Badan dan balai pemerintahan desa

LAPORAN HASIL WAWANCARA
PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI OLEH
TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI (TNGM) YOGYAKARTA, BKSDA
YOGYAKARTA, BALAI LINGKUNGAN HIDUP (BLH) YOGYAKARTA, BADAN
KARANTINA
YOGYAKARTA

Disusun sebagai Pelaksanaan Tugas Mata Kuliah Kebijakan Lingkungan
Ampuan Sulistyono, S.Si, M.Si

Oleh :
Nikolaus Pambudhi
161434020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA, MEI 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Sumber daya alam yaitu seluruh aspek yang di gunakan untung menunjang
kehidupan manusia dalam kegiatan sehari-hari. Apabila sumber daya alam tidak dikelola
secara terpadu maka tidak ada batasan pasti sampai mana manusia menggunakan sumber
daya tersebut. Ekosistem dan sumber daya alam sangatlah berkaitan satu sama lain dengan
adanya undang-undang yang berlaku di Negara Republik Indonesia. Pembangunan
sumberdaya alam hayati dan ekosistem pada hakikatnya adalah bagian dari pembangunan
social yang berkelanjutan sebagai pengalaman Pancasila.
Sumberdaya alam di Negara Indonesia adalah hal yang penting. Dengan adanya
SDA yang banyak dan melimpah maka Pemerintah membuat badan-badan khusus yang
mempunyai bidang kajian tersendiri. Pemerintah Indonesia membuat kementriankementrian yang mengurus sumberdaya alam. Contohnya adalah Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM), kementrian pertanian, dan kementrian lingkungan hidup
dan kehutanan Indonesia. Wilayah Indonesia begitu luas maka pemerintah juga membuat
badan-badan pemerintahan yang khusus mengurusi salah satu daerah yang lebih kecil
cakupannya. Contohnya adalah balai di tiap taman nasional, Biro lingkungan hidup (BLH),
badan konservasi sumberdaya alam (BKSDA), dan Balai Karantina. Berikut adalah contoh
badan pemerintahan yang mengurusi sumber daya alam yang ada di suatu daerah. Oleh
karena itu mahasiswa melakukan observasi di beberapa badan pemerintahan tersebut untuk
mengenali spesifikasi dan fokus badan dan balai yang di kaji.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya memiliki peranan yang penting. SDA adalah unsur
hayati yang terdiri dari tumbuhan (nabati) dan satwa (hewani) bersama dengan unsur non
hayati. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya berdasarkan pelestarian
kemampuan dan pemanfaatan SDA hayati dan ekosistemnya secara serasi dan seimbang.
Dengan adanya pemanfaatan yang terstruktur dan seimbang menciptakan ekosistem yang
terjaga dan menjadikan keseimbangan yang terjaga. Dalam menjaga sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya melalui kegiatan sebagai berikut 1. Perlindungan sistem
penyangga kehidupan, 2.Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya, 3.Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
kawasan penyangga adalah satu kawasan sebagai penyangga sumber hayati untuk menjaga
kehidupan dan interaksi dalam suatu ekosistem.

1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar Belakang diatas, rumusan masalah pada penelitian ini antara
lain:
1. Bagaimana fungsi dan tugas pokok Taman Nasional Gunung Merapi, Balai Karantina,
Balai Lingkungan Hidup dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam.
2. Bagaimana mengatasi masalah dan hambatan yang di hadapi oleh Taman Nasional
Gunung Merapi, Balai Karantina, Balai Lingkungan Hidup dan Badan Sumber Daya
Alam.

3. Solusi apa yang di ambil terkait permasalahan dan hambatan yang di hadapi oleh
badan-badan terkait
4. Bagaimana Lingkup kerja badan-badan terkait Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistem2.1

1.3 TUJUAN
Tujuan penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui fungsi dan tugas pokok Taman Nasional Gunung Merapi, Balai Karantina,
Balai Lingkungan Hidup, dan Badan Konservasi Sumber Daya Alam
2. Mengetahui cara mengatasi masalah dan hambatan yang di hadapi oleh badan-badan
terkait
3. Mengetahui solusi yang di ambil badan, terkait permasalahan dan hambatan yang di
hadapi
4. Mengetahui sampai mana lingkup kerja badan badan terkait Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistem

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Taman Nasional Gunung Merapi
a. Kawasan Konservasi

Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan,
Hutan koservasi merupakan kawasan hutan yang meiliki ciri khas tertentu yang
memiliki fungsi pokok pelestarian keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta
ekosistemnya (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999). Kawasan ini
memiliki fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan pengawetan
keanekaragaman hayati serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya. Hal ini berlaku untuk darat maupun di perairan (Asih,2009)
Berikut adalah struktur organisasi Taman Nasional Gunung Merapi:

Kegiatan pokok Pengelolaan TNGM adalah:
1. Pengembangan Kawasan TNGM.
2. Pengembangan Konservasi Spesies dan Genetik.
3. Penyidikan dan Pengamanan Hutan.
4. Pengendalian Kebakaran Hutan.
5. Pengembangan Jasa Lingkungan.
6. Pemberdayaan masyarakat dalam kerangka konservasi .

7. Pengembangan dan Pengelolaan TNGM tang mantap.
8. Pengembangan dan Pengelolaan Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem. (Dokumen TNGM, 2017)

Adapun Visi dan Misi TNGM antara lain :
1. Visi
Menjadi Taman Nasional yang mantap dalam mengelola ekosistem volkano yang
dinamis berbasis partisipasi para pihak.
2. Misi
a. Meningkatkan kapasitas kelembagaan berbasis prinsip tata kelola hutan yang
baik dan pengelolaan di tingkat tapak.
b. Merestorasi sistem volkano yang dinamis dan mitigasi bencana.
c. Meningkatkan partisipasi para pihak dalam pengelolaan TNGM. (Dokumen
TNGM, 2017)
Adapun Jabatan Fungsional TNGM antara lain :
1. Koordinator PEH
2. Polisi Kehutanan (memiliki keistimewaan yakni kewenangan untuk menangkap
langsung saat OTT yang diberikan oleh Kepolisian RI)
3. Penyuluh
4. PPBJ (Paguyuban Pengamat Burung Jogja)
Tugas Pokok Taman Nasional Gunung Merapi adalah melakukan penyelenggaraan
konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Pengelolaan Kawasan
Taman Nasional berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. (Dokumen
TNGM, 2017)

a. Pengelolaan dan Pemanfaatan
Pembangunan kehutanan harus mengacu pada aspek kelestarian. Hutan akan
terancam apabila salah satu fungsi sumber daya alam hilang. Pengelolaan kawasan hutan
konservasi dianggap beban jika tidak memberikan nilai ekonomi dan menghadapi
ancaman perambahan. Ancaman perambahan yakni perburuan dan penambangan liar dari
masyarakat sekitar hutan yang tidak merasakan manfaat keberadaan kawasan konservasi.
Peluang pemanfaatan cukup leluasa bagi masayarakat dan dan pihak swasta dalam
mendayagunakan kawasan konservasi. Hal ini mendatangkan benefit yang signifikan akan
tetapi tetap mengikuti peraturan yang berlaku sehingga integritas kawasan tidak
terganggu.
Berdasarkan jenis kegiatan konservasi, alternatif pengembangan daerah penyangga
antara lain :
1. Pengembangan budidaya plasma nutfah
2. Penurunan penggembalaan liar di kawasan konservasi dan kawasan pelestarian alam.
3. Perlindungan dan rehabilitasi biota sungai serta pengembangan budidaya ikan air
tawar.

