JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN BEKAS TAMBANG DALAM UPAYA
REKLAMASI BERDASARKAN KAIDAH GOOD MINING PRACTICE
PADA PT. ANUGRAH BARA KALTIM KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA PROPINSI KALIMANTAN TIMUR
Oleh : Yustina Hong Lawing1
SARI
Penelitian ini meliputi ; kualitas lahan pasca tambang, cara pemanfaatan lahan,
cara pengelolaan lahan. Reklamasi yang dilakukan mengacu pada pelaksanaan
pertambangan yang baik dan benar. Pengambilan data dilakukan dengan dua cara
yaitu data primer yang diperoleh dari pihak perusahaan yang meliputi data-data
seperti peta topografi, data kualitas air dan tanah, log bor, peta kemajuan tambang,
curah hujan dan luas pit sedangkan data sekunder yang diambil langsung
dilapangan pada saat penelitian yaitu berupa pengambilan sampel tanah dan air
yang kemudian dianalisa dilaboratorium. Berdasarkan hasil analisa tanah
dilaboratorium dan kondisi tanah yang terdapat pada daerah penelitian, akan
disesuaikan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam dengan mengacu pada hasil
pH tanah ( 3,9 – 6,8 ) yang didapat dilapangan. Selain itu perlu diperhatikan pula
syarat tumbuh lainnya berupa iklim, curah hujan, suhu, ketinggian, dan jenis
tanahnya. Daerah penelitian dapat ditanami 4 jenis tanaman yaitu Kayu putih,
Melinjo, Jambu Mete dan Sengon. Dari keempat jenis tanaman yang diusulkan
berdasarkan nilai jualnya, maka jenis tanaman Melinjo yang dipilih sebagai

tanaman terbaik.
Kata kunci : Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang, Reklamasi, Good Mining
Practice

1

Dosen Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Kutai Kartanegara

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

41

PENDAHULUAN
Usaha penambangan sering diasosiasikan dengan kerusakan hutan, karena
kegiatan penambangan khususnya tambang terbuka selalu dimulai dengan
menghilangkan vegetasi, termasuk hutan diatasnya. Dengan reklamasi
penanganan pasca tambang yang tepat, lahan bekas tambang dapat memiliki nilai
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi rona awalnya.
Perencanaan reklamasi yang baik dan ideal harus sejalan dengan rencana
penambangan atau sebaliknya dengan sendirinya akan saling mendukung dalam

pelaksanaan kedua kegiatan tersebut.Pelaksanaan reklamasi mengacu pada dasar
hukum atau undang- undang yang berlaku yaitu UU No. 32 pasal 23 tahun 2009
.Dalam kegiatan reklamasi lahan bekas tambang di lakukan dengan
mengembalikan tanah penutup kedalam lubang bekas tambang, kemudian di
taburi pupuk atau ditanami tanaman penutup tanah agar lahan menjadi subur.
Permasalahan
Pemanfaatan lahan bekas tambang melingkupi ; bagaimana lahan bekas
tambang dikelola dengan baik dan benar serta dimanfaatkan semaksimal mungkin
agar kegiatan reklamasi dan revegetasi pasca tambang dapat berjalan sesuai
dengan perencanaan. Pemeliharaan adalah kegiatan selanjutnya setelah tanaman
tumbuh sampai bisa diproduksi.Pemanfaatan lahan di usahakan dapat berjalan
dengan baik dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar setelah proses reklamasi dan
revegetasi berakhir.
Reklamasi
Reklamasi merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata
kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan
umum agar dapat berfungsi dan berdaya guna sesuai peruntukannya.
Dalam melaksanakan reklamasi diperlukan perencanaan yang baik agar
dalam
pelaksanaannya

