Manajemen Kas DiDaerah doc Paper
1
Manajemen Kas DiDaerah
Perubahan paradigma keuangan terjadi sejak di berlakukannya Undangundang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan undang-undang
nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan anatara pemerintah pusat
dan daerah. Undang-undang tersebut membawa perubahan yang sangat mendasar
pada pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, terutama
karena misi yang di bawanya yaitu mewujudkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan sumber daya keuangan daerah.
Tujuan kedua undang-undang tersebut untuk mereformasi kelemahankelemahan pengelolaan keuangan daerah, namun pelaksanaannya jauh dari
harapan sehingga diganti dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah dan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang
perimbangan
keuangan
antara
pemerintah
pusat
dan
dearah.
Dengan
diberlakukannya Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 yang merupakan revisi
dari undang-undang nomor 33 tahun 2004 yang merupakan revisi dari undangundang nomor 25 tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan anatara Pemerintah
Pusat dan Daerah , memberikan kewenangan secara mutlak pada tiap-tiap daerah
untuk mengatur daerah sendiri.
Kas adalah salah satu komponen dari aktiva yang sangat vital bagi
kelangsungan hidup organisasi, baik organisasi pemerintah maupun perusahaan
swasta. Kas merupakan elemen kunci dalam perencanaan atas seluruh aspek
operasional perusahaan. Tanpa adanya manajemen kas yang baik, suatu organisasi
2
mungkin dapat kehilangan reputasinya dan sulit untuk bertransaksi dengan pihak
lain karena organisasi tersebut tidak dapat membayar tagihannya yang sudah jatuh
tempo. Oleh karena itu manajemen kas merupakan suatu keharusan bagi seluruh
organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta.
Secara umum, organisasi yang dapat memperbaiki metode dalam
menerima dan mengeluarkan kas akan menjadi lebih sukses. Hal ini didasarkan
pada pemikiran bahwa kekurangan uang dalam organisasi dapat menimbulkan
biaya yang seharusnya dapat dihindari manakala terdapat manajemen kas yang
baik. Kekurangan kas akan menyebabkan suatu organisasi harus mencari
pinjaman dana dalam rangka menutupi kekurangan kas untuk melaksanakan
kegiatan operasionalnya. Namun, pinjaman yang didapatkan dapat menimbulkan
resiko berupa biaya baru seperti biaya bunga dan denda atas keterlambatan
pembayaran. Di sisi lain, dengan adanya manajemen kas yang baik suatu
organisasi dapat menyediakan berbagai sumber daya lainnya tepat pada waktunya
ketika dibutuhkan, belum lagi kemungkinan memanfaaatkan diskon yang
diberikan oleh para pemasok pada saat pembelian barang karena membayar tepat
pada waktunya.
Manajemen
Terdapat beberapa pengertian mengenai manajemen menurut GR Terry
manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan
atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan organisasional atau
maksud yang nyata. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai
tujuan-tujuan organsasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan
3
berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau berarti dengan tidak melakukan
tugas itu sendiri. Stoner dikutip Indriyo Gitosudarmo : 2001 meyatakan bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencari tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien.
Menurut sugiri (2007:4) bagi manajemen mempunyai peran sangat
penting, antara lain dalam hal berikut:
1. Melindungi Aset. Catatan akuntansi yang teliti dapat menunjukan posisi
keuangan perusahaan dari waktu kewaktu sehingga mempersempit ruang
gerak pihak-pihak yang akan melakukan korupsi maupun manipulasi.
2. Penyusunan Rencana. Anggaran merupakan rencana kegiatan yang
dinyatakn dalam satuan uang yang menjadi pemandu untuk beroperasi di
masa yang akan datang.
3. Pengukuran efisiensi,efektivitas dan keekonomian. Akuntasi mengukur
laba entitas bisnis dengan menyelisishkan antara pemdapatan yang
diperoleh selama suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Laba berperan sebgai pengukur efisiensi
dan efektivitas entitas bisnis. Pada lembaga pemenrinthan akuntansi juga
dapat mengukur apakah kegiatan yang telah dijalankan adalah efisien,
efektif dan ekonomis. Kegiatan disebut efektif jika mencapai sasaran,
disebut efisien jika dia menggunakan input sesuai standar biaya yang telah
4
di tetapkan, dan diesbut ekonomis jika input (masukan) yang digunakan
untuk melakukan efetifitas diperoleh dengan harga termurah relative
terhadap semua harga alternatif di pasar.
4. Pengawasan. Manajemen akan melakukan upaya agar pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan.
Manajemen Kas
Ada banyak sekali pengertian mengenai kas, baik dari sisi peurndangundangan maupun dari sisi teori atau konsep ekonom. Menurut Undang-Undang
Nomor 1 tahun 2004 tentang Keuangan Negara adalah tempat penyimpanan uang
negara yang ditentukan oleh Menteri keuangan selaku bendahara umum negara
untuk
menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh
pengeluaran negara. Maka yang dimaksud dengan kas dalam undang-undang ini
adalah semua uang negara yang bersumber dari seluruh penerimaan negara dan
digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran negara.
Menurut standar akuntansi pemerintah yang di maksud dengan kas adalah
uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintahan. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung
seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kas Negara adalah tempat
penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku
5
Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah pusat.
Sedangkan menurut standar akuntansi keuangan kas terdiri dari saldo kas
dan rekening giro adalah invetasi yang besifat likuid, berjangka pendek dan yang
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa mengahadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan.
Menurut Munawir (1983) bahwa kas merupakan uang tunai yang dapat
digunakan untuk mebiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas
adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank
dalam bentuk giro atau demand deposit yaitu simpanan di bank dapat diambil
kembali.
Pendapat lainnya juga hampir sama dikemukakan oleh Theodarus M
Tuanakotta (AK,1982) memyatakan kas dan bank meliputi uang tunai dan
simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat diuangkan pada setiap saat tanpa
mengurangi niali simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau danadana kas lainnya seperti penerimaan uanh tunai dan cek-cek untuk disetor ke bank
keesokan harinya.
Menurut Mamduh M. Hanafi (2004) beliau menyatakan kas adalah item
aset yang paling likuid. Praktis likuiditas suatu aset diukur dengan kedekatannya
dengan kas. Kemudian aset disusun berdasarkan likuiditas tersebut adalah piutang
kemudian persediaan. Definisi kas itu sendiri sebenarnya tidak begitu jelas. Kas
biasanya mencakup uang kertas maupun logam
6
Secara umum kas merupakan aset yang paling tidak produktif disbanding
aset yang lainnya. Karena itu ditinjau dari sisi produktivitas, memegang aset
seminimal mungkin merupakan pikihan yang baik untuk perusahaan. Ada
beberapa motif kenapa perusahaan memegang kas.