4. Pengembangan wisata alam, pengembangan budidaya rumput laut dan biota laut
lainnya.
5. Pengembangan kerajinan dan ketrampilan masyarakat. (Asih, 2009)

b. Pembagian Zonasi kawasan TNGM
Kawasan TNGM dibagi dalam beberapa zonasi yang diperbaharui pada periode
tertentu. Pembagian Zonasi ini bertujuan untuk kepentingan penelitian, Budidaya,
budaya, pariwisata dan rekreasi. Zonasi yang terdapat pada TNGM adalah :
1. Zona Inti
Bagian Taman Nasional yang memiliki kondisi alam baik biota maupun
kondisi fisik yang belum terganggu oleh keberadaan manusia. Zona inti mutlak
dilindungi dan berfungsi untuk perlindungan keanekaragaman hayati yang asli dan
khas.
2. Zona Rimba
Zona Rimba biasa digunakan untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan
Sumber Daya Alam dan lingkungan alam. Zona ini digunakan untuk kepentingan
penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas, habutat satwa migran dan
menunjang budidaya serta mendukung zona inti.
3. Zona Pemanfaatan
Zona Pemanfaatan merupakan bagian dari Taman Nasional yang dimanfaatkan
untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi atau jasa lingkungan lainnya. Zona
ini diperuntukkan pengembangan pariwisata alamdan rekreasi, jasa lingkungan,
pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan budidaya.
4. Zona rehabilitasi

Zona rehabilitasi merupakan bagian dari taman nasional yang mengalami
kerusakan. Zona ini memerlukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan
ekosistem yang mengalami kerusakan. Zona ini diperuntukkan mengembalikan
ekosistem kawasan yang rusak menjadi kondisi ekosistem alami.
5. Zona Tradisional
Zona tradisional mrupakan bagian dari taman nasional yang ditetapkan sebagai
kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat. Zona tradisional dipruntukkan
pemanfaatan potensi tertentu taman nasional oleh masyarakat sekitar melalui
pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup.

6. Zona Religi
Zona religi merupakan bagian dari taman nasional yang terdapat situs religi,
peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan
keagamaan, perlindungan nilai budaya. Zona ini diperuntukkan memperihatkan dan
melindungi nilai-nilai hasil karya budaya, sejarah, arkeologi maupun keagamaan.
Zona inti
Zona rimba
Zona
pemanfaatan
Zona

rehabilitasi
Zona
tradisional

Zona religi

ZonaMitigasi &
Rekonstruksi

2.2 Balai Karantina
Peran dan fungsi karantina dalam era globalisasi dan perdagangan bebas sangat
penting dan startegis yan tidak mengenal batas wilayah antar negara. Hal ini
menimbulkan mudahnya penyebaran hama penyakit dan virus. Balai Karantina
menerapkan Sanitary and Pythosanitary Agreement (SPS) – WTO pada lalu lintas
komoditas pertanian. (Baraniah, 2005)
Terbentuknya Balai Karantina Pertanian pada 7januari 2014 (tumbuhan dan
hewan. Karantina pertanian adalah tempat pengasingan atau tindakan sebagai upaya
pencengahan kontaminasi hama penyakit hewan dan tanaman dari luar negeri maupun
hama dari dalam negeri ke luar negeri. Untuk melakukan tindakan karantina di
perlukan maksimal 14 hari tergantung kepada komoditas hewan atau tumbuhan dan

metode pengujian yang akan dilakukan. Selain itu, apakah komoditas itu berdasarkan
ketentuan beresiko menyebarkan penyakit hewan dan organime penganggu
tumbuhan.(Balai Karantina, 2017)

Wilayah kerja Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta berada di Bandar
Udara Adisucipto, Bandar Udara Adisumarmo, dan Kantor Pos Yogyakarta (pusat).
Khusus kantor pos hanya menerima karantina tumbuhan. Indonesia memiliki regulasi
karantina buah dan sayuran. Hal ini bertujuan agar terhindar dari lalat buah. Buah dan
sayur berupa daging baik utuh maupun belum di proses menjadi bahan olahan, yang
berpotensi sebagai media pembawa Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT).
Adapun persyaratan buah-buahan dan atau sayuran buah segar yang di masukan ke
dalam wilayah Negara Republik Indonesia yaitu:
1. Dilengkapi sertifikat Kesehatan Tumbuhan (Phytosanitary Certificate atau yang
biasa disebut dengan KT10) dari negara asal dan Negara transit.
2. Melalui tempat-tempat pemasukan yang ditentukan oleh :
a. Pelabuhan Laut Tanjung Perak Surabaya
b. Pelabuhan Laut Belawan Medan
c. Bandar Udara Soekarno-Hatta Jakarta
d. Pelabuhan Laut Makassar
3. Dilaporkan dan diserahkan kepada Petugas Karantina Tumbuhan di tempat

pemasukan untuk keperluan tindakan karantina tumbuhan.
Laboratorium Pengujian Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta
merupakan bagian dari satuan Kerja BKP Kelas II Yogyakarta yang memberikan
layanan publik pengujian dan pemeriksaan untuk penerbitan sertifikasi karantina
terhadap komoditas pertanian hewan dan tumbuhan.
Laboratorium pengujian Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta
memberikan jaminan dan keyakinan terpercaya dan scientific base terhadap media
pembawa HPHK (Hama Penyakit Hewan Karantina) dan OPTK (Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina). Laboratorium pengujian Balai Karantina
Pertanian Kelas II Yogyakarta terdiri dari Laboratorium Bagian Karantina Hewan dan
Laboratorium Bagian Karantia Tumbuhan yang sudah menerapkan standar ISO/IEC
17025:2005 pada ruang lingkup yang ditentukan.
Laboratorium Bagian Karantina Hewan
1. Laboratorium Parasitologi
2. Laboratorium Bacteriologi (ruang lingkup ISO/IEC 17025;2005 pengujian
cemaran mikroba dengan TPC)
3. Laboratorium Serologi
Laboratorium Bagian Karantina Tumbuhan
1. Laboratorium Entomologi (ruang lingkup ISO/IEC 17025;2005 Identifikasi lalat
buah bacterocera carambolae dan Bacterocera papayae)
2. Laboratorium Nematologi

3. Laboratorium Mikologi
4. Laboratorium Serologi
5. Laboratorium Bakteriologi
Laboratorium BKP Kelas II Yogyakarta juga menerima permintaan pengujian
selain untuk penerbitan Sertifikasi Karantina dengan menghubungi manager yang
berwenang.
Balai Karantina Pertanian memfokuskan pencegahan penyebaran terhadap
penyakit dan hama, yaitu :
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.

BSE (Sapi gila)
Lalat buah
Penyakit mulut dan kuku
Rabies
Avian influenza
Globodera rostochiensis
Trogoderma granarium

Prosedur tindakan karantina (8P) :
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Pemeriksaan
Pengasingan
Pengamatan
Perlakuan
Penahanan
Penolakan
Pemusnahan
Pembebasan

ASAS
Karantina berdasarkan asas kedaulatan negara dan perlindungan kesehatan
hewan, ikan, tumbuhan dan manusia serta kelestarian sumber daya hayati.
Tugas pokok
Melaksanakan kegiatan operasional karantina hewan dan tumbuhan, serta
pengawasan keamanan hayati hewan dan nabati.
Tujuan :
1. Mencegah masuknya penyakit hewan karantina, hama dan penyakit, ikan karantina,
dan organisme pengganggu tumbuhan karantina dari luar negeri ke dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.

