sem saintek 1 bdg 2013
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
PERBANDINGAN PERHITUNGAN EKONOMI DAN
PENDANAAN PLTN BERBASIS SYARIAH DAN NON SYARIAH
Mochamad Nasrullah*)
Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN)-BATAN
Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710
Telp/Fax : (021) 5204243 Email: [email protected]
ABSTRAK
PERBANDINGAN PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN BERBASIS SYARIAH
DAN NON SYARIAH. Perhitungan ekonomi dan pendanaan sangat diperlukan untuk mengetahui
obyektifitas dari biaya pembangkit listrik tenaga nuklir dan dalam menentukan harga tarif listrik. Model
perhitungan yang digunakan dalam menghitung harga tarif listrik (levelized tariff) adalah model
pendanaan yang dikeluarkan oleh PLN Litbang . Model ini digunakan untuk menghitung biaya investasi,
biaya bahan bakar, operasional dan perawatan, serta melihat porsi pinjaman baik lokal maupun asing
dan tingkat suku bunga yang telah mempertimbangkan country risk disesuaikan dengan kondisi
Indonesia. Prosedur penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data, survey, studi banding, dan
kajian tekno ekonomi serta pendanaan. Hasil kajian menunjukkan jika biaya investasi sesaat PLTN 2 x
1350 MWe sebesar US$ 1850/kWe. Sumber utama pendanaan berbasis non syariah adalah menggunakan
bunga bank, pajak dan mempertimbangkan inflasi, sedangkan pendanaan berbasis syariah
pendanaannya tanpa bunga, tanpa mempertimbangkan pajak dan inflasi serta menggunakan konsep bagi
hasil. Dengan menggunakan asumsi discount rate 10% levelized tarif atau harga listrik PLTN berbasis
syariah menunjukkan harga sebesar 4,83 centsUS$/kWh, sedangkan PLTN harga listrik PLTN berbasis
non syariah sebesar 6,94 centsUS$/kWh. Hasil perhitungan menunjukkan pendanaan PLTN yang
menggunakan basis syariah lebih murah dibandingkan pendanaan berbasis non syariah.
Kata kunci : Biaya Pembangkitan, Harga listrik, PLTN, syariah
ABSTRACT
COMPARISON ON CALCULATE ECONOMIC AND FINANCING OF NPP BETWEEN
SYARIAH AND NON SYARIAH BASES. The calculation of economics and funding really was needed
to know objectivity from the nuclear cost of the generator of power electricity and in determining the
price of the electricity tariff. The calculation model that was used in counting the price of the electricity
tariff is the financing model that was issued by PLN Litbang. This model was used to calculating the
investment cost, the fuel cost, operational and the maintenance cost also the portion of local loan as well
as foreign interest rate that considered country risk adapted to the Indonesian condition. The research
procedure that was used was the data collection, survey, comparative study and the study tecno
economics and funding. Study result points out if momentary investment cost PLTN 2 x 1350 MWe as big
as US$ 1850 / kWe. Main source finance non syariah is utilize bank interest, taxes and regards inflation,
meanwhile finance syariah its finance interest free, without regard the taxes and inflation and utilizes
production sharing concept. By using an assumption of discount rate 10% levelized rate or electricity
price of NPP syariah shows value is 4,83 centsUS$ / kWh, and electricity price non syariah have value
6,94 centsUS$ / kWh. Result calculation showed that electricity price and finance of NPP that utilize
syariah more cheaper than finance non syariah.
Key word: Generation Cost, Electricity Price, NPP, syariah
667
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
1.
disebabkan besarnya jumlah pendanaan yang
dibutuhkan,
tetapi
juga
rendahnya
creditworthiness dari sejumlah besar negara
yang membangun PLTN. Seperti diketahui pola
pendanaan yang digunakan sekarang adalah pola
pendanaan konvensional, pola pendanaan BOO,
pola pendanaan sewa beli dan pola pendanaan
barter, semuanya ini kategori pola pendanaan
berbasis bunga bank. Pola pendanaan selain
berbasis bunga bank ada juga pola pendanaan
berbasis syariah, yang sekarang telah diakui
keberadaannya diberbagai negara termasuk
Indonesia.
Dalam konteks perusahaan pembiayaan
syariah, sangat jarang tulisan dan makalah yang
ditulis oleh para ahli ekonomi saat ini, terlebih
memang konsep dan pelaksanaan pembiayaan
syariah oleh perusahaan pembiayaan syariah
belum banyak dan belum lama beroperasi di
Indonesia. Oleh karena itu dalam tulisan ini
mencoba untuk mengkaji lebih dalam mengenai
perusahaan pembiayaan yang berbasis syariah
khususnya dalam perhitungan ekonomi dan
pendanaan PLTN berbasis syariah.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal
dengan tidak menarik dana langsung dari
masyarakat. Bidang usaha lembaga pembiayaan
mencakup
beberapa
alternatif
kegiatan
pembiayaan seperti sewa guna usaha (leasing),
anjak piutang (factoring), kartu kredit (credit
card), dan pembiayaan konsumen (consumer
finance). Memasuki dekade tahun 2000 industri
jasa pembiayaan di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat sehingga
menuntut industri jasa pembiayaan dapat
menyesuaikan
diri
dengan
kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan jasa keuangan
yang sangat kompleks. Perkembangan industri
jasa pembiayaan ini secara keseluruhan telah
mampu menjadikannya sebagai suatu industri
yang cukup menonjol dalam dunia bisnis
khususnya sektor keuangan yang diperlukan
dalam menunjang pembangunan ekonomi secara
nasional. Peranan yang menonjol dari industri
jasa pembiayaan adalah menyediakan dana bagi
masyarakat yang memerlukan sumber dana
pembiayaan baik untuk keperluan investasi,
modal kerja, atau semata-mata untuk barang
yang akan dipakai sendiri (konsumsi). Dana
yang disalurkan oleh industri jasa pembiayaan
kepada masyarakat diharapkan akan dapat
bermanfaat untuk mendorong perkembangan
perekonomian nasional.
Dengan perkembangan kegiatan industri
jasa pembiayaan yang sedemikian pesat,
pemerintah dalam hal ini Departemen Keuangan
dituntut untuk mengoptimalkan perannya
sebagai regulator dan supervisor kegiatan jasa
pembiayaan melalui upaya kebijakan yang
mendorong kearah perkembangan industri jasa
pembiayaan secara berkesinambungan. Salah
satu upaya Departemen Keuangan dalam rangka
optimalisasi
peran
dilakukan
melalui
peningkatan fungsi pembinaan dan pengawasan
secara berkelanjutan dengan tujuan untuk
memastikan bahwa pengelolaan kegiatan
industri jasa pembiayaan telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk di dalamnya perusahaan pembiayaan
yang berbasis syariah [1]
Kelayakan ekonomi dan teknologi PLTN
yang membutuhkan biaya investasi yang besar
membuat pendanaan menjadi salah satu kendala
utama pada proyek PLTN di sebagian besar
negara berkembang. Dalam setiap pendanaan
suatu proyek masalah terletak tidak hanya
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
menghitung pendanaan PLTN menghitung
pendanaan PLTN berbasis syariah dan
membandingkan dengan pola pendanaan
konvensional yang berbasis bunga bank. Selain
itu
tujuanlain
adalah
menambah
dan
memperkaya khazanah pengetahuan khususnya
tentang teori dan praktek pendanaan yang
berbasis syariah.
1.3. Lingkup Studi
Lingkup studi mencakup analisis kelayakan
pendanaan untuk PLTN 2 x 1350 MWe dengan
biaya investasi sesaat 1850 $/kWe. Kelayakan
pendanaan akan dibuat dengan membuat analisis
pendanaan PLTN dengan pola pendanaan
berbasis syariah dan non syariah
1.4.