1. Motif transaksi.
Kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan transaksi. Transaksi
perusahaan berasalh dai penjualan yang berarti perusahaan
menerima kas. Sementara itu, perusahaan harus membayar gaji
pegawai, membeli bahan mentah, membayar utang dagang. Jika
kas keluar lebih besar dibandingkan dengan kas masuk, perusahaan
bisa mengahadapi masalah likuiditas. Untuk mengatasi hal tersebut
perusahaan harus memegang kas.
2. Motif berjaga jaga
Alasan lain memegang kas adalah untuk berjaga-jaga menghadapi
ketidakpastian di masa datang. Contohnya jika perusahaan tiba-tiba
harus mengeluarkan kas yang cukup besar, perusahaan harus
mempunyai kas. Jika perusahaan tidak bisa membayar kebutuhan.
3. Kebutuhan di masa mendatang
Kebutuhan kas bisa meningkta pada saat ada kejadian-kejadian
tertentu di masa mendatan. Sebgai contoh jika perusahaan
berencana meluncurkan produk baru peluncuran tersebut akan
memakan kas cukup subtansial. Perusahaan dengan demikian akan
menimbun kas untuk persiapan produk baru tersebut.
4. Saldo kas minimal.
7
Bank seringkali mensyaratkan saldo minimal yang harus tetap
berada di rekening perusahaan di bank. Sebgai contoh,jika
perusahaan harus memegang sejumlah saldo minimal tertentu.
Karena itu saldo kas tidak mungkin ditekan hingga nol. Perssyartan
saldo kas minimal tertentu tersebut tentu mempengaruhi terhadap
saldo kas perusahaan.
Manajemen kas berusaha memaksimumkan pemnafaatan kas tanpa
mengabaikan saldo kas. Dengan kata lain , jumlah kas yang ada dalam perusahaan
harus maksimum, tetapi juga memaksimumkan bunga yang bisa diperoleh dari
penginvestasian kas tersebut dalam surat-surat berharga, dan juga seperti pada
deposito jangka pendek.
Ada tiga hal yang dilakukan oleh seorang manajer keuangan dalam
mengelola kas:
1. Mempercepat pemasukan kas, bertujuan menaikkan ketersedian
kas ( daripada kas dipegang oelh perusahaan lain, lebih baik
dipegang dan dikelola oleh manajer keuangan)
2. Memperlambat pengeluaran kas mempunyai tujuan yang sama
dengan mempercepat pemasukan , yaitu agar perusahaan
mempunyai kesempatan yang ebih lama untuk menggunkan kas.
Ada pembahsan yang harus diperhatikan yaitu rputasi (credit
standing) perushaan tidak turun dikarenakan upaya memperlambat
aliran kas keluar. Aternatif yang oaling mudah untuk menunda
pembayaran kas adalah menolak untuk membayar. Tetapi tentu saja
hal tersebut tidak dpat digunakan karena akan merusak reputasi
8
perusahaan. Cara yang alin adalah dengan memanfaatkan float dan
cek di bayar pada hari tertentu.
3. Memelihara saldo kas yang optimal. Setelah ketersedian kas
meningkat langkah berikutnya dalah menentukan saldo kas
optimal. Memegang kas mempunyai trade off tingkat keuntungan
dan risiko. Semakin besar saldo kas semakin likuid perusahaan,
dan semakin aman dari risiko kekurangan kas. Kekurangan kas
bisa menyebabkan operasi perusahaan terganggu. Sebaliknya kas
yang besar menyebabkan kurangnya produktivitas aset perusahaan.
Denga trade off semacam itu, ,perusahaan diharapkan memegang
saldo yang optimal, yaitu saldo kas yang bisa menjaga likuiditas
perusahaan tetapi juga bisa menjaga produktivita perusahaan. Salah
atu
caranya
adalah
dengan
sinkronisasi
pengeluaran
dan
pemasukan kas melalui anggaran kas yaitu optimalisasi saldo kas
bisa dilakukan dengan anggaran kas. Dalam anggaran kas, manajer
keuangan akan meperkirakan kas masuk dan keluar di masa
mendatang.
Kemudian
saldo
kas
akan
diperoleh
dengan
mengurangkan kas keluar terhadap kas masuk. Jika saldo kas yang
diperoleh lebih besar daripada target saldo kas, maka perusahaan
sudah harus bersiap-siap mencari alternative investasi kelebihan
kas tersebut. Sebaliknya jika saldo kas diperoleh ternyata lebih
kecil dari target saldo kas maka perusahaan harus bersiap-siap
mencari alternative untuk memperoleh kas tambahan, misalnya
dengan pinjaman jangka pendek. Dengan demikian anggaran kas
9
bisa dipakai untuk merencanakan aliran ka dimasa datang,
mensinkronkan aliran kas masuk dengan kas keluar , dan pada
ahirnya memelihara kas optimal yang meminimalkan saldo kas dan
menekan risiko likuiditas.
Dengan dua langkah pertama maka diharapkan ketersediaan kas akan
meningkat. Semakin ketersediaan kas di perusahaan semakin besar maka semakin
baik bagi perusahaan. Berikut adalah gambar dari manajemen kas
Gambar 1
Mempercepat Pengeluaran
Memperlambat Pengeluaran Kas
Meningkatkan Cash Availability
Mengoptimalkan Cash Availability
Sumber : manajemen keuangan DR. Mamduh M Hanafi 2004
Saldo Kas Optimal
Manajemen kas adalah pengelolaan atas sumber daya kas suatu organisasi.
Manajemen kas memberikan kepada manajemen alat untuk berfungsinya suatu
organisasi dengan menggunakan kas atau sumber daya likuid yang dimilikinya
dengan cara yang tepat. Mike Williams (2004) mendefinisikan manajemen kas
pemerintah sebagai strategi dan proses-prosesnya untuk mengelola secara efektif
dan efisien arus kas jangka pendek dan saldo-saldo kas yang ada dalam
pemerintahan maupun antara pemerintah dengan sektor-sektor lain.
Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara di Indonesia tujuan-tujuan
manajemen kas dapat di kelompokkan dalam tiga bagian berikut:
1. Manajemen Likuiditas. Manajemen likuiditas penting untuk
memastikan negara memiliki kas yang cukup untuk menyelesaikan
10
semua kewajiban yang jatuh tempo. Untuk itu pemerintah perlu
mengetahui berapa besar penerimaan dan pengeluaran yang akan
dilakukan. Cara yang dapat dilakukan yakni dengan monitoring
penerimaan dan pengeluaran kas negara dan antisipasi atas
kemungkinan kekurangan atau kelebihan kas.
2. Minimalisasi kas yang menganggur (idle cash). Pemanfaatan kas
secara
memaksimalkan
untuk
memperoleh
keutungan
dan
mengurangi cost financing.
3. Mengurangi biaya transaksi keuangan pemerintah. Banyaknya
rekening pemerintah (bank accounts) yang tersebar di berbagai
bank menimbulkan biaya tinggi untuk memelihara rekening
tersebut. Selain itu tersebarnya rekening mengakibatkan semakin
banyaknya kas menganggur (idle cash). Untuk itu perlu dilakukan
pengurangan jumlah rekening pemerintah dengan menerapkan
sistem rekening tunggal (single account system).