2. Mencegah tersebarnya penyakit hewan karantina, hama dan penyakit, ikan
karantina, dan organisme pengganggu tumbuhan karantina dari satu area ke area
lain di dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
3. Mencegah keluarnya penyakit hewan karantina dari wilayah Negara Rebublik
Indonesia.
4. Mencegah keluarnya hama dan penyakit ikan dan organisme pengganggu tumbuhan
tertentu dari wilayah Negara Republik Indonesia apabila negara tujuan
menghendakinya.
5. Mencegah masuk dan tersebarnya agens hayati, jenis asing invasif (invasive aliens
species), dan produk rekayasa genetik, yang berpotensi mengganggu kesehatan
manusia, hewan, ikan, tumbuhan dan kelestarian lingkungan.
6. Mencegah masuknya pangan dan pakan yang tidak sesuai standar keamanan pangan
atau pakan.
Fungsi :
1. Penyusunan rencana, evaluasi dan pelaporan
2. Pelaksanaan (8P) media pembawa hama penyakit hewan karantina (HPHK) dan
organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK)
3. Pelaksanaan pemantauan daerah sebar HPHK dan OPTK
4. Pelaksanaan pembuatan koleksi HPHK dan OPTK
5. Pelaksanaan pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati
6. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional karantina hewan dan tumbuhan
7. Pelaksanaan pemberian pelayanan operasional pengawasan keamanan hayati
hewani dan nabati
8. Pengelolaan sistem informasi, dokumentasi, sarana teknik karantina hewan dan
tumbuhan
9. Pelaksanaan pengawasan dan penindakan pelanggaran peraturan perundangundangan di bidang karantina hewan, karantina tumbuhan, dan keamanan hayati
hewani dan nabati
10. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga
VISI
Menjadi instansi yang tangguh dan terpercaya dalam perlindungan kelestarian
sumber daya alam hayati hewani dan nabati sert akeamanan pangan segar di Pemba
DIY dan Provinsi Jateng.
MISI
1. Melaksanakan perkarantinaan hewan dan tumbuhanuntuk melindungi kelestarian
sumber daya alam hayati hewani dan nabati di Pemda DIY dan Provinsi Jateng.
2. Mendukung terwujudnya keamanan pangan di Pemda DIY dan Provinsu Jateng.

3. Meningkatkan citra dan kualitas pelayanan publik.
4. Memfasilitasi perdagangan dalam rangka peningkatan akselerasi ekspor komoditas
pertanian di Pemda DIY dan Provinsi Jateng
2.3 Badan Lingkungan Hidup
1. Visi Instansi
Kepemimpinan selalu mengupayakan kesejahteraan rakyat dan mendorong
terciptanya sikap serta perilaku hidup individu yang menekankan keselarasan dan
keserasian antar manusia. Filosofi ini mengandung makna adanya kewajiban untuk
melndungi, memelihara, serta membina keselamatan dunia. Makna ini
mengedepankan kepentingan masyarakat daripada kepentingan pribadi.
Hamemayu Hayuning Bawana memiliki makna yang luas karena dipahami
sebagai yang tangible dan intangible, bawana alit dan bawana ageng. Hal ini memiliki
kapasitas luas menjadi rujukan hidup bermasayarakat baik bagi lingkungan keluarga,
masyarakat, negara. Tak hanya itu, konsep filosofi ini berkewajiban untuk melindungi,
memelihra, membina keselamatan dunia dan mengedepankan kepentingan
masayarakat.
Hakikat Budaya Yogyakarta mrupakan hasil cipta, rasa dan karsa yang
diyakini salah satu acuan dalam kehidupan masyarakat. Budaya Jawa yang
mewujudkan ketentraman mewujudkan keamanan. Badan Lingkungan Hidup DIY
melakukan analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan dalam lima tahun
kedepan, tahapan dalam rencana pembangunan jangka panjang, dan aspek-aspek
potensial yang berkembang. Rumusan visi Badan Lingkungan Hidup DIY yang ingin
dicapai selama lima tahun mendatang adalah sebagai berikut: “Sebagai Institusi Yang
Handal Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Untuk Mewujudkan Masyarakat DIY
Berbudaya dan Berwawasan Lingkungan”
1. Misi Instansi
Misi yang akan dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup DIY dalam kurun
waktu 5 (lima) tahun adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan profesionalisme, akuntabilitas, dan kapasitas Badan Lingkungan Hidup
Daerah Istimewa Yogyakarta dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi badan.
2. Meningkatan kualitas lingkungan hidup dan perlindungan sumber daya alam melalui
sinergisitas lintas pemangku kepentingan serta mengembankan budaya kearifan lokal.
3. Menguatkan kapasitas, kepedulian dan partisipasi lintas pemangku kepentingan dalam
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkeadilan gender.
4. Memantapkan sarana prasarana dan akses informasi dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup secara adil, merata dan berkualitas.

Misi yang akan dilaksanakan Badan Lingkungan Hidup DIY adalah sebagai berikut:
“Meningkatkan Sinergisitas dan Efektifitas dalam Upaya Peningkatan Kualitas
Lingkungan Hidup Serta Meningkatkan Penyediaan Akses Data Dan Informasi
Lingkungan Hidup”.
2. Fungsi dan tugas BLH :
A. BLH memiliki tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah
di bidang lingkungan hidup.
B. BLH berfungsi untuk menyusun program di bidang lingkungan hidup.
C. Penyusunan kebijakan di bidang lingkungan hidup.
D. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungn hidup,pemulihan kualitas
lingkungan hidup,konservasi lingkungan.
E. Pembinaan pengendalian lingkungan pada instansi pemerintah,pemerintah daerah
dan swasra di daerah.
F. Penyelenggaraan kajian dan penataan lingkungan hidup.
G. Pembinaan dan pengembangan laboratorium lingkungan hidup
H. Pemberian fasilitas penyelenggaraan urusan lingkungan hidup kabupaten dan kota.
I. Pemberdayaan sumberdaya dan mitra kerja di bidang lingkungan hudup.
J. Penyelenggaraan kegiatan ketatausahaan
K. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh gubernur sesuai dengan tugas dan fungsi

2.4 Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam
1. Tugas pokok BKSDA
Penyelenggaraan Konservasi Sumber Daya Alam dan ekosistem berupa
suaka margasatwa, taman wisata dan taman buru. BKSDA juga melakukan
koordinasi pengelolaan taman hutan raya dan kawasan ekosistem essensial atas
ketentuan Undang-undang.
2. Fungsi BKSDA
A. Inventarisasi potensi, penataan kawasan dan penyusunan rencana pengelolaan cagar
alam, suaka margasatwa, taman wisata dan taman buru.
B. Pelaksanaan perlindungan dan pengamanan cagar alam, suaka margasatwa, taman
wisata dan taman buru.
C. Pengendalian dampak kerusakan sumber daya hayati.
D. Pengendalian kebakaran hutan di cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata dan
taman buru.
E. Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa liar beserta habitatnya serta sumber genetic
dan pengetahuan tradisional.

F. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan.
G. Evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem dan penutupan kawasan.
H. Penyiapan pembentukan dan operasionalisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan
Konservasi (KPHK)
I.

Penyedian data dan informasi, promosi dan pemasaran konservasi sumber daya alam
dan ekosistemnya.

J.

Pengembangan kerjasama dan kemitraan bidang konservasi SDA dan ekosistemnya.

K. Pengawasan dan pengendalian peredaran tmbuhan dan satwa liar.
L. Koordinasi teknis penetapan koridor hidupan liar.
M. Koordinasi pengeloaan taman hutan raya dan kawasan ekosistem essensial
N. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi SDA dan ekosistemnya.
O. Pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar kawasan konservasi.
P. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga serta kehumasan.
3. Struktur Organisasi BKSDA

Sumber : Dokumen BKSDA

4. Fungsi BKSDA :

1.

Penataan blok, penyusunan rencana kegitana, pemantauan dan evaluasi pengelolaan
kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman buru, serta
konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan konservasi,
2. Pengelolaan kawasan cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, dan taman
buru serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di dalam dan di luar kawasan
konservasi,
3. Koordinasi teknis pengelolaan taman hutan raya dan hutan lindung,
4. Penyidikan, perlindungan dan pengamanan hutan, hasil hutan dan tumbuhan dan satwa
liar di dalam dan di luar kawasan konservasi,
5. Pengendalian kebakaran hutan,
6. Promosi, informasi konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya,
7. Pengembangan bina cinta alam serta penyuluhan konservasi sumberdaya alam hayati
dan ekosistemnya,
8. Kerja sama pengembangan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya
serta pengembangan kemitraan,
9. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi,
10. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam, dan
Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
BAB III
3.1 HASIL PENELITIAN
NO
1

NAMA
LEMBAGA
Taman
Nasional
Gunung
Merapi

HASIL WAWANCARA
A. Kebijakan dalam sebuah Taman
Nasional sangat dipengaruhi oleh
keputusan-keputusan Kepala Balai
dan Menteri Kehutanan. Apakah hal
ini juga terjadi di TNGM?
Bagaimana mengatasi persoalan yang
terjadi ketika ada transisi pergantian
kepemimpinan?
1. Pihak TNGM dan Kepala Balai tidak
memiliki kewenangan dalam
menentukan anggaran, kebijakan
pokok dan kebijakan umum. Pusat
pemerintahan yang memiliki
kewenangan dalam melakukan
kebijakan terkait oleh pengelolaan
Taman Nasional. Transisi pergantian

MENURUT UNDANGUNDANG YANG BERLAKU
1. UU No. 41 tahun 1999 yaitu
manfaat
dan
lestari,
kerakyatan,
keadilan,
kebersamaan,
dan
keterbukaan

B.

a.

b.

c.
a.

kepemimpinan yang bekerja pada
pelaksanaan di kepemimpinan
sebelumnya akan dirangkum dan
akan dikoordinasi dengan staff
TNGM. Setiap pergantian
kepemimpinan harus didukung oleh
kebijakan yang telah ditetapkan
Presiden dan Undang-undang.
siapapun yang menggantikan harus
mendukung kebijakan Presiden selain
dari kebijakan UU
Selain luasan cakupan kerja TNGM
apakah ada permasalahan pelik terkait
hadirnya anggota masyarakat yang
beraktifitas di dalam Taman Nasional?
Prinsip-prinsip apa yang digunakan
terkait penanganan ini jika terjadi
konflik
kepentingan?
Adakah
dokumen yang diacu baik yang
berlaku
Nasional
maupun
Internasional?
Masyarakat ikut terlibat aktif dalam
upaya konservasi TNGM. Bahkan ada
beberapa masyarakat yang memiliki
komunitas MMP (Masyakarat Mitra
Polhut). MMP (Masyarakat Mitra
Polhut) merupakan salah satu
kelompok masyarakat binaan TNGM
di semua Resort TNGM.
Pihak TNGM menggunakan prinsipprinsip berupa Perpu, UU, Perpres,
dan Perda terkait penanganan jika
terjadi konflik untuk menindaklanjuti
adanya pelanggaran-pelanggaran di
wilayah konservasi TNGM.
Dokumen atau peraturan yang dapat
dijadikan acuan yaitu :
UU no 32 tahun 2009 pasal 1 ayat 18
tentang Konservasi SDA

b. UU no 41 tahun 1999 tentang
Kehutanan
c. UU no 5 tahun 1990 tentang SDA
d. PP no 26 tahun 2008 tentang Kawasan
Strategis Nasional
e. Perpres no 70 tahun 2014 tentang Tata
Ruang Gunung Merapi
C. Keanekaragaman hayati khas apakah
yang menjadi konsentrasi TNGM
dalam upaya menjaga kelestariannya?
Apakah
status
semua
spesies
dilindungi? Peraturan apakah yang
digunakan sebagai acuannya?
a. Keanekaragaman hayati khas yang
menjadi konsentrasi TNGM dalam
upaya menjaga kelestariannya Vanda
tricolor , Kijang (Muntiacus muntjak),
Elang Jawa (Nisaetus bartlesi), Elang
Hitam (Ictinaetus malaiensis) dan
Kucing hutan (Felis bangalensi).
b. Semua flora dan fauna yang berada
dalam kawasan konservasi TNGM
dilindungi. Biota infasif maupun
tidak, langka maupun tidak tetap
dilindungi oleh pihak TNGM.
c. Peratuan yang digunakan sebagai
acuan adalah :
a. UU No. 41 tahun 1999 tentang
kehutanan
b. UU No. 19 tahun 2004 tentang Tata
Cara Pemberian Ijin dan Perluasan
Areal Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil
Hutan Kayu dan Hutan Tanaman
Industri dalam Hutan Tanaman pada
Hutan Produksi
c. 1. PP No. 34 tahun 2002 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Pengelolaan
Hutan serta Pemanfaatan Hutan
(sudah diganti)

d.
e.

f.

g.

h.

i.

j.

2. PP No. 6 tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Penyusunan Pengellaan
Hutan seta Pemanfaatan Hutan (yang
berlaku)
PP No. 44 tahun 2004 tentang
Perencanaan Kehutanan.
PP No. 3 tahun 2008 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah
No. 6 tahun 2007 tantang Tata Hutan
dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta pemanfaatan Hutan.
Permenhut Nomor : P.6/MenhutII/2007 tentang Rencana Kerja dan
Renacan Kerja Tahunan Usaha
Pemanfaatan Hasil HutanKayu dalam
Hutan Alam dan Restorasi Ekosistem
dalam Hutan pada Hutan Produksi.
Permenhut Nomor : P.16MenhutII/2007 tentang Rencana Pemenuhan
Bahan Baku Industri (RPBBI) Primer
Hasil Hutan Kayu.
Permenhut Nomor : 19/MenhutII/2007 tentang Tata Caa Pemberian
IjinPerluasan Areal Kerja Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam
Hutan Tanaman pada Hutan Produksi.
Permenhut Nomor : 20/MenhutII/2007 tentang Tata Cara Pemberian
Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan
Produksi melalui Permohonan.
Permenhut Nomor : 23/MenhutII/2007
tentang
Tata
Cara
Permohonan Ijin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu pada Hutan
Tanaman pada Hutan Tanaman
Rakyat dalam Hutan Tanaman.
Permenhut Nomor : P.35/MenhutII/2007 tentang Hasil Hutan bukan
Kayu