dapat
tercapai
sasaran
sesuai
yang
dikehendaki.Perencanaan reklamasi disiapkan sebelum melakukan operasi
penambangan dan merupakan program yang terpadu dalam kegiatan operasi
penambangan.Adapun pekerjaan yang dilakukan dalam kegiatan reklamasi dan
revegetasi lahan sebagai berikut :
1. Pengamanan Lahan Bekas Tambang kegiatan ini meliputi ;
a. Pemindahan/pembersihan seluruh peralatan dan prasarana yang tidak
digunakan di lahan yang akan direklamasi.
b. Perencanaan secara tepat lokasi
2. Pengaturan bentuk lahan
Pengaturan bentuk lahan disesuaikan dengan kondisi topografi dan
hidrologi setempat.
a. Pengaturan bentuk lereng
Pengaturan bentuk lereng dimaksudkan untuk mengurangi kecepatan
air limpasan, sedimentasi, erosi, dan longsor. Kemudian lereng yang
terlalu tinggi atau terjal dibentuk berteras-teras.

b. Pengaturan saluran air

Volume 2 September 2015

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

42

Pengaturan saluran pembuangan air (SPA) dimaksudkan untuk
pengatur air agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi
kerusakan lahan akibat erosi.
Jenis perlakuaan reklamasi dipengaruhi oleh berbagai faktor :
1. Kondisi iklim
2. Geologi
3. Jenis tanah
4. Bentuk alam
5. Air permukaan dan air tanah
6. Flora dan fauna
7. Penggunaan lahan
8. Tata ruang dan lain-lain

Rencana (tahapan pelaksanaan) reklamasi ditetapkan sesuai dengan
kondisi setempat dan rencana kemajuan tambang.Rencana reklamasi dilengkapi
dengan peta-peta dan disertai dengan peta indeks dengan skala yang
memadai.Untuk menunjang keberhasilan kegiatan reklamasi biasanya digunakan
peralatan dan sarana serta prasarana seperti Dump Truck, Bulldoser, Excavator,
Tractor dan Beckhoe.
Pelaksanaan reklamasi merupakan gabungan dari pekerjaan teknik sipil
dan teknik vegetasi. Pekerjaan teknik sipil meliputi : pembuatan teras, saluran
pembuangan air (SPA), bagunan pengendali lereng, chekdam, penangkap oli
bekas (oil chatcher) dan lain-lain sesuai dengan kondisi setempat. Pekerjaan
teknik vegetasi meliputi : pola tanam, system penanaman, jenis tanaman yang
disesuaikan kondisi setempat, Cover crop ( tanaman penutup) dan lain-lain.
Pelaksanaan reklamasi lahan ( menurut Chafid Fandeli, 1999), meliputi
kegiatan sebagai berikut :
a. Persiapan lahan yang berupa pengamanan lahan bekas tambang,
pengaturan bentuk lahan (landscaping), pengaturan/penempatan lahan
tambang kadar rendah (low grade) yang belum dimanfaatkan.
b. Pengendalian erosi dan sedimentasi
c. Pengelolaan tanah pucuk (topsoil)
d. Revegetasi (penanaman kembali) dan/atau pemanfaatan lahan bekas

tambang untuk tujuan lainnya.
Reklamasi Lahan Bekas Tambang
Usaha pertambangan telah lama menjadi tulang punggung perekonomian
Indonesia dan sekaligus sebagai pembuka akses serta pengembangan daerahdaerah yang semula terisolasi.Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas
tambang adalah perubahan lingkungan.Perubahan kimiawi berdampak terhadap
air tanah dan air permukaan.Perubahan morfologi dan topografi lahan.Perubahan
iklim mikro yang disebabkan perubahan kecepatan angin, gangguan habitat
biologi berupa flora dan fauna.Penurunan produktivitas tanah dengan akibat
menjadi tandus atau gundul.Mengacu kepada perubahan tersebut perlu dilakukan
upaya reklamasi.

