Pernyataan Sikap dan Seruan Aksi (1)

Pernyataan Sikap dan Seruan Aksi
Tolak Kenaikan Harga BBM
Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Wakil Presiden M. Jusuf Kalla (JK) beserta
jajaran kabinetnya pada Senin (17/11/2014) malam resmi mengumumkan kenaikan harga
bahan bakar minyak (BBM). Dengan demikian, mulai Selasa (18/11/2014) hari ini harga
BBM bersubsidi jenis premium naik Rp 2.000 menjadi Rp 8.500 per liter, sedangkan harga
solar naik Rp 2.000 menjadi Rp 7.500 per liter. Merespon keputusan itu, Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) sebagai organisasi pergerakan mahasiswa
mempunyai sikap yang ingin kembali ditegaskan kepada seluruh rakyat Indonesia.
Secara umum, KAMMI memandang keputusan pemerintah menaikkan harga BBM sebagai
tindakan yang mengabaikan suara rakyat kecil di negeri tercinta ini. Hal tersebut didasarkan
pada banyaknya temuan kajian, di antaranya sebagai berikut:
1. Data 2013 menyebutkan anggaran belanja negara mencapai Rp1.842,5 triliun. Sementara,
penyerapan anggaran hanya Rp1.166,2 triliun atau 67,6 persen. Kemudian, dana subsidi
BBM cuma Rp 211,9 triliun. Artinya, subsidi BBM tidak bisa disebut membebani APBN
karena masih banyak anggaran yang belum terserap dan itu lebih besar daripada subsidi
BBM. Belum lagi dana APBN yang banyak dikorupsi dan serta belanja pegawai yang sangat
besar.
2. Hasil Sensus Ekonomi Nasional (SUSENAS 2010) menunjukkan bahwa pengguna BBM
65% adalah rakyat kelas bawah dan miskin, 27% menengah, 6% menengah ke atas, dan

hanya 2% orang kaya. Dan dari total jumlah kendaraan di Indonesia yang mencapai 53,4 juta
(2010), sebanyak 82% diantaranya merupakan kendaraan roda dua yang kebanyakan dimiliki
oleh kelas menengah bawah. Ini menunjukkan bahwa kenaikan harga BBM akan
menyengsarakan rakyat. Belum lagi harga-harga kebutuhan pokok dipastikan juga akan
melonjak seiring naiknya harga BBM.
3. Beberapa pengamat menilai kenaikan harga BBM sarat kepentingan banyak perusahaan
asing yang ingin menguasai bisnis di sektor hilir dengan mendirikan SPBU. Tentu ini amat
tidak selaras dengan konsep ekonomi kerakyatan yang sering digaungkan pemerintahan
Jokowi-JK. Selain itu, penguasaan perusahaan asing di Indonesia juga akan mengebiri
pendapatan rakyat dan perusahaan milik negara.
Memerhatikan poin-poin tersebut di atas, maka dengan ini KAMMI menegaskan sikap seperti
berikut:
1. KAMMI menolak keputusan pemerintah menaikkan harga BBM dan mengimbau
pemerintah untuk meninjau ulang keputusan itu.
2. KAMMI mengajak seluruh elemen masyarakat dari kalangan mahasiswa, buruh, petani,
dan lain-lain untuk saling bersinergi menekan pemerintah agar mengindahkan suara rakyat
kecil yang mendapat imbas atas kenaikan harga BBM.
3. KAMMI menginstruksikan kepada seluruh kader dan pengurus di tingkat Komisariat,
Daerah, dan Wilayah di seluruh Indonesia untuk menggelar aksi menolak kenaikan BBM di
daerah masing-masing secara marathon selama 1 bulan ke depan.

Demikian pernyataan sikap ini dibuat agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!
Jakarta, 17 November 2014

Tertanda,
Ketua Umum Pengurus Pusat KAMMI,
Andriyana, ST.