D. Bagaimana prosedur penanganan
adanya gangguan manusia di dalam
wilayah konservasi TNGM terkait
kelestarian
KEHATI
dan
ekosistemnya?
 Prosedur penangannya adalah :
pendekatan sosial dan kemasyarakatan
melalui
komunikasi,
sosialisasi,
pembinaan, kerjasama dengan pihak
terkait, pemberdayaan masyarakat,
edukasi dan pendekatan Tokoh
masyarakat.
Pencegahan adanya pelanggaran
adalah dengan memasang papan
larangan di kawasan TNGM.
Misalnya, larangan perburuan liar,
membakar hutan, merusak hutan, dan
lain lain.
a. Pelanggaran
ringan
:
TNGM
melakukan
pendekatan
sosial
kemasyarakatan.
Contoh,
pengambilan rumput dan rencek di
zona kawasan konservasi TNGM.
Pelanggaran berat : TNGM, MMP,
dan Kepolisian setempat melakukan
tidak pidana pada pelanggar. Contoh,
secara sengaja membakar hutan.
b. Pelanggaran berat : TNGM, MMP,
dan Kepolisian setempat melakukan
tidak pidana pada pelanggar. Contoh,
secara sengaja membakar hutan.
E. Apa kontribusi mahasiswa yang
diharapkan oleh TNGM sehingga
program-program
TNGM
juga
menjadi milik seluruh pemangku
kepentingan termasuk kehadiran
mahasiswa di DIY?
 Peran Mahasiswa sudah melebihi
harapan TNGM dalam hal :

1. Keikutsertaan
dalam
kegiatan
monitoring Burung atau satwa
(khususnya kelompok mahasiswa
yang tergabung dalam PPBJPaguyuban Pecinta Burung Jogja,
LSM Kutilang).
2. Mahasiswa-mahasiswa
Praktek
Kuliah Lapangan (PKL) yang ikut
serta dalam berbagai kegiatan di
TNGM, mulai dari administrasi
hingga patroli pengamanan kawasan.
3. Mahasiswa Tugas Khusus dari
Kampus untuk meneliti di kawasan
TNGM, melakukan kuisioner, dll.
4. Mahasiswa-mahasiswa KKN di desadesa sekitar kawasan TNGM
5. Mahasiswa-mahasiswa yang bersedia
menjadi kader konservasi binaan
TNGM.
6. Mahasiswa-mahasiswa
kedokteran
hewan yang memeriksa kondisi
kesehatan satwa TNGM.
7. Mahasiswa-mahasiswa
yang
melakukan skripsi maupun thesis
tentang beberapa aspek TNGM.
8. Mahasiswa-mahasiswa relawan.
9. Mahasiswa
study
club
yang
menyelenggarakan
seminar
dan
workshop yang mengundang TNGM
10. Mahasiswa-mahasiswa yang bersedia
ikut dalam kepanitiaan acara atau
kegiatan
yang
diselenggarakan
TNGM
 Peranan mahasiswa yang diharapkan
oleh TNGM terkait program-program
TNGM :
1. Tetap
melanjutkan
peranan
mahasiswa selama ini dalam kerja
sama
dan
turut
membangun
pemahaman kepada masyarakat dan

pihak-pihak lain tentang pentingnya
hutan lestari.
2. Tetap
melanjutkan
peranan
mahasiswa dalam menambah data dan
informasi tentang TNGM.
3. Melanjutkan program pemberdayaan
ekonomi masyarakat sekitar TNGM.
2

Balai
Karantina

1. Bandara merupakan salah satu pintu 1.UU No.16 tahun 1992 tentang
masuk aliran satwa tumbuhan antar karantina hewan, ikan, dan
wilayah dan antar Negara. Bagaimana tumbuhan
bentuk komunikasi dijalin antar
kantor Layanan Karantina terutama
untuk wilayah di luar negeri yang
berbeda standard dan aturannya?
a. Bentuk komunikasi yang terjalin ada
koordinasi dengan dinas terkait
(dalam hal ini Karantina bekerja sama
dengan BKSDA) lewat media
komunikasi dan personal, untuk
mengurusi dokumen terkait dengan
dinas lain dapat dilakukan komunikasi
secara detail. Standart dan aturan yang
digunakan saat melakukan ekspor
satwa atau tumbuhan ke luar negeri
harus mengikuti peraturan dan
permintaan dari negara tujuan.
Contohnya saat melakukan ekspor
kita harus memiliki Phytosanitary
Certificate atau biasa disebut KT10.
Sertifikat ini merupakan sertifikat
Internasional yang dikeluarkan oleh
petugas Karantina dari negara yang
melakukan ekspor. Sertifikat ini
meyatakan bahwa barang/media elah
diperiksa dan dinyatakan bebas dari
hama atau penyakit karantina.

2. Bagaimanakah prosedur tindakan
ketika ada peristiwa penyelundupan
baik satwa maupun tumbuhan?
b. Ada pengawasan tentang ketentuan
pelanggaran Karantina Pertanian
Kelas
II
Yogyakarta
dan
peradilannya. Penyelundupan dan
pemalsuan sudah masuk bidang
hukum (kepolisian). Karena itu Balai
Karantina
bekerjasama
dengan
kepolisisan dan pihak keamanan
bandara (AVSEC).
3. Bagaimanakah prosedur tindakan
ketika ada peristiwa pemalsuan
dokumen yang menyertai satwa dan
tumbuhan ketika memasuki wilayah
bandara? Bukankah dari asal
keberangkatan sudah dinyatakan
lolos? Bagaimana bentuk komunikasi
antar kantor karantina ketika
perundangan yang diacu memiliki
standar yang berbeda?
c. Ketika ada pemalsuan dokumen yang
dilakukan sama seperti kasus
penyelundupan satwa dan tumbuhan.
Karena sudah di luar wewenang dari
Balai
Karantina,
maka
Balai
Karantina memberikan hak penuh
kepada pihak kepolisian untuk
memproses tersangka. Sebelumnya
pernah terjadi penyeludupan dan
pemalsuan dokumen oleh beberapa
oknum, mereka bisa lolos dari
bandara asal karena sudah dibantu
oleh pihak kepolisian yang korup.
Namun sesampai di Jogja, oknumoknum tersebut langsung dibekuk dan
diproses secara hukum. Ketika
terdapat standar yang berbeda, tiap
kantor karantina asal akan langsung

4.

a.
b.
c.
d.
e.

menghubungi kantor karantina tujuan
(yang memiliki standar berbeda tadi)
agar bisa mempertanyakan hal-hal apa
saja yang menjadi penolakan di
daerah tujuan.
Selain UU 16/1992 sebagai payung
hukum adakah petunjuk yang lebih
operasional di tingkat kantor
layanan?
Bagaimana
hirarki
peraturan tersebut sejak dari
tingkatan kementrian sampai ke
juklak juknis jika ada? Ada, yaitu :
Dasar hukum UU no 16 th 1992 ttg
karantina ikan dan tumbuhan,
PP no 82 tahun 2000 ttg karantina
hewan,
PP no 14 tahun 2002 tentang
karantina tumbuhan,
PP no 35 tahun 2015 tentang PNBP.
Peraturan diturunkan secara langsung
dari Kementerian Pertanian karena
Balai Karantina Pertanian merupakan
salah satu UPT dari Kementerian
Pertanian khususnya di wilayah
Yogyakarta dan di beberapa wilayah
di Jawa Tengah

5. Apa kendala yang dialami petugas
karantina selama ini? Apakah status
perdagangan satwa dan tumbuhan
dilindungi
selalu
mendapatkan
informasi termutakhir?
a. Kendala yang dialami ada di Dokter
Hewan yang bekerja di Balai
Karantina karena mereka tidak hanya
bekerja di sana, tetapi juga membuka
praktek ditempat lainnya.
b. status perdagangan satwa dan
tumbuhan
dilindungi
selalu
mendapatkan informasi yang paling

6.

d.