Volume 2 September 2015

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

43

Permasalahan yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan rencana reklamasi
meliputi :
 Pengisian kembali bekas tambang, penebaran tanah pucuk dan penatan

kembali lahan bekas tambang serta penataan lahan bagi pertambangan
yang kegiataannya tidak dilakukan pengisian kembali.
 Stabilitas jangka panjang, penampungan tailing, kestabilan lereng dan
permukaan timbunan, pengendalian erosi dan pengelolaan air.
 Keamanan tambang terbuka, longsoran, pengelolaan B3 dan bahaya
radiasi.
 Karakteristik kandungan bahan nutrient dan sifat beracun tailing atau
limbah batuan yang dapat berpengaaruh terhadap kegiatan revegetasi.
 Pencegahan dan penanggulangan air asam tambang.
 Penanganan potensi timbulnya gas metan dan emisinya dari tambang
batubara.
 Penanganan atau penyimpanan bahan galian yang masih potensial untuk
menjadi bernilai ekonomi baik dalam kondisi in-situ, berupa tailing atau
waste.
Praktek Pertambangan Yang Baik dan Benar (Good Mining Practice)
Pengertian Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan
dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara
yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi,
penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang.

Pengertian dari Good Mining Practice (menurut Suyartono, 2003) yaitu
seluruh proses yang dilalui dari awal sampai akhir harus dilakukan dengan baik
dengan mengikuti standar yang telah ditetapkan, mengikuti norma dan peraturan
yang berlaku sehingga dapat mencapai tujuan pertambangan dengan effisien.
Salah satu bagian penting dari tujuan pertambangan adalah bagaimana
pertambangan ini yang mempunyai umur terbatas dikelola agar mempunyai
kontribusi terhadap pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development).
Ada tiga kelompok yang berkepentingan dalam mewujudkan terciptanya
keselarasan antara kegiatan usaha pertambangan dan pembangunan yang
berkelanjutan, yaitu pemerintah daerah maupun pusat, dunia usaha pertambangan
umum dan masyarakat setempat.
Selain itu, sebagai pembanding dapat juga dibaca definisi tentang
paradigma praktek/pengelolaan kegiatan usaha pertambangan yang baik dan benar
(good mining practice) yang membangun peradaban sebagai suatu kegiatan usaha
pertambangan yang memenuhi ketentuan, kriteria kaidah dan norma sehingga
memberikan hasil yang optimal dan dampak buruk yang minimal. Hal ini meliputi
perizinan, teknis pertambangan, keselamatan dan kesehatan kerja (K3),
lingkungan, keterkaitan hulu-hilir/konservasi/nilai tambah dan pengembangan
masyarakat/wilayah di sekitar lokasi kegiatan, dan mempersiapkan penutupan dan
pasca tambang, dalam bingkai kaidah peraturan-peraturan perundangan dan

standar yang berlaku, sesuai tahap-tahap kegiatan pertambangan. (Suyartono,

Volume 2 September 2015

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

44

2003).Akibatnya, segala perusahaan pertambangan terlebih dahulu harus
mendapat kuasa pertambangan/izin dari pemerintah.
Pengambilan Sampel Tanah dan Air
Sampel tanah yang diambil dan dianalisa untuk mengetahui kandungannya
tanaman apa yang cocok ditanam atau dikembangkan pada tanah tersebut. Data
sampel tanah diambil secara acak mewakili luasan daerah telitian. Luas daerah
penelitian adalah 8,27 ha berdasarkan data yang ada. Setelah sampel diambil
mewakili seluruh daerah penelitian maka, sampelkemudian dibawa ke
laboratorium untuk dilakukan analisa guna mengetahui kandungan unsur hara
tanahnya.
Pengambilan sampel tanah dilakukan untuk mengetahui pH tanah yang
terkandung pada daerah telitian. Tanah yang subur sangat kaya akan unsur hara,

