai Sang Pencipta, Yang Maha Kuasa, tetapi di sisi lain
mereka membuat sekutu bagi-Nya. Di sinilah Muhammad datang, dengan tetap
menggunakan kata yang sama, yakni Allah, namun ia menggeser persepsi yang
dikandung oleh kata itu.Maka oleh Islam dipersepsikan tidak hanya sebagai Zat
Pencipta dan Yang Maha Kuasa, tetapi juga Zat yang harus ditunduki dan ditaati,
Yang Maha Pengasih, Yang Awal, Yang Akhir, Yang Maha Lembut, dan beberapa
sifat lain.
Jadi Islam bukanlah agama-seperti yang sering disalahtafsirkan yang

didirikan dan disebarkan oleh Rasulullah Muhammad, diyakini bahwa Islam
adalah keyakinan yang juga disampaikan oleh Adam, Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishak,
Yakub, Musa, Daud, Yahya, Isa (Yesus)dan nabi serta rasul-rasul lainnya. Dari
zaman kezaman Allah selalu mengutus seorang hambaNya untuk mengajak
kaumnya menyembahNya, jadi Islam adalah kelanjutan dari ajaran-ajaran yang
dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya
2.2.1.2 Nama Tuhan Dalam Islam
6

Muslim menyebut nama Tuhan dengan nama ‘Allah’ seperti tercantum
dalam Al Quran. Karena sebutan ‘Allah’ terasa unik dan murni, tak dapat
disandingkan dengan tambahan kata apapun-seperti ‘Tuhan’ (Indo.) misalnya
(ketuhanan, menuhankan) atau ‘God’ (Ing.) (gods, goddess, godfather, tin god)- .
Meskipun demikian dalam Al Quran terdapat nama-nama indah lainnya yang
disebutkan bagi Allah sebanyak 99 Nama-nama Terindah (Asmaul Husna) antara
lain Ar Rahman (Yang Maha Pengasih), Ar Rahim (Yang Maha Penyayang), Al
Malik (Yang Maha Kuasa), Al Qudus (Yang Maha Suci) dan sebagainya.
2.2.1.3 Konsep Ketuhanan Dalam Islam
Konsep ketuhanan dalam Islam dinamakan Tauhid. Tauhid bukan hanya
bermakna monoteisme, Tauhid berasal dari kata dalam bahasa Arab ‘Wahhada’

yang artinya ‘keesaan’ atau ‘kesatuan’.
Konsep ketuhanan dalam Islam tercantum dalam Al Quran
merupakan kitab suci umat Islam di Surah Al Ikhlas sebagai berikut:
i) ”Qul huwallahu ahad”
“Katakanlah : Allah itu Esa”
ii) “Allahu Shomad”
“Allah tempat bergantung segala sesuatu”
iii) “Lam yalid wa lam yuulad”
“Dia tidak beranak dan diperanakan”
iv) “Walam yakullahu kufuwan ahad”
“Dan tak ada sesuatupun yang setara denganNya”
[Al Quran, Al Ikhlas:1-4]

7

yang

Empat ayat Surah Al Ikhlas di atas merupakan landasan dasar pemahaman
mengenai Tuhan dalam Islam, dan 4 ayat tersebut juga merupakan ‘batu uji’
mengenai konsep ketuhanan. Tak ada seorangpun atau apapun bisa disebut tuhan

jika tak lolos dari 4 kriteria diatas.
Tauhid terdiri dari 3 bagian atau kategori:
(i) Tauhid Rububiyah
(ii) Tauhid Al Asmaa Wa sifat
(iii) Tauhid Uluhiyah (Al Ibadah)