7.

a.

b.

update.
Informasinya
selalu
terintegrasi dari BKSDA khususnya
tentang satwa yang dilindungi.
Peranserta apa yang diharapkan dari
kalangan mahasiswa agar bisa ikut
menjaga kelestarian satwa dan
tumbuhan Indonesia?
Peran mahasiswa biasanya berupa
adanya kegiatan magang dan PKL
dari fakultas terkait, contoh dari
kedokteran hewan, fakultas pertanian,
dll. Setelah mereka lulus koas atau
selesai magang, mahasiswa tersebut
akan
diangkat
menjadi
Duta
Karantina. Yang diharapkan dapat
menjadi pelopor sosialisasi mengenai
karantina kepada orang orang
terdekatnya.
Bagaimana
korelasi
ketahanan
pangan di Indonesia dan bagaimana
kontribusi karantina terhadap adanya
GMO (produk rekayasa genetik) di
Indonesia?
Karena adanya peningkatan untuk
memproduksi pangan
maka
diharapkan tidak ada muncul
penyakit pada tanaman pangan yang
menjadi salah satu tanaman utama
pangan di Indonesia. Maka peran
balai karantina untuk mencegah
penyakit melalui bibit tanaman
pangan supaya ketahanan pangan di
Indonesia tetap terjaga.
GMO (rekayasa genetika), ada
komisi di kementrian yang mengurusi
hal demikian. Produk demikian
biasanya hampir tidak kasat mata.
Mampu berproduksi dalam waktu
cepat. Produk produk pertanian dan
perkebunan yang direkayasa melalui

berbagai teknik rekayasa. Dari segi
kualitas dan kuantitas lebih unggul
tanaman rekayasa. Sesuai UU dan PP
balai ini melindungi tumbuhan yang
ada dari penyakit penyakit dan hama.
GMO ada UU nya sendiri sesuai
rekayasa genetika terhadap usaha
pangan. Maka, apabila tanaman hasil
rekayasa itu disebarluasan harus ada
ijin di kementerian terkait dan bukan
merupakan salah satu tugas dari balai
karantina pertanian ini.
3

Badan
Konservasi
dan Sumber
Daya Alam

BKSDA
punya
mitra
dalam
melaksanakan tugas antara lain dengan
Balai Karantina, NGO, Polda, dan
beberapa kasus seperti kemarin bulan
2017 penangkapan di bandara, dari
karantina ketika ada orang bawa burung
dari jawa ke Kalimantan tidak masalah.
Jika ada dokumen yang tidak lengkap,
secara otomatis maka dari Karantina akan
diserahkan ke BKSDA, jadi ada polisi
juga di bandara. Pada Jalur laut belum
pernah karena tidak ada pelabuhan di
Yogyakarta ini.Jalur darat misalnya kalau
di pasar menjadi tempat untuk aktivitas
perdagangan banyak. Yogyakarta menjadi
tempat trsansitnya, banyak di Pasar
Muntilan itu tinggi peredarannya, di pasar
sekitar beberapa tahun yang lalu masih
konvensional transaksi disitu beli disitu
dan jual disitu. Namun seiring
perkembangan
teknologi
dengan
berkembangnya perdagangan online maka
di pasar hanya transaksi uang saja
sedangkan barangnya tidak ada. Tapi
dapat diatasi karena kerja sama dengan
kepolisisan
jadi
dapat
dilacak
mencegahnya adalah meningkatkan

1. UU No 05 Tahun 1990 pasal 1
ayat 2 mengenai Konservasi
sumber daya alam hayati adalah
pengelolaan sumber daya alam
hayati
yang
pemanfaatannya
dilakukan secara bijaksana untuk
menjamin
kesinambungan
persediaannya
dengan
tetap
memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragaman dan
nilainya.

kerjasama dengan pihak luar. Kita
monitoring intensive dan Peran NGO.
Pernah ada Mahasisawa Atma jaya ada
elang dibeli diserahkan ke kita jadi itu
berupa antisipasi masyarakat.
Alih fungsi lahan tahun 2000 ada proses
given dari pusat, beda dengan TNGM ada
komunikasi dengan masyarakat, tadinya
masyarakat bisa memetik hasilnya, namun
sekarang menjadi konservasi sehingga
kesempatan masyarakat memanfaatkan
hutan menjadi hilang, Paliyan dan Sermo
karakter masyarakatnya beda, jika di
Sermo dalam pemanfaatan lahan tingkat
kesadaran beda. Pada akhir tahun 2016
kelompok masyarakat penggarap di
Sermo telah menyerahkan hutan tersebut
dan tidak memanfaatkan lahan, jika di
Paliyan
masyarakat
beda
masih
bergantung pada hutan konservasi
tersebut sehingga banyak konflik.
•Event terakhir dilakukan pada bulan
Maret
awal
kementerian
pusat
mengadakan penanaman bersama di 2017
di DIY dan Jateng di wilayah TNGM di
Jurang Jero, Magelang. BKSDA Jogja
punya
kegiatan
rutin
kampanye
keanekaragaman hayati per 2 tahun atau 1
tahun sekali
Yang dapat dilakukan mahasiswa yakni :
1.Dapat melakukan penelitian misalnya di
pasar atau yang lainnya kemudian ditulis
dalam bentuk karya ilmiah.
2.BKSDA memiliki bulletin dan
mahasiswa dapat ikut memberikan tulisan
dan dimuat ada honornya, serta bulletin
itu terbit tiap 4 bulan sekali.