tanpa dilakukan pemupukan pun tanaman akan tumbuh dengan subur. Hal ini
dapat dilihat dari tanaman yang tumbuh apada lahan pada daerah penelitian.
Hasil kualitas air yang diperoleh melalui pengambilan sampel pada
setlingpond, yaitu tiga cathment area. Setling pond yang pertama adalah kolam
yang menerima langsung air dari daerah penelitian dan tanpa dilakukan perlakuan
khusus hanya diendapkan terlebih dahulu. Setling pond yang kedua telah dilakuka
perlakuan yaitu diberi tawas dan kapur untuk menetralkan pH airnya sekaligus
menjernihkan air. Kemudian setling pond yang ketiga, telah siap untuk dialirkan
ke perairan umum yaitu sungai terdekat untuk digunakan oleh penduduk setempat.
Pengambilan sampel ini untuk mengetahui tingkat keasaman tanah yang berasal
dari disposal area yang terbawa oleh air tersebut dan pH airnya.
Tabel 2.Data Sampel Tanah Pada Pit 2B
A.Analisa Kimia
No.
1.
2.
3.

Parameter
1

3,9
2,8

2
3,9
2,8

3
6,8
5,6

4
4,6
3,6

Jumlah Sampel yang diuji
5
6
7
8
4,3
4,3
4,1
4,6
3,2
3,4
3,3
3,4

pH H2O
pH KCl
Kation
Basa (NH4Oac) pH 7
Ca++
3,64
3,81
3,48
1,69
1,16
Mg++
0,12
0,82
4,66
3,15
2,14
Na+
0,14
0,45
0,49
0,21
0,18
K+
0,11
0,15
0,57
0,32
0,25
4.
KTK
10,67 8,64
9,54
7,45
7,31
5.
Al+++
5,50
2,92
0,00
1,33
2,67
6.
H+
1,17
0,50
0,33
0,75
0,92
7.
N.Total
0,06
0,02
0,12
0,06
0,02
8.
C.Organik
0,78
0,63
2,19
1,25
0,78
9.
Ratio C/N
13,95 31,89 18,60
20,83
39,06
10.
P2O5 Bray 1 0,31
0,31
0,22
0,72
3,21
11.
K2O Bray 1 45,80 47,69 151,22 105,87 85,99
12.
Kejenuhan
37,49 60,45 96,51
72,05
50,99
Basa
13.
Kejenuhan
51,57 33,76 0,00
17,89
36,47
Al
14.
Pyrite
6,82
14,98 9,48
6,11
2,56
(FeS2)
Sumber :Hasil analisa Laboratorium Ilmu tanah, Unmul 2012

9
4,2
3,0

10
5,2
4,1

11
3,9
2,3

0,49
0,28
0,16
0,09
2,43
0,75
0,67
0,02
0,63
31,25
0,22
29,91
41,65

2,07
2,52
0,18
0,27
6,70
1,25
0,42
0,07
1,41
20,93
0,47
97,56
75,14

2,26
3,87
0,33
0,32
9,37
1,33
1,25
0,07
1,72
25,58
6,02
94,51
72,43

1,44
2,80
0,23
0,22
7,94
2,50
0,75
0,05
1,17
23,25
3,37
73,89
59,07

2,24
2,75
1,92
0,39
8,15
0,25
0,58
0,07
1,56
22,32
6,85
117,45
89,77

0,70
0,49
0,29
0,15
10,04
7,92
0,50
0,02
0,55
27,90
0,89
43,48
16,18

30,89

18,65

14,23

31,48

3,07

78,84

0,82

1,10

0,59

0,43

0,47

0,35

Volume 2 September 2015

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

45

B.Analisa Fisik
No.

Parameter
1
8,70
13,20
50,97
8,78

3
31,50
35,00
5,70
1,09

4
14,60
28,00
27,91
0,00

Jumlah Sampel yang diuji
5
6
7
6,70
5,00
8,90
26,20
3,10
25,40
32,95
70,80
42,86
3,56
2,30
0,00

8
9
10
11
Silt
15,90
18,10 13,70
5,10
Clay
26,30
28,20 18,70
7,90
Coarse sand
22,74
12,18 21,29
15,21
Medium
2,01
9,22
5,81
67,04
Sand
5
Fine Sand
18,35
28,07
26,71 29,49
30,59
18,81
22,84
33,05
32,30 40,51
4,75
6
Total Sand
78,10
85,40
33,50 57,40
67,10
91,90
65,70
57,80
53,70 67,60
87,00
7
Texture
SL
LS
CL
SCL
SCL
S
SCL
SCL
SCL
SL
LS
Keterangan : SL = Sandy Loam ( Lempung Berpasir), SCL = Sandy Clay Loam (Lempung Liat Berpasir), LS = Loam Sand
(Pasir Berlempung), S = Sand ( Pasir),CL = Clay Loam
1
2
3
4