Manajemen Kas di Daerah
Sebelum mengetahui manajemen kas di daerah, kita harus mengetahui
terlebih dahulu yang dimaksud dengan manajemen keuangan daerah. Manajemen
keuangan daerah adalah pengorganisasian kekayaan yang ada pada suatu daerah
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai daerah (Abdul Halim:2007). Sedangkan
akuntansi keuangan daerah sering diarrikan sebagai tata buku atau rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara sistematis dalam bidang keuangan , berdasarkan
11
prinsip, standarisasi, dan prosedur tertentu untuk menghasilkan informasi actual
dibidang keuangan.
Gambar 2
Manajemen Keuangan Daerah
Tata Usaha Keuangan Daerah
Tata usaha keuangan
Tata Usaha Umum
Akuntansi keuangan daerah
Sumber : Akuntansi Keuangan Daerah Prof.Dr.Abdul Halim
Mardiasmo dalam halim (2012) menjelaskan bahwa secara garis besar,
manajemen keuangan daerah dibagi menjadi dua yakni manajemen penerimaan
daerah dan manajemen pengeluaran daerah. Sehingga evaluasi terhadap
pengelolaan keuangan daerah dan pembiayaan pembangunan memiliki implikasi
yang sangat luas. Kedua komponen tersebut akan sangat menentukan kedudukan
suatu pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah.
Secara umum pengelolaan manajemen kas dilaksanakan berdasarkan
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa presiden menetapkan
Peraturan
Pemerintah
sebagaimana mestinya
untuk
menjalankan
Undang-Undang
12
2. UU Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan
Penjelasannya
3. Undang-Undang Nomo 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan penjelasannya khususnya pasal 9 ayat 1 dan 2 serta
pasal 21 ayat 1-6
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 Tentang
Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
6. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah
7. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Daerah dan Penjelasannya
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintah.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Penjelasannya Khususnya pasal 3 (j), pasal
110 dan pasal 111
10. Permendagri Nomor 3 tahun 1999 tentang pencabutan peraturan
mentri dalam negeri nomor 1 thun 1979 tentang kedudukan bank
pembangunan daerah yang melaksanakan fungsi kas daerah
11. Permendagri 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
12. Peraturan Pemenrintah Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Uang Negara/ Daerah dan penjelasannya, khususnya pada pasal 1
ayat 9, pasal 7 pasal 9 dan pasal 33-37
Pengelolaan keuangan di daerah pada dasarnya telah di tetapkan dalam
permendagri nomor 13 tahun 2006. Lebih jelas lagi di cantunmkan dalam
13
Undang-Undang nonor 1 Tahun 2004 tentan Pembendaharaan Negara. Dalam
pasal 9 ayat 2 bahwa satuan kerja pengelola keuangan daerah adalah bendahara
umum daerah. Bendahara umum daerah memiliki wewenang memberikan
petunujuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah
selain itu BUD juga melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola atau
menatausahakan investasi.
Selanjutnya undang-undang juga menjelaskan bahwa BUD dalam rangka
penyelenggaraan rekening pemerintah daerah diharuskan membuaka rekening kas
umum daerah pada bank yang di tentukan oleh gubernur/bupati/walikota.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 di dalam pasal 33
dijelaskan bahwa BUD bertanggung jawab untuk membuat perencanaan kas dan
menetapkan saldo kas minimum. Sehinnga berdasarkan perencanaan arus kas dan
saldo kas minimal BUD menentukan strategi manajemen kas untuk mengatasi
kekurangan maupun untuk menggunakan kelebihan kas. Strategi yang
dilaksanakan harus dapat memastikan bahwa (1) pemerintah daerah selalu
memiliki akses yang cukup untuk memperoleh persediaan kas guna memenuhi
pembayaran kewajiban daerah dan (2) saldo kas diatas kas minimal diarahkan
untuk manfaat yang optimal.
Dalam rangka menetapkan saldo kas minimal yang akan di ambil,
pemerintah daerah dapat menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut:
Model Miller-Orr. Merton Miller dan Daniel Orr mengembangkan model
saldo kas dalam keadaan arus kas masuk dan arus kas keluar berfluktuasi secara
random setiap hari.2 Dalam model Miller-Orr, baik penerimaan kas maupun
pengeluaran kas diikutsertakan. Model ini mengasumsikan bahwa arus kas bersih
harian (arus kas masuk dikurangi dengan arus kas keluar) terdistribusi secara
14
normal. Pada setiap hari, arus kas bersih dapat berupa nilai yang diharapkan
(expected value) ataupun nilai yang lebih tinggi atau nilai yang lebih rendah.
Dalam analisis ini diasumsikan nilai yang diharapkan besarnya nol.
Gambar berikut menunjukkan bagaimana bekerjanya model Miller-Orr.
Model beroperasi dalam bentuk batas kendali atas (H) dan batas kendali bawah
(L), dan saldo kas yang ditargetkan (Z). Organisasi membiarkan saldo kasnya
bergerak secara acak ke atas atau ke bawah dalam jangkauan batas atas dan batas
bawah ini. Sepanjang saldo kasnya berada antara H dan L, organisasi tidak
melakukan transaksi (menjual surat berharga menjadi kas atau membeli surat
berharga untuk mengurangi saldo kas). Ketika saldo kas mencapai H (batas atas),
misalnya pada waktu di titik X, maka perusahaan akan membeli H – Z unit (dalam
rupiah) surat berharga untuk mengurangi saldo kasnya menjadi saldo kas yang
ditargetkan. Dengan cara yang sama, ketika saldo kas turun mencapai L (batas
bawah), seperti pada waktu di titik Y, organisasi menjual Z – L unit sekuritas dan
menambah saldo kasnya menjadi saldo kas yang ditargetkan. Pada kedua situasi,
saldo kas kembali ke titik Z. Manajemen menetapkan batas bawah, L, bergantung
pada seberapa besar risiko kekurangan kas yang akan ditoleransi oleh mereka.
Seperti model Baumol, model Miller-Orr bergantung pada trading costs
dan opportunity costs. Biaya per transaksi menjual atau membeli sekuritas, F,
diasumsikan berjumlah tetap. Persentase opportunity cost memegang kas, K,
adalah tingkat bunga (pengembalian) harian dari sekuritas atau surat berharga
yang disimpan. Akan tetapi, tidak seperti model Baumol, jumlah transaksi per
periode adalah variabel acak yang bervariasi dari satu periode ke periode lainnya,
bergantung pada pola arus kas masuk dan arus kas keluar.
15
Sebagai konsekuensinya, trading costs untuk setiap periode bergantung
pada jumlah transaksi yang diharapkan dalam sekuritas atau surat berharga selama
periode tersebut. Demikian juga, opportunity cost dari memegang kas adalah
fungsi dari saldo kas yang diharapkan setiap periode.