(i) Tauhid Rububiyah
Bagian pertama dari tauhid adalah Tauhid Rububiyah yang berasal dari
kata ‘Rabb’ artinya ‘Pemelihara’, ‘Pemilik’. Secara istilah Tauhid Rububiyah
berarti keyakinan bahwa hanya Allah lah satu-satunya Yang Menciptakan, Yang
Memiliki dan Yang Memelihara segala sesuatu. Dia lah Pencipta, Pemilik dan
Pemelihara alam semesta ini.
(ii) Tauhid Al Asmaa Wa Sifat
Bagian kedua yaitu Tauhid Al Asmaa Wa Sifat adalah keyakinan yang
benar akan Nama-nama dan Sifat-sifat Allah. Tauhid ini terdiri dari 5 aspek yaitu:
(1) Deskripsi Nama dan Sifat Allah adalah merujuk pada keteranganketerangan yang disampaikan oleh Allah melalui utusanNya, RasulNya. Tanpa
membuat deskripsi selain dari apa yang telah disebutkankan.
(2) Deskripsi tentang Nama dan Sifat Allah adalah harus merujuk pada
apa-apa yang telah Dia tetapkan. Tidak diperkenankan mendeskripsikan Allah
dengan nama dan sifat baru yang tak pernah digunakan oleh Allah sendiri ataupun
rasulNya

8

(3) Tak memberikan sifat-sifat mahluk ciptaanNya untuk menjelaskan
sifat-sifat Allah.
(4) Manusia tidak boleh menggunakan atribut atau sifat yang hanya pantas
disematkan pada Allah, misalnya manusia Abadi, manusia Maha Tahu.
(5) Nama-nama Allah tak boleh diberikan pada mahluk ciptaanNya. Namanama seperti Rahman, Rahim adalah nama yang masih diijinkan digunakan oleh
manusia, Tapi Ar Rahman (Yang maha Pengasih) , Ar Rahim (Yang Maha
Penyayang hanya digunakan untuk Allah dan hanya boleh digunakan bila
didahului kata ‘Abd’ artinya ‘Hamba’ seperti Abdurahman, Abdurahim dsb.

iii) Tauhid Uluhiyah (Al Ibadah)
Kata Uluhiyah bersumber dari kata ‘ilah’ artinya sesuatu yang disembah
dan ditaati. Jadi Tauhid Uluhiyah secara istilah berarti ‘mengEsakan Allah dalam
ibadah dan ketaatan’, artinya ketaatan seorang muslim dan segala ibadahnya harus
ditujukan, diarahkan kepada Allah semata. Implikasi lainnya adalah bahwa
seorang muslim hanya beribadah dengan cara yang telah Allah tetapkan dalam Al
Quran dan sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah Muhammad SAW, sebagai
Rasul terakhir.
Ibadah berasal dari kata ‘abd’ yang berarti ‘hamba’, jadi ibadah adalah ketaatan
penghambaan, ketaatan penyembahan. Landasan praktis ibadah dalam Islam
secara keseluruhan tertuang dalam Rukun Islam yaitu:
1. Syahadat, kesaksian akan keEsan Allah dan pengakuan kebenaran
Rasulullah Muhammad SAW. sebagai utusan Allah terakhir yang menyampaikan
kebenaran.
2. Sholat, merupakan bentuk tertinggi ibadah, dasar ibadah suatu bentuk
penyembahan berupa doa dan dzikir mengingat Allah

9

3. Zakat, berkaitan dengan pengelolaan harta-yang pada hakikatnya
merupakan milik Allah-untuk digunakan untuk kepentingan agama Allah,
disedekahkan pada orang tak berpunya.
4. Puasa, berkaitan dengan pengendalian diri, menahan lapar dan haus
juga menahan nafsu dan dorongan-dorongan yang dilarang
5. Haji, bentuk pengorbanan baik tenaga maupun harta untuk menjalankan
perintah Allah di tanah Suci Mekkah.
Syahadat merupakan roh dari setiap ibadah dalam Islam, sementara Sholat,
Zakat, Shaum dan Haji merupakan implementasi dari kepatuhan dan ketaatan itu
sendiri (ibadah). Namun demikian pengertian ibadah adalah lebih luas dari
keempat implementasi tadi. Setiap perbuatan baik yang didasari ketaatan kepada
Allah dapat pula dimaknai sebagai ibadah. Ketiga bagian atau kategori Tauhid
diatas (Tauhid Rububiyah, Asmaa Wa Sifat dan Uluhiyah/Ibadah) adalah satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.