Teori
Secara teori, ada tiga hal yang menjadi
penciri dari pembiayaan berbasis syariah, yaitu
(1) bebas bunga, (2) berprinsip bagi hasil dan
risiko, dan (3) perhitungan bagi hasil tidak
dilakukan di muka. Berbeda dengan kredit
konvensional yang memperhitungkan suku
bunga di depan, ekonomi syariah menghitung
668
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
hasil setelah periode transaksi berakhir. Hal ini
berarti dalam pembiayaan syariah pembagian
hasil dilakukan setelah ada keuntungan riil,
bukan berdasar hasil perhitungan spekulatif.
Sistem bagi hasil ini dipandang lebih sesuai
dengan iklim bisnis yang memang mempunyai
potensi untung dan rugi. Baik sistem bunga
maupun bagi hasil sebenarnya sama-sama dapat
memberikan keuntungan bagi pemilik dana
(bank/lembaga keuangan), namun keduanya
mempunyai perbedaan yang sangat nyata.
Secara ringkas perbedaan kedua sistem tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
utang yang berbeda sama sekali, yaitu utang
yang terjadi karena pinjam meminjam uang dan
utang yang terjadi karena pengadaan barang.
Utang yang terjadi karena pinjam meminjam
uang tidak boleh ada tambahan, kecuali dengan
alasan yang pasti dan jelas, seperti biaya
materai, biaya notaris, dan studi kelayakan.
Tambahan lain yang sifatnya tidak pasti dan
tidak jelas, seperti inflasi dan deflasi tidak
diperbolehkan, dan mekanisme inilah yang
berlaku
pada
perusahaan
pembiayaan
konvensional. Kemudian ada utang yang terjadi
karena pembiayaan pengadaan barang, utang
seperti ini harus jelas dalam satu kesatuan yang
utuh yang disebut harga jual. Harga jual itu
terdiri atas harga pokok barang plus keuntungan
yang disepakati. Sekali harga jual disepakati,
selamanya tidak boleh berubah naik karena akan
masuk dalam kategori riba fadl. Mekanisme
pembiayaan seperti ini berlaku pada perusahaan
pembiayaan syariah.[3] Jadi utang yang terjadi
pada perusahaan pembiayaan konvensional
adalah utang uang dan utang yang terjadi pada
perusahaan pembiayaan syariah adalah utang
pengadaan barang.
Tabel 1. Perbedaan antara sistem bunga dan
bagi hasil.
Bagi hasil
Bunga
Penentuan besarnya
rasio/nisbah bagi hasil
dibuat pada waktu
akad dengan
berpedoman pada
kemungkinan untungrugi.
Besarnya rasio bagi
hasil berdasarkan pada
jumlah keuntungan
yang diperoleh
Penentuan bunga
dilakukan pada
waktu akad dengan
asumsi harus bagi
hasil dibuat pada
waktu akad selalu
untung
Besarnya persentase
berdasarkan pada
jumlah uang
(modal) yang
dipinjamkan.
Pembayaran bunga
tetap seperti yang
dijanjikan tanpa
pertimbangan
apakah
proyek/usaha yang
dijalankan oleh
pihak nasabah
untung atau rugi.
Jumlah pembayaran
bunga tidak
meningkat
sekalipun jumlah
keuntungan berlipat
atau keadaan
ekonomi sedang
booming.
Eksistensi bunga
diragukan (kalau
tidak dikecam) oleh
semua agama. [2]
Bagi hasil bergantung
pada keuntungan
proyek yang
dijalankan. Bila usaha
merugi, kerugian akan
ditanggung bersama
kedua belah pihak.
Jumlah pembagian
laba meningkat sesuai
dengan peningkatan
jumlah pendapatan
Tidak ada yang
meragukan keabsahan
bagi hasil.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Metode kajian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis kritis berdasarkan
studi literatur dan model perhitungan pendanaan
yang
berbasis
syariah
dan
kemudian
membandingkannya dengan praktek pendanaan
berbasis non-syariah. Selanjutnya dilakukan
analisis kesesuaian praktek di lapangan dengan
teorinya dalam berbagai literatur ekonomi
syariah dalam dunia akademik.
Langkah-langkah
penelitian
adalah
menghitung
kembali
biaya-biaya
yang
mempengaruhi biaya PLTN dengan cara sebagai
berikut :
1. Menetapkan parameter teknis dan ekonomis
dari PLTN yang akan dijadikan dasar
perhitungan.
2. Menghitung kembali parameter yang
mempengaruhi biaya PLTN
3. Membandingkan hasil kelayakan PLTN
dengan pola pendanaan berbasis syariah dan
non syariah
2.1. Perhitungan Harga Listrik Teraras
Mekanisme pembiayaan utang pada
perusahaan pembiayaan konvensional berbeda
dengan pembiayaan syariah. Ada dua jenis
Harga listrik teraras adalah biaya
pembangkitan per kWh yang di-levelized, yang
terdiri dari biaya modal, biaya operasi dan
669
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
perawatan tetap (fixed operational and
maintenance cost), biaya operasi dan perawatan
tetap (variable operational and maintenance
cost) dan biaya bahan bakar. Harga listrik
teraras tidak termasuk biaya transmisi, sehingga
sering disebut juga busbar cost. Pada beberapa
literatur harga listrik teraras juga disebut
Levelized Cost Of Electricity (LCOE) atau
disebut juga Levelized Unit Electricity Cost
(LUEC).
Perbandingan
keekonomian
pembangkit tenaga listrik secara internasional
maupun perbandingan jenis pembangkit yang
berbeda biasa dilakukan dengan konsep harga
listrik teraras ini, yang sering juga disebut
discounted levelized cost. Harga listrik teraras
adalah biaya rata-rata teraras (levelized), yaitu
biaya yang diperlukan (dalam mata uang tetap)
per kWh yang memperhitungkan semua biaya,
meliputi
biaya
kapital
pembangunan
pembangkit, biaya operasi dan biaya bahan
bakar, selain biaya-biaya tersebut harus
ditambah dengan biaya pengelolaan limbah dan
dekomisioning.
Perbandingan harga listrik teraras sulit
dilakukan, karena ada banyak faktor-faktor yang
mempengaruhinya,
dimana
faktor-faktor
tersebut dapat berbeda pada tempat dan waktu.
Tujuan perbandingan harga listrik teraras adalah
untuk membantu pengambil keputusan dalam
memilih
jenis
PLTN
yang
akan
dipertimbangkan dalam rangka penentuan
pemanfaatan sumber daya (resource allocation).
Harga listrik teraras tidak memperhitungkan
faktor-faktor sosial politik yang dapat
mempengaruhi
biaya
pembangkitan.
Perhitungan dan perbandingan keekonomian
tersebut akan digunakan analisis kelayakan
ekonomi dengan menggunakan model G4Econs
yang berasal dari IAEA.
Langkah-langkah
penelitian
adalah
menghitung kembali biaya yang mempengaruhi
biaya pembangkit listrik dengan cara sebagai
berikut :
Menetapkan parameter teknis dan ekonomi
dari
PLTN
untuk dijadikan dasar
perhitungan.
Menentukan komponen biaya pembangkit
listrik seperti biaya investasi, biaya bahan
bakar dan biaya operasional dan perawatan
dari PLTN.