3.Memberikan informasi ke BKSDA dan
saran sehingga jadi kader konservasi.
4.Mengikuti
Kegiatan-kegiatan
konservasi yang kaitanya dengan mapala
dan banyak aktivitas disana jadi volunteer
, dsb.
5.Membuat penelitian terkait konservasi,
misalnya menganalisa perilaku satwa
dikonservasi.
Hubungan kerja sama dengan lembaga
lain terkait konservasi SDA adalah :
1.Kerja sama bermitra dengan POLDA
dan NGO perdagangan satwa ketuanya
adalah dari kehutanan dan kepolisisan.
Kementerian kehutanan, polisi dan NGO
hubungannya harus dijaga. PPSJ atau
YKLY tugasnya menampung satwa-satwa
yang dipelihara oleh orang dan disita oleh
Negara. Karena ada keterbatasan
penempatan dan dititipkan kembali ke
masyarakat. Pada tahun sebelum 2000
tidak boleh dipelihara tetapi jika ada
keterbatasan, jadi dititipkan kembali ke
masyarakat. Jadi dibentuk PPSJ (pusat
penyelawatan satwa).
2.Departemen punya kebijakan th 2005
PPSJ bangkrut ketika pihak donasi PPSJ
given foudatian putus kontrak dan
operasional tidak ada.
3.Antar insitusi dapat dilakukan antar
fakultas bekerja sama dengan BKSDA
akan lebih mudah . perjanjian kerja sama
ada aturan nya apa isi dan kewajiban, jadi
jika akan lebih melakukan praktik
lapangan dapat dibantu
BKSDA
mendampingi
dan
memfasilitatori budidaya burung puyuh
karena
beberapa
warga
sudah

mengembangkan lalu diajarkan untuk
dikembangkan di kelompok lain dengan
bantuan kami. Pemitraan take and give
dengan PT PERSI JAYA. jadi BKSDA
harus membeli burung punyuh, membeli
pakan dan vitamin. Lalu, diberi fasilitas
monitoring
oleh
dokter
hewan.
Penjualannya ke PT. Kegagalan karena
faktor kematian cukup tinggi, cuaca
ekstrem, dan tahun 2013 Gunung Kelud
erupsi. Kesulitan pakan karena kemitraan
ada beberapa aturan. Kemudian untuk
budidaya lele, dengan pakan alternatif
pakan lele dari pelet diganti dengan
mencari pakan dari dinas peternakan ada
benih ikan di Kaliurang BPI jadi akan
lebih irit dan bentuknya pellet membuat
sendiri ,jadi lebih murah dalam mengatasi.
Tahun 2016 sudah dievaluasi di Paliyan.
Berkoordinasikan berkolaborasi dengan
mitar kerja PT, Dinas Peternakan
Pembenihan
untuk
mengurangi
ketidakberhasilan.

Pendataan BKSDA terkait pengelolaan
Cagar Alam dan Suaka Marga Satwa
sudah dilakukan rutin per 3 tahun lalu
tahun berikutnya monitoring dan yang
dilakukan fungsional PEH (dalam kelola
hutan). Pengendalian ekosistem hutan
banyak
manfaatnya,
yaitu
bisa
menentukan
apakah
program
yg
dilakukan BKSDA bisa mengembalikan
ke
kawasan.
Dilakuakan
untuk
pengelolaan rencana jangka panjang 10
tahun dan 5 tahun. Kegiatan insitu
pembiakan habitat inventarisasi potensi
perlindungan dan pengamanan. Ada 4

4

Balai
Lingkungan
Hidup

kawasan inventerisasi yaitu tumbuhan,
satwa liar, dan rehabilitasi.
BLH belum memiliki pekerjaan secara 2.Perda No.3 /2015 pasal 1 ayat 17
teknis seperti BKSDA yang bertugas
TENTANG PERLINDUNGAN
dalam
pengawasan
ketika
ada
DAN
PENGELOLAAN
pelanggaran dan karantina flora dan fauna
LINGKUNGAN
HIDUP
yang dilindungi dengan turun langsung ke
mengenai upaya Pengelolaan
lapangan,karena status spesies yang
Lingkungan Hidup dan Upaya
dilindungi masih lemah dan belum bisa
Pemantauan Lingkungan Hidup,
dipastikan,dan sampai saat ini masih
yang selanjutnya disebut UKLmengupayakan ke arah perlindungan
UPL, adalah pengelolaan dan
(perundang-undangan). Untuk langkah
pemantauan terhadap usaha
awalnya BLH sudah menyusun database
dan/atau kegiatan yang tidak
keanekaragamanhayati yang berada di
berdampak penting terhadap
kawasan DIY. Data didapat dari
lingkungan
hidup,
yang
kabupaten-kabupaten
sehingga
diperlukan
bagi
proses
mendapatkan data yang spesifik
pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan
BLH hanya memberikan rekomendasi
perijinan dalam pelaksanaan perlindungan
flora dan fauna yang dilindungi.
Sedangkan, pelaksanaan di lapangan
dilakukan oleh BKSDA dan balai
karantina. Sehingga dalam hal ini perlu
adanya sinergi dari ketiga lembaga terkait.
Berdasarkan data keanekaragaman hayati
mengenai flora dan fauna di DIY tahun
2016, dapat dilihat dari kelima kabupaten
bahwa keanekaragaman hayati di DIY
masih stabil. Seperti tertera pada tabel di
bawah, bahwa hampir di seluruh
kabupaten di DIY jenis lumut dan paku
masih sangat beragam. BLH telah
membuat
program
untuk
mengembangkan keanekaragaman hayati
di DIY. Pada tahun 2015, BLH telah
melakukan pembinaan konservasi SDA
dan
melaksanakan
monitoring
keanekaragaman hayati yang merupakan

suatu kegiatan rutin tahunan. Kegiatan ini
bertujuan untuk pembinaan sosialisasi
ataupun edukasi mengenai sumber daya
air dan keanekaragaman hayati bagi
masyarakat umum dan pemerintah DIY.
Program dari BLH sendiri cukup banyak
karena setiap bagian BLH memiliki
program-programnya sendiri. Dari bidang
konservasi sendiri memiliki 2 program
unggulan yaitu :
a.
Wana desa : program ini
bertujuan untuk memperbaiki
lahan kritis yang ada di desadesa,dan juga sebagai cara
konservasi bibi. Tanaman yang di
tanam bukan lah tanaman yang
konvensional namun tanman
konservasi,luas
lahan
yang
dikunakan kurang lebih 1-10 Ha
per desa.
b. Telaga desa : tujuan utama program
ini adalah untuk menaikan ketinggian
air tanah di DIY karena menurut
survei yang dilakukan BLH setiap
tahun ketinggian ait tanah di DIY
mengalami penurunan. Selain itu
telaga desa juga dapat mengurangi
banjir dan menambah daerah resapan
air. Namun karena dana yang di
butuhkan cukup tinggi menyebabkan
kurang maksimalnya pengembangan
dari progam telaga desa ini.
Hambatan yang dialami
a.
Anggaran dari pemerintah
yang kurang
b. Cara mensinergikan berbagai sektor di
bidang lingkungan agar tetep berjalan
dan pemanfaatan bisa maksimal

dalam
penyelesaian
masalah
lingkungan.
c. Banyaknya alih fungsi lahan yang
dimiliki oleh individu.
Mahasiswa dapat
a.
Kerja
sama
anatara
mahasiswa dengan BLH yang
berkaitan dengan lingkungan
hidup
seperti
penanaman
magrov,bersih
kali,dan
lain
sebagainya.
b. BLH juga mengadakan lomba-lomba
yang dapat dilakukan oleh mahasiswa
c. Evaliasi penghargan-pengargaan yang
diberikan BLH kepada masyarakat
luas sehingga mahasiswa bisa andil di
dalamnya.
d.
Adanya sosial media dari BLH
sebagai wadah berbagai ide dan kuis
untuk penyampaian masukan.