2.2.2 Konsep Ketuhanan Dalam Pandangan Taoisme
2.2.2.1 Pengertian Agama Taoisme
Taoisme merupakan ajaran pertama bagi orang Cina yang dikemukakan Lao
tze. Ia dilahirkan di Provinsi Hunan pada tahun 604 SM. Dikisahkan, Lao tze
merasa amat kecewa akan kehidupan dunia, sehingga ia memutuskan untuk pergi
mengasingkan diri dengan tidak mencampuri urusan keduniawian. Ia kemudian
menulis kitab Tao Te Ching yang kelak menjadi dasar pandangan ajaran Taoisme.
Tao berarti “jalan” dan dalam arti luas yaitu realitas absolut, yang tidak terselami,
dasar penyebab, dan akal budi. Kitab Tao Te Ching memuat ajaran bahwa
seharusnya manusia mengikuti geraknya (hukum alam) yaitu dengan menilik

10

kesederhanaan hukum alam. Dengan Tao manusia dapat menghindarkan diri dari
segala keadaan yang bertentangan dengan irama alam semesta. Taoisme diakui
sebagai suatu pre-sistematik berpikir terbesar di dunia yang telah mempengaruhi
cara berpikir orang China. Menurut Lao Tzu manusia harus menyerah kepada Tao.
Ajaran Lao Tse tercantum dalam kitabnya yang terkenal dengan nama Tao Te
Ching itu, yang kemudian diberi komentar oleh berbagai ahli filsafat, sehingga
menjadi kitab yang tebal.
Kunci untuk menyatu dengan Tao adalah Wu Wei yaitu “tidak melakukan
apapun”. Filsafat Tao mengajarkan pada orang agar mau menerima nasib. Orang
harus dijauhkan dari keinginan politik untuk berpengetahuan dan berpendidikan.
Dalam bidang politik keadaan yang paling baik adalah tidak ada pemerintahan,
karena memerintah berarti berbuat, berbuat berarti menentang Tao. Dengan
demikian ajaran Tao termasuk paham yang pesimis.
Cara berpikir Lao Tze jauh melampaui zamannya ketika itu, ditambah
ajaran-ajarannya yang menjunjung tinggi kebajikan dan menentang kebiadaban,
maka akhirnya ajaran Lao-zi bersama-sama ajaran Wang-di dikenal orang sebagai
Ajaran WANG-LAO sampai sekarang. Ajaran WANG-LAO ini makin
berkembang dan mengakar di hati masyarakat, akhirnya dianut oleh hampir setiap
orang terpelajar dan cendekiawan zaman itu.
2.2.2.2 Konsep Ketuhanan Taoisme
Agama Tao menggabungkan Ilmu pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan
yang Agung sebagai dasar kepercayaan. Agama Tao menyembah banyak Dewa
dan Dewi. Dalam praktek peribadatan, penganut taoisme ini melaksanakan ritual
ibadahnya di klenteng atau pekong. Agama ini memiliki kitab suci sebagai
pedoman para penganutnya dalam menjalankan praktek keberagamaan di
antaranya adalah Tao Te Ching, Chuang-Tzu, dan Leizi.
Di dalam taoisme, ketuhanan terwujud dalam berbagai cara. Dalam
pengertian, semua penciptaan yang ada di alam ini adalah suatu wujud dari