Menghitung biaya pembangkit listrik dari
data masukan dengan menggunakan
G4Econs
Menghitung dan menganalisis pendanaan
PLTN berbasis syariah dan non syariah
2.2. Dasar Perhitungan Biaya Pembangkitan
PLTN 4)
LUEC =
∑t (Investasit + O&Mt + Fuelt +
Carbont + Decomt)/(1 + r )t
∑t ((Electricityt)/ (1 + r)t)
dimana:
Electricityt
:
r
Investasi t
O&Mt
:
:
:
Fuelt
Carbont
Decomt
:
:
:
Jumlah produksi listrik dalam
tahun t
discount rate tiap tahun;
Biaya Investasi dalam tahun t;
Biaya Operasi dan perawatan
dalam tahun t
Biaya Fuel dalam tahun t;
Biaya Carbon dalam tahun t;
Biaya Decomissioning dalam
tahun t;
2.3. Kelayakan finansial 5)
Kelayakan finansial dari proyek dapat
diketahui dari parameter:
a. Internal rate of return (IRR) yang akan
dibandingkan dengan weigth average cost
of capital (WACC). Apabila IRR > WACC
maka proyek layak
b. Net present value (NPV). Apabila NPV > 0
maka proyek layak
c. Pay back periode (PB). Tingkat
pengembalian investasi tanpa
memperhitungkan nilai waktu uang
d. Benefit cost ratio (BC). Apabila nilai BC >
1 maka proyek layak
3. ASUMSI
DAN
DIGUNAKAN
DATA
YANG
3.1. Data Teknis dan Ekonomi
Parameter dasar ekonomi yang digunakan
pada
data
pembangkit
tenaga
listrik,
industri/pabrik hydrogen dan desalinasi yang
digunakan untuk menghitung dan mengevaluasi
keekonomian adalah sebagai berikut: PLTN
yang dikaji dalam studi ini adalah PLTN, hal ini
seperti yang tercantum dalam Tabel 2.
Referensi pembangkit (reference plant) yang
digunakan pada studi ini adalah PLTN 2 x 1350
MWe jenis PWR.
Umur ekonomi merupakan periode operasi
komersial dari pembangkitan listrik untuk
menutup kembali biaya modal. Biasanya umur
670
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
ekonomi lebih singkat/berbeda dibandingkan
dengan umur teknis. Umur ekonomi PLTN
sebenarnya bervariasi, tapi disain modern
sekarang telah menargetkan umur ekonomis
sekitar minimal 40 tahun, bahkan sampai 60
tahun. Dalam studi ini umur ekonomi untuk
PLTN 2 x 1350 MWe diasumsikan 40 tahun dan
umur teknis 60 tahun. Production data dimulai
pada tahun 2025 dan diakhiri tahun 2060. Dalam
studi ini nilai gross output 7446 GWh dengan
capacity factor 85%.
PLTN untuk dapat beroperasi menghasilkan
energi listrik selama waktu hidupnya (life time).
Daur bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle)
mencakup seluruh aktivitas mulai dari
eksplorasi,
penambangan,
penggilingan,
pemurnian,
pengkayaan
dan
kemudian
dilanjutkan dengan fabrikasi menjadi elemen
bakar nuklir untuk siap digunakan dalam operasi
reaktor dan akhirnya menjadi bahan bakar bekas
(spent fuel). Secara rinci biaya bahan bakar
nuklir dapat dilihat pada Table 4.
Tabel 2. Parameter Ekonomi dan Teknis PLTN
tahun 2012 6)
Tabel 3. Biaya Investasi PLTN tahun 2012 6)
Keterangan
Sumber Energi
Tipe PLTN
Plant Capacity
Plant net thermal
Capacity Factor
Umur ekonomi
Masa Konstruksi
Satuan
MWe
%
%
tahun
tahun
PLTN
Nuclear
PWR
2 x 1350
33.4
85
40
3
Keterangan
Plant Capacity
Satuan
MWe
Nilai
2 x 1350
Overnight Cost
(millions US$)
4995
Overnight Cost
(US$/kWe)
1850
Table 4. Total Biaya Bahan Bakar 7)
Keterangan
Harga uranium ore
Oxide to UF6
conversion
Enrichment
Fabrication
Outside reactor bldg
spent fuel storage
DUF6
conv/storage/geologic
disposal
Geological Repository.
D
3.2. Biaya Investasi PLTN
Biaya investasi PLTN biasanya disebut
biaya sesaat (overnight cost), yaitu biaya yang
belum memasukkan tingkat suku bunga selama
konstruksi atau Interest During Construction
(IDC). Biaya ini terdiri dari biaya EPC
(Engineering Procurement Construction), biaya
pengembangan (development costs) dan biaya
lain-lain (other costs) serta biaya contigency.
Komposisi biaya kapital untuk EPC terdiri atas
biaya nuclear island, conventional island,
balance of plant, construction dan erection
work, design dan engineering. Biaya investasi
yang dihitung disesuaikan dengan disbursement
selama masa konstruksi, dan data tersebut
diambil dari data terbaru tahun 2012.
Pembangunan PLTN memerlukan dana yang
cukup besar sehingga biasanya pemilik modal
(owner) tidak cukup dana untuk membiayai
pembangunan PLTN tersebut. Owner biasanya
meminjam dana dari lembaga keuangan
internasional, dengan demikian ada konsekuensi
biaya berupa interest during construction (IDC).
Biaya sesaat apabila ditambahkan dengan IDC
disebut juga dengan biaya investasi. Secara rinci
biaya investasi ditunjukkan pada Tabel 3.
Satuan
$/lbU3O8
$/KgU
PLTN
74,20
10,00
$/SWU
$/KgHM
$/KgHM
145,00
240,00
200,00
$/Kg DU
5,00
mills/Kwh
1,00
3.4. Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Biaya operasi dan pemeliharaan (O&M
Cost) merupakan biaya yang dibutuhkan untuk
menjalankan operasi rutin PLTN. O&M Cost
besarnya bergantung pada teknologi dan
kapasitas daya yang terpasang. Biaya variable
O&M akan tergantung pada jam operasi PLTN
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Table 5.
Biaya variable O&M berisi biaya yang
dibutuhkan untuk merawat pembangkit listrik
yang dibangun dan dirawat oleh outsourcing
staff (off-site staff). Diasumsikan jumlah biaya
total O&M PLTN 2 x 1350 MW per tahun
sebesar 0,46 cents$/kWh atau 86.566.332 US$
yang diperkirakan dari beberapa informasi dari
berbagai referensi tetapi sudah disesuaikan
kondisi Indonesia.
3.3. Biaya Bahan Bakar
Bahan bakar nuklir (nuclear fuel)
merupakan bahan bakar yang dibutuhkan oleh
671
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
Tabel 5. Total Biaya O&M PLTN
dengan non syariah, karena belum ditambahkan
beberapa komponen financial seperti, bunga,
pajak, eskalasi/inflasi. Secara rinci biaya
pembangkitan PLTN dapat dilihat pada Tabel 7.
No
Deskripsi
Unit
1
Biaya Fixed O&M
US$ juta
9,0
2
Biaya Variable O&M
US$ juta
77,6
US$ juta
86,6
Total
Nilai
Tabel 7.
No
1
2
3.5. Asumsi Data Finansial
Pada bagian ini menggambarkan aplikasi
model untuk analisis pendanaan dari single plant
yang dibangun oleh Utility. Diasumsikan utility
disebut “Nuclear Power Utility” yang akan
membangun PLTN dengan kapasitas 1000 MWe
dan perusahaan yang menjual listrik serta
mendistribusikan namanya PLN. Diasumsikan
bahwa Utility menggunakan porsi distribusi
pembangunan yang mempunyai masa konstruksi
6 tahun dari tahun 2018 hingga tahun 2023
dengan % distribusi tahunan masing-masing
sebesar 10%, 15%, 20%, 25%, 20%, 10%.
