Penjelasan mengenai Leasing dan studi ka

MANAJEMEN LEMBAGA
KEUANGAN
LEASING

Muhammad Fuad Adisaputra
2511101022
Department of Business Management
Faculty of Industrial Technology
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya

I.
Pengertian Leasing
Leasing menurut Prof.R.Subekti, S.H. di dalam bukunya `Aneka Perjanjian` Adalah tidak
lain dari pada perjanjian sewa – menyewa yang telah berkembang di kalangan para
pengusaha, dimana ”lessor” menyewakan suatu perangkat alat perusahaan (mesin –
mesin) termasuk servis, pemeliharaan dan lain – lain kepada ”lessee” untuk suatu jangka
waktu tertentu. Pengertian lessor adalah perusahaan yang melakukan kegiatan usaha
leasing dengan menyediakan berbagai macam barang modal, sedangkan lessee adalah
nasabah yang menginginkan barang modal tersebut.
Leasing berasal dari bahasa Inggris “to lease” yang berarti menyewakan. Namun leasing

mempunyai persyaratan tertentu, sehingga tidak bisa disamakan dengan sewa-menyewa
biasa. Leasing atau yang lebih sering disebut dengan sewa guna usaha adalah setiap
kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang modal untuk
digunakan oleh suatu perusahaan selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaranpembayaran secara berkala disertai hak pilih (opsi) bagi perusahaan tersebut untuk
membeli barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing
berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama.
Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK. 01/1991 tertanggal 21 Nopember 1991
tentang kegiatan lessing atau sewa guna usaha. Leasing adalah kegiatan pembiayaan
dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara leasing dengan hak opsi (Finance
Lease) maupun leasing tanpa hak opsi (Operating Lease) untuk digunakan oleh lesse
selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Yang dimaksud
Finance Lease adalah kegiatan leasing di mana lesse pada akhir kontrak mempunyai hak
opsi untuk membeli obyek leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sedangkan,
yang dimaksud dengan operating lease adalah kegitan leasing dengan lesse pada akhir
kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek leasing.
Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang pembiayaan
untuk keperluan barang – barang modal yang diinginkan oleh neasabah dimana nasabah
membutuhkan suatu barang – barang modal yang akan dibayar secara kredit atau disewa
yang bisa dilakukan di perusahaan leasing. Berikut adalah lembaga yang dapat
melakukan usaha leasing:

-

Lembaga Keuangan Bank
Lembaga Keuangan Non Bank
Perusahaan Nasional
Perusahaan Campuran

Perusahaan leasing tidak boleh melakukan kegiatan yang dilakukan oleh bank seperti
memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk utang.
II.
Dasar Hukum Leasing
Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri
Perindustrian No. Kep. 122/MK/2/1974, No. 32/M/SK/2/1974 dan No.30/Kpb/I/1974
tanggal 7 Februari 1974 tentang “Perijinan Usaha leasing”. Untuk mendukung
perkembangan usaha ini Menteri Keuangan selanjutnya mengeluarkan SK No

650/MK/IV/5/1974 tanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak paenjualan
dan besarnya bea meterai terhadap usaha leasing. Ketentuan minimum modal disetor
untuk pendirian suatu perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha leasing
diatur dalam Pakdes 20, 1988 dengan Keputusan Menteri Keuangan No.

1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988, dengan jumlah modal disetor atau
simpanan wajib dan pokok ditetapkan sebagai berikut:
-

Perusahaan Swasta Nasional sebar Rp 3 Milyar
Perusahaan Patungan Indonesia – Asing sebesar Rp 10 Milyar
Koperasi sebesar 3 Milyar

III. Kegiatan Leasing
Dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1169/KMK.01/1991 Tanggal 21
November 1991, kegiatan leasing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Financial
leasing dan operating leasing.
1.