11

ungkapan tentang Tuhan atau menggambarkan tentang keberadaan Tuhan, seperti
ungkapan dalam agama tao bahwa segala sesuatu datang dari tao dan segala
sesuatu akan kembali kepada tao. Tetapi tao bukanlah mahkluk tertinggi, dia
adalah prinsip alam, menyerap semua aspek penciptaan dengan tenaga atau
kekuatan. Dia juga sering digambarkan sebagai yang tak dapat dirasakan dan
diraba.
Dalam agama tao dikenal banyak dewa-dewa dan roh-roh yang mendiami
alam ini, pertama ada unsur ketuhanan yang terwujud dari energi asal. Kemudian
ada dewa yang menciptakan dunia: banyak diantaranya adalah dewa-dewa masa
lampau yang diambil dari taoisme, dewa-dewa yang lain yang berasal dari tradisi
orang kebanyakan yang dipuja oleh orang banyak, orang-orang yang memiliki
kekuasaan didunia, setelah mereka mati dianggap penguasa surga atau memilikin
kekuasaan di surga dan dianggap pula sebagai dewa.
Dalam Taoisme istilah Tao atau Jalan ini mempunyai arti "jalan yang
memberikan wujud dan daya kembang bagi seluruh alam. Juga berarti contoh atau
pegangan yang benar,kebenaran yang tidak boleh ditinggalkan. Secara metaforis
penamaanTuhan dengan nama Tao atau Jalan ini tampak lebih mengedepankan
Tuhan sebagai Zat yang memberikan perawatan, kasih sayang dan jalan kebenaran
bagi umat manusia, serta sekaligus juga sebagai Zat yang harus ditunduki bukan
atas dasar ketakutan tetapi kecintaan dan ketentraman. Jadi dalam konteks
penyebutan nama ketuhanan ini, Taoisme mengungkapkan unsur femininitas dan
maskulinitas sekaligus.
Dalam sejarah, Taoisme merupakan satu di antara tiga agama yang ada
dalam bangsa Tiongkok. Pepatah Tiongkok mengatakan, "Tiongkok mempunyai
tiga pandangan keagamaan yaitu Konfusianisme, Budhisme dan Taoisme, tetapi
yang tiga itu hanya satu." Bila pepatah ini benar, tidak diragukan lagi bahwa
ketiga agama tersebut tidak hanya hidup berdampingan secara damai, tetapi juga
saling mempengaruhi satu sama lain, meskipun strukturnya berbeda-beda.
2.2.3 Perbedaan Wajah Tuhan Dalam Islam Dan Tao

12

Dalam konteks pemikiran Islam, kita bisa memandang Tuhan sebagai Dia
dalam diri-Nya sendiri, di mana kita mengesampingkan kosmos-yakni segala
sesuatu selain Tuhan. Ditilik dari sudut pandang ini, hampir seluruh pemikir
Muslim berkesimpulan bahwa Tuhan dalam diri-Nya sendiri, esensi (Zat) Tuhan
tidak bisa diketahui. Ini yang mengantar kita pada perspektif "ketakterbandingan"
Tuhan (tansih) yang berkembang dalam logika kalamiah.
Taoisme juga memahami Zat Tuhan sebagai yang tidak bias ditangkap dan
tak terdefinisikan. Dalam mukadimah Tao Te Ching disebutkan bahwa Tao (zat
yang diagungkan) adalah sesuatu yang maha halus, dan bila sesuatu itu dapat
ditangkap pengertiannya, makaia adalah bukan Tao yang sebenarnya-benarnya.
Karena sifatnya transendental, maka Tao merupakan dasar segala yang ada.
Keteraturan alam, kontradiksi yang ada, seperti baik-buruk, siangmalam,
misalnya, bagi Taoisme merupakan citra yang demikian penting dalam memahami
Tuhan. Kontradiksi ini yang dikenal dengan konsep yin dan yang. Yin merupakan
bentuk penggambaran dari serba gelap,jahat, pasif, femininitas dan sebagainya.
Sedangkan yang adalah cahaya terang, kebaikan, aktif, positif, maskulinitas dan
sebagainya. Taoisme memang membenkan arti kepada yin dan yang sebagai
suatu yang bersifat kontradiktif, namun menganggap keduanya sebagai hal yang
tidak bertentangan. Kebaikan yang disebut yang dan kejelekan yang disebut yin
itu mengandung nilai baik bilamana masing-masing berjalan pada tempatnya.
Dalam teologi Islam, keesaan Tuhan menjadi tema dasar dari keseluruhan
konstruksi konseptual. Membicarakan tentang wujud Tuhan memang merupakan
hal penting, tetapi bagi Islam membicarakan keesaan Tuhan jauh lebih penting. Al
Quran berkali kali secara tekstual menyebutkan klaim akan pentingnya persepsi
keesaan Tuhan ini Dengan demikian Islam sebetulnya secara filosofis ingin
menyatakan bahwa dengan prinsip tauhidnya itu esensi (hakikat) Zat Tuhan tetap
tidak bisa terjangkau oleh akal dan pikiran manusia