Investasi dengan porsi local berasal dari equity
dan bonds, nilai IDC, inflasi dan nilai tukar
asing yang akan dibayar oleh equity untuk dua
tahun dan sisanya akan dibayar dengan bonds.
Selanjutnya rincian asumsi yang akan digunakan
untuk menganalisis pendanaan PLTN adalah
seperti terlihat pada Tabel 6.
4.
3
4
Hasil Perhitungan Keekonomian Biaya
Pembangkit PLTN
Keterangan
Biaya Investasi
Biaya Bahan
Bakar
Biaya
Operasional dan
Pemeliharaan
Total Biaya
Pembangkit
Satuan
millsUS$/kWh
millsUS$/kWh
Nilai
33,24
8,46
millsUS$/kWh
4,33
millsUS$/kWh
46,03
Sedangkan hasil perhitungan finansial
menunjukkan bahwa secara finansial pada
discount rate 10 %, proyek PLTN berbasis
syariah harga listrik menunjukkan sebesar 4,83
cent$/kWh, sedangkan PLTN berbasis non
syariah menunjukkan hasil sebesar 6,94
cent$/kWh. Dengan demikian pendanaan PLTN
berbasis syariah harga listriknya lebih murah
dibandingkan PLTN berbasis non syariah. Hal
ini wajar mengingat pendanaan berbasis syariah
tidak mempertimbangkan pajak, bunga bank,
eskalasi/inflasi.
Namun permasalahan yang dihadapi jika
PLTN menggunakan pendanaan berbasis syariah
adalah pendanaan berbasis syariah tersebut
meskipun sudah diterapkan pada beberapa
proyek pendanaan tertentu, namun belum pernah
diterapkan pada proyek berskala mega proyek,
khususnya pendanaan PLTN. Secara rinci hasil
perhitungan pendanaan berbasis syariah dan non
syariah dapat dilihat pada Tabel 8.
HASIL PEMBAHASAN
Hasil perhitungan keekonomian atau biaya
pembangkitan menunjukkan bahwa PLTN 2 x
1350 MWe yang mempunyai biaya sesaat 1850
$/kWe mempunyai biaya pembangkitan sebesar
46,03 millsUS$/kWh. Hasil biaya pembangkitan
ini dianggap sama antara yang berbasis syariah
Tabel 6. Asumsi Dasar Untuk Analisis Pendanaan PLTN 8)
No
1.
2.
3
Keterangan
Investasi Asing /Lokal
Discount Rate dan Umur ekonomis
Suku Bunga dan Porsi:
Perusahaan Swasta Asing/Internasional
Perusahaan Swasta Domestik
Government via PT PLN (Persero)
Nilai
85 /15
10% / 40 tahun
Lihat Persyaratan dan Kondisi
4
Informasi Nilai Tukar
Tahun 2010 rata-rata Rp. 9040 / 1 US$ dan tahun 2011
rata-rata Rp. 8738 / 1 US$ tingkat nilai tukar yang
mencerminkan tingkat inflasi
5
Informasi tingkat inflasi
US$ inflasi Tahun 2011 : 3%, steady rate 3% per tahun
Rp. Inflasi Tahun 2011 : 5%, steady rate 6% per tahun
6
Tahun Dasar
2011
672
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
Tabel 8. Perbandingan Hasil Perhitungan
Pendanaan Syariah dan Non
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
5.
Keterangan
IRR Equity (%)
IRR Project (%)
WACC (%)
NPV (juta US$)
BCR
Payback Period
(tahun, bulan)
Debt Service
Coverage ratio
Discount Rate
(%)
Country Risk
(%)
Harga listrik
(cents$/kWh)
Perhitungan
Pendanaan
Non
Syariah
Syariah
11,15
12,36
12,01
12,00
10,00
10,00
906
947
1,30
1,28
6 tahun
6 tahun
4,1 bulan
0,3 bulan
8,67
10
10
10
5
4,83
6,94
6.
DAFTAR PUSTAKA
1.
MUHAIMIN., Perusahaan Pembiayaan
Syariah di Indonesia (Sebuah Tinjauan
Analisis Terhadap Perusahaan Pembiayaan
PT FIF Syariah), 2010
Manajemen PT. Federal International
Finance, Memo Pelunasan Non Avalist,
(Yogyakarta: PT Federal International
Finance , 2007).
Manajemen FIF Syariah, Ketentuan
Tentang Asuransi Syariah pada FIF
Syariah,
(Yogyakarta: PT Federal
International Finance Unit Syariah, 2008).
IEA/NEA, Projected Costs of Generating
Electricity:
2010
Edition,
OECD,
Paris,France. 2010
PT. PLN (Persero) Litbang., “Studi
Ekonomi, Pendanaan dan Struktur Owner
dalam
rangka
rencana
persiapan
pembangunan
PLTN
pertama
di
Indonesia” Jakarta biaya pembangkitan
listrik termurah, 2006
World
Nuclear
Association,
The
Economics of Nuclear Power, Vienna
August 2011
EMWG, User’s Manual for G4-ECONS
Version 2.0 A Generic EXCEL-based
Model for Computation of the Projected
Levelized Unit Electricity Cost (LUEC)
and/or Levelized non-Electricity Unit
Product Cost (LUPC) from Generation IV
Systems, 2008
NASRULLAH, Perhitungan Ekonomi
Harga Listrik PLTN, 2012
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
2.
Dari hasil analisis dalam studi ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Perhitungan keekonomian menunjukkan
bahwa biaya pembangkit PLTN berada
dibawah 5 cents USD/kWh yaitu sebesar
4,6
cents
USD/kWh.
Komitmen
mengeluarkan sejumlah besar dana untuk
pembangunan PLTN tidak mudah. Dengan
semakin terbatasnya dana Pemerintah, baik
rupiah maupun pinjaman luar negeri, dan
kebutuhan yang juga mendesak untuk
sektor-sektor lain seperti kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya, maka alokasi
dana Pemerintah untuk membangun PLTN
diperkirakan akan sangat sulit. Oleh karena
itu ada beberapa pilihan pola pendanaan,
salah satunya adalah menggunakan pola
pendanaan berbasis syariah.
Dengan menggunakan asumsi discount rate
10% levelized tarif atau harga listrik PLTN
berbasis syariah menunjukkan harga
sebesar 4,83 centsUS$/kWh, sedangkan
PLTN harga listrik PLTN berbasis non
syariah sebesar 6,94 centsUS$/kWh. Hasil
perhitungan menunjukkan pendanaan PLTN
yang menggunakan basis syariah lebih
murah dibandingkan pendanaan berbasis
non syariah. Namun permasalahan yang
dihadapi
jika
PLTN
menggunakan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
673
pendanaan
berbasis
syariah
adalah
pendanaan berbasis syariah tersebut
meskipun sudah diterapkan pada beberapa
proyek pendanaan tertentu, namun belum
pernah diterapkan pada proyek berskala
mega proyek, khususnya pendanaan PLTN.
Di lain pihak, sektor swasta diperkirakan
akan tertarik untuk berinvestasi di PLTN
karena nilai kapital yang meskipun relatif
tinggi, namun masa konstruksi yang relatif
tidak terlalu lama (6 tahun) ditambah
dengan kemajuan teknologi dibidang
PLTN. Namun demikian resiko yang sangat
tinggi khas PLTN seperti resiko delay dan
cost over-run konstruksi, resiko kecelakaan,
dan resiko lingkungan perlu mendapatkan
pertimbangan.