Melakukan sewa guna usaha dengan hak opsi bagi lesse (Financial leasing)
Pada teknik pembiyaan ini, lesse memiliki hak untuk mengembalikan,
memperpanjang atau membeli barang modal yang di berikan oleh lessor. Dalam sewa
guna ini, lessee yang membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis
dan spesifikasi barang yang dibutuhkan dan mengadakan negosiasi langsung dengan
suplier mengenai harga, syarat-syarat pemeliharaaan serta hal-hal lain yang

berhubungan dengan pengoperasian barang tersebut. Lessor hanya akan
membayarkan barang modal tersebut kepada supplier dan diberikan kepada lessee.
Setelah itu, lessee akan membayarkan uang sewa kepada lessor berkala sesuai
dengan perjanjian yang telah disetujui bersama. Financial leasing dapat dibagi
kedalam bentuk – bentuk sebagai berikut:
a. Direct Finance Lease
Dalam transaksi ini, lessor akan membeli langsung barang modal yang
dibutuhkan oleh lessee. Lessee meminta spesifikasi barang modal yang
dibutuhkan kepada lessor dan dapat memilih barang modal tersebut. Pada
transaksi ini, lessor hanya memnuhi kebutuhan lesse tanpa ada syarat khusus
apapun dari lessor.
b. Sale and Lease Back
Lessee menjual barang modal nya kepada lessor untuk kemudian lessor
memberikan dana segar kepada lessee atas kebutuhan dana dari lessee. Pada saat
ini terjadi, lesse masih dapat menggunakan barang modal tersebut sesuai dengan
jangka waktu yang disetujui. Metode leasing ini dimaksudkan untuk memperoleh
tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing di sini bersifat
refinancing.
c. Leverage Lease
Dalam proses ini, pihak yang terlibat dalam proses adalah lessor, lessee, kreditor

jangka panjang dalam membiayai leasing. Dengan proses ini, lessor
mendapatkan bantuan lebih dari pihak ketiga karena lessor hanya butuh

mengeluarkan dana tidak sampai 100% dan sisanya akan dibantu oleh pihak
ketiga. Selain itu, lessor tidak bertanggung jawab atas keterlambatan pembayaran
yang diakibatkan oleh lessee.
d. Syndicated Lease
Pembiayaan leasing yang dilakukan lebih dari satu lessor atau satu objek leasing
akibat dari ketidakmampuan suatu lessor untuk memberikan dana atau untuk
mengurangi resiko yang sangat tinggi. Setelah berkerja sama, lessor akan dipilih
untuk dijadikan koordinator lessor dalam melakukan perjanjiang dengan lessee
dan transaksi dengan supplier.
e. Cross Border Lease
Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu
negara, di mana lessor berkedudukan di negara berbeda dengan negara lessee.
Metode ini merupakan metode yang kompleks dan khusus. Transaksi ini biasanya
dilakukan dengan membeli barang yang di-lease-kan pada akhir kontrak. Hal ini
dilakukan untuk keselamatan dari pihak lessor. Metode ini memiliki tingkat
resiko yang tinggi bagi lessor. Kompleksitas dalam transaksi leasing
internasional bagi lessor ini meliputi beberapa masalah antara lain:

- Pertimbangan politis dimana lessee tinggal
- Peraturan mengenai pemilikan oleh pihak asing
- Perpajakan yaitu mengenai perpajakan dobel (double taxation).
- Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan
valuta asing negara lesse
- Peraturan penyusutan
- Bea masuk barang dan ketentuan Impornya.
f. Vendor Program
Vendor program atau disebut juga vendor lease adalah suatu metode penjualan
yang dilakukan oleh produsen atau dealer di mana perusahaan leasing
memberikan atau menyediakan fasilitas leasing kepada pembeli barang. Dalam
mekanisme transaksi vendor program ini, lessor membayar kepada vendor sesuai
dengan harga barang yang dipilih atau ditentukan oleh pembeli (lessee).
Selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee dapat dilakukan
langsung kepada lessor, atau dapat dibayarkan melalui vendor yang
bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat dilakukan sesuai perjanjian.
2.