2
9,50
5,10
51,78
5,55

Tabel 3.Analisa Kualitas Air
No

Parameter

Satuan
Inlet

A.
1

Fisika
TSS

Kode Sampel
Perlakuan

Outlet

Baku
Mutu

Mg/1

526

23

20

400

Mg/1
Mg/1

6,94
1,697
0,041

7,25
0,342
0,047

7,17
0,272
0,040

6–9
7
4

B.Kimia
2
3
4

pH
Besi (fe) Total
Mangan (Mn)
Total

Sumber :Hasil analisa Laboratorium Ilmu tanah, Unmul 2012

PenanamanTanaman
Tanaman utama berupa tanaman keras jenis : Akasia (Acacia Mangium),
Sengon ( paraserianthes Falcataria), Trembesi, Johar, meranti ,kayu putih dan
kapur. Tanaman yang telah berhasil tumbuh pada PT.MSA adalah sengon, akasia,
kayu putih,trambesi dan kapur. Pada daerah penelitian telah ditanam tanaman
sengon dan tanaman cover crop, berupa orok-orok dan centrosema pubescens dan
selain itu direncanakan juga akan ditanami tanaman keras seperti akasia dan kayu
putih. Dalam hal ini pada daerah penelitian diusahakan tanaman lain yang sesuai
dengan pH tanah atau kondisi tanahnya seperti jambu mete dan melinjo. Tanaman
yang akan ditanam diharapkan berguna bagi masyarakat sekitar dan berguna
dalam waktu yang lama, selain itu bisa membuka lapangan pekerjaan
Luas area bukaan bekas penambangan yang telah dilakukan reklamasi
pada PT.MSA seluas 769.06 Ha. Jumlah area keseluruhan yang telah di revegetasi
( Sengon, Akasia, Trembesi, dan Kayu putih ) sampai akhir tahun 2011 adalah
±352,95 Ha, dan jumlah pohon tertanam atau tumbuh adalah 256.748 pohon.
Untuk lokasi yang telah di cover crop adalah seluas 40,7 Ha. Dari luasan
revegetasi atau reklamasi tersebut, hampir 60 % lahannya telah berubah menjadi
areal yang di tutupi pohon atau tanaman pioner dengan tinggi tegakan ± 2 – 5
meter, hal ini menandakan bahwa kondisi lahan telah dikembalikan ke fungsi awal
yaitu hutan.

Volume 2 September 2015

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

46

Tabel 4. Kriteria Tanah Daerah Penelitian
Titik Pengamatan
pH Tanah
Parameter
(Sampel).
1
3,9
Sangat Masam
2
3,9
Sangat Masam
3
6,8
Netral
4
4,6
Masam
5
4,3
Sangat Masam
6
4,3
Sangat Masam
7
4,1
Sangat Masam
8
4,6
Masam
9
4,2
Sangat Masam
10
5,2
Masam
11
3,9
Sangat Masam