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
PERBANDINGAN PERHITUNGAN EKONOMI DAN
PENDANAAN PLTN BERBASIS SYARIAH DAN NON SYARIAH
Mochamad Nasrullah*)
Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN)-BATAN
Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta 12710
Telp/Fax : (021) 5204243 Email: [email protected]
ABSTRAK
PERBANDINGAN PERHITUNGAN EKONOMI DAN PENDANAAN PLTN BERBASIS SYARIAH
DAN NON SYARIAH. Perhitungan ekonomi dan pendanaan sangat diperlukan untuk mengetahui
obyektifitas dari biaya pembangkit listrik tenaga nuklir dan dalam menentukan harga tarif listrik. Model
perhitungan yang digunakan dalam menghitung harga tarif listrik (levelized tariff) adalah model
pendanaan yang dikeluarkan oleh PLN Litbang . Model ini digunakan untuk menghitung biaya investasi,
biaya bahan bakar, operasional dan perawatan, serta melihat porsi pinjaman baik lokal maupun asing
dan tingkat suku bunga yang telah mempertimbangkan country risk disesuaikan dengan kondisi
Indonesia. Prosedur penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data, survey, studi banding, dan
kajian tekno ekonomi serta pendanaan. Hasil kajian menunjukkan jika biaya investasi sesaat PLTN 2 x
1350 MWe sebesar US$ 1850/kWe. Sumber utama pendanaan berbasis non syariah adalah menggunakan
bunga bank, pajak dan mempertimbangkan inflasi, sedangkan pendanaan berbasis syariah
pendanaannya tanpa bunga, tanpa mempertimbangkan pajak dan inflasi serta menggunakan konsep bagi
hasil. Dengan menggunakan asumsi discount rate 10% levelized tarif atau harga listrik PLTN berbasis
syariah menunjukkan harga sebesar 4,83 centsUS$/kWh, sedangkan PLTN harga listrik PLTN berbasis
non syariah sebesar 6,94 centsUS$/kWh. Hasil perhitungan menunjukkan pendanaan PLTN yang
menggunakan basis syariah lebih murah dibandingkan pendanaan berbasis non syariah.
Kata kunci : Biaya Pembangkitan, Harga listrik, PLTN, syariah
ABSTRACT
COMPARISON ON CALCULATE ECONOMIC AND FINANCING OF NPP BETWEEN
SYARIAH AND NON SYARIAH BASES. The calculation of economics and funding really was needed
to know objectivity from the nuclear cost of the generator of power electricity and in determining the
price of the electricity tariff. The calculation model that was used in counting the price of the electricity
tariff is the financing model that was issued by PLN Litbang. This model was used to calculating the
investment cost, the fuel cost, operational and the maintenance cost also the portion of local loan as well
as foreign interest rate that considered country risk adapted to the Indonesian condition. The research
procedure that was used was the data collection, survey, comparative study and the study tecno
economics and funding. Study result points out if momentary investment cost PLTN 2 x 1350 MWe as big
as US$ 1850 / kWe. Main source finance non syariah is utilize bank interest, taxes and regards inflation,
meanwhile finance syariah its finance interest free, without regard the taxes and inflation and utilizes
production sharing concept. By using an assumption of discount rate 10% levelized rate or electricity
price of NPP syariah shows value is 4,83 centsUS$ / kWh, and electricity price non syariah have value
6,94 centsUS$ / kWh. Result calculation showed that electricity price and finance of NPP that utilize
syariah more cheaper than finance non syariah.
Key word: Generation Cost, Electricity Price, NPP, syariah
667
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
1.
disebabkan besarnya jumlah pendanaan yang
dibutuhkan,
tetapi
juga
rendahnya
creditworthiness dari sejumlah besar negara
yang membangun PLTN. Seperti diketahui pola
pendanaan yang digunakan sekarang adalah pola
pendanaan konvensional, pola pendanaan BOO,
pola pendanaan sewa beli dan pola pendanaan
barter, semuanya ini kategori pola pendanaan
berbasis bunga bank. Pola pendanaan selain
berbasis bunga bank ada juga pola pendanaan
berbasis syariah, yang sekarang telah diakui
keberadaannya diberbagai negara termasuk
Indonesia.
Dalam konteks perusahaan pembiayaan
syariah, sangat jarang tulisan dan makalah yang
ditulis oleh para ahli ekonomi saat ini, terlebih
memang konsep dan pelaksanaan pembiayaan
syariah oleh perusahaan pembiayaan syariah
belum banyak dan belum lama beroperasi di
Indonesia. Oleh karena itu dalam tulisan ini
mencoba untuk mengkaji lebih dalam mengenai
perusahaan pembiayaan yang berbasis syariah
khususnya dalam perhitungan ekonomi dan
pendanaan PLTN berbasis syariah.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam
bentuk penyediaan dana atau barang modal
dengan tidak menarik dana langsung dari
masyarakat. Bidang usaha lembaga pembiayaan
mencakup
beberapa
alternatif
kegiatan
pembiayaan seperti sewa guna usaha (leasing),
anjak piutang (factoring), kartu kredit (credit
card), dan pembiayaan konsumen (consumer
finance). Memasuki dekade tahun 2000 industri
jasa pembiayaan di Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat sehingga
menuntut industri jasa pembiayaan dapat
menyesuaikan
diri
dengan
kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan jasa keuangan
yang sangat kompleks. Perkembangan industri
jasa pembiayaan ini secara keseluruhan telah
mampu menjadikannya sebagai suatu industri
yang cukup menonjol dalam dunia bisnis
khususnya sektor keuangan yang diperlukan
dalam menunjang pembangunan ekonomi secara
nasional. Peranan yang menonjol dari industri
jasa pembiayaan adalah menyediakan dana bagi
masyarakat yang memerlukan sumber dana
pembiayaan baik untuk keperluan investasi,
modal kerja, atau semata-mata untuk barang
yang akan dipakai sendiri (konsumsi). Dana
yang disalurkan oleh industri jasa pembiayaan
kepada masyarakat diharapkan akan dapat
bermanfaat untuk mendorong perkembangan
perekonomian nasional.
Dengan perkembangan kegiatan industri
jasa pembiayaan yang sedemikian pesat,
pemerintah dalam hal ini Departemen Keuangan
dituntut untuk mengoptimalkan perannya
sebagai regulator dan supervisor kegiatan jasa
pembiayaan melalui upaya kebijakan yang
mendorong kearah perkembangan industri jasa
pembiayaan secara berkesinambungan. Salah
satu upaya Departemen Keuangan dalam rangka
optimalisasi
peran
dilakukan
melalui
peningkatan fungsi pembinaan dan pengawasan
secara berkelanjutan dengan tujuan untuk
memastikan bahwa pengelolaan kegiatan
industri jasa pembiayaan telah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku,
termasuk di dalamnya perusahaan pembiayaan
yang berbasis syariah [1]
Kelayakan ekonomi dan teknologi PLTN
yang membutuhkan biaya investasi yang besar
membuat pendanaan menjadi salah satu kendala
utama pada proyek PLTN di sebagian besar
negara berkembang. Dalam setiap pendanaan
suatu proyek masalah terletak tidak hanya
1.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
menghitung pendanaan PLTN menghitung
pendanaan PLTN berbasis syariah dan
membandingkan dengan pola pendanaan
konvensional yang berbasis bunga bank. Selain
itu
tujuanlain
adalah
menambah
dan
memperkaya khazanah pengetahuan khususnya
tentang teori dan praktek pendanaan yang
berbasis syariah.
1.3. Lingkup Studi
Lingkup studi mencakup analisis kelayakan
pendanaan untuk PLTN 2 x 1350 MWe dengan
biaya investasi sesaat 1850 $/kWe. Kelayakan
pendanaan akan dibuat dengan membuat analisis
pendanaan PLTN dengan pola pendanaan
berbasis syariah dan non syariah
1.4.