Gambar 3
Dengan L ditetapkan oleh manajemen, model Miller-Orr menentukan saldo
kas yang ditargetkan, Z, dan batas atas, H. Total biaya yang diharapkan dari
kebijakan pengembalian saldo kas (cash-balance-return policy), Z-H, sama
dengan jumlah biaya transaksi yang diharapkan dan opportunity costs yang
diharapkan. Nilai dari Z (titik kembali kas) dan H (batas atas) yang miminalkan
total biaya yang diharapkan ditentukan oleh Miller-Orr dengan persamaan berikut:
Model Baumol. William Baumol adalah ekonom pertama yang
menjabarkan model formal dari manajemen kas dengan memasukkan oppurtunity
16
cost dan trading costs. Modelnya digunakan untuk menentukan target saldo.
Model baumol mengasumsikan bahwa pemakaian kas selalu konstan setiap waktu.
Misalnya Pemda Jakarta Tenggara memulai kegiatannya dengan saldo kas
sebesar C = Rp. 12.000.000.000, dan pengeluarannya akan melebihi
penerimaannya sebesar Rp. 6.000.000.000 setiap minggunya. Saldo kasnya akan
menjadi nol pada akhir minggu kedua, dan saldo kas rata-ratanya akan sebesar C/2
= Rp. 12.000.000.000/2 = Rp. 6.000.000.000 selama periode dua minggu tersebut.
Pada akhir minggu kedua, Pemda Jakarta Tenggara harus mengisi saldo kasnya
dengan menjual SBI yang dimilikinya atau meminjam. Gambar
berikut
menggambarkan situasi dari ini.
Gambar 4
Model perhitugan saldo kas minimum dan saldo kas maksimum di atad
dapat membantu pemeirntah daerah dalam mengelola kekurangan maupun
kelebihan kasnya.
Selanjutny Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 dalam pasal 34
hingga 37 menjelaskan bahwa, apabila pemerintah daerah kekurangan kas BUD
17
dapat melakukan pinjaman baik dalam maupun luar negeri atau menjual atau
menerbutkan SUN dan atau menjual surat berhatga lainnya. Dalam hal melakukan
melakukan pinjaman Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2011tentang
Pinjaman Daerah Menjelaskna bahwa dalam melakukan pinjaman daerah
pemerintah daerah wajib memenuhi persayaratan (1) jumlah sisa pinjaman daerah
ditambah jumlah pinjaman yang akan di tarik tidak melebihi 75% dari jumlah
penerimaan umum APBD tahun sebelumnya ,(2) memenuhi ketentuan rasio
kemapuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh
pemerintah. Dalam penetapan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjama paling sedikit 2,5 dengan memperhatikan perkembangan
perekonimian nasional dan kapasitas fiskal daerah.
Dalam hal kelebihan kas BUD dapat menempatkan uang daerah pada
rekening di bank sentral atau bank umum yang menghasilkan bunga atau jasa giro
dengan tingkat bunga yang berlaku. Penempatan uang daerah pada bank umum
dilakukan dengan memastikan BUD dapat menarik uang tersebut sebagian atau
seluruhnya ke rekening kas umum daerah. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai
invsetasi daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan investasi di deposito dan
sekuritas dana lainnya.
Terkait dengan prosedur akuntansi kas yang ada di daerah terdapat dua hal
penting dalam akuntansi kas yakni penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Prosedur akuntansu penerimaan kas, meliputi serangkaian proses,baik
manual maupun terkomputerisasi mulai dari pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan hingga pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan
penerimaan kas pada SKPD dan/atau SKPKD. Adapun fungsi yang terkait yaitu
18
bagian yang berfungsi akuntansi pada SKPD dan SKPKD. Dokumen-dokumen
yang dikumpulkan yakni dokumen-dokume yang berkaitan dengan penerimaan
pendapatan daerah seperti Surat Tanda Bukti Penerimaan, Surat Tanda Setoran
dan lainnya. Yang setelahnya akan dijurnal lalu di catat dalam buku besar yang
akan menghasilkan laporan realisasi anggaran, neraca dan CALK.
Prosedur akuntansi pengeluaran kas. Meliputi serangkaian proses baik
manual maupun terkomputerisasi mulai dari pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan hingga pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjwaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan
pengeluaran kas pada SKPD dan/atau SKPKD.
Gambar 5
19
20
Sumber : www.jakarta.go.id
Kesimpulan
Manajemen kas di pemerintah daerah sangat memiliki potensi yang baik
bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah apabila di kelola dengan baik.
Manajemen kas tidak hanya di fokuskan bagaimana penerimaan dan pengeluaran
kas tetapi juga bagaimana membuat kebijakan mengenai kas yang kurang serta
kas yang menganggur. Dalam hal kas yang menganggur pemerintah daerah dapat
melakukan investasi. Seperti yang terlihat dalam neraca pemerintah DKI Jakarta
dimana pemerintah mendapatkan jasa atas giro dan pemeintah juga melakukan
investasi untuk penerimaan di masa mendatang. Pemerintah DKI Jakarta juga
melakukan pinjaman yang tercermin dari pembayaran pokok pinjaman yang
dilakukan
Daftar Pustaka
Halim,Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Sektor Publik Akuntansi Keuangan
Daerah. Salemba Empat.Jakarta.
Hanafi,Mamduh.2004. Manjemen Keuangan,BPFE Yogyakarta ,Desember.
Megantar, Andie,dkk,Manajemen Perbendaharaan Pemerintahan Aplikasi Di
Indonesia,BPPK.
Murwanti,Rahmadi,dkk. 2006. Manajemen Kas. Badan pendidikan dan pelatihan
Keuangan Departemen Keuangan RI.
www.Scribd.com
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah
21
www.jakarta.go.id
Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 Pengelolaan Uang Negara/ Daerah
Permendagrai 13 Tahun 2006 Pengelolaan Keuangan Daerah
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomo 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah
Daftar Isi
Gambaran Umum
1
Manajemen kas
4
Manajemen kas di Daerah
10
Kesimpulan
19
Daftar Pustaka
20
22
Paper Manjemen Kas Daerah
DIAMPU OLEH : Prof.Dr.Abdul Halim
Disusun Oleh:
Lintang Nur Agia
(12/341195/PEK/17300)
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
23
Manajemen Kas DiDaerah
Perubahan paradigma keuangan terjadi sejak di berlakukannya Undangundang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan undang-undang
nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan anatara pemerintah pusat
dan daerah. Undang-undang tersebut membawa perubahan yang sangat mendasar
pada pola hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, terutama
karena misi yang di bawanya yaitu mewujudkan efisiensi dan efektivitas
pengelolaan sumber daya keuangan daerah.
Tujuan kedua undang-undang tersebut untuk mereformasi kelemahankelemahan pengelolaan keuangan daerah, namun pelaksanaannya jauh dari
harapan sehingga diganti dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah dan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang
perimbangan
keuangan
antara
pemerintah
pusat
dan
dearah.