13

Berbeda dengan Islam, Taoisme tidak dengan tegas menyatakan tentang
keesaan Tuhan dalam prinsip ajarannya, namun ia tetap mempersepsikan Tuhan
sebagai yang tak terdefinisikan itu adalah Zat Maha Agung yang memberikan
kehidupan pada kosmos. Taoisme menempatkan-Nya bukan dengan model
hubungan tuan-hamba, di mana perspektif yang dibangun adalah ketundukan
seperti Islam.Taoisme sejak semula lebih mengembangkan suatu ketundukan
dalam konteks peniruan citra-citra Tuhan dalam dunia kemanusiaan untuk
mencapai keteraturan dan ketentraman hidup. Tuhan dipandang sebagai sumber
nilai-moral yang perlu dijalankan demi kemaslahatan dunia dan umat manusia.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis dapat mengambil beberapa
kesimpulan, yang diantaranya:
1. Islam memiliki arti berserah diri kepada Allah. Muslim
menyebut nama Tuhan dengan nama ‘Allah’ seperti tercantum dalam Al
Quran. Muslim menerima Al Quran sebagai ucapan Allah, perintah Allah
yang disampaikan kepada Rasul Allah Muhammad SAW yang kemudian
disampaikan kepada umatnya. Konsep ketuhanan dalam Islam dinamakan
Tauhid. Tauhid bukan hanya bermakna monoteisme, tapi juga melarang
untuk menjadikan sekutu bagi Allah. Tauhid ada 3 macam; tauhid
rububiyah yang merupakan keyakinan keesan Allah, tauhid uluhiyah yang
14

menyatakan hanya Allahlah yang patut disembah, dan tauhid asma’
washifat yang mendesdkripsikan nama beserta sifat Allah
2. Taoisme merupakan ajaran Lao Tze yang berisi filsafat, hikmah
dan jalan hidup. Bagi taoisme Tao berarti “jalan” dan dalam arti luas yaitu
realitas absolut, yang tidak terselami, dasar penyebab, dan akal budi.
Didalam taoisme, ketuhanan terwujud dalam berbagai cara. Dalam
pengertian, semua penciptaan yang ada di alam inin adalah suatu wujud
dari ungkapan tentang Tuhan atau menggambarkan keberadaan tuhan,
seperti ungkapan dalam agama tao bahwa segala sesuatu dating dari tao
dan segala sesuatu akan kembali kepada tao. Tetapi tao bukanlah makhluk
tertinggi, mereka menganggap bahwa tao adalah prinsip alam, menyerap
semua aspek penciptaan dengan tenaga atau kekuatan. Dengan demikian
tao adalah sesuatu yang tidak dapat diraba maupun disentuh

3.2 Saran
Berdasarkan pemaparan di atas kami memberikan beberapa saran:
1. Bagi Dunia Keilmuan  Ilmu Tafsir
Kami mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi dunia
keilmuwan dan agar melengkapi kekurangan yang ada di
makalah ini dengan kritik yang membangun
2. Bagi Kemenag
Kami berharap agar pemerintah lebih berhati-hati dalam segala
kebijakan yang diambil masalah keagamaan.
3. Masyarakat:
Kami berharap agar masayarakat dapat mengambil intisari dari
apa yang telah dipaparkan pada makalah ini.
3.3 Penutupan

15

Penulis sudah berusaha maksimalk baik dalam pengumpulan data,
hati-hati dalam penarikan kesimpulan sekalipun mungkin disanasininmasih terdapat kesalahan dan kekurangan.
Maka diakhir kata ini penulis meminta maaf apabila ada kesalah
dalam kata ataupun kalimat, kami mengharap kritik dan saran yang
membangun bagi kebaikan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Tanggok, M.Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta : UIN Jakarta
Press.2006. Cet.I
Murata, Sachiko. The Tao ofIslam, terj. Rahmani Astuti dan M.S. Nasrullah.
Bandung: Mizan
Azad, Abul Kalam. Konsep DasarAl-Qur'an. terj. AryAnggari Harahap,
Jakarta: Pustaka Firdaus
Taher, Tarmizi. Menyegarkan Akidah Tauhid Insani, Gema Insani Press, Jakarta,
2002

16