Melakukan sewa guna usaha dengan hak tanpa opsi bagi lesse (Operating leasing)
Dalam teknik operating lease, Lessee tidak memiliki opsi untuk memiliki barang

modal yang diberikan lessor. Pihak pemilik objek leasing atau lessor membeli barang
modal dan disewagunausahakan kepada lesee. Pembayaran periodik yang dilakukan
oleh lessee tidak mencangkup biaya yang dikeluarkan oleh lessor untuk mendapatkan
barang modal tersebut dan bunganya. Penggunaan barang modal pada teknik ini
biasanya dalam jangka waktu yang pendek dan juga lessee dapat membatalkan

perjanjian leasing kapanpun serta mengembalikan barang modal tersebut kepada
lessor.
IV. Pihak – pihak yang terlibat dalam kegiatan Leasing
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pihak – pihak yang terlibat pada kegiatan
leasing. Pihak – pihak ini memiliki peran tersendiri untuk membantu proses kegiatan
leasing agar tidak terjadi keasalahan atau penyimpangan perjanjian. Berikut adalah pihak
– pihak yang terlibat:
No

Pihak

Pengertian

1.


Lessor

perusahaan atau
pihak yang
memberikan jasa
pembiayaan berupa
barang modal
terhadap lesse

2.

Lessee

perusahaan atau
pihak yang
menginginkan
pembiayaan dalam
bentuk barang
modal dari lessor


3.

Supplier

pihak atau
perusahaan yang
menyediakan
barang modal
kepada lessee yang
akan dibayar tunai
oleh lessor

Jenis Teknik Pembiyaan
Financial Lease
Operating Lease
lessor bertujuan
lessor bertujuan untuk
untuk mendapatkan
mendapatkan

kembali biaya yang
keuntungan dari
telah dikeluarkan
penyedian barang dan
untuk membiayai
pemberian jasa
penyediaan barang
kepada lessee dalam
modal dengan
hal pemeliharaan dan
mendapatkan
juga
keuntungan dengan
pengoperasionalan
opsi yang telah
barang.
disetujui bersama.
lessee bertujuan
lessee bertujuan
untuk mendapatkan

dapat memenuhi
pembiayaan berupa
kebutuhan
barang atau peralatan peralatannya di
dengan cara
samping tenaga
pembayaran angsuran operator dan
atau secara berkala.
perawatan alat
Pada akhir masa
tersebut tanpa resiko
kontrak, lessee
bagi lessee terhadap
memiliki hak opsi
kerusakan.
untuk membeli
barang yang di-lease
dengan harga
berdasarkan nilai sisa
supplier langsung
supplier menjual
menyerahkan barang barangnya langsung
kepada lessee tanpa
kepada lessor dengan
melalui pihak lessor
pembayaran sesuai
sebagai pihak yang
dengan kesepakatan
memberikan
kedua belah pihak
pembiayaan.
baik secara tunai
maupun kredit yang
nantinya akan dilunasi
dengan angsuran

4.

Bank
atau
Kreditur

5.

Asuransi

Dalam hal ini lessee dikenakan biaya asuransi
dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan
akan menanggung resiko sebesar sesuai
dengan perjanjian terhadap barang yang di
leasingnya
Suatu pihak atau lembaga yang bisa dijadikan sebagai alat peminjam
dana bagi lessor.
Perusahaan yang
menjamin
perjanjian anatara
lessor dan lessee

V. Jenis – Jenis Perusahaan Leasing
Jenis – jenis dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Independent Leasing
Merupakan perusahaan leasing yang berdiri sendiri dapat sekaligus sebagai
supplier atau membeli barang- barang modal dari supplier lain untuk disewakan.
Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, adalah bank,
perusahaan dan lembaga keuangan lainnya yang disebut sebagai lessor
independen. Contoh: Adira, WOM, SOF (Summit Oto Finance), FIF (Federal
International Finance – Honda). Berikut adalah gambar mekanisme independent
leasing:
Pembelian Barang
Independent

Supplier
(Manufacturer)

Pembayaran

(Lessor)
Kontrak
Leasing

Angsuran
Lessor

Gambar 5.1 Mekanisme Independent Lessor
Dalam gambar tersebut ditunjukkan bahwa lessor tidak hanya bertemu langsung
dengan lessee. Pada kenyataannya, ada beberapa perusahaan lembaga keuangan
yang memberikan pembiayaan leasing kepada perusahaan leasing. Selain itu,
supplier juga bisa mendapatkan biaya dari lesser independen yang sering disebut
dengan vendor program.
2. Captive Lessor
Captive lessor ini akan tercipta apabila pemasok atau produsen mendirikan
perusahaan leasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat
terjadi apabila pihak pemasok menyediakan pembiayaan leasing sendiri, maka
akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan
dengan menggunakan pembiayaan tradisional. Contoh: ACC (Astra Credit
Company), BAF (Busan Auto Finance – Yamaha) Indomobil Finance – Suzuki.
Captive Lessor ini sering disebut sebagai twoparty lessor. Pihak pertama terdiri
atas perusahaan induk dan pihak kedua merupakan anak perusahaan leasing