3.2 PEMBAHASAAN
e. Taman Nasional Gunung Merapi
a) Tugas dan Fungsi
Taman Nasional Gunung Merapi mengemban tugas dalam menyelengarakan
konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan pengelolaan kawasan
Taman Nasiona berdasarkan peraturan perundang undangan yang ada.
Fungsi Taman Nasional Gunung merapi adalah sebagai tempat konservasi sebagai
cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata alam, serta daerah konservasi lainnya.
Agar Taman Nasional Gunung Merapi dapat di manfaatkan secara maksimal sebagai
lahan konservasi karena di dalamnya terdapat banyak variasi dan fauna. Hal ini
membuat Taman Nasional Gunung Merapi menjadi lembaga yang menjaga kestabilan
dari popilasi tersebut.
b) Ruang Lingkup Pekerjaan
Para Staf TNGM bekerja dalam ruang lingkup pekerjaannya adalah seluruh
kawasan taman nasional. Khususnya daerah Sleman,Klaten,Boyolali, dan Magelang.
c) Masalah dan Hambatan yang di hadapi

Kurangnya kesadaran warga setempat akan adanya pembagian zonasi seperti
warga mengambil rumput di zona inti TNGM. Pengambilan satwa liar oleh orangorang tidak bertanggung jawab. Perusakan Hutan untuk pengalihan fungsi lahan
hutan.
d) Solusi
Banyak melakukan sosiali sasi dengan warga mengenai pembagian zona
merumput dan edukasi warga sekitar TNGM tentang konservasi dan pelestarian
Sumber Daya Alam

f. Balai Karantina
a) Tugas dan Fungsi
Balai Karantina memiliki tugas dan fungsi yang penting dalam perdagangan di
Negara Indonesia dengan adanya Balai Karantina barang yang masuk ke Negara
Indonesia maupun yang keluar negeri khususnya tamanan dan hewan yang bisa jadi
membawa penyakit atau hawa masuk ke Indonesia.
b) Ruang Lingkup Pekerjaan
Ruang pekerjaan Balai Karantina adalah tempat masuknya barang khususnya
tumbuhan yang akan masuk ke Negara Indonesia Contohnya Bandara,Pelabukan dan
kantor pos Pusat dan setiap pengerimannya.
c) Masalah dan Hambatan Yang Dihadapi
Banyak barang yang luput dari Balai Karantina, belum adanya kesadaran dari
pedagang sendiri tentang tumbuhan harus melalui masa karantina.
d) Solusi
Melakukan masa karantina dengan sesuai prosedur dan sesuai masa karantina yang
di tetapkan. Memperketat penjagaan di bandara dan media pengiriman
g.Badan Konservasi dan Sumber Daya Alam
a) Tugas dan Fungsi
BKSDA adalah lembaga yang bergerak dalam bidang konservasi dan Sumberdaya
alam, sekaligus sebagai penyelenggara kawasan konservasi, marga satwa dan lain lain.
Melakukan koordinasi dan pengelolaan hutan raya dan kawasan konservasi. Melakukan
kerja sama dengan warga tentang manfaat konservasi
b) Ruang Lingkup Pekerjaan
Seluruh kawasan di Daerah Istimewa Yogyakarta yang melakukan konservasi baik
hewan maupun tumbuhan.

c) Masalah dan Hambatan yang Di hadapi
Masih banyak oknum-oknum yang melakukan penangkaran tanpa se izin BKSDA.
Masih kurangnya edukasi dengan masyarakat luar bahwa kawasan konservasi harus di
kelola secara khusus
d) Solusi
BKSDA harus lebih menindak tegas oknum yang melakukan penangkaran tanpa
ada izin.
h.Balai Lingkungan Hidup
a) Tugas dan Fungsi
Badan Lingkungan Hidup berfungsi untuk menyusun dan melaksanakan
kebijakan daerah di bidang lingkungan hidup. Mengatur badan-badan
pemerintahan dan non pemerintahan yang ada agar tidak mengganggu fasilitas
daerah yang lain.
b) Ruang Lingkup Pekerjaan
Melakukan pekerjaannya dalam berbagai bidang yakni
1. Bidang pengembangan kapasitas:
a. Sub bidang pengembangan SBM dan Kelembagaan
b. Sub Bidang pengembangan laboratorium Lingkungan
2. Bidang Pengendalian Perusakan dan Konservasi Lingkungan:
a. Sub bidang pengendalian perusakan lingkungan
b. Sub bidang pengendalian konservasi lingkungan
3. Bidang pencemaran lingkungan
a. Sub bidang pengendalian pencemaran udara
b. Sub bidang pengendalian pencemaran air, tanah, dan B3
4. Bidang penataan dan kajian lingkungan
a. Sub bidang penataan lingkungan
b. Sub bidang kajian lingkungan
c) Masalah dan hambatan yang di hadapi
Dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan Badan Lingkungan Hidup,
terdapat beberapa masalah yang dihadapi oleh lembaga tersebut seperti kurangnya
dana yang dimiliki oleh Badan Lingkungan Hidup sedangkan banyak program yang
telah dicanangkan oleh lembaga tersebut. Dengan kurangnya dana yang dimiliki,
banyak program yang belom terlaksanakan.

Selain itu, terdapat banyaknya alih fungsi lahan yang dihadapi oleh BLH.
hal ini mengakibatkan berkurangnya keanekaragaman hayati karena pengaruh dari
alih fungsi lahan yang menggeser keberadaan flora dan fauna yang ada.
d) Solusi
Memberi izin lebih ketat untuk bangunan-bangunan yang berada di wilayah
strategis. Mengadakan pengawasan oleh BLH mengenai kegiatan alih fungsi lahan.

BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Instansi terkait dalam bidang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistem adalah Hal yang penting dan harus di perhatikan
dengan seksama oleh pemerintah. Banyak pula instansi terkait yang sudah
menjalankan tugasnya sudah cukup baik. Dengan adanya dukungan
masyarakat yang baik maka saling mendukung satu sama lain. Mahasiswa
juga berperan bagi intasnsi-instansi terkait yang mendukung program kerja
intansi terkait.
4.2 SARAN
Berdasarkan Hasil observasi dan wawancara yang telah di lakukan
pada badan terkait, dapat di sarankan:
2.
Banyak di lakukan sosialisasi dan merangkul mahasiswa dan
warga terkait konservasi dan SDA Konservasi dan Ekosistem.
3.
Pemerintah lebih memperhatikan fasilitas penunjang pada intansi
terkait sehingga intasnsi bisa berjalan dengan baik dan lancar
4.3 REFLEKSI
Dewasa ini dalam melakukan suatu kegiatan haruslah mengikuti
peraturan terkait. Taat pada peraturan yang telah di tetapkan adalah salah
satu pilihan bijak dalam menjaga kelestarian dan ekosistemnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dokumen pribadi BKSDA DIY. Diunduh pada tanggal 9 Mei 2017.
Kusuma, Cecep dan Agus Hikmat. 2015. Keanekaragaman Hayati Flora di Indonesia.
http://journal.ipb.ac.id/index.php/jpsl/article/view/10962/8446.

Diunduh

pada

tanggal 9 Mei 2017.
UU No.5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.7 Tahun 1999, tentang pengawetan jenis tumbuhan
dan satwa.
UU No.41 Tahun 1999 , tentang Kehutanan.
Salinan data kelompok observasi ke Taman Nasional Gubung Merapi.
Salinan data kelompok observasi ke Badan LIngkungan Hidup.
Salinan data kelompok observasi ke Balai Karantina.
Salinan data kelompok observasi ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam.

Lampiran

(Badan Lingkungan Hidup)

(Balai Karantina)

(BKSDA)

(TNGM)