Sumber :Hasil analisa Laboratorium Ilmu Tanah, Unmul 2012

Hasil penelitian menunjukan bahwa lapisan tanah atas memiliki warna
coklat kekuningan. Warna coklat ini disebabkan terjadi pencampuran tanah
lapisan atas dengan bahan organik yang telah mengalami perombakan. Lapisan
atas tanah berkisar antara 10 – 50 cm dari permukaan yang telah direklamasi.
Pada daerah telitian telah direncanakan oleh pihak perusahaan ditanami tanaman
sengon ( paraserianthes falcataria) dan tanaman penutuptanah (cover crop) berupa
centrosema pubescens pada daerah lereng dan daerah landai berupa orok-orok.
Berdasarkan hasil analisa tanah dilaboratorium dan kondisi tanah yang
terdapat pada daerah penelitian, akan disesuaikan jenis tanaman yang cocok untuk
ditanam dengan mengacu pada hasil pH tanah (3,9 – 6,8) yang didapat dilapangan
yaitu masam sampai netral. Selain itu perlu diperhatikan pula syarat tumbuh
lainnya berupa iklim, curah hujan, suhu, ketinggian, dan jenis tanahnya.
Dengan melihat hasil dari penelitian ini, maka pada daerah penelitian
sangat baik ditanam tanaman melinjo.Karena selain daya jual tinggi, umur
tanaman lama, dan memberikan lowongan pekerjaan bagi masyarakat sekitar serta
menaikkan pendapatan daerah.Selanjutnya dapat ditanami tanaman jambu mete
dan kayu putih. Untuk lahan seluas 8,27 ha dengan tiga jenis tanaman sudah
cukup untuk penghijauan sekaligus memberikan manfaat yang berkelanjutan.
Reklamasi berdasarkan kaidah good mining practice
Segala bentuk perubahan bentang alam dan pengaruh fisik, kimia dan
gangguan lainya yang diperkirakan akan terjadi akibat pertambangan tersebut
dikaji dampak dan cara penanggulangannya dalam AMDAL yang dilakukan
secara cermat agar dampak yang terjadi nantinya dapat diatasi sedini mungkin
(menurut suyartono,dkk dalam good mining practice).
Untuk menghasilkan produksi yang maksimal dan sebagian besar
cadangan dapat terambil (recoverable) serta aman dalam pelaksanaannya, maka
perlu diperhatikan :
 Pemilihan metode penambangan yang tepat

Volume 2 September 2015

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)






47

Peta dan profil perencanaan tambang,rencana kemajuan tambang,
rona awal tambang dan sebagainya.
Dalam perencanaan tahapan penambangan diperhatikan upaya
pengamanan tanah pucuk, sinkronisasi rencana back filling, jadwal
pelaksanaan reklamasi pada daerah yang telah selesai ditambang.
Lokasi penimbunan yang aman, tidak mengganggu operasi
penambnagan dan cukup daya tampungnya.
Pemberdayaan peran serta masyarakat dalam mengamankan dan
melaksanakan reklamasi pada daerah penimbunan dilakukan.

Kegiatan teknis pertambangan merupakan hal penting untuk dikaji secara
mendalam dan dilaksanakan secara benar, karena kegiatan ini sangat berkaitan
dengan bidang kerja yang lain seperti K3, lingkungan dan nilai tambah serta
keterkaitan dengan pemda dan masyarakat secara langsung.
Selama kegiatan penambangan berlangsung perlu adanya pengawasan
terhadap realisasi dari rencana kerja yang telah disusun dalam kegiatan studi
kelayakan (RKAB) sehingga apabila terjadi penyimpangan/perbedaan maka
segera diadakan penilaian kembali mengenai penyebab dari perbedaan tersebut.
Apabila faktor teknis tersebut dilaksanakan dengan baik, maka pengelolaan
pertambangan yang baik dan benar akan terwujud sehingga optimalisasi
pemanfaatan bahan galian dapat dicapai.
Kesimpulan
1. Penataan lahan bekas tambang disesuaikan dengan penetapan tata ruang
wilayah bekas tambang. Lahan bekas tambang dapat difungsikan menjadi
kawasan lindung ataupun budidaya.
2. Lahan pasca tambang memerlukan penanganan yang dapat menjamin
perlindungan terhadap lingkungan, khususnya potensi timbulnya air asam
tambang, yaitu dengan mengupayakan batuan mengandung sulfide tidak
terpapar pada udara bebas yaitu dengan pengelolaan tanah pucuk dengan
benar serta mengatur drainase.
3. Diupayakan agar tidak ada bahan tambang ekonomis yang masih
tertinggal, karena akan mengganggu proses reklamasi.
4. Jenis tanaman yang ditanam pada daerah penelitian adalah tanaman yang
memiliki nilai penghijauan, nilai produksi tinggi, dan bermanfaat bagi
masyarakat sekitar.