Dengan
diberlakukannya Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 yang merupakan revisi
dari undang-undang nomor 33 tahun 2004 yang merupakan revisi dari undangundang nomor 25 tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan anatara Pemerintah
Pusat dan Daerah , memberikan kewenangan secara mutlak pada tiap-tiap daerah
untuk mengatur daerah sendiri.
Kas adalah salah satu komponen dari aktiva yang sangat vital bagi
kelangsungan hidup organisasi, baik organisasi pemerintah maupun perusahaan
swasta. Kas merupakan elemen kunci dalam perencanaan atas seluruh aspek
operasional perusahaan. Tanpa adanya manajemen kas yang baik, suatu organisasi
2
mungkin dapat kehilangan reputasinya dan sulit untuk bertransaksi dengan pihak
lain karena organisasi tersebut tidak dapat membayar tagihannya yang sudah jatuh
tempo. Oleh karena itu manajemen kas merupakan suatu keharusan bagi seluruh
organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta.
Secara umum, organisasi yang dapat memperbaiki metode dalam
menerima dan mengeluarkan kas akan menjadi lebih sukses. Hal ini didasarkan
pada pemikiran bahwa kekurangan uang dalam organisasi dapat menimbulkan
biaya yang seharusnya dapat dihindari manakala terdapat manajemen kas yang
baik. Kekurangan kas akan menyebabkan suatu organisasi harus mencari
pinjaman dana dalam rangka menutupi kekurangan kas untuk melaksanakan
kegiatan operasionalnya. Namun, pinjaman yang didapatkan dapat menimbulkan
resiko berupa biaya baru seperti biaya bunga dan denda atas keterlambatan
pembayaran. Di sisi lain, dengan adanya manajemen kas yang baik suatu
organisasi dapat menyediakan berbagai sumber daya lainnya tepat pada waktunya
ketika dibutuhkan, belum lagi kemungkinan memanfaaatkan diskon yang
diberikan oleh para pemasok pada saat pembelian barang karena membayar tepat
pada waktunya.
Manajemen
Terdapat beberapa pengertian mengenai manajemen menurut GR Terry
manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan
atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan organisasional atau
maksud yang nyata. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai
tujuan-tujuan organsasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan
3
berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau berarti dengan tidak melakukan
tugas itu sendiri. Stoner dikutip Indriyo Gitosudarmo : 2001 meyatakan bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya
organisasi lainnya agar mencari tujuan organisasi yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien.
Menurut sugiri (2007:4) bagi manajemen mempunyai peran sangat
penting, antara lain dalam hal berikut:
1. Melindungi Aset. Catatan akuntansi yang teliti dapat menunjukan posisi
keuangan perusahaan dari waktu kewaktu sehingga mempersempit ruang
gerak pihak-pihak yang akan melakukan korupsi maupun manipulasi.
2. Penyusunan Rencana. Anggaran merupakan rencana kegiatan yang
dinyatakn dalam satuan uang yang menjadi pemandu untuk beroperasi di
masa yang akan datang.
3. Pengukuran efisiensi,efektivitas dan keekonomian. Akuntasi mengukur
laba entitas bisnis dengan menyelisishkan antara pemdapatan yang
diperoleh selama suatu periode dan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Laba berperan sebgai pengukur efisiensi
dan efektivitas entitas bisnis. Pada lembaga pemenrinthan akuntansi juga
dapat mengukur apakah kegiatan yang telah dijalankan adalah efisien,
efektif dan ekonomis. Kegiatan disebut efektif jika mencapai sasaran,
disebut efisien jika dia menggunakan input sesuai standar biaya yang telah
4
di tetapkan, dan diesbut ekonomis jika input (masukan) yang digunakan
untuk melakukan efetifitas diperoleh dengan harga termurah relative
terhadap semua harga alternatif di pasar.
4. Pengawasan. Manajemen akan melakukan upaya agar pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana yang telah di tetapkan.
Manajemen Kas
Ada banyak sekali pengertian mengenai kas, baik dari sisi peurndangundangan maupun dari sisi teori atau konsep ekonom. Menurut Undang-Undang
Nomor 1 tahun 2004 tentang Keuangan Negara adalah tempat penyimpanan uang
negara yang ditentukan oleh Menteri keuangan selaku bendahara umum negara
untuk
menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh
pengeluaran negara. Maka yang dimaksud dengan kas dalam undang-undang ini
adalah semua uang negara yang bersumber dari seluruh penerimaan negara dan
digunakan untuk membayar seluruh pengeluaran negara.
Menurut standar akuntansi pemerintah yang di maksud dengan kas adalah
uang tunai dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintahan. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang
daerah yang ditentukan oleh Bendaharawan Umum Daerah untuk menampung
seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kas Negara adalah tempat
penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku
5
Bendaharawan Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan dan
pengeluaran pemerintah pusat.
Sedangkan menurut standar akuntansi keuangan kas terdiri dari saldo kas
dan rekening giro adalah invetasi yang besifat likuid, berjangka pendek dan yang
dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa mengahadapi risiko
perubahan nilai yang signifikan.
Menurut Munawir (1983) bahwa kas merupakan uang tunai yang dapat
digunakan untuk mebiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas
adalah cek yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank
dalam bentuk giro atau demand deposit yaitu simpanan di bank dapat diambil
kembali.
Pendapat lainnya juga hampir sama dikemukakan oleh Theodarus M
Tuanakotta (AK,1982) memyatakan kas dan bank meliputi uang tunai dan
simpanan-simpanan di bank yang langsung dapat diuangkan pada setiap saat tanpa
mengurangi niali simpanan tersebut. Kas dapat terdiri dari kas kecil atau danadana kas lainnya seperti penerimaan uanh tunai dan cek-cek untuk disetor ke bank
keesokan harinya.
Menurut Mamduh M. Hanafi (2004) beliau menyatakan kas adalah item
aset yang paling likuid. Praktis likuiditas suatu aset diukur dengan kedekatannya
dengan kas. Kemudian aset disusun berdasarkan likuiditas tersebut adalah piutang
kemudian persediaan. Definisi kas itu sendiri sebenarnya tidak begitu jelas. Kas
biasanya mencakup uang kertas maupun logam
6
Secara umum kas merupakan aset yang paling tidak produktif disbanding
aset yang lainnya. Karena itu ditinjau dari sisi produktivitas, memegang aset
seminimal mungkin merupakan pikihan yang baik untuk perusahaan. Ada
beberapa motif kenapa perusahaan memegang kas.
1. Motif transaksi.
Kas diperlukan untuk memenuhi kebutuhan transaksi. Transaksi
perusahaan berasalh dai penjualan yang berarti perusahaan
menerima kas. Sementara itu, perusahaan harus membayar gaji
pegawai, membeli bahan mentah, membayar utang dagang. Jika
kas keluar lebih besar dibandingkan dengan kas masuk, perusahaan
bisa mengahadapi masalah likuiditas. Untuk mengatasi hal tersebut
perusahaan harus memegang kas.