Teori
Secara teori, ada tiga hal yang menjadi
penciri dari pembiayaan berbasis syariah, yaitu
(1) bebas bunga, (2) berprinsip bagi hasil dan
risiko, dan (3) perhitungan bagi hasil tidak
dilakukan di muka. Berbeda dengan kredit
konvensional yang memperhitungkan suku
bunga di depan, ekonomi syariah menghitung
668
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
hasil setelah periode transaksi berakhir. Hal ini
berarti dalam pembiayaan syariah pembagian
hasil dilakukan setelah ada keuntungan riil,
bukan berdasar hasil perhitungan spekulatif.
Sistem bagi hasil ini dipandang lebih sesuai
dengan iklim bisnis yang memang mempunyai
potensi untung dan rugi. Baik sistem bunga
maupun bagi hasil sebenarnya sama-sama dapat
memberikan keuntungan bagi pemilik dana
(bank/lembaga keuangan), namun keduanya
mempunyai perbedaan yang sangat nyata.
Secara ringkas perbedaan kedua sistem tersebut
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
utang yang berbeda sama sekali, yaitu utang
yang terjadi karena pinjam meminjam uang dan
utang yang terjadi karena pengadaan barang.
Utang yang terjadi karena pinjam meminjam
uang tidak boleh ada tambahan, kecuali dengan
alasan yang pasti dan jelas, seperti biaya
materai, biaya notaris, dan studi kelayakan.
Tambahan lain yang sifatnya tidak pasti dan
tidak jelas, seperti inflasi dan deflasi tidak
diperbolehkan, dan mekanisme inilah yang
berlaku
pada
perusahaan
pembiayaan
konvensional. Kemudian ada utang yang terjadi
karena pembiayaan pengadaan barang, utang
seperti ini harus jelas dalam satu kesatuan yang
utuh yang disebut harga jual. Harga jual itu
terdiri atas harga pokok barang plus keuntungan
yang disepakati. Sekali harga jual disepakati,
selamanya tidak boleh berubah naik karena akan
masuk dalam kategori riba fadl. Mekanisme
pembiayaan seperti ini berlaku pada perusahaan
pembiayaan syariah.[3] Jadi utang yang terjadi
pada perusahaan pembiayaan konvensional
adalah utang uang dan utang yang terjadi pada
perusahaan pembiayaan syariah adalah utang
pengadaan barang.
Tabel 1. Perbedaan antara sistem bunga dan
bagi hasil.
Bagi hasil
Bunga
Penentuan besarnya
rasio/nisbah bagi hasil
dibuat pada waktu
akad dengan
berpedoman pada
kemungkinan untungrugi.
Besarnya rasio bagi
hasil berdasarkan pada
jumlah keuntungan
yang diperoleh
Penentuan bunga
dilakukan pada
waktu akad dengan
asumsi harus bagi
hasil dibuat pada
waktu akad selalu
untung
Besarnya persentase
berdasarkan pada
jumlah uang
(modal) yang
dipinjamkan.
Pembayaran bunga
tetap seperti yang
dijanjikan tanpa
pertimbangan
apakah
proyek/usaha yang
dijalankan oleh
pihak nasabah
untung atau rugi.
Jumlah pembayaran
bunga tidak
meningkat
sekalipun jumlah
keuntungan berlipat
atau keadaan
ekonomi sedang
booming.
Eksistensi bunga
diragukan (kalau
tidak dikecam) oleh
semua agama. [2]
Bagi hasil bergantung
pada keuntungan
proyek yang
dijalankan. Bila usaha
merugi, kerugian akan
ditanggung bersama
kedua belah pihak.
Jumlah pembagian
laba meningkat sesuai
dengan peningkatan
jumlah pendapatan
Tidak ada yang
meragukan keabsahan
bagi hasil.
2. METODOLOGI PENELITIAN
Metode kajian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis kritis berdasarkan
studi literatur dan model perhitungan pendanaan
yang
berbasis
syariah
dan
kemudian
membandingkannya dengan praktek pendanaan
berbasis non-syariah. Selanjutnya dilakukan
analisis kesesuaian praktek di lapangan dengan
teorinya dalam berbagai literatur ekonomi
syariah dalam dunia akademik.
Langkah-langkah
penelitian
adalah
menghitung
kembali
biaya-biaya
yang
mempengaruhi biaya PLTN dengan cara sebagai
berikut :
1. Menetapkan parameter teknis dan ekonomis
dari PLTN yang akan dijadikan dasar
perhitungan.
2. Menghitung kembali parameter yang
mempengaruhi biaya PLTN
3. Membandingkan hasil kelayakan PLTN
dengan pola pendanaan berbasis syariah dan
non syariah
2.1. Perhitungan Harga Listrik Teraras
Mekanisme pembiayaan utang pada
perusahaan pembiayaan konvensional berbeda
dengan pembiayaan syariah. Ada dua jenis
Harga listrik teraras adalah biaya
pembangkitan per kWh yang di-levelized, yang
terdiri dari biaya modal, biaya operasi dan
669
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
perawatan tetap (fixed operational and
maintenance cost), biaya operasi dan perawatan
tetap (variable operational and maintenance
cost) dan biaya bahan bakar. Harga listrik
teraras tidak termasuk biaya transmisi, sehingga
sering disebut juga busbar cost. Pada beberapa
literatur harga listrik teraras juga disebut
Levelized Cost Of Electricity (LCOE) atau
disebut juga Levelized Unit Electricity Cost
(LUEC).
Perbandingan
keekonomian
pembangkit tenaga listrik secara internasional
maupun perbandingan jenis pembangkit yang
berbeda biasa dilakukan dengan konsep harga
listrik teraras ini, yang sering juga disebut
discounted levelized cost. Harga listrik teraras
adalah biaya rata-rata teraras (levelized), yaitu
biaya yang diperlukan (dalam mata uang tetap)
per kWh yang memperhitungkan semua biaya,
meliputi
biaya
kapital
pembangunan
pembangkit, biaya operasi dan biaya bahan
bakar, selain biaya-biaya tersebut harus
ditambah dengan biaya pengelolaan limbah dan
dekomisioning.
Perbandingan harga listrik teraras sulit
dilakukan, karena ada banyak faktor-faktor yang
mempengaruhinya,
dimana
faktor-faktor
tersebut dapat berbeda pada tempat dan waktu.
Tujuan perbandingan harga listrik teraras adalah
untuk membantu pengambil keputusan dalam
memilih
jenis
PLTN
yang
akan
dipertimbangkan dalam rangka penentuan
pemanfaatan sumber daya (resource allocation).
Harga listrik teraras tidak memperhitungkan
faktor-faktor sosial politik yang dapat
mempengaruhi
biaya
pembangkitan.
Perhitungan dan perbandingan keekonomian
tersebut akan digunakan analisis kelayakan
ekonomi dengan menggunakan model G4Econs
yang berasal dari IAEA.
Langkah-langkah
penelitian
adalah
menghitung kembali biaya yang mempengaruhi
biaya pembangkit listrik dengan cara sebagai
berikut :
Menetapkan parameter teknis dan ekonomi
dari
PLTN
untuk dijadikan dasar
perhitungan.
Menentukan komponen biaya pembangkit
listrik seperti biaya investasi, biaya bahan
bakar dan biaya operasional dan perawatan
dari PLTN.