Volume 2 September 2015

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

48

Daftar Pustaka
1. A.Akhmad,dkk, (2008), Reklamasi Plus Lahan Bekas Tambang dengan
Jenis Tanaman Penghasil Minyak serta Pembinaan Masyarakat Sekitar di
PT.Tambang Batubara Tanjung Enim-Sumatra Selatan.
2. Chafid Fandeli,MS, (1999), Bahan Kursus Reklamasi Lahan
BekasTambang, Lembaga Pendidikan Dan Pelatihan Wana Wiyata,
Yogyakarta.
3. Djumara Wiradisastra M.Si, (2007), Pengelolaan Tanah Pucuk, Pusdiklat
Teknologi Mineral Dan Batubara, Bandung.
4. Elisa 1.ugm.ac.id/files/cahyonoagus/yeznW9jc/Reklamasi Lahan Bekas
Penambangan.
5. Iwan Setiawan Ade, (2000),Penghijauan dengan Tanaman Potensial,
penebar Swadaya, Jakarta,2000.
6. Kelompok V, (1993), Laporan praktikum dasar-dasar ilmu tanah,
Fakultas Pertanian Universitas Kutai Kartanegara, Tenggarong.
7. Mulyani Mul sutedjo (2004), Analisis Tanah, Air, dan Jaringan Tanaman,
Rineka Cipta, Jakarta.
8. Mulyani Mul Sutedjo (1995), Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta,
Jakarta.
9. M.Winanto Ajie, Teknik Revegetasi, Reklamasi Dan Rehabilitasi.
10. Noor Rizqon Arief, (12-22 Juli 2004), Reklamasi Tambang, Diklat
Perencanaan Tamabng Terbuka, Unisba.
11. R.F.Craig, (1989), Soil Mechanics, Departement of Civil Engineering
University of Dundee.
12. Reklatam.ipb.ac.id/wp-content/uploads/downloads/2010/10/03.pdf
13. Sutawi,dkk, 2008, Metode Pot System, Solusi Untuk Mengatasi
MinimnyaTopsoil Pada Rehabilitasi Lahan Bekas Tambang Timah di
Pulau Bangka.
14. Suyartono,dkk, 2003, Good Mining Practice, Konsep tentang pengelolaan
pertambangan yang baik dan benar.
15. Subagyo, (1970), Dasar-dasar ilmu tanah 2, lembaga penelitian tanah,
Bogor.
16. Yudi Firmanul Arifin,dkk, Studi Evaluasi Reklamasi dan Revegetasi
Pasca TambangPT.Arutmin Daerah Sepapah Kalimantan Selatan, Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Lambung Mangkurat.
17. ………………….,(2011), Analisis Dampak Lingkungan Hidup, PT.Multi
Sarana Avindo,Desa Loa Duri Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai
Kartanegara.

Volume 2 September 2015

JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)

49

18. …………….(2008), Makalah Reklamasi Lahan Bekas Tambang, Institut
Teknologi Bandung.
19. …………, 10-30 Maret 2010, Pengelolaan Tanah Pucuk, Pendidikan Dan
Pelatihan Pengawasan Perusahaan Pertambangan Bagi Aparat Dinas
Pertambangan, Pusdiklat Teknologi Mineral Dan Batubara, Bandung.
20. ……..,Topsoil Management, PT.Thiess Contractors Indonesia.
21. …….., 18 Pebruari 2008, Pengendalian Kerusakan Pertambangan Umum,
Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral Dan Perusahaan Terkait Di
Provinsi
Kalimantan
Selatan
Dan
Kalimantan
Timur
Di
Jakarta,Banjarmasin Dan Samarinda.
22. …………….,Kelompok IV, (1993), Laporan praktikum dasar-dasar ilmu
tanah, Fakultas Pertanian Universitas Kutai Kartanegara, Tenggarong.

Volume 2 September 2015