2. Motif berjaga jaga
Alasan lain memegang kas adalah untuk berjaga-jaga menghadapi
ketidakpastian di masa datang. Contohnya jika perusahaan tiba-tiba
harus mengeluarkan kas yang cukup besar, perusahaan harus
mempunyai kas. Jika perusahaan tidak bisa membayar kebutuhan.
3. Kebutuhan di masa mendatang
Kebutuhan kas bisa meningkta pada saat ada kejadian-kejadian
tertentu di masa mendatan. Sebgai contoh jika perusahaan
berencana meluncurkan produk baru peluncuran tersebut akan
memakan kas cukup subtansial. Perusahaan dengan demikian akan
menimbun kas untuk persiapan produk baru tersebut.
4. Saldo kas minimal.
7
Bank seringkali mensyaratkan saldo minimal yang harus tetap
berada di rekening perusahaan di bank. Sebgai contoh,jika
perusahaan harus memegang sejumlah saldo minimal tertentu.
Karena itu saldo kas tidak mungkin ditekan hingga nol. Perssyartan
saldo kas minimal tertentu tersebut tentu mempengaruhi terhadap
saldo kas perusahaan.
Manajemen kas berusaha memaksimumkan pemnafaatan kas tanpa
mengabaikan saldo kas. Dengan kata lain , jumlah kas yang ada dalam perusahaan
harus maksimum, tetapi juga memaksimumkan bunga yang bisa diperoleh dari
penginvestasian kas tersebut dalam surat-surat berharga, dan juga seperti pada
deposito jangka pendek.
Ada tiga hal yang dilakukan oleh seorang manajer keuangan dalam
mengelola kas:
1. Mempercepat pemasukan kas, bertujuan menaikkan ketersedian
kas ( daripada kas dipegang oelh perusahaan lain, lebih baik
dipegang dan dikelola oleh manajer keuangan)
2. Memperlambat pengeluaran kas mempunyai tujuan yang sama
dengan mempercepat pemasukan , yaitu agar perusahaan
mempunyai kesempatan yang ebih lama untuk menggunkan kas.
Ada pembahsan yang harus diperhatikan yaitu rputasi (credit
standing) perushaan tidak turun dikarenakan upaya memperlambat
aliran kas keluar. Aternatif yang oaling mudah untuk menunda
pembayaran kas adalah menolak untuk membayar. Tetapi tentu saja
hal tersebut tidak dpat digunakan karena akan merusak reputasi
8
perusahaan. Cara yang alin adalah dengan memanfaatkan float dan
cek di bayar pada hari tertentu.
3. Memelihara saldo kas yang optimal. Setelah ketersedian kas
meningkat langkah berikutnya dalah menentukan saldo kas
optimal. Memegang kas mempunyai trade off tingkat keuntungan
dan risiko. Semakin besar saldo kas semakin likuid perusahaan,
dan semakin aman dari risiko kekurangan kas. Kekurangan kas
bisa menyebabkan operasi perusahaan terganggu. Sebaliknya kas
yang besar menyebabkan kurangnya produktivitas aset perusahaan.
Denga trade off semacam itu, ,perusahaan diharapkan memegang
saldo yang optimal, yaitu saldo kas yang bisa menjaga likuiditas
perusahaan tetapi juga bisa menjaga produktivita perusahaan. Salah
atu
caranya
adalah
dengan
sinkronisasi
pengeluaran
dan
pemasukan kas melalui anggaran kas yaitu optimalisasi saldo kas
bisa dilakukan dengan anggaran kas. Dalam anggaran kas, manajer
keuangan akan meperkirakan kas masuk dan keluar di masa
mendatang.
Kemudian
saldo
kas
akan
diperoleh
dengan
mengurangkan kas keluar terhadap kas masuk. Jika saldo kas yang
diperoleh lebih besar daripada target saldo kas, maka perusahaan
sudah harus bersiap-siap mencari alternative investasi kelebihan
kas tersebut. Sebaliknya jika saldo kas diperoleh ternyata lebih
kecil dari target saldo kas maka perusahaan harus bersiap-siap
mencari alternative untuk memperoleh kas tambahan, misalnya
dengan pinjaman jangka pendek. Dengan demikian anggaran kas
9
bisa dipakai untuk merencanakan aliran ka dimasa datang,
mensinkronkan aliran kas masuk dengan kas keluar , dan pada
ahirnya memelihara kas optimal yang meminimalkan saldo kas dan
menekan risiko likuiditas.
Dengan dua langkah pertama maka diharapkan ketersediaan kas akan
meningkat. Semakin ketersediaan kas di perusahaan semakin besar maka semakin
baik bagi perusahaan. Berikut adalah gambar dari manajemen kas
Gambar 1
Mempercepat Pengeluaran
Memperlambat Pengeluaran Kas
Meningkatkan Cash Availability
Mengoptimalkan Cash Availability
Sumber : manajemen keuangan DR. Mamduh M Hanafi 2004
Saldo Kas Optimal
Manajemen kas adalah pengelolaan atas sumber daya kas suatu organisasi.
Manajemen kas memberikan kepada manajemen alat untuk berfungsinya suatu
organisasi dengan menggunakan kas atau sumber daya likuid yang dimilikinya
dengan cara yang tepat. Mike Williams (2004) mendefinisikan manajemen kas
pemerintah sebagai strategi dan proses-prosesnya untuk mengelola secara efektif
dan efisien arus kas jangka pendek dan saldo-saldo kas yang ada dalam
pemerintahan maupun antara pemerintah dengan sektor-sektor lain.
Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara di Indonesia tujuan-tujuan
manajemen kas dapat di kelompokkan dalam tiga bagian berikut:
1. Manajemen Likuiditas. Manajemen likuiditas penting untuk
memastikan negara memiliki kas yang cukup untuk menyelesaikan
10
semua kewajiban yang jatuh tempo. Untuk itu pemerintah perlu
mengetahui berapa besar penerimaan dan pengeluaran yang akan
dilakukan. Cara yang dapat dilakukan yakni dengan monitoring
penerimaan dan pengeluaran kas negara dan antisipasi atas
kemungkinan kekurangan atau kelebihan kas.
2. Minimalisasi kas yang menganggur (idle cash). Pemanfaatan kas
secara
memaksimalkan
untuk
memperoleh
keutungan
dan
mengurangi cost financing.
3. Mengurangi biaya transaksi keuangan pemerintah. Banyaknya
rekening pemerintah (bank accounts) yang tersebar di berbagai
bank menimbulkan biaya tinggi untuk memelihara rekening
tersebut. Selain itu tersebarnya rekening mengakibatkan semakin
banyaknya kas menganggur (idle cash). Untuk itu perlu dilakukan
pengurangan jumlah rekening pemerintah dengan menerapkan
sistem rekening tunggal (single account system).