(subsidiary) dan pihak kedua adalah lessee atau pengguna barang modal. Berikut
adalah mekanisme captive lessor:
Penjualan barang
Supplier

Independent

(Manufacturer)

(Lessor)
Pembayaran
Kontrak Leasing

Angsuran
Lessor

Gambar 5.2 Mekanisme Captive Lesser
3. Lease Broker
Perusahaan jenis ini memiliki kegiatan utama untuk mempertemukan lessee untuk
memperoleh barang modal kepada pihak lessor untuk disewakan. Jadi dalam hal
ini lease broker hanya sebagai perantara antara pihak pihak lessor dan pihak
lessee. Broker leasing tidak memiliki barang modal leasing yang
mengatasnamakan namanya. Broker leasing juga menawarkan jasa – jasa dalam
usaha leasing sesuai dengan apa yang dibutuhkan nasabah. Berikut adalah
mekanisme broker leasing:
Lessor

Lesser
Broker

Lessor

Lessor

Lessor
Gambar 5.3 Mekanisme Broker Leasing

VI. Mekanisme Operasional Leasing
Leasing pada prinsipnya merupakan suatu industri multidisiplin yang meliputi antara lain
bidang perpajakan, keuangan, dan konsep akuntansi. Penerapan dasar dari konsep leasing
ini adalah terjadi transaksi antara lessor yang memberikan barang modal dan lessee yang
membayar uang sewa dari barang modal tersebut.
Kontrak Leasing
Lessee

Lessor
Lease payment

Gambar 6.1 Mekanisme leasing sederhana

Pada prakteknya, leasing memiliki beberapa unsur – unsur yang ada pada perjanjian
seperti pembiayaan perusahaan, penyediaan barang – barang modal, jangka waktu
leasing, pembayaran secara berkala, adanya hak pilih (opsi) atau tidak dan adakah nilai
sisa yang disetujui. Dimana dalam perjanjian leasing akan memuat informasi pribadi
mengenai lessee, bagaimana cara pembayaran, barang yang dinginkan lessee, syarat
kepemilikannya, jangka waktu leasing, serta kewajiban – kewajiban yang harus dijalani
oleh lessor dan lessee. Perjanjian tersebut disebut dengan lease agreement. Untuk
mencapai persetujuan itu, lessee harus melakukan prosedur permohonan fasilitas seperti
gambar 6.2 mengenai mekanisme umum permohonan failitas leasing kepada lessor.
Lessor
(9)
(8)

(3)
(5)
(4)
Lessee

(2)

(7)

(1)
(6)
Gambar 6.2 Mekanisme Umum Leasing

Supplier

Keterangan gambar 6.2 adalah sebagai berikut:
1. Lessee menghubungi supplier untuk pemilihan dan penentuan jenis barang,
spesifikasi, harga, jangka waktu pengiriman, jaminan purnajual atas barang yang
akan di-lease
2. Lessee melakukan negoasiasi dengan lessor mengenai kebutuhan pembiayaan
barang modal. Pada tahap awal ini, lessee dapat meminta lease quotation yang
tidak mengikat dari lessor. Dalam lease quotation ini dimuat mengenai syaratsyarat pokok pembiayaan leasing antara lain : keterangan barang, cash security
deposit, residual value, asuransi, biaya administrasi, jaminan uang sewa dan
persyaratan-persyaratan lainnya.
3. Lessor mengirimkan letter of offer atau commitment letter kepada lessee yang
berisi syarat-syarat pokok persetujuan lessor untuk membiayai barang modal yang
dibutuhkan lessee tersebut. Apabila lessee menyetujui semua ketentuan dan
persyaratan dalam letter of offer, kemudian lessee menandatangani dan
mengembalikannya kepada lessor.
4. Penandatanganan kontrak leasing setelah semua persyaratan dipenuhi lessee.
Kontrak leasing tersebut sekurang-kurangnya mencakup hal-hal antara lain :
pihak-pihak yang terlibat, hak milik, jangka waktu, jasa leasing, opsi bagi lessee,
penutupan asuransi, tanggung jawab atas objek leasing, perpajakan, jadwal
pembayaran angsuran sewa dan sebagainya.
5. Pengiriman order beli kepada supplier disertai instruksi pengiriman barang
kepada lessee sesuai dengan tipe dan spesifikasi barang yang telah disetujui.