Menghitung biaya pembangkit listrik dari
data masukan dengan menggunakan
G4Econs
Menghitung dan menganalisis pendanaan
PLTN berbasis syariah dan non syariah
2.2. Dasar Perhitungan Biaya Pembangkitan
PLTN 4)
LUEC =
∑t (Investasit + O&Mt + Fuelt +
Carbont + Decomt)/(1 + r )t
∑t ((Electricityt)/ (1 + r)t)
dimana:
Electricityt
:
r
Investasi t
O&Mt
:
:
:
Fuelt
Carbont
Decomt
:
:
:
Jumlah produksi listrik dalam
tahun t
discount rate tiap tahun;
Biaya Investasi dalam tahun t;
Biaya Operasi dan perawatan
dalam tahun t
Biaya Fuel dalam tahun t;
Biaya Carbon dalam tahun t;
Biaya Decomissioning dalam
tahun t;
2.3. Kelayakan finansial 5)
Kelayakan finansial dari proyek dapat
diketahui dari parameter:
a. Internal rate of return (IRR) yang akan
dibandingkan dengan weigth average cost
of capital (WACC). Apabila IRR > WACC
maka proyek layak
b. Net present value (NPV). Apabila NPV > 0
maka proyek layak
c. Pay back periode (PB). Tingkat
pengembalian investasi tanpa
memperhitungkan nilai waktu uang
d. Benefit cost ratio (BC). Apabila nilai BC >
1 maka proyek layak
3. ASUMSI
DAN
DIGUNAKAN
DATA
YANG
3.1. Data Teknis dan Ekonomi
Parameter dasar ekonomi yang digunakan
pada
data
pembangkit
tenaga
listrik,
industri/pabrik hydrogen dan desalinasi yang
digunakan untuk menghitung dan mengevaluasi
keekonomian adalah sebagai berikut: PLTN
yang dikaji dalam studi ini adalah PLTN, hal ini
seperti yang tercantum dalam Tabel 2.
Referensi pembangkit (reference plant) yang
digunakan pada studi ini adalah PLTN 2 x 1350
MWe jenis PWR.
Umur ekonomi merupakan periode operasi
komersial dari pembangkitan listrik untuk
menutup kembali biaya modal. Biasanya umur
670
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
ekonomi lebih singkat/berbeda dibandingkan
dengan umur teknis. Umur ekonomi PLTN
sebenarnya bervariasi, tapi disain modern
sekarang telah menargetkan umur ekonomis
sekitar minimal 40 tahun, bahkan sampai 60
tahun. Dalam studi ini umur ekonomi untuk
PLTN 2 x 1350 MWe diasumsikan 40 tahun dan
umur teknis 60 tahun. Production data dimulai
pada tahun 2025 dan diakhiri tahun 2060. Dalam
studi ini nilai gross output 7446 GWh dengan
capacity factor 85%.
PLTN untuk dapat beroperasi menghasilkan
energi listrik selama waktu hidupnya (life time).
Daur bahan bakar nuklir (nuclear fuel cycle)
mencakup seluruh aktivitas mulai dari
eksplorasi,
penambangan,
penggilingan,
pemurnian,
pengkayaan
dan
kemudian
dilanjutkan dengan fabrikasi menjadi elemen
bakar nuklir untuk siap digunakan dalam operasi
reaktor dan akhirnya menjadi bahan bakar bekas
(spent fuel). Secara rinci biaya bahan bakar
nuklir dapat dilihat pada Table 4.
Tabel 2. Parameter Ekonomi dan Teknis PLTN
tahun 2012 6)
Tabel 3. Biaya Investasi PLTN tahun 2012 6)
Keterangan
Sumber Energi
Tipe PLTN
Plant Capacity
Plant net thermal
Capacity Factor
Umur ekonomi
Masa Konstruksi
Satuan
MWe
%
%
tahun
tahun
PLTN
Nuclear
PWR
2 x 1350
33.4
85
40
3
Keterangan
Plant Capacity
Satuan
MWe
Nilai
2 x 1350
Overnight Cost
(millions US$)
4995
Overnight Cost
(US$/kWe)
1850
Table 4. Total Biaya Bahan Bakar 7)
Keterangan
Harga uranium ore
Oxide to UF6
conversion
Enrichment
Fabrication
Outside reactor bldg
spent fuel storage
DUF6
conv/storage/geologic
disposal
Geological Repository.
D
3.2. Biaya Investasi PLTN
Biaya investasi PLTN biasanya disebut
biaya sesaat (overnight cost), yaitu biaya yang
belum memasukkan tingkat suku bunga selama
konstruksi atau Interest During Construction
(IDC). Biaya ini terdiri dari biaya EPC
(Engineering Procurement Construction), biaya
pengembangan (development costs) dan biaya
lain-lain (other costs) serta biaya contigency.
Komposisi biaya kapital untuk EPC terdiri atas
biaya nuclear island, conventional island,
balance of plant, construction dan erection
work, design dan engineering. Biaya investasi
yang dihitung disesuaikan dengan disbursement
selama masa konstruksi, dan data tersebut
diambil dari data terbaru tahun 2012.
Pembangunan PLTN memerlukan dana yang
cukup besar sehingga biasanya pemilik modal
(owner) tidak cukup dana untuk membiayai
pembangunan PLTN tersebut. Owner biasanya
meminjam dana dari lembaga keuangan
internasional, dengan demikian ada konsekuensi
biaya berupa interest during construction (IDC).
Biaya sesaat apabila ditambahkan dengan IDC
disebut juga dengan biaya investasi. Secara rinci
biaya investasi ditunjukkan pada Tabel 3.
Satuan
$/lbU3O8
$/KgU
PLTN
74,20
10,00
$/SWU
$/KgHM
$/KgHM
145,00
240,00
200,00
$/Kg DU
5,00
mills/Kwh
1,00
3.4. Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Biaya operasi dan pemeliharaan (O&M
Cost) merupakan biaya yang dibutuhkan untuk
menjalankan operasi rutin PLTN. O&M Cost
besarnya bergantung pada teknologi dan
kapasitas daya yang terpasang. Biaya variable
O&M akan tergantung pada jam operasi PLTN
sebagaimana yang ditunjukkan dalam Table 5.
Biaya variable O&M berisi biaya yang
dibutuhkan untuk merawat pembangkit listrik
yang dibangun dan dirawat oleh outsourcing
staff (off-site staff). Diasumsikan jumlah biaya
total O&M PLTN 2 x 1350 MW per tahun
sebesar 0,46 cents$/kWh atau 86.566.332 US$
yang diperkirakan dari beberapa informasi dari
berbagai referensi tetapi sudah disesuaikan
kondisi Indonesia.
3.3. Biaya Bahan Bakar
Bahan bakar nuklir (nuclear fuel)
merupakan bahan bakar yang dibutuhkan oleh
671
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
Tabel 5. Total Biaya O&M PLTN
dengan non syariah, karena belum ditambahkan
beberapa komponen financial seperti, bunga,
pajak, eskalasi/inflasi. Secara rinci biaya
pembangkitan PLTN dapat dilihat pada Tabel 7.
No
Deskripsi
Unit
1
Biaya Fixed O&M
US$ juta
9,0
2
Biaya Variable O&M
US$ juta
77,6
US$ juta
86,6
Total
Nilai
Tabel 7.
No
1
2
3.5. Asumsi Data Finansial
Pada bagian ini menggambarkan aplikasi
model untuk analisis pendanaan dari single plant
yang dibangun oleh Utility. Diasumsikan utility
disebut “Nuclear Power Utility” yang akan
membangun PLTN dengan kapasitas 1000 MWe
dan perusahaan yang menjual listrik serta
mendistribusikan namanya PLN. Diasumsikan
bahwa Utility menggunakan porsi distribusi
pembangunan yang mempunyai masa konstruksi
6 tahun dari tahun 2018 hingga tahun 2023
dengan % distribusi tahunan masing-masing
sebesar 10%, 15%, 20%, 25%, 20%, 10%.
Investasi dengan porsi local berasal dari equity
dan bonds, nilai IDC, inflasi dan nilai tukar
asing yang akan dibayar oleh equity untuk dua
tahun dan sisanya akan dibayar dengan bonds.