Manajemen Kas di Daerah
Sebelum mengetahui manajemen kas di daerah, kita harus mengetahui
terlebih dahulu yang dimaksud dengan manajemen keuangan daerah. Manajemen
keuangan daerah adalah pengorganisasian kekayaan yang ada pada suatu daerah
untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai daerah (Abdul Halim:2007). Sedangkan
akuntansi keuangan daerah sering diarrikan sebagai tata buku atau rangkaian
kegiatan yang dilakukan secara sistematis dalam bidang keuangan , berdasarkan
11
prinsip, standarisasi, dan prosedur tertentu untuk menghasilkan informasi actual
dibidang keuangan.
Gambar 2
Manajemen Keuangan Daerah
Tata Usaha Keuangan Daerah
Tata usaha keuangan
Tata Usaha Umum
Akuntansi keuangan daerah
Sumber : Akuntansi Keuangan Daerah Prof.Dr.Abdul Halim
Mardiasmo dalam halim (2012) menjelaskan bahwa secara garis besar,
manajemen keuangan daerah dibagi menjadi dua yakni manajemen penerimaan
daerah dan manajemen pengeluaran daerah. Sehingga evaluasi terhadap
pengelolaan keuangan daerah dan pembiayaan pembangunan memiliki implikasi
yang sangat luas. Kedua komponen tersebut akan sangat menentukan kedudukan
suatu pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan otonomi daerah.
Secara umum pengelolaan manajemen kas dilaksanakan berdasarkan
beberapa peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa presiden menetapkan
Peraturan
Pemerintah
sebagaimana mestinya
untuk
menjalankan
Undang-Undang
12
2. UU Nomor 17 tahun 2003 Tentang Keuangan Negara dan
Penjelasannya
3. Undang-Undang Nomo 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan penjelasannya khususnya pasal 9 ayat 1 dan 2 serta
pasal 21 ayat 1-6
4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
5. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 Tentang
Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional
6. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah
Daerah
7. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Pemerintah Daerah dan Penjelasannya
8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintah.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Penjelasannya Khususnya pasal 3 (j), pasal
110 dan pasal 111
10. Permendagri Nomor 3 tahun 1999 tentang pencabutan peraturan
mentri dalam negeri nomor 1 thun 1979 tentang kedudukan bank
pembangunan daerah yang melaksanakan fungsi kas daerah
11. Permendagri 13 tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah
12. Peraturan Pemenrintah Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan
Uang Negara/ Daerah dan penjelasannya, khususnya pada pasal 1
ayat 9, pasal 7 pasal 9 dan pasal 33-37
Pengelolaan keuangan di daerah pada dasarnya telah di tetapkan dalam
permendagri nomor 13 tahun 2006. Lebih jelas lagi di cantunmkan dalam
13
Undang-Undang nonor 1 Tahun 2004 tentan Pembendaharaan Negara. Dalam
pasal 9 ayat 2 bahwa satuan kerja pengelola keuangan daerah adalah bendahara
umum daerah. Bendahara umum daerah memiliki wewenang memberikan
petunujuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan pengeluaran kas daerah
selain itu BUD juga melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola atau
menatausahakan investasi.
Selanjutnya undang-undang juga menjelaskan bahwa BUD dalam rangka
penyelenggaraan rekening pemerintah daerah diharuskan membuaka rekening kas
umum daerah pada bank yang di tentukan oleh gubernur/bupati/walikota.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 di dalam pasal 33
dijelaskan bahwa BUD bertanggung jawab untuk membuat perencanaan kas dan
menetapkan saldo kas minimum. Sehinnga berdasarkan perencanaan arus kas dan
saldo kas minimal BUD menentukan strategi manajemen kas untuk mengatasi
kekurangan maupun untuk menggunakan kelebihan kas. Strategi yang
dilaksanakan harus dapat memastikan bahwa (1) pemerintah daerah selalu
memiliki akses yang cukup untuk memperoleh persediaan kas guna memenuhi
pembayaran kewajiban daerah dan (2) saldo kas diatas kas minimal diarahkan
untuk manfaat yang optimal.
Dalam rangka menetapkan saldo kas minimal yang akan di ambil,
pemerintah daerah dapat menggunakan beberapa pendekatan sebagai berikut:
Model Miller-Orr. Merton Miller dan Daniel Orr mengembangkan model
saldo kas dalam keadaan arus kas masuk dan arus kas keluar berfluktuasi secara
random setiap hari.2 Dalam model Miller-Orr, baik penerimaan kas maupun
pengeluaran kas diikutsertakan. Model ini mengasumsikan bahwa arus kas bersih
harian (arus kas masuk dikurangi dengan arus kas keluar) terdistribusi secara
14
normal. Pada setiap hari, arus kas bersih dapat berupa nilai yang diharapkan
(expected value) ataupun nilai yang lebih tinggi atau nilai yang lebih rendah.
Dalam analisis ini diasumsikan nilai yang diharapkan besarnya nol.
Gambar berikut menunjukkan bagaimana bekerjanya model Miller-Orr.
Model beroperasi dalam bentuk batas kendali atas (H) dan batas kendali bawah
(L), dan saldo kas yang ditargetkan (Z). Organisasi membiarkan saldo kasnya
bergerak secara acak ke atas atau ke bawah dalam jangkauan batas atas dan batas
bawah ini. Sepanjang saldo kasnya berada antara H dan L, organisasi tidak
melakukan transaksi (menjual surat berharga menjadi kas atau membeli surat
berharga untuk mengurangi saldo kas). Ketika saldo kas mencapai H (batas atas),
misalnya pada waktu di titik X, maka perusahaan akan membeli H – Z unit (dalam
rupiah) surat berharga untuk mengurangi saldo kasnya menjadi saldo kas yang
ditargetkan. Dengan cara yang sama, ketika saldo kas turun mencapai L (batas
bawah), seperti pada waktu di titik Y, organisasi menjual Z – L unit sekuritas dan
menambah saldo kasnya menjadi saldo kas yang ditargetkan. Pada kedua situasi,
saldo kas kembali ke titik Z. Manajemen menetapkan batas bawah, L, bergantung
pada seberapa besar risiko kekurangan kas yang akan ditoleransi oleh mereka.
Seperti model Baumol, model Miller-Orr bergantung pada trading costs
dan opportunity costs. Biaya per transaksi menjual atau membeli sekuritas, F,
diasumsikan berjumlah tetap. Persentase opportunity cost memegang kas, K,
adalah tingkat bunga (pengembalian) harian dari sekuritas atau surat berharga
yang disimpan. Akan tetapi, tidak seperti model Baumol, jumlah transaksi per
periode adalah variabel acak yang bervariasi dari satu periode ke periode lainnya,
bergantung pada pola arus kas masuk dan arus kas keluar.