6. Pengriman barang dan pengecekan barang oleh lessee sesuai pesanan. Selanjutnya
lessee menandatangani surat tanda terima dan perintah bayar dan diserahkan
kepada supplier.
7. Penyerahan dokumen oleh supplier kepada lessor termasuk faktur dan bukti-bukti
kepemilikan barang lainnya.
8. Pembayaran oleh lessor kepada supplier.
9. Pembayaran angsuran (lease payment) secara berkala oleh lessee kepada lessor
selama masa sewa guna usaha yang seluruhnya mencakup pengembalian jumlah
yang dibiayai serta bungannya atau jika tidak menggunakan opsi makan tidak
perlu menggunakan bunga.
VII. Kelebihan dan Kekurangan Leasing
Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan yang bisa
dipertimbangkan daripada sumber pembiayaan lainnya. Kelebihan leasing adalah sebagai
berikut:
1.

Pembiayaan Penuh
Transaksi ini jarang sekali membutuhkan uang muka melainkan menggunakan
pembiayaan yang 100% (full pay out). Hal ini akan membantu perusahaan (lessee)
yang baru berdiri atau yang sedang berkembang.

2.

Lebih Fleksibel
Lessee tidak akan terdesak dengan tanggal jatuh tempo pembayaran kepada lessor.
Pembayaran berkala akan ditetapkan pada pendapatan lessee sehingga pembayaran
leasing dapat bergantung pada objek yang dihasilkan oleh lessee. Selain itu, leasing
memberikan kemudahan pembayaran yang menggelembung di awal ataupun di akhir
periode (balloon payment) serta memberikan kemudahan bagi lessee apabila kondisi
keuangan lessee sedang buruk dengan tambahan tenggang waktu.

3.

Sumber Pembiayaan Alternatif
Leasing merupakan suatu pembiayaan perusahaan yang tidak mengganggu
perkreditan lain yang telah dimiliki. Hal ini disebabkan leasing tidak memerlukan
jamina tersendiri seperti pada kredit. Leasing akan memberikan kemudahan bagi
nasabah melalui pembayran berkala yang disesuaikan dengan pendapatan lessee
sehingga jaminan dari lessee tersebut adalah pendapatan yang diterima.

4.

Off Balance Sheet
Tidak adanya keharusan mencata kegiatan leasing kedalam neraca perusahaan
menjadi sautu kelebihan dari leasing. Leasing akan masuk di dalam kewajiban
perusahaan jika diterapkan pada sistem akuntansi. Ketidakhadiran leasing di dalam
neraca dapat memperbaiki rasio keaungan perusahaan karena tidak masuk kedalam
neraca sebagai komponen utang. Kondisi ini disebut off sheet balancing.

5.

Arus Dana

Leasing memberikan kemudahan dalam pembayaran uang muka dengan tidak terlalu
besar dalam nominal maupun presentase. Hal ini dapat mengatur arus kas dari lessee
dimana uang sisanya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya dalam
perkembangan bisnis.
6.

Proteksi Inflasi
Leasing merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa keadaan
sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah
kontrak leasing dilakukan, khususnya apabila leasing berdasarkan tarif suku bunga
tetap,maka lessee akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang
berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan di masa lalu.

7.

Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi
Dengan leasing, lessee dapat terhindar dari kerugian akibat teknologi yang semakin
canggih. Pada dasarnya, lessee dapat memberhentikan kontraknya atau
menggantikan barang modal tersebut dengan yang lebih canggih kepada lessor
dengan bebas dan mudah.

8.