Selanjutnya rincian asumsi yang akan digunakan
untuk menganalisis pendanaan PLTN adalah
seperti terlihat pada Tabel 6.
4.
3
4
Hasil Perhitungan Keekonomian Biaya
Pembangkit PLTN
Keterangan
Biaya Investasi
Biaya Bahan
Bakar
Biaya
Operasional dan
Pemeliharaan
Total Biaya
Pembangkit
Satuan
millsUS$/kWh
millsUS$/kWh
Nilai
33,24
8,46
millsUS$/kWh
4,33
millsUS$/kWh
46,03
Sedangkan hasil perhitungan finansial
menunjukkan bahwa secara finansial pada
discount rate 10 %, proyek PLTN berbasis
syariah harga listrik menunjukkan sebesar 4,83
cent$/kWh, sedangkan PLTN berbasis non
syariah menunjukkan hasil sebesar 6,94
cent$/kWh. Dengan demikian pendanaan PLTN
berbasis syariah harga listriknya lebih murah
dibandingkan PLTN berbasis non syariah. Hal
ini wajar mengingat pendanaan berbasis syariah
tidak mempertimbangkan pajak, bunga bank,
eskalasi/inflasi.
Namun permasalahan yang dihadapi jika
PLTN menggunakan pendanaan berbasis syariah
adalah pendanaan berbasis syariah tersebut
meskipun sudah diterapkan pada beberapa
proyek pendanaan tertentu, namun belum pernah
diterapkan pada proyek berskala mega proyek,
khususnya pendanaan PLTN. Secara rinci hasil
perhitungan pendanaan berbasis syariah dan non
syariah dapat dilihat pada Tabel 8.
HASIL PEMBAHASAN
Hasil perhitungan keekonomian atau biaya
pembangkitan menunjukkan bahwa PLTN 2 x
1350 MWe yang mempunyai biaya sesaat 1850
$/kWe mempunyai biaya pembangkitan sebesar
46,03 millsUS$/kWh. Hasil biaya pembangkitan
ini dianggap sama antara yang berbasis syariah
Tabel 6. Asumsi Dasar Untuk Analisis Pendanaan PLTN 8)
No
1.
2.
3
Keterangan
Investasi Asing /Lokal
Discount Rate dan Umur ekonomis
Suku Bunga dan Porsi:
Perusahaan Swasta Asing/Internasional
Perusahaan Swasta Domestik
Government via PT PLN (Persero)
Nilai
85 /15
10% / 40 tahun
Lihat Persyaratan dan Kondisi
4
Informasi Nilai Tukar
Tahun 2010 rata-rata Rp. 9040 / 1 US$ dan tahun 2011
rata-rata Rp. 8738 / 1 US$ tingkat nilai tukar yang
mencerminkan tingkat inflasi
5
Informasi tingkat inflasi
US$ inflasi Tahun 2011 : 3%, steady rate 3% per tahun
Rp. Inflasi Tahun 2011 : 5%, steady rate 6% per tahun
6
Tahun Dasar
2011
672
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Nuklir
PTNBR – BATAN Bandung, 4 Juli 2013
Tema: Pemanfaatan Sains dan Teknologi Nuklir serta
Peranan MIPA di Bidang Kesehatan, Lingkungan dan
Industri untuk Pembangunan Berkelanjutan
Tabel 8. Perbandingan Hasil Perhitungan
Pendanaan Syariah dan Non
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
5.
Keterangan
IRR Equity (%)
IRR Project (%)
WACC (%)
NPV (juta US$)
BCR
Payback Period
(tahun, bulan)
Debt Service
Coverage ratio
Discount Rate
(%)
Country Risk
(%)
Harga listrik
(cents$/kWh)
Perhitungan
Pendanaan
Non
Syariah
Syariah
11,15
12,36
12,01
12,00
10,00
10,00
906
947
1,30
1,28
6 tahun
6 tahun
4,1 bulan
0,3 bulan
8,67
10
10
10
5
4,83
6,94
6.
DAFTAR PUSTAKA
1.
MUHAIMIN., Perusahaan Pembiayaan
Syariah di Indonesia (Sebuah Tinjauan
Analisis Terhadap Perusahaan Pembiayaan
PT FIF Syariah), 2010
Manajemen PT. Federal International
Finance, Memo Pelunasan Non Avalist,
(Yogyakarta: PT Federal International
Finance , 2007).
Manajemen FIF Syariah, Ketentuan
Tentang Asuransi Syariah pada FIF
Syariah,
(Yogyakarta: PT Federal
International Finance Unit Syariah, 2008).
IEA/NEA, Projected Costs of Generating
Electricity:
2010
Edition,
OECD,
Paris,France. 2010
PT. PLN (Persero) Litbang., “Studi
Ekonomi, Pendanaan dan Struktur Owner
dalam
rangka
rencana
persiapan
pembangunan
PLTN
pertama
di
Indonesia” Jakarta biaya pembangkitan
listrik termurah, 2006
World
Nuclear
Association,
The
Economics of Nuclear Power, Vienna
August 2011
EMWG, User’s Manual for G4-ECONS
Version 2.0 A Generic EXCEL-based
Model for Computation of the Projected
Levelized Unit Electricity Cost (LUEC)
and/or Levelized non-Electricity Unit
Product Cost (LUPC) from Generation IV
Systems, 2008
NASRULLAH, Perhitungan Ekonomi
Harga Listrik PLTN, 2012
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
2.
Dari hasil analisis dalam studi ini dapat
disimpulkan sebagai berikut:
Perhitungan keekonomian menunjukkan
bahwa biaya pembangkit PLTN berada
dibawah 5 cents USD/kWh yaitu sebesar
4,6
cents
USD/kWh.
Komitmen
mengeluarkan sejumlah besar dana untuk
pembangunan PLTN tidak mudah. Dengan
semakin terbatasnya dana Pemerintah, baik
rupiah maupun pinjaman luar negeri, dan
kebutuhan yang juga mendesak untuk
sektor-sektor lain seperti kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya, maka alokasi
dana Pemerintah untuk membangun PLTN
diperkirakan akan sangat sulit. Oleh karena
itu ada beberapa pilihan pola pendanaan,
salah satunya adalah menggunakan pola
pendanaan berbasis syariah.
Dengan menggunakan asumsi discount rate
10% levelized tarif atau harga listrik PLTN
berbasis syariah menunjukkan harga
sebesar 4,83 centsUS$/kWh, sedangkan
PLTN harga listrik PLTN berbasis non
syariah sebesar 6,94 centsUS$/kWh. Hasil
perhitungan menunjukkan pendanaan PLTN
yang menggunakan basis syariah lebih
murah dibandingkan pendanaan berbasis
non syariah. Namun permasalahan yang
dihadapi
jika
PLTN
menggunakan
3.
4.
5.
6.
7.
8.
673
pendanaan
berbasis
syariah
adalah
pendanaan berbasis syariah tersebut
meskipun sudah diterapkan pada beberapa
proyek pendanaan tertentu, namun belum
pernah diterapkan pada proyek berskala
mega proyek, khususnya pendanaan PLTN.
Di lain pihak, sektor swasta diperkirakan
akan tertarik untuk berinvestasi di PLTN
karena nilai kapital yang meskipun relatif
tinggi, namun masa konstruksi yang relatif
tidak terlalu lama (6 tahun) ditambah
dengan kemajuan teknologi dibidang
PLTN. Namun demikian resiko yang sangat
tinggi khas PLTN seperti resiko delay dan
cost over-run konstruksi, resiko kecelakaan,
dan resiko lingkungan perlu mendapatkan
pertimbangan.