15
Sebagai konsekuensinya, trading costs untuk setiap periode bergantung
pada jumlah transaksi yang diharapkan dalam sekuritas atau surat berharga selama
periode tersebut. Demikian juga, opportunity cost dari memegang kas adalah
fungsi dari saldo kas yang diharapkan setiap periode.
Gambar 3
Dengan L ditetapkan oleh manajemen, model Miller-Orr menentukan saldo
kas yang ditargetkan, Z, dan batas atas, H. Total biaya yang diharapkan dari
kebijakan pengembalian saldo kas (cash-balance-return policy), Z-H, sama
dengan jumlah biaya transaksi yang diharapkan dan opportunity costs yang
diharapkan. Nilai dari Z (titik kembali kas) dan H (batas atas) yang miminalkan
total biaya yang diharapkan ditentukan oleh Miller-Orr dengan persamaan berikut:
Model Baumol. William Baumol adalah ekonom pertama yang
menjabarkan model formal dari manajemen kas dengan memasukkan oppurtunity
16
cost dan trading costs. Modelnya digunakan untuk menentukan target saldo.
Model baumol mengasumsikan bahwa pemakaian kas selalu konstan setiap waktu.
Misalnya Pemda Jakarta Tenggara memulai kegiatannya dengan saldo kas
sebesar C = Rp. 12.000.000.000, dan pengeluarannya akan melebihi
penerimaannya sebesar Rp. 6.000.000.000 setiap minggunya. Saldo kasnya akan
menjadi nol pada akhir minggu kedua, dan saldo kas rata-ratanya akan sebesar C/2
= Rp. 12.000.000.000/2 = Rp. 6.000.000.000 selama periode dua minggu tersebut.
Pada akhir minggu kedua, Pemda Jakarta Tenggara harus mengisi saldo kasnya
dengan menjual SBI yang dimilikinya atau meminjam. Gambar
berikut
menggambarkan situasi dari ini.
Gambar 4
Model perhitugan saldo kas minimum dan saldo kas maksimum di atad
dapat membantu pemeirntah daerah dalam mengelola kekurangan maupun
kelebihan kasnya.
Selanjutny Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 dalam pasal 34
hingga 37 menjelaskan bahwa, apabila pemerintah daerah kekurangan kas BUD
17
dapat melakukan pinjaman baik dalam maupun luar negeri atau menjual atau
menerbutkan SUN dan atau menjual surat berhatga lainnya. Dalam hal melakukan
melakukan pinjaman Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2011tentang
Pinjaman Daerah Menjelaskna bahwa dalam melakukan pinjaman daerah
pemerintah daerah wajib memenuhi persayaratan (1) jumlah sisa pinjaman daerah
ditambah jumlah pinjaman yang akan di tarik tidak melebihi 75% dari jumlah
penerimaan umum APBD tahun sebelumnya ,(2) memenuhi ketentuan rasio
kemapuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh
pemerintah. Dalam penetapan rasio kemampuan keuangan daerah untuk
mengembalikan pinjama paling sedikit 2,5 dengan memperhatikan perkembangan
perekonimian nasional dan kapasitas fiskal daerah.
Dalam hal kelebihan kas BUD dapat menempatkan uang daerah pada
rekening di bank sentral atau bank umum yang menghasilkan bunga atau jasa giro
dengan tingkat bunga yang berlaku. Penempatan uang daerah pada bank umum
dilakukan dengan memastikan BUD dapat menarik uang tersebut sebagian atau
seluruhnya ke rekening kas umum daerah. Hal ini juga dapat dikatakan sebagai
invsetasi daerah. Pemerintah daerah dapat melakukan investasi di deposito dan
sekuritas dana lainnya.
Terkait dengan prosedur akuntansi kas yang ada di daerah terdapat dua hal
penting dalam akuntansi kas yakni penerimaan kas dan pengeluaran kas.
Prosedur akuntansu penerimaan kas, meliputi serangkaian proses,baik
manual maupun terkomputerisasi mulai dari pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan hingga pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan
penerimaan kas pada SKPD dan/atau SKPKD. Adapun fungsi yang terkait yaitu
18
bagian yang berfungsi akuntansi pada SKPD dan SKPKD. Dokumen-dokumen
yang dikumpulkan yakni dokumen-dokume yang berkaitan dengan penerimaan
pendapatan daerah seperti Surat Tanda Bukti Penerimaan, Surat Tanda Setoran
dan lainnya. Yang setelahnya akan dijurnal lalu di catat dalam buku besar yang
akan menghasilkan laporan realisasi anggaran, neraca dan CALK.
Prosedur akuntansi pengeluaran kas. Meliputi serangkaian proses baik
manual maupun terkomputerisasi mulai dari pencatatan, penggolongan dan
peringkasan transaksi dan/atau kejadian keuangan hingga pelaporan keuangan
dalam rangka pertanggungjwaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan
pengeluaran kas pada SKPD dan/atau SKPKD.
Gambar 5
19
20
Sumber : www.jakarta.go.id
Kesimpulan
Manajemen kas di pemerintah daerah sangat memiliki potensi yang baik
bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah apabila di kelola dengan baik.
Manajemen kas tidak hanya di fokuskan bagaimana penerimaan dan pengeluaran
kas tetapi juga bagaimana membuat kebijakan mengenai kas yang kurang serta
kas yang menganggur. Dalam hal kas yang menganggur pemerintah daerah dapat
melakukan investasi. Seperti yang terlihat dalam neraca pemerintah DKI Jakarta
dimana pemerintah mendapatkan jasa atas giro dan pemeintah juga melakukan
investasi untuk penerimaan di masa mendatang. Pemerintah DKI Jakarta juga
melakukan pinjaman yang tercermin dari pembayaran pokok pinjaman yang
dilakukan
Daftar Pustaka
Halim,Abdul. 2007. Akuntansi Keuangan Sektor Publik Akuntansi Keuangan
Daerah. Salemba Empat.Jakarta.
Hanafi,Mamduh.2004. Manjemen Keuangan,BPFE Yogyakarta ,Desember.
Megantar, Andie,dkk,Manajemen Perbendaharaan Pemerintahan Aplikasi Di
Indonesia,BPPK.
Murwanti,Rahmadi,dkk. 2006. Manajemen Kas. Badan pendidikan dan pelatihan
Keuangan Departemen Keuangan RI.
www.Scribd.com
Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah
21
www.jakarta.go.id
Peraturan Pemerintah Nomor 39 tahun 2007 Pengelolaan Uang Negara/ Daerah
Permendagrai 13 Tahun 2006 Pengelolaan Keuangan Daerah
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomo 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah
Daftar Isi
Gambaran Umum
1
Manajemen kas
4
Manajemen kas di Daerah
10
Kesimpulan
19
Daftar Pustaka
20
22
Paper Manjemen Kas Daerah
DIAMPU OLEH : Prof.Dr.Abdul Halim
Disusun Oleh:
Lintang Nur Agia
(12/341195/PEK/17300)
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2013
23