Sumber Pelunasan Kewajiban
Leasing membantu menghilangkan kekhawatiran lessee yang akan melakukan kredit
akibat keterbatasan dana yang dimiliki. Dengan menyewakan barang modalnya,
kreditur akan mendapatkan kemudahan uang masuk akibat barang modal tersebut.

9.

Kapitalisasi Biaya
Adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan,
instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan
sebagai biaya modal yang dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan
berdasarkan lamanya leasing.

10. Risiko Keuangan
Dalam keadaan yang sangat tidak menentu, leasing membantu mengatasi
kekhawatiran lessee dengan operating lease yang memiliki jangka waktu leasing
tidak lama sehingga mengatasi kekhawatiran lessee.
11. Kemudahan Penyusutan Anggarna
Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan
merupakan kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee.
12. Pembiyaan Proyek Skala Besar
Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek yang
seringkali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat
diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang
dapat diterima dan / serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila
terjadi suatu kelalaian.

13. Meningkatkan Debt Capacity
Perolehan barang modal melalui leasing tidak otomatis manaikkan debt equity ratio
yang mempengaruhi bankability dari lessee yang bersangkutan.

VIII. PT BFI Finance (Bunas Finance Indonesia)
Berdiri tahun 1982 sebagai perusahaan patungan
dengan Manufacturer Hanover Leasing Corporation,
Amerika Serikat, PT BFI Finance Indonesia Tbk.
(BFI) merupakan salah satu perusahaan pembiayaan
tertua di Indonesia. Pada tahun 1986, PT Bank Umum
Nasional dan Essompark Ltd., Hong Kong,
mengambil alih kepemilikan Manufacturer Hanover
Leasing Corporation dalam Perusahaan. Pada tahun
1990, Perusahaan mengubah izin operasi untuk
menjalankan usaha multifinance dan berganti nama
menjadi PT Bunas Finance Indonesia. Pada tahun
yang sama Perusahaan berganti status menjadi perusahaan publik setelah mencatatkan
sahamnya di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES). BFI adalah salah
satu perusahaan pembiayaan yang pertama kali menjadi perusahaan publik di tahun 1990.
BFI memfokuskan kegiatan bisnisnya pada pembiayaan kendaraan-kendaraan roda empat
dan dua, dengan target ke masyarakat golongan ekonomi menengah dan menengah ke
bawah. Perusahaan juga membiayai alat-alat berat melalui Sewa Pembiayaan. Secara
geografis, bisnis Perusahaan tersebar di seluruh wilayah Indonesia, dan menjadi salah
satu dari perusahaan-perusahaan pembiayaan dengan bisnis paling beragam di negeri ini.
Saat ini BFI memiliki lebih dari 220 outlet yang tersebar di seluruh Indonesia. Dengan
didukung oleh lebih dari 6.000 karyawannya, BFI mampu memperoleh dan memproses
aplikasi dari masyarakat secara cepat, serta melakukan penagihan piutang ke pelanggan
dengan sistem kerja yang efisien. Kinerja Perusahaan yang sangat baik dari tahun ke
tahun membuat BFI mampu meraih berbagai pencapaian dan penghargaan yang
signifikan.
Visi BFI :
“Menjadi mitra solusi keuangan yang terpercaya yang turut berkontribusi terhadap
peningkatan taraf hidup masyarakat”
Misi BFI:






Menyediakan solusi keuangan yang terpercaya dan efektif kepada pelanggan kami
Mencapai tingkat pengembalian modal yang superior dan menciptakan gambaran
positif di pasar modal
Menyediakan tempat kerja yang kondusif, adil dan menantang yang akan mendorong
potensi terbaik dari para karyawan
Membangun hubungan kemitraan jangka panjang dengan mitra bisnis kami
berdasarkan saling percaya dan menguntungkan
Memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat di mana kami beroperasi

Produk dan Layanan BFI
Pembiayaan Konsumen dapat didefinisikan secara umum sebagai produk jasa
pembiayaan kendaraan roda empat baru melalui dealer, kendaraan roda empat bekas
melalui dealer dan non-dealer, serta kendaraan roda dua bekas non-dealer (definisi nondealer mengacu pada bisnis langsung dari Perusahaan).
1. Pembiayaan Kendaraan Roda Empat Baru dan Bekas (Berasal dari Dealer)
Kredit Cicilan Mobil merupakan nama ari produk ini. BFI meyediakan pembiayaan
untuk kendaraan roda empat baru maupun bekas dengan jangka waktu satu hingga 4
tahun dengan bunga tetap.
2.

Pembiayaan Kendaraan Roda Empat dan Roda Dua Bekas (Non Dealer)
Produk ini merupakan pembiayaan yang dilakukan tanpa melalui dealer melainkan
melalui BFI secara langsung. Produk ini ditargetkan untuk kalangan menengah
kebawah.

3.

Sewa Pembiayaan
Bisnis Sewa Pembiayaan Perusahaan meliputi jasa keuangan yang terutama
ditujukan bagi pelanggan pengguna alat-alat berat. Pelanggan Sewa Pembiayaan BFI
berasal dari sektor bisnis tambang logam, kontraktor umum, pertanian dan
transportasi.

4.

Partnership Loyalty Program (PLP) merupakan program penghargaan dari PT BFI
Finance Indonesia Tbk. (BFI) yang diberikan kepada rekanan showroom yang
melakukan penjualan produk mobil bekas atas kepercayaan dan kesediaannya
menjalin kerjasama dengan BFI.

5.

Pembayaran Angsuran adalah produk dari BFI Finance yang bisa dilakukan dengan
ATM atau tunai. Pembayaran angsuran melalui ATM dapat dilakukan pada ATM
Mandiri, BCA, Permata Bank, ATM Bersama, ATM Prima. Adapun pembayaran
dengan tunai dapat dilakukan pada Alfamart, Alfamidi, Alfa Express, Lawson,
Dandan, Indomart, Pos Indoensia, Bank Mandiri, Permata Bank, dan Bank lainnya.

Berikut hasil simulasi kredit dari BFI Finance:

Gambar 8.1 Simulasi Perkerditan Mobil Roda Empat
Gambar 8.1 menjelaskan mengenai simulasi kredit BFI Finance dimana termasuk
kedalam produk kesatu pada penjelasan sebelumnya. Simulasi ini dilakukan dengan
jangka waktu 3 tahun dan dengan mendapatkan bungan yang tetap. Salah satu keunggulan
dari leasing yaitu mendapatkan bunga tetap sehingga tidak berisiko hasil dari inflasi dan
sebagainya.

Laporan Keuangan PT BFI Finance

Gambar 8.2 Laporan Keuangan PT BFI Finance Tahun 2013
Pada gambar 8.2 dijelaskan pendapatan yang diterima oleh PT BFI dalam satuan Rp
Miliar. Dimulai dari tahun 2009 sampai dengan 2013 tidak terjadi penurunan pendapatan
maupun laba bersih. Peningkatan laba bersih tertinggi ada pada tahun 20009 ke 2010
kurang lebih sebesar 16% sedangkan terendah ada pada tahun 2012 ke 2013 dengan
peningkatan kurang lebih sebesar 3%.

Gambar 8.3 Statistik Laporan Keuangan PT BFI Finance
Pencapaian baik ditunjukkan dimulai tahun 2009 ke tahun 2010 pada sewa pembiayaan
dengan kenaikan sekitar 83%. Performa baik PT BFI Finance terus membaik sampai
dengan tahun 2012. Namun, peningkatan sewa pembiayaan pada tahun 2013 mengalami
penurunan yang cukup banyak sekitar 26% dari tahun 2012.
Berbeda pada pembiayaan konsumen yang selalu menaik dan di tiap tahunnya dimulai
dari tahun 2009. Peningkatan ini menunjukkan kinerja PT BFI Finance yang terus
membaik dan ingin berkembang.

Daftar Pustaka
Agnes Sawir, Kebijakan Pendanaan dan restrukturisasasi Perusahaan, Gramedia Utama,
Jakarta, 2004.
Agnes Sawir, 2004, Kebijakan Pendanaan dan restrukturisasasi Perusahaan, Gramedia
Utama, Jakarta.
Kasmir, ” Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, Jakarta:Raja Grafindo Persada,
2001.
http://www.bfi.co.id/
Annual Report PT BFI Finance Tahun 2013